You are on page 1of 44

Oleh :

Sekretariat :
Jl. Cempaka Putih Barat XI / T No. 48
RT 005 RW 011 Cempaka Putih, Jakarta Pusat 10520
Telp. : (021) 42872484, 081315420122, 0817716228
Fax : (021) 42872484
Email : forum_komunikasi@yahoo.com
Website : www.fkpkbm.or.id
Konsep dan Strategi Pengembangan PKBM

DAFTAR ISI

Hal
Daftar Isi 1

BAB I PENDAHULUAN
1. Lahirnya PKBM di Indonesia 2
2. Pentingnya Konsep PKBM 3
3. Pengembangan Konsep PKBM 4

BAB II KONSEP PKBM


1. Filosofi PKBM 6
2. Tujuan PKBM 11
3. Bidang Kegiatan PKBM 12
4. Komponen PKBM 14
5. Parameter PKBM 15
6. Karakter PKBM 17

BAB III RENCANA STRATEGIS PENGEMBANGAN PKBM


1. Pentingnya Rencana Strategis Pengembangan PKBM 18
2. Perumusan Visi, Misi, dan Nilai-Nilai Suatu PKBM 18
3. Melakukan Analisis Lingkungan PKBM (Analisis SWOT) 20
4. Penetapan Rencana Aksi PKBM 21

BAB IV STRATEGI PENGEMBANGAN PKBM DI INDONESIA


1. Pentingnya Rencana Strategis Pengembangan PKBM secara
Nasional 24
2. Membangun Rencana Strategis Pengembangan PKBM Nasional 24
3. Beberapa Alternatif Program Strategis Pengembangan PKBM
di Indonesia 25
4. Berbagai Peran Dalam Pengembangan PKBM di Indonesia 36
5. Contoh Analisis SWOT, Visi, missi dan target 5 tahun
pengembangan 37

BAB VI PENUTUP 43

DPP FK PKBM Indonesia 2


Konsep dan Strategi Pengembangan PKBM

BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Lahirnya PKBM di Indonesia


Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) hadir di Indonesia di tengah-tengah
kondisi krisis sosial ekonomi nasional pada tahun 1998. Kehadiran PKBM sebenarnya
memiliki latar belakang yang cukup panjang.

Fakta menunjukkan bahwa pendidikan formal dan sistem persekolahan ternyata tidak
cukup untuk menjawab berbagai permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat. Hal ini
dapat dilihat dari masih rendahnya tingkat pendidikan masyarakat, tingginya tingkat
buta aksara bagi orang dewasa, tingginya tingkat pengangguran, tingginya tingkat
kemiskinan dan sebagainya.

Di pihak lain, kebijakan pemerintah dalam pembangunan pendidikan sangat


menitikberatkan pada pendidikan formal dan sistem persekolahan. Adapun perhatian
pada pendidikan non formal masih sangat terbatas. Hal ini dapat dilihat dari alokasi
anggaran dan fasilitas maupun berbagai sumberdaya lainnya yang jauh lebih besar
dicurahkan bagi pendidikan formal dan sistem persekolahan.

Sesungguhnya pendidikan non formal telah dikenal dalam peradaban manusia jauh
sebelum adanya pendidikan formal dan sistem persekolahan. Namun pembinaan
pendidikan nasional selama ini masih didominasi oleh pendidikan formal. Pembinaan
pendidikan non formal dilakukan oleh pemerintah hanya melalui berbagai pendekatan
proyek yang bersifat sementara dan kadangkala tidak berkelanjutan. Cakupannyapun
masih sangat terbatas pada beberapa jenis kebutuhan pendidikan yang bersifat
nasional. Sementara pendidikan non formal yang diselenggarakan oleh masyarakat
masih bertumpu pada jenis-jenis pendidikan yang memiliki nilai komersial sehingga
dapat ditarik pembayaran dari masyarakat untuk membiayai kegiatan pendidikan
tersebut.

Untuk meningkatkan efektivitas keberhasilan pendidikan non formal telah dilakukan


berbagai evaluasi terhadap kiprah pendidikan non formal selama ini. Negara-negara
yang tergabung dalam UNESCO menyimpulkan bahwa pembangunan pendidikan non
formal haruslah semaksimal mungkin bersifat partisipatif, dilaksanakan oleh
masyarakat itu sendiri dan peran pemerintah sebaiknya diposisikan lebih sebagai

DPP FK PKBM Indonesia 3


Konsep dan Strategi Pengembangan PKBM

fasilitator. Hal ini terlihat dari berbagai naskah deklarasi antara lain deklarasi Jomtien,
Dakar, dan sebagainya.

Salah satu upaya konkrit untuk mengimplementasikan gagasan tersebut adalah dengan
mendorong dan memotivasi terwujudnya Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM)
atau Community Learning Centre. PKBM bukanlah sepenuhnya merupakan suatu
konsep yang baru sama sekali. Sebagai contoh di Jepang PKBM dikenal sejak tahun
1949 dengan nama Kominkan. Kominkan telah turut memberikan kontribusi yang
sangat berarti bagi pembangunan kemajuan masyarakat Jepang. Sampai dengan tahun
2004 diperkirakan ada sekitar 18.000 Kominkan terdapat di seluruh Jepang.

Untuk menggerakkan masyarakat agar terwujud PKBM di Indonesia, Pemerintah


melalui Departemen Pendidikan Nasional merumuskan berbagai kebijakan dan
program untuk mengidentifikasi dan memotivasi agar masyarakat dengan
kesadarannya sendiri membentuk dan mengelola berbagai kegiatan pembelajaran bagi
masyarakat sesuai kebutuhan dan potensi masing-masing. Gagasan ini mendapatkan
sambutan cukup baik oleh masyarakat sehingga pada awal tahun 1998 mulai
dikukuhkan keberadaan berbagai PKBM di berbagai wilayah di seluruh Indonesia.
Sebagai contoh PKBM ALPA dan PKBM Buana Mekar di Bandung, PKBM RCC
Garuda di Yogyakarta, PKBM Gajah Mada di Cirebon, PKBM Pionir di Solo, PKBM
Giri Mukti di Balikpapan, PKBM Dahlia di Mataram, dan sebagainya. Sejak itu,
PKBM semakin dikenal luas dan mengalami pertumbuhan yang cukup tinggi dari sisi
kuantitas. Pada tahun 2004 sudah terdapat lebih dari 3.000 PKBM di seluruh
Indonesia. Pada tahun 2006 terdapat hampir dari 5.000 PKBM di seluruh Indonesia.

I.2 Pentingnya Konsep PKBM


Sebagai suatu institusi baru yang bergerak dalam berbagai kegiatan pendidikan non
formal di tingkat akar rumput, PKBM berkembang secara dinamis dan belum
didukung oleh berbagai pijakan kerangka teoritik dan akademik yang memadai.
Pengembangan PKBM sepenuhnya didasarkan atas pengalaman di lapangan yang
situasi kondisinya sangat beragam. Dengan sendirinya Konsep PKBM yang
berkembangpun sangat bervariasi dari suatu PKBM ke PKBM lainnya. Konsep PKBM
yang berkembang sangat umum dan kurang tajam mengungkap secara menyeluruh
eksistensi dan karakteristik PKBM itu sendiri.

Longgarnya konsep tentang PKBM ini di satu sisi memberikan fleksibilitas yang
tinggi bagi inovasi pengembangan PKBM pada tahap awal pengembangannya namun
konsep yang terlalu umum ini tidak memadai untuk menjadi pijakan bagi

DPP FK PKBM Indonesia 4


Konsep dan Strategi Pengembangan PKBM

pengembangan PKBM lebih lanjut. Di samping itu, ketidakjelasan konsep tentang


PKBM dapat menimbulkan adanya kesimpangsiuran pemahaman tentang PKBM
yang dapat mengakibatkan kontra produktif bagi pengembangan PKBM selanjutnya.
Adapun konsep tentang PKBM yang tertulis masih sangat terbatas, dan itupun masih
sangat kental dipengaruhi perspektif birokratik belum menggambarkan konsep yang
lebih utuh.

Dengan diakuinya secara eksplisit PKBM sebagai salah satu satuan pendidikan non
formal dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional, menjadi tanggungjawab semua pihak baik pemerintah pusat, pemerintah
propinsi, pemerintah kabupaten/kota dan masyarakat luas untuk mengembangkan
PKBM dalam rangka mensukseskan tujuan pendidikan nasional. Dengan demikian
keberadaan konsep PKBM yang lebih jelas dan lebih memadai bagi pengembangan
PKBM lebih lanjut sangat dibutuhkan. Tanpa adanya konsep PKBM yang jelas dan
memadai akan sulit dibangun rencana strategis yang baik dalam pengembangan
PKBM selanjutnya baik di tingkat institusi, di tingkat lokal, regional, maupun
nasional. Hal ini tentunya akan mengakibatkan tidak adanya sinergi, rendahnya
efektivitas dan inefisiensi dalam pengembangan PKBM lebih lanjut.

I.3 Pengembangan Konsep PKBM


Mengingat PKBM merupakan suatu institusi baru, maka pengembangan konsep
PKBM sementara ini lebih didasarkan atas hasil observasi yang bersifat umum
terhadap berbagai pengalaman PKBM selama ini. Konsep PKBM inipun sedang terus
berkembang seiring dengan berbagai inovasi yang muncul dalam pengalaman
pengembangan PKBM di lapangan. Di kemudian hari tentunya juga diharapkan
pengembangan konsep PKBM ini juga didasarkan atas berbagai hasil kajian dan
penelitian akademik yang lebih mendalam, sehingga dihasilkan konsep PKBM yang
lebih solid, lebih tajam dan lebih menyeluruh.

Pengembangan konsep PKBM haruslah memperhatikan dua faktor secara bersamaan


yaitu faktor kemampun konsep dalam menjelaskan secara lengkap dan utuh seluruh
eksistensi dan karakteristik PKBM itu sendiri dan faktor kemampuan konsep dalam
mengakomodasikan berbagai perkembangan dan keragaman PKBM baik yang telah
ada maupun yang akan datang. Atas dasar pertimbangan tersebut maka konsep PKBM
yang diuraikan dalam kesempatan ini lebih merupakan konsep yang bersifat generik.
Artinya konsep PKBM yang diungkapkan ini adalah konsep yang dapat
dikembangkan lebih lanjut ke dalam berbagai model-model PKBM yang bervariasi.

DPP FK PKBM Indonesia 5


Konsep dan Strategi Pengembangan PKBM

Pendekatan yang digunakan dalam mengembangkan konsep PKBM yang akan


diuraikan lebih lanjut didasarkan atas pendekatan yang bersifat induktif. Formulasi
konsep PKBM ini didasarkan atas pergumulan dan pengalaman praktis dalam
membentuk, membangun dan mengembangkan PKBM sehari-hari. Di samping itu,
juga melalui pengalaman dalam memperhatikan berbagai inovasi, keberhasilan dan
permasalahan yang dihadapi berbagai PKBM yang terungkap dalam berbagai diskusi
di pertemuan tingkat nasional tentang PKBM baik dalam kerangka Forum Komunikasi
PKBM Indonesia maupun dalam kerangka perumusan dan perbaikan berbagai
program dan kebijakan yang bekaitan dengan PKBM oleh Direktorat Jenderal
Pendidikan Luar Sekolah Depdiknas. Konsep PKBM yang diuraikan ini telah melalui
pembahasan oleh Dewan Pengurus Pusat Forum Komunikasi PKBM Indonesia
sebagai suatu organisasi nasional yang mewadahi kebersamaan dan persatuan PKBM
di seluruh Indonesia.

DPP FK PKBM Indonesia 6


Konsep dan Strategi Pengembangan PKBM

BAB II
KONSEP PKBM

Konsep PKBM menjelaskan secara utuh jati diri PKBM, siapa atau apakah PKBM itu,
bagaimana PKBM itu berkiprah dan ke arah mana PKBM itu berjalan/berkembang. Konsep
PKBM dapat dijelaskan dalam 6 (enam) aspek yang meliputi :

1. Filosofi PKBM,
2. Tujuan PKBM,
3. Bidang Kegiatan PKBM,
4. Komponen PKBM,
5. Parameter PKBM dan
6. Karakter PKBM.

Keenam aspek tersebut harus ada dalam konsep PKBM secara utuh. Tanpa salah satu aspek
tersebut maka PKBM akan kehilangan jati dirinya. Dengan demikian perencanan,
pembangunan, pengembangan dan evaluasi PKBM haruslah mencakup seluruh aspek tersebut
secara utuh.

Yang dimaksud dengan Filosofi PKBM adalah suatu formulasi singkat yang menggambarkan
idealisasi PKBM itu secara menyeluruh. Sedangkan Tujuan PKBM merupakan formulasi
yang menjelaskan arah yang harus dicapai atau visi dari PKBM itu sendiri. Bidang Kegiatan
PKBM menggambarkan ruang lingkup kegiatan dan pemasalahan yang digarap oleh PKBM.
Komponen PKBM adalah berbagai pihak yang terlibat dalam PKBM. Parameter PKBM
adalah ukuran yang digunakan untuk menilai tingkat kemajuan ataupun tingkat keberhasilan
suatu PKBM. Sedangkan Karakter PKBM menjelaskan nilai-nilai positif yang harus menjiwai
suatu PKBM agar PKBM tersebut dapat mencapai tujuannya secara sehat dan berkelanjutan.

II.1 Filosofi PKBM


Filosofi PKBM secara ringkas adalah dari, oleh dan untuk masyarakat. Ini berarti
bahwa PKBM adalah suatu institusi yang berbasis masyarakat (Community based
Institution). Hal ini dapat diuraikan secara lebih rinci sebagai berikut :

i. Dari masayarakat berarti bahwa pendirian PKBM haruslah selalu merupakan


inisiatif dari masyarakat itu sendiri yang datang dari suatu kesadaran akan
pentingnya peningkatan mutu kehidupannya melalui suatu proses-proses
transformasional dan pembelajaran. Inisiatif ini dapat saja dihasilkan oleh suatu
proses sosialisasi akan pentingnya PKBM dan hal-hal lainnya tentang PKBM

DPP FK PKBM Indonesia 7


Konsep dan Strategi Pengembangan PKBM

kepada beberapa anggota atau tokoh masyarakat setempat oleh pihak pemerintah
ataupun oleh pihak lain di luar komunitas tersebut.

Dalam hal pendirian suatu PKBM peran pemerintah ataupun pihak lain di luar
komunitas tersebut hanyalah berupa proses sosialisasi, motivasi, stimulasi dan
pelatihan untuk memperkenalkan PKBM secara utuh dan membuka perspektif
serta wawasan dan langkah-langkah yang dapat dilakukan dalam membentuk
PKBM serta dalam pengembangan selanjutnya. Proses sosialisasi ini hendaknya
tidak mengambil alih inisiatif pendirian yang harus murni datang dari kesadaran,
kemauan dan komitmen anggota masyarakat itu sendiri. Hal ini sangat penting
demi menjaga kelahiran PKBM itu secara sehat yang di kemudian hari akan
sangat menentukan kemandirian dan keberlanjutan PKBM tersebut.

ii. Oleh masyarakat berarti bahwa penyelenggaraan dan pengembangan serta


keberlanjutan PKBM sepenuhnya menjadi tanggungjawab masyarakat itu sendiri.
Ini juga bermakna adanya semangat kemandirian dan kegotongroyongan dalam
penyelenggaraan PKBM.

Dengan kata lain, penyelenggaraan PKBM tidak harus menunggu kelengkapan


ataupun kecanggihan sarana dan prasarana yang dimiliki oleh suatu masyarakat
dan tidak harus menunggu ada atau tidaknya ijin legal dari pemerintah setempat.
PKBM dapat saja berlangsung dalam kesederhanaan apapun yang dimiliki oleh
suatu masyarakat. Penyelenggaraan PKBM harus didasarkan dan memperhatikan
potensi yang dimiliki oleh suatu masyarakat.

Penyelenggaraan oleh masyarakat tentunya tidak berarti menutup kemungkinan


partisipasi dan kontribusi berbagai pihak lain di luar masyarakat tersebut.
Pemerintah, perorangan, lembaga-lembaga usaha, lembaga-lembaga sosial,
keagamaan dan sebagainya bahkan perorangan yang berasal dari luar masyarakat
itu pun dapat saja turut berpartisipasi dan berkontribusi. Namun semua bentuk
dukungan itu hendaknya harus tetap disertai semangat kemandirian dan komitmen
masyarakat itu sendiri untuk membangun dan mengembangkan PKBM tersebut.

iii. Untuk Masyarakat berarti bahwa keberadaan PKBM haruslah sepenuhnya demi
kemajuan kehidupan masyarakat dimana PKBM tersebut berada. Itu berarti juga
bahwa pemilihan program-program yang diselenggarakan di PKBM harus benar-
benar sesuai dengan kebutuhan masyarakat setempat. Hal ini tentunya juga tidak
berarti menutup kemungkinan anggota masyarakat di luar masyarakat tersebut

DPP FK PKBM Indonesia 8


Konsep dan Strategi Pengembangan PKBM

untuk dapat turut serta mengikuti berbagai program dan kegiatan yang
diselenggarakan oleh PKBM. Kemungkinan tersebut dapat saja diwujudkan
sepanjang tidak menghambat pemberian manfaat bagi masyarakat sekitarnya.
Prioritas dan fokus pemberdayaan tentunya haruslah tetap tertuju kepada
masyarakat sasaran PKBM itu sendiri. Masyarakat bertindak sekaligus sebagai
subyek dan obyek dalam berbagai kegiatan yang diselenggarakan oleh PKBM.

Secara Akronim PKBM berarti Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat. Pemaknaan


nama inipun dapat menjelaskan filosofi PKBM. Hal ini dapat dijelaskan secara
lebih rinci sebagai berikut :

a. Pusat, berarti bahwa penyelenggaraan PKBM haruslah terkelola dan


terlembagakan dengan baik. Hal ini sangat penting untuk efektivitas
pencapaian tujuan, mutu penyelenggaraan program-program, efisiensi
pemanfaatan sumber-sumber, sinergitas antar berbagai program dan
keberlanjutan keberadaan PKBM itu sendiri. Hal ini juga berkaitan dengan
kemudahan untuk dikenali dan diakses oleh seluruh anggota masyarakat
untuk berkomunikasi, berkoordinasi dan bekerjasama dengan berbagai
pihak baik yang berada di wilayah keberadaan PKBM tersebut maupun
dengan berbagai pihak di luar wilayah tersebut misalnya pemerintah,
lembaga-lembaga nasional maupun internasional, dan sebagainya.

Adanya pelembagaan berbagai kegiatan pembelajaran ini juga merupakan


salah satu kelebihan dari keberadaan PKBM dalam suatu kelompok
masyarakat tertentu. Pada umumnya, dalam setiap kelompok masyarakat
hampir selalu ada berbagai upaya pembelajaran yang bersifat non formal.
Namun seringkali berbagai kegiatan dan program tersebut tidak terkelola
dan terlembagakan dengan baik dan tidak terpadu sehingga keberlanjutan
dan mutu kegiatannya sulit dipertahankan dan ditingkatkan.

b. Kegiatan, berarti bahwa di PKBM diselenggarakan berbagai kegiatan-


kegiatan yang bermanfaat bagi kehidupan masyarakat setempat. Ini juga
berarti bahwa PKBM selalu dinamis, kreatif dan produktif melakukan
berbagai kegiatan-kegiatan yang positif bagi masyarakat setempat.
Kegiatan-kegiatan inilah yang merupakan inti dari keberadaan PKBM.
Kegiatan-kegiatan ini tentunya juga sangat tergantung pada konteks
kebutuhan dan situasi kondisi masyarakat setempat.

DPP FK PKBM Indonesia 9


Konsep dan Strategi Pengembangan PKBM

c. Belajar, berarti bahwa berbagai kegiatan yang diselenggarakan di PKBM


haruslah merupakan kegiatan yang mampu memberikan terciptanya suatu
proses transformasi dan peningkatan kapasitas serta perilaku anggota
komunitas tersebut ke arah yang lebih positif.

Belajar dapat dilakukan oleh setiap orang sepanjang hayatnya di setiap


kesempatan. Belajar tidak hanya monopoli kaum muda, tetapi juga mulai
dari bayi sampai pada orang-orang tua. Belajar juga dapat dilakukan dalam
berbagai dimensi kehidupan. Belajar dapat dilakukan dalam kehidupan
berkesenian, beragama, berolahraga, adat istiadat dan budaya, ekonomi,
sosial, politik dan sebagainya. Dimensi belajar seluas dimensi kehidupan itu
sendiri. Dengan demikian PKBM merupakan suatu institusi terdepan yang
langsung berada di tengah-tengah masyarakat yang mengelola dan
mengimplementasikan konsep belajar sepanjang hayat atau Life Long
Learning dan Life Long Education serta pendidikan untuk semua atau
Education For All.

Penggunaan kata ‘belajar’ dalam PKBM dan bukan kata ‘pendidikan’ juga
memiliki makna tersendiri. Belajar lebih menekankan pada inisiatif dan
kemauan yang kuat serta kedewasaan seseorang untuk dengan sadar
menghendaki untuk mengubah dirinya ke arah yang lebih baik. Belajar
lebih menekankan upaya-upaya warga belajar itu sendiri sedangkan peran
sumber belajar atau pengajar lebih sebagai fasilitator sehingga lebih bersifat
bottom up dan lebih berkesan non formal. Sedangkan pendidikan sebaliknya
lebih bersifat top-down, dan lebih berkesan formal, inisiatif lebih banyak
datang dari sumber belajar atau pengajar.

d. Masyarakat, berarti bahwa PKBM adalah upaya bersama suatu masyarakat


untuk memajukan dirinya sendiri secara bersama-sama sesuai dengan
ukuran-ukuran idealisasi masyarakat itu sendiri akan makna kehidupan.
Dengan demikian ciri-ciri suatu masyarakat akan sangat kental mewarnai
suatu PKBM baik mewarnai tujuan-tujuannya, pilihan dan disain program
dan kegiatan yang diselenggarakan, serta budaya yang dikembangkan dan
dijiwai dalam kepemimpinan dan pengelolaan kelembagaannya. Hal ini juga
berarti bahwa dalam suatu masyarakat yang heterogen PKBM akan lebih
mencerminkan multikulturalisme sedangkan dalam masyarakat yang relatif
lebih homogen maka PKBM juga akan lebih mencerminkan budaya khas
masyarakat tersebut.

DPP FK PKBM Indonesia 10


Konsep dan Strategi Pengembangan PKBM

PKBM bukanlah suatu institusi yang dikelola secara personal, individual


dan elitis. Dengan pemahaman ini tentunya akan lebih baik apabila PKBM
tidak merupakan institusi yang dimiliki oleh perorangan atau kelompok
elitis tertentu dalam suatu masyarakat. Tetapi keberadaan penyelenggara
maupun pengelola PKBM tentunya mencerminkan peran serta seluruh
anggota masyarakat tersebut. Dalam situasi transisi ataupun situasi khusus
tertentu peran perorangan atau tokoh-tokoh tertentu atau sekelompok
anggota masyarakat tertentu dapat saja sangat dominan dalam
penyelenggaraan dan pengelolaan PKBM demi efisiensi dan efektivitas
penyelenggaraan, prakteknya tidaklah menjadi kaku, dapat saja lebih
fleksibel.

Kata ‘masyarakat’ juga untuk membedakan secara dikotomis dengan


pemerintah. Artinya seyogyanya PKBM itu milik masyarakat bukan milik
pemerintah. Kontribusi pemerintah adalah dalam mendukung dan
memfasilitasi keberlangsungan dan pengembangan PKBM dapat saja jauh
lebih besar porsinya dibandingkan kontribusi masyarakat dalam nilai
kuantitas tetapi semuanya itu haruslah diposisikan dalam kerangka
dukungan bukan mengambil-alih tanggungjawab masyarakat. Hal ini
bukanlah mengarah pada seberapa besar proporsi kuantitas, tetapi lebih
kepada semangat, kualitas dan komitmen. Tentu saja hal ini harus
didasarkan pada konteks dan potensi masing masing masyarakat. Ini juga
tidak berarti bahwa mustahil adanya pegawai negeri sipil bekerja dalam
suatu PKBM baik sebagai tenaga pendidik maupun tenaga kependidikan,
ataupun ini tidak berarti mustahil adanya alokasi anggaran pemerintah untuk
membangun dan meningkatkan sarana dan prasarana PKBM serta dana
operasional PKBM. Bahkan sebaliknya, tanggungjawab pemerintah dalam
pembangunan dan pembinaan PKBM haruslah tercermin dalam alokasi-
alokasi anggaran pemerintah yang signifikan dalam memperkuat
penyelenggaraan dan mutu pogram PKBM namun keseluruhannya itu
haruslah dikembangkan selaras dengan dukungan bagi penguatan peran dan
tanggungjawab masyarakat dalam menyelenggarakan dan mengelola
PKBM.

Penggunaan kata ‘masyarakat’ juga perlu dipahami secara lebih khusus.


Dalam pengertian bahasa Indonesia, kata ‘masyarakat’ dapat dipahami
dalam arti yang lebih luas misalnya ‘masyarakat Indonesia’ tetapi dapat juga

DPP FK PKBM Indonesia 11


Konsep dan Strategi Pengembangan PKBM

dipahami dalam arti yang lebih sempit dan terbatas, misalnya ‘masyarakat
RT-06 RW 05 Kelurahan Cirangrang Kecamatan Babakan Ciparay, Kota
Bandung’. Kata ‘masyarakat’ dalam PKBM lebih dimaksudkan pada
pengertian masyarakat dalam arti lebih sempit dan terbatas. Dalam bahasa
Inggris, padanan katanya adalah community, atau diterjemahkan menjadi
‘komunitas’. Pemahaman ini memberi implikasi bahwa PKBM haruslah
merupakan institusi yang dibangun dan dikembangkan dalam suatu
masyarakat yang bersifat terbatas dan bersifat setempat, bersifat lokal.
Batasan ini dapat dikategorikan dalam batasan geografis maupun batasan
karakteristik. Batasan geografis dapat berarti dalam suatu wilayah tertentu
seperti suatu Kampung atau Dusun tertentu, suatu Desa atau Kelurahan
tertentu ataupun suatu Kecamatan tertentu. Batasan Karakteristik dapat saja
mengacu pada suatu kelompok masyarakat yang mengalami suatu
persamaan permasalahan tertentu misalnya suatu kelompok masyarakat
yang karena permasalahan sosial tertentu sama-sama berada dalam suatu
Lembaga Pemasyarakatan tertentu dan sebagainya. Dengan pemahaman ini
tentu sulitlah dipahami adanya suatu PKBM yang mengklaim PKBM skala
yang terlalu luas wilayah cakupannya misalnya skala propinsi atau skala
nasional.

II.2 Tujuan PKBM


Pada dasarnya tujuan keberadaan PKBM di suatu komunitas adalah terwujudnya
peningkatan kualitas hidup komunitas tersebut dalam arti luas. Pemahaman tentang
mutu hidup suatu komunitas sangat ditentukan oleh nilai-nilai yang hidup dan diyakini
oleh komunitas tersebut. Nilai-nilai yang diyakini oleh suatu komunitas akan berbeda
dari suatu komunitas ke komunitas yang lain. Dengan demikian rumusan tujuan setiap
PKBM tentunya menjadi unik untuk setiap PKBM.

Berbicara tentang mutu kehidupan akan mencakup dimensi yang sangat luas seluas
dimensi kehidupan itu sendiri. Mulai dari dimensi spiritual, social, ekonomi,
kesehatan, mentalitas dan kepribadian, seni dan budaya dan sebagainya. Ada
komunitas yang hanya menonjolkan satu atau dua dimensi saja sementara dimensi
lainnya kurang diperhatikan, tetapi ada juga komunitas yang mencoba memandang
penting semua dimensi. Ada komunitas yang menganggap suatu dimensi tertentu
merupakan yang utama sementara komunitas lainnya bahkan kurang memperhatikan
dimensi tersebut.

DPP FK PKBM Indonesia 12


Konsep dan Strategi Pengembangan PKBM

Untuk memperoleh suatu konsep mutu kehidupan yang secara umum dapat diterima
oleh berbagai komunitas yang beragam, dikembangkanlah beberapa konsep seperti
Human Development Index (Indeks Pembangunan Manusia). Indeks ini
menggambarkan tingkatan mutu kehidupan suatu komunitas. Dengan menggunakan
indeks ini kita dapat membandingkan tinggi rendahnya mutu kehidupan suatu
komunitas relatif dengan komunitas yang lain. Dengan menggunakan indeks ini juga
kita dapat memonitor kemajuan upaya peningkatan mutu kehidupan suatu komunitas
tertentu secara kuantitatif. Suatu PKBM dapat saja memanfaatkan indeks tersebut
sebagai wahana dalam merumuskan tujuannya serta dalam mengukur sudah sejauh
mana PKBM tersebut telah efektif dalam memajukan mutu kehidupan komunitas
sekitarnya.

II.3 Bidang Kegiatan PKBM


Selaras dengan tujuan PKBM yaitu terwujudnya peningkatan mutu hidup komunitas,
dimana dimensi mutu kehidupan itu sangatlah luas, maka bidang kegiatan yang
dicakup oleh suatu PKBM pun sangatlah luas mencakup semua dimensi kehidupan itu
sendiri. Untuk memudahkan dalam analisis, perencanaan dan evaluasi, keragaman
bidang kegiatan yang diselenggarakan di PKBM ini dapat saja dikelompokkan dalam
beberapa kelompok kegiatan yang lebih sedikit namun menggambarkan kemiripan ciri
dari setiap kegiatan yang tergolong di dalamnya. Khusus untuk negara-negara
berkembang seperti Indonesia, berdasarkan pengalaman PKBM, seluruh kegiatan
PKBM dapat dikelompokkan dalam tiga bidang kegiatan, yaitu bidang kegiatan
pembelajaran (learning activities), bidang kegiatan usaha ekonomi produktif
(business activities) dan bidang kegiatan pengembangan masyarakat (community
development activities).

1. Kegiatan Pembelajaran
Yang termasuk dalam bidang kegiatan pembelajaran adalah semua kegiatan
yang merupakan proses pembelajaran bagi anggota komunitas dan berupaya
melakukan transformasi kapasitas/kemampuan/kecerdasan intelektual, emosi
dan spiritual, watak dan kepribadian meliputi aspek kognisi, afeksi dan
psikomotorik. Pembelajaran juga mencakup seluruh kalangan baik dari usia
dini sampai lanjut usia, pria dan wanita, dan semua orang tanpa terkecuali.
Yang termasuk dalam bidang kegiatan ini antara lain :
a. Program Pendidikan Anak Usia Dini
b. Program Pendidikan Kesetaraan SD (Paket A), SMP (Paket B), SMA
(Paket C)
c. Program Pendidikan Mental dan Spiritual

DPP FK PKBM Indonesia 13


Konsep dan Strategi Pengembangan PKBM

d. Program Pendidikan Keterampilan


e. Program Pendidikan Vokasional
f. Program Pendidikan Kewarganegaraan
g. Program Pendidikan Kerumahtanggaan
h. Program Pendidikan Kewirausahaan
i. Program Pendidikan Seni dan Budaya
j. Program Pendidikan Hobi dan Minat
k. Pendidikan Keaksaraan Fungsional
l. Dan lain-lain.

2. Kegiatan Usaha/Ekonomi Produktif (Bisnis)


Bidang kegiatan usaha ekonomi produktif mencakup semua kegiatan yang
berkaitan dengan upaya peningkatan kapasitas/pemberdayaan ekonomi
anggota komunitas. Di dalamnya mencakup semua program antara lain :
a. Unit usaha PKBM
b. Kelompok Belajar Usaha
c. Pengembangan usaha warga masyarakat
d. Kerjasama dan jaringan usaha masyarakat
e. Upaya-upaya peningkatan produktivitas masyarakat
f. Penciptaan lapangan kerja baru
g. dan sebagainya.

Di dalamnya juga meliputi seluruh aspek usaha mulai dari


- pembangunan usaha baru
- perluasan pemasaran
- pengembangan permodalan
- peningkatan mutu
- peningkatan kemampuan manajemen usaha
- peningkatan kemampuan inovasi dan perancangan produk
- dan sebagainya.

3. Kegiatan Pengembangan Masyarakat


Bidang pengembangan masyarakat mencakup berbagai kegiatan dalam
rangka penguatan kapasitas komunitas tersebut sebagai suatu kelompok/
komunal. Di dalamnya tercakup berbagai jenis kegiatan seperti :
- penguatan sarana/prasarana/infrastruktur baik fisik maupun non fisik
- penguatan kohesivitas di antara masyarakat
- perbaikan dan pengembangan lingkungan

DPP FK PKBM Indonesia 14


Konsep dan Strategi Pengembangan PKBM

- Penggalian, pengembangan dan pembudayaan bahasa dan budaya asli


komunitas tersebut.
- Pembaharuan sistem kaderisasi kepemimpinan di komunitas tersebut
- Pembaharuan sistem administrasi pemerintahan di komunitas tersebut
- Pembaharuan dan penguatan pranata sosial yang ada di komunitas
tersebut
- penyuluhan hukum, kesehatan, lingkungan, dan lain-lain.
- penciptaan, penguatan dan reorientasi suatu budaya tertentu
- dan sebagainya.

II.4 Komponen PKBM


1. Komunitas Binaan/Sasaran
Setiap PKBM memiliki komunitas yang menjadi tujuan atau sasaran
pengembangannya. Komunitas ini dapat dibatasi oleh wilayah geografis tertentu
ataupun komunitas dengan permasalahan dan kondisi sosial ekonomi tertentu.
Misalnya komunitas warga kelurahan Cirangrang, Kecamatan Babakan Ciparay
Kota Bandung, komunitas anak-anak jalanan di Kecamatan Babakan Ciparay
Kota Bandung , dan lain-lain.

2. Warga Belajar
Warga belajar adalah sebagaian dari komunitas binaan atau dari komunitas
tetangga yang dengan suatu kesadaran yang tinggi mengikuti satu atau lebih
program pembelajaran yang ada.

3. Pendidik/Tutor/Instruktur/Narasumber Teknis
Pendidik/tutor/instruktur/narasumber teknis adalah sebagian dari warga komunitas
tersebut ataupun dari luar yang bertanggungjawab langsung atas proses-proses
pembelajaran yang ada.

DPP FK PKBM Indonesia 15


Konsep dan Strategi Pengembangan PKBM

4. Penyelenggara dan Pengelola


Penyelenggara dan pengelola PKBM adalah satu atau beberapa warga masyarakat
setempat yang bertanggungjawab atas kelancaran dan pengembangan PKBM serta
bertanggungjawab untuk memelihara dan mengembangkannya. Didalamnya
termasuk penyelenggara kelembagaan PKBM, pengelola operasional lembaga
PKBM dan pengelola suatu program tertentu yang diselenggarakan oleh PKBM
tersebut.

5. Mitra PKBM
Adalah pihak-pihak dari luar komunitas maupun lembaga-lembaga yang memiliki
agen atau perwakilan atau aktivitas atau kepentingan atau kegiatan dalam
komunitas tersebut yang dengan suatu kesadaran dan kerelaan telah turut
berpartisipasi dan berkontribusi bagi keberlangsungan dan pengembangan suatu
PKBM.

II.5 Parameter PKBM


a. Partisipasi masyarakat (Community participation)
Salah satu ukuran kemajuan suatu PKBM adalah kualitas dan kuantitas partisipasi
masyarakat dalam perencanaan, pendirian, penyelenggaraan maupun
pengembangan PKBM. Semakin tinggi jumlah anggota masyarakat yang
berpartisipasi dalam suatu PKBM maka semakin tinggi pula dianggap keberhasilan
dan kemajuan PKBM tersebut. Demikian juga semakin tinggi mutu keterlibatan
masyarakat setempat dalam suatu PKBM menggambarkan semakin tinggi
kemajuan suatu PKBM. Semakin tinggi tingkat partisipasi masyarakat dalam suatu
PKBM, akan terlihat dalam setiap proses manajemen yang ada. Baik dalam
perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengendalian maupun dalam
berbagai kegiatan dan permasalahan yang ada di PKBM tersebut. Partisipasi
masyarakat juga dapat ditunjukkan dalam dukungan dalam penyediaan sarana dan
prasarana, dana, tenaga personalia, ide dan gagasan, dan sebagainya.

b. Manfaat bagi masyarakat (Impact)


Parameter berikutnya untuk mengukur tingkat kemajuan suatu PKBM adalah
manfaat bagi masyarakat. Yang dimaksud dengan manfaat (impact) adalah
seberapa besar PKBM tersebut telah memberikan sumbangan yang berarti bagi
peningkatan mutu kehidupan komunitas tersebut. Sumbangan ini dapat berupa
peningkatan pengetahuan anggota masyarakat, peningkatan keterampilan,

DPP FK PKBM Indonesia 16


Konsep dan Strategi Pengembangan PKBM

perbaikan perilaku, peningkatan pendapatan, penciptaan lapangan kerja,


penciptaan keharmonisan dan lain-lain.

c. Mutu dan relevansi program


Mutu dan relevansi program yang diselenggarakan oleh PKBM merupakan
parameter berikutnya bagi kemajuan suatu PKBM. Untuk menilai mutu dan
relevansi program yang diselenggarakan, perlu memperhatikan input, proses dan
output dalam pelaksanaan program. Untuk mengukur mutu dan relevansi program-
program pembelajaran yang diselenggarakan telah banyak dikembangkan model-
model pengukuran dan evaluasi pendidikan maupun model-model pengukuran dan
evaluasi mutu yang lebih general, misalnya Manajemen Mutu Total (Total Quality
Management atau TQM), seri International Standard Organization (ISO) dan lain-
lain.

d. Kemandirian dan Keberlanjutan lembaga (Sustainability)


Yang dimaksud kemandirian di sini adalah kemampuan PKBM untuk tetap
berjalan dengan baik melaksanakan berbagai programnya tanpa harus bergantung
kepada berbagai pihak lain di luar dirinya. Sedangkan yang dimaksud dengan
keberlanjutan lembaga di sini adalah kemampuan PKBM untuk tetap bertahan terus
menerus melaksanakan seluruh programnya sesuai dengan dinamika kebutuhan
yang ada di komunitas tersebut. Untuk meningkatkan kemandirian dan
keberlanjutan lembaga perlu dikembangkan sistem pendanaan yang lebih mandiri
dan berkelanjutan, meningkatkan kemampuan lembaga dalam melakukan inovasi
program, membangun system manajemen yang baik, melakukan pelatihan dan
pengembangan personalia yang baik dan melakukan sistem kaderisasi
kepemimpinan yang baik.

DPP FK PKBM Indonesia 17


Konsep dan Strategi Pengembangan PKBM

II.6 Karakter PKBM


Karakter merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari PKBM. Karakter PKBM
menunjukkan nilai-nilai yang harus selalu menjiwai seluruh kegiatan PKBM. Untuk
membangun PKBM yang baik maka harus juga dibentuk dan diperkuat terus karakter
PKBM. Tanpa memiliki karakter, PKBM akan sulit bertahan dan berkembang dengan
baik dalam mencapai tujuan-tujuannya. Setidaknya ada 7 karakter yang harus dimiliki
dan dikembangkan dalam suatu PKBM yaitu :

1. Keperdulian terhadap yang lebih berkekurangan


2. Kemandirian dalam penyelenggaraan
3. Kebersamaan dalam kemajuan
4. Kebermaknaan setiap program dan kegiatan
5. Kemitraan dengan semua pihak yang ingin berpartisipasi dan berkontribusi
6. Fleksibilitas program dan penyelenggaraan
7. Pembaharuan diri yang terus menerus (continuous improvemen).

DPP FK PKBM Indonesia 18


Konsep dan Strategi Pengembangan PKBM

BAB III
RENCANA STRATEGIS PENGEMBANGAN PKBM

III.1 Pentingnya Rencana Strategis Pengembangan PKBM


Pada dasarnya yang dimaksud dengan strategi bagi suatu PKBM adalah rencana
berskala besar yang berorientasi jangka panjang yang jauh ke masa depan serta
menetapkan sedemikian rupa sehingga memungkinkan PKBM berinteraksi secara
efektif dengan lingkungannya dalam kondisi persaingan yang kesemuanya diarahkan
pada optimalisasi pencapaian tujuan dan berbagai sasaran yang bersangkutan.
Strategi harus bersifat menyeluruh dan terpadu. Strategi dapat juga dikatakan
sebagai suatu rencana yang disatukan, menyeluruh dan terpadu yang mengaitkan
keunggulan strategi PKBM dengan tantangan lingkungan dan dirancang untuk
memastikan bahwa tujuan utama PKBM dapat dicapai melalui pelaksanaan yang
tepat oleh PKBM.

Strategi pengembangan PKBM sangat penting baik di tingkat kelembagaan PKBM


maupun di tingkat nasional. Pada tingkat kelembagaan, sumberdaya yang terbatas
yang dimiliki oleh msyarakat dan tujuan-tujuan yang sedemikian banyak yang harus
dicapai, menuntut adanya suatu strategi PKBM yang baik. Tanpa strategi yang baik
akan sulit diperoleh efektivitas dan efisiensi pengembangan suatu PKBM tertentu.
Pada tingkat nasional, keberadaan strategi pengembangan PKBM akan memberikan
suatu kerangka bersama seluruh pihak yang terkait dalam rangka membangun
PKBM sebagai salah satu satuan pendidikan, membangun PKBM sebagai salah satu
wahana pembangunan nasyarakat secara menyeluruh dan membangun PKBM
sebagai agen pembangunan berkelanjutan di tingkat akar rumput. Keberadaan
strategi ini akan menolong masing-masing pihak yang terlibat untuk saling
memberikan kontribusi terbaiknya dan secara simultan terjadi sinergi dari
keseluruhan upaya yang dilakukan tersebut.

III.2 Perumusan Visi, Misi dan Nilai-Nilai Suatu PKBM


Langkah awal dalam perumusan strategi PKBM adalah penetapan visi PKBM. Visi
merupakan bayangan cermin mengenai keadaan internal dan kehandalan inti suatu
PKBM di masa yang akan datang. Seringkali pengertian visi tertukar dengan
pengertian misi. Visi adalah gambaran tentang masa depan yang realistik dan ingin
diwujudkan dalam kurun waktu tertentu yang cukup panjang. Visi menjawab
pertanyaan ‘kita ingin menjadi seperti apa’. Visi adalah pernyataan tentang keadaan

DPP FK PKBM Indonesia 19


Konsep dan Strategi Pengembangan PKBM

kita di masa datang yang kita inginkan. Visi harus dapat memberikan kepekaan yang
kuat tentang fokus dari suatu PKBM.

Pernyataan visi PKBM perlu diekspresikan dengan baik agar mampu menjadi tema
yang mempersatukan semua pihak di PKBM bahkan juga di tengah-tengah komunitas
dimana PKBM berada, menjadi media komunikasi dan motivasi semua pihak, serta
sebagai sumber kreativitas dan inovasi PKBM. Kriteria pembuatan visi meliputi antara
lain :
- visi bukanlah fakta, tetapi gambaran pandangan ideal masa depan yang ingin
diwujudkan
- visi dapat memberikan arahan mendorong anggota PKBM untuk menunjukkan
kinerja yang baik
- dapat menimbulkan inspirasi dan siap menghadapi tantangan
- menjembatani masa kini dan masa datang
- gambaran yang realistik dan kredibel dengan masa depan yang menarik
- sifatnya tidak statis dan tidak untuk selamanya.

Suatu visi PKBM agar menjadi realistik, dapat dipercaya dan meyakinkan, serta
mengandung daya tarik, maka dalam proses pembuatannya perlu melibatkan semua
pemangku kepentingan (stakeholder). Selain keterlibatan berbagai pihak, visi perlu
secara intensif dikomunikasikan kepada semua pihak yang terkait dengan PKBM
sehingga merasa sebagai pemilik dari visi itu. Visi sebaiknya dibuat dalam kalimat
yang singkat sehingga mudah diingat dan dijadikan sebagai komitmen.

Visi yang telah diperoleh harus diterjemahkan ke dalam arah yang lebih pragmatis dan
konkrit yang dapat dijadikan sebagai acuan dalam pengembangan target, prioritas dan
aktivitas. Untuk itu diperlukan pernyataan misi yang lebih tajam dan lebih rinci jika
dibandingkan dengan visi. Sehingga visi lebih merupakan keadaan masa datang
sedangkan misi lebih merupakan cara untuk mencapainya.

Misi adalah pernyataan mengenai hal-hal yang harus dicapai PKBM bagi semua pihak
yang berkepentingan di masa datang. Pernyataan misi mencerminkan tentang segala
sesuatu penjelasan tentang pelayanan yang ditawarkan PKBM. Pernyataan misi
haruslah :
- menunjukkan secara jelas mengenai apa yang hendak dicapai oleh PKBM dan
bidang kegiatan utama dari suatu PKBM
- secara eksplisit mengandung apa yang harus dilakukan untuk mencapainya

DPP FK PKBM Indonesia 20


Konsep dan Strategi Pengembangan PKBM

- mengundang partisipasi masyarakat yang luas terhadap perkembangan bidang


utama PKBM

Dalam mencapai visi dan misi, dibutuhkan suatu nilai-nilai yang akan mengarahkan
semua pihak terkait bagaimana harus melaksanakan tugas masing-masing setiap
harinya. Nilai-nilai adalah kriteria tentang kebaikan dan kebenaran yang diyakini dan
diterapkan dalam kehidupan PKBM, sehingga menjadi norma yang diyakini dalam
kehidupan individu. Nilai adalah pedoman yang dibuat dan dianut oleh PKBM
sehingga mengikat semua pihak terkait di PKBM untuk berperilaku sesuai dengan
nilai-nilai yang dianut itu. Kriteria nilai-nilai adalah :
- Kriteria tentang kebaikan dan kebenaran yang diyakini dan diterapkan dalam
kehidupan PKBM
- Faktor penggerak perilaku PKBM dan mendorong keunggulan setiap orang di
PKBM
- Mampu mengklarifikasi ekspektasi kinerja mutu
- Menghargai semua stakeholder
- Sangat menentukan pencapaian visi dan misi
- Perilaku pimpinan sebagai teladan.

III.3 Melakukan Analisis Lingkungan PKBM (Analisis SWOT)


PKBM hidup dalam suatu lingkungan yang selalu saling berhubungan dan
mempengaruhi. Sehingga untuk mempertahankan keberlanjutan PKBM, perlu dikenali
dan dikuasai berbagai informasi lingkungan strategik PKBM. Untuk menghasilkan
suatu strategi PKBM yang tepat dibutuhkan adanya suatu analisis lingkungan strategik
PKBM. Tujuan analisis lingkungan ini adalah untuk mengenali kekuatan dan
kelemahan internal PKBM dan memahami peluang serta tantangan eksternal sehingga
PKBM dapat mengantisipasi perubahan-perubahan yang akan terjadi di masa datang.

Langkah awal dalam analisis lingkungan adalah melakukan identifikasi berbagai


sumber informasi yang akan digunakan. Sumber informasi ini dapat dibagi menjadi 3
level, yaitu lingkungan tugas, lingkungan lembaga, dan lingkungan makro. Yang
dimaksud dengan lingkungan tugas adalah sumber-sumber informasi yang
berhubungan dengan tugas pokok dan fungsi. Lingkungan lembaga meliputi sumber
sumber informasi berkaitan dengan berbagai organisasi dan lembaga lain yang
berkaitan dengan PKBM. Sedangkan lingkungan makro adalah sumber-sumber
informasi yang meliputi sektor sosial, ekonomi, politik, ilmu pengetahuan dan
teknologi, dan lain-lain yang dapat memberikan pengaruh terhadap PKBM baik secara
langsung maupun tidak langsung.

DPP FK PKBM Indonesia 21


Konsep dan Strategi Pengembangan PKBM

Dalam melakukan analisis lingkungan PKBM perlu memperhatikan segala kondisi,


situasi, keadaan, peristiwa dan pengaruh-pengaruh di dalam dan di sekeliling PKBM
yang berdampak pada kehidupan PKBM berupa kekuatan internal, kelemahan
internal, peluang eksternal dan tantangan/ancaman eksternal.

Yang dimaksud dengan kekuatan internal (Strength) adalah situasi dan kemampuan
internal yang bersifat positif yang memungkinkan PKBM meraih keuntungan strategis
dalam mencapai visi dan misi. Kelemahan internal (Weakness) adalah situasi dan
faktor-faktor yang berasal dari dalam PKBM yang bersifat negatif dan dapat
menghambat PKBM dalam mencapai visi dan missi. Yang dimaksud dengan peluang
eksternal (Opportunity) adalah situasi dan faktor-faktor luar PKBM yang bersifat
positif dan dapat membantu PKBM dalam mencapai visi dan misinya. Yang dimaksud
dengan tantangan/ancaman eksternal (Threat) adalah situasi dan faktor-faktor luar
PKBM yang bersifat negatif dan dapat menghambat ataupun mengakibatkan PKBM
gagal dalam mencapai visi dan misinya.

Setelah dilakukan analisis lingkungan maka akan diperoleh peta kekuatan, kelemahan,
peluang dan ancaman yang dimiliki oleh PKBM. Dalam analisis tersebut juga perlu
dikritisi signifikansi dari setiap butir analisis dan dibandingkan satu dengan yang lain
untuk memahami lebih jauh. Salah satu cara efektif dan sederhana dalam mengolah
hasil analisis SWOT adalah dengan mengkonfrontasikan setiap butir analisis tersebut
satu dengan yang lainnya. Dari setiap perbandingan dan konfrontasi tersebut dapat
dikembangkan suatu asumsi strategi tertentu untuk memberikan solusi terhadap
kesenjangan (gap) yang ada. Hasilnya dapat dikonfrontasikan dengan visi, misi, dan
nilai-nilai untuk melihat berbagai kemungkinan-kemungkinan yang paling
menguntungkan bagi pencapaian visi dan misi PKBM, yang selanjutnya
kemungkinan-kemungkinan ini sering disebut sebagai rumusan startegi PKBM.

III.4 Penetapan Rencana Aksi PKBM


Sebelum PKBM menetapkan target-target yang harus dicapai sebagai wujud dari
rencana aksinya, maka perlu dirumuskan lebih dahulu tujuan-tujuan dari PKBM.
Pencapaian tujuan dapat menjadi tolok ukur untuk menilai kinerja PKBM. Tujuan
PKBM dapat bersifat kualitatif dan kuantitatif. Ada beberapa kriteria yang harus
dipenuhi dalam perumusan tujuan PKBM, yaitu :
- Tujuan harus serasi dan harus lebih mengklarifikasi visi, misi, dan nilai-nilai
yang sudah ditetapkan sebelumnya

DPP FK PKBM Indonesia 22


Konsep dan Strategi Pengembangan PKBM

- Tujuan biasanya bersifat jangka lebih panjang dan dirumuskan dalam beberapa
tujuan yang tidak terlalu banyak, umumnya sekitar 2 sampai 3 tujuan
- Tujuan cenderung secara esensial tidak berubah kecuali terjadi pergeseran
lingkungan atau dalam hal isu strategis tertentu, hasil yang diharapkan telah
tercapai
- Tujuan harus dapat mengatasi kesenjangan antara tingkat pelayanan dan
kondisi saat ini dan yang diinginkan
- Tujuan menggambarkan hasil yang diinginkan dan arah yang jelas tetapi belum
menetapkan ukuran-ukuran spesifik
- Tujuan harus menantang, namun realistik untuk dicapai

Target PKBM merupakan penggambaran yang lebih spesifik, konkrit dan rinci tentang
hasil yang ingin dicapai melalui dan tindakan-tindakan yang ingin diambil dalam
mencapai tujuan PKBM yang telah ditetapkan sebelumnya. Target mengungkapkan
secara spesifik tugas yang harus dilaksanakan dalam jangka pendek. Target
merupakan bagian integral yang tak terpisahkan dari suatu proses perencanaan
strategis PKBM. Target haruslah fokus pada aksi yang bersifat spesifik, agresif, dapat
diukur, dapat dicapai, berorientasi hasil, dan berbatas waktu. Target juga harus
mengindikasikan dengan jelas berapa alokasi anggaran dan sumber-sumber yang akan
mendukung pelaksanaan kegiatannya. Keseluruhan akumulasi pencapaian target
haruslah meyakinkan akan dengan sendirinya mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Ada beberapa pertanyaan yang dapat dipertimbangkan dalam menyusun target :
- Jika serangkaian tindakan ini diimplementasikan apakah masuk akal bahwa
semua tujuan akan tercapai?
- Berapa biaya yang dibutuhkan dan keuntungan yang diperoleh untuk
serangkaian tindakan yang dihasilkan?
- Apakah rangkaian tindakan yang akan diambil akan berdampak positif atau
negatif kepada setiap tujuan yang ada?
- Apakah target tertentu tergantung pada keberhasilan implementasi target
lainnya?
- Jika diperlukan perubahan, berapa lama waktu yang diperlukan?
- Adakah kendala yang akan terjadi?
- Setelah diimplementasikan apakah dibutuhkan perubahan prosedur tertentu?
- Jika ya apa dampaknya bagi PKBM?
- Langkah-langkah apa saja lagi yang dibutuhkan untuk mengimplementasikan
rangkaian tindakan yang ada dan berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk
tiap langkah?

DPP FK PKBM Indonesia 23


Konsep dan Strategi Pengembangan PKBM

Setelah diperoleh target-target operasional yang spesifik, dilanjutkan dengan


penyusunan rencana kerja operasional. Rencana kerja operasional adalah tingkatan
dimana hasil aktual dari suatu target dilaksanakan. Rencana kerja operasional
menggambarkan siapa yang akan bertanggungjawab atas setiap langkah, dan kapan
langkah tersebut harus selesai. Proses penyusunan rencana kerja operasional adalah
sebagai berikut :
- Merinci rencana kerja operasional dalam langkah-langkah
- Menentukan penanggungjawab implementasi rencana
- Mengatur kerangka waktu penyelesaian rencana
− Menentukan sumberdaya yang dibutuhkan untuk melaksanakan
rencana

DPP FK PKBM Indonesia 24


Konsep dan Strategi Pengembangan PKBM

BAB IV
STRATEGI PENGEMBANGAN PKBM DI INDONESIA

IV.1 Pentingnya Rencana Strategis Pengembangan PKBM Secara Nasional


Sejak dimulainya PKBM di Indonesia pada tahun 1998 dan pemerintah dalam hal ini
melalui Departemen Pendidikan Nasional dan dinas-dinas pendidikan di propinsi dan
kabupaten/kota mengembangkan berbagai kebijakan dan program untuk
mengembangkan PKBM, banyak ditemukan berbagai permasalahan yang diduga salah
satu penyebabnya adalah tidak adanya rencana strategis pengembangan PKBM.
Munculnya rumor tentang PKBM ‘siluman’ dan PKBM ‘fiktif’ serta PKBM ‘papan
nama’ merupakan salah satu contoh. Dalam kasus ini, yang dimaksud adalah
munculnya sejumlah PKBM yang hanya ada di atas kertas laporan namun fakta
kegiatannya dan kelembagaannya di lapangan tidak ada atau mungkin hanya
sementara saja. Hal ini dapat terjadi karena adanya beberapa pihak yang
menyalahgunakan program dan niat baik pemerintah dengan memberikan ‘block
grant’ sejumlah dana tertentu kepada pihak yang mengaku sebagai PKBM walaupun
faktanya bukan. Di sisi lain, dana ‘block grant’ yang telah dikucurkan pemerintah
untuk pengembangan PKBM sampai saat ini belum diketahui sejauh mana
efektivitasnya dalam rangka pengembangan PKBM. Demikian pula dengan adanya
wacana pengembangan PKBM ‘negeri’ dan ‘swasta’ dan sebagainya menunjukkan
berbagai permasalahan yang timbul akibat dari tidak adanya konsep PKBM yang jelas
dan tidak adanya perencanaan strategis pengembangan PKBM secara nasional.

IV.2 Membangun Rencana Strategis Pengembangan PKBM Nasional


Rencana strategis pengembangan PKBM secara nasional tentunya harus dilakukan
oleh suatu tim yang kapabel, kredibel dan memiliki komitmen yang tinggi bagi
pengembangan PKBM di Indonesia. Tim ini seyogyanya adalah tim yang dibentuk
oleh otoritas nasional dan bertanggungjawab kepada pimpinan nasional di bidang
pendidikan. Apabila pemerintah sungguh-sungguh berkehendak untuk memberikan
perhatian kepada pendidikan non formal, sudah selayaknyalah apabila tim ini dibentuk
oleh dan bertanggungjawab kepada Menteri Pendidikan Nasional. Tim ini haruslah
berisikan berbagai pihak setidaknya para ahli dibidang pendidikan luar sekolah yang
betul-betul telah memiliki pengalaman penelitian yang cukup memadai tentang
PKBM, para praktisi yang telah memiliki pengalaman dalam membangun dan
mengembangkan PKBM yang relatif cukup baik, pejabat pemerintahan di pusat dan
daerah yang telah memiliki pengalaman yang memadai dalam mengelola berbagai
program dan proyek yang berkaitan dengan pengembangan PKBM.

DPP FK PKBM Indonesia 25


Konsep dan Strategi Pengembangan PKBM

Dalam melaksanakan tugasnya tim ini perlu menyusun kerangka kerja yang sistematis
dan melibatkan seluruh pihak yang terkait. Pendekatan yang digunakan dapat
mengkombinasikan antara pendekatan top-down dan bottom-up. Semua pihak yang
terkait haruslah dilibatkan dalam proses penyusunan rencana strategis ini. Mulai dari
para pengelola PKBM, tokoh-tokoh masyarakat yang terlibat dengan kegiatan-
kegiatan PKBM, para warga belajar dan alumninya, para tutor, para penilik, para
pejabat pendidikan luar sekolah di tingkat kabupaten/kota, propinsi dan pusat,
Sanggar Kegiatan Belajar (SKB), Balai Pengembangan Kegiatan Belajar (BPKB) dan
Balai Pengembangan Pendidikan Luar Sekolah dan Pemuda (BP-PLSP), para ahli
pendidikan luar sekolah, dan sebagainya. Penyusunan rencana strategis ini juga
membutuhkan proses penelitian dan pemetaan keberadaan dan perkembangan PKBM
yang telah ada sebelumnya serta membutuhkan survai yang dilakukan kepada berbagai
pemangku kepentingan (stakeholder) PKBM. Dalam survai tersebut perlu digali lebih
jauh berkenaan dengan partisipasi masyarakat dalam PKBM, impact yang telah
diberikan PKBM kepada komunitasnya, mutu dan relevansi berbagai program yang
diselenggarakan oleh PKBM serta kemandirian dan keberlanjutan PKBM. Survai ini
juga perlu melibatkan seluruh komponen PKBM. Dalam rencana strategis
pengembangan PKBM Nasional ini hendaknya tercakup berbagai aspek yang ada di
PKBM.

IV.3 Beberapa Alternatif Program Strategis Pengembangan PKBM di


Indonesia
1. Pengembangan kelembagaan dan manajemen PKBM.
Mengingat PKBM saat ini telah diakui sebagai salah satu satuan pendidikan non
formal menurut Undang-undang sistem pendidikan nasional, perlu segera
dipikirkan bagaimana pemerintah memahami, mengakomodasi, mengarahkan,
memfasilitasi, memotivasi, mengembangkan, dan mendukung pembentukan,
penyelenggaraan, pengembangan, pembinaan dan pengawasan PKBM di tengah-
tengah masyarakat. Untuk itu dibutuhkan suatu pegangan bersama seluruh pihak
bagaimana memandang, memahami dan menempatkan kelembagaan dan
manajemen PKBM. Hal ini sangat penting dalam rangka bagaimana menempatkan
posisi, peran dan tanggungjawab pemerintah dan masyarakat dalam rangka
pengembangan PKBM ini lebih lanjut.

Bagaimana bentuk kelembagaan PKBM itu? Apakah PKBM harus berbadan


hukum? Bagaimana bentuk badan hukumnya? Apakah perlu diseragamkan? Siapa
saja yang berhak mendirikan PKBM, dimana saja boleh didirikan PKBM, apa saja

DPP FK PKBM Indonesia 26


Konsep dan Strategi Pengembangan PKBM

persyaratan pendirian PKBM, apakah pendirian PKBM membutuhkan perijinan?


siapa saja yang berwenang merekomendasikan dan mengijinkan pendirian PKBM,
bagaimana prosedur perijinan PKBM, bagaimana persyaratan penyelenggaraan
program di PKBM, bagaimana kita menilai kinerja suatu PKBM, dan sebagainya.
Apakah PKBM dapat dimiliki oleh perorangan atau apakah kita akan
mengembangkan PKBM sebagai suatu lembaga milik komunitas, Community
college. Kalau merupakan lembaga milik komunitas bagaimana bentuk
pertanggungjawabannya selanjutnya. Apakah diperlukan pengaturan penyeragaman
bentuk kelembagaan dan manajemen PKBM? Ataukah hal-hal seperti ini
diserahkan sepenuhnya kepada masing-masing komunitas? Apa saja dan sejauh
mana peran pemerintah baik kabupaten/kota, propinsi maupun pusat dalam rangka
mendukung, memfasilitasi, mengembangkan, membina dan mengawasi PKBM?
Sebaliknya apa saja dan sejauhmana peran masyarakat? Dan masih banyak
pertanyaan lain yang dapat dikembangkan. Semua pertanyaan tersebut merupakan
hal yang harus segera dijawab dalam rangka pengembangan kelembagaan PKBM
dan manajemen PKBM.

Untuk menjawab berbagai pertanyaan tersebut perlu dilakukan dengan sangat hati-
hati, kritis dan menyeluruh. Hal ini sangat penting agar maksud baik
pengembangan kelembagaan dan manajemen PKBM ini benar-benar efektif dan
tidak sebaliknya dapat menjadi kontra produktif. Untuk menyusun format standard
kelembagaan PKBM perlu dilakukan dengan melibatkan seluruh pemangku
kepentingan serta para ahli yang benar-benar mendalami secara langsung praktek-
praktek penyelenggaraan PKBM secara luas. Disamping itu, perlu disadari bahwa
apapun yang dihasilkan haruslah tidak dianggap sebagai rumusan yang kaku namun
tetap membuka kemungkinan untuk adanya dinamika dan penyesuaian-penyesuaian
yang diperlukan.

Agar pengembangan kelembagaan PKBM tidak salah arah, beberapa hal berikut
perlu diperhatikan secara seksama :
- Harus dapat memberikan jaminan keberlangsungan dan perkembangan PKBM
sebagai suatu gerakan masyarakat di tingkat akar rumput yang berkembang
secara luas di tengah-tengah masyarakat
- Menghindari terperosok ke arah penciptaan birokrasi baru yang menghambat
kreativitas dan inovasi masyarakat dalam membangun dan mengembangkan
dirinya melalui PKBM
- Memberikan adanya kepastian dan perlindungan hukum bagi seluruh kegiatan
PKBM

DPP FK PKBM Indonesia 27


Konsep dan Strategi Pengembangan PKBM

- Membangkitkan dan mendorong partisipasi yang luas dan berbobot anggota


masyarakat dalam PKBM
- Meningkatkan kemungkinan untuk kemitraan yang luas dan fleksibel dengan
berbagai pihak baik pemerintah dengan berbagai sektor dan instansinya,
maupun dengan berbagai lembaga non pemerintah baik lokal, nasional dan
internasional, dengan dunia usaha, dengan lembaga-lembaga pendidikan,
sosial, budaya maupun keagamaan
- Mencerminkan dan mewujudkan implementasi konsep PKBM yang utuh dan
menyeluruh
- Membangkitkan inspirasi dan stimulasi bagi seluruh pemangku kepentingan
PKBM untuk mengembangkan PKBM ke arah yang lebih baik dikemudian
hari, yaitu PKBM yang lebih partisipatif, lebih bermanfaat bagi masyarakat
sekitar, lebih bermutu serta PKBM yang mandiri dan berkelanjutan.

Pengembangan manajemen PKBM juga merupakan salah satu bagian inheren dari
pengembangan kelembagaan PKBM. Dalam hal ini perlu dipikirkan apakah perlu
suatu penyeragaman bentuk manajemen PKBM ataukah diserahkan kepada masing-
masing komunitas untuk menyusunnya. Perlu dikembangkan parameter-parameter
untuk mengukur kinerja manajemen suatu PKBM. Dengan menggunakan parameter
tersebut dapat dipetakan kondisi umum PKBM secara nasional dan dapat
dikembangkan perencanaan pengembangan kelembagaan dan manajemen PKBM
ini selanjutnya secara nasional. Penguatan kemampuan manajemen PKBM dapat
meliputi penguatan kemampuan perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi
PKBM. Demikian pula, mengingat konsep PKBM yang mencakup tiga bidang area
kegiatan, maka pengembangan manajemen PKBM juga tentulah meliputi
pengembangan sistem dan kemampuan manajemen dalam tiga bidang area
manajemen pembelajaran, manajemen usaha dan manajemen masyarakat.

Walaupun secara umum prinsip-prinsip manajemen memiliki kesamaan, namun


dalam pelaksanaannya banyak ditemukan keunikan manajemen untuk berbagai
kegiatan yang ada. Bahkan tidak jarang dikembangkan berbagai sistem atau metoda
serta prinsip-prinsip manajemen yang khusus untuk suatu kegiatan yang spesifik.
Demikian pula manajemen pembelajaran, manajemen usaha maupun manajemen
masyarakat yang dikembangkan di PKBM membutuhkan penyesuaian-penyesuaian
tertentu.

Manajemen pembelajaran dijumpai di sekolah-sekolah, perguruan tinggi dan


berbagai lembaga pendidikan lainnya. Di beberapa perguruan tinggi yang memiliki

DPP FK PKBM Indonesia 28


Konsep dan Strategi Pengembangan PKBM

fakultas pendidikan tidak jarang juga memiliki jurusan atau program studi
manajemen pendidikan. Namun perlu dikritisi apakah manajemen pendidikan yang
dikembangkan tersebut dapat secara utuh diterapkan dalam manajemen
pembelajaran luar sekolah ataupun yang bersifat pendidikan non formal. Program-
program pembelajaran di PKBM pun sangat luas keragamannya dan tidak jarang
hanya ada dan dikembangkan untuk suatu komunitas tertentu saja. Oleh karenanya
manajemen pembelajaran yang dibutuhkanpun tentu perlu disesuaikan pula. Untuk
itu perlu dikembangkan pula kajian-kajian akademik dalam rangka
mengembangkan manajemen pembelajaran yang lebih sesuai dengan kebutuhan
dan tantangan-tantangan yang dihadapi oleh berbagai PKBM. Pengembangan
sistem dan operasional manajemen PKBM haruslah mempertimbangkan hal-hal
tersebut secara dinamis.

Manajemen usaha biasa dilakukan oleh para penguasaha dan manajer suatu
perusahaan atau unit usaha tertentu. Manajemen usaha juga telah berkembang ke
dalam berbagai bidang keilmuan manajemen yang lebih khusus seperti manajemen
pemasaran, manajemen keuangan, manajemen sumberdaya manusia, manajemen
produksi, manajemen sistem informasi, manajemen mutu manajemen logistik,
manajemen produk dan sebagainya. Pengembangan manajemen PKBM dibidang
usaha juga dapat memanfaatkan berbagai keilmuan manajemen usaha tersebut.
Namun perlu dipikirkan sejauhmana berbagai sistem manajemen tersebut dapat
diimplementasikan dalam manajemen usaha di PKBM. Karakter PKBM yang
bersifat kekeluargaan dan kebersamaan dalam kemajuan cenderung menyerupai
sifat-sifat koperasi. Namun itu tidak berarti bentuk kelembagaan usaha di PKBM
harus secara otomatis berbentuk koperasi. Namun, apa pun bentuk kelembagaan
usaha yang digunakan di PKBM, jiwa kebersamaan dan kekeluargaan haruslah
menentukan sistem dan operasionalisasi manajemen usaha yang dikembangkan
dalam dan oleh PKBM.

Manajemen masyarakat dan mobilisasi masyarakat serta manajemen


pengembangan masyarakat sering digunakan oleh aparatur pemerintahan dalam
memimpin masyarakatnya seperti lurah, kepala desa, camat, juga lazim digunakan
oleh para pekerja sosial dalam memotivasi masyarakat dan menggerakkan
masyarakat untuk mengubah perilaku sosialnya dan organisasi-organisasi
masyarakat dalam menggerakkan masa. Kemampuan ini juga merupakan hal yang
harus dikembangkan dan diperkuat dalam manajemen PKBM. Hal ini sangat
penting untuk meningkatkan kesadaran masyarakat agar bersedia mengikuti proses
pembelajaran yang bermanfaat bagi kehidupan mereka terutama bagi orang dewasa.

DPP FK PKBM Indonesia 29


Konsep dan Strategi Pengembangan PKBM

Sebagai contoh, orang dewasa yang buta aksara tidak jarang yang menolak untuk
mengikuti proses pemberantasan buta aksara, demikian juga pendidikan kesadaran
hukum dan lingkungan, dan sebagainya. Demikian pula untuk menarik partisipasi
masyarakat terlibat mendukung keberlangsungan dan pengembangan PKBM
membutuhkan kemampuan manajemen masyarakat yang baik. Tanpa memiliki
kemampuan manajemen masyarakat yang baik juga akan sulit dilakukan
identifikasi dan pemetaan kebutuhan dan potensi suatu komunitas dengan akurat
dan lengkap yang sangat diperlukan bagi pengembangan program-program dan
kelembagaan PKBM.

Peningkatan kapasitas manajemen PKBM dapat dilakukan dengan memperkuat


kemampuan PKBM dalam seluruh parameter kinerja PKBM sesuai konsep PKBM.
Untuk itu dapat dilakukan pengembangan kemampuan PKBM dalam meningkatkan
partisipasi masyarakat di PKBM tersebut. Begitu pula perlu dikembangkan
instrumen manajemen serta sistem dan prosedur yang memungkinkan bentuk-
bentuk partisipasi tersebut dalam seluruh aspek manajemen PKBM mulai
perencanaan, pelaksanaan dan koordinasi, pengendalian serta pengawasan.
Disamping itu dapat juga dikembangkan kemampuan melatih masyarakat agar
dapat berpartisiasi secara lebih efektif. Peningkatan manfaat bagi masyarakat dapat
dilakukan dengan mengembangkan kapasitas personalia PKBM dalam melakukan
analisis keutuhan masyarakat, memetakan potensi masyarakat, mngembangkan
program yang inovatif dan efektif dan sebagainya. Peningkatan mutu dan relevansi
program dapat dilakukan dengan penguatan sarana dan prasarana penguatan
ketenagaan serta peningkatan kompetensi para pengelola dan pelaksana program.
Peningkatan kemandirian dan keberlanjuan dapat dilakukan dengan
mengembangkan sumber-sumber pendanaan PKBM baik dari masyarakat setempat,
usaha PKBM maupun kemitraan dengan lembaga-lembaga donor, peningkatan
kapasitas dan efektivitas kepemimpinan di PKBM, peningkatan kapasitas sistem
manajemen, peningkatan kaderisasi kepemimpinan, serta pendidikan bagi
masyarakat setempat agar memposisikan PKBM dan pembelajaran masyarakat
sebagai suatu kebutuhan yang harus terus-menerus hidup dan berkembang di
masyarakat tersebut

Pengembangan manajemen PKBM dapat juga dilakukan dengan menggunakan


suatu standar umum manajemen PKBM yang dapat dikembangkan secara nasional.
Dalam standar umum ini perlu secara tegas, lengkap dan terinci tercakup seluruh
parameter kinerja PKBM sesuai konsep PKBM yaitu meliputi tingkat partisipasi
masyarakat, impact bagi masyarakat, mutu dan relevansi program serta

DPP FK PKBM Indonesia 30


Konsep dan Strategi Pengembangan PKBM

kemandirian dan keberlanjutan lembaga. Untuk itu perlu dikembangkan secara


lebih operasional variabel-variabel yang lebih mengungkapkan masing-masing
parameter tersebut secara lebih khusus baik secara kuantitatif maupun secara
kualitatif. Beberapa pendekatan umum pengembangan manajemen suatu organisasi
ataupun lembaga dapat pula digunakan untuk mengembangkan manajemen PKBM.
Diantaranya adalah konsep dan sistem Manajemen mutu terpadu atau Total Quality
Management serta International Standart Organization (ISO 9000). Untuk itu dapat
dibentuk suatu proyek dan tim nasional pengembangan manajemen PKBM..

2. Pengembangan Ketenagaan PKBM


Kemajuan suatu PKBM sangat ditentukan oleh mutu dan kuantitas tenaga yang
terlibat di dalamnya. Dalam perspektif pendidikan nasional, ketenagaan di PKBM
dapat dibagi dalam dua kelompok, yaitu tenaga pendidik dan tenaga kependidikan.
Yang dimaksud dengan tenaga pendidik adalah seluruh pihak yang secara langsung
terlibat dalam proses pembelajaran yang meliputi pengelolaan dan pelaksanaan
proses pembelajaran, meliputi tutor, instuktur, nara sumber teknis, guru, dan
sebagainya. Sedangkan yang dimaksud dengan tenaga kependidikan adalah seluruh
pihak yang berperan mendukung proses pembelajaran secara tidak langsung yang
meliputi tenaga teknis laboratorium, teknologi informasi, perpustakaan dan
sebagainya termasuk juga para tenaga administrasi dan manajerial pengelolaan
program dan lembaga.

Pengembangan ketenagaan di PKBM haruslah diletakkan dalam dua kerangka yang


seimbang yaitu kerangka penguatan kelembagaan PKBM dan kerangka
peningkatan mutu dan relevansi program. Tanpa adanya lembaga yang kuat sulit
diharapkan diperoleh program PKBM yang bermutu dan relevan bagi
masyarakatnya demikian pula tanpa program yang bermutu dan relevan keberadaan
PKBM akan artifisial dan tidak bermakna bagi masyarakat sehingga akan dengan
cepat ditinggalkan oleh masyarakat. Oleh karenanya pengembangan ketenagaan di
PKBM hendaknya tidak hanya condong pada salah satu kerangka saja.

Dalam pengembangan ketenagaan ini perlu dipilah terlebih dahulu struktur


ketenagaan yang ada di PKBM. Struktur ketenagaan sangat ditentukan oleh struktur
kelembagaan dan manajemen, program-program yang diselenggarakan, serta ciri-
ciri khusus yang ada dalam suatu PKBM ataupun suatu komunitas tertentu dimana
PKBM tersebut berada. Setelah itu dapat dilakukan analisis jabatan. Dari sana dapat
diketahui kebutuhan ketenagaan yang ada, kualifikasi, kompetensi, dan sebagainya.

DPP FK PKBM Indonesia 31


Konsep dan Strategi Pengembangan PKBM

Dalam kerangka penguatan mutu dan relevansi program ada beberapa program
yang dapat dikembangkan segera sesuai dengan prioritas yang ditetapkan oleh
pemerintah. Yang termasuk dalam kategori ini adalah program pendidikan
keaksaraan bagi orang dewasa buta aksara, program pendidikan kesetaraan
terutama dalam kerangka penuntasan wajib belajar dan program pendidikan anak
usia dini. Pengembangan ketenagaan dalam kategori ini dapat diseragamkan secara
nasional setidaknya dalam beberapa kelompok situasi kondisi tertentu. Disamping
kategori program prioritas pemerintah dapat juga dikembangkan bagi program-
program khusus tertentu misalnya program keterampilan hidup bagi para petani dan
komunitas pertanian, nelayan dan komunitas perikanan dan kelautan, juga
pengembangan ketenagaan bagi komunitas khusus seperti anak-anak jalanan,
komunitas rawan narkoba, komunitas napi dan eks napi dan sebagainya.

Dalam rangka pengembangan ketenagaan ini perlu juga dikembangkan


ketersediaan tenaga di PKBM. Sampai saat ini sebagian besar tenaga yang
berpartisipasi di PKBM baik dalam rangka penyelenggaraan dan pengelolaan
maupun dalam rangka pelaksanaan program merupakan tenaga paruh waktu. Perlu
dikembangkan adanya tenaga-tenaga penuh waktu yang secara profesional berkarya
di PKBM baik sebagai tenaga kependidikan maupun sebagai tenaga pendidik baik
dalam rangka penguatan lembaga dan manajemen maupun dalam rangka penguatan
mutu dan relevansi program.

Permasalahan utama yang dihadapi untuk mendapatkan tenaga profesional penuh


waktu adalah dukungan pendanaan bagi kesejahteraan dan sebagai kompenasasi
profesionalnya. Perlu dikembangkan upaya-upaya penggalangan dana baik dari
partisipasi masyarakat setempat, dari hasil laba usaha PKBM, dari dukungan mitra-
mitra yang perduli maupun dari pembiayaan anggaran pemerintah. Pendanaan dari
partisipasi masyarakat dapat dikembangkan berdasarkan musyawarah mufakat
warga yang dapat berupa iuran warga ataupun bentuk lainnya. Pengelolaan usaha
PKBM secara profesional diharapkan dapat menghasilkan laba usaha yang cukup
memadai untuk membiayai tenaga penuh waktu yang bekerja secara profesional di
PKBM. Pendanaan dari mitra dapat dilakukan dengan berbagai cara-cara yang
inovatif, misalnya mengembangkan pola-pola ‘Sahabat PKBM’, yaitu komitmen
pribadi secara berkala memberikan donasi bagi pembiayaan tenaga profesional
penuh waktu di suatu PKBM tertentu dan upaya ini dapat dikelola secara nasional.
Tentunya pengelolaan dana ini membutuhkan transparansi dan akuntabilitas yang
tinggi serta dikelola oleh orang-orang yang berdedikasi dan integritas tinggi. Dapat
juga dikembangkan program nasional penempatan tenaga penuh waktu profesional

DPP FK PKBM Indonesia 32


Konsep dan Strategi Pengembangan PKBM

di PKBM melalui program penempatan Relawan Profesional Berjangka (RPB).


Dapat dibentuk suatu Badan otonom, baik oleh pemerintah maupun oleh non
pemerintah untuk mengelola program ini. Badan ini berfungsi menyusun sistem dan
melakukan penempatan, penilaian kinerja, perekrutan dan pelatihan serta
pembayaran kompensasi tenaga RPB yang diberi kompensasi yang memadai.
Khusus pembiayaan ketenagaan yang berasal dari pembiayaan pemerintah dapat
dikembangkan melalui dana bantuan atau subsidi bagi tenaga penuh waktu yang
ada di PKBM maupun melalui penempatan pegawai negeri sipil yang ditugaskan
dan diperbantukan sebagai tenaga fungsional di PKBM. Penempatan pegawai
negeri sipil ini dapat belajar dari pola penempatan pegawai negeri sipil di berbagai
perguruan tinggi swasta melalui kopertis.

3. Pengembangan program PKBM


Inti keberadaan PKBM dalam suatu komunitas adalah adanya kegiatan-kegiatan di
tengah-tengah masyarakat yang diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi
peningkatan mutu kehidupan komunitas tersebut dalam arti luas, baik dari sudut
ekonomi, sosial, dan sebagainya. Keberadaan kelembagaan, manajemen dan
ketenagaan yang baik haruslah dalam rangka terwujudnya program-program dan
kegiatan PKBM yang sesuai dan menjawab secara efektif kebutuhan komunitas
tersebut. Oleh karenanya pengembangan program PKBM merupakan salah satu
program pengembangan PKBM yang strategis. Pengembangan program ini dapat
meliputi peningkatan kapasitas dalam melakukan inovasi program, peningkatan
kapasitas dalam melakukan identifikasi kebutuhan masyarakat (need assesment)
dan dalam pemetaan potensi masyarakat, Peningkatan kapasitas dalam perencanaan
program dan manajemen mutu program, Peningkatan kapasitas dalam
‘participatie program planning dan sebagainya.

Salah satu program yang mendesak dikembangkan di PKBM adalah proram


pendidikan kesetaraan. Program ini mendesak untuk dikembangkan lebih lanjut
mengingat beberapa faktor berikut, yaitu :
- Dengan digunakannya jalur pendidikan kesetaraan sebagai alternatif bagi para
murid sekolah yang tidak mampu lulus dalam ujian nasional menyebabkan
pendidikan kesetaraan menjadi perhatian nasional dan memberi pengaruh
kepada jauh lebih banyak pihak
- Penuntasan program nasional wajib belajar juga membutuhkan dukungan
keberadaan pendidikan kesetaraan terutama Paket A dan Paket B

DPP FK PKBM Indonesia 33


Konsep dan Strategi Pengembangan PKBM

- Karakteristik pendidikan kesetaraan sebagai pendidikan non formal akan selalu


menjadi alternatif bagi sebagian anggota masyarakat yang karena situasi dan
kondisinya tidak memungkinkan mengikuti pendidikan formal melalui sekolah
- Semakin meningkatnya ‘home schooling’ di tengah-tengah masyarakat karena
alasan teknis, filosofis dan ideologis, membutuhkan jembatan penyetara
(dalam hal ini melalui pendidikan kesetaraan) agar dapat diintegrasikan ke
dalam sistem pendidikan nasional dan mendapat pengakuan nasional

Beberapa pemikiran yang dapat dipertimbangkan dalam rangka pengembangan


program pendidikan kesetaraan adalah :
- Peningkatan pengawasan pelaksanaan dan penilaian ujian kesetaraan sehingga
menutup kemungkinan terjadinya praktek-praktek kecurangan, ketidakjujuran,
manipulasi dan sebagainya baik yang dilakukan oleh peserta ujian, bantuan
pihak lain, maupun justru yang dilakukan bekerjasama dengan oknum-oknum
aparatur pemerintahan baik di daerah maupun pusat baik secara sendiri-sendiri
maupun secara kolektif terorganisir.
- Peningkatan kemungkinan warga masyarakat yang telah memenuhi
persyaratan kemampuan akademik untuk dapat mengikuti ujian nasional tanpa
terhalangi oleh persyaratan administratif maupun prosedural birokratik
- Peningkatan akses semua warga masyarakat mengikuti ujian nasional secara
lebih mudah, murah dan kapan saja serta dengan mendapatkan hasil penilaian
yang cepat dengan menggunakan dukungan teknologi informasi.
- Pembaharuan kebijakan kurikulum pendidikan kesetaraan agar lebih diarahkan
pada pendidikan bermatapencaharian sedangkan aspek lainnya diberikan
minimalis dengan menggunakan prinsip yang digunakan pada pendidikan
formal khususnya pendidikan kejuruan.
- Perlu dikembangkan proyek percontohan suatu program pendidikan kesetaraan
yang didukung oleh seluruh sarana dan prasarana lengkap seperti gedung,
meubelair, laboratorium, perpustakaan, administrasi serta tenaga-tenaga
pendidik dan kependidikan yang profesinal dan mendapat kesejahteraan yang
memadai. Hanya perbedaan satu-satunya dengan persekolahan yang bermutu
hanya dalam pendekatan dan kurikulum yang digunakan yang sepenuhnya
mengikuti pendekatan pendidikan non formal. Jika berhasil diharapkan proyek
ini akan dianjukan dengan program yang sejenis yang lebih luas.

Program pendidikan keaksaraan juga merupakan program strategis yang perlu


dikembangkan lebih sungguh-sungguh mengingat target pemberantasan buta aksara
ini merupakan target nasional, merupakan bagian dari komitmen global dan

DPP FK PKBM Indonesia 34


Konsep dan Strategi Pengembangan PKBM

menyangkut hal sangat mendasar bagi kemanusiaan. Salah satu pemikiran yang
dapat dikaji dan dikembangkan lebih lanjut dalam penuntasan buta aksara adalah
dengan menggabungkan pendekatan fungsional yang selama ini dikembangkan
dengan pendekatan wilayah. Pemikiran dasar dari gagasan ini adalah bagaimana
memposisikan penuntasan buta aksara ini lebih sebagai pemberantasan ‘epidemi’
yang berbahaya dan telah meluas. Berdasarkan pemikiran tersebut disamping
kombinasi pendekatan fungsional dan pendekatan wilayah, juga tidak hanya
membangun sistem pemberantasannya saja tetapi juga harus disertai oleh
pembangunan sistem deteksi dan pencegahan serta sistem pengendalian yang
efektif. Desa atau kelurahan dapat digunakan sebagai satuan wilayah terkecil yang
memiliki secara utuh sistem deteksi dan pencegahan, sistem pemberantasan, dan
sistem pengendalian. Untuk itu dapat dikembangkan konsep desa bebas buta aksara
dimana jumlah buta aksaranya telah minimal dan seluruh sistem tersebut beroperasi
secara efektif.

Ada banyak program lain yang dapat dikembangkan secara nasional melalui dan di
dalam PKBM. Beberapa program yang dapat dikembangkan antara lain:
- Program pendidikan anak usia dini
- Program penciptaan dan peningkatan penghasilan (income generating
program)
- Program pendidikan lingkungan
- Pengembangan unit usaha PKBM
- Pendidikan untuk pembangunan berkelanjutan (Education for sustainable
development)
- Pendidikan hukum, politik dan kewarganegaraan
- Pengembangan pemuda dan olah raga
- Pegembangan sosial dan budaya
- Pendidikan prevensi narkoba, HIV/AIDS dan penyakit sosial lainnya
- Pendidikan pasca rehabilitasi narkoba, anak jalanan, ex-napi, ex-prostitusi
- Pembangunan pertanian dan perikanan serta kehutanan
- Pembanguan masyarakat padat penduudk dan buruh di perkotaan
- Pembangunan higienitas, kesehatan masyarakat dan gizi

4. Pengembangan Sarana dan Prasarana PKBM


Ketersediaan sarana dan prasarana dalam jumlah dan mutu yan memadai sangat
menentukan keberhasilan suatu PKBM dalam mencapai tujuannya. Oleh karenanya
program pengembangan sarana dan prasarana PKBM merupakan salah satu
program strategis pengembangan PKBM di Indonesia. Pengembangan sarana dan

DPP FK PKBM Indonesia 35


Konsep dan Strategi Pengembangan PKBM

prasarana sangat penting dilaksanakan setelah kelembagaan dan manajemen suatu


PKBM tertata dengan baik. Penting adanya kelembagaan dan manajemen PKBM
yang baik sebelum pengembangan sarana dan prasarana didasarkan atas beberapa
pertimbangan berikut :
- pengadaan sarana dan prasarana biasanya membutuhkan dukungan pendanaan
yang cukup besar oleh karenanya perlu dipastikan bahwa sarana dan prasarana tersebut sesuai
dengan kebutuhan masyarakat setempat sehingga dana yang dikeluarkan tidak sia-sia tetapi
keefektivitasannya tinggi
- Sarana dan prasarana yang diberikan kepada PKBM harus dijamin jatuh ke
tangan pengelola yang tepat serta digunakan sepenuhnya untuk semaksimal mungkin manfaat
bagi masyarakat setempat yang paling membutuhkan
- Sarana dan prasarana yang diberikan bagi PKBM perlu dikelola dan dipelihara
secara maksimal untuk itu dibutuhkan adanya lembaga penanggungjawab yang jelas serta
manajemen yang berjalan baik
- Pengadaan sarana dan prasarana tersebut penting untuk memaksimalkan
partisipasi masyarakat setempat untuk pengadaannya, untuk itu perlu adanya kelembagaan
dan manajemen yang dapat dipercaya masyarakat dan meyakinkan bahwa semua itu akan
memberi manfaat maksimal bagi masyarakat
- Pengadaan sarana dan prasarana dari anggaran pemerintah perlu
mempertimbangkan secara seksama bahwa sarana dan prasarana tersebut tidak menjadi aset
milik perorangan
- Pengadaan sarana dan prasarana oleh pemerintah perlu mempertimbangkan
adanya dukungan pendanaan pendamping atau sumbangan sarana dan prasarana pendamping
dari masyarakat tersebut atau sumbangan pihak ketiga untuk meyakinkan adanya rasa
tanggungjawab masyarakat bagi pemanfaatan sarana dan prasarana tersebut.

IV.4 Berbagai Peran Dalam Pengembangan PKBM di Indonesia


Dalam rangka membangun sinergitas antara berbagai kalangan yang terkait dengan
PKBM dan dalam rangka memaksimumkan upaya dan peran serta seluruh pihak
yang terkait dengan pembinaan dan pengembangan PKBM, sangatlah penting
dikembangkan alternatif terbaik pembagian peran yang efektif dan terpadu antara
seluruh pihak mulai dari pemerintah maupun masyarakat, mulai dari pemerintah
pusat sampai ke daerah. Di tingkat pusat perlu dilibatkan pihak legislatif maupun
eksekutif dan masyarakat, termasuk BP-PLSP serta Direktorat Jenderal Pendidikan
Luar Sekolah dan Pemuda dan Direktorat Pendidik dan Tenaga Kependidikan Non
Formal Ditjen Mutendik, serta Dewan Pengurus Pusat Forum Komunikasi PKBM
Indonesia. Di tingkat Propinsi perlu melibatkan Dinas Pendidikan Propinsi, BPKB,
Dewan Perwakilan Rakyat Propinsi dan Dewan Pengurus Wilayah Forum

DPP FK PKBM Indonesia 36


Konsep dan Strategi Pengembangan PKBM

Komunikasi PKBM Indonesia. Di tingkat Kabupaten/Kota perlu melibatkan Dinas


Pendidikan Luar Sekolah dan Pemuda, Dewan Perwakilan Rakyat Kabupaten/Kota
dan Dewan Pengurus Daerah Kabupaten/Kota Forum Komunikasi PKBM
Indonesia, Penilik, dan sebagainya.

Peran dan keterkaitan berbagai sekor pemerintahan dengan PKBM juga perlu
diakomodasikan dan dikoordinasikan dengan baik. Berbagai instansi pemerintah
yang secara langsung berkaitan dengan PKBM antara lain :
- Departemen Sosial
- Departemen Hukum dan HAM
- Departemen Tenaga Kerja
- Departemen Koperasi dan UKM
- Departemen Kesehatan
- Departemen Perindustrian dan Perdagangan
- Departemen Pertanian
- Departemen Kehutanan
- Departemen Perikanan dan Kelautan
- Departemen Lingkungan Hidup
- Kementerian Pemuda dan Olah Raga
- Kementerian Penanggulangan Kemiskinan dan Daerah Tertinggal.

IV.5 Contoh Analisis SWOT, Visi, Misi dan Target 5 Tahun Pengembangan
PKBM di Indonesia

IV.5.1 Contoh Hasil Analisis SWOT Pengembangan PKBM di Indonesia


Berikut ini adalah salah satu contoh hasil analisis SWOT pengembangan PKBM di
Indonesia berupa draf yang dihasilkan oleh rapat pengurus DPP FK PKBM Indonesia
dalam rangka menganalisis situasi eksternal dan internal dalam merumuskan peran FK
PKBM Indonesia dalam pengembangan PKBM selanjutnya.

STRENGTH (KEKUATAN)
• Adanya lebih dari 3.000 PKBM di seluruh Indonesia.
• Adanya success story sejumlah PKBM ‘model’ yang cukup baik dalam hal
partisipasi, impact, mutu & relevansi, kemandirian, dan keberlanjutan dan untuk
skala tertentu telah ‘terbukti’ mampu mengatasi kebodohan, kemiskinan, dan
membangun kesetiakawanan.
• Adanya success story sejumlah alumni PKBM yang telah ‘berhasil’.

DPP FK PKBM Indonesia 37


Konsep dan Strategi Pengembangan PKBM

• Besarnya jumlah anggota masyarkat yang telah ‘menikmati’ kehadiran PKBM.


• Kemampuan PKBM dalam mengakomodasikan berbagai program yang
dibutuhkan masyarakat secara simultan.
• Karakteristik PKBM sebagai wahana pendidikan non-formal yang memiliki sifat
fleksibel, serta adanya 3 dimensi pembelajaran, usaha, dan pengembangan
masyarakat memungkinkan beradaptasi dengan beragam kebutuhan, keunikan
dan kepentingan.
• Diakuinya PKBM dalam Undang-Undang Sisdiknas sebagai satuan pendidikan
non formal.
• Fakta bahwa PKBM telah beroperasi dalam berbagai latar belakang komunitas
seperti komunitas pertanian, komunitas nelayan, komunitas perambah hutan,
komunitas masyarakat ‘urban’, komunitas santri, komunitas anak jalanan,
komunitas napi/ex, komunitas prostitusi/ex membuktikan kekuatan PKBM
sebagai generic model untuk mengatasi berbagai permasalahan masyarakat
secara luas.
• PKBM telah dikenal secara luas di Negara-negara Asia Pasifik, khususnya
Jepang telah memberi impact yang besar bagi kemajuan masyarakatnya.
• Adanya anggaran pemerintah baik dari pusat maupun daerah untuk mendukung
PKBM.
• Adanya Forum PKBM di 28 propinsi dan di sejumlah besar Kabupaten/Kota di
Indonesia dan sudah dimulainya jaringan PKBM Asia Pasifik.
• Pengalaman 3 tahun FK-PKBM dengan segala kegagalan dan keberhasilannya
menjadi pelajaran yang berharga bagi kemajuan mendatang.

WEAKNESS (KELEMAHAN)
• Sebagian besar masyarakat dan birokrasi pemerintah masih belum mengenal
PKBM baik konsepnya, kiprahnya dan potensinya.
• Sebagian besar PKBM masih memiliki personalia, sarana dan prasarana yang
sangat terbatas baik dalam hal kuantitas maupun kualitas serta memiliki sistem
manajemen dan kepemimpinan yang masih lemah.
• Adanya indikasi yang kuat cukup banyak PKBM yang berdiri dengan motivasi
utama agar memperoleh dana dari pemerintah untuk kepentingan pribadi
sehingga kurang perduli terhadap pelaksanaan dan mutu program yang
menimbulkan citra yang negatif bagi PKBM.
• Adanya indikasi yang kuat masih kentalnya budaya KKN dalam birokrasi
pemerintahan serta dalam pendistribusian anggaran pemerintah khususnya yang
terkait dengan PKBM.

DPP FK PKBM Indonesia 38


Konsep dan Strategi Pengembangan PKBM

• Usia PKBM dan FK-PKBM yang masih sangat muda sehingga masih sangat
kurang kader-kader yang militan untuk memajukan PKBM
• Kondisi geografis dan infrastruktur yang kurang baik secara nasional
• Sebagian besar stakeholder pendidikan masih memandang sebelah mata terhadap
pendidikan non formal dan masih men’dewa’kan pendidikan formal.

OPPORTUNITY (PELUANG)
• Banyaknya permasalahan dan rendahnya mutu pendidikan formal sehingga
membuat pendidikan non-formal menjadi alternatif yang menarik bagi masa
depan pendidikan
• Adanya tiga dimensi PKBM yaitu pembelajaran, usaha dan pengembangan
masyarakat memungkinkan untuk menarik partisipasi masyarakat dan dukungan
lembaga-lembaga donor yang lebih luas
• Adanya komitmen global dalam MDGs (Millenium Development Goals) yang
implementasinya di tingkat akar rumput sebagian besar merupakan ruang
cakupan PKBM
• Adanya komitmen global tentang Education For All dan Life long Learning yang
sebagian besar merupakan ruang cakupan PKBM
• Berbagai isu-isu global seperti masalah pengurangan kemiskinan, permasalahan
lingkungan, pengarus utamaan gender, korban narkoba, HIV/AIDS, pendidikan
inklusif, trafficking, pendidikan HAM, demokratisasi, multikulturalisme,
Education for Sustainability Development. penanganan korban bencana alam
dan daerah konflik, dsb. Sebagian besar implementasinya dapat dilakukan
melalui pendekatan PKBM.
• Berbagai isu nasional seperti penciptaan lapangan kerja, peningkatan
penghasilan masyarakat miskin, pembudayaan anti korupsi, tingginya tingkat
putus sekolah, tingginya tingkat buta aksara, rendahnya tingkat partisipasi
PAUD, dsb. Sebagian besar dapat diimplementasikan melalui pendekatan PKBM
• Menurunnya kepercayaan lembaga-lembaga donor internasional dalam
menyalurkan dana bantuannya terhadap pembangunan masyarakat melalui
birokrasi pemerintahan memungkinkan penyalurannya dilakukan melalui
PKBM.

DPP FK PKBM Indonesia 39


Konsep dan Strategi Pengembangan PKBM

• Banyaknya lembaga-lembaga lokal, nasional, dan internasional yang


memberikan keperdulian terhadap persoalan-persoalan pendidikan, kemiskinan
dan pengembangan masyarakat.
• Adanya kebijakan pemerintah agar BUMN mengalokasikan sebagian
keuntungannya bagi dana pengembangan masyarakat
• Adanya sejumlah perusahaan menengah maupun besar yang memiliki kebijakan
CSR (Corporate Social Responsibility) dan mengalokasikan dana secara
konsisten untuk itu.
• Adanya kebutuhan berbagai perusahaan besar untuk membangun keamanan,
kenyamanan dan keselarasan dengan lingkungan masyarakat di sekitar lokasi
keberadaan perusahaan tersebut yang membutuhkan suatu ‘model pengelolaan’
yang efektif dan akuntabel serta memberi manfaat lebih berarti dan
berkelanjutan, PKBM dapat menjadi solusi terhadap kebutuhan model tersebut.
• Adanya sejumlah besar perguruan tinggi yang memiliki sejumlah besar
mahasiswa yang membutuhkan bentuk-bentuk pengabdian masyarakat yang
relevan dengan disiplin ilmu masing-masing dan mudah diakses serta
memberikan kontribusi yang berarti bagi masyarakat, PKBM dapat menjadi
wahana pengabdian tersebut.
• Adanya sejumlah jurusan pendidikan luar sekolah dan himpunan mahasiswa
jurusan pendidikan luar sekolah serta berbagai organisasi mahasiswa yang
memberikan kepedulian besar bagi pembangunan masyarakat di tingkat akar
rumput yang membutuhkan wahana aplikasi keilmuan dan idealismenya, PKBM
dapat menjadi alternatif menarik bagi kebutuhan tersebut
• Potensi demografi, geografi, budaya dan sumberdaya ekonomi Indonesia
membuka munculnya peluang usaha yang dapat digarap oleh PKBM dan melalui
kerjasama antar PKBM di seluruh Indonesia
• Kerjasama antar negara baik di antara negara Asia Pasifik maupun dengan
Negara lain memungkinkan peluang pengembangan usaha, pembelajaran dan
pengembangan masyarakat bagi PKBM
• Adanya amanat konstitusi Negara Republik Indonesia untuk memberikan
prioritas kepada pembangunan pendidikan dengan mengalokasikan anggaran
yang cukup besar dimana ruang pendidikan non formal selama ini masih belum
tergarap dengan sewajarnya.
• Adanya komitmen Perserikatan Bangsa Bangsa untuk menetapkan dasawarsa
Education for Sustainability Development, dimana PKBM merupakan salah satu
lembaga di tingkat akar rumput yang sangat memungkinkan untuk menjadi agen
pelaksananya

DPP FK PKBM Indonesia 40


Konsep dan Strategi Pengembangan PKBM

THREAT (ANCAMAN)
• Adanya potensi konflik diantara berbagai lembaga yang bertanggungjawab
membina dan mengembangkan PKBM, misalnya antara Sub-Dinas Pendidikan
Kota/Kabupaten, SKB, BPKB, Sub Dinas Pendidikan Propinsi, BPPLSP, FK-
PKBM Kabupaten/Kota, Propinsi dan Pusat yang apabila tidak disikapi secara
dewasa dapat menimbulkan usaha-usaha kontra produktif bagi gerakan untuk
memajukan PKBM
• Dapat muncul adanya sinisme sebagian anggota masyarakat terhadap PKBM jika
melihat perilaku beberapa oknum pembina, pengelola dan pelaksana PKBM
yang memanfaatkan PKBM untuk mengambil dana negara ataupun dari pihak
donor lain untuk keuntungan pribadi semata.
• Adanya beberapa oknum yang merasa ‘terancam’ akan adanya gerakan PKBM
yang murni dan kuat sehingga membuat langkah-langkah ‘perlawanan’ yang
dapat menghambat gerak maju PKBM agar oknum-oknum tersebut tidak
kehilangan ‘keuntungan’ dari ‘manipulasi’ dan KKN proyek PKBM.

IV.5.2 Contoh Hasil Perumusan Visi, Misi dan Target 5 Tahun Pengembangan
PKBM di Indonesia

Visi
Terwujudnya PKBM sebagai gerakan masyarakat akar rumput yang efektif
untuk mengatasi kebodohan, kemiskinan dan membangun kesetiakawanan
sosial di setiap komunitas di seluruh Indonesia.

Misi
1. Mewujudkan sejumlah besar PKBM yang partisipatif, mandiri, berkelanjutan dan mampu
menyelenggarakan program-program yang bermutu serta yang dapat menjawab kebutuhan
komunitasnya.
2 Mewujudkan kesadaran yang luas seluruh lapisan masyarakat akan
pentingnya PKBM bagi pembangunan masyarakat dan bersedia
berpartisipasi untuk mendukungnya baik secara langsung maupun tidak
langsung.
3. Mewujudkan jaringan kerjasama yang positif, konstruktif, dan kuat baik
sesama PKBM maupun antar PKBM dengan berbagai Lintas sektoral,
lembaga usaha, lembaga pendidikan, lembaga kemasyarakatan, lembaga

DPP FK PKBM Indonesia 41


Konsep dan Strategi Pengembangan PKBM

keagamaan dan yang lainnya, di tingkat lokal, nasional, maupun


internasional dalam rangka pembangunan masyarakat.

DPP FK PKBM Indonesia 42


Konsep dan Strategi Pengembangan PKBM

Target 5 Tahun
1. Adanya minimum dua PKBM yang memiliki kualifikasi sebagai
percontohan (model) PKBM yang partisipatif, bermutu, mandiri dan
berkelanjutan di setiap propinsi.
2. Adanya minimum satu propinsi yang dapat memberikan contoh/model
dimana penerapan PKBM yang intensif sebagai suatu gerakan masyarakat.
3. Adanya minimun satu PKBM sebagai contoh atau model dalam mengatasi
permasalahan komunitas khusus.
4. Minimum 50% program Kesetaraan, program PAUD dan program
Keterampilan yang ada di PKBM memiliki mutu yang berkualifikasi baik.
5. Indonesia menjadi salah satu negara yang terkemuka di Asia Pasifik dalam
hal gerakan PKBM (community learning center).
6. 30% PKBM dapat berperan sebagai Community Business Centre dan/atau
Community Information Centre dan/atau Community Art & Cultural
Centre secara efektif.
7. 75% FK PKBM Propinsi, kabupaten/kota berperan sebagai motor
penggerak dalam membangun PKBM sebagai gerakan masyarakat untuk
mengatasi kebodohan, kemiskinan dan membangun kesetiakawanan sosial.
8. Minimal 2.000 PKBM berkualifikasi baik.
9. Minimum 50 lembaga/Departemen baru yang memiliki komitmen resmi
akan mendukung pengembangan PKBM.
10. Menghasilkan satu juta entrepreneur di seluruh Indonesia melalui PKBM.
11. FK PKBM Indonesia memiliki :
a. Pusat Pelatihan dan Pengembangan PKBM
b. Pusat Pengembangan Bisnis PKBM
12. Adanya minimum 6.000 PKBM di Indonesia

DPP FK PKBM Indonesia 43


Konsep dan Strategi Pengembangan PKBM

BAB V

PENUTUP

Demikian naskah Konsep dan Strategi Pengembangan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat ini
kami susun. Kami menyadari dalam konsep ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu,
tim penulis menyampaikan permohonan maaf yang sebesar-besarnya atas kekurangan tersebut
dan kami sangat mengharapkan masukan berupa saran dan kritik dalam penulisan naskah ini.
Semoga naskah yang kami susun ini dapat bermanfaat dan tidak sia-sia, serta apa yang kami
tulis dalam naskah ini dapat bermanfaat bagi pihak-pihak lain terutama bagi pendidik dan
tenaga kependidikan yang ada di PKBM.

KEY SUCCESS FACTOR (Kunci Keberhasilan)

1. Karunia, Kehendak dan Kuasa Tuhan YME (Doa)


2. Keikhlasan dan Ketulusan
3. Kejelasan dan Kesatuan Visi
4. Sinergitas Program
5. Profesionalisme
6. Komitmen : waktu, uang, tenaga, relasi dan informasi
7. Kerja keras, Kerja cerdas dan Kerjasama
8. Komunikasi dan Koordinasi
9. Transparansi dan Akuntabilitas
10. Partisipasi dan dukungan PKBM dan FK-PKBM Propinsi/Kabupaten/Kota
terhadap berbagai program kerja FK PKBM Indonesia.

-----------------------------------
----------------

DPP FK PKBM Indonesia 44

You might also like