You are on page 1of 16

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Haji adalah rukun (tiang agama) Islam yang kelima setelah syahadat, shalat,
zakat dan puasa. Menunaikan ibadah haji adalah bentuk ritual tahunan yang
dilaksanakan kaum muslim sedunia yang mampu (material, fisik, dan keilmuan) dengan
berkunjung dan melaksanakan beberapa kegiatan di beberapa tempat di Arab Saudi pada
suatu waktu yang dikenal sebagai musim haji (bulan Dzulhijjah). Hal ini berbeda dengan
ibadah umrah yang bisa dilaksanakan sewaktu-waktu.

Kegiatan inti ibadah haji dimulai pada tanggal 8 Dzulhijjah ketika umat Islam
bermalam di Mina, wukuf (berdiam diri) di Padang Arafah pada tanggal 9 Dzulhijjah,
dan berakhir setelah melempar jumrah (melempar batu simbolisasi setan) pada tanggal
10 Dzulhijjah. Masyarakat Indonesia lazim juga menyebut hari raya Idul Adha sebagai
Hari Raya Haji karena bersamaan dengan perayaan ibadah haji ini.

Secara lughawi, haji berarti menyengaja atau menuju dan mengunjungi. Menurut
etimologi bahasa Arab, kata haji mempunyai arti qashd, yakni tujuan, maksud, dan
menyengaja. Menurut istilah syara', haji ialah menuju ke Baitullah dan tempat-tempat
tertentu untuk melaksanakan amalan-amalan ibadah tertentu pula. Yang dimaksud
dengan temat-tempat tertentu dalam definisi diatas, selain Ka'bah dan Mas'a(tempat
sa'i), juga Arafah, Muzdalifah, dan Mina. Yang dimaksud dengan waktu tertentu ialah
bulan-bulan haji yang dimulai dari Syawal sampai sepuluh hari pertama bulan
Dzulhijjah. Adapun amal ibadah tertentu ialah thawaf, sa'i, wukuf, mazbit di
Muzdalifah, melontar jumrah, mabit di Mina, dan lain-lain.

B. TUJUAN

1
Makalah ini disusun dengan tujuan untuk memberi gambaran tentang ibadah haji
secara umum, terutama berkaitan dengan hal-hal yang umum dilakukan dalam
melakukan ibadah haji.
BAB II
PEMBAHASAN

A. IBADAH HAJI

Orang-orang Arab pada zaman jahiliah telah mengenal ibadah haji ini yang
mereka warisi dari nenek moyang terdahulu dengan melakukan perubahan disana-sini.
Akan tetapi, bentuk umum pelaksanaannya masih tetap ada, seperti thawaf, sa'i, wukuf,
dan melontar jumrah. Hanya saja pelaksanaannya banyak yang tidak sesuai lagi dengan

syariat yang sebenarnya. Untuk itu, Islam datang dan memperbaiki segi-segi
yang salah dan tetap menjalankan apa-apa yang telah sesuai dengan petunjuk syara'
(syariat), sebagaimana yang diatur dalam al-Qur'an dan sunnah rasul.

Latar belakang ibadah haji ini juga didasarkan pada ibadah serupa yang
dilaksanakan oleh nabi-nabi dalam agama Islam, terutama nabi Ibrahim (nabinya agama
Tauhid). Ritual thawaf didasarkan pada ibadah serupa yang dilaksanakan oleh umat-
umat sebelum nabi Ibarahim. Ritual sa'i, yakni berlari antara bukit Shafa dan Marwah
(daerah agak tinggi di sekitar Ka'bah yang sudah menjadi satu kesatuan Masjid Al
Haram, Makkah), juga didasarkan untuk mengenang ritual istri kedua nabi Ibrahim
ketika mencari susu untuk anaknya nabi Ismail. Sementara wukuf di Arafah adalah
ritual untuk mengenang tempat bertemunya nabi Adam dan Siti Hawa di muka bumi,
yaitu asal mula dari kelahiran seluruh umat manusia.

Setiap jamaah bebas untuk memilih jenis ibadah haji yang ingin
dilaksanakannya. Rasulullah SAW memberi kebebasan dalam hal itu, sebagaimana
hadis berikut yang artinya:

2
Aisyah RA berkata: Kami berangkat beribadah bersama Rasulullah SAW dalam tahun
hajjatul wada. Diantara kami ada yang berihram, untuk haji dan umrah dan ada pula
yang berihram untuk haji. Orang yang berihram untuk umrah ber-tahallul ketika telah
berada di Baitullah. Sedang orang yang berihram untuk haji jika ia mengumpulkan haji
dan umrah. Maka ia tidak melakukan tahallul sampai dengan selesai dari nahar.

Berikut adalah jenis dan pengertian haji yang dimaksud:

1. Haji ifrad, berarti menyendiri. Pelaksanaan ibadah haji disebut ifrad bila
sesorang bermaksud menyendirikan, baik menyendirikan haji maupun
menyendirikan umrah. Dalam hal ini, yang didahulukan adalah ibadah haji.
Artinya, ketika mengenakan pakaian ihram di miqat-nya, orang tersebut berniat
melaksanakan ibadah haji dahulu. Apabila ibadah haji sudah selesai, maka orang
tersebut mengenakan ihram kembali untuk melaksanakan umrah.

2. Haji tamattu', mempunyai arti bersenang-senang atau bersantai-santai dengan


melakukan umrah terlebih dahulu di bulan-bulah haji, lain bertahallul.
Kemudian mengenakan pakaian ihram lagi untuk melaksanakan ibadah haji,
ditahun yang sama. Tamattu' dapat juga berarti melaksanakan ibadah didalam
bulan-bulan serta didalam tahun yang sama, tanpa terlebih dahulu pulang ke
negeri asal.

3. Haji qiran, mengandung arti menggabungkan, menyatukan atau


menyekaliguskan. Yang dimaksud disini adalah menyatukan atau
menyekaliguskan berihram untuk melaksanakan ibadah haji dan umrah. Haji
qiran dilakukan dengan tetap berpakaian ihram sejak miqat makani dan
melaksanakan semua rukun dan wajib haji sampai selesai, meskipun mungkin
akan memakan waktu lama. Menurut Abu Hanifah, melaksanakan haji qiran,
berarti melakukan dua thawaf dan dua sa'i.

B. RUKUN HAJI

3
Yang dimaksud rukun haji adalah kegiatan yang harus dilakukan dalam ibadah
haji yang jika tidak dikerjakan hajinya tidak syah. Adapun rukun haji adalah sebagai
berikut :
1. Ihram,
Ihram, Yaitu mengenakan pakaian ihram dengan niat untuk haji atau umrah di
Miqat Makani. Amalan Umrah yang pertama adalah Ihram. Ihram adalah niat memasuki
manasik (upacara ibadah haji) haji dan umrah atau mengerjakan keduanya dengan
menggunakan pakaian ihram, serta meninggalkan beberapa larangan yang biasanya
dihalalkan.

a. Pakaian Ihram
Untuk pria
Bagi laki-laki terdiri atas 2 lembar kain yang tidak dijahit, yang satu lembar
disarungkan untuk menutupi aurat antara pusat hingga lutut, yang satu lembar lagi
diselendangkan untuk menutupi tubuh bagian atas. Kedua lembar kain disunatkan
berwarna putih, dan tidak boleh berwarna merah atau kuning.

Untuk wanita
Mengenakan pakaian yang biasa, yakni pakaian yang menutupi aurat.

b. Tempat-tempat Ihram
 Zul Hulaifah
 Juhfah
 Yalamlam
 Qarnul Manjil
 Zatu Irqin
 Makkah

c. Wukuf
Wukuf di Arafah, yaitu berdiam diri, zikir dan berdo'a di Arafah pada tanggal 9
Zulhijah. Setelah shalat subuh tanggal 9 Zulhijjah, jemaah haji berangkat dari Mina ke
Arafah sambil menyerukan Talbiyah, dan singgah dahulu di Namirah.

4
Para jemaah sampai di Padang Arafah tepat pada waktu Zuhur dan ashar dengan jama’
taq’dim dan qasar dengan satu kali azan dan dua ikamah. Selesai shalat, imam
kemudian menyampaikan khutbah dari atas mimbar.
Selama wukuf di Arafah, para jemaah haji menghabiskan/mengisi waktunya
untuk memahasucikan Allah dengan meneriakan talbiyah, berzikir dan berdoa sebagai
berikut:
Labbaika Allahumma labbaik (a), labbaika la syarika laka labbaik (a). Innal
hamda wannimata lak (a), wal mulka laka la syarika lak (a).

d. Tawaf Ifadah
Tawaf Ifadah, Yaitu mengelilingi Ka'bah sebanyak 7 kali, dilakukan sesudah
melontar jumrah Aqabah pada tanggal 10 Zulhijah

e. Sa'i,
Sa'i, yaitu berjalan atau berlari-lari kecil antara Shafa dan Marwah sebanyak 7
Kali, dilakukan sesudah Tawaf Ifadah. Adapun praktik pelaksanaan ibadah sa’i adalah
sebagai berikut:
a. Dilakukan sesudah tawaf
b. Berlari-lari kecil atau berjalan cepat dari bukit Safa menuju bukit Marwah
c. Dikerjakan sebanyak tujuh kali putaran: dari Safa ke Marwah satu putaran, dan
dari Marwah Sa’I hanya boleh dilakukan oleh orang-orang yang mengerjakan
haji atau umrah saja.

f. Tahallul
Tahallul, yaitu bercukur atau menggunting rambut sesudah selesai melaksanakan
Sa'i. Setelah melontar Jumrah ‘Aqabah, jamaah kemudian bertahallul (keluar dari
keadaan ihram), yakni dengan cara mencukur atau memotong rambut kepala paling
sedikit tiga helai rambut. Laki-laki disunnahkan mencukur habis rambutnya, wanita
mencukur ujung rambut sepanjang jari, dan untuk orang-orang yang berkepala botak
dapat bertahallul secara simbolis saja. Setelah melaksanakan tahallul, perkara yang
sebelumnya dilarang sekarang dihalalkan kembali, kecuali menggauli istri sebelum
melakukan tawaf ifadah.

5
g. Tertib
Tertib, yaitu mengerjakannya sesuai dengan urutannya serta tidak ada yang
tertinggal.
C. WAJIB HAJI
Wajib Haji Adalah rangkaian kegiatan yang harus dilakukan dalam ibadah haji
sebagai pelengkap Rukun Haji, yang jika tidak dikerjakan harus membayar dam
(denda). Yang termasuk wajib haji adalah;
1. Niat Ihram, untuk haji atau umrah dari Miqat Makani, dilakukan setelah berpakaian
ihram
2. Mabit (bermalam) di Muzdalifah pada tanggal 9 Zulhijah (dalam perjalanan dari
Arafah ke Mina). Di Mudzalifah para jemaah haji menunaikan shalat magrib
dijamak dengan shalat isya dengan satu kali azan dan dua iqamah. Kemudian,
mereka bermalam lagi
3. Melontar Jumrah Aqabah tanggal 10 Zulhijah yaitu dengan cara melontarkan tujuh
butir kerikil berturut-turut dengan mengangkat tangan pada setiap melempar kerikil
sambil berucap, “Allahu Akbar. Allahummaj ‘alhu hajjan mabruran wa zanban
magfura(n)”. Setiap kerikil harus mengenai ke dalam jumrah jurang besar tempat
jumrah.
4. Mabit di Mina pada hari Tasyrik (tanggal 11, 12 dan 13 Zulhijah). Hukumnya
adalah sunnah.
5. Melontar Jumrah Ula, Wustha dan Aqabah pada hari Tasyrik (tanggal 11, 12 dan 13
Zulhijah).
6. Tawaf Wada', Yaitu melakukan tawaf perpisahan sebelum meninggalkan kota
Mekah.
7. Meninggalkan perbuatan yang dilarang waktu ihram

D. PELAKSANAAN IBADAH HAJI


1. BERIHRAM
Pakailah pakaian ihram pada hari ke-8 (delapan) bulan Dzulhijjah di Mekkah
dengan berdiri menghadap qiblat seraya mengucapkan, “Labbaikallahumma hajjatan
(Aku penuhi panggilan-Mu “Ya Allah” dengan mengerjakan haji).”
2. MABIT DI MINA

6
Berangkatlah menuju Mina setelah matahari terbit dan laksanakanlah shalat
fardhu 5 (lima) waktu secara qashar (diringkas), yaitu melakukan shalat Zhuhur, Ashar
dan Isya dengan dua rakaat di setiap waktunya, dan bermalamlah di Mina sehingga
dapat melaksanakan shalat Shubuh di sana.

3. WUKUF DI ARAFAH
Berangkatlah menuju Arafah pada hari ke-9 (kesembilan) setelah matahari terbit,
sambil melakukan talbiyah dan takbir, dan dirikanlah shalat Zhuhur dan Ashar secara
qashar dan jam’u taqdim (mengumpulkan dua waktu shalat tersebut di waktu shalat
yang lebih awal (dzhuhur), pent.) dengan satu azan dan dua iqamat tanpa ada shalat
sunnahnya. Dan pastikan bahwa anda benar-benar berada di dalam batas wilayah Arafah
karena wukuf di Arafah merupakan rukun penting dalam pelaksanaan haji, barangsiapa
meninggalkannya maka hajinya menjadi tidak sah.
Berdiri menghadap qiblat sambil mengangkat kedua belah tangan untuk berdoa
hanya kepada Allah semata, dan dilarang untuk berdoa kepada selain-Nya.

4. MABIT DI MUZDALIFAH
Bertolaklah secara tenang dari Arafah setelah matahari terbenam menuju
Muzdalifah, dan shalatlah Maghrib dan Isya secara qashar dan jam’u ta`khir
(mengumpulkan dua waktu shalat tersebut di waktu shalat yang lebih akhir (Isya), pent.)
dengan satu azan dan dua iqamat tanpa ada shalat sunnahnya. Bermalamlah (mabit) di
Muzdalifah sebagai kewajiban haji hingga anda melaksanakan shalat Fajar. Selanjutnya
berzikir di Masy’aril Haram dengan menghadap qiblat sambil mengangkat kedua belah
tangan anda untuk berdoa, bertahmid, bertahlil mentauhidkan Allah dan (tempat mana
saja di) Muzdalifah semuanya adalah Masy’aril Haram. Diperkenankan bagi orang yang
lemah (seperti wanita dan orang tua renta, pent) untuk meninggalkan Muzdalifah setelah
lewat tengah malam.

5. MELONTAR
Bertolaklah dari Muzdalifah sebelum matahari terbit menuju Mina pada hari
‘Iedul Adhha sambil mengucapkan talbiyah. Dan hendaklah anda kerjakan secara
tenang. Lakukankanlah lontaran ke Jamrah Kubra (yaitu Jamrah terakhir yang paling

7
dekat dari Mekkah, pent.) setelah terbit matahari, sekalipun sampai malam –jadikanlah
posisi Mekkah (qiblat) di sebelah kiri anda dan posisi Mina di sebelah kanan anda-
dengan 7 (tujuh) kerikil yang anda ambil sejak di Muzdaliah, seraya melakukan takbir
pada setiap batu kerikil yang dilontarkan. Pastikan anda mengetahui bahwa kerikil
tersebut telah jatuh ke dalam cawan tempat lontaran (al-marma). Seandainya
lontarannya tidak ada yang meleset, maka hentikanlan bacaan talbiyah pasca
pelaksanaan pelontaran berakhir.
Kenakanlah pakaian anda dan pakailah wangi-wangian , maka dihalalkan bagi
anda segala (yang dilarang waktu berihram) kecuali bersetubuh.

6. SEMBELIH HEWAN QURBAN


Sembelih dan kulitilah hewan qurban di Mina atau di Mekkah pada hari-hari
“Ied. Dari sembelihan tersebut, makanlah dan berilah makan orang-orang faqir.
Diperkenankan untuk mewakilkannya. Maka anda dapat membayar harga hewan qurban
kepada orang yang anda percayai untuk melaksanakannya, baik kepada personal-
personal atau lembaga-lembaga tertentu yang dipercaya. Seandainya ia tidak
berkemampuan untuk membayar harga hewan qurban, maka berpuasalah selama 3 (tiga)
hari pada masa haji dan 7 (tujuh) hari jika ia telah kembali ke keluarganya. Dan bagi
wanita berlaku hukumnya seperti pria. Dan ini hukumnya adalah wajib untuk haji
tamattu’ dan qiran.

7. MENCUKUR
Cukurlah habis rambut anda seluruhnya atau potong pendeklah sekalian
semuanya, dan mencukur habis lebih utama (afdhal) dari sekedar memendekkan.
Sedangkan bagi wanita, dipotong rambutnya sedikit saja. Jangan merasa puas dengan
apa yang dilakukan oleh banyak orang dengan memendekkan sebagian rambut
kepalanya, bahkan seharusnya dipotong pendek seluruh bagiannya. Karena memotong
pendek menempati posisi mencukur, sementara cukuran berlaku untuk seluruh rambut
dibagian kepala.

8. TAWAF DAN SA’I

8
Bertolaklah menuju Mekkah, lalu bertawaflah mengelilingi Ka’bah sebanyak 7
(tujuh) putaran. Bersa’ilah antara Shafa dan Marwah sebanyak 7 (tujuh) kali
sebagaimana yang dijelaskan dimuka pada “Rangkaian Pelaksanaan Umrah”. Setelah
melakukan tawaf dan sa’i, maka bagi anda dihalalkan istri anda setelah sebelumnya
dilarang untuk “didekati”. Seandainya tidak memungkinkan bagi anda untuk melakukan
tawaf dan sa’i pada hari ini, maka dapat dilakukan pada hari-hari Tasyriq (11-13
Dzulhijjah, pent). Jika belum bisa juga, maka di hari-hari Dzulhijjah.
Sunnah untuk melaksanakan rangkaian amal secara tertib di Hari ‘Ied, sebagai
berikut :
 Melontar Jumrah Al-Aqabah (qubra), lalu
 Menyembelih hewan qurban, lalu
 Mencukur rambut, lalu
 Bertawaf Ifadhah, lalu
 Melakukan sa’i bagi haji tamattu’.

9. MABIT DI MINA DAN MELONTAR


1. Kembalilah ke Mina pada hari-hari ‘Ied dan bermabitlah di sana sebagai
wajib hukumnya.
2. Melontar, waktunya setelah Zhuhur hingga terbenam matahari dan dapat
diperpanjang hingga malam hari pada kondisi-kondisi yang darurat.
3. Lakukanlah lontaran di 3 (tiga) Jamrah secara tertib, dimulai dari ash-
Shughra (yang kecil), dengan 7 (tujuh) butir kerikil (yang dipungut dari
Mina) di setiap Jamrah, seraya bertakbir di setiap batu yang dilontarkan.
Serta berdirilah menghadap qiblat setelahnya sambil mengangkat kedua
belah tangan untuk berdoa sebanyak-banyaknya kepada Allah semata.
4. Kemudian lakukanlah lontaran Jamrah al-Wushtha persis seperti yang
dilakukan di ash-Shugra dan berdirilah setelahnya untuk berdoa.
5. Kemudian lakukanlah lontaran Jamrah al-Kubra dengan menjadikan posisi
Mina di sebelah kanan anda dan Mekkah (qiblat) di sebelah anda. Dan tidak
berdiri untuk berdoa setelahnya.
6. Lakukanlah lontaran ke 3 (tiga) Jamrah pada hari ketiga dari hari ‘Ied, persis
seperti yang anda lakukan di hari ke-2 (dua)nya dari hari ‘Ied. Dan

9
bertolaklah dari Mina sebelum terbenamnya matahari –jika situasi menuntut
anda untuk menyegerakan- namun jika tidak maka wajib bagi anda untuk
mabit di Mina dan melontar ke-3 Jamrah di hari ke-4. Yang demikian itu
adalah lebih utama (afdhal).
7. Diperbolehkan bagi orang yang beruzur syar’i (al-ma’dzur) untuk
mengakhirkan lontaran di hari ke-2 (dua) dari hari ‘Ied ke hari ke-3
(tiga)nya. Dan dari hari ke-3 (tiga) ke hari ke-4 (empat)nya. Dan
diperbolehkan pula untuk mewakilkan pelaksanaan lontaran bagi wanita
yang lemah, orang yang sakit, orang-orang yang renta, juga anak-anak.

10. TAWAF WADA’


Hukumnya wajib kepada selain wanita yng haid dan nifas, dan
menjadualkan acara perjalanan (as-safar) setelahnya. Maka wajib untuk
menyembelih binatang bagi yang meninggalkannya, atau meninggalkan
pelaksanaan lontar, atau tarkib mabit di Mina.

TEMPAT ISTEMEWA DALAM IBADAH HAJI

1. Makkah Al Mukaromah
Di kota inilah berdiri pusat ibadah umat Islam sedunia, Ka'bah, yang berada di
pusat Masjidil Haram. Dalam ritual haji, Makkah menjadi tempat pembuka dan penutup
ibadah ini ketika jamaah diwajibkan melaksanakan niat dan thawaf haji.
2. Arafah
Kota di sebelah timur Makkah ini juga dikenal sebagai tempat pusatnya haji,
yiatu tempat wukuf dilaksanakan, yakni pada tanggal 9 Dzulhijjah tiap tahunnya.
Daerah berbentuk padang luas ini adalah tempat berkumpulnya sekitar dua juta jamaah
haji dari seluruh dunia. Di luar musim haji, daerah ini tidak dipakai.
3. Mina
Tempat berdirinya tugu jumrah, yaitu tempat pelaksanaan kegiatan melontarkan
batu ke tugu jumrah sebagai simbolisasi tindakan nabi Ibrahim ketika mengusir setan.
Dimasing-maising tempat itu berdiri tugu yang digunakan untuk pelaksanaan: Jumrah

10
Aqabah, Jumrah Ula, dan Jumrah Wustha. Di tempat ini jamaah juga diwajibkan untuk
menginap satu malam.

4. Muzdalifah
Tempat di dekat Mina dan Arafah, dikenal sebagai tempat jamaah haji
melakukan Mabit (Bermalam) dan mengumpulkan bebatuan untuk melaksanakan
ibadah jumrah di Mina.

5. Madinah
Adalah kota suci kedua umat Islam. Di tempat inilah panutan umat Islam, Nabi
Muhammad SAW dimakamkan di Masjid Nabawi. Tempat ini sebenarnya tidak masuk
ke dalam ritual ibadah haji, namun jamaah haji dari seluruh dunia biasanya
menyempatkan diri berkunjung ke kota yang letaknya kurang lebih 330 km (450 km
melalui transportasi darat) utara Makkah ini untuk berziarah dan melaksanakan salat di
masjidnya Nabi. Lihat foto-foto keadaan dan kegiatan dalam masjid ini.

TEMPAT BERSEJARAH
1. Jabal Nur dan Gua Hira
Jabal Nur terletak kurang lebih 6 km di sebelah utara Masjidil Haram. Di
puncaknya terdapat sebuah gua yang dikenal dengan nama Gua Hira. Di gua inilah Nabi
Muhammad saw menerima wahyu yang pertama, yaitu surat Al-'Alaq ayat 1-5.

2. Jabal Tsur
Jabal Tsur terletak kurang lebih 6 km di sebelah selatan Masjidil Haram. Untuk
mencapai Gua Tsur ini memerlukan perjalanan mendaki selama 1.5 jam. Di gunung
inilah Nabi Muhammad saw dan Abu Bakar As-Siddiq bersembunyi dari kepungan
orang Quraisy ketika hendak hijrah ke Madinah.

3. Jabal Rahmah
Yaitu tempat bertemunya Nabi Adam as dan Hawa setelah keduanya terpisah
saat turun dari surga. Peristiwa pentingnya adalah turunnya wahyu yang terakhir pada
Nabi Muhammad saw, yaitu surat Al-Maidah ayat 3.

11
4. Jabal Uhud
Letaknya kurang lebih 5 km dari pusat kota Madinah. Di bukit inilah terjadi
perang dahsyat antara kaum muslimin melawan kaum musyrikin Mekah. Dalam
pertempuran tersebut gugur 70 orang syuhada di antaranya Hamzah bin Abdul
Muthalib, paman Nabi Muhammad saw. Kecintaan Rasulullah saw pada para syuhada
Uhud, membuat beliau selalu menziarahinya hampir setiap tahun. Untuk itu, Jabal Uhud
menjadi salah satu tempat penting untuk diziarahi.

5. Makam Baqi'
Baqi' adalah tanah kuburan untuk penduduk sejak zaman jahiliyah sampai
sekarang. Jamaah haji yang meninggal di Madinah dimakamkan di Baqi', letaknya di
sebelah timur dari Masjid Nabawi. Di sinilah makam Utsman bin Affan ra, para istri
Nabi, putra dan putrinya, dan para sahabat dimakamkan. Ada banyak perbedaan makam
seperti di tanah suci ini dengan makam yang ada di Indonesia, terutama dalam hal
peletakan batu nisan lihat Hikmah Ziarah ke Makam Baqi'.

6. Masjid Qiblatain
Pada masa permulaan Islam, kaum muslimin melakukan shalat dengan
menghadap kiblat ke arah Baitul Maqdis di Yerussalem, Palestina. Pada tahun ke-2 H
bulan Rajab pada saat Nabi Muhammad saw melakukan shalat Zuhur di masjid ini, tiba-
tiba turun wahyu surat Al-Baqarah ayat 144 yang memerintahkan agar kiblat shalat
diubah ke arah Kabah Masjidil Haram, Mekah. Dengan terjadinya peristiwa tersebut
maka akhirnya masjid ini diberi nama Masjid Qiblatain yang berarti masjid berkiblat
dua.

E. HAJI MABRUR

Ibadah haji termasuk ibadah yang paling utama dan ketaatan yang paling agung,
ia adalah salah satu rukun Islam yang diturunkan oleh Allah Ta’ala kepada Nabi

12
Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, sehingga tidak sempurna agama seorang
hamba kecuali dengannya. Sementara itu ibadah yang dilakukan untuk mendekatkan
diri kepada Allah Azza wa Jalla tidak menjadi sempurna dan tidak dapat diterima,
kecuali dengan dua perkara yaitu
(1) Ikhlash karena Allah Azza wa Jalla dengan mengarahkan maksud ibadah hanya
semata-mata kepada Allah dan kampung akhirat. Ibadah yang dilakukan tidak
bermaksud untuk dipamerkan (riya’) dan digembar-gemborkan (sum’ah) dan tidak
ada tendensi kepentingan duniawi.
(2) Ittiba’un Nabiy (mengikuti Nabi) Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dalam berujar dan
bersikap. Sedangkan upaya untuk ittiba’un Nabiy tidak mungkin terealisasi
kecuali dengan mengetahui sunnah beliau Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.
Karenanya menjadi wajib bagi siapa saja yang hendak melaksanakan ibadah
kepada Allah untuk mempelajari petunjuk Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam
mengenai tuntunannya, sehingga amalnya bersesuaian dengan sunnah beliau
Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.

a. Indikator Saat Ibadah Haji


 Motivasi atau niat Ibadah Haji, ikhlas semata-mata mengharap ridha Allah SWT.
 Proses pelaksanaan sesuai dengan contoh ibadah Rasulullah saw. dimana syarat,
rukun wajib (bahkan sunat) ibadah tersebut terpenuhi.
 Biaya untuk ibadah tersebut diperoleh dengan cara yang halal.
 Dampak dari ibadah haji positif bagi pelakunya, yaitu adanya perubahan kualitas
perilaku ke arah yang lebih baik dan lebih terpuji.

b. Indikator Setelah Ibadah Haji


1. Patuh melaksanakan apa yang diperintahkan oleh Allah SWT, patuh
melaksanakan sholat, konsekuen membayar zakat, sungguh-sungguh
membangun keluarga sakinah mawaddah dan wa rahmah, selalu rukun dengan
sesama umat manusia, sayang kepada sesama makhluk Allah SWT.
2. Konsekuen meninggalkan apa yang dilarang oleh Allah SWT, terutama dosa-
dosa besar, seperti syirik, riba, judi, zina, khamr, korupsi, membunuh orang,
bunuh diri, bertengkar, menyakiti orang lain, khurafat, bid'ah dsb.

13
3. Gemar melakukan ibadah wajib, sunat dan amal shalih lainnya serta berusaha
meninggalkan perbuatan yang makruh dan tidak bermanfaat.
4. Aktif berkiprah dalam memperjuangkan, menda'wahkan Islam dan istiqamah
serta sungguh-sungguh dalam melaksanakan amar ma'ruf dengan cara yang
ma'ruf, melaksanakan nahi munkar tidak dengan cara munkar.
5. Memiliki sifat dan sikap terpuji seperti sabar, syukur, tawakkal, tasamuh,
pemaaf, tawadlu dsb.
6. Malu kepada Allah SWT utk melakukan perbuatan yang dilarang-Nya.
7. Semangat dan sungguh-sungguh dalam menambah dan mengembangkan ilmu
pengetahuan terutama ilmu-ilmu Islam.
8. Bekerja keras dan tekun untuk memenuhi keperluan hidup dirinya, keluarganya
dan dalam rangka membantu orang lain serta berusaha untuk tidak membebani
dan menyulitkan orang lain.
9. Cepat melakukan taubat apabila terlanjur melakukan kesalahan dan dosa, tidak
membiasakan diri proaktif dengan perbuatan dosa, tidak mempertontonkan dosa
dan tidak betah dalam setiap aktivitas berdosa.
10. Sungguh-sungguh memanfaatkan segala potensi yang ada pada dirinya untuk
menolong orang lain dan menegakkan "Izzul Islam wal Muslimin".

14
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan

Haji adalah rukun (tiang agama) Islam yang kelima setelah syahadat, shalat,
zakat dan puasa. Menunaikan ibadah haji adalah bentuk ritual tahunan yang
dilaksanakan kaum muslim sedunia yang mampu (material, fisik, dan keilmuan) dengan
berkunjung dan melaksanakan beberapa kegiatan di beberapa tempat di Arab Saudi
pada suatu waktu yang dikenal sebagai musim haji (bulan Dzulhijjah).
Haji adalah salah satu rukun islam, haji adalah ibadah yang tergabung padanya
antara amalan badan dan pengorbanan harta, dan haji adalah salah satu ibadah yang
paling agung, yang memiliki kandungan makna, dan hikmah yang sangat luas lagi
mendalam.

B. Saran
Bagi umat islam yang hendak melaksanakan ibadah haji, sebaiknya
mempersiapkan diri baik secara fisik maupun mental atau spiritual sebab ibadah haji
merupakan ibadah yang sangat menguras tenaga disamping mental dan bathin.

15
DAFTAR PUSTAKA

WWW.Google.Com
WWW.Perjalanan Haji.Com
Http://Makalah haji.2011.Muhamad Imron.Blog Spot

16

You might also like