Professional Documents
Culture Documents
org/wiki/Ce
phthora_infestans Phytophthora
Sitophilus rcospora_nicotianae kakao
infestans
Sitophilus granarius
Scientific classification
Kingdom: Animalia
Phylum: Arthropoda
Class: Insecta
Order: Coleoptera
Family: Curculionidae
Subfamily: Dryophthorinae
Genus: Sitophilus
Schoenherr, 1838[1]
Species
see text
Dp : http://en.wikipedia.org/wiki/Sitophilus
tribolium sp
Phytophthora infestans
cercospora nicotianae
Aspergillus
Scientific classification
Domain: Eukarya
Kingdom: Fungi
Phylum: Ascomycota
Class: Eurotiomycetes
Order: Eurotiales
Family: Trichocomaceae
Genus: Aspergillus
Micheli, 1729
Species
http://en.wikipedia.org/wiki/Aspergillus
Scientific classification
Kingdom: Animalia
Phylum: Arthropoda
Class: Insecta
Order: Coleoptera
Family: Bostrichidae
Genus: Rhyzopertha
Species: R. dominica
Binomial name
Rhyzopertha dominica
(Fabricius, 1792)
http://en.wikipedia.org/wiki/Rhyzopertha_dominica
Rhyzopertha dominica
http://en.wikipedia.org/wiki/Erwinia_carotovora
http://en.wikipedia.org/wiki/Red_flour_beetle
Bahan-bahan (produk pertanian) yang disimpan di gudang terbuka atau hasil penelitian tetap akan memperoleh
gangguan dari berbagai hama (Kartasapoetra, 1991). Terjadinya kerusakan dan kehilangan berat biji karena
adanya aktifitas serangga. Besarnya kerusakan dan kehilangan tergantung dari cara hama menyerang atau
merusak (Kartasapoetra, 1991).
Hama pascapanen adalah organisme-organisme yang merusak hasil pertanian baik yang telah dipanen atau
lewat masa panen. Kerusakan adalah berhubungan dengan kondisi produk yang menunjukkan adanya habitat
serangga, bekas makanan seperti berlubang, alur gerekan dan lain-lain (Anonim, 1998). Sedangkan kehilangan
adalah akibat adanya aktifitas serangga (termakan) sehingga akan mengurangi jumlah material yang disimpan
(Kartasapoetra, 1991).
Perubahan kualitas terjadi secara berangsur-angsur dalam penyimpanan biji adalah hasil interaksi kompleks
dalam sistem ekologi yang kompleks. Perubahan kualitas ini dapat diklasifikasikan dalam 4 kategori : (1)
Kondisi awal biji ketika biji dikirim ke penyimpanan. (2) Kondisi penyimpanan antara panen dan prosesing
awal. (3) Teknik penanganan dan perlakuan pada sejumlah biji yang disebut Alur Teknik Penyimpanan. (4)
Faktor deteorisasi biologi terutama oleh adanya cendawan dan hama-hama invertebrata (serangga dan tungau)
(Fleurat – Lessard, 2002).
Menurut (Kartasapoetra, 1991). Secara umum, faktor yang mempengaruhi perkembangan dari hama
pascapanen dibagi ke dalam 2 faktor :
1. Faktor luar (Eksternal) : terdiri dari iklim, makanan, musuh alami, dan manusia
2. Faktor dalam (Internal); lebih banyak dipengaruhi oleh faktor genetik hama itu sendiri.
Sifat struktur penyimpanan secara umum adalah kondisinya yang stabil dibandingkan lingkungan alami dan
ketersediaan pangan yang melimpah. Karakter penyimpanan ini menguntungkan hama gudang, walaupun
adakalanya terjadi kelangkaan sumber makanan. Serangga hama di penyimpanan, terutama hama-hama
penting adalah serangga yang telah teradaptasi pada lingkungan penyimpanan dengan baik, karena: habitat
penyimpanan merupakan reservoir alaminya, toleransinya yang tinggi terhadap faktor fisik di penyimpanan,
keragaman perilaku makan pada berbagai bahan simpan, laju reproduksi yang tinggi, kemampuan yang tinggi
dalam menemukan lokasi sumber makanan, kemampuan bertahan hidup dalam kondisi tanpa pangan, adaptasi
morfologi yaitu ukuran kecil, bentuk pipih, dan gerakan cepat (Anonim, 2004c).
Pengetahuan mengenai bioekologi dari hama pascapanen mutlak diperlukan. Hal ini penting dalam rangka
Pengendalian Hama Terpadu (PHT) (Subramanyam dan Hagstrum, 1995).
Telur paling sedikit 100 butir per betina. Stadia telur dapat berlangsung beberapa bulan pada suhu 00C. Tubuh
berwarna putih kekuningan agak oval dimana bagian tungkai dan mulut berwarna agak coklat kemerah-
merahan. Tungau biji dapat hidup pada lahan-lahan pertanian, gudang, biji-bijian, tepung atau produk pangan
lain yang mengandung cukup kadar air. Tungau ini berkembang sangat cepat dan menyebabkan kerusakan pada
embrio biji. Keberadaannya dicirikan dengan adanya bau yang agak menyengat (Krischik dan Burkholder,
1997).
Perkembangan A. siro secara sempurna berada pada temperatur diantara 5°C dan 32°C, pada RH 60-90%.
Jumlah maksimum tingkat pengembangan, suatu tingkat hakiki peningkatan 7.04, terjadi pada sekitar 25°C
dan RH 90%. Pada temperatur 20°C dan RH 80%, kawin dan meletakkan telur tetapi pada peletakan telur
kelembaban dan temperatur yang lebih rendah semakin tertunda untuk 1 hari atau lebih. Betina harus lebih
dulu kawin berulang-kali untuk menjangkau produksi telur maksimum. Jumlah telur maksimum rata-rata per
betina mencapai 435 di mana kondisinya adalah 15°C dan RH 90%. Inang utama dari tungau ini adalah rumput,
produk yang disimpan, tepung terigu (Griffiths, 1964).
Ahasverus advena Waltl.
Hama ini tergolong Filum : Arthropoda, Kelas : Hexapoda, Ordo : Coleoptera, Famili : Silvanidae (Kalshoven,
1981). Spesies ini merupakan hama kosmopolitan dan dikenal sebagai “Foreign grain beetle”. Kemungkinan
spesies ini berasal dari Amerika dan tersebar pada daerah tropik dan daerah yang beriklim sedang. Ditemukan
pada berbagai komoditi termasuk pada biji-bijian cerealia, biji kakao, biji kelapa, kopra, kacang tanah,
terutama pada komoditi yang lembab dan berjamur. (Dobie et al., 1991).
Warna kumbang ini yaitu coklat kemerah-merahan (Kartasapoetra, 1991). Panjang kumbang 2 – 3 mm. kedua
tepi anterior dari protoraks terdapat tonjolan seperti gigi. Antena terdiri dari 11 ruas dengan bentuk menggada
dan tarsi 5 ruas. Spesies ini dapat dijadikan sebagai indikator bahwa kondisi penyimpanan lembab (Dobie et
al., 1991). Larvanya berwarna putih mempunyai kaki torakal sehingga dapat bergerak aktif, ukuran panjang
tubuhnya sekitar 4 – 5 mm, pupanya berwarna putih dengan ukuran panjang sekitar 2 mm (Kartasapoetra,
1991).
Kalshoven (1981), mengemukakan bahwa siklus hidupnya sejak peletakan telur sampai menjadi kumbang
dewasa sangat cepat, berlangsung sekitar 17 - 23 hari.
Araecerus fasciculatus (Fabricius)
Hama ini tergolong dalam Filum : Arthropoda, Kelas : Hexapoda, Ordo : Coleoptera, Famili : Anthribida
(Kalshoven, 1981). Hama ini dikenal sebagai “Coffee bean weevil” atau hama biji kopi. Selain menyerang biji
kopi A. fasciculatus juga menyerang jagung, gaplek, kacang tanah, ubi jalar, biji kakao dan rempah-rempah
(Hill, 1983). Larvanya ditemukan pada biji kopi yang dikeringkan juga pada ubi kayu, biji pala, bunga pala, biji
kakao terutama pada biji kualitas rendah (Kalshoven, 1981).
Kumbang A. fasciculatus ditemukan pada daerah tropik dan subtropik. Pada bagian elitra dan protoraksnya
terdapat banyak bercak yang berwarna terang, selanjutnya dikemukakan bahwa elitra A. fasciculatus lebih
pendek dibanding ukuran abdomennya. (Dobie et al., 1991). Kumbang A. fasciculatus berukuran 3 – 5 mm
(Kartasapoetra, 1991). Berwarna coklat gelap atau coklat kelabu (Kalshoven, 1981). Tipe antenanya adalah
menggada (Clubbed) yaitu tiga ruas terakhir membesar (Hill, 1983).
Kumbang betina dapat menghasilkan telur 15 butir selama siklus hidupnya, dimana siklus hidupnya rata-rata
berlangsung selama 30 hari tergantung pada suhu dan kelembaban (Hill, 1983). Seekor betina dapat
menghasilkan telur 50 butir, pada suhu 280C dan kelembaban 70%. Siklus hidupnya berkisar antara 46 - 68 hari
(Dobie et al., 1991). Kumbang ini dapat hidup selama 17 minggu jika makanan cukup (Kalshoven, 1981).
Setiap induk kumbang betina dapat memproduksi telur sebanyak 15 butir, telur-telur ini diletakkan di
permukaan material dan baru akan menetas setelah + 9 hari. Larva-larva langsung melakukan penggerekan dan
selanjutnya masuk ke dalam material (biji-bijian) dengan meninggalkan sisa-sisa gerekannya yang berupa
tepung. Siklus hidup larva ini berlangsung sekitar 20 hari. Masa berkepompongnya berlangsung dalam biji yang
telah kosong berlangsung + 5 hari (Soekardi dalam Kartasapoetra, 1991).
Kumbang T. confusum berwarna coklat kemerah-merahan, bentuk tubuhnya pipih dengan panjang berkisar
antara 3 - 4 mm (Rees, dalam Subramanyam dan Hagstrum, 1995). Kartasapoetra (1991) menyatakan bahwa
tipe antena kumbang ini adalah menggada.
Tiap induk atau kumbang betina dapat menghasilkan telur 450 butir sepanjang siklus hidupnya, telur
diletakkan dalam tepung atau pada bahan-bahan lain yang sejenis yang merupakan pecahan-pecahan kecil.
Larva bergerak aktif karena memiliki 3 pasang kaki torakal. Larva-larva ini selama perkembangannya
mengalami pergantian kulit antara 6 - 11 kali, tetapi tidak jarang pula hanya 6 - 7 kali, ukuran larva yang telah
dewasa antara 8 – 11 mm. Menjelang masa berkepompong larva ini akan muncul di permukaan material, tetapi
setelah menjadi imago selanjutnya masuk kembali ke dalam material. Siklus hidupnya sekitar 35 - 45 hari
(USDA dalam Kartasapoetra, 1991).
Cryptolestes ferrugineus (Stephens)
Hama ini tergolong dalam Filum : Arthropoda, Kelas : Hexapoda, Ordo : Coleoptera, Famili : Cucujidae (Dobie
et al.. 1991). Kumbang C. ferrugineus dikenal sebagai “Rusty grain beetle”. Kumbang ini adalah hama
kosmopolit tersebar dari daerah beriklim tropik sampai ke daerah beriklim subtropik. Berstatus sebagai hama
sekunder dimana menyerang biji-bijian, kacang-kacangan dan produk lain di penyimpanan. Kumbang ini
berukuran 1,5 – 2 mm, berwarna coklat terang. Bentuk antena seperti benang dan panjang (Dobie et al.,
1991).
Kumbang betina meletakkan telur kira-kira 200 butir, diletakkan pada permukaan komoditi (Subramanyam dan
Hagstrum, 1995). Setelah beberapa hari menjelang terjadinya penetasan telur yang pada mulanya berwarna
putih berubah menjadi agak buram (Kartasapoetra, 1991). Larva ini tidak dapat langsung masuk ke dalam biji
tetapi dapat masuk jika kulit biji mengalami kerusakan (pecah) akibat penanganan pascapanen. Siklus hidup
kumbang ini tergantung suhu dan kelambaban. Kumbang C. ferrugineus pada kondisi suhu 330C kelembaban
relatif 70% siklus hidupnya 23 hari. Kelembaban relatif 80% siklus hidupnya 27 - 30 hari (Dobie et al., 1991).
Ephestia cautella (Walker)
Hama ini tergolong dalam Filum : Arthropoda, Kelas : Insekta, Ordo : Lepidoptera, Famili : Pyralidae
(Kalshoven, 1981). Serangga ini dikenal sebagai “The dried current moth”. Ngengat ini selain menyerang
produk biji-bijian juga menyerang kacang-kacangan, biji kakao, buah-buah yang dikeringkan (Dobie et al.,
1991).
Hama ini merupakan hama utama pada daerah tropik dan daerah beriklim panas. Buah-buah yang dikeringkan
lebih disukai tetapi serangga ini juga menyerang produk-produk yang disimpan termasuk tepung, biji-bijian,
biji kakao, kurma, kacang-kacangan dan biji-bijian lain (Subramanyam dan Hagstrum, 1995).
Ngengat berwarna abu-abu dengan panjang tubuh sekitar 6 mm. Bila kedua sayap direntangkan panjangnya
mencapai 17 mm, sisi atas sayap depan mempunyai semacam pita. Larva berwarna coklat agak kotor atau
coklat merah dengan bitik-bintik agak gelap. Kepompong mempunyai ukuran panjang 7,5 mm dan kokonnya
berwarna putih (Kartasapoetra, 1991).
Menurut Kalshoven (1981) ngengat ini dapat memproduksi telur sekitar 30 butir selama siklus hidupnya, siklus
hidup sekitar 31 - 42 hari. Pada suhu 300C stadia telur 3 hari, larva mengalami 5 instar. Dalam kondisi
optimum (320 C dan kelembaban relatif 70%) stadia larva 22 hari. Sebelum menjadi pupa larva instar terakhir
membentuk kokon. Stadia pupa kira-kira 7 hari. Dalam kondisi yang optimum perkembangan dari telur sampai
imago kira-kira 29 - 31 hari (Dobie et al., 1991).
Dp : http://anafzhu.blogspot.com/2009/06/kerusakan-oleh-hama-pascapanen.html
PENDAHULUAN
Ekologi serangga mempelajari faktor-faktor yang mempengaruhi distribusi dan
kelimpahan serangga. Pengetahuan tentang ekologi serangga hama pascapanen
merupakan dasar penerapan pengendalian hama terpadu (PHT). Saat ini, pemodelan
dengan komputer untuk pengendalian hama pascapanen telah banyak dikembangkan.
Kesemuanya berbasis pada pengetahuan ekologi serangga.
Sifat struktur penyimpanan secara umum adalah kondisinya yang stabil dibandingkan lingkungan
alami dan ketersediaan pangan yang melimpah. Karakter penyimpanan ini menguntungkan hama
gudang, walaupun adakalanya terjadi kelangkaan sumber makanan. Serangga hama di
penyimpanan, terutama hama-hama penting adalah serangga yang telah teradaptasi pada
lingkungan penyimpanan dengan baik, karena:
Studi ekologi yang dilakukan pada kondisi yang mirip dengan tempat penyimpanan lebih
berguna untuk mengembangkan program pengendalian. Dengan demikian dapat diperoleh lebih
banyak gambaran tentang faktor-faktor yang mempengaruhi distribusi dan kelimpahan hama pada
kondisi nyata.
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYEBARAN DAN KELIMPAHAN
HAMA GUDANG
Masa perkembangan
Suhu lingkungan dan kadar air bahan simpan merupakan faktor utama yang mempengaruhi
masa perkembangan. Pada coleoptera, kadar air lebih dominan pengaruhnya dibanding suhu dan
makanan, demikian pula pada lepidoptera.
Hingga batas tertentu, kenaikan suhu lingkungan meningkatkan aktivitas makan. Hal ini
menjelaskan sebagian pengaruh suhu terhadap pemendekan masa perkembangan serangga
pascapanen. Fluktuasi suhu harian juga berpengaruh. Serangga yang hidup pada suhu konstan
tinggi masa perkembangannya lebih singkat daripada suhu fluktuatif (walaupun dengan rata-rata
suhu yang sama tinggi). Sementara itu pada suhu konstan rendah, masa perkembangannya lebih
lama dibandingkan suhu fuktuatif dengan rata-rata sama rendah.
Kadar air bahan simpan/kelembaban udara mempengaruhi lama stadium larva,. Kadar air bahan
simpan yang rendah memperlama stadium larva, tetapi stadium telur dan pupa tidak terpengaruh
sehingga hal ini mengubah keseimbangan struktur umur dalam populasi yang sudah stabil.
Seperti dijelaskan sebelumnya, suhu lingkungan dan kelembaban di penyimpanan bisa saja
sebagai sebab atau akibat dari keberadaan hama. Serangga membutuhkan kisaran suhu dan
kelembaban optimum untuk perkembangannya. Sementara itu metabolisme serangga juga
menghasilkan kalor dan uap air ke lingkungannya. Terakhir, misalnya
pada Sitophilus dan Tribolium terdapat variasi masa perkembangan antarindividu yang cukup besar.
Keragaman intrinsik seperti ini biasanya menguntungkan secara ekologis.
Ketahanan hidup/survival
Serangga biasanya memiliki kisaran suhu optimum. Sedikit saja di luar kisaran suhu tersebut,
terjadi penurunan populasi yang sangat besar Contohnya pada Tribolium, suhu optimum
pertumbuhan adalah 25-37.5˚C. Ketahanan hidup akan turun drastis di luar kisaran tersebut.
Kematian terbesar terjadi pada larva instar awal. Pola serupa tampaknya terjadi pada
spesies Rhyzopertha, Oryzaephilus, Cryptolestes dan Tribolium (coleoptera berumur panjang) .
Kadar air biji berkorelasi positif dengan ketahanan hidup. Kadar air meningkat, kondisi
lingkungan makin baik untuk serangga sehingga ketahanan hidupnya pun meningkat. Sebaliknya,
ketahanan hidup hama pascapanen menurun bila kadar air biji rendah. Implikasinya, kalaupun
pengendalian hama tidak bisa dilakukan dengan menurunkan suhu (pendinginan), pengeringan dan
pemanasan dapat pula bermanfaat.
Kematian hama pascapanen pada suhu rendah merupakan fungsi dari laju pendinginan, lama
waktu pendinginan, suhu dan spesies. Serangga akan punya
Produksi telur
Serangga memerlukan nutrisi yang cukup untuk memproduksi telur. Lepidoptera biasanya
mengakumulasi nutrisi pada saat larva, dan memproduksi telur dalam jumlah banyak hanya pada
hari-hari pertama menjadi imago. Coleoptera biasanya hidup lebih lama dan memproduksi telur
sepanjang hidupnya dalam proporsi yang lebih merata. Dengan demikian, coleoptera berumur
panjang membutuhkan nutrisi sepanjang hidupnya.
Peningkatan suhu dan kadar air bahan simpan meningkatkan produksi telur, hanya saja produksi
telur tertinggi dan ketahanan hidup tertinggi tidak terjadi pada satu titik suhu atau kadar air yang
sama. Pada Tribolium, kombinasi ketahanan hidup dan produksi telur yang menghasilkan tingkat
reproduksi maksimum terjadi pada suhu 27 0C dan kadar air 16%.
Sejumlah ngengat diketahui meningkat produksi telurnya bila menemukan sumber air, demikian
pula kumbang Dermestes. Callosobruchus juga meningkat produksi telurnya karena nutrisi.
Intraspesifik (antarindividu)
Interaksi antarindividu dalam satu spesies menentukan distribusi dan kelimpahan serangga.
Pada kepadatan populasi rendah, laju pertumbuhan biasanya kecil karena kesulitan untuk
menemukan pasangan seksual misalnya. Ketika populasi bertambah, laju pertumbuhan meningkat
secara eksponensial karena kelimpahan sumber makanan dan kesesuaian lingkungan. Sejalan
dengan pertambahan populasi yang tinggi, terjadi kompetisi/persaingan untuk makan dan
perkawinan sehingga menimbulkan efek negatif bagi populasi. Pada spesies tertentu bahkan terjadi
kanibalisme terhadap serangga dalam stadium inaktif (telur dan pupa). Walaupun demikian,
tekanan populasi seperti ini jarang terjadi karena kecenderungan migrasi bila populasi meningkat.
Kompetisi umumnya terjadi pada populasi di penyimpanan yang kosong, sarana transportasi
maupun peralatan pengolahan di mana jumlah makanan relatif sedikit.
Interspesifik (antarspesies)
Interaksi antarspesies juga mempengaruhi laju pertumbuhan suatu spesies serangga. Berbagai
pola interaksi ditemukan di penyimpanan, yaitu:
Suksesi, yaitu pergantian dominansi spesies pada pernyimpanan kerena perubahan lingkungan
dan sumber makanan. Pada saat awal yang dominan adalah hama primer, kemudian digantikan
hama sekunder, selanjutnya mungkin serangga pemakan cendawan atau sisa-sisa.
Kompetisi, terjadi bila dua spesies hama memiliki relung ekologis yang sama (bandingkan dengan
suksesi dimana masing-masing spesies memiliki peran berbeda.)
Predasi, bisa oleh spesies predator (misal kepik Xylocoris sp.) atau spesies hama yang menjadi
karnivor fakultatif pada kondisi ekstrim.
Dp : http://abank-udha123.tripod.com/ekologi_hama_pascapanen.htm
pendatang baru
Blog mahasiswa Universitas Brawijaya
Home
About
Hello world!
December 9th, 2010bocah tengil1 comment
105040213111057
ASISTEN : FEBRIANTO
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS PERTANIAN
AGROEKOTEKNOLOGI
2010
1. I. PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Sifat struktur penyimpanan secara umum adalah kondisinya yang stabil dibandingkan lingkungan alami dan
ketersediaan pangan yang melimpah. Karakter penyimpanan ini menguntungkan hama gudang, walaupun
adakalanya terjadi kelangkaan sumber makanan. Serangga hama di penyimpanan, terutama hama-hama
penting adalah serangga yang telah teradaptasi pada lingkungan penyimpanan dengan baik, karena habitat
penyimpanan merupakan reservoir alaminya, toleransinya yang tinggi terhadap faktor fisik di penyimpanan,
keragaman perilaku makan pada berbagai bahan simpan, laju reproduksi yang tinggi kemampuan yang tinggi
dalam menemukan lokasi sumber makanan kemampuan bertahan hidup dalam kondisi tanpa pangan.
Hama pascapanen adalah organisme-organisme yang merusak hasil pertanian baik yang telah dipanen atau
lewat masa panen. Sumber investasi hama pasca panen (hama gudang) yaitu berasal dari lahan yang masuk
ke gudang, berasal dari yang sudah ada di komoditi simpannya, dari fasilitas penyimpanan, dan dari bahan-
bahan lain yang ada di gudang. Bentuk kerusakan ham pasca panen (hama gudang ) ada dua yaitu secara
langsung dan tidak langsung. Secara langsung terjadi dari mulai awal secara langsngan gejala sudah terlihat
sedangkan bentuk kerusakan secara tidak langsung yaitudari awal serangan kenampakan gejala tampak lama
misalnya di kecambah biji. Penyeabab hama pasca panen berasal dari pathogen (jamur, virus, nematoda) dan
berasal dari non pathogen (mekanik, hama)
1.2 Tujuan
Untuk mengetahui dan memahami definisi hama dan penyakit pasca panen
Untuk mengetahui dan memahami ciri-ciri hama pasca panen
Untuk mengetahui dan memahami kerusakan yang disebabkan oleh hama pasca panen
Untuk mengetahui dan memahami pengendalian hama pasca panen
1. II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian hama pasca panen
Related to the condition of the product sowed insect habitats a former food such as potholes, groves gerekan
Terjemah :“Hama pasca panen adalah hama yang berhubungan dengan adanya kondisi produk yang
menunjukkan adanya habitat serangga, bekas makanan seperti bertulang atau tergeret dan alur gerekan”
(Anonymousa, 2010)
Hama pascapanen atau hama gudang adalah organisme-organisme yang merusak hasil pertanian yang telah
dipanen ataupun yang telah lewat pasca panen.
(Anonymousb ,2010)
Hama pasca panen adalah organisme yang menimbulkan kerusakan pada hasil pertanian setelah masa panen
(Martorejo, 2009)
Penyakit pasca panen adalah gangguan fisiologis atau morfologis pada hasil pertanian yang muncul setelah
masa panen.
(Anonymousc ,2010)
Penyakit pasca panen adalah penyakit yang muncul dan berkembang selama periode pasca panen., tanpa
mempedulikan kapan terjadi serangan infeksinya.
( Martorejo, 2009 )
2.4 Kerusakan secara langsung dan tidak langsung akibat serangan hama pasca panen
Kerusakan langsung
Yaitu kerusakan yang gejalanya sudah terlihat secara langsung. Misalnya terjadi kerusakan terhadap fasilitas
penyimpanan, terjadi kontaminasi. Akibatnya bahan pangan menjadi tidak layak untuk dikonsumsi dan harga
menjadi turun.
Pengeringan (drying) bertujuan mengurangi kadar air dari komoditas. Pada biji-bijian pengeringan
dilakukan sampai kadar air tertentu agar dapat disimpan lama.
Pendinginan pendahuluan (precooling) untuk buah-buahan dan sayuran buah. Buah setelah dipanen
segera disimpan di tempat yang dingin/sejuk, tidak terkena sinar matahari, agar panas yang terbawa dari
kebun dapat segera didinginkan dan mengurangi penguapan, sehingga kesegaran buah dapat bertahan lebih
lama.
Pemulihan (curing) untuk ubi, umbi dan rhizom. Pada bawang merah, jahe dan kentang dilakukan
pemulihan dengan cara dijemur selama 1 – 2 jam sampai tanah yang menempel pada umbi kering dan mudah
dilepaskan/ umbi dibersihkan, telah itu juga segera disimpan di tempat yang dingin / sejuk dan kering.
Untuk kentang segera disimpan di tempat gelap (tidak ada penyinaran).
Pengikatan (bunching) dilakukan pada sayuran daun, umbi akar (wortel) dan pada buah yang
bertangkai seperti rambutan, lengkeng dll. Pengikatan dilakukan untuk memudahkan penanganan dan
mengurangi kerusakan.
Pencucian (washing) dilakukan pada sayuran daun y ang tumbuh dekat tanah untuk membersihkan
kotoran yang menempel dan memberi kesegaran. Selain itu dengan pencucian juga dapat mengurangi residu
pestisida dan hama penyakit yang terbawa.
Pembersihan ( cleaning, trimming) yaitu membersihkan dari kotoran atau benda asing lain,
mengambil bagian-bagian yang tidak dikehendaki seperti daun, tangkai atau akar yang tidak dikehendaki.
Sortasi yaitu pemisahan komoditas yang layak pasar (marketable) dengan yang tidak layak pasar,
terutama yang cacat dan terkena hama atau penyakit agar tidak menular pada yang sehat.
(Anonymousf , 2010)
1. III. PEMBAHASAN
3.1 Bioekologi 7 spesimen
1. a. Sitophilus oryzae
Nama latin : Sitophilus oryzae
Nama umum : Kutu beras
Klasifikasi : kingdom : Animalia
filum : Antropoda
Ciri-ciri specimen : memiliki moncong, terdapat elytra diatas abdomen, panjang tubuh
dewasa 3,15-5 mm, dewasa berwarna coklat dan tua menjadi hitam.
Komoditas yang diserang : Beras
Gejala yang ditimbulkan :
- Biji menjadi berlubang terdapat serabut setelah terjadi gigitan hama tersebut, biji menjadi terpotong-
potong
(Anonymousg , 2010)
Gambar :
(Anonymoush , 2010)
Ciri-ciri specimen : memiliki 3 pasang tungkai, berbentuk pipih, berwarna coklat kemerahan,
panjang tubuh kurang lebih 4 mm
Komoditas yang diserang : Tepung
Gejala yang ditimbulkan :
- Tepung menjadi menggumpal akibat terkena air liurnya dan yang terkena air liurnya akan membusuk.
(Anonymousi , 2010)
Gambar :
(Anonymousj , 2010)
1. c. Corcyra cephalonica
Nama latin : Corcyra cephalonica
Nama umum : Kumbang bekatul
Klasifikasi : kingdom : animalia
filum : antropoda
Ciri-ciri specimen : Sayap belakang memiliki rumbai, interproses bersinar dan pada caput
ada sisik yang tegak, berwarna coklat keabu-abuan, panjang tubuh 1,5-1,8mm
Komoditas yang diserang : bekatul
Gejala yang ditimbulkan :
- bekatul akan mengeras dan menjadi gumpalan-gumpalan yang berisi anak hama tersebut atau rumah
dan bekatul menjadi membusuk
(Anonymousk , 2010)
Gambar :
(Anonymousl , 2010)
1. d. Callosobruchus chinensis
Nama latin : Callosobruchus chinensis
Nama umum : Kutu pada kacang hijau
Klasifikasi : kingdom : animalia
filum : antropoda
Ciri-ciri specimen : cepat meruncing, moncong tidak panjang, berwarna coklat atau hitam,
ukuran hidup 5-6 mm
Komoditas yang diserang : biji kacang hijau
Gejala yang ditimbulkan :
- dalam biji jadi kropos, biji-biji mejadi bintik-bintik kehitaman dan akan berlubang
(Anonymousm , 2010)
Gambar :
(Anonymousn , 2010)
Ciri-ciri specimen : memiliki 2 pasang tungkai, berwarna coklat kemerahan, pada kepala ada
semacam duri-duri kecil
Komoditas yang diserang : gabah padi
Gejala yang ditimbulkan :
- biji menjadi lubang atau berlubang, terdapat serbuk pada padi akibat gigitannya
(Anonymouso , 2010)
Gambar :
(Anonymousp , 2010)
1. f. Erwinia carrotovora
Nama latin : Erwinia carrotovora
Nama umum : busuk lunak pada wortel
Klasifikasi : kingdom : bakteri
filum : broteubakteri
Ciri-ciri specimen : sel bakteri berbentuk batang, ukuran 1,5-2,0 x 0,6-0,9 mikro, terdapat
bau busuk, bercak hitam dan berlendir
Komoditas yang diserang : kentang
Gejala yang ditimbulkan :
- tanaman akan layu dan mati, pada bagian yang diserang akan terlihat berlendir dan bau tidak sedap
(Anonymousq , 2010)
Gambar :
(Anonymousr , 2010)
1. g. Aspergillus sp.
Nama latin : Aspergillus sp.
Nama umum : busuk pada kopi
Klasifikasi : kingdom : Fungi
filum : Ascomycota
- warna pada buah kopi yang terserang agak coklat kehitaman
(Anonymouss , 2010)
Gambar :
(Anonymoust , 2010)
1. IV. PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Sifat struktur penyimpanan secara umum adalah kondisinya yang stabil dibandingkan lingkungan alami dan
ketersediaan pangan yang melimpah. Karakter penyimpanan ini menguntungkan hama gudang, walaupun
adakalanya terjadi kelangkaan sumber makanan. Hama pascapanen atau hama gudang adalah organisme-
organisme yang merusak hasil pertanian yang telah dipanen ataupun yang telah lewat pasca panen. Penyakit
pasca panen adalah penyakit yang muncul dan berkembang selama periode pasca panen., tanpa
mempedulikan kapan terjadi serangan infeksinya.
Dari hasil praktikum dapat disimpulkan bahwa Sitophilus oryzae menyerang beras dan memiliki moncong,
terdapat elytra diatas abdomen, dewasa berwarna coklat dan tua menjadi hitam. Gejala serangannya biji
menjadi berlubang. Tribolium sp. Menyerang tepung dan memiliki berbentuk pipih, berwarna coklat
kemerahan. Gejala seranangannya Tepung menjadi menggumpal. Corcyra cephalonica menyerang bekatul dan
memiliki sayap belakang yang berumbai, berwarna coklat keabu-abuan, panjang tubuh 1,5-1,8mm. Gejala
serangannya bekatul akan mengeras dan menjadi membusuk. Callosobruchus chinensis menyerang biji kacang
hijau dan memiliki moncong tidak panjang, berwarna coklat atau hitam, ukuran hidup 5-6 mm. Gejala
serangannya dalam biji jadi berlubang. Rhyzoperta dominica menyerang gabah padi dan memiliki ciri memiliki
warna coklat kemerahan, pada kepala ada semacam duri-duri kecil. Gejala serangannya biji menjadi
berlubang. Erwinia carrotovora menyerang kentang dan berbentuk batang, berukuran mikro, terdapat bau
busuk, bercak hitam dan berlendir. Gejala serangannya tanaman akan layu dan mati, bau tidak
sedap. Aspergillus sp. Menyerang kopi dan merupakan jamur yang berwarna pucat. Gejala serangannya buah
kopi berlubang dan terdapat jamur pada lubang tersebut, warna pada buah kopi yang terserang agak coklat
kehitaman.
4.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hama merupakan semua binatang yang aktifitasnya menimbulkan kerusakan pada tanaman dan
menimbulkan kerugian secara ekonomis. Salah satu jenis hama yangmenyerang tanaman adalah
hama jenis serangga (Insekta). Jenis hama serangga tidak hanya dijumpai di ladang ataupun di
sawah, akan tetapi hama serangga dapat pula di jumpai pada bahan-bahan simpanan di gudang
(Nyoman I, 2005).
Hama gudang hidup dalam ruang lingkup yang terbatas, yakni hidup dalam bahan-bahan
simpanan di gudang. Umumnya hama gudang yang sering dijumpai adalah dari ordo Coleoptera
(bangsa kumbang), seperti Tribolium sp. , Sitophilus oryzae,Callocobruchus chinensis, Sitophilus
zaemays, Necrobia rufipes dan lain-lain.
Coleoptera berasal dari bahasa Latin coleos = perisai, pteron = sayap, yang berarti insekta
bersayap perisai. Memiliki dua pasang sayap, yaitu sayap depan dan sayap belakang. Sayap
depan keras, tebal dan memiliki permukaan luar yang halus yang mengandung zat tanduk sehingga
dinamakan elytra, sedangkan sayap belakang lebih tipis seperti selaput dan lebih panjang dari pada
sayap depan, Mengalami metamorfosis sempurna dan Tipe mulut menggigit (Wikipedia, 2008).
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui jenis-jenis hama yang
menyerang pada bahan-bahan simpanan di gudang dan mengetahui ciri-ciri
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Ciri Morfologi
Salah satu serangga hama yang sangat potensial merusak biji kacang hijau di gudang
adalah Callosobruchus chinensis. Serangga hama ini disebut kumbang biji.Kumbang Biji
(Callosobruchus chinensis) mempunyai moncong yang pendek dan femur tungkai belakang yang
membesar. Bentuk tubuh kumbang dewasa kebanyakan bulat atau lonjong. bentuk tubuhnya bulat
telur dengan bagian kepalanya yang agak runcing. Pada sayap depannya terdapat gambaran gelap
yang menyerupai huruf U dan pronotumnya halus. Warna sayap depannya coklat kekuning-kuningan
(Rioardi,2009)
Pada kumbang jantan mempunyai ukuran tubuh 2,4 mm - 3 mm sedangkan kumbang betina
mempunyai ukuran tubuh 2,76 mm – 3,49 mm. Imago betina dapat menghasilkan telur sampai 700
butir. Telur berbentuk lonjong agak transparan atau kekuning-kuningan atau berwarna kelabu
keputih-putihan. Panjang telur 0,57 mm, berbentuk cembung pada bagian dorsal, dan rata pada
bagian yang melekat pada biji.
Telur diletakkan pada permukaan biji dan direkatkan dengan semacam perekat.
(Wikipedia, 2008).
2.1.2 Sistematika
(Wikipedia, 2008)
2.1.3 Gejala serangan
Setelah imago betina bertelur, maka telur diletakkan pada permukaan produk kekacangan
dalam simpanan dan akan menetas setelah 3-5 hari. Larva biasanya tidak keluar dari telur, tetapi
hanya merobek bagian kulit telur yang melekat pada material. Larva akan menggerek di sekitar
tempat telur diletakkan. Lama stadia larva adalah 10-13 hari. Produk yang diserang akan tampak
berlubang, karena larva terus menggerek biji dan berada di
dalam biji sampai menjadi imago. Setelah menjadi
imago, maka lubang pada biji menjadi tempat keluar imago dari dalam biji (Wikipedia, 2008).
2.1.4 Pengendalian
2.2.1 Ciri Morfologi
Kumbang kopra (Necrobia rufipes) dengan Famili Cleridae memiliki ciri-ciri bentuk tubuh
memanjang, berwarna cemerlang, pronotumnya lebih sempit dari kepala, memiliki antenna clubbed
atau kadang serrate atau pectinate. Perbedaan kumbang jantan dan betina dewasa terletak pada
ukuran tubuh, kumbang jantan memiliki tubuh yang lebih kecil dari betinanya. Pada kumbang betina
memiliki embelan ovipositor, memiliki sepasang ovari, ruas abdomen 8 atau 9, satu sistem saluran
telur yang dijalurkan keluar bila mana hendak bertelur. Sedangkan kumbang jantan, pada ruas
abdomen ke 10 memiliki alat kelamin berupa penis, memiliki
2.2.2 Sistematika
Kingdom Animalia, Filum Arthropoda, Kelas Insecta, Ordo Coleoptera, Family Cleridae, Genus
Necrobia, Spesies Necrobia rufipes (Wikipedia, 2008).
2.2.3 Gejala serangan
Kumbang menyukai kopra yang berkualitas rendah, aktif baik siang maupun malam hari. Telur
diletakkan di celah-celah atau retakan bahan yang tersembunyi. Setelah menetas, maka larva akan
menggerek bahan dengan liang gerek yang berkelok-kelok.Menjelang saat berkepompong larva itu
membuat rongga yang bentuknya oval dan dilapisi dengan campuran sisa gerekan dan air liurnya
dari sebelah dalam. Biasanya larva terakhir juga menyiapkan lubang keluar bagi kumbang dewasa
yang baru dan lubang itu ditutup dengan campuran air liurnya dan
2.2.4 Pengendalian
Pengendalian serangga hama yang biasa dilakukan adalah dengan cara membuat
kopra dari kelapa yang benar-benar tua serta Menjaga kebersihan gudang dari
berbagaimacam kotoran yang dapat mengundang datangnya
2.3.1 Ciri Morfologi
Kumbang beras (Sitophilus oryzae) dewasa berwarna coklat tua, dengan bentuk tubuh yang
langsing dan agak pipih. Pada bagian pronotumnya terdapat enam pasang gerigi yang menyerupai
gigi gergaji. Bentuk kepala menyerupai segitiga. Pada sayap depannya terdapat garis-garis membujur
yang jelas. Terdapat 4 bercak berwarna kuning agak kemerahan pada sayap bagian depan, 2 bercak
pada sayap sebelah kiri, dan 2 bercak pada sayap sebelah kanan. Panjang tubuh kumbang dewasa ±
3,5-5 mm, tergantung dari tempat hidup larvanya. larva kumbang tidak berkaki, berwarna putih atau
jernih dan ketika bergerak akan membentuk dirinya dalam keadaan agak membulat. Pupa kumbang
ini tampak seperti kumbang dewasa (Wordpress, 2008).
Kumbang betina dapat mencapai umur 3-5 bulan dan dapat menghasilkan telur sampai 300-400
butir. telur diletakkan pada tiap butir beras yang telah dilubangi terlebih dahulu. Lubang gerekan
biasanya dibuat sedalam 1 mm dan telur yang dimasukkan ke dalam lubang tersebut dengan
bantuan moncongnya adalah telur yang berbentuk lonjong. Stadia telur berlangsung selama ± 7 hari.
Larva yang telah menetas akan langsung menggerek butiran beras yang menjadi tempat hidupnya.
Selama beberap waktu, larva akan tetap berada di lubang gerekan, demikian pula imagonya juga
akan berada di dalam lubang selama ± 5 hari. Siklus hidup hama ini sekitar 28-90 hari, tetapi
umumnya selama ± 31 hari. Panjang pendeknya siklus hidup ham ini
tergantung padatemperatur ruang simpan, kelembapan di ruang simpan,
2.3.2 Sistematika
Kingdom Animalia, Filum Arthropoda, Kelas Insecta, Ordo Coleoptera
2.3.3 Gejala serangan
Gejala serangan yang ditimbulkan mirip dengan gejala serangan Necrobia rufipestetapi liang
gerekannya sempit dan bercabang-cabang. Kumbang betina meletakkan telur pada celah-celah atau
di antara butiran-butiran bahan secara tersebar atau terpisah-pisah. Beberapa hari kemudian telur
menetas dan larva segera merusak butiran atau bahan di sekitarnya. Panjang larva dewasa kira-kira
dua kali panjang kumbangnya. Apabila akan menjadi kepompong, larva tersebut menempatkan diri
pada lekuk-lekuk atau celah-celah bahan, dengan sedikit ikatan benang sutera pada bagian ujung
abdomennya. Sering larva membuat semacam kokon yang tidak sempurna di sudut-sudut tempat
simpanan atau bahan yang diserang. Selanjutnya, butiran beras yang terserang menjadi mudah
pecah dan remuk seperti tepung. Kualitas beras akan rusaksama sekali akibat serangan hama ini
2.3.4 Pengendalian
penyimpanan yang baik yang di tunjang dengan fasilitas penyimpanan lainnya , dan
dengan melakukan fumigasi terhadap produk yang disimpan (Matnawy H, 2001).
2.4.1 Ciri Morfologi
Kumbang dewasa berwarna coklat kemerahan pudar hingga mendekati hitam, dan biasanya
memiliki bercak di bagian belakang dengan empat bintik kemerah-merahan terang atau kekuning-
kuningan. Panjangnya 2,5 – 4,5 mm, moncongnya sempit dan panjang. Mempunyai antenna yang
menyiku (siku-siku). Larvanya putih
(Sudarmo, 2004).
2.4.2 Sistematika
Kingdom Animalia, Filum Arthropoda, Kelas Insecta, Ordo Coleoptera
(Wikipedia, 2008).
2.4.3 Gejala serangan
Kumbang jagung (Sitophilus zeamays) menyerbu biji-biji jagung yang telah masak di lapangan
sehingga tongkol jagung berlubang-lubang. Setiap lubang yang di gerek, dimasuki satu butir telur
Kemudian lubang ditutup kembali dengan zat seperti gelatin yang berfungsi sebagai sumbat
telur. Telur akan menetas dalam beberapa hari
2.4.4 Pengendalian
Pengendalian kumbang jagung (Sitophilus zeamays) dapat dilakukan dengan cara Menjaga
kelembapan penyimpanan kurang dari 8% atau menjemur jagung sampai kering
betul sebelum disimpan, karena kumbang tidak dapat hidup pada
kelembapan serendah itu (Triharso, 2004).
2.5.1 Ciri Morfologi
Kumbang dewasa berbentuk pipih, oval, berwarna cokelat kemerahan, panjang tubuhnya ± 4
mm. Telur berwarna putih agak merah dengan panjang ± 1,5
mm. larvaberwarna cokelat muda dengan panjang ± 5-6 mm. Pupa berwarna putih dan dihiasi warna
kuning dengan panjang ± 3,5 mm. Periode telur sampai dewasa
2.5.2 Sistematika
Kingdom Animalia, Filum Arthropoda, Kelas Insecta, Ordo Coleoptera
2.5.3 Gejala serangan
Hama ini juga disebut hama bubuk beras, bubuk Tribolium bukan hama yang khusus menyerang
beras atau tepungnya. Pada kenyataannya, dimana pada komoditas beras ditemukan
hama Sitophilus oryzae, pasti akan ditemukan juga hama bubuk
ini. HamaTribolium hanya memakan sisa komoditas yang telah terserang
2.5.4 Pengendalian
Pengendalian yang dapat dilakukan untuk mencegah kerusakan oleh hama ini dapat dilakukan
dengan melakukan penjemuran terhadap komoditas simpanan pada waktu tertentu dengan
pengeringan yang sempurna. Selain itu juga dapat dilakukan fumigasi terhadap produk pasca penen
dengan menggunakan fumigan yang tidak berbahaya bagi kesehatan manusia (Tjahjadi, 2002).
III. METODE PRAKTEK
Alat yang digunakan pada praktikum ini yaitu, Toples yang di cat hitam, kain hitam, karet
gelang, cawan petri, alat tulis menulis dan buku gambar
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu Kumbang biji (Callosobruchus chinensis),
Kumbang kopra (Necrobia rufipes), Kumbang beras (Sitophilus oryzae),Kumbang jagung (Sitophilus
zeamays), Kumbang tepung
3.3 Cara Kerja
4.1 Hasil
Tabel 1. Pengamatan kehilangan berat bahan pada kacang hijau (Vigna radiata)
Grafik 1. Pengamatan kehilangan berat bahan pada kacang hijau (Vigna radiata)
Tabel 2. Pengamatan kehilangan berat bahan pada kopra (Cocos nucifera)
Gambar 36. Gejala Serangan Kumbang Biji (Callosobruchus chinensis) pada KacangHijau (Vigna
radiata)
Kopra (Cocos nucifera)
Beras (Oryzae)
4.2 Pembahasan
Presentase kerusakan beras akibat dari kumbang Sitophilus oryzae pada tabel dan grafik
berdasarkan hasil pengamatan di laboratorium menunjukkan tidak adanya penyusutan yang terjadi
pada bahan simpanan.
Menurut Triharso (2004), Siklus hidup hama ini sekitar 28-90 hari, tetapi umumnya selama ± 31
hari. Panjang pendeknya siklus hidup hama ini tergantung pada temperatur ruang simpan,
kelembapan di ruang simpan, dan jenis dan mutu produk yang diserang.Menurut literatur diatas,
maka dapat dikatakan bahwa tidak terjadinya penyusutan kemungkinan diakibatkan oleh
kelembaban yang rendah, mutu bahan simpanan yang tinggi yang menyebabkan kematian pada
kumbang, dan usia kumbang yang mendekati batas siklus hidup serta jenis timbangan dengan
ketepatan pengukuran yang baik.
Menurut Tjahjadi (2002), Semakin bertambah waktu penyimpanan, semakin besar pula tingkat
kerusakan biji bahan simpanan, karena kondisi biji mengalami perubahan-perubahan suhu dan
kelembaban yang memungkinkan hama gudang melakukan pengrusakan yang berpengaruh
terhadap bobot bahan. Jadi seperti halnya kacang hijau, kopra, beras dan jagung, faktor kelembaban
yang rendah yang dapat menyebabkan kematian kumbang, mutu bahan yang tinggi, tidak
berkembangbiaknya kumbang akibat tidak seimbangnya jumlah kumbang yang bisa jadi dalam satu
wadah tidak memiliki kumbang jantan atau sebaliknya ataupun minimya jumlah salah satu kumbang
jantan/betina, dan usia kumbang yang mendekati batas siklus hidupnya serta ketepatan pungukuran
berdasarkan jenis timbangan yang dipakai.
Presentase kerusakan tepung akibat dari kumbang Tribolium sp. pada tabel dan grafik
berdasarkan hasil pengamatan di laboratorium menunjukkan tidak adanya penyusutan yang terjadi
pada bahan simpanan. faktor yang mempengaruhinya adalah sama dengan faktor-faktor yang
menyebabkan tidak terjadinya penyusutan pada pengamatan-pengamatan sebelumnya, yakni pada
kacang hijau, kopra, beras danjagung. yaitu karena usia kumbang yang mendekati batas siklus
hidupnya, ketepatan pungukuran berdasarkan jenis timbangan yang dipakai, minimya jumlah salah
satu kumbang jantan/betina sehingga berpengaruh pada proses kumbang dalam berkembang biak
dan kelembaban yang rendah yang dapat menyebabkan kematian kumbang serta mutu bahan yang
tinggi
Menurut Matnawy (2001), Ciri khas dari ordo coleoptera adalah sayap depan keras menanduk,
sayap belakang transparan dan melipat bawah sayap depan pada saat tidak terbang, alat mulut
menggigit-mengunyah, beberapa spesies memiliki moncong, bentuk tubuh dan antena bervariasi.
Kumbang kopra (Necrobia rufipes) dengan Famili Cleridae memiliki ciri-ciri bentuk tubuh
memanjang, berwarna cemerlang, pronotumnya lebih sempit dari kepala, memiliki antenna clubbed
atau kadang serrate atau pectinate (Triharso, 2004).
Kumbang beras (Sitophilus oryzae) dewasa berwarna coklat tua, dengan bentuk tubuh yang
langsing dan agak pipih. Pada bagian pronotumnya terdapat enam pasang gerigi yang menyerupai
gigi gergaji. Bentuk kepala menyerupai segitiga. Pada sayap depannya terdapat garis-garis membujur
yang jelas. Terdapat 4 bercak berwarna kuning agak kemerahan pada sayap bagian depan, 2 bercak
pada sayap sebelah kiri, dan 2 bercak pada sayap sebelah kanan (Wordpress, 2008).
Kumbang Jagung (Sitophilus zeamays) dewasa berwarna coklat kemerahan pudar hingga
mendekati hitam, dan biasanya memiliki bercak di bagian belakang dengan empat bintik kemerah-
merahan terang atau kekuning-kuningan. Panjangnya 2,5 – 4,5 mm, moncongnya sempit dan
panjang. Mempunyai antenna yang menyiku (siku-siku).Larvanya putih gemuk dan tidak
berkaki. Kadang larvanya berkembang dalam satu butir jagung (Sudarmo, 2004).
Menurut hasil pengamatan morfologi pada tabel, Kumbang tepung (Tribolium sp.) memiliki
bagian-bagian morfologi antara lain mempunyai Caput, antenna, alat mulut, mata majemuk, thorax,
tungkai depan, tungkai tengah, tungkai belakang, abdomen dan sayap.
Kumbang tepung (Tribolium sp) dewasa berbentuk pipih, oval, berwarna cokelat kemerahan,
panjang tubuhnya ± 4 mm. Telur berwarna putih agak merah dengan panjang ± 1,5
mm. larva berwarna cokelat muda dengan panjang ± 5-6 mm (Wikipedia, 2008).
Jika tahap pencegahan serangan hama gudang sudah dilakukan tapi masih saja ada serangan maka
jalan terakhir adalah mengendalikan hama gudang tersebut dengan cara Menjaga kebersihan
gudang, Menjaga suhu dan kelembaban gudang dengan kisaran 25-37.5˚C dan Menurunkan tingkat
kadar air bahan . Untuk pengendalian hama gudang secara alami, kita bisa menggunakan tanaman-
tanaman yang berfungsi sebagai pestisida nabati, seperti daun dan biji srikaya atau juga biji
saga. Memang diakui bahwa daya bunuh pestisida nabati ini tidak sehebat pestisida kimia tapi jika
kita peduli terhadap keamanan dan kesehatan bahan pangan maka pestisida nabati ini bisa menjadi
alternatif. Memang perlu ada penelitian lebih lanjut untuk skala produksi karena selama ini
penelitian-penelitian tentang efektivitas pestisida nabati dalam mengendalikan hama gudang masih
skala laboratorium. Seluruh cara pencegahan dan pengendalian diatas tidak akan efektif jika
dikerjakan secara parsial. Oleh karena itu sebaiknya semua cara diatas dikombinasikan untuk
memperoleh hasil yang optimal (Sudarmo 2004).
5.2 Saran
Agar dalam pelaksanaan praktikum, Kerjasama antara para praktikan dan asisten dapat lebih
ditingkatkan lagi, agar kegiatan praktikum berlangsung dengan lebih efisien.
DAFTAR PUSTAKA
Matnawy H, 2001.Perlindungan Tanaman. Kanisius, Yogyakarta.
Nyoman I, 2005. Pengendalian Hama Terpadu dan Implementasinya di Indonesia.
Gajah Mada University Press, Yogyakarta.
Pracaya, 2004. Hama dan Penyakin Tanaman. Penebar Swadaya, Jakarta.
Rioardi, 2009. Ordo-Ordo Serangga. http :// rioardi. wordpress. com.
Di akses pada tanggal 29 Oktober 2009.
Sudarmo. 2004, Pengendalian Serangga Hama. Kanisius, Yogyakarta.
Triharso. 2004. Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman. Gajah Mada University Press,
Yogyakarta.
Tjahjadi N, 2002. Hama dan Penyakit Tanaman. Kanusius, Yogyakarta.
Uns.ac.id. Dasar Perlindungan Tanaman.2008.
http://fp.uns.ac.id/~hamasains/dasarperlintan-2.htm.
Wikipedia. 2008. Curculionidae. http://id.wikipedia.org/wiki/Curculionidae.
. 2008. Coleoptera. http://id.wikipedia.org/wiki/Coleoptera.
. 2008. Serangga. Http://id.wikipedia.org/wiki/Serangga.
. 2008.Pengendalian hama. Http://id.wikipedia.org/wiki/Pengendalian hama
. 2008. Kumbang. http://id.wikipedia.org/wiki/kumbang.
,2008.Cleridae.http://naynienay.wordpress.com/2008/01/30/Cleridae.
Dp : http://istiningdyah.blogspot.com/2010/07/laporan-dasar-dasar-perlindungan_20.html
Hama Gudang
Oleh
MUHAMAD RIDWAN
E 281 08 034
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TADULAKO
2009
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Proses penyimpanan merupakan tahap pasca panen yang penting. Pada tahap ini akan
mengalami perubahan kualitas dan kuantitas yang dipengaruhi oleh fasilitas penyimpanan serta
hama gudang. Hama adalah organisme yang berbentuk hewan yang mengganggu atau merusak
tanaman, hewan atau benda yang kita miliki secara ekonomis salah satunya adalah hama gudang.
Hama gudang mempunyai sifat yang khusus yang berlainan dengan hama-hama yang menyerang
dilapangan, hal ini sangat berkaitan dengan ruang lingkup hidupnya yang terbatas yang tentunya
memberikan pengaruh faktor luar yang terbatas pula. Walaupun hama gudang (produk dalam
simpanan) ini hidupnya dalam ruang lingkup yang terbatas, karena ternyata tidak sedikit pula Janis
dan spesiesnya, yang masing-masing memiliki sifat sendiri, klasifikasi atau penggolongan hama yang
menyerang produk dalam gudang untuk lebih mengenalnya dan lebih mudah mempelajarinya telah
dilakukan oleh para ahli taxonomi.
Yang dimaksud dengan klasifikasi atau penggolongan ialah pengaturan individu dalam
kelompok, penyusunan kelompok dalam suatu sistem, data individu dan kelompok menentukan
hama itu dalam sistem tersebut. Letak hama hama dalam sistem sudah memperlihatkan
sifatnya. Umumnya hama gudang yang sering dijumpai adalah dari golongan Coleoptera,
misalnyaTribolium castaneum, Sitophilus oryzae, Callocobruchus sp. , dll.
Produk pasca penen merupakan bagian tanaman yang dipanen dengan berbagai tujuan
terutama untuk memberikan nilai tambah dan keuntungan bagi petani maupun konsumen. Produk
dalam simpanan ini tidak terlepas dari masalah organisme pengganggu tumbuhan terutama dari
golongan serangga hama. Hama yang menyerang komoditas simpanan (hama gudang) mempunyai
sifat khusus yang berlainan dengan hama yang menyerang tanaman ketika di lapang. Menyerang
produk yang baru saja dipanen melainkan juga produk industri hasil pertanian. Produk tanaman
yangdisimpan dalam gudang yang sering terserang hama tidak hanya terbatas Hama yang terdapat
dalam gudang tidak hanya pada produk bebijian saja melainkan produk yang berupa dedaunan (teh,
kumis kucing, dan lain sebagainya) dan kekayuan atau kulit kayu misalnya kayumanis, kulit kina, dan
lainnya (Wagianto, 2008).
Tujuan Praktikum Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman Modul III tentang Pengenalan Hama Gudang
yaitu untuk mengetahui jenis-jenis hama yang menyerang tempat-tempat penyimpanan hasil-hasil
pertanian serta cara pengendaliannya dan gejala serangannya.
Kegunaan Praktikum Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman Modul III tentang Pengenalan Hama
Gudang untuk membedakan ciri morfologi dan kehilangan berat serta mengetahui cara
pengendalian Hama Gudang.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Ciri morfologi
Ukuran tubuh Kumbang Kacang Hijau (Callosobruchus chinensis) memiliki ukuran tubuh yang relative
kecil dibandingkan dengan hama gudang lainnya. Warna tubuh Kumbang Kacang Hijau
(Callosobruchus chinensis) berwarna coklat kehitam-hitaman, sayapnya berwarna kekuning-
kuningan. Imago dari hama ini berbentuk bulat telur. Bagian kepala (Caput) agak meruncing, pada
elytra terdapat gambaran agak gelap. Pronotum halus, elytra berwarna cokelat agak
kekuningan. Ukuran tubuh sekitar 5-6 mm. Imago betina dapat bertelur hingga 150 butir, telur
diletakkan pada permukaan produk kekacangan dalam simpanan dan akan menetas setelah 3-5
hari. Larva biasanya tidak keluar dari telur, tetapi hanya merobek bagian kulit telur yang melekat
pada material. Larva akan menggerek di sekitar tempat telur diletakkan. Lama stadia larva adalah 4-6
hari. Produk yang diserang akan tampak berlubang (Borror, 2009).
2.1.2 Sistematika
Klasifikasi Kumbang Kacang Hijau (Callosobruchus chinensis) yaitu Kingdom Animalia, Filum
Arthropoda, Kelas Insecta, Ordo Coleoptera, Famili Bruchidae, Genus Callosobruchus, Spesies
(Callosobruchus chinensis) (Pustekom, 2005).
2.1.3 Gejala serangan
Gejala serangan Kumbang kacang hijau (Callosobruchus chinensis) tampak lubang pada biji-biji
kacang hijau yang mengakibatkan lama-kelaman biji tersebut menjadi retak. Intensitas serangan
akibat hama dalam produk simpanan termasuk dalam kategori sedang, walaupun beberapa hama
dapat menyebabkan kerugian yang nyata secara ekonomi. Intensitas serangan pada komoditas kopi,
kacang hijau, kacang tanah, kacang tolo, dan beras adalah 0,3 %, 0,13 %, 0,19 %, 0,29 %, dan 0,34
%. Intensitas serangan paling kecil terdapat pada komoditas kacang hijau dan intensitas tertinggi ada
pada komoditas beras (Indonesia, 2001).
2.1.4 Pengendalian
Pengendalian dapat dilakukan dengan melakukan fumigasi dan menggunakan musuh alami hama ini
(Anisopteromalus calandrae dan semut hitam) (Nayneienay, 2008).
2.2.1 Ciri morfologi
Kumbang kopra (Necrobia rufipes) memilki ciri morfologi terdiri dari antena, caput, mata majemuk,
abdomen, thoraks, tungkai depan, tungkai belakang dan sepasang sayap. Ukuran tubuh dewasa
yaitu sekitar 4-5 mm. Permukaan atas tubuh berwarna hijau kebiru-biruan metalik dan
mengkilap. Bagian permukaan bawah perut berwarna biru gelap. Kaki mereka coklat kemerah-
merahan terang atau oranye. Antena berwarna coklat kemerah-merahan dengan ujung berwarna
coklat tua atau hitam ( Rentikol, 2007).
2.2.2 Sistematika
Klasifikasi Kumbang Kopra (Necrobia rufipes) yaitu Kingdom Animalia, Filum Arthropoda, Kelas
Insecta, Ordo Coleoptera, Famili Claridae, Genus Necrobia, Spesies (Necrobia rufipes) ( Wagianto,
2008).
2.2.3 Gejala serangan
Gejala serangan Kumbang Kopra (Necrobia rufipes) yaitu melubangi biji-biji kopra dan membuat
kopra menjadi busuk dan mengeluarkan bau yang tidak sedap (Darmadi, 2008).
2.2.4 Pengendalian
Pengendalian Kumbang Kopra (Necrobia rufipes) untuk penyimpanan dapat dilakukan dengan
pengasapan (fumigasi), atau dengan membersihkan (sanitasi) pada gudang tempat penyimpanan,
sedangkan cara pengendalian untuk tanaman yang sedang dalam proses pertumbuhan biasanya
dilakukan dengan menggunakan predator, prasit, pathogen sebagai musuh alami.Ada pula yang
menggunakan cara mekanis dengan mematikan menggunakan tangan atau alat, menghalau dengan
tirai (menggunakan tanaman sebagai tirai atau menggunakan plastik) (Naynienay, 2008).
2.3.1 Ciri morfologi
Kumbang muda dan dewasa berwarna cokelat agak kemerahan, setelah tua warnanya berubah
menjadi hitam. Terdapat 4 bercak berwarna kuningagak kemerahan pada sayap bagian depan, 2
bercak pada sayap sebelah kiri, dan 2 bercak pada sayap sebelah kanan. Panjang tubuh kumbang
dewasa ± 3,5-5 mm, tergantung dari tempat hidup larvanya. Apabila kumbang hidup pada jagung,
ukuran rata-rata ± 4,5 mm, sedang pada beras hanya ± 3,5 mm. larva kumbang tidak berkaki,
berwarna putih atau jernih dan ketika bergerak akan membentuk dirinya dalam keadaan agak
membulat. Pupa kumbang ini tampak seperti kumbang dewasa (Naynienay, 2008).
Kumbang betina dapat mencapai umur 3-5 bulan dan dapat menghasilkan telur sampai 300-400
butir. Telur diletakkan pada tiap butir beras yang telah dilubangi terlebih dahulu. Lubang gerekan
biasanya dibut sedalam 1 mm dan telur yang dimasukkan ke dalam lubang tersebut dengan bantuan
moncongnya adalah telur yang berbentuk lonjong. Stadia telur berlangsung selama ± 7 hari. Larva
yng telah menetas akan langsung menggerek butiran beras yang menjadi tempat hidupnya. Selama
beberap waktu, larva akan tetap berada di lubang gerekan, demikian pula imagonya juga akan
berada di dalam lubang selama ± 5 hari. Siklus hidup hama ini sekitar 28-90 hari, tetapi umumnya
selama ± 31 hari. Panjang pendeknya siklus hidup ham ini tergantung pada temperatur ruang
simpan, kelembapan di ruang simpan, dan jenis produk yang diserang (Naynienay, 2008).
2.3.2 Sistematika
Klasifikasi Kumbang Beras (Sitophilus oryzae) yaitu Kingdom Animalia, Filum Arthropoda, Kelas
Insecta, Ordo Coleoptera, Famili Curculionidae, Genus Sitophilus, Spesies (Sitophilus
oryzae) (Anonim, 2008 ).
2.3.3 Gejala serangan
Sitophilus oryzae dikenal sebagai bubuk beras (rice weevil). Hama ini bersifat kosmopolit atau
tersebar luas di berbagai tempat di dunia. Kerusakan yang ditimbulkan oleh hama ini termasuk
berat, bahkan sering dianggap sebagai hama paling merugikan produk pepadian. Hama (Sitophilus
oryzae) bersifat polifag, selain merusak butiranberas, juga merusak simpanan jagung, padi, kacang
tanah, gaplek, kopra, dan butiran lainnya. Akibat dari serangan hama ini, butir beras menjadi
berlubang kecil-kecil, tetapi karena ada beberapa lubang pada satu butir, akan menjadikan butiran
beras yang terserang menjadi mudah pecah dan remuk seperti tepung. Kualitas beras akan rusak
sama sekali akibat serangan hama ini yang bercampur dengan air liur hama (Naynienay, 2008).
2.3.4 Pengendalian
Musuh alami hama ini antara lain Anisopteromalus calandrae (parasit larva), semut merah
dan semut hitam yang berperan sebagai predator dari larva dan telur hama. Penagendalian hama ini
dapat dilakukan dengan cara melakukan penjemuran produk simpanan pada terik matahari,
diharapkan dengan adanya penjemuran ini hama Sitophilus oryzae dapat terbunuh, dengan
pengaturan tempat penyimpanan, dan dengan melakukan fumigasi terhadap produk yang disimpan
(Naynienay, 2008).
Morfologi Kumbang Jagung (Sitophilus zeamays) memiliki panjang 2,5-4,5 mm, berwarna coklat,
moncong sempit dan panjang, mempunyai antena, larvanya putih dan gemuk dan tidak
berkaki. Kadang larvanya berkembang dalam satu butir jagung. Kumbang muda berwarna coklat
agak kemerahan, yang tua berwarna hitam. Terdapat bercak kuning agak kemerah-merahan pada
sayap bagian depan. Pada sayap kiri dan kanan terdapat dua bercak. Panjang tubuh kumbang
dewasa sekitar 3,5-5 mm, tergantung dari tempat hidup larvanya (Naynienay, 2008).
2.4.2 Sistematika
Klasifikasi Kumbang Jagung (Sitophilus oryzae) yaitu Kingdom Animalia, Filum Arthropoda, Kelas
Insecta, Ordo Coleoptera, Famili Curculionidae, Genus Sitophilus, Spesies (Sitophilus
zeamays) (Udha, 2008).
2.4.3 Gejala serangan
Kumbang Jagung (Sitophilus zeamays) menyerang pada tanaman jagung yang mengakibatkan butir-
butir jagung menjadi lubang. Ukuran lubang yang diakibatkan lebih besar dari pada gejala serangan
pada beras, jagung yang terserang menjadi mudah pecah dan remuk, sehingga kualitas jagung
menurun karena bercampur dengan air liur hama (Anonim, 2008).
2.4.4 Pengendalian
Cara pengendalian hama ini dapat dilakukan dengan cara pengeringan bahan yang sempurnah,
melakukan pengamasan yang baik, pemberian tablet khusus misalnya phastoksin. Kemudian
melakukan fumigasi yang tentunya akan menimbulkan resiko yang sangat besar (Anonim, 2005).
2.5.1 Ciri morfologi
Kumbang dewasa berbentuk pipih, berwarna cokelat kemerahan, panjang tubuhnya ± 4 mm. Telur
berwarna putih agak merah dengan panjang ± 1,5 mm. larva berwarna cokelat muda dengan
panjang ± 5-6 mm. Pupa berwarna putih kekuningan dengan panjang ± 3,5 mm. Kumbang betina
mampu bertelur hingga 450 butir sepanjang siklus hidupnya. Telur diletakkan dalam tepung atau
pada bahan lain yang sejenis yang merupakan pecahan kecil (remah). Larva bergerak aktif karena
memiliki 3 pasang kaki thorixal. Larva akan mengalami pergantian kulit sebanyak 6-11 kali, tidak
jarang pula pergantian kulit ini hanya terjadi sebanyak 6-7 kali, ukuran larva dewasa dapat mencapai
8-11 mm.
Menjelang terbentuknya pupa, larva kumbang akan muncul di permukaan material, tetapi setelah
menjadi imago akan kembali masuk ke dalam material. Seklus hidup dari kumbang ± 35-42 hari
(Wagianto, 2008).
2.5.2 Sistematika
Klasifikasi Kumbang Tepung (Tribolium sp) yaitu Kingdom Animalia, Filum Arthropoda, Kelas Insecta,
Ordo Coleoptera, Famili Tenebrionidae, Genus Tribolium, Spesies (Tribolium sp.) (Rioardi, 2009).
2.5.3 Gejala serangan
Hama ini juga disebut hama bubuk beras, bubuk Tribolium bukan hama yang khusus menyerang
beras atau tepungnya. Pada kenyataannya, dimana pada komoditas beras ditemukan hama
(Sitophilus oryzae), pasti akan ditemukan juga hama bubuk ini. Hama (Tribolium) hanya memakan
sisa komoditas yang telah terserang hama (Sitophilus oryzae) sebelumnya yang berbentuk
tepung (hama sekunder). Hama ini tidak hanya ditemukan dalam komoditas beras, tetapi juga
terdapat pada gaplek, dedak, beaktul yang ada di toko maupun di rumah (Anonim, 2008).
2.5.4 Pengendalian
Pengendalian yang dapat dilakukan untuk mencegah kerusakan oleh hama ini dapat dilakukan
dengan melakukan penjemuran terhadap komoditas simpanan pada waktu tertentu dengan
pengeringan yang sempurna. Selain itu juga dapat dilakukan fumigasi terhadap produk pasca penen
dengan menggunakan fumigan yang tidak berbahaya bagi kesehatan manusia ( Wagianto, 2008).
III. METODE PRAKTEK
Alat yang digunakan dalam Praktikum Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman Modul III tentang
Pengenalan Hama Gudang yaitu stoples yang dicet hitam, kain kasa hitam, karet gelang, cawan petri,
lup, pinset dan alat tulis menulis serta buku gambar.
Bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah 10 ekor Kumbang Beras (Sitophilus
oryzae), 10 ekor Kumbang Tepung (Tribolium sp.), 10 ekor Kumbang Jagung (Sitophilus zeamays), 10
ekor Kumbang Kacang Hijau (Callosobruchus chinensis L.), 10 ekor Kumbang Kopra (Necrobia
rufipes), 100gr beras (Oryza sativa), 100gr jagung (Zea mays), 100gr tepung, 100gr kopra, 100gr
kacang hijau (Vigna angularis) dan alkohol 70%.
3.3 Cara Kerja
Tiga hari sebelum melakukan pengamatan, pertama yang dilakukan adalah menimbang bahan-bahan
yang dibawah, setiap bahan ditimbang seberat 100gr . Setelah melakukan penimbangan kemudian
masukan bahan dan 10 ekor serangga hama gudang ke dalam stoples yang sudah dicat
hitam. Setelah itu ditutup dengan kain kasa berwarnah hitam, agar tidak lepas kainya diikat dengan
karet gelang. Tiga hari kemudian semua bahan yang dimasukan kedalam toples menimbang kembali
untuk mengetahui penyusutan bahan dan dilakukan penimbangan sebanyak empat kali
pengamatan. Saat praktikum bahan hama gudang yang dibawah keluarkan dari stoples kemudian
mengamati struktur morfologinya serta menggambarnya di buku gambar.
4.1 Hasil
Dalam Praktikum Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman Modul III tentang Pengenalan Hama Gudang
didapatkan hasil sebagai berikut :
Grafik 1. Kehilangan Berat Bahan Simpanan pada Kacang Hijau (Vigna angularis).
Grafik 2. Kehilangan Berat Bahan Simpanan pada pada Kopra (Cocos nucifera)
Grafik 3. Kehilangan Berat Bahan Simpanan pada pada Beras (Oryza sativa).
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan, maka dapat diketahui morfologi sebagai berikut :
Keterangan :
1. Caput
2. Antena
3. Alat Mulut
4. Mata Majemuk
5. Toraks
6. Tungkai Depan
7. Tungkai Tengah
8. Tungkai Belakang
9. Abdomen
10. Sayap
Keterangan :
(Vigna angularis)
Keterangan :
1. Caput
2. Antena
3. Alat Mulut
4. Mata Majemuk
5. Toraks
6. Tungkai Depan
7. Tungkai Tengah
8. Tungkai Belakang
9. Abdomen
10. Sayap
Keterangan :
(Necrobia rufipes)
Keterangan :
1. Caput
2. Antena
3. Alat Mulut
4. Mata Majemuk
5. Toraks
6. Tungkai Depan
7. Tungkai Tengah
8. Tungkai Belakang
9. Abdomen
10. Sayap
Keterangan :
1. Caput
2. Antena
3. Alat Mulut
4. Mata Majemuk
5. Toraks
6. Tungkai Depan
7. Tungkai Tengah
8. Tungkai Belakang
9. Abdomen
10. Sayap
Keterangan :
1. Caput
2. Antena
3. Alat Mulut
4. Mata Majemuk
5. Toraks
6. Tungkai Depan
7. Tungkai Tengah
8. Tungkai Belakang
9. Abdomen
10. Sayap
4.2 Pembahasan
Pengamatan pertama yaitu pengukuran kehilangan berat bahan simpanan pada biji kacang hijau
(Vigna angularis), tiga hari sebelum pengamatan kehilangan berat bahan simpanan pada biji kacang
hijau (Vigna angularis), dilakukan penimbangan awal pada bahan simpanan biji kacang hijau (Vigna
angularis), yang mana berat awal semua bahan simpanan adalah sebanyak 100gr. Pada
penimbangan pertama yang dilakukan pada hari Senin, 19 Oktober 2009, berat pada biji kacang
hijau (Vigna angularis) yaitu seberat 100gr. Belum menunjukan adanya penurunan berat yang
berarti persentase penyusutan bahan adalah 0%. Pada penimbangan berat bahan simpanan yang
kedua yang dilakukan pada hari Kamis, 22 Oktober 2009, diperoleh hasil bahwa tidak terjadi
penyusutan berat bahan yaitu berat bahan masih sama dengan berat bahan awal.Pada pengamatan
ketiga yang dilakukan empat hari setelah pengamatan kedua yaitu pada hari Senin, 26 Oktober 2009,
dari hasil penimbangan tidak terjadi penyusutun berat bahan simpanan pada biji kacang hijau (Vigna
angularis) yaitu beratnya masih sama dengan berat awal seberat 100gr. Pada penimbangan terakhir
yang dilakukan sebelum praktikum berikutnya yaitu pada hari Rabu, 28 Oktober 2009 juga diperoleh
hasil yang sama yaitu berat bahan simpanan pada biji kacang hijau (Vigna angularis) yaitu seberat
100gr dan persentase penyusutannya adalah 0%.
Hama Kumbang Kacang Hijau (Callosobruchus chinensis) akan merusak biji yang telah disimpan di
dalam gudang penyimpanan. Intensitas serangan akibat hama dalam produk simpanan termasuk
dalam kategori sedang, walaupun beberapa hama dapat menyebabkan kerugian yang nyata secara
ekonomis (Wordpress, 2008).
Pengamatan kehilangan berat bahan simpanan pada Kopra, dimana pada pengamatan pertama yang
dilakukan pada hari Senin, 19 Oktober 2009 tidak mengalami penyusutan, berat bahan simpanan
masih sama dengan berat awal yaitu seberat 100gr. Berat bahan simpanan Kopra pada pengamatan
kedua tidak mengalami perubahan. Pengamatan tiga dan empat juga tidak mengalami penyusutan
berat yaitu persentase penyusutanya 0 %.
Hasil pengamatan kehilangan berat bahan simpanan pada beras (Oriza sativa), pada penimbangan
pertama pada hari Senin, 19 Oktober 2009 tidak mengalami penyusutan dan penurunan
berat. Panimbangan kedua dilakukan dan di peroleh hasil bahwa berat bahan simpanan dan
persentase penyusutan tidak mengalami perubahan, juga pada pengamatan ketiga dan keempat.
Hasil pengamatan kehilangan berat bahan simpanan pada jagung (Zea mays) tidak mengalami
penurunan berat pada pengamatan pertama. Pada penimbangan kedua berat bahan simpanan pada
jagung (Zea mays) belum juga mengalami penyusutan, begitupun pada penimbangan ketiga dan
keempat.
Senin, 19 Oktober 2009 dilakukan penimbangan berat bahan simpanan pada tepung dan diperoleh
hasil yang sama dengan berat bahan simpanan yang terjadi pada bahan simpanan lainnya. Pada
tanggal 22 Oktober dilakukan lagi penimbangan dan hasilnya pun tidak mengalami penyusutan,
begitupun pada penimbangan ketiga dan keempat.
Pengamatan kehilangan berat bahan simpanan dari awal pengamatan sampai akhir pengamatan
tidak mengalami penyusutan, hal ini diakibatkan beberapa hal antara lain hama gudang yang di
simpan dalam stoples kemungkinan seluruhnya hama betina atau sebaliknya. Dapat juga terjadi
diakibatkan saat penimbangan semua hama gudang yang berada dalam stoples terbang dan tidak
ada yang tersisa. Dan tempat penyimpanan hama gudang ruangannya steril sehingga menekan
perkembang biakan hama gudang yang mengakibatkan hama gudang tersebut mati.
Pengamatan morfologi kumbang kacang hijau (Callosobruchus chinensis), tampak terlihat caput,
antenna, toraks, tungkai depan, tungkai tengah dantungkai tungkai belakang. Caput kumbang
kacang hijau (Callosobruchus chinensis) tampak bulat seperti caput semut hitam. Ukuran tubuh
kumbang kacang hijau sangat kecil, berbeda dengan ukuran tubuh hama gudang lainnya.
Ukuran tubuh Kumbang Kacang Hijau (Callosobruchus chinensis) memiliki ukuran tubuh yang relative
kecil dibandingkan dengan hama gudang lainnya. Warna tubuh Kumbang Kacang Hijau
(Callosobruchus chinensis) berwarna coklat kehitam-hitaman, sayapnya berwarna kekuning-
kuningan. Imago dari hama ini berbentuk bulat telur. Bagian kepala agak meruncing, pada elytra
terdapat gambaran agak gelap. Pronotum halus, elytra berwarna cokelat agak kekuningan. Ukuran
tubuh sekitar 5-6 mm. Imago betina dapat bertelur hingga 150 butir, telur diletakkan pada
permukaan produk kekacangan dalam simpanan dan akan menetas setelah 3-5 hari (Hartati, 2009).
Kumbang Kacang hijau (Callosobruchus chinensis) menyerang pada butir-butir kacang hijau yang
gejala serangannya tampak terlihat bekas-bekas lubang. Lubang uang ditimbulkan dalam satu butir
biasanya lebih dari satu lubang. Buti-butir yang terserang biasanya jika tersimpan lama maka akan
retak.
Gejala serangan Kumbang kacang hijau (Callosobruchus chinensis) tampak lubang pada biji-biji
kacang hijau yang mengakibatkan lama-kelaman biji tersebut menjadi retak. Intensitas serangan
akibat hama dalam produk simpanan termasuk dalam kategori sedang, walaupun beberapa hama
dapat menyebabkan kerugian yang nyata secara ekonomi. Intensitas serangan pada komoditas kopi,
kacang hijau, kacang tanah, kacang tolo, dan beras adalah 0,3 %, 0,13 %, 0,19 %, 0,29 %,dan 0,34
%. Intensitas serangan paling kecil terdapat pada komoditas kacang hijau dan intensitas tertinggi ada
pada komoditas beras ( Wagianto, 2008).
Pengamatan morfologi kumbang kopra (Necrobia rufipes) terlihat bahwa kumbang kopra (Necrobia
rufipes) terdiri atas caput, antena, alat mulut, toraks dan abdomen. Pada torak terdapat tiga pasang
tungkai, yaitu tungkai depan, tungkai tengah dan tungkai belakang. Ukuran tubuh kumbang kopra
(Necrobia rufipes) lebih besar dari ukuran tubuh hama gudang lainnya.
Kumbang kopra (Necrobia rufipes) memilki cirri morfologi terdiri dari antena, caput, mata majemuk,
abdomen, thoraks, tungkai depan, tungkai belakang dan sepasang sayap. Ukuran tubuh dewasa
yaitu sekitar 4-5 mm. Permukaan atas tubuh berwarna hijau kebiru-biruan metalik dan
mengkilap. Bagian permukaan bawah perut berwarna biru gelap. Kaki mereka coklat kemerah-
merahan terang atau oranye. Antena berwarna coklat kemerah-merahan dengan ujung berwarna
coklat tua atau hitam ( Wagianto, 2008).
Gejala serangan kumbang kopra (Necrobia rufipes) tampak terlihat lubang-lubang pada
kopra. Lubang yang ditimbulkan biasanya lebih dari satu dan kopra yang diserang baunya jadi busuk.
Gejala serangan Kumbang Kopra (Necrobia rufipes) yaitu melubangi biji-biji kopra dan membuat
kopra menjadi busuk dan mengeluarkan bau yang tidak sedap (Hama sains, 2008).
Pengamatan morfologi Kumbang Beras (Sitophilus oryzae), struktur morfologinya terdiri atas caput,
toraks, dan abdomen.Pada caput terdapat sepasang antena, alat mulut dan juga terdapat mata
mejemuk. Bagian toraks terlihat tiga pasang tungkai yaitu tungkai belakang, tangah dan tungkai
depan. Warna tubuh Kumbang Beras (Sitophilus oryzae) berwarnah merah agak kecoklatan. Pada
bagian sayap terdapat empat bercak-bercak berwarna kuning agak kemerahan yang mana dua
bercak pada sayap kiri dan dua bercak pada sayap kanan.
Kumbang muda dan dewasa berwarna cokelat agak kemerahan, setelah tua warnanya berubah
menjadi hitam. Terdapat 4 bercak berwarna kuningagak kemerahan pada sayap bagian depan, 2
bercak pada sayap sebelah kiri, dan 2 bercak pada sayap sebelah kanan. Panjang tubuh kumbang
dewasa ± 3,5-5 mm, tergantung dari tempat hidup larvanya. Apabila kumbang hidup pada jagung,
ukuran rata-rata ± 4,5 mm, sedang pada beras hanya ± 3,5 mm. Larva kumbang tidak berkaki,
berwarna putih atau jernih dan ketika bergerak akan membentuk dirinya dalam keadaan agak
membulat. Pupa kumbang ini tampak seperti kumbang dewasa (Naynienay, 2008).
Kumbang betina dapat mencapai umur 3-5 bulan dan dapat menghasilkan telur sampai 300-400
butir. Telur diletakkan pada tiap butir beras yang telah dilubangi terlebih dahulu. Lubang gerekan
biasanya dibut sedalam 1 mm dan telur yang dimasukkan ke dalam lubang tersebut dengan bantuan
moncongnya adalah telur yang berbentuk lonjong. Stadia telur berlangsung selama ± 7 hari. Larva
yng telah menetas akan langsung menggerek butiran beras yang menjadi tempat hidupnya.Selama
beberap waktu, larva akan tetap berada di lubang gerekan, demikian pula imagonya juga akan
berada di dalam lubang selama ± 5 hari. Siklus hidup hama ini sekitar 28-90 hari, tetapi umumnya
selama ± 31 hari. Panjang pendeknya siklus hidup hama ini tergantung pada temperatur ruang
simpan, kelembapan di ruang simpan, dan jenis produk yang diserang (Naynienay, 2008).
Gejala serangan Kumbang Beras (Sitophilus oryzae) terlihat bahwa butir-butir beras yang diserang
terdapat lubang lubang-lubang kecil. Beras yang terserang mudah hancur, yang mengakibatkan
kualitas beras menjadi buruk.
(Sitophilus oryzae) dikenal sebagai bubuk beras (rice weevil). Hama ini bersifat kosmopolit atau
tersebar luas di berbagai tempat di dunia. Kerusakan yang ditimbulkan oleh hama ini termasuk
berat, bahkan sering dianggap sebagai hama paling merugikan produk pepadian. Hama (Sitophilus
oryzae) bersifat polifag, selain merusak butiranberas, juga merusak simpanan jagung, padi, kacang
tanah, gaplek, kopra, dan butiran lainnya. Akibat dari serangan hama ini, butir beras menjadi
berlubang kecil-kecil, tetapi karena ada beberapa lubang pada satu butir, akan menjadikan butiran
beras yang terserang menjadi mudah pecah dan remuk seperti tepung. Kualitas beras akan rusak
sama sekali akibat serangan hama ini yang bercampur dengan air liur hama (Anonim, 2009).
Morfologi Kumbang Jagung (Sitophilus zeamayz) hampir sama dengan morfologi hama gudang
lainnya. Alat mulut Kumbang Jagung (Sitophilus zeamayz) lebih panjang dari alat mulut hama gudang
lainnya. Bagian morfologi yang tampak secara umum adalah caput, toraks, dan abdomen. Kumbang
Jagung (Sitophilus zeamayz) berwarna coklat kehitam-hitaman.
Morfologi Kumbang Jagung (Sitophilus zeamays) memiliki panjang 2,5-4,5 mm, berwarna coklat,
moncong sempit dan panjang, mempunyai antena, larvanya putih dan gemuk dan tidak
berkaki. Kadang larvanya berkembang dalam satu butir jagung. Kumbang muda berwarna coklat
agak kemerahan, yang tua berwarna hitam. Terdapat bercak kuning agak kemerah-merahan pada
sayap bagian depan. Pada sayap kiri dan kanan terdapat dua bercak. Panjang tubuh kumbang
dewasa sekitar 3,5-5 mm, tergantung dari tempat hidup larvanya (Naynienay, 2008).
Gejala serangan yang timbulkan yaitu butir-butir jagung terdapat lubang, sama gejala serangan hama
gudang lainnya, lubang yang ditimbulkan akibat gejala serangan lebih dari satu lubang dan ukuran
lubangnya lebih besar.
Kumbang Jagung (Sitophilus zeamays) menyerang pada tanaman jagung yang mengakibatkan butir-
butir jagung menjadi lubang. Ukuran lubang yang diakibatkan lebih besar dari pada gejala serangan
pada beras, jagung yang terserang menjadi mudah pecah dan remuk, sehingga kualitas jagung
menurun karena bercampur dengan air liur hama (Yudhi, 2008).
Pengamatan morfologi Kumbang Tepung (Tribolium sp) terlihat bahwa Kumbang Tepung
(Tribolium sp) mempunyai caput, toraks, dan juga abdomen. Pada caput terdapat sepasang antena,
mata majemuk dan juga alat mulut. Pada bagian toraks terdapat tiga pasang tungkai, dan pada
bagian abdomen terdapat sepasang sayap. Warna tubuh Kumbang Tepung (Tribolium sp) berwarna
coklat kemerahan.
Kumbang dewasa berbentuk pipih, berwarna cokelat kemerahan, panjang tubuhnya ± 4 mm. Telur
berwarna putih agak merah dengan panjang ± 1,5 mm. larva berwarna cokelat muda dengan
panjang ± 5-6 mm. Pupa berwarna putih kekuningan dengan panjang ± 3,5 mm. Kumbang betina
mampu bertelur hingga 450 butir sepanjang siklus hidupnya. Telur diletakkan dalam tepung atau
pada bahan lain yang sejenis yang merupakan pecahan kecil (remah). Larva bergerak aktif karena
memiliki 3 pasang kaki thorakal. Larva akan mengalami pergantian kulit sebanyak 6-11 kali, tidak
jarang pula pergantian kulit ini hanya terjadi sebanyak 6-7 kali, ukuran larva dewasa dapat mencapai
8-11 mm. Menjelang terbentuknya pupa, larva kumbang akan muncul di permukaan material, tetapi
setelah menjadi imago akan kembali masuk ke dalam material. Seklus hidup dari kumbang ± 35-42
hari ( Wagianto, 2008).
Gejala serangan Kumbang Tepung (Tribolium sp) mengakibatkan bahan penyimpanan tepung
menjadi kotor.
Gejala serangan yang ditimbulkan oleh kumbang ini yaitu bahan yang telah diserang warnanya
menjadi kotor, banyak kumbang yang merayap dipermukaan tempat penyimpanan, dan terdapat
kotoran serangga (Anonim, 2008).
Pengendalian hama ini dapat dilakukan dengan cara melakukan penjemuran produk simpanan
pada terik matahari, diharapkan dengan adanya penjemuran ini hama Sitophilus oryzae dapat
terbunuh, dengan pengaturan tempat penyimpanan, dan dengan melakukan fumigasi terhadap
produk yang disimpan (Naynienay, 2008).
5.1 Kesimpulan
1. Hama gudang adalah organisme yang mengganggu atau merusak bahan simpanan pertanian
pasca panen.
2. Morfologi hama gudang terdiri dari Caput, Antena, Alat Mulut, Mata Majemuk, Toraks, Tungkai
Depan, Tungkai Tengah, Tungkai Belakang, Abdomen dan Sayap.
3. Pengendalian hama gudang untuk penyimpanan dapat dilakukan dengan pengasapan (fumigasi),
atau dengan membersihkan (sanitasi) pada gudang tempat penyimpanan.
5.2 Saran
Saran saya sebagai praktikan agar praktikum berikutnya praktikan bisa lebih tenang dalam mengikuti
praktikum.
DAFTAR PUSTAKA
Agriculture, 2005. Biologi Insecta (http : www.wikipedia. co. id/). Diakses pada tanggal 30 Oktober
2009.
Yudhi, 2008. Hama Pasca Panen http : wordpress.com. Diakses pada tanggal 30 November 2009.
LAMPIRAN
a. Penyusutan
Berat Awal
= 100gr – 100gr x 100%
100gr
= 0 %
a. Penyusutan
Berat Awal
= 100gr – 100gr x 100%
100gr
= 0 %
b. Table. Hasil Pengamatan Kehilangan Berat pada Kopra (Cocos nucifera)
3. Hasil Pengamatan Kehilangan Berat Bahan Simpanan pada Beras (Oryza sativa)
a. Penyusutan
Berat Awal
= 100gr – 100gr x 100%
100gr
= 0 %
4. Hasil Pengamatan Kehilangan Berat Bahan Simpanan pada Jagung (Zea mays)
a. Penyusutan
Berat Awal
= 100gr – 100gr x 100%
100gr
= 0 %
a. Penyusutan
Berat Awal
= 100gr – 100gr x 100%
100gr
= 0 %
Oleh :
Abdul Khalim
A. LATAR BELAKANG
Selama dalam masa penyimpanan komoditi pangan
dapat mengalami kerusakan yang disebabkan oleh
serangan hama serangga, tungau, cendawan, burung
dan tikus. Di antara hama-hama gudang tersebut, serangga hama
merupakan penyebab kerusakan terbesar. Serangga hama pada
gudang mempunyai kemampuan cepat berkembang biak sehingga
dalam setahun dapat menghasilkan beberapa generasi, dan dapat
berpindah bersama-sama dengan komoditi. Selain itu serangga hama
pada gudang memPunyai kemampuan adaptasi yang besar terhadap
keadaan kering sehingga dapat berkembang dengan baik pada
kondisi komoditi yang disimpan dengan kadar air relatif rendah.
Pengenalan akan jenis-jenis serangga hama gudang adalah
sangat penting untuk menentukan prioritas dan cara
pengendaliannya. Pada umumnya serangga hama gudang dapat
dibagi menjadi hama primer dan hama sekunder. Hama primer
yaitu serangga hama gudang yang mampu menyerang biji-bijian yang masih
utuh, seperti Sitophilus spp. (weeoil), Rhyzophertq dominica (Iesier grain borer)
dan Sitotroga cerealella. (Angoumois grain moth).
Sedangkan hama sekunder adalah serangga hama yang hanya
mampu menyerang biji-bijian yang sudah rusak, seperti Tribolium spp . (flour
beetle) dan Plodiq interpunctella (Indian meal moth)
1. Telur.
2. Larva.
3. Pupa.
4. Dewasa.
1. Callocobruchus spp.
Imago dari hama ini berbentuk bulat telur. Bagian kepala agak meruncing,
pada elytra terdapat gambaran agak gelap. Pronotum halus, elytra berwarna cokelat
agak kekuningan. Ukuran tubuh sekitar 5-6 mm. Imago berwarna coklat kemerahan
dengan elitra coklat terang bercak gelap. imago betina dapat bertelur hingga 150
butir. Elitra serangga lebih pendek dari panjang abdomen sehingga ujung abdomen
kelihatan dari arah dorsal. Ciri lain adalah femur tungkai belakang membesar dan
dan pada ujung nampak dua duri. Imago jantan dapat dibedakan dengan yang
betina berdasarkan tipe sungut. Pada jantan sungut pektinat, sedangkan yang betina
tipe sungutnya serrata. Telurnya berbentuk oval dan berwarna putih transparan saat
diletakkan dan berubah menjadi putih kekuningan. Larva tidak bertungkai, berwarna
putih dan pada kepala agak kecoklatan. Pupa tipe bebas dan warnanya putih. telur
diletakkan pada permukaan produk kekacangan dalam simpanan dan akan menetas
setelah 3-5 hari. Larva biasanya tidak keluar dari telur, tetapi hanya merobek bagian
kulit telur yang melekat pada material. Larva akan menggerek di sekitar tempat telur
diletakkan. Lama stadia lrva adalah 4-6 hari. Produk yang diserang akan tampak
berlubang.
2. Sitophilus zeamais
Memiliki rostrum yang sangat karakteristik dan antena yang menyiku. Antena
memiliki delapan ruas dan saat serangga ini berjalan, antenanya menjulur keluar.
Pada elitra, biasanya terdapat empat buah tanda oval berwarna cokelat kemerahan
atau cokelat jingga. Larvanya tidak meiliki kaki (apoda) dan biasanya ditemukan di
dalam lubang gerekan pada biji. Ditemukan di daerah tropis, namun kadang-kadang
juga di daerah beriklim dingin. Dewasanya memiliki periode hidup panjang
(beberapa bulan sampai satu tahun). Serangga betina bertelur sepanjang stadium
dewasa. Setiap betina mampu bertelur lebih dari 150 butir. Telur diletakkan satu per
satu dalam lubang yang dibuat oleh serangga betina pada biji yang diserangnya.
Telur dilindungi oleh lapisan lilin hasil sekresi serangga betina. Periode telur
berlangsung selama 6 hari pada suhu 25 0C. Setelah menetas, larva segera
memakan bagian biji yang di sekitarnya dan membentuk lubang-lubang gerekan.
Larva terdiri dari empat instar. Periode pupa berlangsung di dalam biji. Serangga
dewasa baru yang muncul segera membuat jalan keluar dengan cara mengunyah
bagian biji tersebut sehingga membentuk lubang besar yang karakteristik. Total
periode perkembangan serangga ini antara 35-110 hari, tergantung jenis dan mutu
biji yang diserangnya. Serangga ini dapat diparasit oleh Pteromalids (kadang-
kadang Hymenoptera lain), yang sangat umum adalah Anisopteromalus
calandrae (Howard), Lariophagus distinguendus(Forster) dan Choetospila
elegans Westwood.
- Gudang harus selalu dibersihkan tiap hari dengan cara disapu dan dipel
Kadar air biji berkorelasi positif dengan ketahanan hidup. Kadar air meningkat,
kondisi lingkungan makin baik untuk serangga sehingga ketahanan hidupnya pun
meningkat. Sebaliknya, ketahanan hidup hama pascapanen menurun bila kadar air
biji rendah.
Serangga hama gudang sangat menyukai zat-zat yang terdapat dalam bekatul
atau tepung karena banyak mengandung lemak, protein dan vitamin.
E. DAFTAR PUSTAKA
Rees, D. P. 1996. Coleoptera. Dalam Subramanyam, B. et al (ed.).
Management of insects in stored product. New york - Basel - Hongkong.
Sedlacek, l. D., P. A. Weston €t R. J. Bamey.7996. Lepidoptera and
Psocoptera. Dalam Subramanyam, B. et al.(ed.). Management of insects
in stored Product. New York - Basel =Hongkong.
I. PENDAHULUAN
Masalah penanganan produk hortikultura setelah dipanen (pasca panen) sampai saat ini
masih mejadi masalah yang perlu mendapat perhatian yang serius baik dikalangan petani,
pedagang, maupun dikalangan konsumen sekalipun. Walau hasil yang diperoleh petani
mencapai hasil yang maksimal tetapi apabila penanganan setelah dipanen tidak mendapat
perhatian maka hasil tersebut segera akan mengalami penurunan mutu atau kualitasnya. Seperti
diketahui bahwa produk hortikultura relatif tidak tahan disimpan lama dibandingkan dengan
produk pertanian yang lain.
Hal tersebutlah yang menjadi perhatian kita semua, bagaimana agar produk hortikultura
yang telah dengan susah payah diupayakan agar hasil yang dapat panen mencapai jumlah yang
setinggi-tingginya dengan kualitas yang sebaik-baiknya dapat dipertahankan kesegarannya atau
kualitasnya selama mungkin. Sehubungan dengan hal tersebut maka sangatlah perlu diketahui
terlebih dahulu tentang macam-macam penyebab kerusakan pada produk hortikultura tersebut,
serta faktor-faktor yang mempengaruhinya terhadap penyebab kerusakannya. Selanjutnya perlu
pula diketahui bagaimana atau upaya-upaya apa saja yang mungkin dapat dilakukan untuk
mengurangi atau meniadakan terjadinya kerusakan tersebut sehingga kalaupun tejadi kerusakan
terjadinya sekecil mungkin.
2.2. Mikroorganisme
Agar produk hortikultura tidak lekas layu maka dalam penyimpanannya diusahakan
kelembaban lingkungan simpannya tinggi, tetapi kondisi kelembaban tinggi
dipenyimpanan sering menyebabkan munculnya jamur pada permukaan produk
hortikultura yang disimpan. Munculnya jamur pada permukaan produk hortikultura yang
disimpan akan menyebabkan kenampakan produknya menjadi kurang menarik atau jelek
sehingga akan menurunkan nilai kualitas dari produk tersebut.
Agar produk hortikultura yang disimpan tidak cepat mengalami proses kerusakan oleh
mikroorganisme, diantaranya diupayakan dengan:
Menggunakan bahan pencegah jamur, misalnya: dengan uap yang sangat panas selama
kurang lebih dua (2) menit pada ruang simpan atau kalau sangat terpaksa
dipergunakan bahan kimia seperti: Sodium Hypochlorit / trisodium Phosphat, larutan
Calsium Hypochlorit.
Pergeseran atau sikulasi udara diruang penyimpanan yang cepat selama proses
precooling produk simpanan dimaksudkan untuk menghilangkan panas dari produk
hortikultura yang dibawa dari lapang, setelah panas dari lapang tersebut dipindahkan
maka selanjutnya kecepatan sirkulasi udaranya dikurangi. Di dalam ruang penyimpanan
sirkulasi udara diperlukan dengan tujuan agar panas yang terjadi selama berlangsungnya
proses respirasi dari produk dapat diturunkan atau dihilangkan juga dengan maksud
untuk menyeragamkan kondisi /suhu ruang simpan dari ujung satu dengan ujung yang
lainnya.
3.3. Respirasi
Produk hortikultura yang disimpan dalam bentuk segar baik itu sayur-sayuran
ataupun buah-buahan proses yang terjadi dalam produk adalahrespirasi. Dalam proses
respirasi ini akan terjadi perombakan gula menjadi CO 2 dan air (H2O).
4.1. Sanitasi
Ruang penyimpanan produk hortikultura perlu dipelihara dalam kondisi yang bersih
dan sehat hal ini sangat penting dilakukan untuk menjaga agar produk hortikultura yang
disimpan tetap dapat terjaga dalam kondisi segar. Ruang penyimpanan yang dijaga tetap
dalam kondisi bersih dan sehat akan memperkecil serangan jamur dan organisme
lainnya.
Perlakuan dengan menggunakan lilin atau emulsi lilin buatan pada produk
hortikultura yang mudah busuk yang disimpan telah banyak dilakukan. Maksud dari
pelilinan pada produk yang disimpan ini terutama adalah untuk mengambat sirkulasi
udara dan menghambat kelayuan (menjadi layunya produk simpanan), sehingga produk
yang disimpan tidak cepat kehilangan berat karena adanyaproses transpirasi.
4.4. Irradiasi
4.6. Pengemasan.
Upaya lain untuk memperpanjang waktu simpan produk hortikultura adalah dengan
pewadahan / pengemasan yang baik. Dengan pewadahan ini diharapkan paling tidak
dapat mengurangi terjadinya kerusakan karena terjadinya benturan sesama produk
selama proses penyimpanan, selain juga dapat mengendalikan kelembaban dari produk
sehingga produk dapat tetap segar.
DAFTAR PUSTAKA