Professional Documents
Culture Documents
SKRIPSI
Oleh :
EVITA NURYANI
NIM : 03510001
JURUSAN MATEMATIKA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MALANG
MALANG
2008
PENENTUAN MOMEN KE-3 DAN KE-4 DARI
DISTRIBUSI GAMMA, BETA DAN WEIBULL
SKRIPSI
Diajukan Kepada:
Universitas Islam Negeri (UIN) Malang
Untuk memenuhi Salah Satu Persyaratan
Memperoleh Gelar Sarjana Sains (S.Si)
Oleh :
Evita Nuryani
NIM : 03510001
JURUSAN MATEMATIKA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MALANG
MALANG
2008
HALAMAN PERSETUJUAN
SKRIPSI
Oleh :
Evita Nuryani
NIM. 03510001
Mengetahui
Ketua Jurusan Matematika
SKRIPSI
Oleh:
Evita Nuryani
NIM. 05310001
Dan tidak ada seorangpun akan beriman kecuali dengan izin Allah;
dan Allah menimpakan kemurkaan kepada orang-orang yang tidak
mempergunakan akalnya.
(Qs. Yunus : 100)
HALAMAN PERSEMBAHAN
Kedua adikku, semoga jadi anak yang pinter, sholih & sholihah
Alhamdulillah, Segala puji syukur ke hadirat Allah Swt, karena hanya atas
segala rahmat dan hidayah-Nya penelitian ini dapat diselesaikan, hingga tersusun
sebuah skripsi “Penentuan Momen Ke-3 dan Ke-4 Dari Distribusi Gamma, Beta
Dan Weibull”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat dalam
memperoleh gelar Sarjana Sains (S. Si) pada Jurusan Matematika Fakultas Sains
membantu dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini. Untuk itu, iringan do’a dan
1. Prof. Dr. H. Imam Suprayogo selaku Rektor Universitas Islam Negeri (UIN)
Malang.
2. Prof. Drs. Sutiman Bambang Sumitro, SU., D. Sc, selaku Dekan Fakultas
3. Sri Harini, M. Si, selaku Ketua Jurusan Matematika Fakultas Sains dan
4. Munirul Abidin, M.Ag selaku Dosen Pembimbing II terima kasih atas segala
5. Seluruh Dosen Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri (UIN)
7. Bapak dan Ibu tercinta M. Rifa’i dan Lies Fadyani yang dengan sepenuh hati
9. Seluruh teman-teman kos Sukada, terima kasih kalian sudah menjadi teman
10. Dan semua pihak yang telah membantu namun tidak bisa disebutkan satu
persatu.
dalam penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, dengan kerendahan hati, penulis
mengharapkan saran dan kritik dari semua pihak yang bermanfaat pada penulisan
selanjutnya. Akhir kata, semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak pada
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................ 4
1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................................. 4
1.4 Batasan Masalah .............................................................................................. 4
1.5 Manfaat Kajian ................................................................................................ 4
1.6 Metode Penelitian ............................................................................................ 5
1.7 Sistematika Pembahasan .................................................................................. 6
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan...................................................................................................... 77
4.2 Saran................................................................................................................ 78
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR
Nuryani, Evita. 2007. Penentuan Momen ke-3 dan ke-4 dari Distribusi Gamma,
Beta dan Weibull. Skripsi, Jurusan Matematika Fakultas Sains dan
Teknologi Universitas Islam Negeri Malang. Pembimbing: 1). Sri Harini,
M. Si. 2). Munirul Abidin, M. Ag.
Kata kunci: Peubah acak, momen, fungsi pembangkit momen, skewness, kurtosis
analisis yang penting dalam ilmu statistik. Ilmu statistik moderen memang
konsep matematika, meskipun alam semesta tercipta sebelum matematika itu ada.
Alam semesta seta segala isinya diciptakan Allah dengan ukuran-ukuran yang
kiranya jika menyatakan bahwa Allah Maha Matematis. Firman Allah dalam al-
Semua yang ada di alam ini, ada ukurannya, ada hitungannya, ada
rumusnya atau ada persamaannya. Ahli matematika atau ahli fisika tidak membuat
kemampuan intelektual semata tidak cukup untuk belajar matematika, tetapi perlu
pikir deduktif dan logis dalam matematika sangat bergantung pada kemampuan
intuitif dan imajinatif. Hal ini dilakukan dengan paradigma ulul albab, yang
kegiatan, gagasan-gagasan serta hasil yang sangat beraneka ragam. Mereka yang
tebagi dua golongan besar yaitu statistik terapan dan metode statistik. Statistik
terapan merupakan isi prakti dari statistik yang dibedakan menjadi dua, yaitu
statistik merupakan teori murni atau teori dasar yang berurusan dengan penelitian-
penelitian tentang basis matematika yang digunakan dalam metode statistik.
kesyahihan atau kebenaran konsep statistika secara umum (Ngapuli, 1992 : 1).
dari kelompok ukuran lain yang disebut ”Momen”, dari momen ini pula beberapa
ukuran lain dapat diturunkan. Pada sebagian besar buku-buku yang membahas
mengenai momen ini baik dalam literatur berbahasa Indonesia maupun literatur
berbahasa Inggris, pembahasan momen masih dalam ruang lingkup terbatas, yakni
pembahasannya hanya terbatas pada momen pertama dan kedua secara umum.
lebih beberapa fenomena yang terjadi dialam, industri, dan digunakan pula dalam
penelitian (Walpole & dkk, 2003 : 217). Sedangkan pada distribusi gamma, beta,
dan weibull memiliki grafik yang disebut kurva tak beraturan yang mana kurva
dengan menentukan momen pertama dan kedua saja tidaklah cukup dan
diperlukan momen ke-3 dan momen ke-4 untuk menentukan kemencongan dan
satunya yaitu yang sering disebut sebagai fungsi pembangkit momen. Menurut
Walpole (1995) kegunaan yang jelas dari fungsi pembangkit momen ialah untuk
menentukan momen distribusi. Bila fungsi pembangkit momen suatu peubah acak
memang ada, fungsi itu dapat dipakai untuk membangkitkan atau menemukan
seluruh momen suatu peubah acak tersebut. Jika diketahui fungsi pembangkit
Momen Ke-3 Dan Ke-4 Dari Distribusi Gamma, Beta, Dan Weibull”.
dapat dirumuskan sebagai berikut, yaitu bagaimana cara penentuan momen ke-3
Sesuai dengan rumusan masalah, maka tujuan penulisan skripsi ini yaitu
untuk mengetahui cara penentuan momen ke-3 dan ke-4 dari distribusi gamma,
hal-hal yang berkaitan dengan momen, maka dalam penulisan ini dibatasi dengan
penelitian pustaka, yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengumpulkan data dan
cara membaca dan memahami materi yang berkaitan dengan momen dan
analisis matematika dan yang lainnya yang dapat membantu penulis dalam
( )
M x (t ) = E e tx = ∫
∞
−∞
e tx f ( x) dx
3. Langkah selanjutnya mencari nilai dari momen ke-3 dan ke-4 dari
distribusi gamma, beta dan weibull dengan cara menurunkan rumus dari
sehingga mendukung gagasan atau ide untuk menghasilkan kesimpulan dan saran.
Agar penulisan skripsi ini lebih terarah, mudah ditelaah dan dipahami,
maka digunakan sistematika pembahasan yeng terdiri dari empat bab. Masing-
masing bab dibagi ke dalam beberapa subbab dengan rumusan sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
dan ke-4 dari distribusi gamma, beta dan Weibull, penentuan momen
BAB IV PENUTUP
KAJIAN TEORI
Definisi 2.1:
Peubah acak adalah suatu fungsi yang menghubungkan sebuah bilangan real
dalam hal ini x, untuk menyatakan salah satu diantara nilai-nilainya. Dengan
pada setiap kejadian dasar dari ruang contohnya. Peubah acak diklasifikasikan
menjadi 2 macam, yaitu peubah acak diskret dan peubah acak kontinu.
Definisi 2.2 : X disebut peubah acak diskret bila X peubah acak yang hanya
Contoh 2.1: Sebuah kantong berisi 10 kelereng yang terdiri dari 4 kelereng merah
(M) dan 6 kelereng hitam (H). Dalam kantong diambil 2 kelereng berturut-turut,
hasil yang mungkin untuk x sebagai peubah acak X yang menyatakan banyaknya
kereng merah yang diambil. Jadi ruang contohnya { HH, MH,, HM, MM } dan
peubah acak X = { 0, 1, 1, 2 }
Definisi 2.3 : X disebut sebagai peubah kontinu jika elemennya dapat dinyatakan
dalam selang interval, sehingga nilainya dapat berupa bilangan bulat maupun
pecahan.
F (x ) = ∑ PX (x ) (2.1)
1. PX (x ) ≥ 0 untuk semua x
∞
2. ∑ P (x ) = 1
i =1
X i
Contoh 2.3 : Tentukan distribusi bagi keluarga Markus yang merencanakan tiga
Penyelesaian:
sebagi berikut :
x 0 1 2 3
P( X = x )
1 3 3 1
jumlah = 1
8 8 8 8
1
banyaknya anak laki-laki mengaitkan probabilitas sebesar pada nilai peubah
8
3
acak tidak ada anak laki-laki, probabilitas sebesar pada nilai peubah acak 1
8
3 1
anak laki-laki, sebesar pada nilai peubah acak 2 anak laki-laki dan sebesar
8 8
dalam bentuk tabel, akan tetapi distribusinya dapat dinyatakan dalam persamaan
yang merupakan fungsi nilai-nilai peubah acak kontinu dan dapat digambarkan
∞
F (x ) = ∫ f (x ) dx
X (2.2)
−∞
dimana f X (x ) adalah fungsi probabilitas jika dan hanya jika:
1. f X ( x ) ≥ 0 untuk semua x
∞
2 ∫ f (x ) dx = 1
−∞
X
(Dudewicz & Misra, 1995 : 149)
Contoh 2.4 : Sebuah peubah acak kontinu X yang mengambil nilai antara
x+2
x = 1 dan x = 5 mempunyai fungsi probabilitas f ( x ) = . (a) Buktikan
20
bahwa P (1 < X < 5) = 1 . (b). Hitung P ( X < 3) dan (c). P (2 < X < 4,5) .
Penyelesaian : f(X)
x
1 5
a) bentuk kurva adalah trapezium dengan luas sama dengan alas dikalikan
f (1) + f (5)
jumlah kedua sisi sejajar dibagi 2. Sehingga L = (5 − 1) karena
2
3 + 7
f (1) =
3
dan f (2 ) =
7
maka P (1 < X < 5) = 4 20 20 = 1
20 20 2
3 +5
P ( X < 3) = (3 − 1) 20 20 = 0,40
2
4 + 6,5
20 = 0,66
P(2 < X < 4,5) = (4,5 − 2 ) 20
2
2.2 Beberapa Distribusi Probabilitas Kontinu Khusus
permasalahan teknik sains, masih banyak sekali keadaan yang memerlukan jenis-
Definisi 2.4 :
Jika α suatu bilangan real sebarang dengan α > 0 , fungsi gamma dari α adalah:
∞
Γ(α ) = ∫ y α −1e − y dy (2.3)
0
Definisi 2.5 :
Jika X suatu peubah acak kontinu, maka fungsi prbabilitas dari distribusi gamma
diberikan oleh
1 α −1 − x β
x e , x>0
f ( x ) Γ(α ) β α
(2.4)
0 , x≤0
Teorema 2.1 :
M (t ) =
1
(1 − β t )α (Freund & Walpole, 1987 : 214)
Bukti :
Karena distribusi gamma merupakan distribusi dari peubah acak kontinu, maka
−∞
e tx . f ( x) dx
x
∞ −
M x (t ) = ∫
1
e tx . x α −1e β
dx
−∞ Γ (α ) β α
x
∞ 1 − + tx
α −1 β
=∫ . x e dx
−∞ Γ (α ) β α
x (1 − β t ) βy β
Misal : y = , dan x = maka dx = dy
β (1 − β t ) 1− β t
βy
α −1 (1− β t ) + tβ y
∞ βy − β
M x (t ) = ∫
1 β (1− β t )
e dy
Γ (α ) β (1 − β t ) 1− β t
−∞ α
α −1
∞ 1 β β
=∫ y α −1 e − y dy
Γ (α ) β (1 − β t ) 1− β t
−∞ α
α
∞ 1 β α −1 − y
=∫ y e dy
−∞ Γ (α ) β α (1 − β t )
∞ 1 1
=∫ y α −1 e − y dy
0 Γ (α ) (1 − β t ) α
1
=
(1 − β t )α
Jadi fungsi pembangkit momen distribusi gamma adalah
M (t ) =
1
(2.5)
(1 − β t )α
Gambar 2. Grafik Distribusi Gamma
Contoh 2.5: Di dalam kajian biomedis dengan tikus suatu penelitian dosis-
waktu hidup mereka. Bahan racun tersebut adalah zat yang secara teratur dibuang
ke atmosfer dari bahan bakar jet. Untuk suatu dosis bahan racun tertentu kajian
−x
x α −1e β
x
P (X ≤ x) = ∫ dx
( ) α
0 Γ α β
−x
x α −1e β
60
P ( X ≤ 60 ) = ∫ dx
0 Γ(5) β 5
Integral di atas dapat dipecahkan melalui penggunaan fungsi gamma tak lengkap
yang menjadi fungsi distribusi kumulatif bagi distribusi gamma. Fungsi ini ditulis
sebagai :
y α −1e − y
x
F (x ;α ) = ∫ dy
0
Γ (α )
x
jika kita ambil y = dan x = β y , kita dapatkan
β
y 4−1e − y
6
P( X ≤ 60 ) = ∫ dy
0
Γ (5)
yang ditunjukkan sebagai F (6 ; 5) tentu saja untuk msalah ini, probabilitas tikus
P( X ≤ 60 ) = F (6 ; 5) = 0,715
Definisi 2.6:
∞
B(α , β ) = ∫ x (1 − X )
α −1 β −1
dx (2.6)
−∞
(Rosenkrantz, 1997:166)
Definisi 2.7 :
Jika X suatu peubah acak kontinu, maka fungsi probabilitas dari distribusi beta
diberikan oleh:
Γ (α + β ) α −1
x (1 − x )
β −1
for 0 < x < 1
f (x ) = Γ (α ) Γ (β )
(2.7)
0
selainnya
Bukti:
β (m, n ) = ∫ x m −1 (1 − x )n −1 dx
1
= ∫ (1 − y )
1 m −1
y n −1 dy
0
= ∫ y n−1 (1 − y )
1 m −1
dy
0
= β (n, m )
Γ (m ) Γ (n )
Teorema 2.3 : β (m, n ) =
Γ (m + n )
Bukti :
∞ ∞
Γ (m) = ∫ z m −1e z dx = 2 ∫ x 2 m−1e − x
2
0 0
∞
demikian pula, Γ(n) = 2 ∫ y 2 n −1e − y , kemudian
2
0 0
x 2 m−1 y 2 n −1e − (x ) dx dy
∞ ∞
+ y2
=4∫ ∫
2
0 0
∞ π
= 4 ∫ ρ 2( m+ n )−1e − ρ dρ ∫ 2 cos 2 m −1 φ sin 2 n −1 φ dφ
2
0 0
π
= 2 Γ (m + n ) ∫ 2
cos 2 m−1 φ sin 2 n −1 φ dφ
0
= Γ (m + n ) β (m, n )
Γ (m ) Γ (n )
dengan demikian β (m, n ) =
Γ (m + n )
∞
Bukti : Untuk: α = α + 1 → Γ(α + 1) = ∫ x α +1−1e − x dx
0
∞
= ∫ xα e − x dx
0
misalkan u = x α → du = α x α −1 dx
v = −e − x → dv = e − x dx
[uv]
∞ ∞
Γ(r + 1) = ∫ u dv =
∞
sehingga − ∫ v du
0
0 0
[uv]
∞
∞
= + ∫ e − x α x α −1 dx
0
0
∞
=0 +α ∫e
−x
x α −1 dx
0
= α Γ(α )
Gambar 3. Grafik Distribusi Beta
sekring mungkin putus, tiang baja mungkin melengkung, atau alat pengindera
panas tak bekerja. Komponen yang sama dalam lingkungan yang sama akan rusak
Definisi 2.8:
β
α β x β −1e −α x , x > 0
f (x ) =
0 , untuk x lainnya (2.9)
kemencengan.
Contoh 2.6 :
Z (t ) = α β t β −1 , t > 0
jika dan hanya jika distribusi waktu kegagalan merupakan distribusi Weibull
f (t ) = α β t β −1e −α x , t > 0
β
Penyelesaian :
f (t ) = Z (t ) R (t )
− Z (t ) dt β −1
R (t ) = c e ∫ =ce ∫
− αβt dt β
dengan = c e−x t
R (t ) = e −α t
β
f (t ) = α β t β −1e −α x , t > 0
β
dan
f (t ) = α β t β −1e −α x , t > 0
β
f (t )
maka Z (t ) ditentukan dengan menuliskan Z (t ) =
R(t )
dengan
t t
R(t ) = 1 − F (t ) = 1 − ∫ αβ x β −1 e −α x dx = 1 + ∫ de −α x = e −α x
β β β
0 0
maka
β
α β t β −1 e −α t
Z (t ) = β
= α β t β −1 , t > 0
e −α t
Definisi 2.9 :
Jika X adalah suatu peubah acak diskrit dan p(x) adalah fungsi peluang dari X,
E(X ) = ∑ xP (x ) X (2.10)
x∈ X
Definisi 2.10 :
Jika X adalah suatu peubah acak kontinu dan f(x) adalah fungsi padat dari X maka
∞
E(X ) = ∫ xf (x ) dx
X (2.11)
−∞
27
f ( x ) = 490
3x 2 − 2 x ( ) , jika
2
3
< x<3
0 , untuk yang lainnya
∞
E(X ) = ∫ xf (x ) dx
X
−∞
( )
3
27
= ∫
2
x
490
3 x 2 − 2 x dx
3
( )
3
27
490 2∫
= 3 x 3 − 2 x 2 dx
3
3
27 3 4 2 3
= 4 x − 3 x 2
490 3
283
=
120
= 2.36
Definisi 2.11 :
Misalkan X suatu peubah acak dengan fungsi padat peluang f dan g suatu fungsi
∞
E [g ( X )] = ∫ g (x ) f (x ) dx untuk X kontinu (2.13)
−∞
(Barnes. 1994 : 100)
Contoh 2.8: Misalkan fungsi padat peluang f ( x ) = , hitung E [g ( X )] dengan
1
6
g (X ) = 2 X 2 + 1.
E [g ( X )] = ∑ g ( x ) f ( x )
( )
6
1
= ∑ 2X 2 +1 ⋅
x =1 6
= (2 ⋅ 12 + 1) ⋅ + K + (2 ⋅ 6 2 + 1) ⋅
1 1 94
=
6 6 3
E (aX + b ) = aE ( X ) + b (2.14)
∞
E (aX + b ) = ∫ (ax + b) f (x ) dx
−∞
∞ ∞
= a ∫ x f ( x ) dx + b ∫ f ( x ) dx
−∞ −∞
= a E ( X ) + b ⋅1
= a E(X ) + b
maka
1. E (c ) = c;
2. E (cg ( X )) = cEg ( X )
3. E (g 1 ( X ) + g 2 ( X )) = Eg1 ( X ) + Eg 2 ( X );
5. Eg ( X ) ≤ E g ( X )
∞
1. E (c ) = ∫ cf X ( x ) dx
−∞
∞
= c∫ f X ( x ) dx
−∞
∞
= c (1) (Menurut definisi 2.3, ∫ f (x ) dx = 1 )
X
−∞
=c
∞
2. E (c g ( X )) = ∫ c g (x ) f X ( x ) dx
−∞
∞
= c ∫ g ( x ) f X ( x ) dx
−∞
= c E g (X )
∞
3. E (g 1 ( x ) + g 2 (x )) = ∫ (g1 (x ) + g 2 (x )) f X (x ) dx
−∞
∞ ∞
=∫ g1 (x ) f X ( x ) dx + ∫ g 2 ( x ) f X ( x ) dx
−∞ −∞
= E g1 ( x ) + E g 2 ( x )
sesuai dengan sifat integral ∫ (a + b) x dx = ∫ a x dx + ∫ b x dx dengan
a dan b adalah suatu konstanta.
4. E g 1 ( X ) ≤ E g 2 ( X )
∞ ∞
∫ g 1 ( x ) f X ( x ) dx ≤ ∫ g 2 (x ) f X ( x ) dx jika g 1 ( x ) ≤ g 2 (x )
−∞ −∞
Sifat-sifat ini juga dapat dibuktikan untuk peubah acak diskrit dengan cara
yang sama.
2.3.2 Variansi
Definisi 2.12:
adalah
[ ]
σ 2 = E ( X − µ )2 = ∑ ( x − µ )2 f ( x ) (2.15)
x
[ ]
2
σ 2 = E ( X − µ )2 = ∫
∞
−∞
(x − µ ) f ( x) dx (2.16)
bila X kontinu
Teorema 2.7:
( )
Var (x ) = E X 2 − µ 2 (2.17)
Bukti:
var ( x ) = E ( X − µ )
2
(
= E X 2 − 2 µX + µ )
( )
= E X 2 − 2µ E ( X ) + µ 2
( )
= E X 2 − 2µ 2 + µ 2
( )
= E X 2 − µ2
= E [a ( X ) + b − Ea ( X ) + b ]
2
= E [a( X ) − Ea ( X ) + b − b]
2
= E[a( X ) − Ea ( X )]
2
= E [ a ( X − EX )]
2
[
= E a 2(X − µ )
2
]
= a 2 E (X − µ )
2
= a 2 var (x )
Contoh 2.9 :
1
, jika 25 < x < 40
f (x ) = 5
0 , untuk yang lainnya
( )
Var ( x ) = E X 2 − E ( X )
2
40
E(X ) = ∫ x
1
dx = 32.5
25
15
( )= ∫ x
40
1
E X 2 2
dx = 1075
25
15
sehingga :
( )
Var ( x ) = E X 2 − E ( X )
2
= 32.5 − 1075 2
= 18,75
2.4.1 Momen
dan lain sebagainya. Momen dibedakan menjadi 2, yaitu momen tak terpusat
Definisi 2.13:
Misalkan X suatu peubah dengan fungsi distribusi F(x). Momen tak terpusat ke-n
dari X adalah µ n = E X n ( )
Definisi 2.14:
Misalkan X suatu peubah dengan fungsi distribusi F(x). Momen pusat ke-n dari X
adalah µ n' = E ( X − µ ) .
n
(Dudewich & Mishra, 1995 : 251)
Definisi 2.15 : Momen tak terpusat (µ1 ) pertama disebut mean suatu distribusi
Dari dua definisi di atas, dapat diuraikan dalam 2 kasus yang berbeda,
µ1 = E ( X )
= ∑x
x∈ X
f ( x)
µ 2 = E (X 2 )
= ∑
x∈ X
x 2 f ( x)
µ n = E (X n )
= ∑
x∈ X
x n f ( x)
b. Momen pusat
µ1' = E ( X − µ )
= ∑ ( X − µ ) f ( x)
x∈ X
µ 2' = E ( X − µ )2
= ∑ (X − µ )
2
f ( x)
x∈ X
µ n' = E ( X − µ )n
= ∑ (X − µ ) f (x )
n
x∈ X
µ1 = E ( X )
∞
=∫ x ⋅ f ( x) dx
−∞
µ 2 = E (X 2 )
∞
=∫ x 2 ⋅ f ( x) dx
−∞
M
Momen tak terpusat ke-n
µ n = E (X n )
∞
=∫ x n ⋅ f ( x) dx
−∞
b. Momen pusat
µ1' = E ( X − µ )
∞
=∫
−∞
(X − µ ) ⋅ f ( x)
µ 2' = E ( X − µ )2
∞
=∫
−∞
( X − µ )2 ⋅ f ( x)
µ n' = E ( X − µ )n
∞
=∫
−∞
(X − µ ) ⋅ f ( x)
momen-momen (pusat):
µ 2' = E ( X − µ )2 = σ 2 = µ 2 − µ12
Menurut Ronald dan Raymond (1995). Kegunaan yang jelas dari fungsi
tetapi, kegunaan yang terpenting adalah untuk mencari distribusi dari fungsi
peubah acak.
Definisi 2.17 :
Fungsi pembangkit momen dari suatu peubah acak X didefinisikan untuk setiap
Dari definisi 2.17, dapat diuraikan dalam 2 kasus yang berbeda, yaitu
( )
M x (t ) = E e tx = ∑ e tx . f ( x) (2.19)
x
( )
M x (t ) = E e tx = ∫
∞
−∞
e tx . f ( x) dx (2.20)
(Spiegel, 1991:80)
Contoh 2.7:
e x jika x > 0
f (x ) =
0 untuk yang lainnya
Penyelesaian:
( )
M x (t ) = E e tx = ∫
∞
−∞
e tx . f ( x) dx
∞
= ∫ e tx ⋅ e − x dx
0
∞
= ∫ e −(t −1) x dx
0
∞
1 −(1−t ) x
= e
1− t 0
1
=
1− t
Teorema 2.9 :
( )
untuk T > 0, maka E X n ada (n = 1, 2, 3, K) dan E X n = M X( n ) (0) ( )
dn
= M X (t )
dt n t =0
Bukti :
Diketahui bahwa M x (t ) = E e tx ( )
y 2 y3
Dengan menggunakan deret Maclaurin adalah e y = 1 + y + + +K
2! 3!
(tX ) 2 (tX ) 3
Jika y diganti tX maka e y = 1 + tX + + +K
2! 3!
Sehingga diperoleh
( )
M x (t ) = E e tx
(tX ) 2 (tX ) 3
= E 1 + tX + + + K
2! 3!
(tX ) 2 (tX ) 3
= E (1) + E (tX ) + E + E + K
2! 3!
(t ) 2 (t ) 3 tn
= 1 + t ( EX ) + E( X 2 ) + E( X 3 ) + K + E( X n ) + K
2! 3! n!
(t ) 2 t n −1
M X' (t ) = 0 + ( EX ) + t E ( X 2 ) + E( X 3 ) + K + E( X n ) + K
2! (n − 1)!
M X' ' (t ) = 0 + E ( X 2 ) + t E ( X 3 )
M X(3) (t ) = E ( X )
3
M
Sampai turunan ke-n
Jadi untuk mendapatkan momen ke-n dari suatu peubah acak X adalah
dn
E( X n ) = M X (t )
dt n t =0
Teorema 2.10 :
Jika M X (t ) adalah fungsi pembangkit momen dari peubah acak X dan a adalah
M aX (t ) = M X (at ) (2.21)
(Spiegel, 1991 : 80)
Bukti: ( )
M aX (t ) = E e taX
(
= E e (ta ) X )
= M X (ta )
= M X (at )
Teorema 2.11 :
Jika M X (t ) adalah fungsi pembangkit momen dari peubah acak X, a dan b adalah
M aX +b (t ) = e bt M X (at ) (22.2)
Bukti :
M aX + b (t ) = E (e (aX + b ) t )
(
= E eat X + b t )
( ) ( )
= E e (at ) X ⋅ E e bt
= M X (at ) ⋅ e bt
= e bt ⋅ M X (at )
Definisi 2.18 :
(
M X 1 ,LL X n (t1 , K K , t n ) = E e t1 X 1 +K K K+tn X n ) (2.23)
Bukti:
(
M X 1 , X 2 (t1 , t 2 ) = E e t1 X1 + t2 X 2 )
(
= E e t1 X1 ⋅ e t2 X 2 )
( ) (
= E e t1 X 1 ⋅ E e t2 X 2 )
= M X 1 (t1 ) ⋅ M X 2 (t 2 )
Teorema 2.13:
dari Y adalah:
M Y (t ) = M X 1 (a1t ) ⋅ M X 2 (a 2 t ) ⋅ K K K ⋅ M X n (a n t ) (2.24)
Bukti : M Y (t ) = E e tY ( )
(
= E e t (a1 X1 + a2 X 2 +K K K+ an X n ) )
(
= E e ( a1 X 1t + a2 X 2t +K K K+ an X nt ) )
(
= E e a1 X 1t ⋅ e a2 X 2t ⋅ K K K ⋅ e an X nt )
= E (e )⋅ E (e
a1 X 1t a2 X 2t
)⋅ K K K ⋅ E (e an X n t
)
( ) ( ) (
= E e (a1t ) X 1 ⋅ E e (a2t ) X 2 ⋅ K K K ⋅ E e (ant ) X n )
= M X 1 (a1t ) ⋅ M X 2 (a 2 t ) ⋅ K K K ⋅ M X n (a n t )
2.5 Skewness & Kurtosis Sebagai Fungsi dari Momen
2.5.1 Skewness
Dalam banyak kasus, suatu sebaran frekuensi yang teramati akan memiliki
bentuk sebaran yang tidak normal, sehingga sangat berguna apabila memiliki
sebuah statistik yang mengukur seberapa jauh penyimpangan bentuk sebaran itu
tidaknya bentuk kurva yang dihasilkan dari sebaran suatu gugus data.
Skewness atau kemencengan suatu kurva memiliki arti bahwa salah satu
ekor dari kurva lebih menjulur dibandingkan ekor lain. Pada kurva semacam itu,
nilai rata-rata dan median tidak akan tepat berada di satu titik yang sama.
kemencengan negatif (negatif skewness), bergantung dari apakah ekor kanan atau
menggunakan momen pusat ketiga dibagi dengan pangkat tiga simpangan baku
µ 3'
γ1 = (2.25)
σ3
a) b)
2.5.2 Kurtosis
momen pusat keempat dibagi dengan pangkat empat simpangan baku yang
µ 4'
γ2 = (2.26)
σ4
γ 2 = b2 − 3 . Sehingga :
µ 4'
γ2 = −3 (2.27)
σ4
Kriteria nilai kurtosis untuk mendeteksi kelandaian kurva adalah sebagai
berikut:
a. Bila γ 2 > 0 , maka bentuk sebaran kurva leptokurik yaitu kurva yang
c. Bila γ 2 < 0 , maka bentuk sebaran kurva platikurtik yaitu kurva yang
sehingga tidak salah jika kemudian ada yang menyebut matematika adalah ilmu
hitung atau ilmu al-hisab. Dalam urusan hitung menghitung ini, Allah adalah
rajanya. Allah sangat cepat dalam menghitung dan sangat teliti. Al-Quran
menjelaskan bahwa Allah sangat cepat dalam membuat perhitungan dan sangat
ßìƒÎ| ª!$#uρ 3 …çµt/$|¡Ïm çµ9©ùuθsù …çνy‰ΖÏã ©!$# y‰y`uρuρ $\↔ø‹x© çνô‰Ågs† óΟs9 …çνu!$y_
∩⊂∪ É>$|¡Ïtø:$#
ِArtinya: “Dan orang-orang kafir amal-amal mereka adalah laksana fatamorgana
di tanah yang datar, yang disangka air oleh orang-orang yang dahaga,
tetapi bila didatanginya air itu dia tidak mendapatinya sesuatu apapun.
dan didapatinya (ketetapan) Allah disisinya, lalu Allah memberikan
kepadanya perhitungan amal-amal dengan cukup dan Allah adalah
sangat cepat perhitungan-Nya.”
∩∉⊄∪ tÎ7Å¡≈ptø:$# äíuór& uθèδuρ ãΝõ3çtø:$# ã&s! Ÿωr& 4 Èd,ysø9$# ãΝßγ9s9öθtΒ «!$# ’n<Î) (#ÿρ–Šâ‘ §ΝèO
ÉΑ$tΒ $oΨtGn=÷ƒuθ≈tƒ tβθä9θà)tƒuρ ϵŠÏù $£ϑÏΒ tÉ)Ïô±ãΒ tÏΒÌôfßϑø9$# “utIsù Ü=≈tGÅ3ø9$# yìÅÊãρuρ
$tΒ (#ρ߉y`uρuρ 4 $yγ8|Áômr& HωÎ) ¸οuÎ7x. Ÿωuρ ZοuÉó|¹ â‘ÏŠ$tóムŸω É=≈tGÅ6ø9$# #x‹≈yδ
tentang integral? Subhanallah, Maha Suci Allah dari sifat-sifat kekurangan dan
ketidaktahuan. Ilmu yang dimiliki manusia tidak ada apa-apanya jika dibanding
ilmu Allah. Kemampuan manusia tidak ada apa-apa jika dibanding dengan
Matematika tidak lain adalah ilmu yang menjadi alat kebutuhan manusia.
memahami kebesaran dan kekuasaan Allah. Matematika itu tidak lain adalah
makhluq, Allah adalah khaliqnya. Khaliq jelas mengetahui dengan detil mengenai
mengetahuinya. Ilmu Allah sangat luas tiada batas, Allah mengetahui yang ghaib
dan yang nampak (Abdusysyakir, 2007 : 88). Sebagaimana firman Allah dalam
É=ø‹tóø9$# ãΝÎ=≈tã 4 Í‘θ÷Á9$# ’Îû ã‡xΖムtΠöθtƒ Ûù=ßϑø9$# ã&s!uρ 4 ‘,ysø9$# ã&è!öθs% 4 ãβθà6u‹sù
Tidak ada sesuatupun yang lepas dari pengetahuan Allah, termasuk hal-hal
dalam matematika yang dianggap rumit oleh manusia. Allah berfirman dalam Al-
4 Ìóst7ø9$#uρ Îhy9ø9$# †Îû $tΒ ÞΟn=÷ètƒuρ 4 uθèδ āωÎ) !$yγßϑn=÷ètƒ Ÿω É=ø‹tóø9$# ßxÏ?$xtΒ …çνy‰ΨÏãuρ *
5=ôÛu‘ Ÿωuρ ÇÚö‘F{$# ÏM≈yϑè=àß ’Îû 7π¬6ym Ÿωuρ $yγßϑn=÷ètƒ āωÎ) >πs%u‘uρ ÏΒ äÝà)ó¡n@ $tΒuρ
Jadi kalau di bumi ini ada ilmu matematika, maka Allah adalah ahlinya,
maha. Kalau dibumi ada ilmu biologi, maka Allah yang paling tahu tentang
biologi. Kalau di bumi ada ilmu fisika, maka Allah yang paling tahu tentang
fisika. Tidak ada yang tersembunyi bagi Allah sesuatupun yang terjadi di bumi
∩∈∪ Ï!$yϑ¡¡9$# ’Îû Ÿωuρ ÇÚö‘F{$# ’Îû Öóx« ϵø‹n=tã 4‘xøƒs† Ÿω ©!$# ¨βÎ)
Artinya: “Sesungguhnya bagi Allah tidak ada satupun yang tersembunyi di bumi
dan tidak (pula) di langit.”
matematika, biologi, kimia dan fisika telah melampaui seluruh ramalan masa
teknologi yang pesat tersebut, tiada lain merupakan bukti yang menunjukkan
Allah SWT adalah benar-benar Sang Pencipta yang telah menciptakan alam
semesta ini.
Perkembangan dan pemanfaatan sains juga membuktikan bahwa alam
yang sangat teliti dan hukum yang sangat rapi untuk mengendalikan dan
menjalankan alam semesta. Di samping itu dalam alam semesta terdapat sifat-sifat
khas yang sudah disiapkan sedemikian rupa, sehingga dapat sesuai untuk segala
benda dan makhluk yang ada di dalamnya. Semua ini menafikan kemungkinan
bahwa alam semesta tercipta secara kebetulan, sebab suatu peristiwa kebetulan
tidak akan mampu melahirkan peraturan yang teliti dan hukum yang rapi. Adanya
peraturan dan hukum alam yang sangat akurat ini, tentu saja mengharuskan
adanya Sang Pengatur dan Sang Pencipta yang Maha Berkuasa dan Maha
februari 2008).
yang tidak tertulis di dalamnya, yaitu yang terbentang di jagad raya. Ayat 8 dari
surat Ar-Ra’du dan ayat 2 dari surat Al-Furqan diatas menjelaskan bahwa Allah
menciptakan segala sesuatu dengan kadar ukuran yang telah ditetapkan. Dengan
kata lain tidak ada ayat Allah, baik yang tertulis maupun yang terbentang itu ada
Apabila disengaja, tentu ada maksud dan tujuannya. Maksud dan tujuan
Allah membuat itu semua ada yang bisa langsung dipahami manusia namun ada
juga yang memerlukan penafsiran. Saat manusia memerlukan penafsiran, bisa jadi
makna sebenarnya dari ayat-ayat Allah itu tersingkap, tetapi mungkin juga
penafsiran itu tidak atau belum mencapai makna sebenarnya. Namun yang pasti,
Allah.
Artinya: “Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.” (Surat
Al-Alaq ayat 5)
Didorong dan dirangsang oleh studi al-Quran, kaum muslim memulai
adad) dan ilmu hitung (‘ilm hisab). Ilmu ini menduduki tempat istemewa dalam
ilmu pengetahuan lainnya dalam islam, adalah konsep Tauhid, yaitu keesaan
bilangan pokok dalam keimanan mereka, yakni Tuhan Yang Satu (Tauhid).
kita menengok sekian banyak ayat al-Quran yang berbicara tentang alam raya
yang terhampar luas dilangit dan di bumi disediakan sebagai bahan untuk
memperoleh ilmu pengetahuan. Maka kita sebagai makhluk Allah Swt, harus bisa
dalam kehidupan sehari-hari. Seperti yang dijelaskan pada surat Al-A’laa ayat 2-
pengerjaannya, maka seseorang dituntut untuk bersikap teliti, cernat, hemat, cepat
untuk mengerjakan dengan teliti dan cermat. Jangan sampai ada pengerjaan atau
langkah yang salah. Langkah demi langkah pengerjaan diteliti dan dicermati.
Setelah diperoleh hasilnya, hasil itu perlu dicek lagi apakah sudah menjawab
permasalahan atau tidak. Intinya, matematika mengajari seseorang untuk jeli dan
152:
bilangan yang secara tepat berdasarkan ukuran (takaran), sehingga semua pihak
yang berkepentingan bisa merasa keadilan. Tidak boleh ada selisih atau
akurat sehingga menghasilkan kebenaran yang sahih. Semangat inilah yang amat
oleh para ahli matematika bukan saja dilakukan demi menjamin keadilan kepada
siapa saja yang berkepentingan, melainkan juga demi memperoleh informasi yang
benar berdasarkan bilangan dan angka yang disajikan kepada mereka dan demi
menjaga keadilan terhadap semua pihak dalam segala keadaan. Dengan demikian,
dapat dinyatakan disini bahwa Al-Quran boleh jadi telah banyak mendorong
sebaik-baiknya dalam setiap aspek kehidupan manusia, terlebih lagi dalam hal
ketepatan dan keakuratan penentuan angka dan bilangan serta ukuran yang
menjadi dasar bagi beroperasinya bidang industri dan sains. Dari semua usaha
para ahli matematika yang bekerja keras membuat perhitungan dengan akurasi
PEMBAHASAN
3.1 Penentuan Momen Ke-3 Dan Momen Ke-4 Dari Disri Gamma, Beta Dan
Weibull
Untuk mendapatkan momen ke-3 dan momen ke-4 dari distribusi gamma
1. Momen pertama
µ1 = E ( X ) =
d M X (t )
dt t =0
d (1 − β t )
−α
=
dt t =0
= − α (1 − β t ) (− β ) t =0
−α −1
= −α (1 − β ⋅ 0 ) (− β )
−α −1
= −α ( − β )
=α β
µ1 = E ( X ) = α β
2. Momen Kedua
µ 2 = E (X 2 ) =
d 2 M X (t )
d t2 t =0
d 2 (1 − β t )
−α
=
dt 2 t =0
d d (1 − β t )
−α
=
dt dt t =0
=
d
dt
(
− α (1 − β t )
− (α +1)
(− β ) )
t =0
= − α (− (α + 1))(1 − β t ) (− β )2
− (α + 2 )
t =0
= −α (− (α + 1)) (1 − β ⋅ 0 ) (− β )2
− (α + 2 )
= −α β 2 (− (α + 1))
= α 2β 2 + α β 2
µ 2 = E (X 2 )= (α 2 β 2 + αβ 2 )
µ 2' = E ( X − µ1 )2
(
= E X 2 − 2 µ1 X + µ1 )
( )
= E X 2 − 2 µ1 E ( X ) + µ1
2
= µ 2 − 2 µ12 + µ12
= µ 2 − µ12
= α 2 β 2 + αβ 2 − (αβ )
2
= α 2 β 2 + αβ 2 − α 2 β 2
=α β2
µ 2' = E ( X − µ1 )2 = σ 2 = α β 2
3. Momen Ketiga
µ 3 = E (X 3 ) =
d 3 M X (t )
d t3 t =0
d 3 (1 − β t )
−α
=
dt 3 t =0
d d 2 (1 − β t )
−α
=
dt dt 2
t =0
=
d
dt
(
− α (− (α + 1)) (1 − β t )
− (α + 2 )
(− β )2 )
t =0
= −α (α + 1) (α + 2 ) (1 − β ⋅ t ) (− β )3 t =0
− (α + 3 )
= −α (α + 1) (α + 2 ) (1 − β ⋅ 0) (− β )3
− (α + 3 )
= −α (α + 1) (α + 2 ) (− β )
3
( )(
= α β 3 α 2 + 3α + 2 )
= α 3 β 3 + 3α 2 β 3 + 2αβ 3
Jadi momen tak terpusat ketiganya adalah
µ 3 = E (X 3 )= α 3 β 3 + 3α 2 β 3 + 2αβ 3
µ 3' = E ( X − µ1 )3
[
= E ( X − µ1 ) ( X − µ1 )
2
]
[( )
= E X 2 − 2µ1 X + µ12 ( X − µ1 ) ]
(
= E X 3 − 2 µ1 X 2 + µ12 X − µ1 X 2 + 2 µ12 X − µ13 )
(
= E X 3 − 3µ1 X 2 + 3µ12 X − µ13 )
( ) ( )
= E X 3 − 3µ1 E X 2 + 3µ12 E ( X ) − µ13
= µ 3 − 3µ1 µ 2 + 2 µ13
( )
= α 3 β 3 + 3α 2 β 3 + 2αβ 3 − 3(αβ ) α 2 β 2 + αβ 2 + 2(αβ )
3
= α 3 β 3 + 3α 2 β 3 + 2αβ 3 − 3α 3 β 3 + 3α 2 β 3 + 2α 3 β 3
= 2αβ 3
µ 3' = E ( X − µ1 )3 = 2 α β 3
Jika momen tak terpusat pertama (µ1 ) menyatakan mean (µ ) dan momen
E ( X − µ1 )
3
γ1 =
σ3
µ 3'
=
σ 2 ⋅σ
2 αβ 3
=
αβ 2 αβ 2
2αβ 3
=
αβ 3 α
2
=
α
4. Momen Keempat
µ 4 = E (X 4 ) =
d 4 M X (t )
d t 4 t =0
d 4 (1 − β t )
−α
=
dt 4 t =0
d d 3 (1 − β t )
−α
=
dt dt 3
t =0
=
d
dt
(
− α (α + 1) (α + 2 ) (1 − β . t )
− (α + 3 )
(− β )3 ) t =0
= − α (α + 1) (α + 2 ) (− (α + 3)) (1 − β . t ) (− β )4
− (α + 4 )
t =0
= − α (α + 1) (α + 2) (− (α + 3)) (1 − β . 0 ) (− β )4
− (α + 4 )
( )( (
= − α β 4 − α 3 + 6 α 2 + 11α + 6 ))
= α 4 β 4 + 6 α 3 β 4 + 11α 2 β 4 + 6 α β 4
µ 4 = E (X 4 ) = α 4 β 4 + 6 α 3 β 4 + 11α 2 β 4 + 6 α β 4
µ 4' = E ( X − µ )4
[
= E ( X − µ1 ) ( X − µ1 )
2 2
]
[( )(
= E X 2 − 2 µ1 X + µ12 X 2 − 2µ1 X + µ12 )]
(
= E X 4 − 2 µ1 X 3 + µ12 X 2 − 2 µ1 X 3 + 4 µ12 X 2 − 2 µ13 X + µ12 X 2 − 2 µ13 X + µ14 )
(
= E X 4 − 4 µ1 X 3 + 6 µ12 X 2 − 4 µ13 X + µ14 )
( ) ( ) ( )
= E X 4 − 4 µ1 E X 3 + 6 µ12 E X 2 − 4µ13 E ( X ) + µ14
= µ 4 − 4 µ1 µ 3 + 6 µ12 µ 2 − 3µ14
(
= α 4 β 4 + 6 α 3 β 4 + 11α 2 β 4 + 6 α β 4 − 4 (αβ ) α 3 β 3 + 3α 2 β 3 + 2 α β 3 + )
2
(
6 (α β ) α 2 β 2 + α β 2 ) − 3 (α β )
4
= α 4 β 4 + 6 α 3 β 4 + 11α 2 β 4 + 6 α β 4 − 4 α 4 β 4 + 12 α 3 β 4 + 8 α 2 β 4 + 6 α 4 β 4 +
6 α 2 β 4 − 3α 4 β 4
= 3α 2 β 4 + 6αβ 4
µ 4' = E ( X − µ )4 = 3α 2 β 4 + 6αβ 4
( )
Sehingga pada momen pusat keempat µ 4' yang dibagi dengan pangkat
( )
empat simpangan baku σ 4 menyatakan kurtosis (γ 2 ) .
µ 4'
γ2 =
σ4
µ 4'
=
(σ ) 2 2
3α 2 β 4 + 6αβ 4
=
(αβ )
2 2
αβ 2 (3αβ 2 + 6 β 2 )
=
αβ 2 ⋅ αβ 2
β 2 (3α + 6 )
=
αβ2
3α + 6 6
= = +3
α α
Untuk mendapatkan momen ke-3 dan momen ke-4 dari definisi beta
adalah dengan menurunkan persamaan (2.20) sebanyak 4 kali dengan f(x) pada
persamaan (2.7) dan memasukkan variabelnya sama dengan nol.
1. Momen pertama
dM X (t )
µ1 = E ( X ) =
dt t =0
∞
d tx
= ∫ e f ( x ) dx
dt − ∞ t =0
∞
= ∫ xe f (x ) dx
tx
−∞ t =0
∞
= ∫ x f (x ) dx
−∞
Γ(α + β ) α
∞
∫ x Γ(α )Γ(β ) x (1 − x )
−1 1− β
= dx
−∞
Γ(α + β )
∞
x α +1−1 (1 − x ) dx
β −1
= ∫
Γ(α )Γ(β ) −∞
Γ(α + β )
µ1 = E ( X ) = B (α + 1, β )
Γ(α )Γ(β )
Γ (α )Γ(β )
karena: B (α , β ) =
Γ (α + β )
Γ(α + β )
maka: µ1 = E ( X ) = B (α + 1, β )
Γ(α )Γ(β )
α
=
α +β
α
µ1 = E ( X ) =
α +β
2. Momen kedua
d 2 M X (t )
µ 2 = E (X 2 ) =
dt 2 t =0
d2 ∞ tx
= ∫ e f (x ) dx
dt 2
−∞ t =0
d d
∞
( )
dt dt −∫∞
= e tx
f x dx
t =0
∞
d
= ∫ x e tx f ( x ) dx
dt − ∞
t =0
∞
= ∫x
2 tx
e f ( x ) dx
−∞ t =0
∞
= ∫ x f (x ) dx
2
−∞
Γ(α + β ) α
∞
∫ x Γ(α )Γ(β ) x (1 − x )
β −1 −1
= 2
dx
−∞
Γ(α + β )
∞
x α + 2−1 (1 − x ) dx
β −1
Γ(α + β )
= B (α + 2, β )
Γ(α )Γ (β )
Γ (α + β ) Γ (α + 2 ) Γ (β )
=
Γ(α ) Γ(β ) Γ (α + β + 2 )
Γ (α + β ) (α + 1) α Γ (α ) Γ (β )
=
Γ(α ) Γ(β ) (α + β + 1) (α + β ) Γ (α + β )
(α + 1)α
=
(α + β + 1)(α + β )
Jadi momen tak terpusat kedua adalah
µ 2 = E (X 2 ) =
(α + 1)α
(α + β + 1)(α + β )
µ 2' = E ( X − µ1 )2
(
= E X 2 − 2 µ1 X + µ1 )
( )
= E X 2 − 2 µ1 E ( X ) + µ1
2
= µ 2 − 2 µ12 + µ12
= µ 2 − µ12
(α + 1)α α
2
= −
(α + β + 1)(α + β ) α + β
(α + 1)α (α + β ) α 2 (α + β + 1)
= −
(α + β + 1)(α + β )2 (α + β + 1)(α + β )2
α 3 + α 2 β + α 2 + αβ − (α 3 + α 2 β + α 2 )
=
(α + β + 1)(α + β )2
αβ
=
(α + β + 1) (α + β )2
αβ
µ 2' = E ( X − µ1 )2 = σ 2 =
(α + β + 1)(α + β )2
3. Momen ketiga
d 3 M X (t )
µ 3 = E (X 3 ) =
dt 3 t =0
d3 ∞ tx
= ∫ e f ( x ) dx
dt 3
−∞ t =0
d d2 ∞ tx
= 2 ∫ e f ( x ) dx
dt dt
−∞ t =0
∞
d 2 tx
= ∫ x e f ( x ) dx
dt −∞
t =0
∞
= ∫ x e f (x ) dx
3 tx
−∞ t =0
∞
= ∫ x e f (x ) dx
3 tx
−∞
Γ(α + β ) α
∞
∫ x Γ(α )Γ(β ) x (1 − x )
β −1 −1
= 3
dx
−∞
Γ(α + β )
∞
x α + 3−1 (1 − x ) dx
β −1
Γ(α + β )
= B (α + 3, β )
Γ(α )Γ (β )
(α + 2)(α + 1)α
=
(α + β + 2)(α + β + 1)(α + β )
Jadi momen tak terpusat ketiga adalah
µ 3 = E ( X )3 =
(α + 2)(α + 1)α
(α + β + 2)(α + β + 1)(α + β )
b. Momen pusat ketiga
µ 3' = E ( X − µ1 )3
[
= E ( X − µ1 ) ( X − µ1 )
2
]
[( )
= E X 2 − 2µ1 X + µ12 ( X − µ1 ) ]
(
= E X 3 − 2 µ1 X 2 + µ12 X − µ1 X 2 + 2 µ12 X − µ13 )
(
= E X 3 − 3µ1 X 2 + 3µ12 X − µ13 )
( ) ( )
= E X 3 − 3µ1 E X 2 + 3µ12 E ( X ) − µ13
= µ 3 − 3µ1 µ 2 + 2 µ13
= − 3 + 2
(α + β + 2)(α + β + 1)(α + β ) α + β (α + β + 1)(α + β ) α + β
=
(α + 2) (α + 1) α (α + β )2 3α 2 (α + 1)(α + β + 2 )(α + β )
−
(α + β + 1)(α + β + 2 )(α + β )3 +
(α + β + 2 ) (α + β + 1) (α + β )
3
2α 3 (α + β + 2 )(α + β + 1)
(α + β + 2 )(α + β + 1)(α + β )3
− 2α 2 β + 2 α β 2
=
(α + β + 2) (α + β + 1) (α + β )3
− 2α 2 β + 2 α β 2
µ 3' = E ( X − µ1 )3 =
(α + β + 2) (α + β + 1) (α + β )3
Jika momen (tak terpusat) pertama (µ 1 ) menyatakan mean (µ ) , dan
(pusat) ketiga (µ 3' ) yang dibagi dengan pangkat tiga simpangan baku (σ )
µ 3'
γ1 =
σ3
µ 3'
=
σ 2 ⋅σ
µ 3'
=
E ( X − µ1 ) ⋅ E ( X − µ1 )
2 2
− 2α 2 β + 2αβ 2
=
(α + β + 2)(α + β + 1)(α + β )3
αβ αβ
⋅
(α + β + 1)(α + β ) 2
(α + β + 1)(α + β )2
2(− α + β ) α + β + 1
=
(α + β + 2) αβ
4. Momen keempat
d 4 M X (t )
µ 4 = E (X 4 ) =
dt 4 t =0
d4 ∞ tx
= 4 ∫ e f ( x ) dx
dt
−∞ t =0
d d 3 ∞ tx
= ∫ e f ( x ) dx
dt dt 3
−∞ t =0
∞
d
= ∫ x 3 e tx f ( x ) dx
dt −∞
t =0
∞
= ∫x e f ( x ) dx
4 tx
−∞ t =0
∞
=∫ x 4 f ( x ) dx
−∞
∞
Γ (α + β )
= ∫ Γ (α ) Γ (β ) x
α + 4 −1
(1 − x )β −1 dx
−∞
Γ(α + β )
= B (α + 4, β )
Γ(α )Γ(β )
Γ(α + β ) Γ(α + 4 )Γ (β )
= ⋅
Γ(α )Γ (β ) Γ(α + β + 4 )
=
(α + 3)(α + 2) (α + 1) α
(α + β + 3)(α + β + 2)(α + β + 1)(α + β )
Jadi momen tak terpusat keempat adalah
µ 4 = E (X 4 ) =
(α + 3)(α + 2) (α + 1) α
(α + β + 3)(α + β + 2)(α + β + 1)(α + β )
µ 4' = E ( X − µ )4
[
= E ( X − µ1 ) ( X − µ1 )
2 2
]
[( )(
= E X 2 − 2 µ1 X + µ12 X 2 − 2µ1 X + µ12 )]
= E (X − 2 µ X + µ X − 2 µ X + 4 µ X − 2 µ
4
1
3 2
1
2
1
3 2
1
2 3
1 X + µ12 X 2 − 2 µ13 X + µ14 )
= E (X − 4 µ X + 6 µ X − 4 µ X + µ )
4
1
3 2
1
2 3
1
4
1
= E (X ) − 4 µ E (X ) + 6 µ E ( X ) − 4 µ E ( X ) + µ
4
1
3 2
1
2 3
1
4
1
= µ 4 − 4 µ1 µ 3 + 6 µ12 µ 2 − 3µ14
=
(α + 3)(α + 2) (α + 1) α
−
(α + β + 3)(α + β + 2 )(α + β + 1)(α + β )
α
4
(α + 2) (α + 1) α
+
α + β (α + β + 2 )(α + β + 1)(α + β )
(α + 1) α
2 4
α α
6 − 3
α + β (α + β + 1)(α + β ) α + β
6α 3 β + 3α 3 β 2 − 6α 2 β 2 + 3α 2 β 3 + 6αβ 2
=
(α + β + 3)(α + β + 2)(α + β + 1)(α + β )4
=
(
3αβ 2α 2 + α 2 β − 2αβ + αβ 2 + 2 β 2 )
(α + β + 3)(α + β + 2)(α + β + 1)(α + β )4
Jadi momen pusat keempat adalah
µ 4' = E ( X − µ1 )4 =
(
3αβ 2α 2 + α 2 β − 2αβ + αβ 2 + 2 β 2 )
(α + β + 3)(α + β + 2)(α + β + 1)(α + β )4
Sehingga pada momen pusat keempat µ 4' ( ) yang dibagi dengan pangkat
( )
empat simpangan baku σ 4 menyatakan kurtosis (γ 2 ) .
µ 4'
γ2 =
σ4
µ 4'
=
(σ ) 2 2
(
3αβ 2α 2 + α 2 β − 2αβ + αβ 2 + 2 β 2 )
=
(α + β + 3)(α + β + 2)(α + β + 1)(α + β )4
2
αβ
(α + β + 1)(α + β )2
=
(
3 2α 2 + α 2 β − 2αβ + αβ 2 + 2 β 2 (α + β + 1) )
(α + β + 3)(α + β + 2)
3.3 Distribusi Weibull
dM X (t )
µ1 = E ( X ) =
dt t =0
∞
d tx
= ∫ e f ( x ) dx
dt − ∞
t =0
∞
= ∫ xe f (x ) dx
tx
−∞ t =0
∞
= ∫ x f (x ) dx
−∞
∞
β
β −1
= ∫xα β x e −α x dx
−∞
∞
β
=α β ∫x
β +1−1
e −α x dx
−∞
1 1
β −1
β y 1 1
misalkan: y = α x , maka x = , dan dx = y β
α
1
β β 1
αβ
sehingga:
∞
µ1 = E ( X ) = α β
β
β +1−1
∫x e −α x dx
−∞
β
1
β +1−1 β
β 1
y
−α 1
y ∞ α β 1 1
1
−1
=α β ∫ 1 e
y β
dy
−∞ β 1
α α
β β
β +1−1
∞ y 1
−α −1
1 1 y β
=α β ∫−∞ α e α
y β
dy
β 1
α β
β +1−1
∞ β +1−1 1
1 1 β + −1
=α 1 ∫y
β β −y
e dy
α −∞
β
α
∞
α
1
+1−1
β
= 1 β +1−1 ∫y e − y dy
+
−∞
αβ β
1
− +1 ∞
1
+1−1
β
=α α ∫y
β
e − y dy
−∞
−
1 ∞ 1
+1−1
=α β
∫y
β
e − y dy
−∞
sehingga diperoleh
−
1 ∞ 1
+1−1
µ1 = E ( X ) = α β
∫y
β
e − y dy
−∞
1
− 1
=α β
Γ + 1
β
1
− 1
µ1 = E ( X ) = α β
Γ + 1
β
2. Momen kedua
d 2 M X (t )
µ 2 = E (X 2 ) =
dt 2 t =0
d2 ∞ tx
= ∫ e f (x ) dx
dt 2
−∞ t =0
d d
∞
= ∫ e tx f ( x ) dx
dt dt −∞
t =0
∞
d
= ∫ x e tx f (x ) dx
dt −∞
t =0
∞
= ∫x
2 tx
e f ( x ) dx
−∞ t =0
∞
= ∫ x f (x ) dx
2
−∞
∞
β
= ∫x
2
α β x β −1 e −α x dx
−∞
∞
β + 2 −1 −α x β
=α β ∫x e dx
−∞
1 1
β −1
β y 1 1
Misalkan: y = α x , maka x = dan dx = yβ
α
1
β β 1
αβ
sehingga:
∞
µ 2 = E (X 2 ) = α β ∫ x β + 2−1e −αx
β
−∞
β
1
β + 2−1 β
β1
y
−α 1
y ∞
αβ
1 1
1
−1
=α β ∫ 1 e
yβ dy
−∞ β 1
α αβ
β
β + 2 −1
∞ y 1
−α
1 1 y β −1
=α β ∫−∞ α e α
y β
dy
β 1
α β
β + 2 −1
∞ β + 2 −1 1
1 1 β + −1
=α 1 ∫y
β β −y
e dy
β
α −∞
α
∞
α
2
+1−1
β
= 1 β + 2 −1 ∫y e − y dy
+
−∞
αβ β
2
− +1 ∞
2
+1−1
β
=α α ∫y
β
e − y dy
−∞
−
2 ∞ 2
+1−1
=α β
∫y
β
e − y dy
−∞
2
− 2
=α β
Γ + 1
β
µ 2 = E (X )=α
−
β 2
2
Γ + 1
β
b. Momen pusat kedua
µ 2' = E ( X − µ1 )2
(
= E X 2 − 2 µ1 X + µ1 )
= E (X 2 ) − 2 µ1 E ( X ) + µ1
2
= µ 2 − 2 µ12 + µ12
= µ 2 − µ12
2
− β 1
2 1
− 2
=α β
Γ + 1 − α Γ + 1
β β
− β 1
2 2 2
− 2
=α β
Γ + 1 − α Γ + 1
β β
−
2
2 1
2
=α β
Γ + 1 − Γ + 1
β β
2
2
2
µ = E (X )= σ
− 1
' 2 2
=α β
Γ + 1 − Γ + 1
β β
2
3. Momen ketiga
d 3 M X (t )
µ 3 = E (X 3 ) =
dt 3 t =0
∞
d3
=
3 ∫
e tx f ( x ) dx
dt −∞ t =0
d d 2 ∞ tx
= ∫ e f ( x ) dx
dt dt 2
−∞ t =0
∞
d 2 tx
= ∫ x e f ( x ) dx
dt −∞ t =0
∞
= ∫ x e f (x ) dx
3 tx
−∞ t =0
∞
= ∫ x f (x ) dx
3
−∞
∞
β
= ∫x
3
α β x β −1 e −α x dx
−∞
∞
β
β + 3−1
=α β ∫x e −α x dx
−∞
1 1
β −1
β y 1 1
Misalkan: y = α x , maka x = , dan dx = y β
, sehingga:
α
1
β β 1
α β
∞
µ 3 = E (X 3 ) = α β ∫ x β + 3−1e −αx
β
−∞
β
1
β + 3−1 β
β 1
y
−α 1
y ∞ α β 1 1
1
−1
=α β ∫ 1 e
yβ dy
−∞ β 1
α αβ
β
β + 3−1
∞ y 1
−α −1
1 1 y β
=α β ∫−∞ α e α
y β
dy
β 1
α β
β + 3−1
∞ β + 3−1 1
1 1 β + −1
=α 1 ∫y
β β −y
e dy
α −∞
β
α
∞
α
3
+1−1
β
= 1 β + 3−1 ∫y e − y dy
+
−∞
αβ β
3
− +1 ∞
3
+1−1
β
=α α ∫y
β
e − y dy
−∞
−
3 ∞ 3
+1−1
=α β
∫y
β
e − y dy
−∞
3
− 3
=α β
Γ + 1
β
µ 3 = E (X )= α
−
β 3
3
Γ + 1
β
µ 3' = E ( X − µ1 )3
[
= E ( X − µ1 ) ( X − µ1 )
2
]
[(
= E X 2 − 2µ1 X + µ12 ( X − µ1 ) ) ]
= E (X 3 − 2 µ1 X 2 + µ12 X − µ1 X 2 + 2 µ12 X − µ13 )
(
= E X 3 − 3µ1 X 2 + 3µ12 X − µ13 )
( ) ( )
= E X 3 − 3µ1 E X 2 + 3µ12 E ( X ) − µ13
= µ 3 − 3µ1 µ 2 + 2 µ13
3
− −
3 1 2 1
− 3 1 − 2 1
=α β
Γ + 1 − 3 α β Γ + 1α β Γ + 1 + 2 α β Γ + 1
β β β β
3
3 − β 1
3
2 − β3 1 3
+ 2 α Γ + 1
−
=α β
Γ + 1 − 3 α Γ + 1Γ + 1 β
β β β
3
− 3 1 2 3 1
=α β
Γ + 1 − 3Γ + 1Γ + 1 + 2Γ + 1
β β β β
(pusat) ketiga (µ 3' ) yang dibagi dengan pangkat tiga simpangan baku (σ )
µ 3' µ 3'
γ1 = =
σ3 (σ ) 2
3
3
− 3 1 2 3 1
α β
Γ + 1 − 3Γ + 1Γ + 1 + 2Γ + 1
= β β β β
3
− 2
2 2
1
α β
Γ
+ 1
− Γ
β + 1
β
3
− 3 1 2 3 1
α β
Γ + 1 − 3Γ + 1Γ + 1 + 2Γ + 1
= β β β β
3
−3 2
2
1
α β
Γ + 1 − Γ + 1
β β
3 1 2 3 1
Γ + 1 − 3Γ + 1Γ + 1 + 2Γ + 1
β β β β
= 3
2
2 1
Γ β + 1 − Γ β + 1
4. Momen keempat
d 4 M X (t )
µ 4 = E (X 4 ) =
dt 4 t =0
d4 ∞ tx
= 4 ∫ e f (x ) dx
dt
−∞ t =0
d d 3 ∞ tx
= ∫ e f ( x ) dx
dt dt 3
−∞ t =0
∞
d 3 tx
= ∫ x e f ( x ) dx
dt −∞
t =0
∞
= ∫x
4 tx
e f ( x ) dx
−∞ t =0
∞
= ∫ x f (x ) dx
4
−∞
∞
β
= ∫x
4
α β x β −1 e −α x dx
−∞
∞
β
β + 4−1
=α β ∫x e −α x dx
−∞
1 1
β −1
β y 1 1
Misalkan: y = α x , maka x = , dan dx = y β
α
1
β β 1
αβ
sehingga:
∞
µ 4 = E (X 4 ) = α β ∫ x β + 4−1e −αx
β
−∞
β
1
β + 3−1 β
β
y
1 −α 1
y ∞
α β
1 1
1
−1
=α β ∫ 1 e
y β
dy
−∞ β 1
α α
β β
β + 4 −1
∞ y 1
−α −1
1 1 y β
=α β ∫−∞ α e α
y β
dy
β 1
α β
β + 4−1
∞ β + 4 −1 1
1 1 β + −1
=α 1 ∫y
β β −y
e dy
β
α −∞
α
∞
α
4
+1−1
β
= 1 β + 4 −1 ∫y e − y dy
+
−∞
αβ β
4
− +1 ∞
4
+1−1
β
=α α ∫y
β
e − y dy
−∞
−
4 ∞ 4
+1−1
=α β
∫y
β
e − y dy
−∞
4
− 4
=α β
Γ + 1
β
Jadi momen tak terpusat keempatnya adalah
µ 4 = E (X )=α
−
β 4
4
Γ + 1
β
µ 4' = E ( X − µ )4
[
= E ( X − µ1 ) ( X − µ1 )
2 2
]
[( )(
= E X 2 − 2 µ1 X + µ12 X 2 − 2µ1 X + µ12 )]
= E (X − 2 µ X + µ X − 2 µ X + 4 µ X − 2 µ
4
1
3 2
1
2
1
3 2
1
2 3
1 X + µ12 X 2 − 2 µ13 X + µ14 )
= E (X − 4 µ X + 6 µ X − 4 µ X + µ )
4
1
3 2
1
2 3
1
4
1
= E (X ) − 4 µ E (X ) + 6 µ E (X ) − 4 µ E ( X ) + µ
4
1
3 2
1
2 3
1
4
1
= µ 4 − 4 µ1 µ 3 + 6 µ12 µ 2 − 3µ14
−β 1
4 1 3
− 4 −β 3
= α Γ + 1 − 4 α Γ + 1α Γ + 1 +
β
β β β
− 1 2
− β2 2 − β1 1
4
1
6 α Γ + 1 α Γ + 1 − 3α Γ + 1
β
β β β
4 − β 1 − β 3
4 1 3
−
= α Γ + 1 − 4α Γ + 1α Γ + 1 +
β
β β β
− 1 − β2 2
2
− β1 1
4
1
6 α Γ + 1 α Γ + 1 − 3α Γ + 1
β
β β β
4
4
− 1 3 2 1 2 4 1
=α β
Γ + 1 − 4Γ + 1 Γ + 1 + 6 Γ + 1Γ + 1 − 3Γ + 1
β β β β β β
µ 4 = E ( X − µ1 )4
4
− 4 1 3 2 1 2 4 1
=α β
Γ + 1 − 4Γ + 1 Γ + 1 + 6 Γ + 1Γ + 1 − 3Γ + 1
β β β β β β
Sehingga pada momen pusat keempat µ 4' ( ) yang dibagi dengan pangkat
( )
empat simpangan baku σ 4 menyatakan kurtosis (γ 2 ) .
µ 4' µ 4'
γ2 = − 3 = −3
σ4 (σ 2 )2
4
− 4 1 3 2 1 2 4 1
α β
Γ + 1 − 4Γ + 1 Γ + 1 + 6 Γ + 1Γ + 1 − 3Γ + 1
= β β β β β β
2
− β2 2 2 1
α Γ + 1Γ + 1
β β
4
− 4 1 3 2 1 2 4 1
α β
Γ + 1 − 4Γ + 1 Γ + 1 + 6 Γ + 1Γ + 1 − 3Γ + 1
= β β β β β β
4 2
− 2 1
α β Γ + 1Γ 2 + 1
β β
4
− 4 1 3 2 1 2 4 1
α β
Γ + 1 − 4Γ + 1 Γ + 1 + 6 Γ + 1Γ + 1 − 3Γ + 1
= β β β β β β
4 2
− 2 1
α β Γ + 1Γ 2 + 1
β β
matematika itu ada. Alam semesta serta segala isinya diciptakan Allah dengan
mapan, dan dengan rumus-rumus serta persamaan yang seimbang dan rapi.
Sungguh, tidak salah kiranya jika menyatakan bahwa Allah Maha Matematis.
Ayat 49 dari surat Al-Qamar di atas berarti, Allah SWT telah menciptakan
yang sangat bijaksana, bukan tanpa pertimbangan. Di samping itu dalam alam
semesta terdapat sifat-sifat khas yang sudah disiapkan sedemikian rupa, sehingga
dapat sesuai untuk segala benda dan makhluk yang ada di dalamnya. Semua ini
suatu peristiwa kebetulan tidak akan mampu melahirkan peraturan yang teliti dan
hukum yang rapi. Adanya peraturan dan hukum alam yang sangat akurat ini, tentu
saja mengharuskan adanya Sang Pengatur dan Sang Pencipta yang Maha
bahwa dalam penentuan momen ke-3 dan momen ke-4 harus menentukan momen
pertama dan ke-2 terlebih dahulu. Hal ini sejalan dengan apa yang ada dalam surat
Al-Qamar ayat 49 bahwa sesuatu yang dibentuk pasti mempunyai ukuran, tujuan
serta maksud tertentu. Sebagaimna pada nilai momen pertama dibentuk untuk
mencari nilai momen kedua, nilai momen ke-2 dibentuk untuk nilai mencari
momen ke-3 dan seterusnya. Tidak ada sesuatu yang diciptakan Allah tanpa
Semua yang ada di alam ini ada ukurannya, ada hitungan-hitungannya, ada
rumusnya, atau ada persamaannya. Ahli matematika tidak membuat suatu rumus
sedikitpun. Mereka hanya menemukan rumus atau persamaan. Rumus-rumus
yang ada sekarang bukan diciptakan manusia, tetapi sudah disediakan. Manusia
dan momen ke-4 dalam bidang statistik matematika bukan buatan manusia, tetapi
persamaan tersebut. Jadi segala sesuatu yang ada di bumi manusia dapat
menemukan dari hasil yang telah diteliti dan semua ini Allah yang telah
menetapkan.
menggunakan nikmat Allah tersebut untuk hal-hal yang yang bermanfaat. Dengan
nikmat yang telah diberikan oleh Allah tersebut, harus berusaha dengan sungguh-
sungguh dan harus yakin bahwa setiap permasalahan pasti ada selesaiannya. Allah
telah berfirman dalam Al-Quran Surat Al-Baqarah ayat 185 yang berbunyi:
nÏèø9$# (#θè=Ïϑò6çGÏ9uρ uô£ãèø9$# ãΝà6Î/ ߉ƒÌムŸωuρ tó¡ãŠø9$# ãΝà6Î/ ª!$# ߉ƒÌãƒ
Dari ayat tersebut, telah jelas bahwa Allah pasti memberi kemudahan
pembahasan ini yaitu bahwa dalam persoalan matematika, permasalahan yang ada
harus dikerjakan dengan sungguh-sungguh dan memilih metode yang tepat untuk
digunakan, sehingga akan didapatkan selesaian dengan mudah dan tepat sesuai
dengan ukuran.
momen ke-3 dan ke-4 dalam bidang statistik matematika. Dalam menyelesaikan
pengerjaan langkah demi langkah harus teliti dan cermat. Dalam islam sangat
manusia yang tidak lepas dari kesalahan, maka dalam melakukan perhitungan
harus teliti untuk mendapatkan kebenaran dalam hasil perhitungan. Seperti dalam
manusia hanyalah makhluk yang lemah. Tanpa kemurahan dan kasih Allah, ia
diri sepenuhnya kepada Allah dan maksud-maksud Ilahiah yang telah ditetapkan-
Nya. Apa pun yang kita alami dalam hidup ini, kita harus tetap ingat bahwa Allah
adalah Tuhan yang menguasai seluruh alam semesta dan Dia mengetahui, melihat,
dan mendengar apa yang tidak dapat kita ketahui, lihat, dan dengar; dan bahwa
Allah mengetahui sesuatu yang akan terjadi dan tidak kita sadari. Demikianlah,
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
1. Penentuan momen ke-3 dan ke-4 dari distribusi gamma, beta dan weibull
adalah dengan mengetahui terlebih dahulu momen ke-1 dan momen ke-2,
( )
E Xn =
dn
M X (t )
dt n t =0
Momen pusat ketiga dari suatu peubah acak X yang dibagi dengan pangkat
berarti. Yang mana pada distribusi gamma, beta dan weibul merupakan
turut adalah:
2 2 (− α + β ) α + β + 1 3 1 2 1
, , Γ β + 1 − 3Γ + 1Γ + 1 + 2Γ 3 + 1
β β β
α (α + β + 2) αβ
3
2
2
1
Γ + 1 − Γ + 1
β β
Sedangkan momen pusat keempat dari peubah acak x yang dibagi dengan
4.2 Saran
Dalam statistika, suatu peubah acak diartikan seatu peubah yang nilainya
bisa berapa saja sebagai hasil dari percobaan acak. Secara umum peubah acak
dapat dibedakan menjadi dua, yaitu peubah acak diskrit dan peubah acak kontinu,
oleh karena itu disarankan lebih lanjut tentang penentuan momen ke-3 dan ke-4
Jauhari, Syekh Tanthawi. 1984. Quran dan Ilmu Pengetahuan Modern. Surabaya:
Al-Ikhlas.
Walpole, Ronald E. dan Myers, Raymond H. 1995. Ilmu Peluang dan Statistika
Untuk Insinyur dan Ilmuwan. Bandung: ITB Bandung
Walpole, Ronald. Dkk. 2003. Probabilitas dan Statistika untuk Teknik dan Sains.
Jakarta : PT Prehallindo