You are on page 1of 8

TUGAS FILSAFAT ILMU

Februari 2011

FILSAFAT ILMU

Disusun oleh :

Nama : Moh Rivaldi (09 777 027)

Riska Marsilina k (09 777 025)

Dosen : Dr. H. Lukman S Thahir, MA

Mokh. Ulil Hidayat, S.Ag, M.Fil.i

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER


UNIVERSUTAS ALKHAIRAT
PALU
2011
1. PEGERTIAN FILSAFAT, FILSAFAT ILMU DAN ILMU
PENGETAHUAN

a. Filsafat adalah pandangan hidup seseorang atau sekelompok orang


yang merupakan konsep dasar mengenai kehidupan yang dicita-citakan.
Filsafat juga diartikan sebagai suatu sikap seseorang yang sadar dan
dewasa dalam memikirkan segala sesuatu secara mendalam dan ingin
melihat dari segi yang luas dan menyeluruh dengan segala hubungan.  
b. Filsafat ilmu suatu upaya untuk mencari kejelasan mengenai dasar-
dasar konsep dan upaya membuka tabir dasar-dasar empiris (ke-
empirisan) dan dasar-dasar rasional (ke-rasionalan).
c. Ilmu pengetahun adalah seluruh usaha sadar untuk menyelidiki,
menemukan dan meningkatkan pemahaman manusia dari berbagai segi
kenyataan dalam alam manusia.

2. PENGERTIAN ONTOLOGY, EPISTEMOLOGY DAN AKSIOLOGY

a. Ontology adalah cabang filsafat yang membicarakan tentang yang


ada. Dalam kaitan dengan ilmu, landasan ontologis mempertanyakan
tentang objek yang ditelaah oleh ilmu. Secara ontologis ilmu
membatasi lingkup penelaahan keilmuannya hanya pada daerah yang
berada dalam jangkauan pengalaman manusia.
b. Epistemologis adalah cabang filsafat yang membahas tentang asal
mula, sumber, metode, struktur dan validitas atau kebenaran
pengetahuan. Dalam kaitannya dengan ilmu, landasan epistemologi
mempertanyakan proses yang memungkikan dipelajarinya
pengetahuan yang berupa ilmu.
Dalam kaitannya dengan moral atau nilai-nilai hidup manusia, dalam
proses kegiatan keilmuan, setiap upaya ilmiah harus ditujukan untuk
menemukan kebenaran, yang dilakukan dengan penuh kejujuran, tanpa
mempunyai kepentingan langsung tertentu dan hak hidup yang
berdasarkan kekuatan argumentasi secara individual. Jadi ilmu
merupakan sikap hidup untuk mencintai kebenaran dan membenci
kebohongan.
c. Aksiologi adalah cabang filsafat yang mempelajari tentang nilai secara
umum. Sebagai landasan ilmu, aksiologi mempertanyakan untuk apa
pengetahuan yang berupa ilmu itu dipergunakan. Pada dasarnya ilmu
harus digunakan dan dimanfaatkan untuk kemaslahatan manusia.

Dalam hal ini ilmu dapat dimanfaatkan sebagai sarana atau alat
dalam meningkatkan taraf hidup manusia dengan memperhatikan
kodrat manusia, martabat manusia, dan kelestarian atau keseimbangan
alam. Untuk itu ilmu yang diperoleh dan disusun dipergunakan secara
komunal dan universal. Komunal berarti ilmu merupakan pengetahuan
yang menjadi milik bersama, setiap orang berhak memanfaatkan ilmu
menurut kebutuhannya. Universal berarti bahwa ilmu tidak
mempunyai konotasi ras, ideologi, atau agama.

Menurut saya ilmu itu bebas nilai karena dilihat dari dua aspek.
Pertama yaitu etika teologis dan yang kedua yaitu ontologis. Maka
ilmu dalam penempatan teoritis bebas nilai. Kegiatan ilmiah dapat
dilakukan oleh siapa saja tanpa memandang agama, etnis, ideologi, dan
bangsa. Kecuali nilai yang bisa mengikat, adalah kebenaran atau
hikmah. kebenaran ilmu dalam penempatan yang praktis adalah ilmu
harus tunduk kepada nilai-nilai yang bersifat menyeluruh atau
universal yaitu mengabdi untuk kebenaran sehingga tidak mungkin
ilmu itu tidak bebas nilai.

3. PENJELASAN PERKEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN MODERN


DARI BERBAGAI ZAMAN

 Ilmu Pengetahuan Zaman Yunani Kuno

Yunani kuno sangat identik dengan filsafat. Ketika kata Yunani


disebutkan, maka yang terbesit di pikiran para peminat kajian keilmuan
bisa dipastikan adalah filsafat. Padahal filsafat dalam pengertian yang
sederhana sudah ada jauh sebelum para filosof klasik Yunani menekuni
dan mengembangkannya. Filsafat di tangan mereka menjadi sesuatu yang
sangat berharga bagi perkembangan ilmu pengetahuan pada generasi-
generasi setelahnya. Ia ibarat pembuka pintu-pintu aneka ragam disiplin
ilmu yang pengaruhnya terasa hingga sekarang. Sehingga wajar saja bila
generasi-generasi setelahnya merasa berhutang budi padanya, termasuk
juga umat Islam pada abad pertengahan masehi bahkan hingga sekarang.
Tanpa mengkaji dan mengembangkan warisan filsafat Yunani rasanya
sulit bagi umat Islam kala itu merengkuh zaman keemasannya. Begitu juga
orang Barat tanpa mengkaji pengembangan filsafat Yunani yang
dikembangkan oleh umat Islam rasanya sulit bagi mereka membangun
kembali peradaban mereka yang pernah mengalami masa-masa kegelapan
menjadi sangat maju dan mengungguli peradaban-peradaban besar lainnya
seperti sekarang ini.

Periode filsafat Yunani merupakan periode sangat penting dalam sejarah


peradaban manusia karena pada waktu ini terjadi perubahan pola pikir
manusia dari mitosentris menjadi logosentris. Dari proses inilah kemudian
ilmu berkembang dari rahim filsafat yang akhirnya kita nikmati dalam
bentuk teknologi. Karena itu, periode perkembangan filsafat Yunani
merupakan entri poin untuk memasuki peradaban baru umat manusia.
Inilah titik awal manusia menggunakan rasio untuk meneliti dan sekaligus
mempertanyakan dirinya dan alam jagad raya.

 zaman islam

Ilmu-ilmu keislaman seperti tafsir, hadis, fiqih, usul fiqih, dan teologi sudah
berkembang sejak masa-masa awal Islam hingga sekarang. Khusus dalam
bidang teologi, Muktazilah dianggap sebagai pembawa pemikiran-pemikiran
rasional. Menurut Harun Nasution, pemikiran rasional berkembang pada
zaman Islam klasik (650-1250 M). Pemikiran ini dipengaruhi oleh persepsi
tentang bagaimana tingginya kedudukan akal seperti yang terdapat dalam al-
Qur`an dan hadis. Persepsi ini bertemu dengan persepsi yang sama dari
Yunani melalui filsafat dan sains Yunani yang berada di kota-kota pusat
peradaban Yunani di Dunia Islam Zaman Klasik, seperti Alexandria (Mesir),
Jundisyapur (Irak), Antakia (Syiria), dan Bactra (Persia).

Dalam bidang kedokteran ada Abū Bakar Muhammad ibn Zakariyyā al-Rāzī
atau Rhazes (250-313 H/864-925 M atau 320 H/932 M) , Ibn Sīnā atau
Avicenna (w. 1037 M), Ibn Rushd atau Averroes (1126-1198 M), Abū al-
Qāsim al-Zahrāwī (Abulcasis), dan Ibn Ẓuhr atau Avenzoar (w. 1161 M). Al-
hāwī karya al-Rāzī merupakan sebuah ensiklopedi mengenai seluruh
perkembangan ilmu kedokteran sampai masanya. Untuk setiap penyakit dia
menyertakan pandangan-pandangan dari para pengarang Yunani, Syiria, India,
Persia, dan Arab, dan kemudian menambah catatan hasil observasi klinisnya
sendiri dan menyatakan pendapat finalnya. Buku Canon of Medicine karya
Ibnu Sīnā sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Latin pada abad ke-12 M dan
terus mendominasi pengajaran kedokteran di Eropa setidak-setidaknya sampai
akhir abad ke-16 M dan seterusnya. Tulisan Abū al-Qāsim al-Zahrāwī tentang
pembedahan (operasi) dan alat-alatnya merupakan sumbangan yang berharga
dalam bidang kedokteran.

 Zaman Renaissance
Michelet, sejarahwan terkenal, adalah orang pertama yang menggunakan
istilah renaisans. Para sejarahwan biasanya menggunakan istilah ini untuk
menunjuk berbagai periode kebangkitan intelektual, khususnya di Eropa, dan
lebih khusus lagi di Italia sepanjang abad ke-15 dan ke-16. Agak sulit
menentukan garis batas yang jelas antara abad pertengahan, zaman renaisans,
dan zaman modern. Bisa dikatakan abad pertengahan berakhir tatkala
datangnya zaman renaisans. Sebagian orang menganggap bahwa zaman
modern hanyalah perluasan dari zaman renaisans. Renaisans adalah periode
perkembangan peradaban yang terletak di ujung atau sesudah abad kegelapan
sampai muncul abad modern. Renaisans merupakan era sejarah yang penuh
dengan kemajuan dan perubahan yang mengandung arti bagi perkembangan
ilmu. Ciri utama renaisans yaitu humanisme, individualisme, sekulerisme,
empirisisme, dan rasionalisme. Sains berkembang karena semangat dan hasil
empirisisme, sementara Kristen semakin ditinggalkan karena semangat
humanisme.

 Zaman kotemporer

Perbedaan antara zaman modern dengan zaman kontemporer yaitu zaman


modern adalah era perkembangan ilmu yang berawal sejak sekitar abad ke-15,
sedangkan zaman kontemporer adalah era perkembangan terakhir yang terjadi
hingga sekarang. Perkembangan ilmu di zaman ini meliputi hampir seluruh
bidang ilmu dan teknologi, ilmu-ilmu sosial seperti sosiologi, antropologi,
psikologi, ekonomi, hukum, dan politik serta ilmu-ilmu eksakta seperti fisika,
kimia, dan biologi serta aplikasi-aplikasinya di bidang teknologi rekayasa
genetika, informasi, dan komunikasi. Zaman kontemporer identik dengan
rekonstruksi, dekonstruksi, dan inovasi-inovasi teknologi di berbagai bidang.

Sasaran rekonstruksi dan dekonstruksi biasanya teori-teori ilmu sosial,


eksakta, dan filsafat yang ada sudah ada sebelumnya, sementara inovasi-
inovasi teknologi semakin hari semakin cepat seperti yang kita saksikan dan
nikmati sekarang ini. Teknologi merupakan buah dari perkembangan ilmu
pengetahuan yang dikembangkan dari generasi ke generasi. Komputer
merupakan hasil pengembangan dari perkembangan listrik (elektronika) yang
pada awal penemuannya oleh Faraday belum diketahui kegunaannya.
Penemuan bola lampu oleh Edison disusul oleh penemuan radio, televisi, dan
komputer.Dari komputer berkembang ke PC (private computer), laptop, dan
terakhir simuter yaitu komputer jenis PDA (personal digital assistans). Semua
contoh ini merupakan bukti bahwa penemuan teknologi sebagai buah
perkembangan ilmu masih berkaitan dengan penemuan-penemuan sebelumnya
yang kemudian dikembangkan dengan ukuran fisik yang semakin kecil, tetapi
memiliki beragam keunggulan yang lebih besar.
Salah satu hasil teknologi yang menakjubkan dan kontroversial adalah
teknologi rekayasa genetika yang berupa teknologi kloning. Dr. Gurdon
dari Universitas Cambridge adalah orang pertama yang melakukan
teknologi ini pada tahun 1961. Gurdon berhasil memanipulasi telur-telur
katak sehingga tumbuh menjadi kecebong kloning. Pada tahun 1993, Dr.
Jerry Hall berhasil mengkloning embrio manusia dengan teknik
pembelahan. Pada tahun 1997, Dr. Ian Wilmut berhasil melakukan kloning
mamalia pertama dengan kelahiran domba yang diberi nama Dolly. Pada
tahun yang sama lahir lembu kloning pertama yang diberi mana Gene.
Pada tahun 1998, para peneliti di Universitas Hawai yang dipimpin oleh
Dr. Teruhiko Wakayama berhasil melakukan kloning terhadap tikus
hingga lebih dari lima generasi. Pada tahun 2000, Prof. Gerald Schatten
berhasil membuat kera kloning yang diberi nama Tetra. Setelah berbagai
keberhasilan teknik kloning yang pernah dilakukan, para ahli malah lebih
berencana menerapkan teknik kloning pada manusia.

4. TEORI KEBENARAN

Telah dikatakan bahwa bukan tidak sekedar ingin tahu, tetapi ingin tahu
kebenaran. Ia ingin memiliki pengetahuan yang benar. Kebenaran adalah
persesuaian antara pengetahuan dan obyeknya. Pengetahuan yang benar adalah
pengetahuan yang sesuai dengan obyeknya. Inilah kebenaran yang obyektif.
Seperti dikatakan poedjawijatna bahwa pengetahuan yang benar adalah
pengetahuan yang obyektif. Kalau saya mengatakan bahwa diluar sedang hujan,
proposisi itu benar jika apa yang saya katakan memang sesuai dengan fakta. Jadi,
ketik saya mengucapkan kalimat itu hujan sedang turun. Kalau hujan tidak turun,
apalagi panas sedang terik, maka proposisi itu tidak benar.

1. Teori korespondensi

Teori ini mengatakan bahwa suatu proposisi benar kalau proposisi itu sesuai
dengan fakta. Kalau saya mengatakan bahwa salju berwarna putih, pernyataan itu
benar jika fakta menunjukkan bahwa salju berwarna putih. Teori ini dianut oleh
terutama oleh kaum idealis, seperti F.H. Bradley. Harap diingat, bahwa definisi
tentang kebenaran yang dikemukakan didepan, pada dasarnya merupakan teori
korespondensi. Teori ini diterima oleh kalangan luas.
Sesuatu dinyatakan benar apabila terdapat kesesuaian antara pernyataan atau
materi pengetahuan yang terkandung dalam pernyataan itu korespondensi
berhubungan sesuai dengan objek yang dimaksud dalam pernyataan. Dalam hal
ada  pengertian bahwa fakta yang merupakan pernyataan dari suatu peristiwa
sesuai atau dapat dibuktikan berdasarkan realitas.

2. Teori pragmatisme

Pragmatisme berasal dari bahasa Yunani pragma, artinya yang dikerjakan, yang
dapat dilaksanakan, dilakukan tindakan atau perbuatan. Falsafah ini dikembangan
oleh seortang orang bernama William James di Amerika Serikat. Menurut filsafat
ini dinyatakan, bahwa sesuatu ucapan, hukum, atau sebuah teori semata-mata
bergantung kepada asas manfaat. Sesuatu dianggap benar jika mendatangkan
manfaat.Suatu kebenaran atau suatu pernyataan diukur dengan kriteria apakah
apakah pernyataan tersebut bersifat fungsional dalam kehidupan manusia. Teori,
hipotesa atau ide adalah benar apabila ia membawa kepada akibat yang
memuaskan, jiak membawa akibat yang memuaskan, dan jika berlaku dalam
praktik, serta memiliki niali praktis, maka dapat dinyatakan benar dan memiliki
nilai kebenaran. Kebenaran terbukti oleh kegunannya, dan akibat-akibat
praktisnya. Sehingga kebenaran dinyatakan sebagai segala sesuatu yang berlaku.

Teori ini pada dasarnya mengatakan bahwa suatu proposisi benar jika dilihat dari
realisasi proposisi itu. Jadi, benar-tidaknya tergantung pada konsekuensi.
Kebenaran, kata kattshoff, merupakan gagasan yang benar dan dapat dilaksanakan
dalam suatu situasi. Jadi, kata kunci untuk teori-teori pragmatis ialah “dapat
dilaksanakan” dan “berguna”. Jadi, para penganut teori itu mengatakan bahwa
benar-tidaknya sesuatu bergantung pada dapat-tidaknya proposisi itu dapat
dilaksanakan, dan apakah proposisi itu berguna.

3. Agama sebagai suatu kebenaran


Di dunia saat ini ada ratusan bahkan mungkin ribuan agama dan kepercayaan.
Beberapa agama-agama dengan populasi pengikut yang besar antara lain Islam,
Kristen, Hindu, dan Budha. Disamping itu juga terdapat banyak agama-agama
dengan pengikut relatif kecil ataupun agama-agama suku seperti agama Yahudi,
Sinto, Sikh, Jaina, Kejawen dan sebagainya. Dari sekian banyak agama tersebut
ternyata juga dapat dikelompokkan lagi. Meskipun mereka memiliki dasar ajaran
dan sejarah yang sama, tetapi ternyata “keyakinan” yang muncul dalam diri
pemeluknya dapat berbeda-beda sehingga memunculkan banyak aliran-aliran
yang bertentangan secara fundamental, meskipun masih dalam satugama. Suatu
permasalahan yang menarik dan rumit bilamana kebenaran kepercayaan-
kepercayaan ini dibandingkan dan divonis benar salahnya.

Agama memang terdiri dari ajaran-ajaran yang di luar nalar manusia, tetapi
tentunya dalam setiap ajaran agama juga menguraikan hal-hal yang bisa
diekspoitasi oleh pikiran manusia. Bukankah semua agama mengajarkan tentang
bagaimana alam semesta, bumi, manusia dan seluruh mahluk hidup diciptakan?
Bukankah hampir dalam semua ajaran agama terdapat hal-hal ilmiah yang
disinggung? Nah, dengan demikian jika benar agama tersebut bersumber dari
Tuhan yang maha mutlak, tentunya ajaran-ajaran yang bersifat “ilmiah” ini bisa
kita validasi dengan ilmu pengetahuan modern saat ini yang memang sudah
proven dan terbukti kebenarannya. Penemuan-penemuan arkeologi yang dapat
mengungkap secara ilmiah sumber, penyebaran dan berkembangnya suatu ajaran
agama juga bisa kita jadikan patokan penilaian.

You might also like