You are on page 1of 41

LAPORAN HASIL KUNJUNGAN

KE PT. PINDAD (Persero)


(Aspek Iklim Kerja yang Diduga Berpengaruh Terhadap Kesehatan Tenaga Kerja)

Disusun oleh:
KELOMPOK 4
Asep Tami Arif Ilhami, dr.
Devina Nurul Octaviani, dr.
Eva Fieldiana Sari, dr.
Nastiti Utami, dr.
Novanty Alida, dr.
Septy Deborah Suyono, dr.
Triadi Utama, dr.
Yanvatra Bayu, dr.

KEMENTRIAN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI R.I.


BALAI KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA(K3)
BANDUNG
2011
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. karena

atas rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan tepat pada

waktunya. Laporan ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas di Pelatihan

Hiperkes bagi Dokter/Dokter Perusahaan.

Laporan dengan judul “LAPORAN HASIL KUNJUNGAN KE PT.

PINDAD (Persero) (Aspek Iklim Kerja yang Diduga Berpengaruh Terhadap

Kesehatan Tenaga Kerja)” merupakan hasil observasi yang dilakukan di PT.

PINDAD (Persero), Bandung, Jawa Barat.

Dalam penulisan laporan ini penulis menyadari masih banyak terdapat

kekurangan dan kelemahan yang disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan dan

pengalaman penulis. Oleh sebab itu, demi bertambahnya wawasan dan

pengetahuan penulis dalam penyusunan karya ilmiah dikemudian hari, penulis

dengan lapang dada meneima segala kritik dan saran yang membangun dari semua

pihak.

Dengan segala kerendahan hati, penulis ingin mengucapkan terima kasih

kepada semua pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak

langsung dalam penulisan laporan ini.

Selain ucapan terima kasih, penulis juga ingin menyampaikan permohonan

maaf kepada semua pihak apabila selama pembuatan makalah ini, penulis banyak

melakukan sesuatu yang tidak berkenan.

ii
Semoga amal ibadah kebaikan dan bantuan yang diberikan kepada penulis

mendapatkan pahala yang berlipat ganda dari Allah SWT. Akhirnya dengan

segala kerendahan hati penulis berharap makalah ini dapat berguna bagi siapa saja

yang membacanya.

Bandung, Mei 2011

Penulis

iii
DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR.............................................................................................ii

DAFTAR ISI...........................................................................................................iv

DAFTAR GAMBAR.............................................................................................vii

DAFTAR TABEL................................................................................................viii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1

1.1 Latar Belakang...............................................................................................1

1.2 Identifikasi Masalah.......................................................................................2

1.3 Tujuan Observasi...........................................................................................2

1.4 Manfaat Observasi.........................................................................................3

1.5 Metodologi Observasi....................................................................................3

1.6 Lokasi dan Waktu Observasi.......................................................................3

1.6.1 Lokasi Observasi.....................................................................................3

1.6.2 Waktu Observasi.....................................................................................4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................5

2.1 Pengertian Higiene Perusahaan Iklim Kerja..................................................5

2.2 Iklim Kerja Panas1..........................................................................................6

iv
2.3 Iklim Kerja Dingin1........................................................................................7

2.4 Efek terhadap Kesehatan................................................................................8

2.5 Nilai Ambang Batas (NAB).........................................................................10

2.6 Pengendalian Iklim Kerja.............................................................................12

BAB III HASIL PENGAMATAN.........................................................................14

3.1 Profil Perusahaan.........................................................................................14

3.2 Identifikasi Potensi Bahaya..........................................................................21

3.3 Hasil Pengukuran dan Pengamatan..............................................................21

3.3.1 Hasil Wawancara Masalah Kesehatan yang Berkaitan dengan Iklim

Kerja Panas............................................................................................23

3.4.1 Pengendalian secara Teknik..................................................................24

3.4.2 Pengendalian Administrasi...................................................................24

3.4.3 Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)...............................................25

BAB IV PEMBAHASAN......................................................................................27

4.2 Permasalahan Kesehatan Pada Tenaga Kerja PT. Primarindo Asia

Infrastruktur................................................................................................28

4.3 Pengendalian................................................................................................28

4.3.1 Pengendalian Teknis.............................................................................28

4.3.2 Pengendalian Administratif...................................................................29

4.3.3 Penggunaan APD..................................................................................30

v
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN.................................................................31

5.1 Kesimpulan..................................................................................................31

5.2 Saran.............................................................................................................31

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................33

vi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Heat Stress Area Monitor...................................................................11

vii
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Standar Iklim Kerja di Indonesia...........................................................11

Tabel 3.1 Hasil Pengukuran lapangan....................................................................22

Tabel 3.2 Hasil Wawancara Masalah Kesehatan yang Berkaitan dengan Iklim

Kerja Panas............................................................................................23

Tabel 3.3 Pengendalian Teknis..............................................................................24

Tabel 3.4 Pengendalian Administrasi....................................................................25

Tabel 3.5 Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)................................................26

Tabel 4.1 Hasil Pengukuran Lapangan..................................................................27

viii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Higiene perusahan, ergonomi, kesehatan dan keselamatan kerja (Hiperkes)

merupakan hal yang menjadi perhatian banyak pihak di era industri seperti

sekarang ini. Hiperkes pada dasarnya merupakan penggabungan dari dua disiplin

ilmu yang berbeda, yaitu medis dan teknis yang menjadi satu kesatuan sehingga

mempunyai tujuan yang sama yaitu menciptakan tenaga kerja yang sehat dan

produktif.1

Istilah Hiperkes menurut Undang-undang tentang ketentuan pokok

mengenai tenaga kerja yaitu lapangan kesehatan yang ditujukan kepada

pemeliharaan-pemeliharaan dan mempertinggi derajat kesehatan tenaga kerja,

dilakukan dengan mengatur pemberian pengobatan, perawatan tenaga kerja yang

sakit, mengatur persediaan tempat, cara-cara dan syarat yang memenuhi norma-

norma hiperkes untuk mencegah penyakit baik sebagai akibat pekerjaan, maupun

penyakit umum serta menetapkan syarat-syarat kesehatan bagi tenaga kerja.1

Beberapa faktor yang berhubungan secara langsung dengan higiene

perusahaan adalah faktor fisik, faktor kimia, faktor biologi, faktor psikologi.

Faktor fisik dapat berupa radiasi, kebisingan, getaran, penerangan dan iklim kerja.

Sedangkan faktor kimia berupa zat-zat yang digunakan dalam suatu perusahaan

baik itu gas, uap, pelarut organik, maupun debu. Faktor biologi yang dihubungkan

dengan higiene perusahaan lebih dititikberatkan pada mikroorganisme penyebab

1
2

penyakit seperti bakteri, jamur, dan virus yang sering dijumpai dalam sebuah

industri.1 Makalah ini akan membahas lebih dalam mengenai faktor fisik iklim di

PT. PINDAD (Persero).

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat diidentifikasi beberapa masalah

sebagai berikut:

1. Bagaimanakah gambaran iklim kerja lingkungan industri pada PT.

PINDAD (Persero)?

2. Masalah iklim kerja apakah yang terdapat pada PT. PINDAD (Persero)?

3. Apakah pengendalian yang dilakukan untuk mengatasi masalah yang

berkaitan dengan iklim kerja di PT. PINDAD (Persero)?

1.3 Tujuan Observasi

1. Mengetahui gambaran iklim kerja lingkungan industri pada PT. PINDAD

(Persero).

2. Mengetahui masalah iklim kerja yang terdapat pada PT. PINDAD

(Persero).

3. Mengetahui pengendalian yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah

iklim kerja PT. PINDAD (Persero)


3

1.4 Manfaat Observasi

1. Bagi perusahaan, hasil observasi ini dapat dijadikan bahan masukan dalam

upaya peningkatan kinerja atau produktivitas karyawan perusahaan yang

telah berjalan dan mendapat rekomendasi solusi untuk kendala yang

dihadapi di lapangan.

2. Bagi dokter peserta pelatihan, rangkaian kegiatan observasi ini dapat

dijadikan pengalaman dan pelajaran untuk kegiatan ilmiah lain pada

umumnya dan kegiatan Hiperkes pada khususnya.

3. Bagi masyarakat, hasil observasi ini dapat dijadikan acuan untuk

mengetahui profil perusahaan secara umum dan menjadi bahan

pertimbangan dalam mencari lapangan pekerjaan.

1.5 Metodologi Observasi

Observasi ini menggunakan metode studi deskriptif. Data yang dikumpulkan

dalam penyusunan laporan adalah dengan cara observasi langsung, melakukan

pengukuran Indeks Suhu Basah dan Bola (ISBB), dan wawancara langsung.

Objek studi ini adalah lingkungan kerja dan tenaga kerja di beberapa bagian

tempat produksi PT. PINDAD (Persero)

1.6 Lokasi dan Waktu Observasi

1.6.1 Lokasi Observasi

Lokasi observasi pada kesempatan kali ini adalah PT. PINDAD (Persero),

Bandung, Jawa Barat.


4

1.6.2 Waktu Observasi

1. Penentuan judul : 18 Mei 2011

2. Pembuatan kuisioner : 18 Mei 2011

3. Observasi lapangan : 20 Mei 2011

4. Pengumpulan data : 20 Mei 2011

5. Pengolahan data : 21 Mei 2011

6. Penyusunan laporan : 22 Mei 2011


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Higiene Perusahaan Iklim Kerja

Faktor fisik merupakan komponen yang terdapat di lingkungan kerja

seperti kebisingan, penerangan, iklim kerja, getaran dan radiasi, yang biasanya

mempengaruhi tenaga kerja. Faktor fisik yang diteliti dalam penelitian ini adalah

iklim kerja.

Kemajuan teknologi dan proses produksi dalam industri, telah

menimbulkan suatu lingkungan kerja yang mempunyai iklim / cuaca tertentu yang

disebut iklim kerja, yang dapat berupa iklim kerja panas dan iklim kerja dingin.

Dalam Keputusan Mentri Tenaga Kerja No. KEP-51/Men/1999 Pasal 1

Ayat 5 Iklim kerja adalah hasil perpaduan antara suhu, kelembaban, kecepatan

gerakan udara dan panas radiasi dengan tingkat pengeluaran panas dari tubuh

tenaga kerja sebagai akibat pekerjaannya. Menurut Suma’mur PK, iklim kerja

adalah kombinasi dari suhu udara, kelembaban udara, kecepatan gerakan dan suhu

radiasi. Kombinasi keempat faktor tersebut bila dihubungkan dengan produksi

panas oleh tubuh dapat disebut dengan tekanan panas. Indeks tekanan panas

disuatu lingkungan kerja adalah perpaduan antara suhu udara, kelembaban udara,

kecepatan gerakan udara, dan panas metabolisme sebagai hasil aktivitas

seseorang.

Suhu tubuh manusia dapat dipertahankan secara menetap oleh suatu sistem

pengatur suhu (system thermoregulator). Suhu menetap ini adalah akibat

5
6

keseimbangan diantara panas yang dihasilkan didalam tubuh sebagai akibat

metabolisme dan pertukaran panas diantara tubuh dengan lingkungan sekitar.

Dari suatu penyelidikan diperoleh hasil bahwa produktivitas kerja manusia

akan mencapai tingkat yang paling tinggi pada temperatur sekitar 24 derajat

Celsius sampai 27 derajat Celsius.

2.2 Iklim Kerja Panas1

Iklim kerja panas merupakan meteorologi dari lingkungan kerja yang

dapat disebabkan oleh gerakan angin, kelembaban, suhu udara, suhu radiasi dan

sinar matahari. Panas sebenarnya merupakan energi kinetik gerak molekul yang

secara terus menerus dihasilkan dalam tubuh sebagai hasil samping metabolisme

dan panas tubuh yang dikeluarkan kelingkungan sekitar. Agar tetap seimbang

antara pengeluaran dan pembentukan panas maka tubuh mengadakan usaha

pertukaran panas dari tubuh ke lingkungan sekitar melalui kulit dengan cara

konduksi, konveksi, radiasi dan evaporasi.

(1) Konduksi, merupakan pertukaran diantara tubuh dan benda-benda

sekitar dengan melalui sentuhan atau kontak. Konduksi akan

menghilangkan panas dari tubuh apabila benda-benda sekitar lebih

dingin suhunya, dan akan menambah panas kepada tubuh apabila

benda-benda sekitar lebih panas dari tubuh manusia.

(2) Konveksi, adalah petukaran panas dari badan dengan lingkungan melalui

kontak udara dengan tubuh. Pada proses ini pembuangan panas terbawa

oleh udara sekitar tubuh.


7

(3) Radiasi, merupakan tenaga dari gelombang elektromagnetik dengan

panjang gelombang lebih panjang dari sinar matahari.

(4) Evaporasi, adalah keringat yang keluar melalui kulit akan cepat

menguap bila udara diluar badan kering dan terdapat aliran angin

sehingga terjadi pelepasan panas dipermukan kulit, maka cepat terjadi

penguapan yang akhirnya suhu badan bisa menurun.

Lingkungan kerja panas dapat diklasifikasikan menjadi sebagai berikut:1

1. Lingkungan panas lembab ditandai dengan temperatur bola kering

yang tinggi disertai tekanan uap air yang tinggi.

2. Lingkungan panas kering ditandai dengan temperatur bola kering

mencapai 400C disertai beban panas radiasi tinggi.

Terdapat beberapa contoh tempat kerja dengan iklim kerja panas

diantaranya :

1. Proses produksi yang menggunakan panas, misalnya peleburan,

pengeringan, pemanasan

2. Pekerjaan yang langsung terkena sinar matahari, misalnya pekerjaan jalan

raya, bongkar muat, nelayan, petani

3. Tempat kerja dengan ventilasi udara kurang

2.3 Iklim Kerja Dingin1

Pengaruh suhu dingin dapat mengurangi efisiensi kerja dengan keluhan

kaku atau kurangnya koordinasi otot. Kondisi semacam ini dapat meningkatkan

tingkat kelelahan seseorang.


8

Terdapat beberapa contoh tempat kerja dengan iklim kerja dingin

diantaranya di pabrik es, kamar pendingin, laboratorium, ruang computer dan

lain-lain.

Masalah kesehatan yang berhubungan dengan iklim dingin, yaitu :

 Chilblains : Bagian tubuh yang terkena membengkak, merah,

panas dan sakit diselingi gatal. Penyakit ini diderita akibat bekerja

ditempat dingin dengan waktu lama dan akibat defisiensi besi.

 Trench foot : Kerusakan anggota badan terutama kaki akibat

kelembaban atau dingin walau suhu diatas titik beku. Stadium ini

diikuti tingkat hyperthermis yaitu kaki membengkak, merah, dan

sakit. Penyakit ini berakibat cacat semetara.

 Frosbite : Akibat suhu rendah dibawah titik beku, kondisi sama

seperti trenchfoot namun stadium akhir penyakit frosbite adalah

gangrene dan bisa berakibat cacat tetap.

2.4 Efek terhadap Kesehatan

Efek panas terhadap kesehatan dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin,

obesitas, keseimbangan air dan elektrolit, serta kebugaran. Ada 2 cara tubuh

untuk menghasilkan panas yang terdiri dari panas metabolisme dimana tubuh

menghasilkan panas pada saat mencerna makanan, bekerja dan latihan, kemudian

panas lingkungan dimana tubuh menyerap panas dari lingkungan sekeliling,

berupa panas matahari atau panas ruangan.


9

Apabila tubuh terpapar cuaca kerja panas, secara fisiologis tubuh akan

berusaha menghadapinya dengan maksimal, dan bila usaha tersebut tidak berhasil

akan timbul efek yang membahayakan. Karena kegagalan tubuh dalam

menyesuaikan dengan lingkungan panas maka timbul keluhan-keluhan seperti

kelelahan, ruam panas, heat cramps, heat exhaustion, dan heat stroke, yang dapat

dijelaskan sebagai berikut :

 Ruam panas ( prickly heat ), dapat terjadi dilingkungan panas, lembab dimana

keringat tidak dapat dengan mudah menguap dari kulit. Keadaan ini dapat

mengakibatkan ruam yang dalam beberapa kasus menyebabkan rasa sakit

yang hebat. Prosedur untuk mencegah atau memperkecil kondisi ini adalah

beristirahat berulang kali ditempat yang dingin dan mandi secara teratur untuk

memastikan dengan seksama kekeringan pada kulit.

 Kelelahan. Orang bekerja maksimal 40 jam/minggu atau 8 jam sehari. Setelah

4 jam kerja seseorang harus istirahat, karena terjadi penurunan kadar gula

dalam darah. Tenaga kerja akan merasa cepat lelah karena pengaruh

lingkungan kerja yang tidak nyaman akibat tekanan panas. Cara yang terbaik

mengatasi kondisi ini dengan memindahkan pasien ketempat dingin,

memberikan kompres dingin, kaki dimiringkan keatas dan diberi banyak

minum.

 Heat cramps, dapat terjadi sebagai akibat bertambahnya keringat yang

menyebabkan hilangnya garam natrium dari dalam tubuh, sehingga bisa

menyebabkan kejang otot, lemah dan pingsan. Kondisi ini biasanya melebihi

dari kelelahan karena panas. Kondisi ini dapat diobati melalui meminum

cairan yang mengandung elektrolit seperti calcium, sodium and potassium. 


10

 Heat exhaustion, biasanya terjadi karena cuaca yang sangat panas terutama

bagi mereka yang belum beradaptasi tehadap udara panas. Penderita biasanya

keluar keringat banyak tetapi suhu badan normal atau subnormal, tekanan

darah menurun, denyut nadi lebih cepat.

 Heat stroke, terjadi karena pengaruh suhu panas yang sangat hebat, sehingga

suhu badan naik, kulit kering dan panas (AM Sugeng Budiono, 2003: 37).

Kondisi ini harus diatasi melalui mendinginkan tubuh korban dengan air atau

menyelimutinya dengan kain basah. Segera mencari pertolongan medis.

2.5 Nilai Ambang Batas (NAB)

Di Indonesia, parameter yang digunakan untuk menilai tingkat iklim kerja

adalah Indeks Suhu Basah dan Bola (ISBB). Hal ini telah ditentukan dengan

Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor: Kep-51/MEN/1999, Tentang Nilai

Ambang Batas Faktor Fisika Di Tempat Kerja, pasal 1 ayat 9 berbunyi :

“Indeks suhu Basah dan Bola (Wet Bulb Globe Temperature Index) yang

disingkat ISBB adalah parameter untuk menilai tingkat iklim kerja yang

merupakan hasil perhitungan antara suhu udara kering, suhu basah alami dan

suhu bola”.1

Untuk mengetahui iklim kerja di suatu tempat kerja dilakukan pengukuran

besarnya tekanan panas salah satunya dengan mengukur ISBB atau Indeks Suhu

Basah dan Bola (Tim Hiperkes, 2004), macamnya adalah:

1. Untuk pekerjaan diluar gedung

ISBB = 0,7 x suhu basah + 0,2 x suhu radiasi + 0,1 suhu kering

2. Untuk pekerjaan didalam gedung


11

ISBB = 0,7 x suhu basah + 0,3 x suhu radiasi

Alat yang dapat digunakan adalah heat stress area monitor untuk

mengukur suhu basah, temometer kata untuk menguku kecepatan udara dan

termometer bola untuk mengukur suhu radiasi. Selain itu pengukuran iklim kerja

dapat mengunakan questemt digital. Pengukuran dilakukan pada tempat tenaga

kerja melakukan pekerjaan kira – kira satu meter dari pekerja.

Gambar 2.1 Heat Stress Area Monitor

Tabel 2.1 Standar Iklim Kerja di Indonesia


Beban kerja setiap jam ISBB (Indeks Suhu Basah dan Bola)
Waktu kerja Waktu istirahat Ringan Sedang Berat
Bekerja terus-menerus - 30,0 26,7 25
(8 jam/hari)
75% kerja 25% istirahat 30,6 28 25,9
50% kerja 50% istirahat 31,4 29,4 27,9
25% kerja 75% istirahat 32,2 31,1 30,0
Sumber : Bunga Rampai Hiperkes dan KK.

Catatan :

a. Beban kerja ringan membutuhkan kaloiri 100 – 200 kilo kalori /jam.

b. Beban kerja sedang membutuhkan kalori > 200 – 350 kilo kalori/ jam.

c. Beban kerja berat membutuhkan kalori > 350 – 500 kilo kalori /jam.
12

2.6 Pengendalian Iklim Kerja

Pengendalian kerja berdasarkan hirarki control untuk iklim kerja terdiri

dari :1

a. Engineering control

 Isolasi Sumber Panas

 Radiation shielding.

 Local exhaust ventilation.

 Localized cooling at work station.

 Ventilasi umum (general ventilation)

b. Administrative Controll

 Permeriksaan kesehatan sebelum kerja, berkala dan secara khusus.

 Pengadaan air minum harus disediakan dalam jumlah yang memadai

 Menyelenggarakan pelatihan dan pendidikan

 Pengaturan lamanya kerja dan istirahat

c. Alat Pelindung Diri

 APD yang dipakai antara lain :

 Kacamata (goggles),

 Topi,

 Celemek

 Pakaian kerja yang dilapisi dengan alumunium,

 Sarung tangan dari kulit atau gaunlets

 Sepatu kerja.
13

Pencegahan masalah panas yang berhubungan dengan kesehatan, dapat

dilakukan dengan cara :

o Aklimatisasi

Aklimatisasi adalah suatu proses adaptasi fisiologis yang ditandai dengan

pengeluaran keringat yang meningkat, penurunan denyut jantung dan suhu

tubuh. Proses ini biasanya memerlukan waktu 7 - 10 hari dan aklimatisasi

ini dapat menghilang dengan cepat apabila pekerja tidak masuk selama

satu minggu. Aklimatisasi bertujuan untuk membiasakan diri kita terhadap

cuaca terutama pada periode waktu kerja fisik yang lama.

o Pemeliharaan cairan tubuh

Cairan yang masuk kedalam tubuh harus tetap dipelihara dengan

mempelajari aktifitas fisik. Dapat dialakukan dengan cara jangan

mengandalkan rasa haus sebagai indikator kekurangan cairan dan

menghindari alkohol karena akan sering kencing sehingga akan

meningkatkan dehidrasi dan dapat mempengaruhi penurunan panas tubuh.

o Diet yang tepat

Memakan makanan ringan, menjauhi makanan berat. Semakin sedikit

yang dimakan,semakin sering mendapatkan keseimbangan pencernaan

makanannya.

o Pakaian yang tipis

Menggunakan pakaian yang tipis, pakaian warna lembut/muda, memakai

pakaian longgar sperti katun yang dapat dilewati gerak udara keseluruh

tubuh.
14

BAB III

HASIL PENGAMATAN

3.1 Profil Perusahaan

PT. PINDAD (Persero) adalah perusahaan industri dan manufaktur yang

bergerak dalam pembuatan produk militer dan komersial di Indonesia dan

memperkerjakan sekitar 2.600 karyawan. Kegiatan PT. PINDAD (Persero)

mencakup desain dan pengembangan, rekayasa, perakitan dan fabrikan serta

perawatan.

Berdiri pada tahun 1808 sebagai bengkel peralatan militer di Surabaya

dengan nama Artillerie Constructie Winkel (ACW), bengkel ini berkembang

menjadi sebuah pabrik dan sesudah mengalami perubahan nama pengelola

kemudian dipindahkan lokasinya ke Bandung pada tahun 1923. Pemerintah

Belanda pada tahun 1950 menyerahkan pabrik tersebut kepada Pemerintah

Indonesia, kemudian pabrik tersebut diberi nama Pabrik Senjata dan Mesiu (PSM)

yang berlokasi di PT. PINDAD sekarang ini.  Sejak saat itu PT. PINDAD berubah

menjadi sebuah industri alat peralatan militer yang dikelola oleh Angkatan Darat.

PT. PINDAD berubah status menjadi Badan Usaha Milik Negara (BUMN)

dengan nama PT. PINDAD pada tanggal 29 April 1983, kemudian pada tahun

1989 perusahaan ini berada dibawah pembinaan Badan Pengelola Industri

Strategis (BPIS) yang kemudian pada tahun 1999 berubah menjadi PT. Pakarya

Industri (Persero) dan kemudian berubah lagi namanya menjadi PT. Bahana

Pakarya Industri Strategis (Persero). Tahun 2002 PT. BPIS (Persero) dibubarkan
15

oleh Pemerintah, dan sejak itu PT. PINDAD beralih status menjadi PT. PINDAD

(Persero) yang langsung berada dibawah pembinaan Kementerian BUMN.

Melaksanakan usaha terpadu di bidang peralatan pertahanan dan

keamanan serta peralatan industrial untuk mendukung pembangunan nasional dan

secara khusus untuk mendukung pertahanan dan keamanan negara

a. Visi Perusahaan

Menjadi produsen peralatan pertahanan dan keamanan terkemuka di Asia

pada tahun 2023 melalui upaya inovasi produk dan kemitraan strategik.

b. Organisasi

Untuk meningkatkan daya saingnya, PT. PINDAD (Persero)

mengembangkan desain organisasi yang fleksibel dan desentralistis sehingga

meningkatkan divisi-divisi untuk dapat lebih gesit dalam menjalankan usahanya.

c. Sumber Daya Manusia

Sumber daya manusia yang bergabung dengan PT. PINDAD (Persero)

adalah para tenaga profesional yang memiliki kompetensi khusus di bidang

teknologi persenjataan, metalurgi, permesinan dan lain-lain. Kemampuan mereka

ditempa oleh pengalaman dan pelatihan khusus.

Pengembangan SDM mengacu kepada manajemen SDM berbasis

kompetensi yang mengintegrasikan semua kebijakan dibidang karir, pelatihan,

rekruitmen, penilaian/ prestasi kerja dan lain sebagainya.

 
16

d. Bidang Usaha

Kegiatan usaha didalam pembuatan berbagai macam Produk Militer dan

Produk Komersial merupakan inti kegiatan perusahaan ini. Pabrik dan

perkantoran yang berada di Bandung dan di Turen Malang serta kantor pemasaran

di Jakarta, menunjang keberhasilan bisnis kedua kelompok produk diatas.

Kegiatan usaha produk komersial dijalankan oleh empat divisi di

Bandung, yaitu, Divisi Mesin Industri dan Jasa yang memproduksi peralatan kapal

dan air brake serta mesin industri, Divisi Tempa dan Cor yang memproduksi

komponen tempa dan cor. Divisi Kendaraan Khusus yang memproduksi

kendaraan-kendaraan fungsi khusus baik untuk keperluan komersial maupun

militer, serta Divisi Bahan Peledak Komersial yang memproduksi bahan peledak

untuk kepentingan komersial antara lain pertambangan

Divisi Senjata yang bergerak dalam kegiatan pembuatan produk militer

berupa berbagai jenis senjata laras panjang dan pendek juga berlokasi di Bandung.

Satu diivisi di Turen Malang memproduksi produk militer lainnya yang berupa

berbagai jenis munisi dan bahan peledak militer.

e. Jaminan Kualitas

Kualitas produksi maupun jasa yang memenuhi harapan pelanggan akan

berpengaruh terhadap suksesnya bisnis perusahaan. Untuk itu PT. PINDAD

(Persero) telah menerapkan sistem manajemen mutu sesuai standar ISO

9001/9002 dan ISO Guide 25.


17

Dalam menjaga komitmen perusahaan terhadap mutu produk, maka motto

"tidak ada kompromi untuk kualitas" mendasari pola pikir dan tindakan seluruh

jajaran operasional perusahaan. Konsistensi komitmen manajemen tersebut selalu

dipelihara dengan melakukan peningkatan dan penyesuaian sistem manajemen

mutu secara berkesinambungan. Dengan demikian diharapkan produk-produk PT.

PINDAD (Persero) dapat memenuhi kepuasan pelanggan dan dapat membangun

kesetiaan pelanggan terhadap produk-produk PT. PINDAD (Persero).

  

f. Pengembangan Bisnis

Disamping bertujuan untuk memperoleh bisnis baru yang menguntungkan

dan kompetitif, pengembangan bisnis pada dasarnya adalah usaha untuk

menyempurnakan dan atau memperbaiki bisnis yang ada dengan menggunakan

metoda dan teknologi mutakhir, sehingga mendapatkan bisnis yang kompetitif

dengan biaya dan kualitas yang sesuai dengan persyaratan pasar.

Mengikuti tuntutan alamiahnya guna dapat bertahan dan terus berkembang

didalam kondisi ekonomi yang belum stabil, telah dilakukan upaya reorientasi dan

pengembangan usaha agar perusahaan lebih dapat menanggapi dengan baik

perubahan lingkungan eksternalnya. Melanjutkan upaya pada tahun-tahun

sebelumnya, pada tahun 2001 telah diinisiasi usaha-usaha bisnis baru yang

ditunjang oleh kompetensi yang sudah dimiliki. Diharapkan usaha-usaha bisnis

baru ini akan memberikan kontribusi cukup besar pada perusahaan ditahun yang

akan datang.
18

g.  Lingkungan Alam

Disaat meningkatkan unjuk-kerja perusahaan, PT. PINDAD (Persero) juga

menyadari untuk tetap selalu mengusahaan agar ramah terhadap lingkungan alam

sekitar. Sekitar 60% dari luas perusahaan selalu dijaga kehijauannya termasuk

oleh berbagai pepohonan langka. Sesuatu hal yang sangat menarik adalah selain

sebagai lingkungan kerja yang harmonis dengan alam sekitarnya, lingkungan PT.

PINDAD (Persero) juga merupakan tempat hidupnya lebih dari 30 jenis spesies

burung.

h. Produksi

1. Senjata

PT. PINDAD (Persero) telah sukses memproduksi berbagai senjata ringan

yang sudah digunakan TNI dan Polri, misalnya:

Senapan serbu

 SS1 peluru kaliber 5,56 x 45 mm

 SS2 peluru kaliber 5,56 x 45 mm

Senapan mesin

 SPM2 peluru kaliber 5,56 x 45 mm

 SM3 peluru kaliber 5,56 x 45 mm

Pistol

 P1 peluru kaliber 9 x 19 mm Parabellum

 P2 peluru kaliber 9 x 19 mm Parabellum

 R1 peluru kaliber .38


19

 R2 peluru kaliber .38

Pistol mitraliur / (Submachine gun)

 PM1 peluru kaliber 9 x 19 mm Parabellum

 PM2 peluru kaliber 9 x 19 mm Parabellum

Senapan runduk / (Sniper Riffle)

 SPR-1 [2] peluru kaliber 7,62 x 45 mm

 SPR-2 peluru kaliber 12,7 x 99 mm [3]

 SPR-3 peluru kaliber 12,7 x 99 mm

Lainnya

 Meriam Pindad ME-105 105mm Howitzer

2. Kendaraan militer

 PINDAD ANOA 4x4 (Kendaraan taktis ARMOURED PERSONAL CARRIER)

 PINDAD ANOA 6x6 [1]

 PINDAD ANOA CANON [2]

 Combat VEHICLE

 Water Cannon M1W-40

 Kendaraan RPP-M

 Special function Vehicles

3. Produksi non-militer

a. Mesin Industri & Jasa

 Lini produk Air brake prods

o Air reservoir
20

o Brake cylinder

o Compressor set

o Dual chamber air dryer

o Dummy coupling

o Isolating cock

o distributor valve

o Operating valve

o Pipe brake coupling

o Slack adjuster

 Peralatan kelautan

o Naval seat

o Jasa Steering gears

o Towing winch Kelautan

o Tuna long line equipment

o Crane

o Dbl drum mooring winch

o Electric anchor winch

 lain-lain

o Generator alternator (elektronika)

o Vacuum Circuit Breaker (elektronika)

o Laboratorium (Multi-industri)

o Palm Oil Refinery and Mill Plant (multi industri-EPC)

o Motor traksi (Transportasi)


21

o Perlengkapan rel kereta

o Produk-produk cor

o Produk-produk stamping

o Produk-produk tempa

3.2 Identifikasi Potensi Bahaya

Paparan yang diterima seorang tenaga kerja di PT. PINDAD (Persero)

yang telah diobservasi pada kunjungan lapangan PT. PINDAD (Persero), berupa

faktor fisik, kimia, biologi dan psikologi. Observasi kali ini mengamati faktor

fisik sebagai salah satu potensi bahaya. Faktor fisik diantaranya adalah panas,

bising, getaran, dan penerangan. Namun, pada kesempatan ini hanya akan dibahas

mengenai iklim kerja.

Potensi bahaya yang berhubungan dengan iklim kerja adalah panas.

3.3 Hasil Pengukuran dan Pengamatan

Pengukuran iklim kerja dilakukan di bagian pengelasan bagian tempa besi

dan peleburan. Pengukuran dilakukan di satu titik dimana tenaga kerja selalu

melakukan aktivitas bekerja. Alat yang digunakan untuk mengukur adalah Heat

Stress Area Monitor dengan merk QUESTENT buatan Amerika. Alat dipaparkan

kurang lebih selama 6 menit sebelum pembacaan. Hasil Pengukuran pada PT.

PINDAD (Persero) didapatkan sebagai berikut :


22

DATA PENGUKURAN IKLIM KERJA

 Nama Perusahaan : PT. PINDAD (Persero)

 Tanggal : 20 Mei 2011

 Alamat : Jl. Jendral Gatot Subroto No. 517 Bandung 40284 Bandung

Jawa Barat

 Nama Alat : Heat Stress Area Monitor

 Merk/ Buatan : QUESTENT/ Amerika

 Model/ Tipe : 34

No Lokasi Parameter Lama Waktu


Ta Tw Tg RH (%) ISBB (0C) Pengukuran Pengukuran
(0C) (0C) (0C) (menit)
1. Divisi tempa & cor
(beban sedang)
a. Mesin pembengkokk 26,7 23,3 28,8 73% 25,0 5 mnt 09.15
b. Mesin (-) 27,0 23,1 28,5 69% 24,7 5 mnt 09.22
c. Mesin roll-rantai 27,0 22,9 28,3 69% 24,5 5 mnt 09.28
d. Mesin potong besi 26,7 22,8 27,7 70% 24,3 3 mnt 09.35

2. Divisi cor (beban berat)


a. Peleburan 28,0 23,7 29,8 69% 25,6 5 mnt 09.42
b. Pengecoran 27,3 23,0 28,2 66% 24,5 3 mnt 09.50

Tabel 3.1 Hasil Pengukuran lapangan

Nilai ambang batas untuk iklim kerja seperti yang tersaji pada tabel 3.1,

tercantum bahwa NAB pada pekerja yang bekerja terus menerus dalam 8 jam

adalah 26,7ºC untuk beban kerja sedang (bagian tempa dan cor pada mesin

pembengkok dan potong besi), 27,0 ºC untuk beban sedang (bagian tempa dan

cor pada mesin (-) dan roll rantai). Sedangkan pada bagian pengecoran di mesin

peleburan adalah 28 ºC juga pada mesin pengecoran 27,3 ºC. Pengukuran beban
23

kerja tidak dilakukan, dikarenakan ketidaksediaan alat dan keterbatasan waktu,

namun diasumsikan beban kerja pada tenaga kerja di bagian tempa dan cor adalah

beban sedang, bagian cor adalah berat.

3.3.1 Hasil Wawancara Masalah Kesehatan yang Berkaitan dengan Iklim


Kerja Panas

Wawancara yang telah dilakukan pada tenaga kerja PT. PINDAD

(Persero) bagian pengelasan, penempaan besi dan peleburan dapat dilihat pada

tabel berikut ini:

Tabel 3.2 Hasil Wawancara Masalah Kesehatan yang Berkaitan dengan


Iklim Kerja Panas
BAGIAN RUAM DEHIDRASI KRAM KELELAHA STROKE

PANAS KARENA N PANAS KARENA

PANAS PANAS
1. Divisi Tempa dan
Cor
a. Mesin
Pembengkokka
n - - - + -
b. Mesin (-)
c. Mesin Roll - - - + -
Rantai
d. Mesin - - - + -
Pemotong Besi

- - - + -
2. Ruang Pengecoran
a. Mesin
Peleburan + - - + -
b. Mesin
Pengecoran + - - + -

Wawancara dilakukan pada satu orang tenaga kerja di setiap bagian. Hasil

yang didapatkan seperti pada tabel di atas. Masalah kesehatan yang dialami
24

pekerja di bagian tempa dan cor adalah ruam kelelahan karena panas. Masalah

kesehatan yang dialami pekerja di bagian pengecoran adalah ruam panas dan

kelelahan karena panas.

3.4 Upaya Pengendalian


Upaya pengendalian dapat dibedakan menjadi pengendalian secara

teknik, administratif dan penggunaan alat pelindung diri.

3.4.1 Pengendalian secara Teknik

Pengendalian secara teknik yang diamati dapat dilihat pada tabel berikut

ini :

Tabel 3.3 Pengendalian Teknis


BAGIAN VENTILASI ISOLASI FAN LOCAL GENERAL

EXHAUSTER EXHAUSTER
1. Tempa dan + - + - -
Cor
2. Pengecoran - - - - -

3.4.2 Pengendalian Administrasi

Pengendalian administrasi yang diamati dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 3.4 Pengendalian Administrasi


BAGIAN AKLIMA Ketersesiaan Pengaturan Pemeriksaan
TISASI Minum Lama Kerja Kesehatan
dan Istirahat
1. Tempa dan Cor
25

a. Mesin
Pembengkokkan - + + +
b. Mesin (-) - + + +
c. Mesin Roll Rantai - + + +
d. Mesin Pemotongan
Besi - + + +
2. Ruang Pengecoran
a. Mesin Peleburan - - + +
b. Mesin Pengecoran - - + +

3.4.3 Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)

Alat pelindung diri (APD) merupakan seperangkat alat yang digunakan

oleh tenaga kerja untuk melindungi sebagian, atau seluruh tubuhnya dari adanya

potensi bahaya atau kecelakaan kerja. Penggunaan APD yang digunakan di PT.

PINDAD Persero di bagian tempa dan cor, dan pengecoran dapat dilihat pada

tabel berikut ini ;

Tabel 3.5 Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)


APD 1.A 1.B 1.C 1.D 2.A 2.B
Helm - - - - + -
Googles - + - + - -
Baju - - - - - -
Khusus
Apron - - - - - -
26

Gloves + + + + + +
Sepatu + + + + + +
Masker + - - - - +
Ear Plug + + + + + +

Catatan :

1a : Mesin Pembengkokkan

1b : Mesin (-)

1c : Mesin Roll Rantai

1d : Mesin Pemotong Besi

2a :Mesin Peleburan

2b : Mesin Pengecoran
27

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Identifikasi Potensi Bahaya

Tabel 4.1 Hasil Pengukuran Lapangan


No Lokasi ISBB Lama Waktu

(oC) pengukuran pengukuran


1. Divisi Tempa (beban
sedang)
 Lokasi 1 25,0 5 mnt 09.15
 Lokasi 2 24,7 5 mnt 09.22
 Lokasi 3 24,5 5 mnt 09.28
 Lokasi 4 24,3 3 mnt 09.35
2. Divisi Cor (beban berat)
 Lokasi 1 25,6 5 mnt 09.42
(peleburan)
 Lokasi 2 24,5 3 mnt 09.50
(pengecoran)

Nilai ambang batas untuk iklim kerja seperti yang tersaji pada tabel 2.1,

tercantum bahwa NAB pada pekerja yang bekerja terus menerus dalam 8 jam

adalah 30,0ºC untuk beban kerja ringan, 26,7ºC untuk beban kerja sedang, dan 25

ºC untuk beban kerja berat. Divisi tempa memiliki beban kerja sedang, dilakukan

pengukuran pada 4 lokasi yang berbeda, sedangkan divisi cor, yaitu bagian

peleburan dan pengecoran memiliki beban kerja berat. Hasil pengukuran seperti

tersaji pada tabel 4.1, didapatkan bahwa ISBB di divisi tempa dan di divisi cor

bagian pengecoran tidak melebihi NAB, sedangkan pada divisi cor bagian

peleburan ISBB melebihi batas NAB. Hasil tersebut didapatkan dengan waktu
28

pengukuran selama 3-5 menit dan jumlah pengukuran yang dilakukan sebanyak

satu kali.

4.2 Permasalahan Kesehatan Pada Tenaga Kerja PT. Primarindo Asia


Infrastruktur

Wawancara dilakukan pada beberapa orang tenaga kerja di setiap bagian.

Masalah kesehatan yang dialami pekerja di seluruh divisi adalah kelelahan akibat

panas dan di divisi cor adalah ruam karena panas. Jarak yang dekat dengan

sumber panas seperti pada divisi cor, menyebabkan tenaga kerja memiliki

kemungkinan untuk kontak dengan sumber panas. Hal ini menyebabkan pasien

terkena ruam akibat panas.

4.3 Pengendalian

4.3.1 Pengendalian Teknis

Tabel 3.3 menunjukan bahwa pengendalian teknis yang telah dilakukan oleh

pihak perusahaan adalah dengan cara mengatur ventilasi, pemasangan kipas angin

dan general exhauster. Pada divisi tempa terdapat ventilasi dan kipas angin,

sedangkan pada divisi cor terdapat ventilasi dan general exhauster.

Pengaturan ventilasi diharapkan dapat mengurangi panas yang ada di

ruangan dengan mengalirkan udara keluar ruangan kerja sehingga suhu udara di

dalam ruangan dapat berkurang, namun pengaturan ventilasi tersebut dirasakan

belum optimal karena jumlah ventilasi yang kurang, yaitu hanya dari pintu.

Adapun jendela di ruang kerja terletak di bagian atas ruangan dan merupakan

jendela mati atau jendela yang tidak bisa dibuka, sehingga jendela tersebut tidak
29

membantu dalam pengaturan ventilasi. Atap ruangan yang terbuat dari seng dan

panas yang dihasilkan dari mesin juga menambah iklim panas dalam ruangan.

Selain itu, terdapat pula kipas angin yang diletakkan di dekat tenaga kerja

yang terpapar langsung oleh panas, namun jumlahnya hanya sedikit dan

diletakkan sedikit jauh dari tenaga kerja. Hal ini kurang efektif untuk mengurangi

panas ruangan. Pihak perusahaan juga telah memasang general exhauster di divisi

cor yang dimaksudkan untuk mengalirkan udara panas dari hasil peleburan dan

pengecoran, namun hal ini dirasakan kurang efektif karena proses peleburan dan

pengecoran menghasilkan suhu yang terlalu tinggi sehingga ruangan masih terasa

panas.

4.3.2 Pengendalian Administratif

Berdasarkan tabel 3.4 dapat dijelaskan bahwa pengendalian administratif

berupa aklimatisasi tidak dilakukan pada ruangan kerja yang memiliki ISBB

melebihi NAB. Hal ini disebabkan belum adanya kebijakan dari perusahaan

tentang aklimatisasi.

Air minum telah disediakan oleh pihak perusahaan di divisi tempa untuk

memudahkan para pekerja mengambil air minum dan mencegah dehidrasi selama

mereka bekerja. Namun letak yang jauh, jumlah yang masih kurang, dan tidak

adanya waktu untuk mengambil air minum menyebabkan keengganan para tenaga

kerja untuk minum ketika mereka mengerjakan pekerjaannya. Pada divisi cor

tidak disediakan air minum, sehingga tenaga kerja yang ingin minum harus keluar

ruangan kerja terlebih dahulu.


30

Pada perusahaan ini juga terdapat pengaturan waktu kerja dan istirahat.

Khusus untuk divisi cor pada bagian peleburan dan pengecoran, para tenaga kerja

hanya diperbolehkan 30 menit terapapar sumber panas, setelah 30 menit tenaga

kerja boleh keluar atau beristirahat, namun waktunya tidak ditentukan.

4.3.3 Penggunaan APD

Berdasarkan tabel 3.5 dapat dijelaskan bahwa tidak semua pekerja di

ruangan yang dikunjungi menggunakan APD. Pada divisi cor tidak ditemukan

adanya baju khusus, padahal para tenaga kerja rentan terkena hasil peleburan dan

pengecoran yang memiliki suhu tinggi. Penggunaan APD ini tidak berhubungan

dengan paparan terhadap suhu ekstrim, namun lebih kepada perlindungan para

pekerja terhadap jenis pekerjaannya.


31

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Gambaran iklim kerja di lingkungan industri pada PT.PINDAD PERSERO ISBB

di divisi tempa dan di divisi cor bagian pengecoran tidak melebihi NAB,

sedangkan pada divisi cor bagian peleburan ISBB melebihi batas NAB dengan

pengukuran ISBB selama lima menit sebanyak satu kali pengukuran.

2. Berdasarkan hasil wawancara dengan pekerja, permasalahan iklim kerja yang

terdapat pada PT.PINDAD PERSERO adalah ruam panas dan kelelahan karena

panas.

3. Pengendalian yang dilakukan untuk mengatasi masalah iklim kerja di

PT.PINDAD PERSERO adalah dengan pengendalian teknis, administratif dan

APD, namun pada pelaksanaannya belum tercapai seluruhnya.

5.2 Saran

1. Pelaksanaan pengendalian secara paripurna untuk mencegah masalah kesehatan

yang terjadi pada para pekerja yang bekerja di lingkungan iklim panas karena

tidak optimalnya hal-hal sebagai berikut :

- Isolasi sumber panas

- Local exhaust

- Optimalisasi aklimatisasi

- Pengaturan waktu kerja dan istirahat setiap jam

- Penggunaan APD berupa pakaian khusus dan apron


32

2. Perlu dilakukan pemeriksaan kesehatan khusus untuk masalah iklim kerja yang

terdapat pada PT PINDAD PERSERO.


DAFTAR PUSTAKA

1. Suma’mur PK. PK. 1996. Higiene Perusahaan Dan Kesehatan Kerja.

Jakarta: PT.Toko Gunung Agung.

2. Budiono Sugeng, Jusuf, Pusparini Adriana. 2003. Bunga Rampai Hiperkes

dan KK. Semarang:Badan Penerbit UNDIP Semarang.

3. Haryuti, Siswanto,A., Setijoso,W.(1987), Tekanan Panas. Surabaya :

Balai Hiperkes Dan Keselamatan Kerja Jawa Timur.

4. Profil Perusahaan PT. PINDAD (Persero): 2011

33

You might also like