Professional Documents
Culture Documents
Disusun oleh:
KELOMPOK 4
Asep Tami Arif Ilhami, dr.
Devina Nurul Octaviani, dr.
Eva Fieldiana Sari, dr.
Nastiti Utami, dr.
Novanty Alida, dr.
Septy Deborah Suyono, dr.
Triadi Utama, dr.
Yanvatra Bayu, dr.
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. karena
atas rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan tepat pada
waktunya. Laporan ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas di Pelatihan
dengan lapang dada meneima segala kritik dan saran yang membangun dari semua
pihak.
kepada semua pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak
maaf kepada semua pihak apabila selama pembuatan makalah ini, penulis banyak
ii
Semoga amal ibadah kebaikan dan bantuan yang diberikan kepada penulis
mendapatkan pahala yang berlipat ganda dari Allah SWT. Akhirnya dengan
segala kerendahan hati penulis berharap makalah ini dapat berguna bagi siapa saja
yang membacanya.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iv
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................vii
DAFTAR TABEL................................................................................................viii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
iv
2.3 Iklim Kerja Dingin1........................................................................................7
Kerja Panas............................................................................................23
BAB IV PEMBAHASAN......................................................................................27
Infrastruktur................................................................................................28
4.3 Pengendalian................................................................................................28
v
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN.................................................................31
5.1 Kesimpulan..................................................................................................31
5.2 Saran.............................................................................................................31
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................33
vi
DAFTAR GAMBAR
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.2 Hasil Wawancara Masalah Kesehatan yang Berkaitan dengan Iklim
Kerja Panas............................................................................................23
viii
BAB I
PENDAHULUAN
merupakan hal yang menjadi perhatian banyak pihak di era industri seperti
sekarang ini. Hiperkes pada dasarnya merupakan penggabungan dari dua disiplin
ilmu yang berbeda, yaitu medis dan teknis yang menjadi satu kesatuan sehingga
mempunyai tujuan yang sama yaitu menciptakan tenaga kerja yang sehat dan
produktif.1
sakit, mengatur persediaan tempat, cara-cara dan syarat yang memenuhi norma-
norma hiperkes untuk mencegah penyakit baik sebagai akibat pekerjaan, maupun
perusahaan adalah faktor fisik, faktor kimia, faktor biologi, faktor psikologi.
Faktor fisik dapat berupa radiasi, kebisingan, getaran, penerangan dan iklim kerja.
Sedangkan faktor kimia berupa zat-zat yang digunakan dalam suatu perusahaan
baik itu gas, uap, pelarut organik, maupun debu. Faktor biologi yang dihubungkan
1
2
penyakit seperti bakteri, jamur, dan virus yang sering dijumpai dalam sebuah
industri.1 Makalah ini akan membahas lebih dalam mengenai faktor fisik iklim di
sebagai berikut:
PINDAD (Persero)?
2. Masalah iklim kerja apakah yang terdapat pada PT. PINDAD (Persero)?
(Persero).
(Persero).
1. Bagi perusahaan, hasil observasi ini dapat dijadikan bahan masukan dalam
dihadapi di lapangan.
pengukuran Indeks Suhu Basah dan Bola (ISBB), dan wawancara langsung.
Objek studi ini adalah lingkungan kerja dan tenaga kerja di beberapa bagian
Lokasi observasi pada kesempatan kali ini adalah PT. PINDAD (Persero),
TINJAUAN PUSTAKA
seperti kebisingan, penerangan, iklim kerja, getaran dan radiasi, yang biasanya
mempengaruhi tenaga kerja. Faktor fisik yang diteliti dalam penelitian ini adalah
iklim kerja.
menimbulkan suatu lingkungan kerja yang mempunyai iklim / cuaca tertentu yang
disebut iklim kerja, yang dapat berupa iklim kerja panas dan iklim kerja dingin.
Ayat 5 Iklim kerja adalah hasil perpaduan antara suhu, kelembaban, kecepatan
gerakan udara dan panas radiasi dengan tingkat pengeluaran panas dari tubuh
tenaga kerja sebagai akibat pekerjaannya. Menurut Suma’mur PK, iklim kerja
adalah kombinasi dari suhu udara, kelembaban udara, kecepatan gerakan dan suhu
panas oleh tubuh dapat disebut dengan tekanan panas. Indeks tekanan panas
disuatu lingkungan kerja adalah perpaduan antara suhu udara, kelembaban udara,
seseorang.
Suhu tubuh manusia dapat dipertahankan secara menetap oleh suatu sistem
5
6
akan mencapai tingkat yang paling tinggi pada temperatur sekitar 24 derajat
dapat disebabkan oleh gerakan angin, kelembaban, suhu udara, suhu radiasi dan
sinar matahari. Panas sebenarnya merupakan energi kinetik gerak molekul yang
secara terus menerus dihasilkan dalam tubuh sebagai hasil samping metabolisme
dan panas tubuh yang dikeluarkan kelingkungan sekitar. Agar tetap seimbang
pertukaran panas dari tubuh ke lingkungan sekitar melalui kulit dengan cara
(2) Konveksi, adalah petukaran panas dari badan dengan lingkungan melalui
kontak udara dengan tubuh. Pada proses ini pembuangan panas terbawa
(4) Evaporasi, adalah keringat yang keluar melalui kulit akan cepat
menguap bila udara diluar badan kering dan terdapat aliran angin
diantaranya :
pengeringan, pemanasan
kaku atau kurangnya koordinasi otot. Kondisi semacam ini dapat meningkatkan
lain-lain.
panas dan sakit diselingi gatal. Penyakit ini diderita akibat bekerja
kelembaban atau dingin walau suhu diatas titik beku. Stadium ini
obesitas, keseimbangan air dan elektrolit, serta kebugaran. Ada 2 cara tubuh
untuk menghasilkan panas yang terdiri dari panas metabolisme dimana tubuh
menghasilkan panas pada saat mencerna makanan, bekerja dan latihan, kemudian
Apabila tubuh terpapar cuaca kerja panas, secara fisiologis tubuh akan
berusaha menghadapinya dengan maksimal, dan bila usaha tersebut tidak berhasil
kelelahan, ruam panas, heat cramps, heat exhaustion, dan heat stroke, yang dapat
Ruam panas ( prickly heat ), dapat terjadi dilingkungan panas, lembab dimana
keringat tidak dapat dengan mudah menguap dari kulit. Keadaan ini dapat
yang hebat. Prosedur untuk mencegah atau memperkecil kondisi ini adalah
beristirahat berulang kali ditempat yang dingin dan mandi secara teratur untuk
4 jam kerja seseorang harus istirahat, karena terjadi penurunan kadar gula
dalam darah. Tenaga kerja akan merasa cepat lelah karena pengaruh
lingkungan kerja yang tidak nyaman akibat tekanan panas. Cara yang terbaik
minum.
menyebabkan kejang otot, lemah dan pingsan. Kondisi ini biasanya melebihi
dari kelelahan karena panas. Kondisi ini dapat diobati melalui meminum
Heat exhaustion, biasanya terjadi karena cuaca yang sangat panas terutama
bagi mereka yang belum beradaptasi tehadap udara panas. Penderita biasanya
keluar keringat banyak tetapi suhu badan normal atau subnormal, tekanan
Heat stroke, terjadi karena pengaruh suhu panas yang sangat hebat, sehingga
suhu badan naik, kulit kering dan panas (AM Sugeng Budiono, 2003: 37).
Kondisi ini harus diatasi melalui mendinginkan tubuh korban dengan air atau
adalah Indeks Suhu Basah dan Bola (ISBB). Hal ini telah ditentukan dengan
“Indeks suhu Basah dan Bola (Wet Bulb Globe Temperature Index) yang
disingkat ISBB adalah parameter untuk menilai tingkat iklim kerja yang
merupakan hasil perhitungan antara suhu udara kering, suhu basah alami dan
suhu bola”.1
besarnya tekanan panas salah satunya dengan mengukur ISBB atau Indeks Suhu
ISBB = 0,7 x suhu basah + 0,2 x suhu radiasi + 0,1 suhu kering
Alat yang dapat digunakan adalah heat stress area monitor untuk
mengukur suhu basah, temometer kata untuk menguku kecepatan udara dan
termometer bola untuk mengukur suhu radiasi. Selain itu pengukuran iklim kerja
Catatan :
a. Beban kerja ringan membutuhkan kaloiri 100 – 200 kilo kalori /jam.
b. Beban kerja sedang membutuhkan kalori > 200 – 350 kilo kalori/ jam.
c. Beban kerja berat membutuhkan kalori > 350 – 500 kilo kalori /jam.
12
dari :1
a. Engineering control
Radiation shielding.
b. Administrative Controll
Kacamata (goggles),
Topi,
Celemek
Sepatu kerja.
13
o Aklimatisasi
ini dapat menghilang dengan cepat apabila pekerja tidak masuk selama
makanannya.
pakaian longgar sperti katun yang dapat dilewati gerak udara keseluruh
tubuh.
14
BAB III
HASIL PENGAMATAN
perawatan.
Indonesia, kemudian pabrik tersebut diberi nama Pabrik Senjata dan Mesiu (PSM)
yang berlokasi di PT. PINDAD sekarang ini. Sejak saat itu PT. PINDAD berubah
menjadi sebuah industri alat peralatan militer yang dikelola oleh Angkatan Darat.
PT. PINDAD berubah status menjadi Badan Usaha Milik Negara (BUMN)
dengan nama PT. PINDAD pada tanggal 29 April 1983, kemudian pada tahun
Strategis (BPIS) yang kemudian pada tahun 1999 berubah menjadi PT. Pakarya
Industri (Persero) dan kemudian berubah lagi namanya menjadi PT. Bahana
Pakarya Industri Strategis (Persero). Tahun 2002 PT. BPIS (Persero) dibubarkan
15
oleh Pemerintah, dan sejak itu PT. PINDAD beralih status menjadi PT. PINDAD
a. Visi Perusahaan
pada tahun 2023 melalui upaya inovasi produk dan kemitraan strategik.
b. Organisasi
16
d. Bidang Usaha
perkantoran yang berada di Bandung dan di Turen Malang serta kantor pemasaran
Bandung, yaitu, Divisi Mesin Industri dan Jasa yang memproduksi peralatan kapal
dan air brake serta mesin industri, Divisi Tempa dan Cor yang memproduksi
militer, serta Divisi Bahan Peledak Komersial yang memproduksi bahan peledak
berupa berbagai jenis senjata laras panjang dan pendek juga berlokasi di Bandung.
Satu diivisi di Turen Malang memproduksi produk militer lainnya yang berupa
e. Jaminan Kualitas
"tidak ada kompromi untuk kualitas" mendasari pola pikir dan tindakan seluruh
f. Pengembangan Bisnis
didalam kondisi ekonomi yang belum stabil, telah dilakukan upaya reorientasi dan
sebelumnya, pada tahun 2001 telah diinisiasi usaha-usaha bisnis baru yang
baru ini akan memberikan kontribusi cukup besar pada perusahaan ditahun yang
akan datang.
18
g. Lingkungan Alam
menyadari untuk tetap selalu mengusahaan agar ramah terhadap lingkungan alam
sekitar. Sekitar 60% dari luas perusahaan selalu dijaga kehijauannya termasuk
oleh berbagai pepohonan langka. Sesuatu hal yang sangat menarik adalah selain
sebagai lingkungan kerja yang harmonis dengan alam sekitarnya, lingkungan PT.
PINDAD (Persero) juga merupakan tempat hidupnya lebih dari 30 jenis spesies
burung.
h. Produksi
1. Senjata
Senapan serbu
Senapan mesin
Pistol
Lainnya
2. Kendaraan militer
Combat VEHICLE
Kendaraan RPP-M
3. Produksi non-militer
o Air reservoir
20
o Brake cylinder
o Compressor set
o Dummy coupling
o Isolating cock
o distributor valve
o Operating valve
o Slack adjuster
Peralatan kelautan
o Naval seat
o Crane
lain-lain
o Laboratorium (Multi-industri)
o Produk-produk cor
o Produk-produk stamping
o Produk-produk tempa
yang telah diobservasi pada kunjungan lapangan PT. PINDAD (Persero), berupa
faktor fisik, kimia, biologi dan psikologi. Observasi kali ini mengamati faktor
fisik sebagai salah satu potensi bahaya. Faktor fisik diantaranya adalah panas,
bising, getaran, dan penerangan. Namun, pada kesempatan ini hanya akan dibahas
dan peleburan. Pengukuran dilakukan di satu titik dimana tenaga kerja selalu
melakukan aktivitas bekerja. Alat yang digunakan untuk mengukur adalah Heat
Stress Area Monitor dengan merk QUESTENT buatan Amerika. Alat dipaparkan
kurang lebih selama 6 menit sebelum pembacaan. Hasil Pengukuran pada PT.
Alamat : Jl. Jendral Gatot Subroto No. 517 Bandung 40284 Bandung
Jawa Barat
Model/ Tipe : 34
Nilai ambang batas untuk iklim kerja seperti yang tersaji pada tabel 3.1,
tercantum bahwa NAB pada pekerja yang bekerja terus menerus dalam 8 jam
adalah 26,7ºC untuk beban kerja sedang (bagian tempa dan cor pada mesin
pembengkok dan potong besi), 27,0 ºC untuk beban sedang (bagian tempa dan
cor pada mesin (-) dan roll rantai). Sedangkan pada bagian pengecoran di mesin
peleburan adalah 28 ºC juga pada mesin pengecoran 27,3 ºC. Pengukuran beban
23
namun diasumsikan beban kerja pada tenaga kerja di bagian tempa dan cor adalah
(Persero) bagian pengelasan, penempaan besi dan peleburan dapat dilihat pada
PANAS PANAS
1. Divisi Tempa dan
Cor
a. Mesin
Pembengkokka
n - - - + -
b. Mesin (-)
c. Mesin Roll - - - + -
Rantai
d. Mesin - - - + -
Pemotong Besi
- - - + -
2. Ruang Pengecoran
a. Mesin
Peleburan + - - + -
b. Mesin
Pengecoran + - - + -
Wawancara dilakukan pada satu orang tenaga kerja di setiap bagian. Hasil
yang didapatkan seperti pada tabel di atas. Masalah kesehatan yang dialami
24
pekerja di bagian tempa dan cor adalah ruam kelelahan karena panas. Masalah
kesehatan yang dialami pekerja di bagian pengecoran adalah ruam panas dan
Pengendalian secara teknik yang diamati dapat dilihat pada tabel berikut
ini :
EXHAUSTER EXHAUSTER
1. Tempa dan + - + - -
Cor
2. Pengecoran - - - - -
Pengendalian administrasi yang diamati dapat dilihat pada tabel berikut ini :
a. Mesin
Pembengkokkan - + + +
b. Mesin (-) - + + +
c. Mesin Roll Rantai - + + +
d. Mesin Pemotongan
Besi - + + +
2. Ruang Pengecoran
a. Mesin Peleburan - - + +
b. Mesin Pengecoran - - + +
oleh tenaga kerja untuk melindungi sebagian, atau seluruh tubuhnya dari adanya
potensi bahaya atau kecelakaan kerja. Penggunaan APD yang digunakan di PT.
PINDAD Persero di bagian tempa dan cor, dan pengecoran dapat dilihat pada
Gloves + + + + + +
Sepatu + + + + + +
Masker + - - - - +
Ear Plug + + + + + +
Catatan :
1a : Mesin Pembengkokkan
1b : Mesin (-)
2a :Mesin Peleburan
2b : Mesin Pengecoran
27
BAB IV
PEMBAHASAN
Nilai ambang batas untuk iklim kerja seperti yang tersaji pada tabel 2.1,
tercantum bahwa NAB pada pekerja yang bekerja terus menerus dalam 8 jam
adalah 30,0ºC untuk beban kerja ringan, 26,7ºC untuk beban kerja sedang, dan 25
ºC untuk beban kerja berat. Divisi tempa memiliki beban kerja sedang, dilakukan
pengukuran pada 4 lokasi yang berbeda, sedangkan divisi cor, yaitu bagian
peleburan dan pengecoran memiliki beban kerja berat. Hasil pengukuran seperti
tersaji pada tabel 4.1, didapatkan bahwa ISBB di divisi tempa dan di divisi cor
bagian pengecoran tidak melebihi NAB, sedangkan pada divisi cor bagian
peleburan ISBB melebihi batas NAB. Hasil tersebut didapatkan dengan waktu
28
pengukuran selama 3-5 menit dan jumlah pengukuran yang dilakukan sebanyak
satu kali.
Masalah kesehatan yang dialami pekerja di seluruh divisi adalah kelelahan akibat
panas dan di divisi cor adalah ruam karena panas. Jarak yang dekat dengan
sumber panas seperti pada divisi cor, menyebabkan tenaga kerja memiliki
kemungkinan untuk kontak dengan sumber panas. Hal ini menyebabkan pasien
4.3 Pengendalian
Tabel 3.3 menunjukan bahwa pengendalian teknis yang telah dilakukan oleh
pihak perusahaan adalah dengan cara mengatur ventilasi, pemasangan kipas angin
dan general exhauster. Pada divisi tempa terdapat ventilasi dan kipas angin,
ruangan dengan mengalirkan udara keluar ruangan kerja sehingga suhu udara di
belum optimal karena jumlah ventilasi yang kurang, yaitu hanya dari pintu.
Adapun jendela di ruang kerja terletak di bagian atas ruangan dan merupakan
jendela mati atau jendela yang tidak bisa dibuka, sehingga jendela tersebut tidak
29
membantu dalam pengaturan ventilasi. Atap ruangan yang terbuat dari seng dan
panas yang dihasilkan dari mesin juga menambah iklim panas dalam ruangan.
Selain itu, terdapat pula kipas angin yang diletakkan di dekat tenaga kerja
yang terpapar langsung oleh panas, namun jumlahnya hanya sedikit dan
diletakkan sedikit jauh dari tenaga kerja. Hal ini kurang efektif untuk mengurangi
panas ruangan. Pihak perusahaan juga telah memasang general exhauster di divisi
cor yang dimaksudkan untuk mengalirkan udara panas dari hasil peleburan dan
pengecoran, namun hal ini dirasakan kurang efektif karena proses peleburan dan
pengecoran menghasilkan suhu yang terlalu tinggi sehingga ruangan masih terasa
panas.
berupa aklimatisasi tidak dilakukan pada ruangan kerja yang memiliki ISBB
melebihi NAB. Hal ini disebabkan belum adanya kebijakan dari perusahaan
tentang aklimatisasi.
Air minum telah disediakan oleh pihak perusahaan di divisi tempa untuk
memudahkan para pekerja mengambil air minum dan mencegah dehidrasi selama
mereka bekerja. Namun letak yang jauh, jumlah yang masih kurang, dan tidak
adanya waktu untuk mengambil air minum menyebabkan keengganan para tenaga
kerja untuk minum ketika mereka mengerjakan pekerjaannya. Pada divisi cor
tidak disediakan air minum, sehingga tenaga kerja yang ingin minum harus keluar
Pada perusahaan ini juga terdapat pengaturan waktu kerja dan istirahat.
Khusus untuk divisi cor pada bagian peleburan dan pengecoran, para tenaga kerja
ruangan yang dikunjungi menggunakan APD. Pada divisi cor tidak ditemukan
adanya baju khusus, padahal para tenaga kerja rentan terkena hasil peleburan dan
pengecoran yang memiliki suhu tinggi. Penggunaan APD ini tidak berhubungan
dengan paparan terhadap suhu ekstrim, namun lebih kepada perlindungan para
BAB V
5.1 Kesimpulan
di divisi tempa dan di divisi cor bagian pengecoran tidak melebihi NAB,
sedangkan pada divisi cor bagian peleburan ISBB melebihi batas NAB dengan
terdapat pada PT.PINDAD PERSERO adalah ruam panas dan kelelahan karena
panas.
5.2 Saran
yang terjadi pada para pekerja yang bekerja di lingkungan iklim panas karena
- Local exhaust
- Optimalisasi aklimatisasi
2. Perlu dilakukan pemeriksaan kesehatan khusus untuk masalah iklim kerja yang
33