You are on page 1of 29

DISUSUN OLEH :

• IBRAHIM LAHAR DIMAS

• WISANA RATIH

• RIZKA FAHMIA

• FITRA FAUZIAH

• SUPRAPTI WULAN DARI

• PURWANTI

• DIAN NURUL QOLBI

• RAHMI AYU
PENDAHULUAN

Akuntan Publik adalah akuntan yang telah memperoleh izin untuk memberikan
jasa sesuai ketentuan yang berlaku, sedangkan Kantor Akuntan Publik adalah badan
usaha yang didirikan berdasarkan hukum Indonesia dan telah mendapatkan izin usaha
dari pihak yang berwenang

Saat ini bukan hanya perusahaan yang sudah go publik saja yang diaudit oleh
akuntan publik. Beberapa BUMN serta perusahaan swasta yang belum go publik juga
banyak yang auditor eksternalnya adalah Kantor Akuntan Publik (KAP). BUMN
tertentu memang masih ada yang diaudit oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)
sebagai lembaga yang befungsi dan bertindak sebagai auditor eksternal. Akuntan
publik (Auditor Independen) merupakan suatu profesi yang diatur melalui peraturan /
ketentuan dari regulator (Pemerintah) serta standar dan kode etik profesi yang
ditetapkan oleh organisasi profesi.

Saat ini bukan hanya perusahaan yang sudah go publik saja yang diaudit oleh
akuntan publik. Beberapa BUMN serta perusahaan swasta yang belum go publik juga
banyak yang auditor eksternalnya adalah Kantor Akuntan Publik (KAP). BUMN
tertentu memang masih ada yang diaudit oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)
sebagai lembaga yang befungsi dan bertindak sebagai auditor eksternal. Akuntan
publik (Auditor Independen) merupakan suatu profesi yang diatur melalui peraturan /
ketentuan dari regulator (Pemerintah) serta standar dan kode etik profesi yang
ditetapkan oleh organisasi profesi.

Akhir-akhir ini profesi akuntan publik sedang banyak mendapatkan sorotan. Oleh
karena itu akuntan publik harus menjalankan tugasnya sesuai dengan standar dan kode
etik profesi yang ditetapkan organisasi profesi serta mengikuti ketentuan / peraturan
perundang-undangan yang berlaku
Dalam hal ini publik sangat menuntut adanya integritas dan profesionalisme para
Akuntan Publik dan KAP. Awal abad 21 yang lalu kita dikejutkan adanya Enron gate
yang menghebohkan kalangan dunia usaha. Skandal di Enron tersebut terjadi karena
timbul praktik persekongkolan (kolusi) yang melibatkan profesi akuntan publik, auditor
internal dan manajemen. Berkaca dari skandal Enron tersebut, hendaknya kita dapat
mengambil hikmah (pembelajaran), bahwa profesi akuntan publik ternyata rawan dari
malpraktik yang sangat bertentangan dengan kode etik profesi

Oleh karena itu, saat ini sangat mendesak untuk ditetapkannya Undang-Undang
yang mengatur Akuntan Publik, sehingga terdapat kepastian hukum atas jasa profesi
akuntan publik serta masyarakat (publik) terlindungi dari tindakan malpraktik yang
dapat merugikan berbagai pihak

.
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN PROFESI

Profesi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah bidang


pekerjaan yang dilandasi pendidikan keahlian (keterampilan, kejuruan, dan
sebagainya) tertentu. Persyaratan utama suatau profesi adalah tuntutan kepemilikan
keahlian tertentu yang unik. Selain itu para anggota profesi dituntut untuk
memberikan hasil pekerjaan yang memuaskan karena ada kompensasi berupa
pembayaran untuk melakukannya serta komitmen terhadap kualitas hasil pejerjaan

Menurut pendapat Prof. Welenski dalam buku “ Sawyers Internal Auditing “


menyebutkan 7 syarat suatu profesi

1. Pekerjaan tersebut adalah untuk melayani kepentingan orang banyak (umum)

2. Bagi yang ingin terlibat dalam profesi dimaksud, harus melalui pelatihan yang
cukup lama dan berkelanjutan

3. Adanya kode etik dan standar yang ditaati di dalam organisasi tersebut

4. Menjadi anggota dalam organisasi profesi dan selalu mengikuti pertemuan


ilmiah yang diselenggarakan oleh organisasi tersebut

5. Mempunyai media massa/publikasi yang bertujuan untuk meningkatkan


keahlian dan keterampilan anggota
6. Kewajiban menempuh ujian untuk menguji pengetahuan bagi yang ingin
menjadi anggota

7. Adanya suatu badan tersendiri yang diberi wewenang oleh pemerintah untuk
mengeluarkan sertifikat

Setiap pekerjaan yang bersifat professional memerlukan suatu sarana berupa


standar dan kode etik sebagai pedoman atau pegangan bagi seluruh anggota profesi
tersebut. Kode etik standar tersebut bersifat mengikat dan harus ditaati oleh setiap
anggota agar setiap hasil kerja para anggota dapat dipercaya dan memenuhi kualitas
yang di tetapkan.

B. PENGERTIAN DAN TUJUAN KODE ETIK

1. Pengertian Etik dan Kode Etik

Kamus Besar Bahasa Indonesia, Departemen Pendidikan dan


Kebudayaan, 1988, mendefinisikan etik sebagai

(1) kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak ;

(2) nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan atau
masyarakat sedangkan etika adalah ilmu tentang apa yang baik dan apa
yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral (akhlak )

Jadi, kode etik pada prinsipnya merupakan system dan prinsip- prinsip moral
yang diberlakukan dalam suatu kelompok profesi yang ditetapkan secara bersama

Kode etik suatu profesi merupakan ketentuan perilaku yang harus dipatuhi
oleh setiap mereka yang menjalankan tugas profesi tersebut, seperti dokter, pengacara,
polisi, akuntan, penilai, dan profesi lainnya

2. Perlunya Kode Etik bagi Profesi


Kepercayaan masyarakat dan pemerintah atas hasil kerja auditor ditentukan
oleh keahlian, independensi serta integritas moral/ kejujuran para auditor dalam
menjalankan pekerjaannya. Ketidak percayaan masyarakat terhadap satu atau
beberapa auditor dapat merendahkan martabat profesi auditor secara keseluruhan,
sehingga dapat merugikan auditor lainnya.

Oleh karena itu organisasi auditor berkepentingan untuk mempunyai kode


etik yang dibuat sebagai prinsip moral atau aturan perilaku yang mengatur hubungan
antara auditor dengan auditan, antara auditor dengan auditor dan antara auditor
dengan masyarakat .

Kode etik atau aturan perilaku dibuat untuk dipedomani dalam berperilaku
atau melaksanaan penugasan sehingga menumbuhkan kepercayaan dan memeliharaan
citra organisasi di mata masyarakat.

Kewajiban

Terdapat 5 (lima) kewajiban Akuntan Publik dan KAP yaitu, Pertama, Bebas
dari kecurangan (fraud), ketidakjujuran dan kelalaian serta menggunakan kemahiran
jabatannya (due professional care) dalam menjalankan tugas profesinya. Kedua,
Menjaga kerahasiaan informasi / data yang diperoleh dan tidak dibenarkan
memberikan informasi rahasia tersebut kepada yang tidak berhak.

Pembocoran rahasia data / informasi klien kepada pihak ketiga secara sepihak
merupakan tindakan tercela. Ketiga, Menjalankan PSPM04-2008 tentang Pernyataan
Beragam (Omnibus Statement) Standar Pengendalian Mutu (SPM) 2008 yang telah
ditetapkan oleh Dewan Standar Profesional Akuntan Publik (DSPAP) Institut
Akuntan Publik Indonesia (IAPI), terutama SPM Seksi 100 tentang Sistem
Pengendalian Mutu Kantor Akuntan Publik (SPM-KAP).

Keempat, Mempunyai staf / tenaga auditor yang profesional dan memiliki


pengalaman yang cukup. Para auditor tersebut harus mengikuti Pendidikan Profesi
berkelanjutan (Continuing Profesion education) sebagai upaya untuk selalu
meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan dalam bidang audit dan proses bisnis
(business process).

Dalam rangka peningkatan kapabilitas auditor, organisasi profesi


mensyaratkan pencapaian poin (SKP) tertentu dalam kurun / periode waktu tertentu.
Hal ini menjadi penting, karena auditor harus senantiasa mengikuti perkembangan
bisnis dan profesi audit secara terus menerus. Kelima, Memiliki Kertas Kerja Audit
(KKA) dan mendokumentasikannya dengan baik.KKA tersebut merupakan
perwujudan dari langkah-langkah audit yang telah dilakukan oleh auditor dan
sekaligus berfungsi sebagai pendukung (supporting) dari temuan-temuan audit (audit
evidence) dan opini laporan audit (audit report). KKA sewaktu-waktu juga diperlukan
dalam pembuktian suatu kasus di sidang pengadilan.

Larangan

Akuntan Publik dilarang melakukan 3 (tiga) hal, pertama, dilarang


memberikan jasa audit umum atas laporan keuangan (general audit) untuk klien yang
sama berturut-turut untuk kurun waktu lebih dari 3 tahun. Hal ini dimaksudkan untuk
mencegah terjadinya kolusi antara Akuntan Publik dengan klien yang merugikan
pihak lain.

Kedua, apabila Akuntan Publik tidak dapat bertindak independen terhadap


pemberi penugasan (klien), maka dilarang untuk memberikan jasa. Ketiga, Akuntan
Publik juga dilarang merangkap jabatan yang tidak diperbolehkan oleh ketentuan
perundang-undangan / organisasi profesi seperti sebagai pejabat negara, pimpinan
atau pegawai pada instansi pemerintah, Badan Usaha Milik Negara (BUMN) atau
Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) atau swasta, atau badan hukum lainnya, kecuali
yang diperbolehkan seperti jabatan sebagai dosen perguruan tinggi yang tidak
menduduki jabatan struktural dan atau komisaris atau komite yang bertanggung jawab
kepada komisaris atau pimpinan usaha konsultansi manajemen.

Sedangkan, KAP harus menjauhi 4 (empat) larangan yaitu, Pertama,


memberikan jasa kepada suatu pihak, apabila KAP tidak dapat bertindak independen.
Kedua, memberikan jasa audit umum (general audit) atas laporan keuangan untuk
klien yang sama berturut-turut untuk kurun waktu lebih dari 5 (lima) tahun.
Ketiga, memberikan jasa yang tidak berkaitan dengan akuntansi, keuangan
dan manajemen. Kelima, mempekerjakan atau menggunakan jasa Pihak Terasosiasi
yang menolak atau tidak bersedia memberikan keterangan yang diperlukan dalam
rangka pemeriksaan terhadap Akuntan Publik dan KAP.

Tindakan melawan Hukum.

Setiap pihak yang menderita kerugian sebagai akibat dari pelanggaran


Akuntan Publik dan KAP dalam memberikan jasanya, dapat menuntut ganti rugi
secara perdata kepada Akuntan Publik maupun KAP. Selain perdata, Akuntan Publik
dan KAP juga dapat dituntut dalam pelanggaran pidana, yaitu, Pertama, memberikan
pernyataan yang tidak benar, dan atau dokumen palsu atau yang dipalsukan untuk
mendapatkan dan atau memperbarui izin akuntan publik.

Kedua, melakukan kecurangan (fraud), ketidakjujuran, atau kelalaian dalam


memberikan jasanya baik untuk kepentingan/ keuntungan Akuntan Publik, klien,
ataupun pihak lain atau mengakibatkan kerugian pihak lain. Ketiga, menghancurkan
dan atau menghilangkan kertas kerja dan atau dokumen lain yang berkaitan dengan
pemberian jasanya untuk kepentingan/keuntungan KAP, klien, ataupun pihak lain,
atau mengakibatkan kerugian pihak lain.

Apabila Akuntan Publik atau KAP melanggar Standar Auditing (SA) dan
Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) dalam audit terhadap Laporan Keuangan
suatu perusahaan (klien), maka Pemerintah dapat mencabut izin praktik KAP tersebut
melalui Keputusan Menteri Keuangan.

Selama masa pembekuan izin, KAP tersebut dilarang memberikan jasa


akuntan, yang meliputi jasa atestasi yang termasuk audit umum atas laporan
keuangan, jasa pemeriksaan atas laporan keuangan prospektif dan jasa pemeriksaan
atas pelaporan informasi keuangan proforma.

Selain itu, yang bersangkutan juga dilarang memberikan jasa audit lainnya
serta jasa yang berkaitan dengan akuntansi, keuangan, manajemen, kompilasi,
perpajakan, dan konsultasi sesuai dengan kompetensi Akuntan Publik dan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
C. PENGERTIAN DAN TUJUAN STANDAR AUDIT

Standar merupakan kriteria atau ukuran mutu kinerja yang harus dicapai,
berbeda dengan prosedur yang merupakan urutan tindakan yang harus dilaksanakan
untuk mencapai suatu standar tertentu. Standar audit merupakan ukuran mutu
pekerjaan audit yang ditetapkan oleh organisasi proses audit, yang merupakan
persyaratan minimum yang harus dicapai auditor dalam melaksanakan tugas auditnya.
Standar audit diperlukan untuk menjaga mutu pekerjaan auditor. Mutu audit perlu
dijaga supaya profesi auditor tetap mendapat kepercayaan dari masyarakat. Untuk
meyakinkan pembaca laporan audit, maka auditor harus mencantumkan dalam
laporan auditnya telah dilaksanakan sesuai dengan standar audit yang berlaku.

D. STANDAR PROFESIONAL AKUNTAN PUBLIK

Kualitas jasa yang dihasilkan oleh profesi akuntan publik diatur dan
dikendalikan melalui standar yang diterbitkan oleh organisasi profesi tersebut.
Organisasi Ikatan Akuntan Indonesia (IAI), yang merupakan wadah untuk
menampung berbagai tipe akuntan Indonesia, memiliki empat kompartemen

• Kompartemen Akuntan Publik

• Komparteman Akuntan Manajemen

• Kompartemen Akuntan Publik

• Kompartemen Akuntan Pendidik

Kompartemen Akuntan Publik merupakan wadah untuk menampung para


akuntan yang berpraktik dalam profesi akuntan publik. Di dalam Kompartemen
Akuntan Publik ini dibentuk badan yang bertanggung jawab untuk menyusun
berbagai standar yang digunakan oleh akuntan publik didalam penyediaan berbagai
jasa bagi masyarakat. Badan penyusun standar (standar setting body) yang
bertanggung jawab untuk menyusun standar penyediaan berbagai jasa akuntan publik
adalah Dewan Standar Profesional Akuntan Publik
Berbagai jenis jasa yang disediakan oleh profesi akuntan publik bagi
masyarakat didasarkan pada panduan yang tercantum dalam Standar Profesional
Akuntan Publik. Standar Profesional Akuntan Publik berupa buku yang berisi
kodifikasi berbagai standar yang disusun oleh Dewan Standar Profesional Akuntan
Publik. Etika Kompartemen Akuntan Publik yang dikeluarkan oleh Kompartemen
Akuntan Publik.

E. TIPE STANDAR PROFESIONAL YANG DITERBITKAN OLEH DEWAN

Ada lima macam standar professional yang diterbitkan oleh dewan sebagai
aturan mutu pekerjaan akuntan public;

• Standar Auditing

• Standar Atestasi

• Standar Jasa Akuntansi dan Review

• Standar Jasa Konsultasi

• Standar Pengendalian Mutu

Kelima macam standar professional tersebut diklasifikasikan dan dikumpulkan


dalam satu buku yang diberi judul: “Standar Profesional Akuntan Publik”. Di samping
kelina macam standar tersebut, buku Standar Profesional Akuntan Publik juga berisi
Aturan Etika Kompartemen Akuntan Publik.

Standar auditing. Standar auditing merupakan pedoman audit atas laporan


keuangan historis. Standar auditing terdiri dari sepuluh standar dan dirinci dalam
bentuk Pernyataan Standar Auditing (PSA). Kepatuhan terhadap Pernyataan Standar
Auditing yang dikeluarkan oleh Dewan bersifat wajib (mandatory) bagi anggota
Ikatan Akuntan Indonesia yang berpraktik sebagai akuntan public. Termasuk di dalam
Pernyataan Standar Auditing adalah Interpretasi Pernyataan Standar Auditing (IPSA),
yang merupakan interprestasi resmi yang dikeluarkan oleh Dewan terhadap ketentuan-
ketentuan yang diterbitkan oleh Dewan dalam PSA. Dengan demikian IPSA
memberikan jawaban atas pertanyaan atau keraguan dalam penafsiran ketentuan-
ketentuan yang dimuat dalam PSA sehingga merupakan perluasan lebih lanjut
berbagai ketentuan dalam PSA. Tafsiran resmi ini bersifat mengikat bagi anggota
Ikatan Akuntan Indonesia yang berpraktik sebagai akuntan public, sehingga
pelaksanaannya bersifat wajib (mandatory).

Standar atestasi. Standar atestasi memberikan kerangka untuk fungsi atestasi


bagi jasa akuntan public yang mencakup tingkat keyakinan tertinggi yang diberikan
dalam jasa audit atas laporan keuangan historis maupun tingkat keyakinan yang lebih
rendah dalam jasa non audit. Standar atestasi terdiri dari sebelas standard an dirinci
dalam bentuk Pernyataan Standar Atestasi (PSAT). PSAT merupakan penjabaran
lebih lanjut masing- masing standar yabg terdapat dalam standar atestasi. Termasuk
didalam Pernyataan Standar Atestasi adalah Interpretasi Pernyataan Standar Atestasi
(IPSAT), yang termasuk interpretasi resmi yang dikeluarkan oleh Dewan dalam
PSAT. Dengan demikian IPSAT memberikan jawaban atas pertanyaan atau keraguan
dalam penafsiran ketentuan-ketentuan yang dimuat dalam PSAT sehingga merupakan
perluasan lebih lanjut berbagai ketentuan dalam PSAT. Tafsiran resmi ini bersifat
mengikat bagi anggota Ikatan Akuntan Indonesia yang berpraktik sebagai akuntan
publik, sehingga pelaksanaannya bersifat wajib (mandatory).

Standar jasa akuntansi dan review. Standar jasa akuntansi dan review
memberikan kerangka untuk fungsi non atestasi bagi jasa akuntansi dan review.
Standar jasa akuntan dan review dirinci dalam bentuk Pernyataan Jasa Akuntansi dan
Review (PSAR). Termasuk di dalam Pernyataan Standar Jasa Akuntansi dan Review
(IPSAR), yang merupakan interprestasi resmi yang dikeluarkan oleh Dewan terhadap
ketentuan-ketentuan yang dimuat dalam PSAR sehingga merupakan perluasan lebih
lanjut berbagai ketentuan dalam PSAR. Tafsiran resmi ini bersifat mengikat bagi
anggota Ikatan Akuntan Indonesia yang berpraktik sebagai akuntan publik, sehingga
pelaksanaannya bersifat wajib( mandatory)

Standar jasa konsultasi. Standar jasa konsultasi memberikan panduan bagi


akuntan publik dalam penyediaan jasa konsultasi bagi masyarakat. Jasa konsultasi
pada hakikatnya berbeda dari jasa atestasi akuntan publik terhadap asersi pihak ketiga.
Dalam jasa atestasi, para praktisi menyajikan suatu kesimpulan mengenai keandalan
suatu asersi tertulis yang menjadi tanggung jawab pihak lain, yaitu pembuat asersi
(asserter). Dalam jasa konsultasi, para praktisi menyajikan temuan, kesimpulan, dan
rekomendasi. Sifat dan lingkup pekerjaan jasa konsultasi ditentukan oleh perjanjian
antara praktisi dengan kliennya.

Umumnya, pekerjaan jasa konsultasi dilaksanaan untuk kepentingan klien.


Standar jasa konsultasi dirinci dalam bentuk Pernyataan Standar Jasa Konsultansi
(PSJK). Termasuk dalam Pernyataan Standar Jasa Akuntansi dan Review adalah
Interpretasi Pernyataan Standar Jasa Konsultasi (IPSJK), yang merupakan interpretasi
resmi yang dikeluarkan oleh Dewan terhadap ketentuan-ketentuan yang diterbitkan
oleh Dewan terhadap ketentuan-ketentuan yang diterbitkan oleh Dewan dalam PSJK.

Standar pengendalian mutu. Standar pengendalian mutu memberikan


panduan bagi kantor akuntan publik didalam melaksanakan pengendalian mutu jasa
yang dihasilkan oleh kantornya dengan mematuhi berbagai standar yang diterbitkan
oleh Dewan Standar Profesional Akuntan Publik dan Aturan Etika Kompartemen
Akuntan Publik yang diterbitkan oleh Kompartemen Akuntan Publik Ikatan Akuntan
Indonesia. Dalam perikatan jasa profesional, kantor akuntan public bertanggung
jawab untuk mematuhi berbagai standar relevan yang diterbitkan oleh Dewan dan
Kompartemen Akuntan Publik.

Dalam pemenuhan tanggung jawab tersebut, kantor akuntan publik


mempertimbangkan integritas stafnya dalam menentukan hubungan profesionalnya
bahwa kantor akuntan publik dan para stafnya akan independen terhadap kliennya
sebagaimana diatur oleh Aturan Etika Kompartemen Akuntan Publik bahwa staf
kantor akuntan publik kompeten, professional, dan obyektif serta akan menggunakan
kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama (due professional care).

Oleh karena itu, kantor akuntan publik harus memiliki sistem pengendalian
mutu untuk memberikan keyakinan memadai tentang kesesuaian perikatan profesional
dengan berbagai standar dan aturan relevan yang berlaku. Standar pengendalian mutu
dirinci dalam bentuk Pernyataan Standar Pengendalian Mutu (PSM). Termasuk di
dalam Pernyataan Standar Pengendalian Mutu adalah Interpretasi Pernyataan Standar
Pengendalian Mutu (IPSM), yang merupakan interpretasi resmi yang dikeluarkan oleh
dewan terhadap ketentuan-ketentuan yang diterbitkan dewan dalam PSM.

Standar umum mengatur persyaratan pribadi auditor. Kelompok standar


mengatur keahlian dan pelatihan teknis yang harus dipenuhi agar seseorang
memenuhi syarat untuk melakukan auditing, sikap mental independen yang harus
dipertahankan oleh auditor dalam segala hal yang bersangkutan dengan pelaksanaan
perikatannya, dan keharusan auditor menggunakan kemahiran professionalnya dengan
cermat dan seksama.

Profesi akuntan publik menghasilkan berbagai jasa bagi masyarakat :

• Jasa atestasi

• Jasa non atestasi

jasa atestasi terdiri dari

 Auditing

 Examination

 Review

 Prosedur yang disepakati

Ada tiga tipe auditor menurut lingkungan pekerjaan auditing:

• Auditor independen: auditor profesional yang menjual jasanya kepada


masyarakat umum, terutama dalam bidang audit atas laporan keuangan yang
disajikan kepada kliennya.

• Auditor pemerintah: auditor professional yang bekerja di instansi pemerintah


yang tugas pokoknya melakukan audit atas pertanggung jawaban keuangan
yang ditujukan kepada pemerintah.

• Auditor intern : auditor yang bekerja dalam perusahaan (perusahaan negeri


maupun perusahaan swasta) yang tugas pokoknya adalah menentukan apakah
kebijakan prosedur yang ditetapkan oleh manajemen puncak telah dipatuhi,
menentukan baik atau tidaknya penjagaan terhadap kekayaan organisasi,
menentukan efisiensi dan efektifitas prosedur kegiatan organisasi, serta
menentukan keandalan informasi yang dihasilkan oleh berbagai bagian
operasi.
F. PERLUNYA ETIKA PROFESIONAL BAGI ORGANISASI PROFESI

Dasar pikiran yang melandasi penyusunan etika profesional setiap profesi


adalah kebutuhan profesi tersebut tentang kepercayaan masyarakat terhadap mutu jasa
yang diserahkan oleh profesi, terlepas dari anggota profesi yang menyerahkan jasa
tersebut. Setiap profesi yang menyediakan jasanya kepada masyarakat memerlukan
kepercayaan dari masyarakat yang dilayaninya.

Umumnya masyarakat sangat awam mengenai pekerjaan yang dilakukan oleh


suatu profesi, karena kompleksnya pekerjaan yang dilaksanakan oleh profesi.
Masyarakat akan sangat menghargai profesi yang menerapkan standar mutu tinggi
terhadap pelaksanaan pekerjaan anggota profesinya, karena dengan demikian
masyarakat akan terjamin untuk memperoleh jasa yang dapat diandalkan dari profesi
yang bersangkutan.

Jika masyarakat pemakai jasa tidak memiliki kepercayaan terhadap profesi


akuntan publik, dokter atau pengacaramaka layanan jasa tersebut kepada klien atau
masyarakat pada umumnya menjadi tidak efektif. Kepercayaan masyarakat terhadap
mutu audit akan lebih tinggi jika profesi akuntan publik menerapkan standar mutu
yang tinggi jika profesi akuntan publik menerapkan standar mutu yang tinggi terhadap
pelaksanaan pekerjaan audit yang dilakukan oleh anggota profesi tersebut.

G. KODE ETIK AKUNTAN INDONESIA

Etika profesional dikeluarkan oleh organisasi profesi untuk mengatur perilaku


anggotanya dalam menjalankan praktik profesinya bagi masyarakat. Etika
professional bagi praktik akuntan di Indonesia disebut dengan istilah kode etik yang
dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia, sebagai organisasi profesi akuntan.
Dalam kongresnya tahun 1973, Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) untuk pertama kalinya
menetapkan kode etik bagi profesi akuntan di Indonesia.kode etik ini kemudian
disempurnakan dalam kongres IAI tahun 1981dan tahun 1986, dan kemudian diubah
lagi dalam kongres IAI tahun 1990.1994 dan 1998. Pembahasan mengenai kode etik
profesi akuntan ini didasarkan pada Kode Etik Ikatan Akuntan Indonesia yang
diterapkan dalam Kongres VIII tahun 1998.

IAI adalah satu-satunya organisasi profesi akuntan di Indonesia. Ikatan


Akuntan Indonesia beranggotakan auditor dari berbagai tipe (auditor independendan
auditor intern), akuntan manajemen, akuntan yang bekerja sebagai pendidi, serta
akuntan sektor publik. Dengan demikian etika professional yang dikeluarkan oleh IAI
tidak hanya mengatur anggotanya yang berpraktik dalam berbagai tipe profesi auditor
dan profesi akuntan lain. Organisasi IAI dibagi menjadi empat kompartemen:

a. Kompartemen Akuntan Publik

b. Komparteman Akuntan Manajemen

c. Kompartemen Akuntan Pendidik

d. Kompartemen Akuntan Sektor Publik

Sebelum tahun 1986, etika profesional yang dikeluarkan oleh IAI diberi nama
Kode Etik Ikatan Akuntan Indonesia. Pasal-pasal dalam Kode Etik Akuntan
dikelompokkan menjadi dua golongan:

a. Pasal yang mengatur perilaku semua akuntan anggota IAI

b. Pasal-pasal yang mengatur perilaku semua akuntan yang berpraktik dalam


profesi akuntan public

Kode Etik Akuntan Indonesia dibagi menjadi 9 bagian:

• Pembukaan

• Bab I : Kepribadian

• Bab II : Kecakapan profesional

• Bab III : Tanggung jawab

• Bab IV : Ketentuan khusus

• Bab V : Pelaksanaan kode etik


• Bab VI : Suplemen dan penyempurnaan

• Bab VII : Penutup

• Bab VIII: Pengesahan Bab. I s.d Bab III berisi pasal-pasal yang mengatur
semua akuntan anggota IAI sedangkan Bab IV Ketentuan Khusus berisi
pasal-pasal yang mengatur secara khusus anggota IAI yang berpraktik
dalam profesi akuntan publik.

Pada tahun 1998 terjadi perubahanstruktur etika profesional yang di pakai


oleh IAI. Dalam Kode Etik IAI yang berlaku sejak tahun 1998, organisasi IAI
menetapkan delapan prinsip etika yang berlaku bagi seluruh anggota IAI, baik yang
berada dalam kompartemen Akuntan Publik, Komparteman Akuntan Manajemen,
Komparteman Akuntan Pendidik, maupun Kompartemen Akuntan Sektor Publik.
Kemudian setiap kompartemen menjabarkan delapan Prinsip Etika tersebut ke dalam
Aturan Etika yang berlaku secara khusus bagi anggota IAI yang bergabung dalam
masing-masing kompartemen.

Anggota IAI yang berpraktik sebagai akuntan publik harus menjadi anggota
Kompartemen Akuntan Publik. Anggota Kompartemen Akuntan Publik bertanggung
jawab untuk mematuhi delapan Prinsip Etika dalam Kode Etik IAI dan Aturan Etika
yang dikeluarkan oleh Kompartemen Akuntan Publik. Kewajiban untuk mematuhi
Aturan Etika yang dikeluarkan oleh Kompartemen Akuntan Publik. Kewajiban untuk
mematuhi Aturan Etika ini tidak terbatas pada akuntan yang menjadi anggota
Kompartemen Akuntan Publik saja, namun mencakup pula semua orang yang bekerja
dalam praktik profesin akuntan publiknya, seperti karyawan, partner, dan staf.
Anggota Kompartemen Akuntan Publik juga tidak diperkenankan membiarkan pihak
lain melaksanakan pekerjaan atas namanyayang melanggar Aturan Etika yang
dikeluarkan oleh Kompartemen Akuntan Publik.

H. AKUNTAN PUBLIK DAN AUDITOR INDEPENDEN

Kantor akuntan publik merupakan tempat penyediaan jasa oleh profesi


akuntan public bagi masyarakat. Kantor akuntan publik menyediakan berbagai jasa
bagi masyarakat berdasarkan Standar Profesional Akuntan Publik. Berdasarkan
standar tersebut, kantor akuntan publik dapat menyediakan:
a. Jasa audit atas laporan keuangan historis

b. Jasa atestasi atas laporan keuangan prospektif atau asersi selain yang
dicantumkan dalam laporan keuangan historis

c. Jasa akuntansi dan review

d. Jasa konsultasi (consulting sevices)

Akuntan yang bekerja di kantor akuntan public dapat mengjakan berbagai


penugasan dalam berbagau jenis jasa tersebut, maka perlu diadakan pembedaan
istilah: akuntan public dan auditor independen. Akun public adalah akuntan yang
berpraktik adikantor akuntan public, yang menyediakan berbagai jasa yang diatur
dalam Standar Profesional Akuntan Publik (auditing, atestasi,akuntansi,review, dan
jasa konsultasi).

Auditor independen adalah akuntan public yang melaksanakan penugasan


audit atas laporan keuangan historis, yang menyediakan jasa audit atas dasar standar
auditing yang tercantum dalam Standar Profesional Akuntan Publik. Gambar
perbedaan akuntan public dan auditor dalam praktisi dan perannya masing-masing
dalam kantor akuntan public.

Tipe Akuntan
TIPE AKUNTAN

Tipe Akuntan Publik AUDITOR PRAKTISI

Jasa audit atas Jasa Pemeriksaan,


Laporan Keuangan Jasa Akuntansi dan
Jenis Jasa yang Review, Jasa
Historis
Dihasilkan Konsultasi
I. KERANGKA KODE ETIK IKATAN AKUNTAN INDONESIA

Kode Etik IAI dibagi menjadi empat bagian beriktut ini :

 Prinsip Etika

 Aturan Etika

 Interpretasi Aturan Etika

 Tanya dan Jawab

Prinsip etika memberi kerangka dasar bagi Aturan Etika yang mengatur
pelaksanaan pemberian jasa professional oleh anggota. Prinsip Etika disahkan oleh
Kongres IAI, sedangkan Aturan Etika disahkan oleh Rapat Anggota Kompartemen
dan hanya mengikat anggota Kompartemen yang bersangkutan. Interpretasi Etika
merupakan interpretasi yang dikeluarkan oleh Pengurus Kompartemen setelah
memperhatikan taggapan dari anggota dan pihak-pihak yang berkepentigan lainnya,

Tanya dan jawab memberikan penjelasan atas setiap pertanyaan dari anggota
Kompartemen tentang Aturan Etika, beserta interpretasinya. Dalam Kompartemen
Akuntan Publik , Tanya dan jawab ini dikeluarkan oleh Dewan Standar Profesional
Akuntan Publik berikut struktur hubungan antara Prinsip Etika, Aturan Etika,
Interpretasi Aturan Etika, dan Tanya dan Jawab dalam Kompartemen Akuntan Publik.
Tanggung jawab profesi

Kepentingan umum

Integritas

Objektivitas Prinsip
Kompentensi dan Kehati- etika
hatian professional

Kerahasiaan

Perilaku professional

Standar teknis

Kompartemen
Aturan etika Akuntan Publik

100 200 300 400 500 Rapat


Independensi, Standar umum Tanggung Tanggung Tanggung Anggota
integritas, jawab kepada jawab jawab dan
objektivitas Prinsip klien kepada rekan praktik lain Kompartemen
Akuntansi
Akuntan

Public

INTERPRETASI ATURAN Pengurus Kompartemen


ETIKA
Akuntan Publik
TANYA DAN JAWAB
Dewan Standar Profesional

Akuntan Publik

J. SEPULUH STANDAR AUDITING

Standar Auditing yang telah ditetapkan dan disahkan oleh Ikatan Akuntan
Indonesia terdiri dari sepuluh standar yang dikelompokkan menjadi tiga kelompok
besar, yaitu :

a. Standar Umum

1. Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian dan
pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor.

2. Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan, independensi dalam


sikap mental harus dipertahankan oleh auditor.

3. Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib


menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama.

b. Standar Pekerjaan Lapangan

1. Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan asisten harus


disupervisi dengan semestinya.

2. Pemahaman memadai atas pengendalian intern harus diperoleh untuk


merencanakan audit dan menentukan sifat, saat, dan lingkup pengujian yang
akan dilakukan.

3. Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi,


pengamatan, permintaan keterangan, dan konfirmasi sebagai dasar memadai
untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang diaudit,

c. Standar pelaporan

1. Laporan auditor harus menyatakan apakah laporan keuangan telah disusun


sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.
2. Laporan auditor harus menunjukkan, jika ada, ketidak konsistenan penerapan
prinsip akuntansi dalam penyusunan laporan keuangan periode berjalan
dibandingkan dengan penerapan prinsip akuntansi tersebut dalam periode
sebelumnya.

3. Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang memadai,


kecuali dinyatakan lain dalam laporan auditor.

4. Laporan auditor harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai laporan


keuangan secara keseluruhan atau suatu asersi bahwa pernyataan demikian
tidak dapat diberikan. Jika pendapat secara keseluruhan tidak dapat diberikan,
maka alasannya harus dinyatakan. Dalam hal nama auditor dikaitkan dengan
laporan keuangan, maka laporan auditor harus memuat petunjuk yang jelas
mengenai sifat pekerjaan audit yang dilaksanakan, jika ada, dan tingkat
tanggung jawab yang dipikul oleh auditor.

K. PRINSIP ETIKA PROFESI IKATAN AKUNTANSI INDONESIA


Mukadimah
01. Keanggotaan dalam Ikatan Akuntan Indonesia bersifat sukarela. Dengan menjadi
anggota, seorang akuntan mempunyai kewajiban untuk menjaga disiplin di atas dan
melebihi yang disyaratkan oleh hukum dan peraturan.

02. Prinsip Etika Profesi dalam Kode Etik IAI menyatakan pengakuan profesi akan
tanggung jawabnya kepada publik, pemakai jasa akuntan, dan rekan. Prinsip ini
memandu anggota dalam memenuhi tanggung jawab profesionalnya dan merupakan
landasan dasar perilaku etika dan perilaku profesionalnya. Prinsip ini meminta
komitmen untuk berperilaku terhormat, bahkan dengan pengorbanan keuntungan
pribadi.

Prinsip Kesatu: Tanggung Jawab Profesi

Dalam melaksanakan tanggung jawabnya sebagai profesional, setipa anggota


harus senantiasa menggunakan pertimbangan moral dan profesional dalam semua
kegitan yang dilakukannya.Sebagai profesional, anggota mempunyai peran penting
dalam masyarakat. Sejalan dengan peranan tersebut, anggota mempunyai tanggung
jawab kepada semua pemakai jasa profesional mereka.

Prinsip Kedua: Kepentingan Publik

Setiap anggota berkewajiban untuk senantiasa bertindak dalam kerangka


pelayanan kepada publik, mengormati kepercayaan publik, dan menunjukkan
komitmen atas profesionalisme.Kepentingan publik didefinisikan sebagai kepentingan
masyarakat dan institusi yang dilayani anggota secara keseluruhan

Prinsip Ketiga: Integritas

Integritas adalah suatu elemen karakter yang mendasari timbulnya pengakuan


profesional. Integritas merupakan kualitas yang mendasari kepercayaan publik dan
merupakan patokan (benchmark) bagi anggota dalam menguji semua keputusan yang
diambilnya.Untuk memelihara dan meningkatkan kepercayaan publik, setiap anggota
harus memenuhi tanggung jawab profesionalnya dengan integritas setinggi mungkin.

Prinsip Keempat: Objektivitas

Objektivitas adalah suatu kualitas yang memberikan nilai atas jasa yang
diberikan anggota. Prinsip objektivitas mengharuskan anggota bersikap adil, tidak
memihak, jujur, secara intelektual, tidak berprasangka atau bias, serta bebas dari
benturan kepentingan atau berada di bawah pengaruh pihak lain.
Setiap anggota harus menjaga objektivitas dan bebas dari benturan kepentingan dalam
pemenuhan kewajban profesionalnya.

Prinsip Kelima: Kompetensi dan Kehati- hatian Profesional

Kompetensi diperoleh melalui pendidikan dan pengalaman. Anggota


seharusnya tidak menggambarkan dirinya memiliki keandalan atau pengalaman yang
tidak mereka miliki. Kompetensi profesional dapat dibagi menjadi 2 fase yang
terpisah:

1. Pencapaian Kompetensi Profesional.

Pencapaian ini pada awalnya memerlukan standar pendidikan umum yang tinggi,
diikuti oleh pendidikan khusus, pelatihan dan ujian profesional dalam subjek-
subjek yang relevan. Hal ini menjadi pola pengembangan yang normal untuk
anggota.

2. Pemeliharaan Kompetensi Profesional.

Kompetensi harus dipelihara dan dijaga melalui komitmen, pemeliharaan


kompetensi profesional memerlukan kesadaran untuk terus mengikuti
perkembangan profesi akuntansi, serta anggotanya harus menerapkan suatu
program yang dirancang untuk memastikan terdapatnya kendali mutu atas
pelaksanaan jasa profesional yang konsisten.Sedangkan kehati- hatian profesional
mengharuskan anggota untuk memenuhi tanggung jawab profesinya dengan
kompetensi dan ketekunan.

Prinsip Keenam: Kerahasiaan

Setiap anggota harus menghormati kerahasiaan informasi yang diperoleh


selam melakukan jasa profesional dan tidak boleh memakai atau mengungkapkan
informasi tersebut tanpa persetujuan.Anggota mempunyai kewajiban untuk
memastikan bahwa staff di bawah pengawasannya dan orang- orang yang diminta
nasihat dan bantuannya menghormati prinsip kerahasiaan.

Prinsip Ketujuh: Perilaku Profesional


01. Kewajiban untuk menjauhi tingkah laku yang dapat mendiskreditkan profesi
harus dipenuhi oleh amggota sebgai perwujudan tanggung jawabnya kepada
penerima jasa, pihak ketiga, anggota yang lain, staff, pemberi kerja dan
masyarakat umum.

Prinsip Kedelapan : Standar Teknis

Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya sesuai dengan standar


teknis dan standar professional yang relevan.

1. Standar teknis dan standar professional yang harus ditaati anggota adalah
standar yang dikeluarkan oleh IAI, International Federation of Accountants,
badan pengatur, dan peraturan perundang- undangan yang relevan.

L. ATURAN ETIKA KOMPARTEMEN AKUNTAN PUBLIK

Dalam Aturan Etika Kompartemen Akuntan Publik ini digunakan singkatan


KAP dengan dua makna: (1) Kompartemen Akuntan Publik, dan (2) Kantor Akuntan
Publik. KAP yang bermakna Kompartemen Akuntan Publik selalu ditulis IAI- KAP,
yang berarti Ikatan Akuntan Indonesia Kompartemen Akuntan Publik. KAP yang
bermakna Kantor Akuntan Publik ditulis tanpa didahului dengan IAI.

ATURAN ETIKA KOMPARTEMEN AKUNTAN PUBLIK

Keterterapan (Appicability)
Aturan etika ini harus diterapkan oleh anggota Ikatan Akuntan Indonesia-
Kompartemen Akuntan Publik (IAI- KAP) dan staf professional (baik yang anggota
IAI-KAP maupun bukan anggota IAI-KAP (yang bekerja pada satu Kantor Akuntan
Publik (KAP). Rekan pimpinan KAP bertanggung jawab atas ditaatinya aturan etika
oleh anggota KAP.

Dalam Aturan Etika Kompartemen Akuntan Publik terdiri dari:

100. Independensi, Integritas, dan Objektivitas

101. Independensi

Dalam menjalankan tugasnya, anggota KAP harus selalu mempertahankan


sikap mental independen di dalam memberikan jasa professional sebagaimana diatur
dalam standar professional akuntan public yang ditetapkan oleh IAI.

102. Integritas dan Objektivitas

Dalam menjalankan tugasnya, anggota KAP harus mempertahankan integritas


dan objektivitas , harus bebas dari benturan kepentingan dan tidak boleh membiarkan
factor salah saji material.

200. Standar Umum dan Prinsip Akuntansi

201. Standar Umum

a. Kompetensi Profesional

b. Kecermatan dan keseksamaan professional


c. Perencanaan dan supervise

d. Data relevan yang memadai.

202. Kepatuhan terhadap Standar

Anggota KAP yang melaksanakan penugasan jasa auditing, atestasi, review,


kompilasi, konsultasi manajemen, perpajakan, atau jasa professional lainnya wajib
mematuhi standar yang dikeluarkan oleh badan pengatur standar yang ditetapkan oleh
IAI.

203. Prinsip- prinsip Akuntansi

Anggota KAP tidak diperkenankan :

(1) Menyatakan pendapat atau memberikan penegasan bahwa laporan keuangan atau
dan keuangan lain suatu entitas disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi yang
berlaku umum atau

(2) Menyatakan bahwa ia tidak menemukan perlunya modifikasi material yang harus
dilakukan terhadap laporan atau data tersebut agar sesuai dengan prinsip akuntansi
yang berlaku.

300. Tanggung Jawab Kepada Klien

301. Informasi Klien yang Rahasia

Anggota KAP tidak diperkenankan mengungkapkan informasi klien yang


rahasia tanpa persetujuan dari klien.
302. Fee Profesional

a. Besaran Fee

Besarnya fee anggota dapat bervariasi tergantung antara lain: risiko, penugasan,
komplektisitas jasa yang diberikan, tingkat keahlian yang diperlukan untuk
melaksanakan jasa tersebut, struktur biaya KAP yang bersangkutan dan
pertimbangan professional lainnya. Setiap anggota tidak diperkenankan untuk
menawarkan fee yang dapat merusak citra profesi.

b. Fee Kontijen

Merupakan fee yang ditetapkan untuk pelaksanaan suatu jasa professional


tanpa adanya fee yang akan dibebankan, kecuali ada temuan atau hasil tertentu di
mana jumlah fee tergantung pada temuan atau hasil tertentu tersebut.

400. Tanggung Jawab kepada Rekan Seprofesi

401. Tanggung Jawab kepada Rekan Seprofesi

Anggota wajib memelihara citra profesi, dengan tidak melakukan perkataan


dan perbuatan yang dapat merusak reputasi rekan seprofesi.

402. Komunikasi Antar Akuntan Publik

Anggota wajib berkomunikasi tertulis dengan akuntan public pendahulu bila


akan mengadakan perikatan audit menggantikan akuntan public pendahulu atau untuk
tahun buku yang sama ditunjuk akuntan public dengan jenis dan periode serta tujuan
yang berlainan.

403. Perikatan Atestasi


Akuntan Publik tidak diperkenankan mengadakan perikatan atestasi yang jenis
atestasi dan periodenya sama dengan perikatan yang dilakukan oleh akuntan yang
lebih dahulu ditunjuk oleh klien.

500. Tanggung Jawab dan Praktik Lain

501. Perbuatan dan Perkataan yang Mendiskreditkan

Anggota tidak diperkenankan melakukan tindakan dan/ atau mengucapkan


perkataan yang mencemarkan profesi.

502. Iklan, Promosi, dan Kegiatan Pemasaran Lainnya

Anggota dalam menjalankan praktik akuntan publik diperkenankan mencari


klien melalui pemasangan iklan, melakukan promosi pemasaran dan kegiatan
pemasaran lainnya sepanjang tidak merendahkan citra profesi.

503. Komisi, dan Fee Referal

a. Komisi

Merupakan imbalan dalam bentuk uang atau barang atau bentuk lainnya yang kepada
atau diterima dari klien/pihak lain untuk memperoleh perikatan dari klien/pihak lain.
Anggota KAP tidak diperkenankan untuk memberikan/menerima komisi apabila
dapat mengurangi independensi.

b. Fee Referal (Rujukan)


Merupakan imbalan yang dibayarkan/ diterima kepada/dari sesama penyedia jasa
profesional akuntan publik. Hanya diperkenankan bagi sesama profesi.

504. Bentuk Organisasi dan KAP

Anggota hanya dapat berpraktik akuntan publik dalam bentuk organisai yang
diizinkan oleh peraturan perundang- undangan yang berlaku dan/atau tidak
menyesatkan dan merendahkan citra profesi.

DAFTAR PUSTAKA

Agoes, Sukrisno, Auditing edisi ke 3 jilid I, Lembaga Penerbit FE UI, Jakarta, 2004

Ikatan Akuntan Indonesia, Kompartemen Akuntan Publik. Standar Profesional Akuntan


Publik per 1 Januari 2001, Penerbit Salemba Empat, Jakarta, 2001

Mulyadi, Auditing edisi ke 6 buku 1, Penerbit Salemba Empat, Jakarta, 2001

www.google.co.id/kodeetikauditor

You might also like