Professional Documents
Culture Documents
penyakit ini bisa mengenai semua kelompok umur, baik pria maupun
wanita; tetapi jarang ditemukan pada anak-anak berumur kurang dari 10
tahun.
TINJAUAN PUSTAKA
Diagnosis dan Penatalaksanaan Leukimia Nonlimfoblastik Akut pada Anak
Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera
Utara/RSUP H. Adam Malik, Medan
RINGKASAN
Leukemia nonlimfobalistik akut (LNLA) merupakan penyakit keganasan
pada sel nonlimfoid, ditandai dengan proliferasi sel blas pada sumsum
tulang dan kegagalan produksi sel darah normal. Meskipun insidennya
rendah pada kelompok anak, akan tetapi karena angka kematiannya masih
sangat tinggi, diperlukan pendekatan diagnosis yang teliti dan pengobatan
yang adekuat. Gejala dan tanda klinik LNLA hampir sama dengan leukemia
limfoblastik akut, yang menunjukkan manisfestasi pucat, demam atau
infeksi dan perdarahan.
Secara umum, obat pilihan pada fase induksi adalah gabungan sitosin
arabinosid dan daunorubisin. Banyak penelitian dikembangkan untuk
memperpanjang masa remisi komplit dan mengurangi komplikasi yang
timbul pada fase induksi. Sampai saat ini kegagalan pengobatan masih
sangat tinggi, dimana masa bebas penyakit hanya dapat dicapai pada 40%
kasus LNLA.
Pendahuluan
Leukemia nonlimfoblastik akut (LNLA) merupakan penyakit keganasan
yang bersifat klonal pada sistem pembentukan darah, ditandai dengan
gangguan proliferasi sel blas pada sumsum tulang dan kegagalan produksi
sel darah normal1-7. Nonlimfoblastik berarti berasal dari sel nonlimfoid dan
akut menunjukkan lama perjalanan penyakit serta sangat rendahnya harapan
hidup pada kasus yang tidak diobati4,5. Beberapa istilah yang sama
digunakan untuk LNLA, yaitu leukemia mielogenous akut dan leukemia
mieloid akut. French-American-British/FAB Cooperative Group
menggunakan istilah leukemia mieloid akut8,9.
Walaupun masa bebas penyakit dalam jangka panjang masih rendah, dengan
panatalaksanaan yang optimal diharapkan dapat memberikan kesempatan
hidup yang layak pada anak penderita LNLA. Oleh karena itu, penentuan
klasifikasi dan diagnosis yang tepat akan menentukan keberhasilan
pengobatan LNLA12,14.
Klasifikasi
LNLA bisa terjadi pada fase manapun selama pembentukan sel darah, dari
pluripotent stem cell sampai mieloblas, meskipun penghentian diferensiasi
tersebut masih belum jelas1,2,5,12. Banyak metode yang digunakan untuk
mengenali tipe LNLA, yaitu pemeriksaan morfologi sel dengan pewarnaan
cara Wright-Giemsa5,13,14,15, cara Romanowsky1,2,12,15, sitokimia,
karyotyping dengan sitogenetika, immunophenotyping dengan
menggunakan antibodi monoklonal, dan genetika molekuler1,2,4,5,10,12.
Lelah, pucat, sakit kepala, sesak napas, dan gagal jantung kongestif
merupakan tanda anemia yang bisa dijumpai1,2,6, di mana anemianya
bersifat normositik normokromik1,2,5,6,12-14. Kadar hemoglobin pada saat
diagnosis ditegakkan antara 2,7--14,3 g/dL6,12.
Jumlah lekosit penderita LNLA bervariasi, bisa rendah, normal, atau
meningkat11,12 dan kebanyakan kasus dengan kadar lekosit < 5000/µL1,12
dengan jumlah netrofil absolut < 1000/µL1. Sekitar 20% kasus
menunjukkan kadar lekosit > 100.000/µL6,11,12,14, terutama pada bayi di
bawah umur 1 tahun dengan subtipe monositik1,2,13 yang dapat
mengakibatkan penyumbatan intravaskular dengan manifestasi klinis berupa
penurunan kesadaran, kejang, strok, takipnu, dan hipoksemia1,12.
Kira-kira 50% kasus LNLA pada anak menunjukkan jumlah trombosit <
50.000/µL1,6,12 sebagai akibat penurunan produksi dan masa hidup sel
trombosit1. Perdarahan biasanya disebabkan oleh trombositopenia dengan
atau tanpa KID, dan sering terjadi dengan kadar trombosit < 20.000/µL6,12.
Manifestasi perdarahan dapat berupa petekie, lebam, epistaksis, perdarahan
subkonjungtiva, dan perdarahan gusi1,2,6,13. KID dapat terjadi pada semua
subtipe LNLA, tetapi paling sering terjadi pada LNLA M3,5,6,14 dan
keadaan tersebut dapat dipacu oleh peristiwa lisis sel pada saat terapi fase
induksi6.
Diagnosis
Pada kebanyakan kasus LNLA, pengaruh faktor genetika sangat kecil1,4,
tetapi perlu ditanyakan mengenai kemungkinan adanya riwayat keganasan
pada keluarga lainnya. Anamnesis juga dilengkapi dengan jenis imunisasi
yang telah didapat, dan apakah ada riwayat penyakit infeksi sebelumnya,
termasuk hepatitis, cacar air, campak, dan lain-lain. Pemeriksaan fisik yang
teliti diarahkan terhadap adanya pembesaran kelenjar, hati, limpa atau
keterlibatan organ lainnya17.
Kurang dari 20% kasus LNLA sulit dibedakan dengan LLA hanya dengan
pemeriksaan morfologi sel dan reaksi sitokimia6,12. Diperlukan
pemeriksaan lain, yaitu analisis sitogenetika dan immunophenotyping
dengan menggunakan antibodi monoklonal1,6,10,12,14.
Pada kasus yang disertai infeksi berat, bila hasil pemeriksaan meragukan,
maka penyakit dasarnya (misalnya sepsis) harus diobati lebih dahulu, dan
aspirasi sumsum tulang diulangi 7--10 hari kemudian6,12.
Diagnosis Banding
LNLA dengan sindrom Down pada bayi harus dibedakan dengan penyakit
mieloproliferatif transien1,7,12. Diagnosis banding lainnya adalah sindrom
mielodisplastik6,7,12, reaksi leukemoid5,7,12, leukemia limfoblastik akut7,
leukemia mielositik kronik11, anemia aplastik5,7, dan purpura
trombositopenia idiopatik5.
Penatalaksanaan
Tujuan pengobatan adalah untuk mencapai remisi komplit jangka panjang
dengan mempertahankan kualitas hidup6,13,20.
Penatalaksanaan Umum
Bila pemeriksaan telah lengkap dan diagnosis LNLA ditegakkan, masalah
penyakit tersebut harus dibicarakan dengan orangtua atau keluarga dekat
penderita, sehubungan dengan perjalanan penyakit, rencana pengobatan, dan
efek samping dari pengobatan yang mungkin terjadi1,10. Dukungan
emosional harus diberikan kepada penderita dan orangtuanya1,2,5,10,13.
Perhatian juga ditujukan pada usaha untuk peningkatan status gizi penderita,
misalnya dengan makanan enteral atau parenteral terprogram2. Idealnya,
seorang anak penderita LNLA harus dirawat di ruangan khusus1,13 dan
ditangani secara multidisiplin oleh dokter, perawat terlatih, ahli gizi,
psikolog, fisioterapis, serta dan terapi permainan1,2,5,13.
Perdarahan
Perdarahan spontan jarang dijumpai sampai kadar trombosit < 20.000/µL6,
tetapi infeksi dapat mencetuskan perdarahan meskipun jumlah trombosit
masih tinggi2,6. Transfusi trombosit dianjurkan untuk mempertahankan
kadar trombosit > 20.000/µL2,6,13. KID terjadi pada 75% penderita LNLA
M314. Bila dijumpai tanda-tanda KID, pemberian faktor pembekuan dengan
plasma segar beku dan transfusi trombosit harus segera dilakukan1,6,11.
Selain itu, juga pemantauan ketat terhadap fibrinogen, fibrin degradation
product, dan masa koagulasi1. Pemberian all transretinoic acid (ATRA)
sebagai pengobatan dalam fase induksi pada LNLA M3 dapat menurunkan
risiko perdarahan, tetapi tidak menyembuhkan2,11. Heparin dosis rendah
sebagai profilaksis KID pada LNLA M3 masih kontroversial6,11,14.
Pemberian antifibrinolitik (misalnya asam traneksamat) belum nyata
bermanfaat dan perlu diteliti ulang2.
Lekostatis
Anak yang mendeita LNLA lebih rentan terhadap timbulnya efek
penyumbatan aliran darah akibat peninggian kadar lekosit (lekostatis)
dibanding LLA12, karena sifat sel blas yang lebih rapuh dan lebih
banyaknya pelepasan isi sel blas ke dalam darah1. Lekostatis jarang terjadi
bila kadar lekosit tidak melebihi 200.000/µL6,12, tetapi pengobatan harus
segera dilakukan bila kadar lekosit > 100.000/µL12. Organ yang paling
sering terkena adalah otak dan paru-paru2,5,6,14. Hidroksi urea per-oral dan
lekaferesis atau transfusi tukar sangat efektif dalam menurunkan jumlah sel
blas dalam darah1,12.
Kemoterapi
Protokol pengobatan terhadap LNLA terdiri dari fase induksi dan fase
pascaremisi1,2,4,10,14,20.
Fase induksi
Prinsip pengobatan pada fase induksi adalah kombinasi beberapa obat lebih
baik daripada satu obat1,6,13 dan dosis yang diberikan harus cukup tinggi
untuk mencapai aplasia tulang6. Sebanyak 75--85% pasien mengalami
remisi komplit setelah fase induksi4,6,7,12,14,22,23. Kriteria remisi komplit
menurut The National Cancer Institute (NCI) 19889 adalah terdapatnya
Obat pilihan pada fase induksi adalah kombinasi sitosin arabinosid (ARA-C)
dan daunorubisin (golongan antrasiklin)2,6,10,12,13,20,24. Sitosin
arabinosid 100--200 mg/m2/hari diberikan secara intravena selama 7 hari
dan daunorubisin 45 mg/m2/hari selama 3 hari6,7,13,25. Etoposid dan 6-
tioguanin tidak menunjukkan tingkat remisi komplit yang nyata7,12,24.
Obat lain yang mempunyai potensi kuat pada fase induksi adalah idarubisin
(golongan antrasiklin), mitosantron, amsakrin, homoharingtoning, 2-
klorodioksiadenosin, fludarabin, karboplatin, ATRA, Colony stimulating
factor, dan interleukin-224. Bruserud dkk menyebutkan bahwa sitokin
berperan dalam proliferasi sel blas pada LNLA25. IL-2 dapat mengaktifkan
respons seluler anti tumor sumsum tulang atau darah tepi tanpa
mempengaruhi hemetopoesis26. Efek langsung terhadap pemberian IL
(Inter Leukine)-4, IL-10, dan IL-3 ataupun efek tidak langsung dengan
merangsang pelepasan IL-4, IL-10, dan IL-13 endogen berperan pada
peningkatan efek imunologi anti leukemia25.
Penelitian Vogler dkk menunjukkan bahwa idarubisin lebih efektif
dibandingkan daunorubisin27. Tidak terdapat perbedaan tingkat remisi dan
lamanya remisi pada penderita yang diobati dengan daunorubisin dan
doksorubisin22. Penggunaan ATRA digabungkan dengan sitosin arabinosid
dan daunorubisin untuk penderita LNLA M3 dapat meningkatkan masa
bebas penyakit1.
Remisi dapat terjadi 2--3 minggu11, 4--8 minggu7, dan kadang sampai 8--
12 minggu11 setelah pengobatan. Enam puluh persen remisi komplit dicapai
setelah 1 siklus dan 40% setelah 2 siklus pengobatan28.
Fase pascaremisi
Belum ada kesepakatan mengenai protokol terbaik untuk memperpanjang
masa remisi komplit pada LNLA1,4,12. Setelah remisi tercapai pengobatan
masih harus dilanjutkan1,10,12-14. Ada beberapa tahapan fase pada fase
pascaremisi, yaitu fase konsolidasi dengan menggunakan obat yang sama
pada fase induksi atau dengan melakukan transplantasi sumsum tulang, fase
intensifikasi atau re-induksi, serta fase pemeliharaan1,2,4-7,12-14.
Transplantasi otologus dianjurkan pada pasien yang telah mengalami remisi
pertama. Bila pasien tidak mengalami remisi atau terjadinya relaps maka
donor harus berasal dari orang lain12,31,32. Transplantasi sumsum tulang
tidak dapat merangsang remisi kedua31. Penelitian Lin dkk menunjukkan
bahwa angka harapan hidup pada anak penderita LMA adalah 67% setelah
dilakukan transplantasi sumsum tulang. Masa remisi rata-rata penderita yang
mendapat transplantasi alogenus lebih lama dibanding transplantasi
otologus33.
Komplikasi
Masalah metabolik jarang terjadi pada LNLA dibanding LLA1,2,12.
Kematian penderita biasanya disebabkan oleh infeksi, yang terjadi dalam
masa 10 minggu pertama pengobatan17,13. Perdarahan hebat sering terjadi
pada LNLA M31,2,4,5,7,14.
Faktor Prognostik
Beberapa faktor yang dapat memperburuk prognosis LNLA adalah
monosomi-7, sebelumnya merupakan sindroma mielodisplastik, lekosit >
100.000/µL, leukemia ekstramedulla, dan lama mencapai remisi
komplit2,11,14. Pemeriksaan morfologi dan immunophenotyping pada
LNLA tidak mempunyai korelasi dengan prognostik1,10,14. Prediktor yang
paling kuat untuk menentukan masa hidup bebas penyakit pada LNLA
adalah pemeriksaan analisis sitogenetika14.
Kelangsungan Hidup
Dengan meningkatnya jumlah anak yang menderita LNLA dengan masa
bebas penyakit yang lama, perhatian ditujukan pada pengaruh jangka
panjang akibat leukemia dan pengobatannya. Pertumbuhan, perkembangan,
serta kematangan seks biasanya normal pada anak laki-laki atau perempuan
yang mendapat kemoterapi komplit untuk LNLA. Walaupun demikian,
harus tetap dipantau. Kegagalan gonad, keganasan sekunder, dan perawakan
pendek sering tampak setelah mendapat transplantasi sumsum tulang.
Penelitian mulai menitikberatkan pada masalah peningkataan kualitas hidup
sehingga akan mempengaruhi dasar-dasar pemilihan pengobatan1,2,12.
Kesimpulan
Kasus LNLA jarang terjadi pada anak dimana angka harapan hidupnya
relatif rendah. Diagnosis harus ditegakkan secepat dan seakurat mungkin,
untuk segera diberikan penanganan yang tepat. Sebagian kasus dapat
didiagnosis dengan pewarnaan sederhana dari aspirat sumsum tulang.