You are on page 1of 4

Ayuk Rahmawati

1507100026
MEDIA TANAH
Tanah adalah lapisan padat terluar dari Planet Bumi. Lapisan tipis yang hidup ini
memiliki ketebalan beberapa centimeter sampai [meskipun jarang] lebih dari dua atau tiga
meter, namun demikian sangat mempengaruhi aktivitas di permukaan Bumi. Tanah sangat
vital untuk mendukung kehidupan. Tanah menjadi wahana jelajah akar; menyediakan air,
udara dan unsur hara yang dibutuhkan tumbuhan. Tanah merupakan rumah bagi jutaan
mikroorganisme yang melakukan berbagai aktivitas biokimia, seperti pengikatan nitrogen
dari udara sampai pelapukan bahan organik, juga merupakan tempat bagi mikro dan
mesofauna – termasuk cacing tanah, semut dan rayap yang memakan akar tanaman,
organisme lain dan bahan organik. Biodiversitas tanah yang lebih lengkap dijumpai di dalam
tanah, bukan di atasnya (Anonim1, 2011).
Tanah sangat rapuh. Gangguan dan kerusakan yang paling besar terhadap tanah
disebabkan oleh manusia. Ini bukan fenomena baru karena kerusakan tanah telahterjadi sejak
zaman peradaban awal di Lembah Tigris and Eufrat. Ancaman paling besar adalah erosi
tanah yang dapat berakibat tanah hilang tererosi meninggalkan batuan yang belum lapuk.
Erosi tanah terjadi akibat pengelolaan lahan yang buruk, misalnya mengolah tanah di lahan
yang curam. Tanah merupakan suatu sistem yang tangguh karena mampu mengurai bahan
pencemar sehingga menjadi kurang berbahaya. Kemampuan menetralkan bahan-bahan ini
membuat tanah sebagai tempat penampungan limbah (organik dan anorganik). Jika bahan
yang diberikan melebihi kapasitas penguraian tanah, tanah tersebut akan rusak, dan akibatnya
aktivitas biologi juga berkurang. Gangguan paling serius bagi tanah adalah penutupan oleh
bangunan dan infrastruktur. Ini sangat lazim dijumpai di berbagai negara industri. Sekali
tanah ditutup oleh aspal atau bangunan, tanah tersebut sudah hilang dan tidak dapat berfungsi
sebagaimana mestinya (Anonim1, 2011).

Bahan organik dalam tanah


Bahan organik tanah terdapat dalam berbagai bentuk: ada yang stabil (lambat lapuk),
terikat kuat dengan liat, membentuk agregat tanah yang stabil, dan ada pula yang labil (cepat
lapuk) yang strukturnya masih mirip dengan bahan asalnya seperti daun, cabang, akar yang
telah mati dan sebagainya. Tanah tertutup hutan sekunder memperoleh masukan ratarata 10 –
12 ton ha-1 th-1 seresah dari daun dan cabang gugur, serta tambahan dari akar yang
membusuk. Untuk tanah-tanah pertanian, bahan organik minimal 8 ton ha-1 harus diberikan
setiap tahunnya, untuk mempertahankan jumlah bahan organik yang diinginkan (misalnya,
untuk mencapai kondisi bahan organik tanah sekitar 80% dari kondisi hutan alami dengan
tekstur tanah yang sama) (Anonim1, 2011).

Kesuburan tanah
Kesuburan tanah adalah mutu tanah untuk bercocok tanam, yang ditentukan oleh
interaksi sejumlah sifat fisika, kimia, dan biologi bagian tubuh tanah yang menjadi habitat
akar-akar aktif tanaman. Ada akar yang berfungsi menyerap air dan larutan hara, da nada
yang berfungsi sebagai penjangkar tanaman. Kesuburan habitat akar dapat bersifat hakiki dari
bagian tubuh tanah yang bersangkutan, dan/atau diimbas (induced) oleh keadaan bagian lain
tubuh tanah dan/atau diciptakan oleh pengaruh anasir lain dari lahan, yaitu bentuk muka
lahan, iklim dan musim. Karena bukan sifat melainkan mutu maka kesuburan tanah tidak
dapat diukur atau diamati, akan tetapi hanya dapat ditaksir (assessed). Penaksirannya dapat
didasarkan atas sifat-sifat dan kelakuan fisik, kimia, dan biologi tanah yang terukur, yang
terkorlasikan dengan keragaan (performance) tanaman menurut pengalaman atau hasil
penelitian sebelumnya. Kesuburan tanah dapt juga ditaksir secara langsung berdasarkan
keadaan tanaman yang teramati (bioessay). Hanya dengan cara penaksiran yang pertma dapat
diketahui sebab-sebab yang menentukan kesuburan tanah. Dengan cara penaksiran kedua
hanya dapat diungkapan tanggapan tanaman terhadap keadaan tanah yang dihadapinya. Ada
dua pengertian kesuburan tanah yang harus dibedakan jelas. Yang satu ialah kesuburan tanah
actual, yaitu kesuburan tanah hakiki (aseli, alamiah). Yang lain ialah kesuburan tanah
potensial, kesuburan tanah maksimum yang dpata dicapai dengan intervensi teknologi yang
mengoptimumkan semua faktor (Notohadiprawiro, 2006).

Jenis-jenis tanah
Tanah beragam dari satu tempat ke tempat yang lain tidak secara acak tetapi secara
sistematis, tanah di daerah tundra berbeda dengan tanah tropika, tanah di daerah yang terjal
berbeda dengan tanah dataran, dan tanah bervariasi dalam jarak yang pendek. Jika kita
berjalan dari puncak bukit menuju ke lembah, kita akan menjumpai tanah dengan bentuk dan
sifat yang berbeda demikian juga kemampuannya untuk digunakan misalnya sebagai lahan
budidaya tanaman atau untuk membangun jalan dan rumah. Keragaman ini mencerminkan
posisi yang unik bagi tanah dibandingkan dengan komponen Planet Bumi lainnya – tanah
adalah penghubung antara atmosfer, litosfer, hidrosfer, dan biosfer (Anonim1, 2011).
Berikut ini adalah macam-macam / jenis-jenis tanah di Indonesia:
1. Tanah Humus
Tanah humus adalah tanah yang sangat subur terbentuk dari lapukan daun dan batang pohon
di hutan hujan tropis yang lebat.
2. Tanah Pasir
Tanah pasir adalah tanah yang bersifat kurang baik bagi pertanian yang terbentuk dari batuan
beku serta batuan sedimen yang memiliki butir kasar dan berkerikil.
3. Tanah Alluvial / Tanah Endapan
Tanah aluvial adalah tanah yang dibentuk dari lumpur sungai yang mengendap di dataran
rendah yang memiliki sifat tanah yang subur dan cocok untuk lahan pertanian.
4. Tanah Podzolit
Tanah podzolit adalah tanah subur yang umumnya berada di pegunungan dengan curah hujan
yang tinggi dan bersuhu rendah / dingin.
5. Tanah Vulkanik / Tanah Gunung Berapi
Tanah vulkanis adalah tanah yang terbentuk dari lapukan materi letusan gunung berapi yang
subur mengandung zat hara yang tinggi. Jenis tanah vulkanik dapat dijumpai di sekitar lereng
gunung berapi.
6. Tanah Laterit
Tanah laterit adalah tanah tidak subur yang tadinya subur dan kaya akan unsur hara, namun
unsur hara tersebut hilang karena larut dibawa oleh air hujan yang tinggi. Contoh :
Kalimantan Barat dan Lampung.
7. Tanah Mediteran / Tanah Kapur
Tanah mediteran adalah tanah sifatnya tidak subur yang terbentuk dari pelapukan batuan
yang kapur. Contoh : Nusa Tenggara, Maluku, Jawa Tengah dan Jawa Timur.
8. Tanah Gambut / Tanah Organosol
Tanah organosol adalah jenis tanah yang kurang subur untuk bercocok tanam yang
merupakan hasil bentukan pelapukan tumbuhan rawa. Contoh : rawa Kalimantan, Papua dan
Sumatera (Syadiash, 2011).
DAFTAR PUSTAKA

Anonim1, 2011. Tanah-Kulit Bumi yang Hidup. Diakses pada http://www.iuss.org/Soil


%20Flyer%20IYPE%202008/Bahasa_02.pdf tanggal 28 April 2011 pukul 12.00 WIB

Notohadiprawiro, Tejoyuwono. Soekodarmodjo, Soeprapto. Sukana, Endang. 2006.


Pengelolaan Kesuburan Tanah dan Peningkatan Efisiensi Pemupukan. Diakses
pada http://soil.faperta.ugm.ac.id/tj/1981/1984%20penge.pdf tanggal 28 April 2011
pukul 12.00 WIB

Syadiash. 2011. Jenis Tanah. Diakses pada http://syadiashare.com/jenis-tanah.html tanggal


28 April 2011 pukul 12.00 WIB

You might also like