You are on page 1of 13

MEMBINA ANGKATAN MUJAHID

SA’ID HAWWA
Pendahuluan

Banyak angkatan muda islam yang tidak mengenal Hasan Al-Banna dengan fikrah
(pemikiran) dan dakwahnya. Padahal mereka seharusnya mengenal dan kita seharusnya
mengenalkannya. Apalagi di tengah kaum muslimin saat ini tidak ada fikrah yang
representatif-jika mereka ingin mengambilnya sebagai titik tolak yang benar-kecuali milik
Hasan Al-Banna. Selain itu banyak orang yang sengaja mengaburkan gambaran tentang
Hasan Al-Banna di mata generasi muda islam. Maksudnya tidak lain agar mereka tidak
bisa menempuh jalan yang benar sebagaimana beliau gariskan.

Di pihak lain, kini muncul di mana-mana aliran pemikiran sakit yang menghendaki
terasingnya fikrah dan dakwah Hasan Al-Banna. Karena itulah mereka-dan yang lainnya-
harus mengerti bahwa gerakan islam yang tidak bertolak dari fikrah Hasan Al-Banna
adalah terbukti cacat. Rasanya mustahil kita membangun aktivitas yang lengkap dan
komprehensif untuk berkhidmat kepada islam tanpanya. Selain itu banyak serangan
membabi buta yang ditujukan kepada sebagian fikrah yang dilontarkan oleh Imam Hasan
Al-Banna. Banyak sudah orang tergelincir karenanya, terutama mereka yang diberi

anugerah oleh Allah berupa keluasan cara pandang, sebagaimana yang telah

dianugerahkan Allah kepada Hasan Al-Banna. Hal itulah yang mengharuskan murid-
muridnya dan orang-orang yang komitmen dengannya untuk menulis dan menjelaskan
fikrah ini dengan mengemukakan argumentasinya.

Titik tolak untuk mewujudkan shaf yang mampu mencapai tujuan adalah dengan
tersedianya individu yang mengetahui tujuan sekaligus cara-cara mencapainya secara
jelas, juga kemampuan menyesuaikan diri dengan shaf. Risalah ta’lim yang merupakan
peninggalan Hasan Al-Banna berupa ijtihad beliau memberi semua ini, merinci segala
sesuatu yang diperlukan oleh setiap pribadi muslim dewasa ini, agar tidak mengulangi
kesalahan-kesalahan masa lalu, di samping menjelaskan petunjuk-petunjuk untuk meniti
masa depan.

Risalah ta’lim berisi dua bagian yaitu rukun-rukun bai’at dan kewajiban-kewajiban seorang
mujahid. Hasan Al-Banna sadar bahwa islam memerlukan suatu kelompok tertentu. Untuk
tujuan itulah beliau membuat peringkat-peringkat keterikatannya kepada dakwah.
Keanggotaan Ikhwan memiliki beberapa peringkat yakni muntasib, musa’id, ‘amil, mujahid,
naqib, naib, dan lain-lainnya. Risalah ini ditujukan kepada peringkat mujahid, dengan
maksud agar dapat membangkitkan cita-cita umat islam, dan pada saat yang sama, dapat
mengetahui syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam jihad. Risalah ta’lim pada dasarnya
merupakan sebuah risalah yang pembahasannya menitikberatkan pada aspek takwiniyah
(pembentukan) terhadap individu secara komprehensif agar segala sesuatu menjadi jelas
baginya.
Hasan Al-Banna Peletak Teori Gerakan Islam Kontemporer

Perumusan teori gerakan islam kontemporer harus dipertimbangkan berdasarkan

tempat, masa dan kapabilitas peletaknya Kenyataan menunjukkan bahwa tidak

seorangpun manusia masa kini yang memiliki sejumlah sifat sebagaimana yang dimiliki
oleh Hasan Al-Banna. Sehingga tidak berlebihan jika dikatakan bahwa beliaulah satu-
satunya orang yang patut merumuskan teori gerakan islam kontemporer ini. Meskipun
demikian, hal ini bukan berarti penyematan sifat kema’shuman kepadanya.

Hasan Al-Banna hadir di saat kaum muslimin dalam keadaan tidak menentu.
Walaupun mereka berjuang, namun hasil perjuangannya tidak sesuai dengan tuntutan
zaman. Fikrah Hasan Al-Banna adalah fikrah yang syamil (komprehensif), yang memenuhi
seluruh kebutuhan kita, dan mengandung gagasan yang dapat memenuhi kebutuhan masa
kini, dan dapat pula mengantarkan pada kemenangan islam secara total dengan izin Allah.
Barangsiapa yang mengamati realitas kaum muslimin kini, niscaya ia akan mendapati
bahwa kapan pun dan di mana pun ide Hasan Al-Banna hadir, di situ muncul dinamika
islam dan kaum muslimin. Sebaliknya, pada ketiadaannya kita akan menyaksikan
mentalitas yang hina dan tunduk pasrah kepada kekuatan internasional yang kafir, di
samping kekuatan regional yang zhalim.

Meskipun Hasan Al-Banna adalah satu-satunya tokoh yang kredibel untuk


mengemukakan pandangan dan teori amal islami-berkat anugerah Allah swt-dakwah yang
ditegakkannya memiliki mata rantai sejarahnya, di mana jika mata rantai itu saling
berselisih, maka terjadilah kerusakan dalam dakwah. Bahaya paling besar yang dihadapi
oleh dakwah dan jamaah ini adalah pewarisan yang cacat dan penisbatan diri-yang tidak
benar-kepada Hasan Al-Banna.

Jamaah yang didirikan oleh Hasan Al-Banna sesungguhnya mampu mengakomodasi


seluruh kepentingan kaum muslimin. Tidak seorang muslim pun yang tidak merasakan
bahwa dalam jamaah terdapat segala hal yang diimpikannya. Dengan demikian, seluruh
kebaikan telah terkumpul dalam tubuh jamaah dan telah pula membersihkan dirinya dari
segala noda yang mengotorinya selama ini.

Jika kita dapat memenuhi kesempurnaan kita, maka kita akan menjadi saksi bagi
makhluk Allah dalam urusan agamanya juga saksi bagi seluruh kaum muslimin yang kita
seru. Jalan satu-satunya untuk memperjuangkan ini emua adalah jalan yang dirintis dan
ditempuh oleh Ustad Hasan Al-Banna.
Kunci Memahami Dakwah Ikhwanul Muslimin

Salah satu prinsip dasar yang tidak boleh diabaikan seorang muslim adalah bahwa
umat islam harus mempunyai jamaah dan imam. Kewajiban utama setiap muslim adalah
memberikan kesetiannya pada jamaah dan imamnya. Inilah kunci pertama untuk
memahami persoalan Ikhwanul Muslimin. Untuk masa sekarang agaknya hanya Ikhwanul
Muslimin yang telah memenuhi syarat-syarat itu, karena jamaah islamiyah adalah jamaah
yang mempunyai pemimpin yang lurus, yang lahir dari rahim shaf yang lurus pula, dan
dibidani oleh sistem syura yang islami. Memiliki ciri-ciri kislaman sejati tanpa tambahan
sifat lainnya. Berikap kritis, mengembangkan, dan mempelopori kebaikan di bawah
naungan sifat-sifat itu. Aktif menegakkan islam secara total dalam segala lingkup,
memahami islam secara baik dan komitmen penuh dengan mengikuti cara-cara yang
dipraktekkan oleh Rasulullah saw dan para sahabatnya.

Karena Hukum islam tidak akan terlaksana kecuali dengan adaanya jamaah,
sementara Ikhwanul Muslimin telah bekerja untuk mewujudkan tujuan-tujuan tersebut,
maka hal ini menunjukkan bahwa keberadaan dan tegaknya Ikhwanul Muslimin
merupakan salah satu tuntutan yang harus diperjuangkan. Ini kunci kedua untuk
memahami dakwah Ikhwanul Muslimin.

Kunci ketiga dari dakwah Ikhwanul Muslimin adalah bahwa Ikhwanul Muslimin
merupakan simbol bagi berkiprahnya panji politik islam di banyak wilayah islam. Ikhawnul
Muslimin telah mengibarkan kembali panji-panji perjuangan untuk menegakkan sistem
politik islam.

Reformasi islam adalah trade mark Ikhwanul Muslimin yang pertama. Pembaharuan
dan paham zaman menjadi kata kunci untuk mengetahui dakwah pokok Ikhwanul
Muslimin. Yang masuk dalam dakwah antara lain :
1. Gerakan menghidupkan islam sesuai yang telah diwariskan oleh Rasulullah saw, yaitu
Al-Qur’an dan As-Sunnah, yang menuntut penghidupan ilmu, amal, situasi ahati, jiwa,
dan ruhani
2. Proses menghidupkan islam menyangkut hal-hal :
♦Fiqih dusturi (fiqih negara) dan memformat kehidupan islam dengannya

♦Fiqih an-niqabah (sistem perserikatan dagang)

♦Qawanin (undang-undang)

♦Sistem rumah tangga islami

♦Mengembalikan dinamika kehidupan umat islam


3. Menghidupkan sistem nilai islam secara global dan sektoral
Prinsip umum dari dakwah Ikhwanul Muslimin adalah :
1. Ikhwanul Muslimin yang merupakan hizbullah (partai Allah) memiliki tujuanm sarana,
undang-undang, khithah, dan berbagai atuan lainnya, yang disandarkan pada islam,
komitmen pada islam, dam islam sebagai titik tolak (An-Nahl : 89)
2. Ikhwan adalah jamaah yang masuk ke dalam syariat islam. Pendapat yang beragam
terhadap satu persoalan menjadikan daulah islam berhadapan dengan berbagai pilihan,
yang dapat disesuaikan dengan waktu dan tempat. Ikhwan pada hakekatnya
menegakkan komitmen kepada islam sekaligus mengakomodasi kepentingan zaman
dengan jangkauan operasional seluas mungkin.
3. Memelihara opini umum baik di tingkat regional, nasional, maupun internasional, pada
hal-hal yang tidak bertentangan dengan syariat islam dan dalam batas-batas yang tidak
mengakibatkan ternodainya.
4. Hal-hal yang dijadikan pegangan oleh Ikhwanul Muslimin adalah :
♦Dibenarkan oleh syariat

♦Harus sebanding dengan senjata musuh dan dapat mencapai tujuan


5. Prinsip politik luar negeri Ikhwan adalah prinsip maslahah dengan maslahah dan
pergaulan adil sama adil
6. Setiap wilayah hendaknya memiliki undang-undang, institusi, dan persoalannya sendiri
yang ditetapkan berdasarkan ushul fiqih sesuai wilayah yang bersangkutan, namun
semua wilayah pemerintahan islam harus tunuk pada satu kekuasaan Amirul
mukminin dan seluruh perangkat pemerintah pusat dalam perspektif undang-undang
yang berlaku
7. Ada hukum yang dapat berubah mengikuti perubahan masa, akan tetapi perubahan ini
berkaitan dengan kaidah-kaidah perubahan dalam perspektif islam

Hal-hal yang perlu diketahui sebagai anggota ikhwanul muslimin adalah :


1. Memahami permasalah dakwah kita, mendakwahkannya, serta mentarbiyah dan
menarik perhatian orang untuk mendukungnya
2. Cara dakwah harus dapat menyentuh pembicaraan tentang ruh, jiwa, hati, serta
nilai-nilai islam yang dapat dicapai. Memahami bekal perjalanan, prinip-prinsip
langkah, dan kendala-kendala mendadak yang mungkin muncul di tengah
perjalanan dakwah
3. Memahami kapasitas intelektual orang yang kita dakwahi.

Inilah ringkasan sebagian dari kunci untuk memahami Ikhwanul Muslimin dan
dakwahnya, serat masalah-masalah yang dihadapi. Ini adalah pengantar terhadap Risalah
Ta’lim agar kita mengetahui kedudukannya dalam dakwah Ikhwan dan kpentingannya
dalam amal islami masa kini.
KEWAJIBAN-KEWAJIBAN SEORANG MUJAHID

Hasan Al-Banna berkata, “Imanmu kepada bai’at ini mengharuskanmu menunaikan


kewajiban-kewajiban berikut, sehingga engkau menjadi ‘batu bata’ yang kuat bagi
bangunan.”

• Wajib dalam hal ini berarti segala bentuk komitmen dakwah yang dituntut oleh gerakan
islam masa kini.

• Kewajiban ini telah mencakup semua sisi kepribadian seorang akh mujahid
• Kewajiban-kewajiban yang berjumlah empat puluh ini adalah muatan operasional bai’at

terhadap sepuluh rukun bai’at ini

Kewajiban Pertama
Hasan Al-Banna berkata, “Hendaklah engkau memiliki wirid harian dari kitabullah tidak
kurang dari satu juz. Usahakan untuk mengkhatamkan Al-Qur’an dalam waktu tidak lebih
dari sebulan dan tidak kurang dari tiga hari.”

• Mengkhatamkan Al-Qur’an dalam satu bulan atau seminggu, karena dalam diri seorang
mujahid ada hak-hak lain yang harus ditunaikan , sekaligus akan mendapat pahala
penghayatannya

• Al-Qur’an mengandung santapan dan pengobatan hati manusia


• Jika tidak memiliki waktu cukup untuk membaca Al-Qur’an, maka usahakan

menentukan waktu beberapa hari dalam sebulan untuk melakukannya

Kewajiban Kedua
Hasan Al-Banna berkata, “Hendaknya engkau membaca Al-Qur’an dengan baik,
memperhatikannya dengan seksama, dan merenungkan artinya.”

• Memperbaiki bacaan Al-Qur’an dengan mempelajari ilmu tajwid


• Menghayati makna Al-Qur’an
• Mendengarkan bacaannya dengan khusyuk dan memperhatikannya dengan serius

Kewajiban Ketiga
Ustadz Hasan Al-Bann berkata, “Hendaklah engkau mengkaji Sirah Nabi dan sejarah
para generasi salaf sesuai dengan waktu yang tersedia. Buku yang dirasai mencukupi
kebutuhan ini minimal adalah buku Hummatul Islam. Hendaklah engkau juga banyak
membaca hadist Rasulullah saw, minimal hafal empat puluh hadist; ditekankan untuk
menghafal Al-Arba’in An-Nawawiyah. Hendaklah engkau juga mengkaji risalah tentang
pokok-pokok akidah dan cabang-cabang fiqih.”
• Membaca sirah nabi untuk menuju kedudukan sebagai teladan yang utama
• Melakukan kajian terhadap ilmu dasar aqidah melalui buku-buku ahlus sunah wal
jamaah

• Pendalaman berbagai ilmu termasuk mempelajari satu kitab tentang fiqih dalam
madzhab seorang imam
Kewajiban Keempat
Hasan Al-Banna berkata, “Hendaklah engkau bersegera melakukan general check up
secara berkala atau berobat, begitu penyakit terasa mengenaimu. Di samping itu
perhatikanlah faktor-faktor penyebab kekuatan dan perlindungan tubuh, serta hindarilah
faktor-faktor penyebab lemahnya kesehatan.”

• Melakukan general check up dan berobat bila terkena penyakit


• Mengontrol secara ketat makanan dan minuman yang dikonsumsi dan olahraga harian
• Memperhatikan hal-hal yang dapat melemahkan dan mengganggu kesehatan tubuh
• Memelihara tubuh agar dapat digunakan untuk kebaikan

Kewajiban Kelima
Hasan Al-Banna berkata, “Hendaklah engkau menjauhi sikap berlebihan dalam
mengkonsumsi kopi, teh, dan minuman perangsang semisalnya. Janganlah engkau
meminumnya kecuali dalam keadaan darurat dan hendaklah engkau menghindarkan diri
sama sekali dari rokok.”

Kewajiban Keenam
Hasan Al-Banna berkata, “Hendaklah engkau perhatikan urusan kebersihan dalam
segal hal menyangkut tempat tinggal, pakaian, makanan, badan, dan tempat kerja, karena
agama ini dibangun atas dasar kebersihan.”

Kewajiban Ketujuh
Hasan Al-Banna berkata, “Hendaklah engkau jujur dalam berkata dan jangan sekali-
kali berdusta.”

• Menjadi orang yang jujur

• Perkecualian untuk jujur yang membawa mudharat

Kewajiban Kedelapan

Hasan Al-Banna berkata, “Hendaklah engkau menepati janji; janganlah

mengingkarinya, bagaimanapun kondisi yang engkau hadapi.”

Kewajiban Kesembilan
Hasan Al-Banna berkata, “Hendaklah engkau menjadi seorang yang pemberani dan
tahan uji. Keberanian yang paling utama adalah terus terang dalam mengatakan
kebenaran, ketahanan menyimpan rahasia, berani mengakui kesalahan, adil terhadap diri
sendiri, dan dapat menguasainya dalam keadaan marah sekalipun.”

Kewajiban Kesepuluh
Ustad Hasan Al-Banna berkata, “Hendaklah engkau senantiasa bersikap tenang dan
terkesan serius. Namun janganlah keseriusan itu menghalangimu dari canda yang benar,
senyum dan tawa.”
TAHAPAN – TAHAPAN DAKWAH

Dalam Risalah Ta’lim, Hasan Al Banna mengatakan,”Tahapan dakwah ada tiga macam” :
1. Ta’arif
Dalam tahapan ini dakwah dilakukan dengan menyebarkan fikrah Islam di tengah
masyarakat. Sistem dakwah untuk tahapan ini adalah sistem kelembagaan. Urgensinya
adalah kerja sosial bagi kepentingan umum, sedangkan medianya adalah nasehat dan
bimbingan sekali waktu, serta membangun berbagai tempat yang berguna di waktu
yang lain, juga berbagai media aktivitas lainnya.
2. Takwin
Dalam tahapan ini dakwah ditegakkan dengan melakukan seleksi terhadap anasir
politik untuk memikul beban jihad dan untuk menghimpun bagian yang ada. Sistem
dakwah pada tahapan ini bersifat tasawuf murni dalam tataran ruhani dan bersifat
militer dalam tataran operasional. Slogan kedua aspek ini “perintah dan taat dengan
tanpa keraguan.”
3. Tanfidz
Dakwah dalam tahapan ini adalah jihad tanpa kenal sikap plin-plan, kerja terus
menerus untuk menggapai tujuan akhir, dan kesiapan menanggung cobaan dan ujian
yang tidak mungkin bersabar atasnya kecuali orang-orang yang tulus.

Agar ketiga tahapan ini sukses maka kita harus memiliki tiga perangkat, yakni :
perangkat ta’rif, perangkat takwin, dan perangkat tanfidz. Setiap perangkat memiliki
manhaj, perencanaan, metode dan kecakapan.

Bentuk – Bentuk Kegiatan

Bentuk pertama
Seluruh unsur jamaah berkonsentrasi melakukan kegiatan ta’rif melalui ceramah-
ceramah halaqah, penyebaran buku dan penjelasan. Pada bentuk ini menuntut adanya

kepemimpinan yang kapabel dalam menata kegiatan ta’rif secara utuh dan

mempersiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan untuk tahapan berikutnya.

Bentuk kedua
Seluruh unsur jamaah di saat yang sama berkonsentrasi melakukan ta’rif dengan
sarana-sarananya, takwin dengan sarana-sarananya, dan tanfidz dengan sarana-
sarananya Pemimpin harus pandai meletakkan persoalan pada tempatnya.

Bentuk ketiga
Seluruh unsur jamaah secara serentak bergerak di tahapan ta’rif, lalu berpindah secara
serentak untuk melakukan takwin terhadap unsur-unsur yang dihasilkan dari tahapan
sebelumnya, lalu bergerak secara serentak pula menuju tanfidz
Bentuk keempat
Jamaah hanya memusatkan kegiatan pada ta’rif dan takwin pada saat yang bersamaan.
Pemimpin mempersiapkan langkah tanfidz dan kajian berbagai kemungkinan.

Bentuk kelima
Ta’rif, takwin, tanfidz dilakukan dalam waktu yang bersamaan dan diawasi oleh suatu
unit tersendiri. Bentuk ini menuntut setiap personil memiliki kemampuan melakukan
ta’rif, takwin, dan tanfidz.

Beberapa Pendapat Tentang Ta’rif, Takwin, dan Tanfidz


Sejauh mana kadar ketepatan kita memilih bagi setiap persoalan, sejauh itulah
kesempurnaan perjalanan yang kita tempuh. Persoalan-persoalan itu ada tiga :
1. Kematangan teori tentang ta’rif, takwin, dan tanfidz
2. Adanya pribadi-pribadi yang matang dalam tiga tahapan ini
3. Adanya perangkat yang matang dalam tiga tahapan ini

Apakah Ta’rif, Takwin, dan Tanfidz Itu ?


Tentang ta’rif, Hasan Al Banna mengatakan, “Ta’rif terlaksana dengan menyampaikan
dakwah kepada semua orang. Beliau juga mengatakan tentang tahapan ini.” Tahapan
seruan, pengenalan, penyebaran fikrah, dan menyampaikannya kepada seluruh lapisan
masyarakat’
Tentang takwin, Hasan Al Banna mengatakan, “Takwin ini memilih unsur-unsur yang
baik untuk mengemban beban jihad, dan memadukannya antara yang satu dengan
yang lain.” Ia mengatakan juga, “kemudian tahapan takwin, menyeleksi pendukung,
mempersiapkan pasukan, dan memobilisasi shaf dari kalangan para mad’u”.
Tentang tanfidz, Hasan al Banna mengatakan, “Dakwah di era tanfidz, adalah jihad
yang tiada ragu dan perjuangan yang terus menerus untuk meraih cita-cita. Beliau juga
mengatakan tahapan tanfidz adalah tahapan aksi dan produksi. Tanfidz ada dua
macam, yakni tanfidz yaumi (pelaksanaan harian) dan tanfidz syamil (pelaksanaan
total).

Integralitas Antara Ta’rif, Takwin, dan Tanfidz


Setiap tahapan harus menjadi penyempurna bagi tahapan sebelumnya, dan standar
kesempurnaannya haruslah transparan. Dengan ilmu dan keahlian itulah seseorang
mendapatkan statusnya sebagai naqib atau naib. Boleh jadi, dengan wawasan
keislaman yang minimal seseorang dapat direkomendasikan untuk memegang tugas
takqin, atau dengan wawasan ketakwinan minimal ia diajukan untuk mengurus
kegiatan tanfidz. Dengan demikian, dapat dilihat bahwa setiap tahapan membutuhkan
tahapan sebelumnya dan setiap tahapan menjadi pelayan bagi tahapan berikutnya.
Penjelasan Tambahan

Pertama:
Yang dimaksud dengan ta’rif adalah memperkenalkan islam secara umum kepada orang
baik secara ilmiah maupun praktis. Adapun yang dimaksud dengan takwin adalah
mentarbiyah orang dengan standar keanggotaan dalam jamaah untuk memainkan
perannya yang optimal bagi pelayanan islam. Tanfidz yang tidak tegak di atas pondasi
ta’rif dan takwin, akan berakhir dengan kegagalan oleh sebab-sebab berikut :
1. Perangkat tanfidz akan termasuk unsur yang sebenarnya tidak layak diberi
kepercayaan
2. Pelaksanaan tanfidz masa sekarang memerlukan kecerdasan dan ketrampilan yang
tinggi
3. Perangkat ta’rif dan takwinlah yang dapat senantiasa mensuplai sumber daya
manusia untuk menunaikan tugas-tugas tanfidz
4. Perangkat tanfidz jika tidak dapat menggerakkan sekelompok umat melalui
perangkat ta’rif dan takwin akan gagal belaka
5. Perangkat ta’rif dan takwinlah yang dapat mempersembahkan pemecahan masalah
di tubuh umat secara menyeluruh, serentak dan spontan
6. Perangkat ta’rif dan takwinlah yang mampu melakukan kontak individu dengan
masyarakat

Kedua:
Secara rinci Hasan Al Banna menyebutkan bahwa enam peringkat keanggotaan dapat
diringkas menjadi empat, yakni peringkat para pendukung, mujahidin, para naqib, dan
para naib. Karakter untuk setiap peringkat keanggotaan adalah kadar pengetahuannya.
Kadar pengetahuan minimal bagi seorang muslim adalah memahami hal-hal penting
yang dilakukannya sehari-hari. Setiap muslim harus mempelajari buku yang ringkas
tentang aqidah, fiqih, akhlak, cara membaca Al-quran, tajwid, dan menghafal surat-
surat yang disunnahkan untuk dihafal.

You might also like