You are on page 1of 57

LAPORAN KEGIATAN KERJA LAPANGAN

SEMESTER I TAHUN AKADEMIK 2009/2010

BUDIDAYA TANAMAN KELAPA (Cocos nucifera L.)


DI PT. PAGILARAN UNIT PRODUKSI SEGAYUNG UTARA,
KABUPATEN BATANG, JAWA TENGAH

OLEH
AJI PRASETIO
06/194492/PN/10676

PROGRAM STUDI AGRONOMI


JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2010
 
HALAMAN PENGESAHAN

LAPORAN KEGIATAN KERJA LAPANGAN


SEMESTER I TAHUN AKADEMIK 2009/2010

BUDIDAYA TANAMAN KELAPA (Cocos nucifera L.)


DI PT. PAGILARAN UNIT PRODUKSI SEGAYUNG UTARA,
KABUPATEN BATANG, JAWA TENGAH

Disusun oleh :
Nama : Aji Prasetio
NIM : 06/194492/PN/10676

Laporan kegiatan ini telah disetujui dan disahkan sebagai salah satu kelengkapan
mata kuliah Kerja Lapangan (PNA 4060) pada semester I tahun ajaran 2009/2010
di PT. Pagilaran Unit Produksi Segayung Utara, kabupaten Batang, Jawa Tengah.
Yogyakarta, April 2010

Dosen Pembimbing Tanda Tangan Tanggal

Dody Kastono, S.P., M.P. ...................... .................

Komisi Kerja Lapangan Tanda Tangan Tanggal

Ir. Sri Muhartini, M.S. ...................... .................

Ketua Jurusan Budidaya Pertanian Tanda Tangan Tanggal

Prof. Dr. Ir. Didik Indradewa, Dip. Agr. St. ...................... .................

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat,
hidayat serta inayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kerja lapangan
yang berjudul “Budidaya Tanaman Kelapa (Cocos nucifera L.) di PT. Pagilaran Unit
Produksi Segayung Utara, kabupaten Batang, Jawa Tengah” yang dilaksanaan pada tanggal
25 Januari-25 Februari 2010.
Dalam kesempatan ini, penulis menyampaikan rasa terima kasih yang tulus dan
penghargaan yang setinggi-tingginya kepada berbagai pihak atas bantuan dan
dukungannya, antara lain:
1. Bapak Dody Kastono, S.P., M.P. selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan
waktunya untuk berkonsultasi dan memberi masukan yang berharga.
2. Bapak Haryoso Setiyo Utomo selaku Kepala Unit Produksi Segayung Utara
PT. Pagilaran yang memberi masukan selama pelaksanaan kerja lapangan.
3. Bapak Zaenal Acheroh selaku Pengawas Kebun dan Bapak Syarif Hendro
Riyantoto selaku Mandor Litbang yang banyak memberikan informasi dan
memandu kami selama proses kerja lapangan.
4. Segenap staf dan karyawan di Unit Produksi Segayung Utara PT. Pagilaran yang
telah membantu kami selama proses kerja lapangan.
5. Rofiq Fariudin yang telah menjadi teman diskusi di sana.
6. Bapak, Mamak dan kedua kakakku yang selalu mendukung dan memberikan
semangat untukku.
7. Semua pihak yang telah membantu yang tidak dapat disebutkan satu per satu dalam
pelaksanaan dan penyusunan laporan kerja lapangan ini.
Penulis menyadari bahwa penulisan ini belum sempurna, untuk itu penulis
mengharapkan kritik dan saran pembaca yang bersifat membangun. Semoga laporan kerja
lapangan ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Yogyakarta, April 2010

Penulis

iii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN COVER .............................................................................................. i
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................ ii
KATA PENGANTAR ............................................................................................ iii
DAFTAR ISI ........................................................................................................... iv
DAFTAR TABEL ................................................................................................... v
HALAMAN LAMPIRAN ....................................................................................... vi
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................ 1
A. Latar Belakang ......................................................................................... 1
B. Tujuan Umum ......................................................................................... 2
C. Tujuan Khusus ........................................................................................ 2
D. Manfaat Kerja Lapangan ........................................................................ 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................ 4
BAB III METODOLOGI ....................................................................................... 6
A. Waktu dan Tempat Pelaksanaan ............................................................. 6
B. Metode Pelaksanaan Kerja Lapangan ..................................................... 6
C. Ruang Lingkup Masalah ......................................................................... 7
BAB IV KEADAAN UMUM PERUSAHAAN .................................................... 9
A. Sejarah Singkat PT. Pagilaran ................................................................ 9
B. Sejarah Singkat PT. Pagilaran Unit Produksi Segayung Utara .............. 12
C. Struktur Organisasi dan Tenaga Kerja ................................................... 13
D. Keadaan Areal dan Batas-batas Wilayah ................................................ 14
BAB V TAHAPAN BUDIDAYA TANAMAN KELAPA ................................... 18
A. Pembukaan Lahan .................................................................................. 19
B. Pembibitan .............................................................................................. 20
C. Penanaman di Kebun .............................................................................. 22
D. Pemeliharaan di Kebun ........................................................................... 23
E. Pemupukan ............................................................................................. 24
F. Pemberantasan Hama dan Penyakit ........................................................ 24
G. Produksi .................................................................................................. 26
H. Tenaga Kerja dan Upah .......................................................................... 29
BAB VI PENGENDALIAN GULMA PADA TANAMAN KELAPA ............... 31
BAB VII KESIMPULAN ....................................................................................... 36
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 37

iv
 
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Populasi Tanaman dan Lokasi Pertanaman Kelapa .................................... 15
Tabel 2. Dosis Pemupukan Tanaman Kelapa Berdasarkan Umur Tanaman ............. 24
Tabel 3. Perolehan Produksi Kelapa yang Pernah Dicapai di PT. Pagilaran
Unit Produksi Segayung Utara .................................................................... 28
Tabel 4. Perolehan produksi kelapa PT. Pagilaran Unit Produksi
Segayung Utara tahun 2007-2009 (dalam butir). ........................................ 29
Tabel 5. Perolehan produksi kelapa tertinggi dan terendah PT. Pagilaran
Unit Produksi Segayung Utara yang pernah dicapai sampai tahun 2009
(dalam butir) ................................................................................................ 29
   

v
 
HALAMAN LAMPIRAN

Lampiran 1. Struktur Organisasi PT. Pagilaran Unit Produksi Segayung Utara.


Lampiran 2. Foto Kegiatan Kerja Lapangan.
Lampiran 3. Gulma yang Terdapat di Kebun Kelapa PT. Pagilaran Unit Produksi
Segayung Utara.
Lampiran 4. Alat-alat yang Digunakan dalam Kegiatan Pengendalian Gulma yang
Terdapat di Kebun Kelapa PT. Pagilaran Unit Produksi Segayung Utara.
Lampiran 5. Peta Kebun Segayung Utara

vi
 
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan tinggi untuk Strata 1 (S-1) di Indonesia diarahkan untuk mendidik
mahasiswa menjadi tenaga ahli dan terampil dalam dunia kerja. Tak terkecuali di
Fakultas Pertanian yang kini juga dituntut untuk dapat mencetak tenaga kerja
profesional di bidang pertanian, perkebunan maupun industri. Melalui praktek dan
pengalaman kerja lapangan, ketrampilan mahasiswa khususnya dalam bidang
pertanian akan semakin terasah. Kerja lapangan merupakan salah satu bentuk dari
praktek lapangan yang memberikan pengalaman kerja, menambah pengetahuan
serta memberi pengalaman bagi mahasiwa untuk memecahkan masalah di lapangan.
Saat ini Indonesia merupakan negara yang memiliki areal kelapa terluas di
dunia yaitu kurang lebih 3,9 juta ha1 dengan produksi 3,3 juta ton setara kopra dan
menempati urutan kedua setelah Philipina sebagai negara produsen kelapa. Masalah
perkelapaan Indonesia saat ini adalah produktivitas yang masih rendah karena
banyaknya tanaman dalam kondisi rusak dan sudah tua. Diperkirakan sekitar 10 %
atau 380.000 ha dalam keadaan rusak atau tua (Anonim a, 2008).
Kelapa merupakan komoditi penting dan merupakan bagian dari kehidupan
masyarakat Indonesia, karena dari daun, buah, dan batang semuanya dapat
dimanfaatkan. Pada tahun 2006, luas areal tanaman kelapa tercatat 3.817.796 ha,
didominasi oleh perkebunan rakyat seluas 3.749.844 ha (98,22 %), perkebunan
besar negara seluas 6.148 ha (0,16 %) dan perkebunan besar swasta seluas 61.804
(1,62 %), dengan total produksi sebesar 3.156.876 ton, yaitu perkebunan rakyat
sebesar 3.112.040 ton (98,58 %), perkebunan besar negara sebesar 3.672 ton
(0,12 %) dan perkebunan besar swasta sebesar 41.164 ton (1,30 %). Lokasi
perkebunan kelapa tersebar di seluruh kepulauan Nusantara. Areal tanaman kelapa
di pulau Sumatera mencapai 33,63 %, di Jawa 22,75 %, Sulawesi 19,40 %, Bali,
NTB dan NTT sebesar 7,70 %, Maluku dan Papua 8,89 % serta Kalimantan 7,62 %
dari total luas areal kelapa Indonesia (Anonim b, 2007).

                                                            
1
Estimasi tahun 2009 menurut data dari Direktorat Jenderal Perkebunan adalah 3.859.421 ha, dengan produksi 3.310.185 ton.

1
 
Di kebun Unit Produksi Segayung Utara, tanaman kelapa pada dasarnya adalah
sebagai tanaman penaung serta sebagai pematah angin (wind breaker) bagi tanaman
kakao. Berbeda dengan kondisi lahan dalam pertanaman monokultur kakao, realita
di lapangan menunjukkan bahwa kondisi pertanaman tumpangsari cenderung
terbuka dan mengakibatkan sinar matahari banyak masuk ke dalam lahan. Hal
tersebut mengakibatkan potensi tumbuhnya gulma akan lebih besar daripada areal
pertanaman kakao monokultur (tanpa tanaman kelapa).
Masing-masing perkebunan umumnya mempunyai kebijakan tersendiri tentang
pengendalian gulma yang ada di sekitar tanaman kelapa, termasuk di PT. Pagilaran
Unit Produksi Segayung Utara, untuk itulah mahasiswa mengadakan kegiatan kerja
lapangan di perkebunan tersebut. Selain mempelajari proses budidaya kelapa secara
umum, secara khusus mahasiswa akan mempelajari proses pengendalian gulma
pada tanaman kelapa serta kebijakan-kebijakan perusahaan yang berkaitan dengan
pengendalian gulma.

B. Tujuan Umum
1. Melatih mahasiswa agar memiliki kemampuan dan keterampilan serta
berpengalaman di lapangan dalam praktek kegiatan pertanian sesuai bidangnya.
2. Melibatkan mahasiswa secara langsung dalam kegiatan pertanian agar
mempunyai kemampuan dan kepekaan terhadap berbagai persoalan yang timbul
dalam praktek di lapangan.
3. Memberikan gambaran kepada mahasiswa tentang hubungan antara teori dan
penerapan di lapangan serta faktor-faktor yang mempengaruhinya.
4. Memberikan bekal pengenalan praktek pada mahasiswa untuk dapat bekerja
dalam lingkungan masyarakat setelah menjalani masa pendidikan kelak.

C. Tujuan Khusus
Mengetahui dan mempelajari budidaya tanaman kelapa di PT. Pagilaran
Unit Produksi Segayung Utara, kabupaten Batang-Jawa Tengah, khususnya tentang
pengendalian gulma pada tanaman kelapa (Cocos nucifera L.).

2
 
D. Manfaat Kerja Lapangan
1. Memenuhi persyaratan kurikulum S1 di Fakultas Pertanian, Universitas
Gadjah Mada.
2. Memperoleh pengetahuan dan wawasan yang luas tentang budidaya tanaman
kelapa (Cocos nucifera L.).

3
 
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Klasifikasi ilmiah dari tanaman kelapa adalah sebagai berikut: Kerajaan


(Kingdom): Plantae; Divisio: Magnoliophyta; Kelas: Liliopsida; Ordo: Arecales; Familia:
Arecaceae; Genus: Cocos; Spesies: Cocos nucifera; Nama Binomial: Cocos nucifera L.
(Anonim d, 2009).
Habitus tanaman ini adalah pohon dengan tinggi 20-30 m. Kelapa memiliki batang
tegak, silindris, permukaan kasar, dan umumnya berwarna coklat. Daun kelapa termasuk
ke dalam jenis daun majemuk, dengan ciri-ciri rnenyirip, berbentuk pita, berujung runcing,
dan berpangkal tumpul. Daun kelapa memiliki panjang 0,5-1 m dan lebar 3-4 cm, memiliki
pelepah, bertangkai silindris dengan panjang 0,5-1 m, berwarna hijau dengan pertulangan
daun sejajar. Bunga kelapa termasuk bunga majemuk yang berbentuk malai yang tumbuh
di ketiak daun. Malai (janjang) memiliki panjang 25-40 cm dengan tangkai berbentuk segi
tiga. Panjang tangkai janjang 10-15 cm berwarna kuning. Kelopak bunga kelapa bercangap
(mancung) dengan warna kuning tua. Benang sari pada bunga kelapa memiliki panjang
3-5 cm berwarna kuning. Tangkai putik berbentuk silindris berwarna kuning. Sedangkan
mahkota berbentuk lonjong yang berjumlah lima helai dan memiliki warna kuning. Buah
kelapa mempunyai bentuk bulat telur (pada jenis tertentu agak segitiga), berkulit serabut
dan berwarna hijau (tergantung jenisnya). Sedangkan biji kelapa berbentuk bulat, berwarna
putih agak lunak. Kelapa memiliki akar serabut dan berwarna coklat (Anonim e, 2009).
Gulma didefinisikan sebagai tumbuhan yang tumbuh/hadir pada suatu
tempat/keadaan yang tidak diinginkan (Tjitrosoedirdjo et al., 1984). Sekarang, gulma tidak
selamanya dinilai negatif. Keberadaan gulma dapat sebagai pencegah erosi dengan menjadi
tanaman penutup lahan (ground cover). Dua gulma penting yang sering berada pada
perkebunan kelapa adalah alang-alang (Imperata cylindrica) dan lantana (Lantana camara).
Alang-alang adalah gulma yang kuat dan sering ditemukan pada awal pembukaan lahan.
Alang-alang dapat tumbuh pada tanah kahat hara, terutama pada lahan gundul (Banzon dan
Velasco, 1982).

4
 
Kerugian yang terjadi karena gulma, secara umum disebabkan antara lain
(Mangoensoekarjo, 1983):
a. Menekan pertumbuhan dan menurunnya hasil akibat persaingan dalam hal hara,
air dan cahaya, serta zat penghambat pertumbuhan oleh gulma (alelopati);
b. Mempersulit cara pengelolaan tanaman;
c. Mempengaruhi cara pemanenan yang mengakibatkan meningkatnya biaya dan
menurunkan hasil;
d. Menurunkan kualitas hasil karena tercampur dengan bagian-bagian gulma; dan
e. Menurunkan produksi akibat meningkatnya pengaruh organisme pengganggu
tumbuhan yang lain (hama, penyakit, nematoda, dll.) yang hidup pada beberapa
jenis gulma.

5
 
BAB III
METODOLOGI

A. Waktu dan Tempat Pelaksanaan


Kegiatan kerja lapangan ini telah dilaksanakan pada tanggal
25 Januari-25 Februari 2010 di PT. Pagilaran Unit Produksi Segayung Utara,
kabupaten Batang, Jawa Tengah.

B. Metode Pelaksanaan Kerja Lapangan


Berdasarkan tujuan dari kerja lapangan yaitu meningkatkan pemahaman dengan
mencari informasi tentang budidaya tanaman kelapa secara lengkap serta
meningkatkan kemampuan berfikir analisis dan kritis dalam bekerja dan
menghadapai persoalan-persoalan dalam pekerjaan, maka metode yang digunakan
untuk mencapai tujuan tersebut adalah sebagai berikut:
1. Metode langsung
Metode langsung yang dimaksud adalah cara pengumpulan informasi yang
didapat secara langsung dari tempat kerja dan langsung berhubungan dengan
kegiatan maupun permasalahan yang dihadapi. Metode langsung ini dapat
dibagi dalam beberapa kegiatan, di antaranya:
a. Melibatkan diri secara langsung bekerja di lapangan, menemukan dan
mendapatkan informasi langsung dari lapangan tempat mahasiswa bekerja.
Kegiatan ini merupakan kegiatan utama pelaksanaan kerja lapangan.
b. Wawancara atau interview, yaitu metode pengumpulan data dan informasi
dengan mengajukan pertanyaan kepada petugas dan pihak terkait dengan
kegiatan kerja lapangan.
c. Observasi atau pengamatan, yaitu metode pengumpulan data secara
langsung di lapangan.
d. Dokumentasi berupa foto-foto kegiatan baik yang dikumpulkan oleh diri
sendiri maupun dari perusahaan.

6
 
2. Metode tidak langsung
Metode tidak langsung yang dimaksud adalah cara pengumpulan informasi
yang didapat dari berbagai sumber informasi lain yang tidak langsung terkait
dengan kegiatan kerja lapangan. Metode tidak langsung ini dapat dibagi dalam
beberapa kegiatan, di antaranya:
a. Studi pustaka, yaitu pengumpulan data dengan cara membaca dan menelaah
pustaka mengenai budidaya tanaman kelapa pada umumnya dan secara
khusus mengenai pengendalian gulma pada tanaman kelapa
(Cocos nucifera L.).
b. Pengumpulan data sekunder yang tersedia di PT. Pagilaran Unit Produksi
Segayung Utara, kabupaten Batang, Jawa Tengah.

C. Ruang Lingkup Masalah


1. Masalah Umum
a. Keadaan umum PT. Pagilaran Unit Produksi Segayung Utara, meliputi:
sejarah dan latar belakang berdirinya PT. Pagilaran, struktur organisasi PT.
Pagilaran Unit Produksi Segayung Utara dan perannya masing-masing,
lokasi, batas wilayah, luas areal pertanaman kelapa, topografi, keadaan
tanah, dan iklim.
b. Fungsi dan peranan PT. Pagilaran Unit Produksi Segayung Utara,
kabupaten Batang, Jawa Tengah.
c. Kegiatan budidaya kelapa di PT. Pagilaran Unit Produksi Segayung Utara,
kabupaten Batang, Jawa Tengah, meliputi: kegiatan pra tanam (pembukaan
lahan dan pengolahan tanah), pembibitan, penanaman, pemeliharaan, yang
meliputi pemupukan, pengairan, penyulaman, pendangiran, pengendalian
gulma hama, dan penyakit, serta kegiatan pemanenan.
d. Kegiatan pemasaran, yang meliputi sistem pemasaran, distribusi pemasaran,
dan sebagainya.

7
 
2. Masalah Khusus
a. Jenis pengendalian gulma yang dipakai di PT. Pagilaran Unit Produksi
Segayung Utara, kabupaten Batang, Jawa Tengah.
b. Bagaimana pengendalian gulma pada tanaman kelapa di PT. Pagilaran Unit
Produksi Segayung Utara, kabupaten Batang, Jawa Tengah.
c. Kelebihan dan kekurangan kegiatan pengendalian gulma di PT. Pagilaran
Unit Produksi Segayung Utara, kabupaten Batang, Jawa Tengah.
d. Kendala yang dihadapi oleh PT. Pagilaran Unit Produksi Segayung Utara,
kabupaten Batang, Jawa Tengah.

8
 
BAB IV
KEADAAN UMUM PERUSAHAAN

A. Sejarah Singkat PT. Pagilaran


Sejarah PT. Pagilaran diawali dengan pembukaan hutan yang dilakukan oleh
E. Blink seorang berkebangsaan Belanda untuk ditanami tanaman kina dan kopi.
Hasil yang kurang menggembirakan karena berbagai sebab membuat E. Blink pada
tahun 1899, mengganti sebagian tanamannya dengan tanaman teh, yang
menemukan kesesuaian agroklimatnya di kawasan dataran tinggi Pagilaran. Dalam
perjalanannya perkebunan tersebut diambil alih oleh Maskapai Belanda yang
berkedudukan di Semarang. Pada masa ini perkebunan teh mengalami
perkembangan pesat, yang ditandai dengan adanya perkembangan luas areal
perkebunan. Namun demikian kegiatan usaha maskapai ini berhenti total menyusul
musibah kebakaran yang terjadi pada tahun 1920.
Kegiatan usaha baru berjalan kembali setelah perusahaan diambil alih oleh
perusahaan Inggris yang setelah diadakan perbaikan, pada tahun 1928 perkebunan
Pagilaran digabungkan dengan P & T Lands (Pemanukan dan Tjiasem) di bawah
manajemen yang sama. Pada masa inilah pembangunan sarana kabel ban untuk
mempermudah pengangkutan pucuk teh dari kebun ke pabrik pengolahan teh
dimulai.
Setelah kekalahan sekutu dari Jepang pada perang Asia Timur Raya, maka
perkebunan dikuasai oleh pendudukan Jepang dan sebagian areal perkebunan
diganti dengan tanaman pangan untuk memenuhi kebutuhan pangan tentara Jepang
dalam Perang Dunia II. Keadaan ini berlangsung hingga tahun 1947. Pada kurun
waktu 1947-1949 perkebunan kembali ke tangan perusahaan Inggris dan dilakukan
pembangunan dengan peralatan lama yang masih tersisa akibat perusakan selama
pendudukan Jepang.
Pada tanggal 23 Mei 1964 melalui Surat Keputusan Menteri PTIP,
Prof. Ir. Toyib Hadiwijaya perkebunan diserahkan kepada Fakultas Pertanian
Universitas Gadjah Mada untuk dijadikan sebagai sarana penunjang
penyelenggaraan pendidikan pertanian. Selanjutnya nama perusahaan diganti
dengan Perusahaan Negara (PN) Pagilaran dan pengelolaannya diserahkan kepada

9
 
Yayasan Pembina Fakultas Pertanian UGM. Untuk mengenangnya maka tanggal
23 Mei dijadikan sebagai hari lahirnya PT. Pagilaran.
Pada tanggal 1 Januari 1974 status perusahaan diganti dari PN. Pagilaran
menjadi PT Perkebunan Perindustrian Perdagangan dan Konsultasi PT Pagilaran.
Perusahaan kemudian mengalami perkembangan yang cukup pesat dan menjadi
salah satu sentra pengembangan perkebunan di Indonesia. Hal ini pula yang
kemudian membangkitkan komitmen PT. Pagilaran untuk mengembangkan
perkebunan di negeri ini dengan bekerja sama dengan petani melalui program
Perkebunan Inti Rakyat (PIR). Sejak tahun 1985 dan masih berjalan hingga saat ini,
pemerintah mempercayakan pengembangan PIR di daerah Jawa Tengah dan
Jawa Timur kepada PT. Pagilaran dengan fokus pada komoditas teh di dataran
tinggi dan kakao di dataran rendah. Tiga Pabrik pengolah teh hitam (satu di Batang,
satu di Pekalongan, dan satu di Banjarnegara), satu pabrik pengolah teh hijau dan
satu pabrik pengolah kakao (di DIY).
PT. Pagilaran mempunyai beberapa unit produksi di beberapa tempat,
antara lain: Jatilawang, Kaliboja, Pagilaran, Samigaluh, Segayung Utara, dan
Sidoharjo.
Bidang usaha yang diupayakan PT. Pagilaran adalah sebagai berikut:
ƒ Perkebunan, Perindustrian, dan Perdagangan:
Teh, kakao, kopi, kelapa, cengkeh, dan kina dan pemasok bibit komoditas-
komoditas tersebut.
ƒ Konsultan
Konsultan di bidang pertanian dan perkebunan.
ƒ Penelitian, Pendidikan dan Pengabdian
- Lokasi dan sarana penelitian bagi dosen dan mahasiswa S1, S2 dan S3
Universitas Gadjah Mada maupun perguruan tinggi lainnya.
- Sarana kerja praktek lapangan bagi mahasiswa dan siswa SMK/SMU.
- Pelaksana pelatihan praktisi perkebunan dan pekebun.
- Pelaksana program pengembangan perkebunan rakyat.

10
 
Visi dan Misi PT. Pagilaran adalah sebagai berikut:
- Visi:
1. Menjadi perusahaan perkebunan dalam arti luas dengan kinerja yang
produktif, yang dapat tumbuh pada aras yang tinggi, melalui pilihan
penerapan teknologi dan sistem pengelolaan yang efektif dan efisien.
2. Menjadi pelopor dalam usaha perkebunan sebagai pengejawantahan
sinergi kerja penelitian Fakultas Pertanian UGM dan kegiatan usaha
perusahaan melalui kajian nalar krida-krida teknologi produksi dan
pengolahan, berikut pengembangan penerapannya, dan secara nyata
menyumbang temuan pengetahuan baru dan terobosan teknologi baru
berikut kesesuaian penerapannya.
3. Menjadi percontohan bagi masyarakat pelaku usaha perkebunan dan
obyek studi bagi kalangan akademik melalui kegiatan usaha yang
produktif, kesesuaian pemanfaatan teknologi dan tindakan konservatif
terhadap sumberdaya lahan.
- Misi:
1. Mengembangkan unit-unit kegiatan produksi yang ekonomis dan
menguntungkan dengan citra korporat yang kuat.
2. Berperan aktif dalam penyediaan sarana kelancaran pelaksanaan
pendidikan dan penelitian Fakultas Pertanian UGM, melalui
Yayasan Pembina Fakultas Pertanian.
3. Menjadi wahana bagi kegiatan penelitian dalam bidang perkebunan
dalam arti luas bersama dengan Fakultas Pertanian UGM melalui
komoditas-komoditas yang dikembangkan sehingga memungkinkan
terjadinya sinergi yang mutualistik bagi Fakultas Pertanian maupun
PT. Pagilaran.
4. Berperan aktif sebagai agent of development bagi wilayah dan
masyarakat sekitar unit kegiatan usaha perusahaan melalui sosialisasi
pemikiran baru dan penemuan teknologi di bidang perkebunan yang
memberikan manfaat baik secara ekonomis maupun ekologis.

11
 
Company Profile dari PT. Pagilaran adalah sebagai berikut:
ƒ Nama Perusahaan:
PT. Pagilaran
ƒ Bentuk Perusahaan:
Perseroan Terbatas
ƒ Pemegang Sero:
Yayasan Fapertagama, Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada,
Yogyakarta
ƒ Tempat Kedudukan:
Jl. Faridan M. Noto 11 Yogyakarta 55224
Telp.: 0274-561392, 563046 (Hunting)
Fax. : 0274-540628
Email : pagilaran@telkom.net.
Komersial : g_larcommerce@yahoo.co.id

B. Sejarah Singkat PT. Pagilaran Unit Produksi Segayung Utara, Kabupaten


Batang, Jawa Tengah
Sejak tanggal 23 Mei 1964, kebun Pagilaran yang berlokasi di kecamatan Blado,
kabupaten Batang dikelola oleh UGM. Pada tahun 1976, PT. Pagilaran
mendapatkan areal kebun tambahan yang terletak di daerah Segayung Utara,
kecamatan Tulis, kabupaten Batang, Jawa Tengah.
Kebun ini semula merupakan bagian dari perkebunan PT. Segayung dengan
Hak Arf Pacht selama 75 tahun, yaitu sejak tahun 1843-1968. Tanaman yang
diusahakan di kebun ini adalah tanaman ubi kayu.
Setelah periode itu, kebun Segayung diserahkan kembali kepada pemerintah
dibawah penguasaan pemerintah kabupaten Batang. Peralihan pengelolaan tersebut
berdampak pada kondisi kebun yang semakin tidak terawat sehingga seluruh lahan
banyak ditumbuhi alang-alang, serta kondisi lahan yang kritis yang mana lapisan
tanah atas (> 95 %) banyak yang hilang karena mengalami erosi. Hal tersebut
membuat kebun Segayung tidak layak untuk ditanami.

12
 
Pada tahun 1977, berdasarkan surat keputusan Hak Tanah
No: SK 14/a/HGU/DA/1977, kebun Segayung Utara yang memiliki luas areal
208,350 ha dikelola oleh PT. Pagilaran dengan Hak Guna Usaha (HGU) selama
25 tahun.
Selain berfungsi sebagai perusahaan perkebunan yang bersifat profit oriented,
keberadaan PT. Pagilaran Unit Produksi Segayung Utara ini juga membantu
menjaga keadaan ekosistem di daerah di sekitar kebun serta dapat menyerap tenaga
kerja dari lingkungan sekitar baik menjadi staf karyawan, buruh tetap maupun
buruh musiman.

C. Struktur Organisasi dan Tenaga Kerja


1. Struktur Organisasi dan Pengelolaan Perusahaan
PT. Pagilaran adalah perusahaan yang bergerak di bidang perkebunan,
perindustrian, perdagangan dan konsultan berstatus swasta yang kepemilikan
sahamnya terdiri dari beberapa pemilik modal. Para pemilik modal ini
tergabung dalam Dewan Komisaris (Board of Commisioners). Pembuat
kebijakan-kebijakan umum yang akan dilaksanakan oleh perusahaan adalah
Dewan Direktur (Board of Directors). Dewan Direktur dipimpin oleh Direktur
Utama yang merupakan pemegang saham terbesar dan bertanggung jawab
terhadap Dewan Komisaris. Selain Direktur Utama, terdapat Direktur Umum
dan Keuangan yang bertanggung jawab mengatur dan mengawasi keuangan
serta Direktur Produksi bertanggung jawab terhadap produksi dari unit produksi
yang dimiliki oleh PT. Pagilaran.

2. Struktur Organisasi Unit Produksi Segayung Utara


PT. Pagilaran Unit Produksi Segayung Utara adalah salah satu dari 6 (enam)
Unit Produksi yang dimiliki PT. Pagilaran. Unit Produksi Segayung Utara
dipimpin oleh seorang Kepala Unit. Pelaksanaan tugas sehari-hari diawasi oleh
seorang pengawas kebun. Pengawas kebun dibantu oleh 2 (dua) mandor besar,
yaitu mandor besar kakao dan mandor besar kelapa serta mandor litbang.
Kecuali mandor litbang, masing-masing mandor tersebut membawahi mandor
pemeliharaan untuk kegiatan pemeliharaan di kebun, mandor petik untuk
kegiatan petik, serta mandor gudang khusus untuk komoditas kelapa. Mandor

13
 
tersebut langsung bekerja di lapangan dan mengawasi pekerjaan pekerja setiap
hari. Untuk bagan struktur organisasinya dapat dilihat pada lampiran1.

D. Keadaan Areal dan Batas-batas Wilayah


PT. Pagilaran Unit Produksi Segayung Utara secara administratif berada di desa
Simbang Jati, kecamatan Tulis, kabupaten Batang, propinsi Jawa Tengah. Jarak
dari ibukota propinsi kurang lebih 80 km ke arah barat.
Kebun Segayung Utara ini memiliki areal dengan batas-batas sebagai berikut:
- Sebelah Utara berbatasan dengan desa Wonokerso dan desa Kencono Rejo.
- Sebelah Selatan berbatasan dengan Kebun Dinas Perkebunan Propinsi
Jateng.
- Sebelah Timur berbatasan dengan desa Simbang Jati dan dukuh Tegal Sari.
- Sebelah Barat berbatasan dengan dukuh Sraman dan desa Wonokerso.
Sejak tahun 1978-1980, PT. Pagilaran Unit Produksi Segayung Utara mulai
melakukan penanaman tanaman pokok, yaitu kakao (Theobroma cacao L.) dan
kelapa (Cocos nucifera L.). Luasan yang ditanami masing-masing adalah sebagai
berikut:
- Kelapa Tall tumpang sari kakao, ditanam tahun 1978 dengan luas 25,46 ha
ƒ Terdiri dari:
ƒ Blok I seluas 16,68 ha
ƒ Blok VIIIb seluas 8,78 ha
- Kakao monokultur, ditanam tahun 1979 dengan luas 47,18 ha
- Kelapa Hibrida tumpang sari, ditanam tahun 1980 dengan luas 117,78 ha
ƒ Terdiri dari:
ƒ Blok III seluas 1,100 ha
ƒ Blok IV seluas 18,10 ha
ƒ Blok Va seluas 15,59 ha
ƒ Blok Vb seluas 21,20 ha
ƒ Blok VI seluas 19,82 ha
ƒ Blok VII seluas 23,34 ha
ƒ Blok VIIIa seluas 18,73 ha

14
 
- Kakao sebagai tanaman utama pada tanaman tumpangsari dengan kelapa
hibrida ditanam tahun 1985. Peta blok pertanaman kelapa dan kakao dapat
dilihat pada lampiran 5.

Total luas area yang tertanami di kebun Unit Produksi Segayung Utara adalah
190,42 ha. Jumlah populasi tanaman dan lokasi dari pertanaman tersebut dapat di
lihat pada tabel berikut:
Tabel. 1. Populasi Tanaman dan Lokasi Pertanaman Kelapa
Blok I II *) III IV Va Vb VI VII VIIIa VIIIb Total
Luas 16,68 20,20 27,98 18,10 15,59 21,20 19,82 23,34 18,73 8,78 190,42
(ha)
Jumlah 1.685 - 126 2.425 2.140 2.911 2.513 3.000 2.499 1.114 18.433
Pohon
Keterangan:
*) Blok monokultur tanaman kakao

Pada pertanaman kelapa, pola pertanaman (jarak tanam) yang digunakan adalah
sebagai berikut:
- Kelapa Tall 8 m x 10 m (125 pohon)
- Kelapa Hibrida 9 m x 9 m x 9 m (141 pohon)

3 meter
Keterangan:
Tanaman kelapa
Tanaman kakao

9 meter
Gambar 1. Layout pertanaman kelapa hibrida tumpangsari dengan tanaman kakao

15
 
Keadaan fisik yang perlu diketahui di areal PT. Pagilaran Unit Produksi
Segayung Utara ini antara lain:
1. Tinggi Tempat
Kebun Unit Produksi Segayaung Utara memiliki ketinggian tempat yang
bervariasi dengan ketinggian tempat tertinggi yaitu 92,5 mdpl dan ketinggian
tempat terendah yaitu 40 mdpl.
Untuk tanaman kelapa, ketinggian yang baik sampai 400 mdpl, sedangkan
ketinggian di atas 400 mdpl, pertumbuhan dan produksinya akan mengalami
hambatan (Witjaksana, 1989 cit. Asmono dan Jatmika, 1989).

2. Curah Hujan
Di kebun Unit Produksi Segayung Utara, rata-rata curah hujan mencapai
2.804,5 mm per tahun. Curah hujan yang dikehendaki sekurang-kurangnya
1.800 mm/tahun dengan penyebaran merata sepanjang tahun (150 mm/bulan)
(Thampan, 1982 cit. Witjaksana, 1989 cit. Asmono dan Jatmika, 1989). Pada
beberapa tempat yang tanahnya baik, cadangan air tanah masih dapat
dimanfaatkan untuk 1-2 bulan kekeringan. Defisit air maksimal adalah
400 mm/tahun. Curah hujan yang kurang akan berpengaruh pada pertumbuhan
tanaman khususnya pada masa-masa awal pertumbuhan dan produktivitas yang
cenderung menurun.

3. Suhu
Suhu di kebun Unit Produksi Segayung Utara berkisar antara 24-36 ºC.
Suhu optimal yang dikehendaki tanaman kelapa adalah ±27 ºC dengan fluktuasi
6-7 ºC. Sehubungan dengan ketinggian tempat, semua daerah di Indonesia yang
berada di bawah 400 mdpl suhunya memenuhi syarat (Witjaksana, 1989 cit.
Asmono dan Jatmika, 1989). Pada umumnya, suhu berhubungan dengan laju
evapotranspirasi serta proses pembungaan, sehingga akan berpengaruh pada
produktivitas dari kelapa tersebut.

16
 
4. Jenis Tanah
Jenis tanah di kebun Unit Produksi Segayung Utara ini adalah tanah Latosol
dengan pH 3,6-4,7. Hal ini masih memungkinkan karena diantara pH tanah
yang sesuai, yaitu berkisar antara 4,5-6,5. Semakin rendah pH maka unsur Fe,
Al, dan Mn akan mudah terlarut sehingga dalam jumlah banyak dapat meracuni
tanaman. pH yang terlalu tinggi menyebabkan banyak unsur tidak tersedia,
sehingga tanaman menjadi miskin hara.

5. Topografi
Di kebun Unit Produksi Segayung Utara, kemiringan lahan yang ada
berkisar 5-10º. Hal tersebut sesuai dengan teori bahwa, untuk perkebunan
kelapa, kemiringan lereng yang ideal adalah antara 0-10º (datar-berombak)
(Witjaksana, 1989 cit. Asmono dan Jatmika, 1989). Semakin miring lahan,
maka kemungkinan tanaman tersebut untuk roboh cukup besar.

6. Kelembaban
Di kebun Unit Produksi Segayung Utara, kelembaban yang pernah tercatat
berkisar antara 60-80 %. Hal ini dimungkinkan karena pengaruh tanaman utama
(kakao) yang cenderung membutuhkan kelembaban tinggi. Dalam beberapa
kasus, kelembaban yang tinggi dapat mengakibatkan tanaman terserang jamur,
terlebih jamur yang dapat menyerang tanaman kakao sekaligus tanaman kelapa,
misalnya: Phytophthora palmivora Buttler.

17
 
BAB V
TAHAPAN BUDIDAYA TANAMAN KELAPA

Kelapa (Cocos nucifera L.) merupakan tumbuhan asli daerah yang beriklim tropis.
Bentuk morfologi kelapa berbatang tegak lurus ke atas dengan menyesuaikan terhadap
arah sinar matahari, tidak bercabang, tidak berkambium, berakar serabut yang jumlahnya
tergantung pada tingkat kesuburan tanah, iklim serta kesehatan tanaman, daunnya
berbentuk memanjang dan bertulang sejajar, dengan pertumbuhan yang lebih cepat pada
musim hujan, bunga merupakan buah berkarang (Wahyuni, 2002).
Di Jawa Tengah, perkebunan yang memiliki komoditas tanaman kelapa salah
satunya diusahakan oleh PT. Pagilaran Unit Produksi Segayung Utara. Di PT. Pagilaran
Unit Produksi Segayung Utara, kelapa yang ditanam bukan sebagai tanaman utama atau
tanaman pokok melainkan sebagai tanaman penaung bagi tanaman kakao dengan sistem
pertanaman tumpang sari. Selain berfungsi ekologis terhadap tanaman kakao sebagai
naungan, tanaman kelapa juga memberikan nilai ekonomis yang cukup tinggi untuk
memberikan masukan pendapatan PT. Pagilaran Unit Produksi Segayung Utara setiap
harinya.
Habitat asli tanaman kakao adalah hutan tropika basah. Pada habitat tersebut,
tanaman kakao tumbuh di bawah naungan pohon-pohon tinggi. Dalam budidaya kakao,
kondisi yang sesuai dengan habitat aslinya masih dipertahankan, yaitu dengan cara
memberikan tanaman penaung. Dipilihnya tanaman kelapa sebagai penaung dibandingkan
tanaman yang lain untuk digunakan sebagai penaung dikarenakan antara tanaman kelapa
dengan tanaman kakao pada dasarnya memiliki syarat tumbuh yang sama. Keduanya
merupakan tanaman daerah tropika, tumbuh di dataran rendah sehingga menghendaki sifat-
sifat iklim dan sifat fisik tanah yang relatif sama (Wahyudi et al., 2008).
Bila dibandingkan dengan jenis tanaman penaung yang lain, beberapa keunggulan
kelapa sebagai tanaman penaung kakao adalah sebagai berikut (Wahyudi et al., 2008):
- Kelapa tahan terhadap hembusan angin yang kencang karena memiliki tajuk
dan sistem perakaran yang kuat. Oleh karena itu, kelapa merupakan tanaman
pematah angin (wind-breaker) yang cukup efektif dan ekonomis.
- Tajuk kelapa termasuk mudah diatur. Hanya dengan memotong sebagian
pelepahnya, jumlah naungan yang dikehendaki mudah disesuaikan. Dalam
keadaan normal, pemangkasan rutin tidak perlu dilakukan karena pelepah yang

18
 
sudah tua dan kering akan gugur dengan sendirinya sehingga jumlah pelepah
daun relatif tetap.
- Kelapa relatif tahan kering dan selama musim kemarau daunnya tidak mudah
gugur.
- Bila tanaman kelapa sudah dewasa, akan terdapat jarak yang cukup lebar antara
tajuk kelapa dengan tajuk kakao. Keadaan ini akan menciptakan sirkulasi udara
yang baik sehingga membantu sanitasi kebun secara keseluruhan.
- Tanaman kelapa memberi nilai tambah yang bernilai ekonomi cukup besar,
yakni baik dalam hal hasil buahnya, pelepah kering, maupun batangnya.
- Secara tidak langsung, tanaman kelapa berperan dalam membantu pengendalian
hama Helopeltis secara biologis karena semut hitam (Dolichoderus thoracicus)
yang suka bersarang pada pohon kelapa merupakan pemangsa dari hama
tersebut.

Kegiatan budidaya tanaman kelapa (Cocos nucifera L.) yang dilakukan di PT.
Pagilaran Unit Produksi Segayung Utara, kabupaten Batang-Jawa Tengah adalah sebagai
berikut:
A. Pembukaan Lahan
Kegiatan ini dilakukan ketika akan melakukan penanaman di areal baru
(membuka lahan). Kegiatan yang dilakukan antara lain melakukan pembersihan
lahan dari gulma (rumput/alang-alang). Cara yang dilakukan adalah sebagai
berikut:
- Pembersihan gulma secara mekanis (dilakukan dengan cangkul, sabit
maupun babat dengan tangan).
- Pembersihan gulma secara kimiawi (dilakukan dengan aplikasi
herbisida, contoh: Roundup). Cara yang dilakukan adalah dengan
membabat alang-alang menjadi ± 20 cm, selanjutnya dibiarkan agar
tumbuh kembali sampai 30-40 cm. Kemudian disemprot dengan
memakai knap sack atau power sprayer dengan dosis 2-3 liter dalam
800 liter air/ha.

19
 
B. Pembibitan
Perbanyakan tanaman kelapa dikenal ada dua cara, yaitu secara
konvensional atau cara biasa maupun dengan rekayasa genetika berupa
perbanyakan bibit menggunakan kultur jaringan atau kultur embrio (Sukamto,
2001). Dalam kegiatan pembibitan tanaman kelapa, PT. Pagilaran Unit
Produksi Segayung Utara menggunakan metode konvensional untuk melakukan
perbanyakan tanaman, yaitu dengan buah kelapa tua sebagai bibit. Dalam
kegiatan pembibitan secara biasa atau konvensional ada beberapa tahapan yang
harus dilakukan. Tahapan tersebut adalah sebagai berikut:
- Memilih bibit kelapa yang baik dan cocok sebagai bibit. Ciri-cirinya
antara lain:
ƒ Berasal dari pohon induk yang baik. Syarat pohon induk adalah
berumur 20-40 tahun, produksi tinggi
(80-120 butir/pohon/tahun) terus menerus dengan kadar kopra
tinggi (25 kg/pohon/tahun), batangnya kuat dan lurus dengan
mahkota berbentuk sperical (berbentuk bola) atau semisperical,
daun dan tangkainya kuat, bebas dari gangguan hama dan
penyakit (Anonim c, 2009).
ƒ Ciri buah yang matang untuk benih, yaitu umur ± 12 bulan,
4/5 bagian kulit berwarna coklat, bentuk bulat dan agak lonjong,
sabut tidak luka, tidak mengandung hama penyakit, panjang
buah 22-25 cm, lebar buah 17-22 cm, buah licin dan mulus, air
buah cukup, apabila digoncang terdengar suara nyaring
(Anonim c, 2009).
- Bibit kelapa diistirahatkan selama ± 1 bulan.
- Menyiapkan tempat pembibitan tanaman kelapa.
Lokasi yang dipilih untuk melakukan pembibitan tanaman kelapa
antara lain:
ƒ Lokasi datar. Lokasi datar akan lebih mempermudah dalam
penataan bibit serta pengawasan dan perhitungan jumlah bibit.
ƒ Dekat sumber air. Hal ini sangat penting karena umumnya pada
masa awal pertumbuhan tanaman masih sangat rentan dan belum

20
 
keluarnya akar untuk menjangkau sumber air, sehingga
diperlukan penyiraman.
ƒ Bebas dari OPT (organisme pengganggu tanaman).
ƒ Mudah dalam pengawasan.
- Persiapan bedengan atau polibag
Ada dua jenis pembibitan yang biasa dilakukan pada tanaman kelapa.
Pertama, adalah dengan membuat bedengan dan yang kedua adalah
dengan menggunakan polibag. Pembibitan dengan bedengan akan lebih
beresiko merusak akar saat dilakukan pencabutan pada waku akan
dipindah tanam ke kebun. Umumnya pembibitan dengan cara seperti
dilakukan PT. Pagilaran Unit Produksi Segayung Utara untuk
menyediakan sulaman dalam jumlah sedikit. Sedangkan pembibitan
dengan menggunakan polibag akan lebih aman, namun membutuhkan
biaya lebih untuk pengadaan polibag. PT. Pagilaran Unit Produksi
Segayung Utara menggunakan cara pembibitan ini untuk menyediakan
stok bibit pada awal proyek penanaman.
ƒ Bedengan
Dilakukan olah tanah sampai gembur sedalam 30-40 cm,
kemudian bentuk bedengan dengan lebar 2 m, tinggi 25 cm dan
panjang tergantung lahan dengan jarak antar bedengan 60-80 cm.
jarak antar bedengan ini digunakan untuk mempermudah
kegiatan pemeliharaan. Lebar bedengan tersebut dapat diisi
6 butir bibit kelapa.
ƒ Polibag
Media tanam yang digunakan adalah campuran dari Pupuk
Kandang-Tanah (1:1) diisikan 2/3 polibag. Penggunaan pupuk
kandang bertujuan menyuplai kebutuhan N dan unsur hara mikro
lain pada masa pertumbuhan awal bibit kelapa. Polibag yang
digunakan umumnya berukuran 40-50 cm dengan tebal polibag
0,2-0,4 cm dan mempunyai jumlah lubang plastik 48 lubang
dengan diameter 0,5-1 cm. Jumlah lubang plastik ini berguna
sebagai aerasi dan drainasi media dalam polibag tersebut agar
bibit yang disemaikan dapat tumbuh optimal.

21
 
- Kegiatan selanjutnya adalah melakukan penyayatan (pendederan) sabut
buah kelapa (1/3 bagian buah kelapa disayat sepanjang 5 cm). Bagian
yang disayat adalah bagian yang menonjol, dekat dengan lembaga atau
tangkai buah. Penyayatan ini sebaiknya dilakukan dengan pisau yang
tajam dan steril agar terbebas dari jamur atau penyakit lainnya. Tujuan
penyayatan ini adalah untuk mempermudah keluarnya calon tajuk (daun
yang masih muda yang berselubung runcing), serta sebagai tempat
penyiraman agar air lebih cepat meresap (dapat dilihat pada lampiran 2,
foto 1).
- Selanjutnya, buah yang sudah disayat kemudian dibenamkan ke dalam
media dengan posisi sayatan berada diatas dan posisi buah agak miring.
- Apabila kondisi tanah kering, perlu dilakukan penyiraman.
- Seleksi dilakukan setelah bibit berumur 4 bulan yang mana ditandai
dengan tumbuhnya calon tajuk sepanjang 3-5 cm.
Dalam kegiatan pemeliharaan pada pembibitan tanaman kelapa di PT.
Pagilaran Unit Produksi Segayung Utara melakukan beberapa kegiatan, antara
lain:
a. Penyiraman
- Penyiraman dilakukan secara kondisional (tergantung kondisi cuaca).
b. Pengendalian OPT dan gulma
- Di PT. Pagilaran Unit Produksi Segayung Utara, Organisme
pengganggu tanaman yang sering muncul pada saat melakukan
pembibitan tanaman kelapa adalah hama rayap. Pengendalian OPT ini
dengan cara pengendalian kimiawi menggunakan Furadan 3G.
Sedangkan gulma yang ada dikendalikan secara mekanis.

C. Penanaman di Kebun
Bibit dapat dipindah tanam ke kebun setelah berumur 10-12 bulan.
Beberapa hal yang dilakukan PT. Pagilaran Unit Produksi Segayung Utara
dalam kegiatan pindah tanam ke kebun adalah sebagai berikut:
- Persiapan lubang tanam, dibuat 1 bulan sebelum bibit ditanam.
- Sebelum membuat lubang tanam, yang perlu dilakukan adalah membuat
acuan jarak tanam yang dibuat dari bambu membentuk segitiga sama

22
 
sisi sesuai dengan jarak tanam. Jarak tanam antar tanaman yang
digunakan PT. Pagilaran Unit Produksi Segayung Utara adalah
9 m x 9 m x 9 m (pola segitiga sama sisi). Setelah didapatkan patokan
letak tanaman yang berbentuk segitiga, maka langkah yang dilakukan
selanjutnya adalah memasang acir bambu (pasak dari bambu). Acir
bambu ini dibuat untuk menjaga kelurusan barisan tanaman.
Pembuatan lubang tanam dilakukan dengan membuat pola bujur
sangkar menggunakan bambu berdasarkan ukuran panjang x lebar
lubang tanam yang ingin dibuat. Membuat lubang tanam berukuran
80 cm x 80 cm x 80 cm (panjang x lebar x kedalaman). Terakhir,
dilakukan pemberian pupuk kandang pada setiap lubang sebanyak
1 blek (± 5 kg).

D. Pemeliharaan di Kebun
Beberapa hal yang dilakukan PT. Pagilaran Unit Produksi Segayung Utara
dalam kegiatan pemeliharaan tanaman kelapa di kebun adalah sebagai berikut:
- Pemberantasan gulma (rumput/alang-alang) dilakukan dengan cara
mekanis (babat) dengan sabit atau dengan aplikasi herbisida (Roundup
atau Posat) dengan memakai knap-sack sprayer (semprotan manual).
- Melakukan pembersihan (pembabatan) melingkar dengan diameter
± 2 m di bawah tegakan pohon kelapa. Pembabatan ini dilakukan untuk
mengurangi persaingan hara oleh gulma pada awal masa pertmbuhan
tanaman kelapa.
- Dangir bumbun dilakukan menjelang pemupukan yang dilakukan
2 kali setahun. Hal ini dilakukan agar tanah lebih gembur dan dapat
menyerap pupuk dengan baik.
- Pengurangan jumlah daun atau menurunkan pelepah daun tua (blarak)
umumnya dilakukan pada saat kegiatan petik kelapa. Kegiatan ini
bertujuan sebagai sanitasi (pada daun tua) serta dengan pertimbangan
keefektifan jumlah daun yang ada dan mengurangi resiko roboh akibat
beratnya tajuk saat terjadi angin kencang.

23
 
E. Pemupukan
Pemupukan yang dilakukan PT. Pagilaran Unit Produksi Segayung Utara
pada tanaman kelapa dilakukan 2 kali setahun dan dilakukan pada awal dan
akhir musim hujan dengan dosis sesuai umur tanaman. Aplikasi pemupukan
terakhir dilakukan pada akhir 2008. Setelah tahun 2009, belum diadakan
pemupukan lagi dengan pertimbangan biaya, terlebih akar tanaman kelapa
tersebut sudah mampu menjangkau hara yang jauh (anchoring) dalam tanah
maupun pupuk yang diberikan untuk tanaman kakao pada tanaman tumpang
sari.
Tabel 2. Dosis pemupukan tanaman kelapa berdasarkan umur tanaman
Tahun ke- Urea TSP KCl Kirsit NaCl
(gram) (gram) (gram) (gram) (gram)
1 34 54 170 100 50
2 135 215 505 305 50
3 169 269 675 405 120
4 203 323 675 505 150
Keterangan:
Untuk tahun ke-5 dan seterusnya, dosis pemupukan mengacu pada tahun ke-4.

Cara aplikasi pupuk yang dilakukan oleh PT. Pagilaran Unit Produksi
Segayung Utara adalah menggunakan teknik ringplacement. Dengan metode
ringplacement, akar lateral akan terpotong dan pertumbuhan akar akan
cenderung tumbuh ke bawah tanah, sehingga tidak mengganggu tanaman pokok
dalam hal persaingan hara.

F. Pemberantasan Hama dan Penyakit


Hama yang pernah menyerang tanaman kelapa di PT. Pagilaran Unit
Produksi Segayung Utara adalah sebagai berikut:
a. Perusak daun
- Ulat api, ulat artona (Artona catoxantha)
Gejala: (1) pada helaian daun terjadi kerusakan dengan adanya
lubang seperti jendela kecil; (2) jika serangan berat, tajuk tanaman
kelapa nampak layu dan seperti terbakar; (3) pada bagian bawah
anak daun terlihat beberapa bekas serangan menyerupai tangga,
dengan tulang daun arahnya melintang seperti anak tangga;

24
 
(4) stadium berbahaya adalah larva. Pengendalian: melakukan
pemangkasan dan dengan aplikasi insektisida Sandidor.
- Kumbang pupus/ kumbang nyiur (Oryctes rhinoceros)
Ciri: bentuk kumbang dengan ukuran 20-40 mm warna hitam
dengan bentuk cula pada kepala.
Gejala: (1) hama ini merusak tanaman yang berumur 1-2 tahun;
(2) tanaman berumur 0-1 tahun, lubang pada pangkal batang dapat
menimbulkan kematian titik tumbuh atau terpuntirnya pelepah daun
yang dirusak; (3) pada tanaman dewasa terjadi lubang pada pelepah
termuda yang belum terbuka; (4) ciri khas yang ditimbulkan yaitu
janur seperti digunting berbentuk segi tiga; (5) stadium yang
berbahaya adalah stadium imago (dewasa) yang berupa kumbang
(Anonim c, 2009); Pengendalian: dengan Furadan + garam dengan
aplikasi setiap 6 bulan sekali (3 kali perlakuan). Serangan hama ini
terakhir tercatat pada akhir tahun 2007 dan tahun 2008. Diduga
keberadaan hama ini berasal dari kebun kelapa Dinas Perkebunan
Provinsi Jateng yang telah ditebang. Kedua hama perusak daun
tersebut diatas dapat dilihat pada lampiran 1, foto 5 dan 6.
b. Perusak bunga
- Ngengat bunga kelapa (Batrachedra sp.)
- Gejala: lubang pada seludang bunga yang belum membuka,
kemudian masuk ke dalam bunga jantan dan betina. Dalam waktu
singkat bunga jantan menjadi kehitam-hitaman, bunga betina
mengeluarkan getah dan akhirnya rontok (Anonim c, 2009).
Pengendalian yang pernah dilakukan adalah dengan melakukan
kegiatan pengondoman pada mancung (selubung bunga kelapa).
Gambar hama ngengat bunga kelapa (Batrachedra sp.) ini dapat
dilihat pada lampiran 1, foto 7.
c. Perusak buah
- Tupai/bajing, Callosciurus notatus dan C. nigrovitatus
Gejala: (1) menggerek buah kelapa yang sudah agak tua di bagian
ujung buah; (2) lubang gerakan pada bagian tempurung bulat, tapi
bagian serabut tidak rata; (3) isi buah habis dimakan 2-3 hari; (4)

25
 
seekor bajing merusak 1-2 buah dalam 1 bulan (Anonim c, 2009).
Pengendalian: memburu hama tupai tersebut dengan mendatangkan
tim pemburu tupai. Foto buah kelapa yang diserang tupai/bajing ini
dapat dilihat pada lampiran 1, foto 4.
d. Penyakit Menyerang Tanaman Muda
- Penyakit busuk tunas (Bud rot); penyebab cendawan Phytophthora
palmivora Buttler.
Gejala: (1) mengeringnya daun-daun muda di tengah-tengah tajuk;
(2) daun berwarna coklat dan patah pada pangkalnya; (3) pangkal
membusuk, yang kemudian dapat mencapai titik tumbuh sehingga
pertumbuhan tanaman terhenti dan mati (Anonim c, 2009);
Pengendalian: belum diketahui cara penanggulangan yang tepat dan
efektif. Biasanya, saat diketahui bahwa tanaman tersebut terserang,
tanaman sudah kritis dan tidak bisa diselamatkan lagi. Hal itu
dikarenakan jamur ini menyerang titik tumbuh tanaman dan letak
titik tumbuh tersebut berada di bagian atas tanaman maka
kemungkinan besar akan terlewatkan dari pemantauan. Gambar
tanaman kelapa yang terserang jamur Phytophthora palmivora
Buttler ini dapat dilihat pada lampiran 1, foto 3.

G. Produksi
Di PT. Pagilaran Unit Produksi Segayung Utara, kelapa yang dipetik
ditujukan untuk kelapa santan (bukan untuk kopra). Tanaman kelapa hibrida
mulai dapat berproduksi setelah berumur 2-3 tahun. Hal tersebut juga ditandai
dengan jumlah daun kelapa antara 14-16 pelepah per tahun. Waktu yang
dibutuhkan tanaman kelapa untuk berbuah dari bunga sampai siap petik sekitar
10-12 bulan (1 tahun). Ciri-ciri buah kelapa yang siap petik antara lain kelapa
sudah mulai menguning tua, serta air kelapa yang berbunyi apabila
digoncangkan (kocak).
Alat yang digunakan untuk memetik kelapa adalah galah dengan ujung sabit
yang biasa disebut angkus. Alat ini mempunyai panjang ± 20 meter. Umumnya
alat ini digunakan untuk petik kelapa tua. Sedangkan untuk petik kelapa muda
(tall) digunakan tenaga petik yang memanjat ke pohon dan menurunkan kelapa

26
 
hasil petik menggunakan tali tambang dengan hati-hati karena buah masih
muda dan rentan pecah.
Rata-rata setiap pemetik dapat memetik ± 30-40 pohon/orang/hari. Setiap
janjang yang dipetik biasanya dapat berisi 5-10 butir kelapa tua. Hal ini sesuai
dengan target petik kelapa di PT. Pagilaran Unit Produksi Segayung Utara yaitu
2.200-2.500 butir setiap harinya. Jumlah patokan target tersebut diterapkan
untuk menjaga kualitas kelapa, keberlanjutan kegiatan petik kelapa dan
kestabilan upah pekerja (khususnya tenaga petik).
Dalam kegiatan petik, dikenal istilah periode I dan periode II petik.
Periode I adalah waktu petik yang dilakukan pada tanggal 1 s/d 15. Sedangkan
periode II adalah waktu petik yang dilakukan pada tanggal 16 s/d 30 pada setiap
bulannya. Untuk menjaga kualitas kelapa, maka rotasi (putaran) petik dibuat
sedemikian rupa agar dari pohon ke pohon yang sama berselang waktu
± 1 bulan (35 hari).
Kegiatan petik ini diawasi oleh mandor petik kelapa yang berjumlah
2 orang. Tugas dari mandor ini adalah mencegah adanya kehilangan butir buah
kelapa akibat pencurian maupun tertinggal di kebun dan sebagai pengarah serta
penanggung jawab jumlah kelapa yang dipetik pada hari tersebut sebelum
diserahkan ke mandor gudang.
Setelah dilakukan kegiatan petik dari kebun, kelapa diangkut dari kebun ke
gudang kelapa menggunakan truk. Jalan yang menghubungkan kebun dan
gudang cukup bagus sehingga memungkinkan truk untuk lewat. Hanya saja,
kadang kala saat musim hujan ada areal tertentu yang mempunyai jalan terlalu
berlumpur sehingga membahayakan truk saat melewatinya. Selanjutnya mandor
petik akan melakukan kegiatan serah terima jumlah butir kelapa kepada mandor
gudang kelapa untuk kemudian dilakukan pembagian jumlah kelapa yang dapat
dibeli oleh calon pembeli.
Di PT. Pagilaran Unit Produksi Segayung Utara tidak dilakukan kegiatan
pascapanen kelapa karena kelapa setiap hari habis dijual untuk tujuan industri
makanan/santan, sehingga kelapa dapat dijual langsung setelah kegiatan petik
kelapa.

27
 
Pembeli kelapa umumnya para pedagang kelapa yang membeli kelapa
untuk dijual kembali di pasar di daerah Batang dan sekitarnya. Selain pedagang,
kadang masyarakat ada yang membeli kelapa dari PT. Pagilaran Unit Produksi
Segayung Utara untuk kebutuhan rumah tangga maupun warung makan.
Pembeli yang membeli kelapa dari PT. Pagilaran Unit Produksi Segayung
Utara biasanya menggunakan tenaga pengupas kelapa dan tenaga pengangkut
yang berasal dari luar PT. Pagilaran Unit Produksi Segayung Utara. Sabut
kelapa dari pengupasan kelapa tadi dibiarkan menumpuk dan mengering
di gudang sebagai limbah. Pemanfaatan limbah sabut kelapa ini digunakan
untuk bahan bakar Troch (oven pengering biji kakao) yang sudah dimodifikasi
dari berbahan bakar solar ke kayu bakar. Apabila dalam jumlah banyak
PT. Pagilaran Unit Produksi Segayung Utara melayani pembelian limbah sabut
kelapa dengan harga Rp 40.000,00 untuk satu truk penuh.

Tabel 3. Perolehan produksi kelapa yang pernah dicapai di PT. Pagilaran Unit
Produksi Segayung Utara.
Tahun Produksi kelapa (butir)
1997 1.432.831
1998 1.054.924
1999*) 858.807
2000**) 1.579.820
2001 1.266.747
2002 1.078.186
2003 1.437.683
2004 941.387
2005 1.357.320
2006 1.152.965
2007 1.005.168
2008 910.802
2009 1.100.775
Keterangan:
*) Hasil terendah
**) Hasil tertinggi

28
 
Tabel 4. Perolehan produksi kelapa PT. Pagilaran Unit Produksi Segayung Utara tahun
2007-2009 (butir).
Blok I*) III IV Va Vb VI VII VIIIa VIIIb*) Jumlah Target
Luas (ha)
16,58 1,00 19,10 15,59 21,20 19,82 20,73 18,73 8,78 141,53
Tahun
2007 62.924 9.010 163.058 143.998 157.961 105.577 157.970 161.578 42.642 1.005.168 1.350.000
2008 83.738 6.067 175.199 114.223 69.729 126.695 163.349 141.234 30.518 910.802 1.640.000
2009 73.780 12.038 236.475 147.105 152.929 143.869 175.286 130.680 28.703 1.100.775 1.200.000
Keterangan:
*) blok tanaman kelapa tall

Sedangkan rata-rata produksi buah kelapa (butir/pohon/tahun) yang pernah


dicapai sampai tahun 2009, dapat dilihat pada tabel berikut berikut:
Tabel 5. Perolehan produksi kelapa tertinggi dan terendah PT. Pagilaran Unit Produksi
Segayung Utara yang pernah dicapai sampai tahun 2009 (butir/pohon/tahun).
Blok I*) III IV Va Vb VI VII VIIIa VIIIb*)
Tertinggi 66 193 183 111 84 68 85 92 50
Terendah 31 4 67 53 30 9 34 49 20
Keterangan:
*) blok tanaman kelapa tall

Kelapa tall (kelapa lokal/dalam), digunakan untuk kelapa muda. Perolehan


produksi tertinggi mencapai 66 butir/pohon/tahun (blok I) pada tahun 1997.
Sedangkan, kelapa hibrida ditujukan untuk produksi kelapa tua. Perolehan
produksi tertinggi mencapai 183 butir/pohon/tahun (blok IV) pada tahun 2000.

H. Tenaga Kerja dan Upah


a. Tenaga Kerja
Tenaga kerja dalam petik produksi kelapa adalah sebagai berikut:
- Pemetik kelapa, jumlah 3 orang
- Pengangkut kelapa (pelangsir), jumlah 4 orang
- Bongkar muat, jumlah 5 orang
Pemetik kelapa dan pengangkut (pelangsir) kelapa bekerja dengan
sistem borong, dan disebut tenaga istimewa karena dibutuhkan keahlian
khusus untuk memetik dan resiko pekerjaan yang cukup besar. Sedangkan
tenaga bongkar muat bekerja 7 jam per hari.
Untuk tenaga babat gulma, penyemprotan pestisida maupun pemupukan
biasanya diambilkan dari tenaga bongkar muat maupun diperbantukan dari
tenaga petik kakao saat tidak ada kegiatan petik.

29
 
Secara umum, kegiatan pengawasan tenaga kerja dan kegiatan di kebun
dilakukan oleh pengawas kebun yang membawahi beberapa mandor besar,
salah satunya adalah mandor besar tanaman kelapa. Untuk kegiatan
pemeliharaan, diawasi oleh mandor pemeliharaaan, sedangkan untuk
kegiatan pemetikan, diawasi oleh mandor petik kelapa, dan untuk kegiatan
yang berlangsung di gudang kelapa diawasi oleh mandor gudang kelapa
(foto kegiatan petik dan setelah petik dapat dilihat pada lampiran 2, foto 8, 9,
dan 10).
b. Upah
- Tenaga petik dan angkut kelapa bersifat borongan yang mempunyai
target petik rata-rata 2.200 butir tiap hari. Tiap butir kelapa dihargai
Rp 90,00.
2.200
315
7
= 315 x Rp 90,00 = Rp 28.285,00 = Rp 28.300,00 per hari
- Tenaga bongkar muat mendapatkan upah sesuai UMK (Upah Minimum
Kabupaten), yaitu Rp 23.300,00 per hari (Rp 700.000,00 tiap bulan).
- Tenaga lain yang diperbantukan mendapatkan upah UMK (Upah
Minimum Kabupaten), yaitu Rp 23.300,00 per hari (Rp 700.000,00 tiap
bulan).

30
 
BAB VI
PENGENDALIAN GULMA PADA TANAMAN KELAPA

Pemeliharaan tanaman selalu diperlukan untuk menjaga tanaman kelapa dapat


tumbuh dan berproduksi sesuai yang diharapkan. Salah satu macam pemeliharaan tanaman
kelapa adalah dengan melakukan kegiatan pengendalian gulma.
Secara umum, kegiatan pengendalian gulma yang dilakukan di kebun Unit
Segayung Utara adalah: pengendalian gulma saat membuka lahan (pada awal penanaman
tanaman), pengendalian gulma pada saat pembibitan, dan pengendalian gulma sebagai
kegiatan pemeliharaan di kebun.
Gulma merupakan organisme pengganggu tanaman di perkebunan yang menjadi
masalah sejak persiapan lahan sampai dengan pemeliharaan tanaman menghasilkan.
Gangguan gulma tidak terlalu eksplosif seperti halnya hama dan penyakit, tetapi terjadi
secara terus menerus dan dalam jangka panjang. Sebagai konsekuensinya, pengendalian
gulma merupakan kegiatan yang harus rutin dilakukan di perkebunan kelapa maupun
tanaman perkebunan lainnya.
Tanaman kelapa yang ada di kebun Unit Segayung Utara ini rata-rata telah berumur
30 tahun (tanaman menghasilkan), jadi habitus yang sudah besar dan jangkauan akar yang
meluas membuat keberadaan gulma sebagai kompetitor tanaman kelapa dapat sedikit
diabaikan, akan tetapi keberadaan gulma juga mengganggu pekerja dalam melakukan
kegiatan petik kelapa yang dilakukan setiap hari. Selain hal tersebut, yang tidak kalah
penting adalah keberadaan gulma sangat mengganggu kegiatan pemupukan tanaman kakao
yang menjadi tanaman utama pada blok tumpangsari karena dikhawatirkan pupuk tersebut
hanya dimanfaatkan oleh gulma tersebut saja.
Pada blok tanaman kakao monokultur, gulma cenderung tidak tumbuh pada areal
tersebut. Hal itu dikarenakan banyaknya seresah daun yang menutupi permukaan tanah
serta lebih rapatnya tajuk tanaman kakao yang menyebabkan terhambatnya cahaya yang
masuk ke dalam kebun dan lapisan daun yang susah tertembus oleh gulma.
Sedangkan pada blok tumpangsari, gulma cenderung banyak tumbuh dikarenakan
ruang terbuka pada setiap selang tanaman kelapa-kakao yang cukup merata sehingga
menyebabkan cahaya dapat masuk dan gulma dapat tumbuh dengan baik. Selain hal
tersebut, kegiatan petik yang sering merusak tajuk tanaman kakao juga menambah ruang
terbuka yang ada di areal kebun.

31
 
Gulma-gulma yang ada di kebun Unit Produksi Segayung Utara dikendalikan
secara mekanis (manual weeding) dan secara kimiawi dengan menggunakan herbisida
sistemik Roundup atau Posat dengan dosis 2 liter/ha (tiap satu liter herbisida dilarutkan
dalam 1.000 liter air atau 1 cc/liter). Penyemprotan dilakukan dengan alat semprot manual
(knap sack-sprayer). Bahan aktif herbisida Roundup adalah isopropilamina glifosat 486
gram/liter setara dengan glifosat 360 gram/liter. Sebagaimana disebutkan di awal, dosis
yang digunakan rendah yaitu 1 cc/liter dengan alasan agar tidak berdampak negatif
terhadap lingkungan dan menimbulkan resistensi pada spesies gulma. Herbisida Roundup
merupakan herbisida non-selektif yang dapat mematikan hampir semua jenis gulma yang
terkena. Herbisida Roundup bekerja secara sistemik. Dalam artian bila diaplikasikan pada
gulma dapat ditranslokasikan dari bagian satu ke bagian lainnya sehingga seluruh bagian
gulma mengalami keracunan akut. Herbisida sistemik terutama digunakan untuk
mengendalikan gulma yang memiliki organ-organ perkembangbiakan.
Aplikasi herbisida sangat bagus apabila dilakukan pada saat cuaca baik dan agak
lembab. Kegiatan pengendalian gulma di kebun Unit Produksi Segayung Utara dilakukan
setelah gulma tumbuh (post emergence). Pengendalian gulma di kebun Unit Produksi
Segayung Utara baik secara mekanis maupun secara kimiawi dengan herbisida purna
tumbuh dilakukan dua kali setahun setiap sebelum kegiatan pemupukan. Hal ini dilakukan
agar pupuk langsung mengenai tanah dan berhubungan dengan akar tanaman (feeding
roots). Cara ini dikenal sebagai “premanuring weeding”.
Pada pengendalian gulma secara mekanis, lahan akan terlihat cepat bersih walau
2-3 bulan yang akan datang gulma tersebut dapat kembali tumbuh. Dengan cara ini juga
relatif aman bagi pekerja dan lingkungan karena tidak menggunakan bahan kimia yang
dapat mengganggu kesehatan pekerja serta mencemari tanah. Kegiatan pembabatan ini
baik apabila dilakukan sebelum gulma ini berbunga dan menghasilkan biji. Untuk
mencegah erosi dan pengawetan tanah, cara pembabatan adalah cara yang dianjurkan,
karena masih tertinggalnya bagian gulma diatas tanah maupun dibawah tanah, sehingga
dengan cepat gulma akan tumbuh kembali. Namun, kekurangannya adalah banyaknya
tenaga kerja yang dibutuhkan untuk melakukan kegiatan pengendalian secara mekanis
tersebut. Sehingga hal ini akan dikaitkan dengan kondisi keuangan yang ada.

32
 
Sedangkan pengendalian dengan cara kimiawi memang dirasa lebih efektif
walaupun hasilnya tidak langsung terlihat. Pengendalian ini juga hemat tenaga kerja,
bahkan rasio apabila pengendalian dilakukan dengan cara kimiawi dan mekanis mencapai
1:6. Namun kendalanya adalah selain membahayakan bagi kesehatan pekerja karena
perlengkapan keamanan yang kurang memadai, hal tersebut juga akan berdampak pada
pencemaran lingkungan. Selain faktor tersebut, keberadaan alat semprot juga masih dirasa
kurang sehingga keefektivitasannya belum begitu terasa. Foto kegiatan penyemprotan
herbisida ini dapat dilihat pada lampiran 4, foto 4.
Pada blok tumpangsari di kebun Unit Produksi Segayung Utara, gulma-gulma yang
terlihat antara lain (foto-foto dari gulma tersebut dapat dilihat pada lampiran 3):
- Putri malu (Mimosa pudica)
Gulma ini sangat mengganggu karena morfologi tubuhnya yang berduri
yang sering melukai pekerja ketika melakukan kegiatan pemeliharaan yang
lain maupun kegiatan pengumpulan hasil. Gulma putri malu ini
dikendalikan dengan cara babat manual menggunakan sabit.
- Tembagan (Ischaemum timorense Kunth.)
Habitus gulma ini adalah rumput menjalar atau tegak yang dapat
mencapai 100 cm. Pada buku terdapat akar. Gulma ini termasuk gulma
tahunan. Morfologi daun berbentuk lanset atau hampir berbentuk garis.
Pangkalnya runcing atau menyempit mirip tangkai. Sedangkan bagian ujung
daunnya runcing dengan lidah daun yang pendek. Perbungaan tandan,
menyerupai bulir ganda dengan anak bulir hitam karena sering terserang
jamur api. Gulma ini berkembang biak dengan biji dan stek batang serta
dapat tumbuh di tempat terbuka atau agak terlindung hingga 1.600 mdpl.
Sama seperti putri malu, gulma ini dikendalikan secara mekanis dengan
cara babat manual.
- Gletak (Borreria alata)
Batang gulma ini berbentuk segi empat bersayap, menjalar atau tegak
hingga 75 cm, bercabang mulai pangkalnya dan termasuk dalam gulma
semusim. Daun berhadapan, jorong hingga bundar telur, pinggirnya rata
permukaan licin, sering berwarna hijau kekuningan. Perbungaan
mengelompok di ketiak daun, berwarna ungu muda, jarang putih. Buah

33
 
berbentuk kapsul dengan 2 biji. Berkembang biak dengan biji. Tumbuh di
tempat terbuka atau agak terlindung hingga 1.700 mdpl.
Gulma ini tidak terlalu membahayakan sehingga tidak perlu dilakukan
penyiangan secara clean weeding. Di kebun Unit Produksi Segayung Utara,
penyiangan gulma ini kadang dilakukan pada titik-titik (spot-spot) tertentu
apabila dirasa perlu seperti di tepi jalan antar blok dsb. Penyiangan dengan
cara babat manual ataupun dengan aplikasi herbisida sistemik berbahan
aktif glifosat (Roundup atau Posat).
- Lempuyang (Zingiber zerumbet)
Cara pengendalian efektif untuk gulma lempuyang adalah dengan
menggali akar rimpangnya dan dikumpulkan di dalam karung. Biasanya
pada musim kemarau, gulma ini dicari orang untuk dijadikan bahan jamu
karena gulma ini telah diketahui termasuk tanaman berkhasiat obat.
Khasisat lempuyang ini antara lain sebagai jamu penambah nafsu makan
dan pelangsing alami.
- Porang/iles-iles (Amorphophallus oncophyllus)
Gulma ini termasuk tanaman semusim yang masuk dalam famili araceae
(talas-talasan) yang biasa dijadikan koleksi bagi para penggemar tanaman
hias. Selain itu, dalam industri farmasi juga mulai dikembangkan sebagai
bahan baku obat alami. Mempunyai ciri-ciri berbatang lunak berair,
menggunakan umbi batang sebagi organ perbanyakan vegetatifnya. Selain
itu, gulma ini juga dapat berbunga. Pembesaran batang yang bertunas juga
dapat membentuk individu baru. Gulma ini akan cepat tumbuh kembali
apabila tidak dibabat sampai akar-akarnya.

Pengendalian gulma adalah salah satu kegiatan dalam pemeliharaaan tanaman


kelapa yang bertujuan untuk mengendalikan populasi gulma guna mengurangi
persaingan kebutuhan air, unsur hara dan sinar matahari dan untuk mengurangi
kemungkinan penularan penyakit dan serangan hama dengan perantara gulma
sebagai inangnya. Keberadaan gulma ini juga akan mengakibatkan keadaan iklim
mikro yang cenderung lembab. Keadaan ini dapat mengakibatkan kerugian pada
tanaman kakao karena sistem pertanaman yang dipakai di sini adalah tumpangsari.
Salah satu permasalahan yang terjadi akibat kelembaban tinggi adalah merebaknya

34
 
jamur Phytophthora palmivora Buttler yang menyerang buah kakao. Sehingga
gulma yang ada harus dikendalikan.
Adapun permasalahan-permasalahan yang ada terkait kegiatan pengendalian
gulma di kebun Unit Produksi Segayung Utara antara lain:
1. Aplikasi pengendalian yang dilakukan secara kimiawi kurang memperhatikan
kondisi angin, cuaca dan iklim mikro lahan. Seharusnya aplikasi dilakukan
sepagi mungkin sebelum matahari terik untuk menghindari penguapan herbisida
yang berlebih.
2. Faktor keamanan dan keselamatan kerja kurang diperhatikan.
3. Aplikasi dan teknis pengendalian (kecepatan jalan, tekanan pompa) masih
belum sesuai standar.
4. Jumlah alat semprot (knap sack-sprayer) yang kurang memadai.
5. Pengendalian secara mekanis (pembabatan) yang dilakukan kadang kurang
memperhatikan tahap pertumbuhan gulma tersebut, sehingga kurang efektif dan
gulma cepat tumbuh menyebar.
6. Karena pemupukan pada tanaman kelapa sementara tidak dilakukan, maka
kegiatan pengendalian gulma secara kultur teknis dengan kegiatan dangir
bumbun juga sementara tidak dilakukan.

35
 
BAB VII
KESIMPULAN

1. PT. Pagilaran Unit Produksi Segayung Utara mempunyai dua tanaman budidaya
yaitu kakao sebagai tanaman pokok (utama), dan tanaman kelapa sebagai tanaman
penaung yang menghasilkan (bernilai ekonomis).
2. Pola pertanaman kelapa hibrida yang dipakai yaitu berbentuk segitiga sama-sisi
dengan jarak 9 m x 9 m x 9 m, sedangkan untuk kelapa tall adalah 8 m x 10 m.
3. Pemeliharaan yang dilakukan adalah pemupukan (terakhir tahun 2008),
pemberantasan OPT (terakhir tahun 2008), pembabatan gulma secara manual dan
kimiawi (berupa post emergence), serta kegiatan penurunan pelepah daun kelapa
yang kering.
4. Pengendalian gulma yang dilakukan PT. Pagilaran Unit Produksi Segayung Utara
belum intensif dan sesuai standar.
5. Kegiatan pengelolaan gulma lebih lanjut hanya dilakukan pada gulma lempuyang
(Zingiber zerumbet) dengan mengambil rimpangnya sebagai bahan baku jamu.

36
 
DAFTAR PUSTAKA

Anonim a. 2008. Pendeklarasian Berdirinya Dewan Kelapa Indonesia (DEKINDO).


<http://ditjenbun.deptan.go.id/web.old//index.php?option=com_geda&Itemid=184>.
Diakses tanggal 13 November 2009.

Anonim b. 2007. Roadmap Komoditi Kelapa. Departemen Pertanian Direktorat Jenderal


Bina Produksi Perkebunan, Jakarta.

Anonim c. 2009. Budidaya Tanaman Kelapa (Cocos nucifera L.).


<http://lc.bppt.go.id/iptek/index.php?>. Diakses tanggal 8 April 2009.

Anonim d. 2009. <http://id.wikipedia.org/wiki/Klasifikasi_ilmiah>.


Diakses tanggal 8 April 2009.

Anonim e. 2009. Kelapa.


<http://www.warintek.ristek.go.id/pangan_kesehatan/tanaman_obat/depkes/2-
070.pdf>. Diakses tanggal 21 Juli 2009.

Mangoensoekarjo, S. 1983. Pedoman Pengendalian Gulma pada Tanaman Perkebunan.


Direktorat Jenderal Perkebunan, Departemen Pertanian, Jakarta.

Sukamto. 2001. Kelapa Kopyor: Pembibitan, Budidaya. Penebar Swadaya, Jakarta.

Tjitrosoedirdjo, S., Is Hidajat Utomo, dan J. Wiroatmodjo. 1984. Pengelolaan Gulma di


Perkebunan. Penerbit Gramedia, Jakarta.

Wahyudi, T., T. R. Panggabean, dan Pujiyanto. 2008. Panduan Lengkap Kakao:


Manajemen Agribisnis dari Hulu hingga Hilir. Penebar Swadaya, Jakarta.

Wahyuni, M. 2002. Bertanam Kelapa Kopyor. Penebar Swadaya, Jakarta.

37
 
HALAMAN
L
A
M
P
I
R
A
N
LAMPIRAN 1

STRUKTUR ORGANISASI

PT. PAGILARAN UNIT PRODUKSI SEGAYUNG UTARA

KABUPATEN BATANG-JAWA TENGAH 

Direksi

Kepala Unit

Mandor Besar Kepala Tata Usaha Pengawas Kebun


Pengolahan Kakao
& Kelapa
Mandor Besar Mandor Besar Kepala Satpam
Tanaman Kakao Tanaman Kelapa
Mandor Bendahara
Pengolahan Mandor Mandor Mandor Litbang
Administrasi/ Pemeliharaan Pemeliharaan Tanaman
Juru Tulis Pabrik Juru Tulis
Mandor Mandor Mandor Teknik
Petik Kakao Petik Kelapa
Karyawan Kasir Pembayaran
Kelapa Mandor
Karyawan Mandor Bagian Rupa-rupa
Gudang
Keterangan:
Garis instruksi
Karyawan Karyawan Anggota
Garis koordinasi
LAMPIRAN 2
Foto Kegiatan Kerja Lapangan
di PT. Pagilaran Unit Produksi Segayung Utara

a  b

c  d
Foto 1. Kegiatan pembibitan kelapa.
Keterangan gambar:
a) Pendederan (penyayatan sabut kelapa)
b) Penyiapan lubang tanam pembibitan
c) Penanaman bibit kelapa pada bedengan
d) Kondisi pembibitan yang ada (umur ± 1 tahun).

Foto 2. Keadaan jalan antar blok.


Foto 3. Tanaman kelapa yang terserang
jamur Phytophthora palmivora Buttler.

b c

Foto 4. Hama perusak buah.


Keterangan gambar:
a. Buah kelapa yang dimakan
b. Hama tupai (Callosciurus notatus)
c. Hama bajing (C. Nigrovitatus).
a  a

Foto 5. a. Daun tanaman kelapa yang diserang kumbang pupus/kumbang nyiur


(Oryctes rhinoceros). b. Hama kumbang pupus/kumbang nyiur (Oryctes rhinoceros).

Foto 6. Daun tanaman kelapa yang diserang ulat api (Setora nitens) (gambar a)/ulat artona
(Artona catoxantha) (gambar b).
Foto 7. Hama ngengat bunga kelapa (Batrachedra sp.).

Foto 8. Kegiatan pemetikan kelapa menggunakan galah


bersabit (angkus).
Foto 9. Pekerja pengangkut kelapa
(langsir).

a  b


Foto 10. Kegiatan setelah petik kelapa.
Keterangan gambar:
a) Tenaga bongkar muat menaikkan kelapa
b) Kelapa yang diturunkan di gudang kelapa
c) Serah terima buah kelapa dari mandor
petik kepada mandor gudang.
LAMPIRAN 3

Gulma yang Terdapat di Kebun Kelapa


PT. Pagilaran Unit Produksi Segayung Utara

Nama Ilmiah : Mimosa pudica


Nama Umum : Putri malu.

Nama Ilmiah : Borreria alata (Aubl.) DC.


Nama Daerah : Gletak (J), Goletrak (S), Garden weed (E).
Nama Ilmiah : Zingiber zerumbet
Nama Umum : Lempuyang.

Nama Ilmiah : Ischaemum timorense Kunth. (Poaceae)


Nama Daerah : Tembagan (J), Tatambagaan (S).
Nama Ilmiah : Amorphophallus oncophyllus
Nama Umum : Porang
Nama Daerah : Iles-iles (J), Ileus (S),
Elephant yam (E),
Buk neua sai (Thai).
LAMPIRAN 4

Alat-alat yang Digunakan dalam Kegiatan Pengendalian Gulma


yang Terdapat di Kebun Kelapa
PT. Pagilaran Unit Produksi Segayung Utara

Foto 1. Sabit
Digunakan sebagai alat penyiangan gulma secara mekanis (babat).

Foto 2. Cangkul
Digunakan sebagai alat dalam
kegiatan dangir bumbun dan
penyiangan gulma secara
mekanis.
a  b

c
Foto 3. Knapsack-sprayer.
Keterangan gambar:
a. Bagian-bagian dari knapsack-sprayer
b. Knapsack-sprayer manual
c. Knapsack-sprayer bermesin.
a  b

Foto 4. Kegiatan penyemprotan herbisida di lapangan.


Keterangan gambar:
a. Herbisida yang digunakan: Roundup
b. Kegiatan penyemprotan herbisida menggunakan knapsack-sprayer.

You might also like