You are on page 1of 11

Kristal no.

4/Juni/1991 1

LASER
oleh : Sugata Pikatan
(Seminar intern FT. Ubaya Januari 1991)

Kata LASER adalah singkatan dari Light Amplification by Stimulated Emission


of Radiation, yang artinya perbesaran intensitas cahaya oleh pancaran terangsang. Kata
kuncinya adalah “perbesaran” dan “pancaran terangsang” yang akan menjadi jelas
kemudian. Dewasa ini, 30 tahun setelah ditemukan, kata laser telah menjadi
perbendaharaan kata sehari-hari. Peralatan yang menggunakan komponen laser dapat
ditemukan dimana-mana, seperti pembaca kode harga di kasir pasar swalayan, laser-
printer, compact - disk player, pemandu pesawat jet dan pertunjukan laser dalam festival
musik.
Laser merupakan sumber cahaya koheren yang monokromatik dan amat lurus.
Cara kerjanya mencakup optika dan elektronika. Para ilmuwan biasa menggolongkannya
dalam bidang elektronika kuantum. Sebetulnya laser merupakan perkembangan dari
MASER, huruf M disini singkatan dari Microwave, artinya gelombang mikro. Cara kerja
maser dan laser adalah sama, hanya saja mereka bekerja pada panjang gelombang yang
berbeda. Laser bekerja pada spektrum infra merah sampai ultra ungu, sedangkan maser
memancarkan gelombang elektromagnetik dengan panjang gelombang yang jauh lebih
panjang, sekitar 5 cm, lebih pendek sedikit dibandingkan dengan sinyal TV - UHF. Laser
yang memancarkan sinar tampak disebut laser - optik.

Prinsip kerja laser


Terjadinya laser sudah diramalkan jauh hari sebelum dikembangkannya mekanika
kuantum. Pada tahun 1917, Albert Einstein mempostulatkan pancaran imbas pada
peristiwa radiasi agar dapat menjelaskan kesetimbangan termal suatu gas yangsedang
menyerap dan memancarkan radiasi. Menurut dia ada 3 proses yang terlibat dalam
kesetimbangan itu, yaitu : serapan, pancarn spontan (disebut fluorensi) dan pancaran
terangsang ( atau lasing dalam bahasa Inggrisnya, artinya memancarkan laser). Proses
yang terakhir biasanya diabaikan terhadap yang lain karena pada keadaan normal serapan
dan pancaran spontan sangat dominan.
Sebuah atom pada keadaan dasar dapat dieksitasi ke keadaan tingkat energi yang
lebih tinggi dengan cara menumbukinya dengan elektron atau foton. Setelah beberapa saat
berada di tingkat tereksitasi ia secara acak akan segera kembali ke tingkat energi yang
lebih rendah, tidak harus ke keadaan dasar semula. Proses acak ini dikenalsebagai
fluoresensi terjadi dalam selang waktu rerata yang disebut umur rerata, lamanya
tergantung pada keadaan dan jenis atom tersebut.
Kebalikan dari umur ini dapat dipakai sebagai ukuran kebolehjadian atom tersebut
terdeeksitasi sambil memancarkan foton yang energinya sama dengan selisih tingkat energi
asal dan tujuan. Foton ini dapat saja diserap kembali oleh atom yang lain sehingga
mengalami eksitasi tetapi dapat pula lolos keluar sistem sebagai cahaya. Sebetulnya atom-
atom yang tereksitasi tidak perlu menunggu terlalu lama untuk memancar secara spontan,
asalkan terdapat foton yang merangsangnya. Syaratnya foton itu harus memiliki energi
yang sama dengan selisih tingkat energi asal dan tujuan.
Kristal no. 4/Juni/1991 2

Tinjauan dua tingkat energi dalam sebuah atom E1 dan E2, dengan E1 < E2. cacah
atom yang berada di masing-masing tingkat energi adalah N1 dan N2. Untuk
menggambarkan distribusi energi pada atom-atom itu dalam kesetimbangan termal
berlakulah statistik Maxwell - Boltzmann :

N1 / N2 = exp ( E2 - E1 ) / kT (1)

Persamaan ini menunjukkan bahwa dalam keadaan stimbang N1 selalu lebih besar daripada
N2, tingkat energi rendah selalu lebih padat populasinya dibandingkan dengan tingkat yang
lebih tinggi. Dalam keadaan tak setmbang terjadilah perpindahan populasi melalui ketiga
proses serapan dan pancaran tersebut di atas.

Gambar 1 : Serapan, pancaran spontan dan pancaran terangsang

Atom-atom di E2 dapat saja melompat ke E1 secara spontan dengan kebolehjadian


transisinya A21 per satuan waktu. Apabila terdapat radiasi dengan frekuensi ν dan rapat
energi e ( ν ), terjadilah transisi akibat serapan dari E1 ke E2, dengan kebolehjadian sebut
saja B1 2.e ( ν ) karena terlihat jelas kebolehjadian ini sebanding pula dengan rapat energi
fotonnya. Pancaran spontan ini dapat pula merangsang transisi dari E2 ke E1 akibat
interaksinya dengan atom-atom yang berada dalam keadaan tereksitasi E2,
kebolehjadiannya B21. e ( ν ). Sudah tentu semua transisi yang terjadi di sini berbanding
lurus dengan populasi atom di tingkat energi asalnya masing-masing.
Perubahan N2 secara lengkap :

dN2/dt = B12.e (ν ). N1 - [A21 + B21.e (ν ) ]. N2 (2)

Perubahan populasi ini disebabkan oleh pertambahan akibat serapan dan pengurangan
akibat pancaran. Setelah tercapai kesetimbangan antara atom-atom itu dengan radiasinya,
pengaruh serapan dan pancaran akan saling meniadakan dN2/dt = 0.

B12.e (ν ) . N1 = [A21 + B21.e (ν )] . N2 (3)

Setelah digabungkan dengan persamaan (1), substitusi E2 - E1 = h. ν (energi foton yang


dilepaskan pada saat deeksitasi) dan manipulasi aljabar biasa didapatlah persamaan :

A 21 / B12
e (ν ) =
exp (h.ν / kT ) − B 21 / B12
Kristal no. 4/Juni/1991 3

Jika persamaan (4) ini dibandingkan dengan distribusi statistik Bose Einstein, tampak
bahwa foton adalah boson, dan persamaan radiasi Planck dengan harga-harga :

A21/B12 = 8 π h. ν3 / c3 (5)
dan
B21/B12 = 1 (6)

Persamaan (6) menunjukkan bahwa kebolehjadian atom-atom tersebut melakukan


transisi serapan adalah sama dengan kebolehjadiannya melakukan transisi akibat pancaran
terangsang. Tetapi pada keadaan normal pengaruh serapanlah yang lebih terasa karena
populasi atom lebih besar di tingkat energi yang lebih rendah.
Dari penjelasan di atas tampaknya ketiga proses : serapan, pancaran spontan dan
terangsang, terjadi melalui suatu persaingan. Laser yang dihasilkan oleh pancaran
terangsang dengan demikian hanya bisa terjadi jika pancaran terangsang dapat dibuat
mengungguli dua proses yang lain.
Nisbah laju pancaran terangsang terhadap serapan dapat dihitung sebagai berikut.

Laju pancaran terangsang B21 . e (ν) . N 2


= = N 2 / N1 (7)
Laju serapan B12 . e (ν) . N 1

Dari persamaan ini tebukti tidaklah mungkin pancaran terangsang dapat


mengungguli serapan pada kesetimbangan termal, karena N1 yang selalu lebih besar
daripada N2. Laser bisa dibuat hanya jika N2 > N1 yang tentu saja tidak alamiah, keadaan
terbalik seperti ini disebut inversi populasi. Inversi populasi ini harus dipertahankan
selama laser bekerja, dan cara-caranya akan dijelaskan di bagian berikut
Cara-cara untuk mencapai keadaan inversi populasi ini antara lain adalah
pemompaan optis dan pemompaan elektris. Pemompaan optis adalah penembakan foton
sedangkan pemompaan elektris adalah penembakan elektron melalui lucutan listrik. Untuk
menuju keadaan inversi populasi pemompaan ini harus melakukan pemindahan atom ke
tingkat eksitasi dengan laju yang lebih cepat dibandingkan dengan laju pancaran
spontannya. Hal ini dapat dilakukan jika dipergunakan medium laser yang atom-atomnya
memiliki tingkat energi yang metastabil. Sebuah tastabil memerlukan waktu yang relatif
lebih lama sebelum terdeeksitasi dibandingkan dengan umurnya di tingkat eksitasinya yang
lain.
Dengan demikian pada saat pemompaan terus berlangsung, terjadilah kemacetan
lalu lintas di tingkat metastabil ini, populasinya akan lebih padat dibandingkan dengan
populasi tingkat energi di bawahnya.
Populasi tingkat energi dasar kini sudah terlampaui populasi tingkat metastabil.
Bila suatu saat secara spontan dipancarkan satu foton saja yang berenergi sama dengan
selisih energi antara tingkat metastabil dengan tingkat dasar, ia akan memicu dan mengajak
atom-atom lain di tingkat metastabil untuk kembali ke tingkat dasar.
Kristal no. 4/Juni/1991 4

Gambar 2 : Tingkat metastabil pada sistem laser 3 -tingkat

Akibatnya atom-atom itu melepaskan foton-foton yang energi dan fasenya persis
sama dengan foton yang mengajaknya tadi, terjadilah laser. Proses demikian inilah yang
terjadi pada banyak jenis laser seperti pada laser ruby dan laser-laser gas.
Pada laser uap tembaga yang terjadi adalah efek radiasi resonansi, inversi populasi
dicapai dengan cara memperpanjang umur atom tereksitasi terhadap tingkat energi dasar,
sedangkan umurnya terhadap tingkat metastabil tidak berubah. Dengan demikian inversi
populasi terjadi antara tingkat energi tinggi dengan tingkat metastabil. Setelah laser
dihasilkan, atom-atom akan banyak terdapat di tingkat metastabil.
Koherensi keluaran laser bersifat spasial maupun temporal, semua foton memiliki
fase yang sama. Mereka saling mendukung satu sama lain, yang secara gelombang
dikatakan berinterferensi konstruktif, sehingga intensitasnya berbanding langsung kepada
N2, dengan N adalah cacah foton. Jelaslah intensitasnya ini jauh lebih besar dibandingkan
dengan intensitas radiasi tak - koheren yang hanya sebanding dengan N saja.
Syarat penting lainnya untuk menghasilkan laser adalah meningkatkan nisbah laju
pancaran terangsang terhadap laju pancaran spontannya. Nisbah tersebut mudah sekali
didapat
Laju pancaran terangsang B 21 . e (ν) . N 2 c3
= = e (ν) (8a)
Laju pancaran spon tan A 21 . N 2 8π . ν3

= [ exp ( h ν /kT ) - 1 ] -1 (8b)

Persamaan (8a) menunjukkan bahwa rapat energi e ( ν ) harus cukup besar agar
laser dapat dihasilkan. Rapat energi foton ini dapat ditingkatkan dengan cara memberikan
suatu rongga resonansi optik. Di rongga itulah rapat energi foton tumbuh menjadi besar
sekali melalui pantulan yang berulang-ulang pada kedua ujung rongga, dan terjadilah
perbesaran intensitas seperti yang ditunjukkan oleh nama laser. Pembuatan rongga
resonansi ini merupakan masalah yang memerlukan penanganan yang paling teliti pada saat
membangun suatu sistem laser.
Persamaan (8b) diperoleh dari gabungan (8a) dan (4). Kedua jenis pancaran itu
akan sama pentingnya apabila selisih tingkat energi h. ν memiliki orde yang sama malahan
jauh lebih kecil dibandingkan dengan energi termal k.T. misalnya saja pada gelombang
mikro pada suhu kamar. Oleh sebab itulah laser berenergi tinggi dengan frekuensi yang
tinggi pula amat sulit dibuat, karena pancaran spontan akan lebih terbolehjadi.
Kristal no. 4/Juni/1991 5

Jenis-jenis laser
Terdapat tiga jenis dasar laser yang paling umum digunakan. Jenis-jenis lainnya
masih dalam taraf perkembangan. Ketiga jenis dasar itu adalah :

(1) Laser yang dipompa secara optis


Pada laser jenis inversi populasi diperoleh dengan cara pemompaan optis. Laser
ruby yang diciptakan pada bulan Juli 1960 oleh Theodore H.Maiman di Hughes Research
Laboratories adalah dari jenis ini. Laser ruby baik sekali diambil sebagai contoh untuk
membicarakan cara kerja laser yang menggunakan pemompaan optis.
Ruby adalah batu permata buatan, terbuat dari Al2O3 dengan berbagai macam
ketakmurnian. Ruby yang digunakan pada laser yang pertama berwarna merah jambu,
memiliki kandungan 0,05 persen ion krom bervalensi tiga ( Cr + 3 ) dalam bentuk Cr2O3.
Atom aluminium dan oksigen bersifat inert, sedangkan ion kromnya yang aktif. Kristal
ruby berbentuk silinder, kira-kira berdiameter 6 mm dan panjangnya 4 sampai 5 cm.
Gambar 3 memperlihatkan diagram tingkat energi yang dimiliki ion Cr dalam kristal ruby.

Gambar 3 : Diagram tingkat energi kristal ruby

Laser ini dihasilkan melalui transisi atom dari tingkat metastabil ke tingkat energi
dasar, radiasinya memiliki panjang gelombang 6920 A° dan 6943 A°. Yang paling terang
dan jelas adalah yang 6943 A°, berwarna merah tua.
Pemompaan optisnya dilakukan dengan menempatkan batang ruby di dalam tabung
cahaya ini banyak dipakai sebagai perlengkapan kamera untuk menghasilkan kilatan
cahaya. Foton-foton yang dihasilkan tabung ini akan bertumbukan dengan ion-ion Cr
dalam ruby, mengakibatkan eksitasi besar-besaran ke pita tingkat energi tinggi. Dengan
cepat ion-ion itu meluruh ke tingkat metastabil, di tingkat ini mereka berumur kira-kira
0,005 detik, suatu selang waktu yang relatif cukup panjang sebelum mereka kembali ke
tingkat energi dasar. Tentu saja pemompaan terjadi dengan laju yang lebih cepat dibanding
selang waktu tersebut sehingga terjadi inversi populasi. Setelah terjadi satu saja pancaran
spontan ion Cr, maka beramai-ramailah ion-ion yang lain melakukan hal yang sama, dan
mereka semua memancarkan foton dengan energi dan fase yang sama, yaitu laser.
Kristal no. 4/Juni/1991 6

Gambar 4 : Skema sebuah laser ruby

Jika pada laser ini dibuatkan rongga resonansi optis maka cacah foton yang
dipancarkan dapat dibuat banyak sekali. Rongga resonansinya adalah batang ruby itu
sendiri. Batang tersebut harus dipotong dan digosok rata di kedua ujungnya. Kedua ujung
juga harus betul-betul sejajar, yang satu dilapisi tebal dengan perak dan satunya lagi tipis-
tipis saja. Akibatnya rapat energi foton makin lama makin besar dengan terjadinya
pemantulan berulang-ulang yang dilakukan kedua ujung batang ruby, sampai suatu saat
ujung yang berlapis tipis tidak mampu lagi memantulkan foton yang datang, sehingga
tumpahlah foton-foton dari ujung tersebut sebagai sinar yang kuat, monokromatik dan
koheren yang tidak lain adalah laser.
Pada saat pancaran terangsang berlangsung, tentu saja tingkat metastabil akan
cepat sekali berkurang populasinya. Akibatnya keluaran laser terdiri dari pulsa-pulsa
berintensitas tinggi yang selangnya masing-masing sekitar beberapa nanodetik sampai
milidetik. Setelah letupan laser terjadi, proses inversi populasi dan perbesaran rapat energi
foton dimulai dari awal lagi, demikianlah seterusnya sehingga terjadi retetan letupan-
letupan berupa pulsa-pulsa. Keluaran yang kontinu dapat diperoleh yaitu jika sistem
lasernya ditaruh dalam sebuah kriostat agar suhu operasi laser menjadi rendah sekali.
Efisiensi laser ruby ini sangat rendah, karena terlalu banyak energi yang harus
dipakai untuk mencapai inversi populasinya. Sebagian besar cahaya dari tabung cahaya
tidak memiliki panjang gelombang yang diharapkan untuk proses pemimpaan sehingga
merupakan pemborosan energi. Walaupun demikian daya rerata dari tiap pulsa laser dapat
mencapai beberapa kilowatt karena selang waktunya yang sangat pendek. Dengan daya
sebesar ini laser dapat digunakan untuk melubangi, memotong maupun mengelas logam.

(2) Laser yang dipompa secara elektris


Sistem laser jenis ini dipompa dengan lucutan listrik di antara dua buah elektroda.
Sistemnya terdiri dari satu atau lebih jenis gas.
Atom-atom gas itu mengalami tumbukan dengan elektron-elektron lucutan sehingga
memperoleh tambahan energi untuk bereksitasi. Perkembangan terakhir dalam perlaseran
medium gasnya dapat diganti dengan uap logam, tetapi hal ini akan mengarah pada
perkembangan jenis laser yang lain. Jenis laser uap logam akan dibicarakan secara
tersendiri.
Laser gas mampu memancarkan radiasi dengan panjang gelombang mulai dari spektrum
ultra ungu sampai dengan infra merah. Laser nitrogen yang menggunakan gas N2
Kristal no. 4/Juni/1991 7

merupakan salah satu laser terpenting dari jenis ini, panjang gelombnag lasernya berada di
daerah ultra ungu (3371 A° ).
Sedangkan laser karbondioksida yang merupakan laser gas yang terkuat
memancarkan laser pada daerah infra merah (10600 A °). Laser gas yang populer tentu
saja laser helium-neon, banyak dipakai sebagai peralatan laboratorium dan pembaca harga
di pasar sawalayan. Laser yang dihasilkan berada di spektrum tampak berwarna merah
(6328 A° ). Laser helium-neon ini merupakan laser gas yang pertama, diciptakan oleh Ali
Javan dkk. dari Bell Laboratories pada tahun 1961. Untuk penjelasan laser gas secara
umum laser helium-neon ini dapat diambil sebagai contoh.
Dalam keadaan normal atom helium berada di tingkat energi dasarnya 1S0, karena
konfigurasi elektron terluarnya adalah 1 s2. Pada saat elektron lucutan menumbuknya ato
helium itu mendapatkan energi untuk bereksitasi ke tingkat energi yang lebih tinggi seperti
1
S0 dan 3S1 dari konfigurasi elektron 1s2s. Begitu atom helium tereksitasi ke tingkat-
tingkat itu ia tak dapat lagi balik ke tingkat dasar, suatu hal yang dilarang oleh aturan
seleksi radiasi.
Suatu hal kebetulan bahwa beberapa tingkat energi yang dimiliki atom neon hampir
sama dengan tingkat energi atom helium. Akibatnya transfer energi antara kedua jenis
atom itu sangat terbolehjadi melalui tumbukan-tumbukan . Pada gambar 5 dapat dilihat
bahwa atom neon yang ditumbuk oleh atom helium 1S0 akan tereksitasi ke tingkat 1P1, 3P0
, 3P1 , 3P2 dari konfigurasi elektron 2p55s. Setelah bertumbukan atom helium akan segera
kembali ke tingkat energi dasar.
Oleh karena aturan seleksi memperbolehkan transisi dari tingkat-tingkat energi ini
ke sepuluh tingkat energi yang dimiliki konfigurasi 2p53p, maka atom neon dapat dipicu
untuk memancarkan laser.
Syarat inversi populasi dengan sendirinya sudah terpenuhi, karena pada
kesetimbangan termal tingkat-tingkat di 2p53p atom Ne amat jarang populasinya.

Gambar 5 : Diagram tingkat energi He dan Ne

Laser yang dihasilkan akan memiliki intensitas yang paling jelas di panjang
gelombang 6328 A° tadi. Sebetulnya pancaran laser He-Ne yang terkuat berada di 11523
A° (infra merah dekat) yang ditimbulkan oleh transisi dari satu di antara 4 tingkat di 2p54s
Kristal no. 4/Juni/1991 8

atom Ne, yang kebetulan berdekatan dengan tingkat energi 3S1 atom He, ke salah satu dari
10 tingkat energi di 2p53p.
Sistem laser ini berbentuk tabung gas silindris dengan panjang satu meter dan
diameter 17 mm. Kedua ujung tabung ditutup oleh dua cermin pantul yang sejajar, disebut
cermin Fabry - Perot, sehingga tabung gas ini sekaligus berfungsi sebagai rongga resonansi
optisnya.
Dua buah elektroda dipasang di dekat ujung-ujungnya dan dihubungkan dengan
sumber tegangan tinggi untuk menimbulkan lucutan dalam tabung. Tekanan He dan Ne
dalam tabung adalah sekitar 1 torr dan 0,1 torr, dengan kata lain atom He kira-kira 10 kali
lebih banyak dibandingkan dengan atom Ne. Cacah He yang lebih banyak ini mampu
mempertahankan inversi populasi secara terus menerus, sehingga laser yang dihasilkan
juga bersifat kontinu, tidak terputus-putus sebagai pulsa seperti pada laser ruby. Sifat
kontinu ini merupakan keunggulan laser gas dibanding laser ruby. Laser yang kontinu amat
berguna untuk transmisi pembicaraan dalam komunikasi, musik atau gambar-gambar
televisi.
Efisiensi laser He-Ne ini juga rendah, hanya sekitar 1 persen, keluaran lasernya
hanya berorde miliwatt. Sedangkan laser CO2 dapat menghasilkan laser kontinu berdaya
beberapa kilowatt dengan efisiensi lebih tinggi.

Gambar 6 : Sistem laser gas

Untuk menghasilkan laser sinar-tampak berwarna-warni, beberapa produsen


seperti Laser Science Inc. misalnya, mengembangkan laser cairan yang dipompanya secara
optis oleh sebuah laser nitrogen. Cairan yang dipakai adalah zat warna yang dilarutkan
dalam pelarut semacam metanol, dsb. Konsentrasi larutan kira-kira 0,001 Milar. Contoh
larutan ini adalah LD-690 yang menghasilkan laser merah ( 6960 A° ) dan Coumarin-440
yang menghasilkan laser ungu ( 4450 A° ). Jenis larutan dapat diubah-ubah sesuai dengan
warna yang dikehendaki.

(3) Laser semikonduktor


Laser ini juga disebut laser injeksi, karena pemompaannya dilakukan dengan injeksi
arus listrik lewat sambungan PN semikonduktornya. Jadi laser ini tidak lain adalah sebuah
diode dengan bias maju biasa.
Laser semikonduktor yang pertama diciptakan secara bersamaan oleh tiga kelompok pada
tahun 1962. Mereka adalah R.H. Rediker dkk. (Lincoln Lab, MIT), M.I. Nathan dkk.
(Yorktown Heights, IBM) dan R.N. Hall dkk. (General Electric Research Lab.). Diode-
diode yang digunakan adalah galiun arsenida-flosfida GaAsP (sinar-tampak merah).
Kristal no. 4/Juni/1991 9

Proses laser jenis ini mirip dengan kerja LED biasa. Pancaran fotonnya disebabkan
oleh bergabungnya kembali elektron dan lubang (hole) di daerah sambungan PN-nya.
Bahan semikonduktor yang dipakai harus memiliki gap energi yang langsung, agar dapat
melakukan radiasi foton tanpa melanggar hukum kekekalan momentum. Oleh sebab itulah
laser semikonduktor tidak pernah menggunakan bahan seperti silikon maupun germanium
yang gap energinya tidak langsung. Dibandingkan dengan LED, laser semikonduktor
masih mempunyai dua syarat tambahan.
Yang pertama, bahannya harus diberi doping banyak sekali sehingga tingkat energi
Fermi-nya melampaui tingkat energi pita konduksi di bagian N dan masuk ke bawah
tingkat energi pita valensi di bagian P. Hal ini perlu agar keadaan inversi populasi di
daerah sambungan PN dapat dicapai. Yang kedua, rapat arus listrik maju yang digunakan
haruslah besar, begitu besar sehingga melampaui harga ambangnya. Besarnya sekitar 50
ribu ampere/cm2 agar laser yang dihasilkan bersifat kontinu. Rapat arus ini luar biasa
besar, sehingga diode laser harus ditaruh di dalam kriostat supaya suhunya tetap rendah (
77 K ), jika tidak arus yang besar ini dapat merusak daerah sambungan PN dan diode
berhenti menghasilkan laser.

Gambar 7 : Laser semikonduktor beserta diagram energinya

Pada gambar 7 tampak bahwa di sebagian daerah deplesi terjadi inversi populasi
jika sambungan PN diberi tegangan maju, daerah ini disebut lapisan aktif. Daerah deplesi
adalah daerah di sekitar sambungan PN yang tidak memiliki pembawa muatan listrik
bebas. Pada saat dilakukan injeksi arus listrik melalui sambungan, elektron-elektron di pita
konduksi pada lapisan aktif dapat bergabung kembali dengan lubang-lubang di pita valensi.
Untuk arus injeksi yang kecil penggabungan ini terjadi secara acak dan menghasilkan
radiasi, proses ini adalah yang terjadi pada LED. Tetapi apabila arus injeksinya cukup
besar, pancaran terangsang mulai terjadi di daerah lapisan aktif. Lapisan ini berfungsi pula
sebagai rongga resonansi optisnya, sehingga laser akan terjadi sepanjang lapisan ini.
Pelapisan seperti yang dilakukan pada cermin di sini tidak diperlukan lagi karena bahan
diode sendiri sudah mengkilap (metalik), cukup bagian luarnya digosok agar dapat
memantulkan sinar yang dihasilkan dalam lapisa aktif. Kelemahan sistem laser ini adalah
sifatnya yang tidak monokromatik, karena transisi elektron yang terjadi bukanlah antar
tingkat energi tapi antar pita energi, padahal pita energi terdiri dari banyak tingkat energi.
Kristal no. 4/Juni/1991 10

Sambungan yang dijelaskan di atas biasa disebut homojunction, karena yang


dipisahkannya adalah tipe P dan N dari substrat yang sama, ayitu misalnya GaAs tadi. Tipe
P GaAs biasanya diberi doping seng ( Zn ) dan tipe N-nya dengan doping telurium
( Te ). Sebenarnya hanya sebagian kecil elektronelektron yang diinjeksikan dari daerah N
yang bergabung dengan lubang di lapisan aktif, kebanyakan dari mereka berdifusi jauh
masuk ke dalam daerah P sebelum bergabung kembali dengan lubang-lubang. Efek difusi
inilah yang menyebabkan besarnya rapat arus listrik yang dibutuhkan dalam proses kerja
laser semikonduktor. Tetapi besarny rapat arus listrik ini dapat diturunkan dengan cara
membatasi gerakan elektron yang diinjeksikan itu disuatu daerah yang sempit, agar mereka
tidak berdifusi kemana-mana. Hal ini dapat dilakukan dengan cara membuat sambungan
heterojunction. Heterjunction yang apling umum dipakai adalah sambungan antara GaAs
dan AlGaAs. GaAs memiliki gap energi yang lebih sempit, sehingga bila ia dijepit oleh dua
daerah AlGaAs bertipe P dan N, elektron-elektron yang diinjeksikan dari daerah N dan
lubang-lubang dari daerah P akan bergabung di GaAs ini, jadi GaAs berfungsi sebagai
lapisan aktifnya. Lihat gambar 8.

Gambar 8 : Diagram energi heterojunction

Laser heterojunction GaAs - AlGaAs dapat bekerja secara kontinu pada suhu
kamar hanya dengan rapat arus minimum sebesar 100 ampere/cm2, 500 kali lebih kecil
dibandingkan rapat arus pada laser GaAs yang homojunction.
Keunggulan yang dimiliki laser semikonduktor lebih banyak dibandingkan dengan
kelemahannya. Yang paling nyata adalah dimensi ukurannya, yaitu hanya sekitar 0,1 x 0,1
x 1,25 mm, sehingga amat cocok untuk peralatan yang dapat dibawa-bawa. Keunggulan
lainnya adalah fleksibilitas gap energi bahan-bahan yang dipakai. Lebar gap dapat diatur
sesuai dengan kebutuhan, yang berarti orang dapat memilih panjang gelombang laser yang
dihasilkannya. Misalnya, substrat indium fosfida ( InP ) yang dipakai pada laser InGaAsP,
laser yangdihasilkan dapat diatur berpanjang gelombang sekitar 1,3 atau 1,55 mikrometer,
panjang gelombang dimana gelombang elektromagnetik paling sedikit diserap oleh bahan
serat optik. Hal ini membuat laser InGaAsp menjadi pilihan yang tepat untuk komunikasi
jarak jauh dengan serat optik.

Jenis laser yang memberikan harapan


Ada tiga jenis laser yang layak disebutkan disini. Sekarang ini ketiganya sedang
dikembangkan karena dinilai memiliki potensi untuk memenuhi harapan manusia, yaitu
Kristal no. 4/Juni/1991 11

laser yang kuat dan berefisiensi tinggi. Mereka adalah laser sinar -X, laser elektron bebas
dan laser uap logam. Penulis akan membahasnya satu per satu pada edisi KRISTAL yang
akan datang.

Rujukan :
1. University Physics, vol. III, chap.13, Alonso-Finn, Assion Wesley, 1968
2. The Story of the LASER, J.M. Carroll, FP Dutton & Co, Inc., 1970
3. Elementary Solid State Physics, chap.7,M.A.Omar, Addison-Wesley, 1975
4. Solid State Electronic Divices, 2nd ed., chap.10, B.Streetman, Prentice/Hall
International, Inc., 1980
5. Fundamentals of Optics, 4th ed., chap.29-30, Jenkins-White, Mc. Graw-Hill, 1981
6. Frontiers in Science and Technology, chap.7, WH Freeman & Co, 1983

You might also like