You are on page 1of 2

Aku merasakan ketentraman yang tiada dua, walau senja tak terasa segar, aku

merasakan keesjukan di sisni. Karena sekarang aku ada di di sampingnya."mengapa kau


memutus jalanmu hanya demi aku? Harusnya kau tahu kalau itu salah." Ungkapnya padaku.
aku tersentak sekaligus bingung menerima pertanyaan itu. "kau tahu apa yang ku
pegang ini?!". Lanjutnya sembari mengangkat belati yang ada di tangannya. " lebih baik aku
Sihir Perempuan menancapkan belati ini di dadaku dari pada kau tetap melakukan hal bodoh itu."
Tak ku sangka ternyata di benar-benar menusukkan belati itu di tepat di dadanya. Ia
pun terkapar di atas tanah, jilbab putihnya basah kuyub tersimbar darah segar. Badanku
di Balik Tirai gemetaran melihat kejadian itu. Ketika aku merasa akan jatuh pingsan, ada keanehan
terjadi. Langit yang semula di atasku, mendadak berubah menjadi ternid ternid putih. Dan
pepohonan yang sebelumnya mengelilingiku berubah menjadi bongkahan lemari. Aku
Oleh : M. Amal Fuad XD
mulai sadar kalau aku baru saja bermimpi.
Pagi di bulan ramadlan terasa indah ku rasakan. Di saat mentari masih terlelap juga Saat aku menengok jam, ia tunjukkan pukul 03.30, sudah waktunya sahur, pikirku.
tiada pelita jingga yang membias, melukis hamparan cakrawala. Dan semua itu terasa Setelah sahur biasanya aku langsung terbaring di pangkuan kasurku hingga jam
begitu sempurna ketika ku kembali dari jalan pagi. Ku coba menengok rumah yang di setengah enam baru siuman. Kali ini lain, merapatkan kelopak mata saja serasa
kontrakkan ibuku. Aku kaget setengah mati, karena ku temui seorang perempuan sedang menempelkan medan magnet selatan dan utara. Mimpiku semalam masih mengendap
menyapu di halaman. Ada tanda tanya besar dalam benakku, sejak kapan ibu menyewa dalam benakku. Aku tak kesalahan apa yang ku perbuat padanya hingga ia sempa-
pembantu secantik itu?. "berapa ibu membayarnya tiap bulan?" sindirku pada ibu. "siapa sempatnya singgah dalam mimpiku. Pikiranku terus berlari menyusuri lembah kerumitan
maksudmu, ibu tak pernah mempekerjakan orang untuk membantu ibu." "lantas, siapa yang tak pendek, yang akhirnya berlabuh pada jawaban bahwa aku menghapus hidupku
yang tinggal di rumah kontrakan itu?" "oh ... ada keluarga dari surabaya yang katanya mau yang lalu hanya demi dia.mungkinkah, ia tak terima? Aku tak tahu, dan aku tak mau
sebulan tinggdi situ." memikirkannya. Kini tekadku hanyalah mengembalikan hidupku yang cerah bukan lagi
Malam pun tiba. Dan di saat inilah bagian yang membuatku gerah di bulan ramadan, pada kehidupan temaram.
tarawih. Ya, tak jarang aku salat tarawih dua puluh rakaat tidak utuh semalam. Malah 29 Ramadhan 1430, aku berdiri mematung di depan rumah kontrakan ibu. Aku hanya
kadang aku tak ikut berjama'ah. mampu melihat mereka mengusung barang-barangnya karena mau balik ke Surabaya
Ketika berjalan tiba-tiba langkahku terhenti sejenak. Seakan ku tak percaya, gadis tanpa bisa ku mencegahnya. Namun, setidaknya aku bahagia.karena sebelum ia naik ke
yang ku lihat tadi pagi, kini ada di masjid. Sungguh cantik! Ku akui kenyataan itu. Wajahnya mobil, ia sempat melemparkan senyumnya padaku, Ya Tuhan, betapa manisnya.
yang hanya terkena sorot lampu, seakan berkilauan penuh cahaya yang mungkin hanya Ku lambaikan tangaku, ketika mobilnya beranjak pergi meski ku tak tahu apakah ia
memancar dalam perasaanku saja. membalasnya atau tidak. Dalam hatiku memang terasa sedih karena ku menyesali kenapa
Sejak kejadian itu, Bukan hanya tarawih yang aku sempurnakan tiap malamnya, aku kalau ada pertemuan pasti ada perpisahan.
menjadi lebih rajin mendatangi masjid untuk menunaikan kewjibanku kepadaNYA dalam Di pagi hari ketika ku beres-beres rumah kontrakan itu, aku menemukan secarik
lima waktu. Hingga suatu pagi aku tak melihatnya lagi menyapu di halaman rumah kertas yang terselip di daun pintu lemari. Karena penasaran, aku lngsung membukanya
kontrakan ibuku. Malampun begitu, ia tak menampakkan batang hidungnya sedikitpun. Dear, pangerang istana ini
"keluarga surabaya itu sudah balik ke surabaya?"tanyaku pada ibu ketika sahur. "belum, Pada awalnya, ibu anda bilang kalau anda semakin berkurang umrnya semakin
masih di sini kok. Memangnya kenapa?." "kenapa seharian aku nggak liat anaknya yang berkurang semangat juangnya. Namun saya melihat dalam diri anda masih ada nurani yang
perempuan menyapu? Terus waktu tarawih ia juga tak muncul. Memangya kenapa dia.." tertanam suci. Maka teruslah membangun pondasi yang telah roboh walau itu memang
"owh, dia di rumah sakit. Katanya jantungnya lemah. Kasihan ya." sulit. Kelak anda akan merasakan buah dari keringat anda sendiri.
Aku hanya mengangguk pelan. Pikiranku mulai di hantui bayangya. Ada rasa iba Ku titikkan air mataku. Seolah ia menjadi malaikat dalam mimpiku. Terima kasih
dalam hatku meski ku tak tahu mengapa ku harus merasakannya. Da semangatku yang untuk sang penakluk jiwaku.
sebelumnya tertanam kukuh, hilang seketika. Bahkan sudah tiga hari aku tak ke masjid,
apalagi tarawih.

You might also like