You are on page 1of 72

http://id.wikipedia.org/wiki/Phyto http://en.wikipedia.

org/wiki/Ce
phthora_infestans Phytophthora
Sitophilus rcospora_nicotianae kakao
infestans

Sitophilus granarius

Scientific classification

Kingdom: Animalia

Phylum: Arthropoda

Class: Insecta

Order: Coleoptera
Family: Curculionidae

Subfamily: Dryophthorinae

Genus: Sitophilus

Schoenherr, 1838[1]

Species

see text

Dp : http://en.wikipedia.org/wiki/Sitophilus

tribolium sp

Phytophthora infestans
cercospora nicotianae

Aspergillus

Conidial head of Aspergillus niger

Scientific classification

Domain: Eukarya

Kingdom: Fungi

Phylum: Ascomycota

Class: Eurotiomycetes

Order: Eurotiales

Family: Trichocomaceae

Genus: Aspergillus

Micheli, 1729
Species

http://en.wikipedia.org/wiki/Aspergillus

Lesser grain borer

Scientific classification

Kingdom: Animalia

Phylum: Arthropoda

Class: Insecta

Order: Coleoptera

Family: Bostrichidae

Genus: Rhyzopertha

Species: R. dominica

Binomial name

Rhyzopertha dominica

(Fabricius, 1792)

http://en.wikipedia.org/wiki/Rhyzopertha_dominica
Rhyzopertha dominica

http://en.wikipedia.org/wiki/Erwinia_carotovora
http://en.wikipedia.org/wiki/Red_flour_beetle

KLASIFIKASI HAMA PASCA PANEN


 
 
       SERANGGA DALAM PENYIMPANAN BIJI-BIJIAN DAN PRODUK
OLAHAN
Serangga yang menginfestasi biji-bijian maupun produk olahan yang disimpan dapat
diklasifikasikan menurut arti penting/statusnya secara ekonomi dalam menimbulkan
kerusakan. 
          Hama penting adalah spesies yang seringkali menimbulkan kerusakan besar pada bahan
simpan dan biasanya teradaptasi untuk berkembang dalam lingkungan penyimpanan.
          Hama minor meliputi sejumlah besar spesies yang berpotensi menimbulkan kerusakan
dan kadang-kadang mendekati status hama penting.  Umumnya berkembang dalam
bahan simpan yang berkualitas buruk yang memiliki kelembaban marginal (relatif tinggi)
atau telah kadaluwarsa.
          Hama insidental sebenarnya hanya secara kebetulan saja ditemukan di penyimpanan
(belalang, lalat, dsb) dan umumnya tidak menimbulkan kerusakan kuantitatif, namun
keberadaannya dianggap sebagai kontaminan yang menurunkan kualitas bahan simpan.
          Serangga menguntungkan, misalnya parasitoid dan predator serangga biasa ditemukan
pada bahan simpan yang terserang hama pascapanen.  Serangga ini dikembangkan
sebagai alternatif pengendalian hama di penyimpanan.  Walaupun demikian, beberapa
spesies hama bisa menjadi predator fakultatif bahkan kanibal karena kelangkaan
makanan.
Klasifikasi lain yang umum dilakukan berdasarkan perilaku makan dan siklus
perkembangan hama.  Spesies yang sebagian besar siklus hidupnya berada di dalam biji yang
menjadi sumber makanannya digolongkan sebagai infestor internal. Sebaliknya spesies yang
mengkonsumsi bahan simpan dari permukaan luar dikategorikan sebagai infestor eksternal. 
Klasifikasi ini paralel dengan pengertian hama primer (primary colonizer) dan hama
sekunder (secondary colonizer).  Infestor internal disebut juga hama primer karena
membutuhkan biji-bijian yang masih utuh untuk makanan dan perkembangannya.  Infestor
eksternal identik dengan hama sekunder karena sering ditemukan pada biji-bijian yang telah
pecah karena perlakuan mekanis maupun serangan hama primer.  Hama sekunder juga sering
menyerang produk olahan seperti tepung, mie kering, keju, dsb.  Spesies ini tidak mempunyai
kemampuan menembus pelindung alamiah biji simpan seperti halnya hama primer, namun
pada produk olahan bisa terbentuk semacam liang gerekan.
Infestor internal/hama primer sering kali menjadi hama penting pascapanen karena
tingginya tingkat kerusakan, apalagi bila embrio biji juga dikonsumsi.  Sifat infestasinya yang
tersembunyi (hidden infestation) juga menyebabkan hama ini sulit dideteksi dan dibersihkan
saat pemprosesan bahan simpan.  Infestor internal terdiri dari:
          Kumbang moncong (famili curculionidae).  Yang umum ditemukan adalah tiga spesies
yaitu Sitophilus zeamais, S. oryzae dan S. granarius. 
          Kumbang benih (famili bruchidae), yang terpenting sebagai hama pascapanen adalah
genus  Callosobruchus, Zabrotes, dan Caryedon.  Genus Bruchus,
Bruchidius dan Specularius adalah kelompok hama di pertanaman dan tidak bertahan
lama dalam lingkungan penyimpanan.
          Kumbang penggerek (famili bostrichidae).  Rhyzopertha dominica  yang menjadi hama
penting khususnya pada biji-bijian yang kecil seperti gandum dan beras.  Dua spesies
lainnya biasa ditemukan pada komoditi yang tidak sempurna pengeringannya
yaitu Prostephanus truncatus yang menyerang jagung yang masih bertongkol
serta Dinoderus spp. (penggerek bambu).  Famili scolytidae juga merupakan kumbang
penggerek, namun sangat jarang bisa berkembang biak pada biji simpan,
contohnya  Hypothenemus hampei.
          Ngengat penggerek (famili gelechiidae), yaitu Sitotroga cerealella  yang biasanya kalah
bersaing dengan kelompok kumbang di atas bila ditemukan bersama-sama.
Eksternal infestor/hama sekunder dalam keadaan tertentu dapat hidup pada biji-bijian utuh
namun tetap saja menyerang dari permukaan luar dan tampaknya menyukai bagian
embrio/lembaga.  Kelompok hama ini terdiri dari berbagai famili dari ordo coleoptera,
lepidoptera, psocoptera dan tungau.
Dp : http://abank-udha123.tripod.com/klasifikasi_hama_pasca_panen.htm

KERUSAKAN OLEH HAMA PASCAPANEN


KERUSAKAN OLEH HAMA PASCAPANEN

Bahan-bahan (produk pertanian) yang disimpan di gudang terbuka atau hasil penelitian tetap akan memperoleh
gangguan dari berbagai hama (Kartasapoetra, 1991). Terjadinya kerusakan dan kehilangan berat biji karena
adanya aktifitas serangga. Besarnya kerusakan dan kehilangan tergantung dari cara hama menyerang atau
merusak (Kartasapoetra, 1991).

Hama pascapanen adalah organisme-organisme yang merusak hasil pertanian baik yang telah dipanen atau
lewat masa panen. Kerusakan adalah berhubungan dengan kondisi produk yang menunjukkan adanya habitat
serangga, bekas makanan seperti berlubang, alur gerekan dan lain-lain (Anonim, 1998). Sedangkan kehilangan
adalah akibat adanya aktifitas serangga (termakan) sehingga akan mengurangi jumlah material yang disimpan
(Kartasapoetra, 1991).
Perubahan kualitas terjadi secara berangsur-angsur dalam penyimpanan biji adalah hasil interaksi kompleks
dalam sistem ekologi yang kompleks. Perubahan kualitas ini dapat diklasifikasikan dalam 4 kategori : (1)
Kondisi awal biji ketika biji dikirim ke penyimpanan. (2) Kondisi penyimpanan antara panen dan prosesing
awal. (3) Teknik penanganan dan perlakuan pada sejumlah biji yang disebut Alur Teknik Penyimpanan. (4)
Faktor deteorisasi biologi terutama oleh adanya cendawan dan hama-hama invertebrata (serangga dan tungau)
(Fleurat – Lessard, 2002).

Menurut (Kartasapoetra, 1991). Secara umum, faktor yang mempengaruhi perkembangan dari hama
pascapanen dibagi ke dalam 2 faktor :
1. Faktor luar (Eksternal) : terdiri dari iklim, makanan, musuh alami, dan manusia
2. Faktor dalam (Internal); lebih banyak dipengaruhi oleh faktor genetik hama itu sendiri.

Sifat struktur penyimpanan secara umum adalah kondisinya yang stabil dibandingkan lingkungan alami dan
ketersediaan pangan yang melimpah. Karakter penyimpanan ini menguntungkan hama gudang, walaupun
adakalanya terjadi kelangkaan sumber makanan. Serangga hama di penyimpanan, terutama hama-hama
penting adalah serangga yang telah teradaptasi pada lingkungan penyimpanan dengan baik, karena: habitat
penyimpanan merupakan reservoir alaminya, toleransinya yang tinggi terhadap faktor fisik di penyimpanan,
keragaman perilaku makan pada berbagai bahan simpan, laju reproduksi yang tinggi, kemampuan yang tinggi
dalam menemukan lokasi sumber makanan, kemampuan bertahan hidup dalam kondisi tanpa pangan, adaptasi
morfologi yaitu ukuran kecil, bentuk pipih, dan gerakan cepat (Anonim, 2004c).

Pengetahuan mengenai bioekologi dari hama pascapanen mutlak diperlukan. Hal ini penting dalam rangka
Pengendalian Hama Terpadu (PHT) (Subramanyam dan Hagstrum, 1995).

BIOEKOLOGI HAMA PASCAPANEN

Acarus siro Linneaus


Hama ini tergolong Filum : Arthropoda, Kelas : Arachnida, Ordo : Acarina, Famili : Acaridae (Kalshoven, 1981).
Tungau A. siro dikenal sebagai “Grain mite”, tersebar luas di dunia dan menyerang berbagai produk-produk
terutama jika kadar air tinggi dan telah diserang oleh cendawan (Krischik dan Burkholer, 1997). Tungau ini
ditemukan pada tepung, keju dan pada banyak produk-produk lainnya (Kalshoven, 1981).

Telur paling sedikit 100 butir per betina. Stadia telur dapat berlangsung beberapa bulan pada suhu 00C. Tubuh
berwarna putih kekuningan agak oval dimana bagian tungkai dan mulut berwarna agak coklat kemerah-
merahan. Tungau biji dapat hidup pada lahan-lahan pertanian, gudang, biji-bijian, tepung atau produk pangan
lain yang mengandung cukup kadar air. Tungau ini berkembang sangat cepat dan menyebabkan kerusakan pada
embrio biji. Keberadaannya dicirikan dengan adanya bau yang agak menyengat (Krischik dan Burkholder,
1997).

Perkembangan A. siro secara sempurna berada pada temperatur diantara 5°C dan 32°C, pada RH 60-90%.
Jumlah maksimum tingkat pengembangan, suatu tingkat hakiki peningkatan 7.04, terjadi pada sekitar 25°C
dan RH 90%. Pada temperatur 20°C dan RH 80%, kawin dan meletakkan telur tetapi pada peletakan telur
kelembaban dan temperatur yang lebih rendah semakin tertunda untuk 1 hari atau lebih. Betina harus lebih
dulu kawin berulang-kali untuk menjangkau produksi telur maksimum. Jumlah telur maksimum rata-rata per
betina mencapai 435 di mana kondisinya adalah 15°C dan RH 90%. Inang utama dari tungau ini adalah rumput,
produk yang disimpan, tepung terigu (Griffiths, 1964).

Ahasverus advena Waltl.
Hama ini tergolong Filum : Arthropoda, Kelas : Hexapoda, Ordo : Coleoptera, Famili : Silvanidae (Kalshoven,
1981). Spesies ini merupakan hama kosmopolitan dan dikenal sebagai “Foreign grain beetle”. Kemungkinan
spesies ini berasal dari Amerika dan tersebar pada daerah tropik dan daerah yang beriklim sedang. Ditemukan
pada berbagai komoditi termasuk pada biji-bijian cerealia, biji kakao, biji kelapa, kopra, kacang tanah,
terutama pada komoditi yang lembab dan berjamur. (Dobie et al., 1991).

Warna kumbang ini yaitu coklat kemerah-merahan (Kartasapoetra, 1991). Panjang kumbang 2 – 3 mm. kedua
tepi anterior dari protoraks terdapat tonjolan seperti gigi. Antena terdiri dari 11 ruas dengan bentuk menggada
dan tarsi 5 ruas. Spesies ini dapat dijadikan sebagai indikator bahwa kondisi penyimpanan lembab (Dobie et
al., 1991). Larvanya berwarna putih mempunyai kaki torakal sehingga dapat bergerak aktif, ukuran panjang
tubuhnya sekitar 4 – 5 mm, pupanya berwarna putih dengan ukuran panjang sekitar 2 mm (Kartasapoetra,
1991).
Kalshoven (1981), mengemukakan bahwa siklus hidupnya sejak peletakan telur sampai menjadi kumbang
dewasa sangat cepat, berlangsung sekitar 17 - 23 hari.

Araecerus fasciculatus (Fabricius)
Hama ini tergolong dalam Filum : Arthropoda, Kelas : Hexapoda, Ordo : Coleoptera, Famili : Anthribida
(Kalshoven, 1981). Hama ini dikenal sebagai “Coffee bean weevil” atau hama biji kopi. Selain menyerang biji
kopi A. fasciculatus juga menyerang jagung, gaplek, kacang tanah, ubi jalar, biji kakao dan rempah-rempah
(Hill, 1983). Larvanya ditemukan pada biji kopi yang dikeringkan juga pada ubi kayu, biji pala, bunga pala, biji
kakao terutama pada biji kualitas rendah (Kalshoven, 1981).

Kumbang A. fasciculatus ditemukan pada daerah tropik dan subtropik. Pada bagian elitra dan protoraksnya
terdapat banyak bercak yang berwarna terang, selanjutnya dikemukakan bahwa elitra A. fasciculatus lebih
pendek dibanding ukuran abdomennya. (Dobie et al., 1991). Kumbang A. fasciculatus berukuran 3 – 5 mm
(Kartasapoetra, 1991). Berwarna coklat gelap atau coklat kelabu (Kalshoven, 1981). Tipe antenanya adalah
menggada (Clubbed) yaitu tiga ruas terakhir membesar (Hill, 1983).

Kumbang betina dapat menghasilkan telur 15 butir selama siklus hidupnya, dimana siklus hidupnya rata-rata
berlangsung selama 30 hari tergantung pada suhu dan kelembaban (Hill, 1983). Seekor betina dapat
menghasilkan telur 50 butir, pada suhu 280C dan kelembaban 70%. Siklus hidupnya berkisar antara 46 - 68 hari
(Dobie et al., 1991). Kumbang ini dapat hidup selama 17 minggu jika makanan cukup (Kalshoven, 1981).

Setiap induk kumbang betina dapat memproduksi telur sebanyak 15 butir, telur-telur ini diletakkan di
permukaan material dan baru akan menetas setelah + 9 hari. Larva-larva langsung melakukan penggerekan dan
selanjutnya masuk ke dalam material (biji-bijian) dengan meninggalkan sisa-sisa gerekannya yang berupa
tepung. Siklus hidup larva ini berlangsung sekitar 20 hari. Masa berkepompongnya berlangsung dalam biji yang
telah kosong berlangsung + 5 hari (Soekardi dalam Kartasapoetra, 1991).

Tribolium confusum (Jack du val)


Kumbang T. confusum tergolong dalam ordo Coleoptera, famili Tenebrionidae. Dikenal sebagai “Confused flour
beetle”. Kumbang ini dikenal berasal dari Ethiopia dan dapat menyerang biji kakao, kacang tanah, buncis,
ercis dan biji kopi (Dobie et al., 1991). Hill (1993) menyatakan kumbang ini dapat menyerang beras, kopra,
dedak, bungkil, biji pala dan wijen. Kumbang ini merusak material-material yang sudah hancur (Secondary
pest). Kalshoven (1981), menyatakan bahwa kumbang ini dapat bersifat kanibalis terhadap pupa dan telur.

Kumbang T. confusum berwarna coklat kemerah-merahan, bentuk tubuhnya pipih dengan panjang berkisar
antara 3 - 4 mm (Rees, dalam Subramanyam dan Hagstrum, 1995). Kartasapoetra (1991) menyatakan bahwa
tipe antena kumbang ini adalah menggada.
Tiap induk atau kumbang betina dapat menghasilkan telur 450 butir sepanjang siklus hidupnya, telur
diletakkan dalam tepung atau pada bahan-bahan lain yang sejenis yang merupakan pecahan-pecahan kecil.
Larva bergerak aktif karena memiliki 3 pasang kaki torakal. Larva-larva ini selama perkembangannya
mengalami pergantian kulit antara 6 - 11 kali, tetapi tidak jarang pula hanya 6 - 7 kali, ukuran larva yang telah
dewasa antara 8 – 11 mm. Menjelang masa berkepompong larva ini akan muncul di permukaan material, tetapi
setelah menjadi imago selanjutnya masuk kembali ke dalam material. Siklus hidupnya sekitar 35 - 45 hari
(USDA dalam Kartasapoetra, 1991).

Cryptolestes ferrugineus (Stephens) 
Hama ini tergolong dalam Filum : Arthropoda, Kelas : Hexapoda, Ordo : Coleoptera, Famili : Cucujidae (Dobie
et al.. 1991). Kumbang C. ferrugineus dikenal sebagai “Rusty grain beetle”. Kumbang ini adalah hama
kosmopolit tersebar dari daerah beriklim tropik sampai ke daerah beriklim subtropik. Berstatus sebagai hama
sekunder dimana menyerang biji-bijian, kacang-kacangan dan produk lain di penyimpanan. Kumbang ini
berukuran 1,5 – 2 mm, berwarna coklat terang. Bentuk antena seperti benang dan panjang (Dobie et al.,
1991).
Kumbang betina meletakkan telur kira-kira 200 butir, diletakkan pada permukaan komoditi (Subramanyam dan
Hagstrum, 1995). Setelah beberapa hari menjelang terjadinya penetasan telur yang pada mulanya berwarna
putih berubah menjadi agak buram (Kartasapoetra, 1991). Larva ini tidak dapat langsung masuk ke dalam biji
tetapi dapat masuk jika kulit biji mengalami kerusakan (pecah) akibat penanganan pascapanen. Siklus hidup
kumbang ini tergantung suhu dan kelambaban. Kumbang C. ferrugineus pada kondisi suhu 330C kelembaban
relatif 70% siklus hidupnya 23 hari. Kelembaban relatif 80% siklus hidupnya 27 - 30 hari (Dobie et al., 1991).

Ephestia cautella (Walker)
Hama ini tergolong dalam Filum : Arthropoda, Kelas : Insekta, Ordo : Lepidoptera, Famili : Pyralidae
(Kalshoven, 1981). Serangga ini dikenal sebagai “The dried current moth”. Ngengat ini selain menyerang
produk biji-bijian juga menyerang kacang-kacangan, biji kakao, buah-buah yang dikeringkan (Dobie et al.,
1991).

Hama ini merupakan hama utama pada daerah tropik dan daerah beriklim panas. Buah-buah yang dikeringkan
lebih disukai tetapi serangga ini juga menyerang produk-produk yang disimpan termasuk tepung, biji-bijian,
biji kakao, kurma, kacang-kacangan dan biji-bijian lain (Subramanyam dan Hagstrum, 1995).

Ngengat berwarna abu-abu dengan panjang tubuh sekitar 6 mm. Bila kedua sayap direntangkan panjangnya
mencapai 17 mm, sisi atas sayap depan mempunyai semacam pita. Larva berwarna coklat agak kotor atau
coklat merah dengan bitik-bintik agak gelap. Kepompong mempunyai ukuran panjang 7,5 mm dan kokonnya
berwarna putih (Kartasapoetra, 1991).

Menurut Kalshoven (1981) ngengat ini dapat memproduksi telur sekitar 30 butir selama siklus hidupnya, siklus
hidup sekitar 31 - 42 hari. Pada suhu 300C stadia telur 3 hari, larva mengalami 5 instar. Dalam kondisi
optimum (320 C dan kelembaban relatif 70%) stadia larva 22 hari. Sebelum menjadi pupa larva instar terakhir
membentuk kokon. Stadia pupa kira-kira 7 hari. Dalam kondisi yang optimum perkembangan dari telur sampai
imago kira-kira 29 - 31 hari (Dobie et al., 1991).

Dp : http://anafzhu.blogspot.com/2009/06/kerusakan-oleh-hama-pascapanen.html

EKOLOGI HAMA PASCAPANEN


 

PENDAHULUAN
Ekologi serangga mempelajari faktor-faktor yang mempengaruhi distribusi dan
kelimpahan serangga. Pengetahuan tentang ekologi serangga hama pascapanen
merupakan dasar penerapan pengendalian hama terpadu (PHT).  Saat ini, pemodelan
dengan komputer untuk pengendalian hama pascapanen telah banyak dikembangkan. 
Kesemuanya berbasis pada pengetahuan ekologi serangga. 
Sifat struktur penyimpanan secara umum adalah kondisinya yang stabil dibandingkan lingkungan
alami dan ketersediaan pangan yang melimpah.  Karakter penyimpanan ini menguntungkan hama
gudang, walaupun adakalanya terjadi kelangkaan sumber makanan.  Serangga hama di
penyimpanan, terutama hama-hama penting adalah serangga yang telah teradaptasi pada
lingkungan penyimpanan dengan baik, karena: 

          Habitat penyimpanan merupakan reservoir alaminya               


          Toleransinya yang tinggi terhadap faktor fisik di penyimpanan

          Keragaman perilaku makan pada berbagai bahan simpan

          Laju reproduksi yang tinggi

          Kemampuan yang tinggi dalam menemukan lokasi sumber makanan 

          Kemampuan bertahan hidup dalam kondisi tanpa pangan

          Adaptasi morfologi (ukuran kecil, bentuk pipih, gerakan cepat dll.)

            Studi ekologi yang dilakukan pada kondisi yang mirip dengan tempat penyimpanan lebih
berguna untuk mengembangkan program pengendalian.  Dengan demikian dapat diperoleh lebih
banyak gambaran tentang faktor-faktor yang mempengaruhi distribusi dan kelimpahan hama pada
kondisi nyata. 

 
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYEBARAN DAN KELIMPAHAN
HAMA GUDANG
 

1.  SUHU, KADAR AIR BIJI DAN SUMBER MAKANAN


Masa perkembangan, ketahanan hidup dan produksi telur serangga hama pascapanen
tergantung pada kesesuaian lingkungan dan makanan.  Laju populasi serangga dapat meningkat
sebagai hasil dari masa perkembangan yang singkat, ketahanan hidup yang meningkat atau produksi
telur yang lebih banyak.  Dalam kondisi normal, gudang adalah sumber makanan sehingga
permasalahan utama bagi serangga adalah suhu dan kadar air/kelembaban.  Walaupun demikian,
sebagian besar serangga hama pascapanen dapat hidup pada berbagai bahan simpan dan terdapat
variasi kelimpahan serangga pada tiap-tiap bahan simpan

 
 

 
 

Masa perkembangan

           

 
 

Suhu lingkungan dan kadar air bahan simpan merupakan faktor utama yang mempengaruhi
masa perkembangan.  Pada coleoptera, kadar air lebih dominan pengaruhnya dibanding suhu dan
makanan, demikian pula pada lepidoptera. 

Lepidoptera pascapanen menghabiskan sebagian besar masa perkembangannya sebagai larva. 


Stadium larva lepidoptera pascapanen lebih lama daripada larva coleoptera karena nutrisinya
digunakan untuk produksi telur.  Imago lepidoptera sendiri berumur pendek dan tidak makan. 
Coleoptera berumur panjang (Cryptolestes, Oryzaephilus, Sitophilus, Tribolium, Rhyzopertha) makan
selama periode imago, karena itu dapat memproduksi telur selama hidupnya.  Seperti lepidoptera,
stadium larva coleoptera berumur pendek (Callosobruchus, Lasioderma, Stegobium) cenderung lebih
lama (walaupun tidak selama lepidoptera), akibatnya produksi telurnya pun tidak sebanyak
lepidoptera.

Hingga batas tertentu, kenaikan suhu lingkungan meningkatkan aktivitas makan.  Hal ini
menjelaskan sebagian pengaruh suhu terhadap pemendekan masa perkembangan serangga
pascapanen.  Fluktuasi suhu harian juga berpengaruh.  Serangga yang hidup pada suhu konstan
tinggi masa perkembangannya lebih singkat  daripada suhu fluktuatif (walaupun dengan rata-rata
suhu yang sama tinggi).  Sementara itu pada suhu konstan rendah, masa perkembangannya lebih
lama dibandingkan suhu fuktuatif dengan rata-rata sama rendah. 

Kadar air bahan simpan/kelembaban udara mempengaruhi lama stadium larva,.  Kadar air bahan
simpan yang rendah memperlama stadium larva, tetapi stadium telur dan pupa tidak terpengaruh
sehingga hal ini mengubah keseimbangan struktur umur dalam populasi yang sudah stabil.     

Seperti dijelaskan sebelumnya, suhu lingkungan dan kelembaban di penyimpanan bisa saja
sebagai sebab atau akibat dari keberadaan hama.  Serangga membutuhkan kisaran suhu dan
kelembaban optimum untuk perkembangannya.  Sementara itu metabolisme serangga juga
menghasilkan kalor dan uap air ke lingkungannya.  Terakhir, misalnya
pada Sitophilus  dan Tribolium terdapat variasi masa perkembangan antarindividu yang cukup besar. 
Keragaman intrinsik seperti ini biasanya menguntungkan secara ekologis. 

Ketahanan hidup/survival

Serangga biasanya memiliki kisaran suhu optimum.  Sedikit saja di luar kisaran suhu tersebut, 
terjadi penurunan populasi yang sangat besar  Contohnya pada Tribolium,  suhu optimum
pertumbuhan adalah 25-37.5˚C.  Ketahanan hidup akan turun drastis di luar kisaran tersebut. 
Kematian terbesar terjadi pada larva instar awal.  Pola serupa tampaknya terjadi pada
spesies Rhyzopertha, Oryzaephilus, Cryptolestes dan Tribolium (coleoptera berumur panjang) . 

 
 

Kadar air biji berkorelasi positif dengan ketahanan hidup.  Kadar air meningkat, kondisi
lingkungan makin baik untuk serangga sehingga ketahanan hidupnya pun meningkat.  Sebaliknya,
ketahanan hidup hama pascapanen menurun bila kadar air biji rendah.   Implikasinya,  kalaupun
pengendalian hama tidak bisa dilakukan dengan menurunkan suhu (pendinginan), pengeringan dan
pemanasan dapat pula bermanfaat. 

Kematian hama pascapanen pada suhu rendah merupakan fungsi dari laju pendinginan, lama
waktu pendinginan, suhu dan spesies.  Serangga akan punya

kesempatan menyesuaikan diri (aklimasi) bila laju pendinginan lambat.

Produksi telur

Serangga memerlukan nutrisi yang cukup untuk memproduksi telur.  Lepidoptera biasanya
mengakumulasi nutrisi pada saat larva, dan memproduksi telur dalam jumlah banyak hanya pada
hari-hari pertama menjadi imago.  Coleoptera biasanya hidup lebih lama dan memproduksi telur
sepanjang hidupnya dalam proporsi yang lebih merata.  Dengan demikian, coleoptera berumur
panjang membutuhkan nutrisi sepanjang hidupnya.

Peningkatan suhu dan kadar air bahan simpan meningkatkan produksi telur, hanya saja produksi
telur tertinggi dan ketahanan hidup tertinggi tidak terjadi pada satu titik suhu atau kadar air yang
sama.   Pada Tribolium, kombinasi ketahanan hidup dan produksi telur yang menghasilkan tingkat
reproduksi maksimum terjadi pada suhu 27 0C dan kadar air 16%.

Sejumlah ngengat diketahui meningkat produksi telurnya bila menemukan sumber air, demikian
pula kumbang Dermestes.  Callosobruchus juga meningkat produksi telurnya karena nutrisi. 

            INTERAKSI ANTARINDIVIDU DAN ANTARSPESIES

Intraspesifik (antarindividu)

Interaksi antarindividu dalam satu spesies menentukan distribusi dan kelimpahan serangga. 
Pada kepadatan populasi rendah, laju pertumbuhan biasanya kecil karena kesulitan untuk
menemukan pasangan seksual misalnya.  Ketika populasi bertambah, laju pertumbuhan meningkat
secara eksponensial karena kelimpahan sumber makanan dan kesesuaian lingkungan.  Sejalan
dengan pertambahan populasi yang tinggi, terjadi kompetisi/persaingan untuk makan dan
perkawinan sehingga menimbulkan efek negatif bagi populasi.  Pada spesies tertentu bahkan terjadi
kanibalisme terhadap serangga dalam stadium inaktif (telur dan pupa).  Walaupun demikian,
tekanan populasi seperti ini jarang terjadi karena kecenderungan migrasi bila populasi meningkat. 
Kompetisi umumnya terjadi pada populasi di penyimpanan yang kosong, sarana transportasi
maupun peralatan pengolahan di mana jumlah makanan relatif sedikit.

Interspesifik (antarspesies)

Interaksi antarspesies juga mempengaruhi laju pertumbuhan suatu spesies serangga.  Berbagai
pola interaksi ditemukan di penyimpanan, yaitu:
        Suksesi, yaitu pergantian dominansi spesies pada pernyimpanan kerena perubahan lingkungan
dan sumber makanan.  Pada saat awal yang dominan adalah hama primer, kemudian digantikan
hama sekunder, selanjutnya mungkin serangga pemakan cendawan atau sisa-sisa.

        Kompetisi, terjadi bila dua spesies hama memiliki relung ekologis yang sama (bandingkan dengan
suksesi dimana masing-masing spesies memiliki peran berbeda.)

        Predasi, bisa oleh spesies predator (misal kepik Xylocoris  sp.) atau spesies hama yang menjadi
karnivor fakultatif pada kondisi ekstrim.

        Parasitisme, kebanyakan Hymenoptera famili Trichogrammatidae, Bethylidae, dan Pteromalidae


menjadi parasitoid hama gudang.  Termasuk parasitisme adalah serangan mikroorganisme
seperti protozoa, bakteri dan cendawan entomophaga penyakit terhadap hama pascapanen

  Dp : http://abank-udha123.tripod.com/ekologi_hama_pascapanen.htm

pendatang baru
Blog mahasiswa Universitas Brawijaya

 Home
 About

Hello world!
December 9th, 2010bocah tengil1 comment

LAPORAN PRAKTIKUM DASAR PERLINDUNGAN TANAMAN

HAMA DAN PENYAKIT PASCA PANEN

FIRDAUSI INDAH LESTARI

105040213111057

KAMIS, 11.00( LAB. UMUM )

ASISTEN : FEBRIANTO

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

FAKULTAS PERTANIAN

AGROEKOTEKNOLOGI

2010

1. I. PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang

Sifat struktur penyimpanan secara umum adalah kondisinya yang stabil dibandingkan lingkungan alami dan
ketersediaan pangan yang melimpah. Karakter penyimpanan ini menguntungkan hama gudang, walaupun
adakalanya terjadi kelangkaan sumber makanan. Serangga hama di penyimpanan, terutama hama-hama
penting adalah serangga yang telah teradaptasi pada lingkungan penyimpanan dengan baik, karena habitat
penyimpanan merupakan reservoir alaminya, toleransinya yang tinggi terhadap faktor fisik di penyimpanan,
keragaman perilaku makan pada berbagai bahan simpan, laju reproduksi yang tinggi kemampuan yang tinggi
dalam menemukan lokasi sumber makanan kemampuan bertahan hidup dalam kondisi tanpa pangan.

Hama pascapanen adalah organisme-organisme yang merusak hasil pertanian baik yang telah dipanen atau
lewat masa panen. Sumber investasi hama pasca panen (hama gudang) yaitu berasal dari lahan yang masuk
ke gudang, berasal dari yang sudah ada di komoditi simpannya, dari fasilitas penyimpanan, dan dari bahan-
bahan lain yang ada di gudang. Bentuk kerusakan ham pasca panen (hama gudang ) ada dua yaitu secara
langsung dan tidak langsung. Secara langsung terjadi dari mulai awal secara langsngan gejala sudah terlihat
sedangkan bentuk kerusakan secara tidak langsung yaitudari awal serangan kenampakan gejala tampak lama
misalnya di kecambah biji. Penyeabab hama pasca panen  berasal dari pathogen (jamur, virus, nematoda) dan
berasal dari non pathogen (mekanik, hama)

1.2 Tujuan

 Untuk mengetahui dan memahami definisi hama dan penyakit pasca panen
 Untuk mengetahui dan memahami ciri-ciri hama pasca panen
 Untuk mengetahui dan memahami kerusakan yang disebabkan oleh hama pasca panen
 Untuk mengetahui dan memahami  pengendalian hama pasca panen
1. II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian hama pasca panen

Related  to the condition of the product sowed insect habitats a former food such as potholes, groves gerekan

Terjemah         :“Hama pasca panen adalah hama yang berhubungan dengan adanya kondisi produk yang
menunjukkan adanya habitat serangga, bekas makanan seperti bertulang atau tergeret dan alur gerekan”

(Anonymousa, 2010)

Hama pascapanen atau hama gudang adalah organisme-organisme yang merusak hasil pertanian yang telah
dipanen ataupun yang telah lewat pasca panen.

(Anonymousb ,2010)

Hama pasca panen adalah organisme yang menimbulkan kerusakan pada hasil pertanian setelah masa panen

(Martorejo, 2009)

2.2 Pengertian Penyakit Pasca Panen

Penyakit pasca panen adalah gangguan fisiologis atau morfologis pada hasil pertanian yang muncul setelah
masa panen.

(Anonymousc ,2010)

Penyakit pasca panen adalah penyakit yang muncul dan berkembang selama periode pasca panen., tanpa
mempedulikan kapan terjadi serangan infeksinya.

( Martorejo, 2009 )

2.3 Ciri-ciri Hama Pasca Panen

1. Biasa hidup di daerah tropic dan subtropics


2. Umumnya hama ini ditemukan pada golongan coleopteran
3. Pada elytra dan protoraxnya terdapat bercak yang berwarna terang
4. Elytra biasanya lebih pendek daripada abdomennya
5. Untuk kumbang tepung berwarna coklat kemerahan, panjang tubuhnya kurang lebih 4 mm. Telur
agak kemerahan dan berwarna putih dengan panjang 1.5 mm
6. Pada kumbang atau kutu biji, imago dari hama ini berbentuk telur bagian kepala agak meruncing,
ukuran tubuhnya sekitar 5-6mm. Imago betina dapat bertelur hingga 150 butir.
(Anonymousd ,2010)

2.4 Kerusakan secara langsung dan tidak langsung akibat serangan hama pasca panen

 Kerusakan langsung
Yaitu kerusakan yang gejalanya sudah terlihat secara langsung. Misalnya terjadi kerusakan terhadap fasilitas
penyimpanan, terjadi kontaminasi. Akibatnya bahan pangan menjadi tidak layak untuk dikonsumsi dan harga
menjadi turun.

 Kerusakan tidak langsung


Yaitu kerusakan yang kenampakan gejalanya sudah tampak lama. Misalnya terjadi pada kecanmbah biji. Hal
ini bisa terjadi karena adanya investasi hama dan terjadi penyebaran jamur dan organism lain. Dampak yang
ditimbulkan yaitu menurunnya kualitas produk.
(Anonymouse , 2010)

2.5 Pengendalian hama dan penyakit pasca panen

 Pengeringan  (drying) bertujuan mengurangi kadar air dari komoditas. Pada biji-bijian pengeringan
dilakukan sampai kadar air tertentu agar dapat disimpan lama.
 Pendinginan pendahuluan  (precooling) untuk buah-buahan dan sayuran buah. Buah setelah dipanen
segera disimpan di tempat yang dingin/sejuk, tidak terkena sinar matahari, agar panas yang terbawa dari
kebun dapat segera didinginkan dan mengurangi penguapan, sehingga kesegaran buah dapat  bertahan lebih
lama.
 Pemulihan  (curing) untuk ubi, umbi dan rhizom. Pada bawang merah, jahe dan kentang dilakukan
pemulihan dengan cara dijemur selama 1 – 2 jam sampai tanah yang menempel pada umbi kering dan mudah
dilepaskan/ umbi dibersihkan, telah  itu juga segera disimpan di tempat yang dingin / sejuk  dan kering. 
Untuk kentang  segera disimpan di tempat gelap (tidak ada penyinaran).
 Pengikatan  (bunching) dilakukan pada sayuran daun, umbi akar (wortel) dan pada buah yang
bertangkai seperti rambutan, lengkeng dll. Pengikatan dilakukan untuk memudahkan penanganan dan
mengurangi kerusakan.
 Pencucian  (washing) dilakukan pada sayuran daun y ang tumbuh dekat tanah untuk membersihkan
kotoran yang menempel dan memberi kesegaran. Selain itu dengan pencucian juga dapat mengurangi residu
pestisida dan hama penyakit yang terbawa.
 Pembersihan ( cleaning, trimming) yaitu membersihkan dari kotoran atau benda asing lain,
mengambil bagian-bagian yang tidak dikehendaki seperti daun, tangkai atau akar yang tidak dikehendaki.
 Sortasi   yaitu pemisahan komoditas yang  layak pasar (marketable) dengan yang tidak layak pasar,
terutama yang cacat dan terkena hama atau penyakit agar tidak menular pada yang sehat.
(Anonymousf , 2010)

1. III. PEMBAHASAN
3.1 Bioekologi 7 spesimen

1. a. Sitophilus oryzae
 Nama latin                          : Sitophilus oryzae
 Nama umum                       : Kutu beras
 Klasifikasi                           : kingdom        : Animalia
filum              : Antropoda

kelas              : Insect

ordo               : Coleopteran

family            : Cureulionidae

genus             : Sitophilus

spesies           : Sitophilus oryzae

 Ciri-ciri specimen              : memiliki moncong, terdapat elytra diatas abdomen, panjang tubuh
dewasa 3,15-5 mm, dewasa berwarna coklat dan tua menjadi hitam.
 Komoditas yang diserang : Beras
 Gejala yang ditimbulkan   :
-          Biji menjadi berlubang terdapat serabut setelah terjadi gigitan hama tersebut, biji menjadi terpotong-
potong

(Anonymousg , 2010)

 Gambar                             :
(Anonymoush , 2010)

1. b.  Tribolium sp.


 Nama latin                         : Tribolium sp.
 Nama umum                      : Kutu beras pada tepung
 Klasifikasi                         : kingdom        : animalia
filum              : antropoda

kelas              : insect

ordo               : Coleoptera


family            : Tenebrionidae

genus             : Tribolium

spesies           : Tribolium sp.

 Ciri-ciri specimen              : memiliki 3 pasang tungkai, berbentuk pipih, berwarna coklat kemerahan,
panjang tubuh kurang lebih 4 mm
 Komoditas yang diserang             : Tepung
 Gejala yang ditimbulkan   :
-          Tepung menjadi menggumpal akibat terkena air liurnya dan yang terkena air liurnya akan membusuk.

(Anonymousi , 2010)

 Gambar                                   :
(Anonymousj , 2010)

1. c. Corcyra cephalonica
 Nama latin                         : Corcyra cephalonica
 Nama umum                      : Kumbang bekatul
 Klasifikasi                         : kingdom        : animalia
filum              : antropoda

kelas              : insect

ordo               : Lepidoptera

family            : Pyralidae

genus             : Coryra

spesies           : Corcyra cephalonica

 Ciri-ciri specimen              : Sayap belakang memiliki rumbai, interproses bersinar dan pada caput
ada sisik yang tegak, berwarna coklat keabu-abuan, panjang tubuh 1,5-1,8mm
 Komoditas yang diserang : bekatul
 Gejala yang ditimbulkan   :
-          bekatul akan mengeras dan menjadi gumpalan-gumpalan yang berisi anak hama tersebut atau rumah
dan bekatul menjadi membusuk

(Anonymousk , 2010)

 Gambar                             :
(Anonymousl , 2010)

1. d. Callosobruchus chinensis
 Nama latin                         : Callosobruchus chinensis
 Nama umum                      : Kutu pada kacang hijau
 Klasifikasi                         : kingdom        : animalia
filum              : antropoda

kelas              : insecta

ordo               : Coleoptera

family            : Brochidae

genus             : Callosobruchus

spesies           : Callosobruchus chinensis

 Ciri-ciri specimen              : cepat meruncing, moncong tidak panjang, berwarna coklat atau hitam,
ukuran hidup 5-6 mm
 Komoditas yang diserang : biji kacang hijau
 Gejala yang ditimbulkan   :
-          dalam biji jadi kropos, biji-biji mejadi bintik-bintik kehitaman dan akan berlubang

(Anonymousm , 2010)
 Gambar                             :
(Anonymousn , 2010)

1. e.  Rhyzoperta dominica


 Nama latin                         : Rhyzoperta dominica
 Nama umum                      : kutu pada gabah padi
 Klasifikasi                         : kingdom        : animalia
filum              : antropoda

kelas              : insecta

ordo               : Coleoptera

family            : Brostrichidae

genus             : Rhyzoperta

spesies           : Rhyzoperta dominica

 Ciri-ciri specimen              : memiliki 2 pasang tungkai, berwarna coklat kemerahan, pada kepala ada
semacam duri-duri kecil
 Komoditas yang diserang : gabah padi
 Gejala yang ditimbulkan   :
-          biji menjadi lubang atau berlubang, terdapat serbuk pada padi akibat gigitannya

(Anonymouso , 2010)

  Gambar                       :
(Anonymousp , 2010)

1. f. Erwinia carrotovora
Nama latin : Erwinia carrotovora
 Nama umum                      : busuk lunak pada wortel
 Klasifikasi                         : kingdom        : bakteri
filum              : broteubakteri

kelas              : Gumma proteubacteri

ordo               : Enterobacteriateas

family            : Enterobacteriaceae

genus             : Erwinia

spesies           : Erwinia carotovora

 Ciri-ciri specimen              : sel bakteri berbentuk batang, ukuran 1,5-2,0 x 0,6-0,9 mikro, terdapat
bau busuk, bercak hitam dan berlendir
 Komoditas yang diserang             : kentang
 Gejala yang ditimbulkan   :
-          tanaman akan layu dan mati, pada bagian yang diserang akan terlihat berlendir dan bau tidak sedap

(Anonymousq , 2010)

 Gambar                             :
(Anonymousr , 2010)

1. g. Aspergillus sp.
 Nama latin                         : Aspergillus sp.
 Nama umum                      : busuk pada kopi
 Klasifikasi                         : kingdom        : Fungi
filum              : Ascomycota

kelas              : Eurotiomycetes

ordo               : Eurotiales

family            : Trichocomaceae


genus             : Aspergillus

spesies           : Aspergillus sp.

 Ciri-ciri specimen              : berupa jamur yang berwarna pucat.


 Komoditas yang diserang : kopi
 Gejala yang ditimbulkan   :
-          buah kopi berlubang dan terdapat jamur pada lubang tersebut

-          warna pada buah kopi yang terserang agak coklat kehitaman

(Anonymouss , 2010)

 Gambar                             :
(Anonymoust , 2010)

1. IV. PENUTUP
4.1 Kesimpulan

Sifat struktur penyimpanan secara umum adalah kondisinya yang stabil dibandingkan lingkungan alami dan
ketersediaan pangan yang melimpah. Karakter penyimpanan ini menguntungkan hama gudang, walaupun
adakalanya terjadi kelangkaan sumber makanan. Hama pascapanen atau hama gudang adalah organisme-
organisme yang merusak hasil pertanian yang telah dipanen ataupun yang telah lewat pasca panen. Penyakit
pasca panen adalah penyakit yang muncul dan berkembang selama periode pasca panen., tanpa
mempedulikan kapan terjadi serangan infeksinya.

Dari hasil praktikum dapat disimpulkan bahwa Sitophilus oryzae menyerang beras dan memiliki moncong,
terdapat elytra diatas abdomen, dewasa berwarna coklat dan tua menjadi hitam. Gejala serangannya biji
menjadi berlubang. Tribolium sp. Menyerang tepung dan memiliki berbentuk pipih, berwarna coklat
kemerahan. Gejala seranangannya Tepung menjadi menggumpal. Corcyra cephalonica menyerang bekatul dan
memiliki sayap belakang yang berumbai, berwarna coklat keabu-abuan, panjang tubuh 1,5-1,8mm. Gejala
serangannya bekatul akan mengeras dan menjadi membusuk. Callosobruchus chinensis menyerang biji kacang
hijau dan memiliki moncong tidak panjang, berwarna coklat atau hitam, ukuran hidup 5-6 mm. Gejala
serangannya dalam biji jadi berlubang. Rhyzoperta dominica menyerang gabah padi dan memiliki ciri memiliki
warna coklat kemerahan, pada kepala ada semacam duri-duri kecil. Gejala serangannya biji menjadi
berlubang. Erwinia carrotovora menyerang kentang dan berbentuk batang, berukuran mikro, terdapat bau
busuk, bercak hitam dan berlendir. Gejala serangannya tanaman akan layu dan mati, bau tidak
sedap. Aspergillus sp. Menyerang kopi dan merupakan jamur yang berwarna pucat. Gejala serangannya buah
kopi berlubang dan terdapat jamur pada lubang tersebut, warna pada buah kopi yang terserang agak coklat
kehitaman.

4.2 Saran

Untuk asisten sudah bagus tidak ada kritik dan saran.

DAFTAR PUSTAKA

 Anonymousa . 2010. Hama pasca panen.     http://anafzhu.blogspot.com/2009/06/kerusakan-oleh-


hama-pascapanen.html. Diakses tanggal 15 Desember 2010.
 Anonymousb . 2010. Hama pasca panen.http://www.bbkpbelawan.deptan.go.id/Karya%20Tulis/Hama
%20Pasca%20panen.pdf Diakses tanggal 15 Desember 2010.
 Anonymousc . 2010. Penyakit pasca panen.http://www.bbkpbelawan.deptan.go.id/Karya
%20Tulis/Hama%20Pasca%20panen.pdf Diakses tanggal 15 Desember 2010.
 Anonymousd . 2010. Ciri-ciri hama dan penyakit pasca
panen.http://www.redholic.web.id/2010/04/hama-pasca-panen-tanaman-kacang-hijau.html. Diakses tanggal
15 Desember 2010.
 Anonymouse . 2010. Kerusakan hama dan penyakit pasca
panen.http://www.redholic.web.id/2010/04/hama-pasca-panen-tanaman-kacang-hijau.html. Diakses tanggal
15 Desember 2010.
 Anonymousf . 2010. Pengendalian hama dan penyakit pasca
panen.http://ftpitp09.blogdetik.com/files/2010/06/9-kerusakan-pasca-panen.pdf Diakses tanggal 15 Desember
2010.
 Anonymousg . 2010. Biokologi. http://en.wikipedia.org/wiki/Sitophilus. Diakses tanggal 15 Desember
2010.
 Anonymoush . 2010. Gambar. http://en.wikipedia.org/wiki/Sitophilus.jpg Diakses tanggal 15
Desember 2010.
 Anonymousi . 2010. Biokologi. http://www.itis.gov/servlet/SingleRpt/SingleRpt?
search_topic=TSN&search_value=187742. Diakses tanggal 15 Desember 2010.
 Anonymousj . 2010. Gambar. http://www.itis.gov/servlet/SingleRpt/SingleRpt?
search_topic=TSN&search_value=187742. Diakses tanggal 15 Desember 2010.
 Anonymousk . 2010. Biokologi. http://www1.ala.org.au/gallery2/main.php?
g2_view=slideshow.Slideshow&g2_itemId=30187. Diakses tanggal 15 Desember 2010.
 Anonymousl . 2010. Gambar. http://www1.ala.org.au/gallery2/main.php?
g2_view=slideshow.Slideshow&g2_itemId=30187. Diakses tanggal 15 Desember 2010.
 Anonymousm . 2010. Biokologi. http://www.ars.usda.gov/Research/docs.
htm?docid=12890.Diakses tanggal 15 Desember 2010.

 Anonymousn . 2010. Gambar. http://www.ars.usda.gov/Research/docs.


htm?docid=12890.Diakses tanggal 15 Desember 2010.

 Anonymouso . 2010. Bioekologi. http://en.wikipedia.org/wiki/Red_flour_beetle. Diakses tanggal 15


Desember 2010.
 Anonymousp . 2010. Gambar. http://en.wikipedia.org/wiki/Red_flour_beetle.jpg. Diakses tanggal 15
Desember 2010.
 Anonymousq . 2010. Bioekologi. http://en.wikipedia.org/wiki/Erwinia. Diakses tanggal 15 Desember
2010.
 Anonymousr . 2010. Gambar. http://en.wikipedia.org/wiki/Erwinia. Diakses tanggal 15 Desember
2010.
 Anonymouss . 2010. Bioekologi. http://en.wikipedia.org/wiki/Aspergillus. Diakses tanggal 15
Desember 2010.
 Anonymoust . 2010. Gambar. http://en.wikipedia.org/wiki/Aspergillus. Diakses tanggal 15 Desember
2010.
 Martorejo, Toekidjo. 2009. Ilmu Penyakit Pasca Panen. Bumi Aksara. Jakarta.
Dp : http://blog.ub.ac.id/bocahtengil/
andini istiningdyah
Agoteknologi'08_Faperta_ UNTAD_ SULTENG
 Beranda
 LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI
 LAPORAN DASAR-DASAR PERLINDUNGAN TANAMAN
Selasa, 20 Juli 2010

LAPORAN DASAR-DASAR PERLINDUNGAN TANAMAN "Hama


Gudang"

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hama merupakan semua binatang yang aktifitasnya menimbulkan kerusakan pada tanaman dan
menimbulkan kerugian secara ekonomis. Salah satu jenis hama yangmenyerang tanaman adalah
hama jenis serangga (Insekta). Jenis hama serangga tidak hanya dijumpai di ladang ataupun di
sawah, akan tetapi hama serangga dapat pula di jumpai pada bahan-bahan simpanan di gudang
(Nyoman I, 2005).

Hama gudang hidup dalam ruang lingkup yang terbatas, yakni hidup dalam bahan-bahan
simpanan di gudang. Umumnya hama gudang yang sering dijumpai adalah dari ordo Coleoptera
(bangsa kumbang), seperti Tribolium  sp. ,  Sitophilus oryzae,Callocobruchus chinensis, Sitophilus
zaemays, Necrobia rufipes  dan lain-lain.

Coleoptera berasal dari bahasa Latin coleos = perisai, pteron = sayap, yang berarti insekta
bersayap perisai. Memiliki dua pasang sayap, yaitu sayap depan dan sayap belakang. Sayap
depan keras, tebal dan memiliki permukaan luar yang halus yang mengandung zat tanduk sehingga
dinamakan elytra, sedangkan sayap belakang lebih tipis seperti selaput dan lebih panjang dari pada
sayap depan, Mengalami metamorfosis sempurna dan Tipe mulut menggigit (Wikipedia, 2008).

1.2 Tujuan dan Kegunaan

Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui jenis-jenis hama yang
menyerang pada bahan-bahan simpanan di gudang dan mengetahui ciri-ciri

morfologi serta gejala serangan yang ditimbulkannya.


Kegunaan dari praktikum ini adalah dapat mengetahui secara jelas bagian-bagian morfologi dan
gejala serangan serta pengendalian dari berbagai jenis hama gudang.

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kumbang Biji (Callosobruchus chinensis)

2.1.1 Ciri Morfologi

Salah satu serangga hama yang sangat potensial merusak biji kacang hijau di gudang
adalah Callosobruchus chinensis. Serangga hama ini disebut kumbang biji.Kumbang Biji
(Callosobruchus chinensis) mempunyai moncong yang pendek dan femur tungkai belakang yang
membesar. Bentuk tubuh kumbang dewasa kebanyakan bulat atau lonjong. bentuk tubuhnya bulat
telur dengan bagian kepalanya yang agak runcing. Pada sayap depannya terdapat gambaran gelap
yang menyerupai huruf U dan pronotumnya halus. Warna sayap depannya coklat kekuning-kuningan
(Rioardi,2009)

Pada kumbang jantan mempunyai ukuran tubuh 2,4 mm - 3 mm sedangkan kumbang betina
mempunyai ukuran tubuh 2,76 mm – 3,49 mm. Imago betina dapat menghasilkan telur sampai 700
butir. Telur berbentuk lonjong agak transparan atau kekuning-kuningan atau berwarna kelabu
keputih-putihan. Panjang telur 0,57 mm, berbentuk cembung pada bagian dorsal, dan rata pada
bagian yang melekat pada biji.

Telur diletakkan pada permukaan biji dan direkatkan dengan semacam perekat.

(Wikipedia, 2008).

2.1.2 Sistematika

Kingdom Animalia, Filum Arthropoda, Kelas Insecta, Ordo Coleoptera,


FamilyBruchidae, Genus Callosobruchus, Spesies Callosobruchus  chinensis

(Wikipedia, 2008)

2.1.3 Gejala serangan

Setelah imago betina bertelur, maka telur diletakkan pada permukaan produk kekacangan
dalam simpanan dan akan menetas setelah 3-5 hari. Larva biasanya tidak keluar dari telur, tetapi
hanya merobek bagian kulit telur yang melekat pada material. Larva akan menggerek di sekitar
tempat telur diletakkan. Lama stadia larva adalah 10-13 hari. Produk yang diserang akan tampak
berlubang, karena larva terus menggerek biji dan berada di
dalam biji sampai menjadi imago. Setelah menjadi

imago, maka lubang pada biji menjadi tempat keluar imago dari dalam biji (Wikipedia, 2008).

2.1.4 Pengendalian

Serangga hama Callosobruchus chinensis, dapat dikendalikan dengan caramelakukan fumigasi


dan menggunakan musuh alami hama ini (Anisopteromalus calandrae dan semut hitam). Musuh
alaminya yang tidak lain berupa parasit parasitoid larva yaitu Anisopteromalus calandrae (Howard)
dan Dinarmus basalis (Rondani) (Pteromalidae: Hymenoptera) yang biasanya juga
menyerang Sitophilus  sp. atau serangga lain yang tergolong bangsa kumbang. Jenis parasit tersebut
biasanya menyerang kepompong. Semut juga dapat menyerang kumbang  Callosobruchus
chinensis dewasa, terutama yang abnormal atau yang hampir mati. Perangkap lampu
atau lem dapat menangkap imago. Pengendalian di

gudang dapat dilakukan dengan fumigasi (Wordpress, 2008).

2.2 Kumbang Kopra (Necrobia rufipes)

2.2.1 Ciri Morfologi

Kumbang kopra (Necrobia rufipes) dengan Famili Cleridae memiliki ciri-ciri bentuk tubuh
memanjang, berwarna cemerlang, pronotumnya lebih sempit dari kepala, memiliki antenna clubbed
atau kadang serrate atau pectinate. Perbedaan kumbang jantan dan betina dewasa terletak pada
ukuran tubuh, kumbang jantan memiliki tubuh yang lebih kecil dari betinanya.  Pada kumbang betina
memiliki embelan ovipositor, memiliki sepasang ovari, ruas abdomen 8 atau 9, satu sistem saluran
telur yang dijalurkan keluar bila mana hendak bertelur. Sedangkan kumbang jantan, pada ruas
abdomen ke 10 memiliki alat kelamin berupa penis, memiliki

organ penjepit bagian luar dan organ penusuk bagian median (Triharso, 2004).

2.2.2 Sistematika
Kingdom Animalia, Filum Arthropoda, Kelas Insecta, Ordo Coleoptera, Family Cleridae, Genus
Necrobia, Spesies Necrobia rufipes (Wikipedia, 2008).

2.2.3 Gejala serangan

Kumbang menyukai kopra yang berkualitas rendah, aktif baik siang maupun malam hari. Telur
diletakkan di celah-celah atau retakan bahan yang tersembunyi. Setelah menetas, maka larva akan
menggerek bahan dengan liang gerek yang berkelok-kelok.Menjelang saat berkepompong larva itu
membuat rongga yang bentuknya oval dan dilapisi dengan campuran sisa gerekan dan air liurnya
dari sebelah dalam. Biasanya larva terakhir juga menyiapkan lubang keluar bagi kumbang dewasa
yang baru dan lubang itu ditutup dengan campuran air liurnya dan

sisa gerekkannya (Sudarmo, 2004).

2.2.4 Pengendalian

Pengendalian serangga hama yang biasa dilakukan adalah dengan cara membuat
kopra dari kelapa yang benar-benar tua serta Menjaga kebersihan gudang dari
berbagaimacam kotoran yang dapat mengundang datangnya

serangga hama (Pracaya, 2004).

2.3 Kumbang Beras (Sitophilus oryzae)

2.3.1 Ciri Morfologi

Kumbang beras (Sitophilus oryzae) dewasa berwarna coklat tua, dengan bentuk tubuh yang
langsing dan agak pipih. Pada bagian pronotumnya terdapat enam pasang gerigi yang menyerupai
gigi gergaji. Bentuk kepala menyerupai segitiga. Pada sayap depannya terdapat garis-garis membujur
yang jelas. Terdapat 4 bercak berwarna kuning agak kemerahan pada sayap bagian depan, 2 bercak
pada sayap sebelah kiri, dan 2 bercak pada sayap sebelah kanan. Panjang tubuh kumbang dewasa ±
3,5-5 mm, tergantung dari tempat hidup larvanya. larva kumbang tidak berkaki, berwarna putih atau
jernih dan ketika bergerak akan membentuk dirinya dalam keadaan agak membulat. Pupa kumbang
ini tampak seperti kumbang dewasa (Wordpress, 2008).

Kumbang betina dapat mencapai umur 3-5 bulan dan dapat menghasilkan telur sampai 300-400
butir. telur diletakkan pada tiap butir beras yang telah dilubangi terlebih dahulu. Lubang gerekan
biasanya dibuat sedalam 1 mm dan telur yang dimasukkan ke dalam lubang tersebut dengan
bantuan moncongnya adalah telur yang berbentuk lonjong. Stadia telur berlangsung selama ± 7 hari.
Larva yang telah menetas akan langsung menggerek butiran beras yang menjadi tempat hidupnya.
Selama beberap waktu, larva akan tetap berada di lubang gerekan, demikian pula imagonya juga
akan berada di dalam lubang selama ± 5 hari. Siklus hidup hama ini sekitar 28-90 hari, tetapi
umumnya selama ± 31 hari. Panjang pendeknya siklus hidup ham ini
tergantung padatemperatur ruang simpan, kelembapan di ruang simpan,

dan jenis produk yang diserang (Wordpress, 2008).

2.3.2 Sistematika

Kingdom Animalia, Filum Arthropoda, Kelas Insecta, Ordo Coleoptera

Family Curculionidae, Genus Sitophilus, Spesies Sitophilus oryzae (Wikipedia, 2008)

2.3.3 Gejala serangan

Gejala serangan yang ditimbulkan mirip dengan gejala serangan Necrobia rufipestetapi liang
gerekannya sempit dan bercabang-cabang. Kumbang betina meletakkan telur pada celah-celah atau
di antara butiran-butiran bahan secara tersebar atau terpisah-pisah. Beberapa hari kemudian telur
menetas dan larva segera merusak butiran atau bahan di sekitarnya. Panjang larva dewasa kira-kira
dua kali panjang kumbangnya. Apabila akan menjadi kepompong, larva tersebut menempatkan diri
pada lekuk-lekuk atau celah-celah bahan, dengan sedikit ikatan benang sutera pada bagian ujung
abdomennya. Sering larva membuat semacam kokon yang tidak sempurna di sudut-sudut tempat
simpanan atau bahan yang diserang. Selanjutnya, butiran beras yang terserang menjadi mudah
pecah dan remuk seperti tepung. Kualitas beras akan rusaksama sekali akibat serangan hama ini

yang bercampur dengan air liur hama (Wordpress, 2008).

2.3.4 Pengendalian

Pengendalian serangga hama sitophilus oryzae dapat dilakukan dengan menggunakan Musuh


alami hama ini antara lain Anisopteromalus calandrae How (parasit larva), semut merah dan semut
hitam yang berperan sebagai predator dari larva dan telur hama. Selain itu, penjemuran produk
simpanan pada terik matahari merupakan salah satu cara pengendalian yang baik, karena dengan
adanya penjemuran ini hamaSitophilus oryzae dapat terbunuh, dengan pengaturan tempat

penyimpanan yang baik yang di tunjang dengan fasilitas penyimpanan lainnya , dan
dengan melakukan fumigasi terhadap produk yang disimpan (Matnawy H, 2001).

2.4 Kumbang Jagung (Sitophilus zeamays)

2.4.1 Ciri Morfologi

Kumbang dewasa berwarna coklat kemerahan pudar hingga mendekati hitam, dan biasanya
memiliki bercak di bagian belakang dengan empat bintik kemerah-merahan terang atau kekuning-
kuningan. Panjangnya 2,5 – 4,5 mm, moncongnya sempit dan panjang. Mempunyai antenna yang
menyiku (siku-siku). Larvanya putih

gemuk dan tidak berkaki. Kadang larvanya berkembang dalam satu butir jagung

(Sudarmo, 2004).

2.4.2 Sistematika

Kingdom Animalia, Filum Arthropoda, Kelas Insecta, Ordo Coleoptera

Family Curculionidae, Genus Sitophilus,  Spesies Sitophilus  zeamays

(Wikipedia, 2008).

2.4.3 Gejala serangan

Kumbang jagung (Sitophilus  zeamays) menyerbu biji-biji jagung yang telah masak di lapangan
sehingga tongkol jagung berlubang-lubang. Setiap lubang yang di gerek, dimasuki satu butir telur
Kemudian lubang ditutup kembali dengan zat seperti gelatin yang berfungsi sebagai sumbat
telur. Telur akan menetas dalam beberapa hari

menjadi larva dan memakan bagian dalam inti biji. Kemudian menjadi kepompong,

selanjutnya menjadi kumbang dewasa (Sudarmo, 2004).

2.4.4 Pengendalian

Pengendalian kumbang jagung (Sitophilus zeamays) dapat dilakukan dengan cara Menjaga
kelembapan penyimpanan kurang dari 8% atau menjemur jagung sampai kering
betul sebelum disimpan, karena kumbang tidak dapat hidup pada
kelembapan serendah itu (Triharso, 2004).

2.5 Kumbang Tepung (Tribolium  sp)

2.5.1 Ciri Morfologi

Kumbang dewasa berbentuk pipih, oval, berwarna cokelat kemerahan, panjang tubuhnya ± 4
mm. Telur berwarna putih agak merah dengan panjang ± 1,5
mm. larvaberwarna cokelat muda dengan panjang ± 5-6 mm. Pupa berwarna putih dan dihiasi warna
kuning dengan panjang ± 3,5 mm. Periode telur sampai dewasa

sekitar 6 minggu (Wikipedia, 2008).

2.5.2 Sistematika

Kingdom Animalia, Filum Arthropoda, Kelas Insecta, Ordo Coleoptera

Family Tenebrionidae, Genus Tribolium Spesies Tribolium  sp.  (Wikipedia, 2008)

2.5.3 Gejala serangan

Hama ini juga disebut hama bubuk beras, bubuk Tribolium bukan hama yang khusus menyerang
beras atau tepungnya. Pada kenyataannya, dimana pada komoditas beras ditemukan
hama Sitophilus oryzae, pasti akan ditemukan juga hama bubuk
ini. HamaTribolium hanya memakan sisa komoditas yang telah terserang

hama Sitophilus oryzae sebelumnya yang berbentuk tepung (Wordpress, 2008).

2.5.4 Pengendalian

Pengendalian yang dapat dilakukan untuk mencegah kerusakan oleh hama ini dapat dilakukan
dengan melakukan penjemuran terhadap komoditas simpanan pada waktu tertentu dengan
pengeringan yang sempurna. Selain itu juga dapat dilakukan fumigasi terhadap produk pasca penen
dengan menggunakan fumigan yang tidak berbahaya bagi kesehatan manusia (Tjahjadi, 2002).

III. METODE PRAKTEK

3.1 Tempat dan Waktu


Praktikum Dasar-dasar Perlindungan Tanaman Mengenai Hama Gudang dilaksanakan di
Laboratorium Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian,Universitas Tadulako, Palu.
pada hari Rabu, tanggal 28 Oktober 2009, pukul 14.00 sampai selesai.

3.2 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan pada praktikum ini yaitu, Toples yang di cat hitam, kain hitam, karet
gelang, cawan petri, alat tulis menulis dan buku gambar

Bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu Kumbang biji (Callosobruchus chinensis),
Kumbang kopra (Necrobia rufipes), Kumbang beras (Sitophilus oryzae),Kumbang jagung (Sitophilus
zeamays), Kumbang tepung

(Tribolium  sp.), Beras, Jagung, Tepung, Kopra, Kacang hijau dan Alkohol 70%.

3.3 Cara Kerja

Sebelum melakukan pengamatan, mula-mula menimbang bahan-bahan sebanyak 100 gr,


kemudian memasukkan bahan serta serangga sebanyak 10 ekor kedalam toples yang dicat hitam,
lalu menutup toples dengan kain hitam, selanjutnya mengamati penyusutan bahan tiap 3 hari sekali.
Setelah melakukan pengamatan, kemudian menggambar serangga serta menuliskan ciri-ciri setiap
specimen serangga hama.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

4.1.1 Hasil pengamatan Susut Pada Bahan Simpanan

Tabel 1. Pengamatan kehilangan berat bahan pada kacang hijau (Vigna radiata)

No. Hari/Tgl Berat Awal Berat Akhir Susut

1. Senin,19-10-2009 100 gr 100 gr 0%

2. Kamis,22-10-2009 100 gr 100 gr 0%

3. Senin,26-10-2009 100 gr 100 gr 0%

4. Rabu,28-10-2009 100 gr 100 gr 0%

Grafik 1. Pengamatan kehilangan berat bahan pada kacang hijau (Vigna radiata)
Tabel 2. Pengamatan kehilangan berat bahan pada kopra (Cocos nucifera)

No. Hari/Tgl Berat Awal Berat Akhir Susut

1. Senin,19-10-2009 100 gr 100 gr 0%

2. Kamis,22-10-2009 100 gr 100 gr 0%

3. Senin,26-10-2009 100 gr 100 gr 0%

4. Rabu,28-10-2009 100 gr 100 gr 0%

Grafik 2. Pengamatan kehilangan berat bahan pada kopra (Cocos nucifera)

Tabel 3. Pengamatan kehilangan berat bahan pada beras (Oryzae)

No. Hari/Tgl Berat Awal Berat Akhir Susut

1. Senin,19-10-2009 100 gr 100 gr 0%

2. Kamis,22-10-2009 100 gr 100 gr 0%

3. Senin,26-10-2009 100 gr 100 gr 0%

4. Rabu,28-10-2009 100 gr 100 gr 0%

Grafik 3. Pengamatan kehilangan berat bahan pada beras (Oryzae)

Tabel 4. Pengamatan kehilangan berat bahan pada Jagung (Zea mays)

No. Hari/Tgl Berat Awal Berat Akhir Susut

1. Senin,19-10-2009 100 gr 100 gr 0%

2. Kamis,22-10-2009 100 gr 100 gr 0%

3. Senin,26-10-2009 100 gr 100 gr 0%

4. Rabu,28-10-2009 100 gr 100 gr 0%

Grafik 4. Pengamatan kehilangan berat bahan pada jagung (Zea mays)

Tabel 5. Pengamatan kehilangan berat bahan pada tepung

No. Hari/Tgl Berat Awal Berat Akhir Susut

1. Senin,19-10-2009 100 gr 100 gr 0%

2. Kamis,22-10-2009 100 gr 100 gr 0%

3. Senin,26-10-2009 100 gr 100 gr 0%


4. Rabu,28-10-2009 100 gr 100 gr 0%

Grafik 5. Pengamatan kehilangan berat bahan pada tepung

4.1.2 Morfologi Hama Gudang

Gambar 35. Morfologi Kumbang Biji (Callosobruchus chinensis) pada Kacang

Hijau (Vigna radiata)

Gambar 36. Gejala Serangan Kumbang Biji (Callosobruchus chinensis) pada KacangHijau (Vigna
radiata)

Gambar 37. Morfologi Kumbang Kopra (Necrobia rufipes) pada Kopra (Cocos nucifera)

Gambar 38. Gejala serangan Kumbang Kopra (Necrobia rufipes) pada

Kopra (Cocos nucifera)

Gambar 39. Morfologi Kumbang beras (Sitophilus oryzae) pada Beras (Oryzae)

Gambar 40. Gejala serangan Kumbang Beras (Sitophilus oryzae) pada

Beras (Oryzae)

Gambar 41. Morfologi Kumbang Jagung (Sitophilus  zeamays) pada

Jagung (Zea mays)

Gambar 42. Gejala serangan Kumbang Jagung (Sitophilus  zeamays) pada

Jagung (Zea mays)

Gambar 43. Morfologi Kumbang Tepung (Tribolium  sp.) pada Tepung

Gambar 44. Gejala Serangan Kumbang Tepung (Tribolium  sp.) pada Tepung

4.2 Pembahasan

Presentase kerusakan biji pada kacang hijau akibat serangan Callosobruchus chinensis pada


tabel dan grafik berdasarkan hasil pengamatan di laboratorium, menunjukkan tidak adanya
penyusutan yang terjadi pada bahan simpanan. tidak terjadinya penyusutan pada bahan
dikarenakan oleh beberapa faktor. Yang pertama, kumbang tidak berkembang biak sebab kumbang
jantan dan kumbang betina tidak disesuaikan jumlahnya. Yang kedua, karena usia kumbang telah
mendekati batas siklus hidupnya yang hanya berkisar ± 35-42 hari. Yang ketiga, kemungkinan bahan
memiliki kadar air yang rendah sehingga serangga sulit untuk bertahan hidup dan akhirnya mati.
Menurut Sudarmo (2004), Faktor yang menentukan besarnya kerusakan biji
akibatCallosobruchus chinensis adalah tingginya populasi yang ditentukan oleh sifat biologi yang
meliputi jenis kelamin dan daur hidup.

Berdasarkan hasil pengamatan di laboratorium, Presentase kerusakan kopra akibat


kumbang Necrobia rufipes yang terlihat pada tabel dan grafik menunjukkan tidak adanya penyusutan
yang terjadi pada bahan simpanan. Sebagaimana kacang hijau, tidak terjadinya penyusutan pada
kopra disebabkan karena faktor yang sama, yakni tidak dapat berkembang biak sebab jumlah
kumbang jantan dan betina yang di abaikan, usia kumbang yang mendekati batas siklus hidup,
terbangnya kumbang pada saat pengukuran berat bahan simpanan, dan tingkat kelembaban yang
rendah hingga menyebabkan kematian pada kumbang. Selain dari faktor itu, jenis timbangan yang
digunakan juga dapat mempengaruhi ketepatan dari penyusutan bahan simpanan. Menurut Pracaya
(2004), bahwa perkembangan optimum kumbang kopra terjadi pada temperature 30o C dan
kelembaban relatif 70%.

Presentase kerusakan beras akibat dari kumbang Sitophilus oryzae  pada tabel dan grafik
berdasarkan hasil pengamatan di laboratorium menunjukkan tidak adanya penyusutan yang terjadi
pada bahan simpanan.

Menurut Triharso (2004), Siklus hidup hama ini sekitar 28-90 hari, tetapi umumnya selama ± 31
hari. Panjang pendeknya siklus hidup hama ini tergantung pada temperatur ruang simpan,
kelembapan di ruang simpan, dan jenis dan mutu produk yang diserang.Menurut literatur diatas,
maka dapat dikatakan bahwa tidak terjadinya penyusutan kemungkinan diakibatkan oleh
kelembaban yang rendah, mutu bahan simpanan yang tinggi yang menyebabkan kematian pada
kumbang, dan usia kumbang yang mendekati batas siklus hidup serta jenis timbangan dengan
ketepatan pengukuran yang baik.

Berdasarkan hasil pengamatan di laboratorium, Presentase kerusakan jagung akibat


kumbang Sitophilus zeamays yang terlihat pada tabel dan grafik menunjukkan hasil yang sama
seperti kacang hijau, kopra dan beras, yakni tidak adanya penyusutan yang terjadi pada bahan
simpanan.

Menurut Tjahjadi (2002), Semakin bertambah waktu penyimpanan, semakin besar pula tingkat
kerusakan biji bahan simpanan, karena kondisi biji mengalami perubahan-perubahan suhu dan
kelembaban yang memungkinkan hama gudang melakukan pengrusakan yang berpengaruh
terhadap bobot bahan. Jadi seperti halnya kacang hijau, kopra, beras dan jagung, faktor kelembaban
yang rendah yang dapat menyebabkan kematian kumbang, mutu bahan yang tinggi, tidak
berkembangbiaknya kumbang akibat tidak seimbangnya jumlah kumbang yang bisa jadi dalam satu
wadah tidak memiliki kumbang jantan atau sebaliknya ataupun minimya jumlah salah satu kumbang
jantan/betina, dan usia kumbang yang mendekati batas siklus hidupnya serta ketepatan pungukuran
berdasarkan jenis timbangan yang dipakai.

Presentase kerusakan tepung akibat dari kumbang Tribolium sp.  pada tabel dan grafik
berdasarkan hasil pengamatan di laboratorium menunjukkan tidak adanya penyusutan yang terjadi
pada bahan simpanan. faktor yang mempengaruhinya adalah sama dengan faktor-faktor yang
menyebabkan tidak terjadinya penyusutan pada pengamatan-pengamatan sebelumnya, yakni pada
kacang hijau, kopra, beras danjagung. yaitu karena usia kumbang yang mendekati batas siklus
hidupnya, ketepatan pungukuran berdasarkan jenis timbangan yang dipakai, minimya jumlah salah
satu kumbang jantan/betina sehingga berpengaruh pada proses kumbang dalam berkembang biak
dan kelembaban yang rendah yang dapat menyebabkan kematian kumbang serta mutu bahan yang
tinggi

Pada pengamatan selanjutnya, yakni pengamatan morfologi hama gudang.Diantaranya


Kumbang biji  (Callosobruchus chinensis) , Kumbang kopra (Necrobia rufipes) , kumbang beras
(Sitophilus oryzae), kumbang jagung (Sitophilus zeamays)dan kumbang
tepung  (Tribolium  sp) memiliki ciri morfologi yang tidak jauh berbeda, Semuanya memiliki ciri
morfologi yang sama karena semuanya tergolong dalam ordo coleoptera.

Menurut Matnawy (2001), Ciri khas dari ordo coleoptera adalah sayap depan keras menanduk,
sayap belakang transparan dan melipat bawah sayap depan pada saat tidak terbang, alat mulut
menggigit-mengunyah, beberapa spesies memiliki moncong, bentuk tubuh dan antena bervariasi.

Menurut hasil pengamatan morfologi pada tabel, Kumbang Callosobruchus chinensis memiliki


bagian-bagian morfologi antara lain mempunyai Caput, antenna, alat mulut, mata majemuk, thorax,
tungkai depan, tungkai tengah, tungkai belakang, abdomen dan sayap.

Kumbang Callosobruchus chinensis mempunyai moncong yang pendek dan femur tungkai


belakang yang membesar. Bentuk tubuh kumbang dewasa kebanyakan bulat atau lonjong. bentuk
tubuhnya bulat telur dengan bagian kepalanya yang agak runcing. Pada sayap depannya terdapat
gambaran gelap yang menyerupai huruf U dan pronotumnya halus. Warna sayap depannya coklat
kekuning-kuningan (Wikipedia, 2008).
Menurut hasil pengamatan morfologi pada tabel, Kumbang kopra (Necrobia refipes) memiliki
bagian-bagian morfologi antara lain mempunyai Caput, antenna, alat mulut, mata majemuk, thorax,
tungkai depan, tungkai tengah, tungkai belakang, abdomen dan sayap.

Kumbang kopra (Necrobia rufipes) dengan Famili Cleridae memiliki ciri-ciri bentuk tubuh
memanjang, berwarna cemerlang, pronotumnya lebih sempit dari kepala, memiliki antenna clubbed
atau kadang serrate atau pectinate (Triharso, 2004).

Menurut hasil pengamatan morfologi pada tabel, Kumbang beras (Sitophilus oryzae) memiliki


bagian-bagian morfologi antara lain mempunyai Caput, antenna, alat mulut, mata majemuk, thorax,
tungkai depan, tungkai tengah, tungkai belakang, abdomen dan sayap.

Kumbang beras (Sitophilus oryzae) dewasa berwarna coklat tua, dengan bentuk tubuh yang
langsing dan agak pipih. Pada bagian pronotumnya terdapat enam pasang gerigi yang menyerupai
gigi gergaji. Bentuk kepala menyerupai segitiga. Pada sayap depannya terdapat garis-garis membujur
yang jelas. Terdapat 4 bercak berwarna kuning agak kemerahan pada sayap bagian depan, 2 bercak
pada sayap sebelah kiri, dan 2 bercak pada sayap sebelah kanan (Wordpress, 2008).

Menurut hasil pengamatan morfologi pada tabel, Kumbang jagung (Sitophilus zeamays)


memiliki bagian-bagian morfologi antara lain mempunyai Caput, antenna, alat mulut, mata
majemuk, thorax, tungkai depan, tungkai tengah, tungkai belakang, abdomen dan sayap.

Kumbang Jagung (Sitophilus zeamays) dewasa berwarna coklat kemerahan pudar hingga
mendekati hitam, dan biasanya memiliki bercak di bagian belakang dengan empat bintik kemerah-
merahan terang atau kekuning-kuningan. Panjangnya 2,5 – 4,5 mm, moncongnya sempit dan
panjang. Mempunyai antenna yang menyiku (siku-siku).Larvanya putih gemuk dan tidak
berkaki. Kadang larvanya berkembang dalam satu butir jagung (Sudarmo, 2004).

Menurut hasil pengamatan morfologi pada tabel, Kumbang tepung (Tribolium sp.) memiliki
bagian-bagian morfologi antara lain mempunyai Caput, antenna, alat mulut, mata majemuk, thorax,
tungkai depan, tungkai tengah, tungkai belakang, abdomen dan sayap.

Kumbang tepung (Tribolium  sp) dewasa berbentuk pipih, oval, berwarna cokelat kemerahan,
panjang tubuhnya ± 4 mm. Telur berwarna putih agak merah dengan panjang ± 1,5
mm. larva berwarna cokelat muda dengan panjang ± 5-6 mm (Wikipedia, 2008).

Jika tahap pencegahan serangan hama gudang sudah dilakukan tapi masih saja ada serangan maka
jalan terakhir adalah mengendalikan hama gudang tersebut dengan cara Menjaga kebersihan
gudang, Menjaga suhu dan kelembaban gudang dengan kisaran 25-37.5˚C dan Menurunkan tingkat
kadar air bahan . Untuk pengendalian hama gudang secara alami, kita bisa menggunakan tanaman-
tanaman yang berfungsi sebagai pestisida nabati, seperti daun dan biji srikaya atau juga biji
saga. Memang diakui bahwa daya bunuh pestisida nabati ini tidak sehebat pestisida kimia tapi jika
kita peduli terhadap keamanan dan kesehatan bahan pangan maka pestisida nabati ini bisa menjadi
alternatif. Memang perlu ada penelitian lebih lanjut untuk skala produksi karena selama ini
penelitian-penelitian tentang efektivitas pestisida nabati dalam mengendalikan hama gudang masih
skala laboratorium. Seluruh cara pencegahan dan pengendalian diatas tidak akan efektif jika
dikerjakan secara parsial. Oleh karena itu sebaiknya semua cara diatas dikombinasikan untuk
memperoleh hasil yang optimal (Sudarmo 2004).

V. KESIMPULAN DAN SARAN


5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut :
1. Hama gudang hidup dalam ruang lingkup yang terbatas, yakni hidup dalam bahan-bahan
simpanan di gudang.
2. Umumnya hama gudang yang sering dijumpai adalah dari ordo Coleoptera (berasal dari
bahasa Latin coleos = perisai, pteron = sayap, yang berarti insekta
bersayapperisai ), seperti Tribolium sp, Sitophilus oryzae,

Callocobruchus chinensis, Sitophilus zaemays, Necrobia rufipes dan lain-lain.

5.2 Saran
Agar dalam pelaksanaan praktikum, Kerjasama antara para praktikan dan asisten dapat lebih
ditingkatkan lagi, agar kegiatan praktikum berlangsung dengan lebih efisien.

DAFTAR PUSTAKA
Matnawy H, 2001.Perlindungan Tanaman. Kanisius, Yogyakarta.
Nyoman I, 2005. Pengendalian Hama Terpadu dan Implementasinya di Indonesia.
Gajah Mada University Press, Yogyakarta.
Pracaya, 2004. Hama dan  Penyakin Tanaman. Penebar Swadaya, Jakarta.
Rioardi, 2009. Ordo-Ordo Serangga.  http :// rioardi. wordpress. com.
Di akses pada tanggal 29 Oktober 2009.
Sudarmo. 2004, Pengendalian Serangga Hama. Kanisius, Yogyakarta.
Triharso. 2004. Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman. Gajah Mada University Press,
Yogyakarta.
Tjahjadi N, 2002. Hama dan Penyakit Tanaman. Kanusius, Yogyakarta.
Uns.ac.id. Dasar Perlindungan Tanaman.2008.

http://fp.uns.ac.id/~hamasains/dasarperlintan-2.htm.

Di akses pada tanggal 30 Oktober 2009.

Wikipedia. 2008. Curculionidae. http://id.wikipedia.org/wiki/Curculionidae.

Di akses tanggal 29 Oktober 2009.

. 2008. Coleoptera. http://id.wikipedia.org/wiki/Coleoptera.

Di akses pada tanggal 29 Oktober 2009.

. 2008. Serangga. Http://id.wikipedia.org/wiki/Serangga.

Di akses pada tanggal 30 Oktober 2009.

. 2008.Pengendalian hama. Http://id.wikipedia.org/wiki/Pengendalian hama

Di akses pada tanggal 30 Oktober 2009.

. 2008. Kumbang. http://id.wikipedia.org/wiki/kumbang.

Di akses pada tanggal 30 Oktober 2009.

Wordpress, 2008. Hama tumbuhan. http://naynienay.wordpress.com/hama-tumbuhan.

Diakses pada tanggal 29 oktober 2009

,2008.Cleridae.http://naynienay.wordpress.com/2008/01/30/Cleridae.

Diakses pada tanggal 29 oktober 2009

,2008.Hama gudang.http://naynienay.wordpress.com/2008/01/30/hama  gudang.


Diakses pada tanggal 29 oktober 2009

Dp : http://istiningdyah.blogspot.com/2010/07/laporan-dasar-dasar-perlindungan_20.html

LAPORAN SEMENTARA PRAKTIKUM

DASAR DASAR PERLINDUNGAN TANAMAN


PENGENALAN SERANGGA HAMA

Hama Gudang
Oleh

MUHAMAD RIDWAN
E 281 08 034

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS TADULAKO

2009

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Proses penyimpanan merupakan tahap pasca panen yang penting. Pada tahap ini akan
mengalami perubahan kualitas dan kuantitas yang dipengaruhi oleh fasilitas penyimpanan serta
hama gudang. Hama adalah organisme yang berbentuk hewan yang mengganggu atau merusak
tanaman, hewan atau benda yang kita miliki secara ekonomis salah satunya adalah hama gudang.

Hama gudang mempunyai sifat yang khusus yang berlainan dengan hama-hama yang menyerang
dilapangan, hal ini sangat berkaitan dengan ruang lingkup hidupnya yang terbatas yang tentunya
memberikan pengaruh faktor luar yang terbatas pula. Walaupun hama gudang (produk dalam
simpanan) ini hidupnya dalam ruang lingkup yang terbatas, karena ternyata tidak sedikit pula Janis
dan spesiesnya, yang masing-masing memiliki sifat sendiri, klasifikasi atau penggolongan hama yang
menyerang produk dalam gudang untuk lebih mengenalnya dan lebih mudah mempelajarinya telah
dilakukan oleh para ahli taxonomi.

Yang dimaksud dengan klasifikasi atau penggolongan ialah pengaturan individu dalam
kelompok, penyusunan kelompok dalam suatu sistem, data individu dan kelompok menentukan
hama itu dalam sistem tersebut. Letak hama hama dalam sistem sudah memperlihatkan
sifatnya. Umumnya hama gudang yang sering dijumpai adalah dari golongan Coleoptera,
misalnyaTribolium castaneum,  Sitophilus oryzae, Callocobruchus sp. , dll.
Produk pasca penen merupakan bagian tanaman yang dipanen dengan berbagai tujuan
terutama untuk memberikan nilai tambah dan keuntungan bagi petani maupun konsumen. Produk
dalam simpanan ini tidak terlepas dari masalah organisme pengganggu tumbuhan terutama dari
golongan serangga hama. Hama yang menyerang komoditas simpanan (hama gudang) mempunyai
sifat khusus yang berlainan dengan hama yang menyerang tanaman ketika di lapang. Menyerang
produk yang baru saja dipanen melainkan juga produk industri hasil pertanian. Produk tanaman
yangdisimpan dalam gudang yang sering terserang hama tidak hanya terbatas Hama yang terdapat
dalam gudang tidak hanya pada produk bebijian saja melainkan produk yang berupa dedaunan (teh,
kumis kucing, dan lain sebagainya) dan kekayuan atau kulit kayu misalnya kayumanis, kulit kina, dan
lainnya (Wagianto, 2008).

1.2 Tujuan dan Kegunaan

Tujuan Praktikum Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman Modul III tentang Pengenalan Hama Gudang
yaitu untuk mengetahui jenis-jenis hama yang menyerang tempat-tempat penyimpanan hasil-hasil
pertanian serta cara pengendaliannya dan gejala serangannya.

Kegunaan Praktikum Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman Modul III tentang Pengenalan Hama
Gudang untuk membedakan ciri morfologi dan kehilangan berat serta mengetahui cara
pengendalian Hama Gudang.

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kumbang Kacang Hijau (Callosobruchus chinensis)

2.1.1 Ciri morfologi

Ukuran tubuh Kumbang Kacang Hijau (Callosobruchus chinensis) memiliki ukuran tubuh yang relative
kecil dibandingkan dengan hama gudang lainnya. Warna tubuh Kumbang Kacang Hijau
(Callosobruchus chinensis) berwarna coklat kehitam-hitaman, sayapnya berwarna kekuning-
kuningan. Imago dari hama ini berbentuk bulat telur. Bagian kepala (Caput) agak meruncing, pada
elytra terdapat gambaran agak gelap. Pronotum halus, elytra berwarna cokelat agak
kekuningan. Ukuran tubuh sekitar 5-6 mm. Imago betina dapat bertelur hingga 150 butir, telur
diletakkan pada permukaan produk kekacangan dalam simpanan dan akan menetas setelah 3-5
hari. Larva biasanya tidak keluar dari telur, tetapi hanya merobek bagian kulit telur yang melekat
pada material. Larva akan menggerek di sekitar tempat telur diletakkan. Lama stadia larva adalah 4-6
hari. Produk yang diserang akan tampak berlubang (Borror, 2009).

2.1.2 Sistematika

Klasifikasi Kumbang Kacang Hijau (Callosobruchus chinensis) yaitu Kingdom Animalia, Filum
Arthropoda, Kelas Insecta, Ordo Coleoptera, Famili Bruchidae, Genus Callosobruchus, Spesies
(Callosobruchus chinensis)  (Pustekom, 2005).

2.1.3 Gejala serangan

Gejala serangan Kumbang kacang hijau (Callosobruchus chinensis) tampak lubang pada biji-biji
kacang hijau yang mengakibatkan lama-kelaman biji tersebut menjadi retak. Intensitas serangan
akibat hama dalam produk simpanan termasuk dalam kategori sedang, walaupun beberapa hama
dapat menyebabkan kerugian yang nyata secara ekonomi. Intensitas serangan pada komoditas kopi,
kacang hijau, kacang tanah, kacang tolo, dan beras adalah 0,3 %, 0,13 %, 0,19 %, 0,29 %, dan 0,34
%. Intensitas serangan paling kecil terdapat pada komoditas kacang hijau dan intensitas tertinggi ada
pada komoditas beras (Indonesia, 2001).

2.1.4 Pengendalian

Pengendalian dapat dilakukan dengan melakukan fumigasi dan menggunakan musuh alami hama ini
(Anisopteromalus calandrae dan semut hitam) (Nayneienay, 2008).

2.2 Kumbang Kopra (Necrobia rufipes)

2.2.1 Ciri morfologi

Kumbang kopra (Necrobia rufipes) memilki ciri morfologi terdiri dari antena, caput, mata majemuk,
abdomen, thoraks, tungkai depan, tungkai belakang dan sepasang sayap. Ukuran tubuh dewasa
yaitu sekitar 4-5 mm. Permukaan atas tubuh berwarna hijau kebiru-biruan metalik dan
mengkilap. Bagian permukaan bawah perut berwarna biru gelap. Kaki mereka coklat kemerah-
merahan terang atau oranye. Antena berwarna coklat kemerah-merahan dengan ujung berwarna
coklat tua atau hitam ( Rentikol, 2007).
2.2.2 Sistematika

Klasifikasi Kumbang Kopra (Necrobia rufipes) yaitu Kingdom Animalia, Filum Arthropoda, Kelas
Insecta, Ordo Coleoptera, Famili Claridae, Genus Necrobia, Spesies (Necrobia rufipes) ( Wagianto,
2008).

2.2.3 Gejala serangan

Gejala serangan Kumbang Kopra (Necrobia rufipes) yaitu melubangi biji-biji kopra dan membuat
kopra menjadi busuk dan mengeluarkan bau yang tidak sedap (Darmadi, 2008).

2.2.4 Pengendalian

Pengendalian Kumbang Kopra (Necrobia rufipes) untuk penyimpanan dapat dilakukan dengan
pengasapan (fumigasi), atau dengan membersihkan (sanitasi) pada gudang tempat penyimpanan,
sedangkan cara pengendalian untuk tanaman yang sedang dalam proses pertumbuhan biasanya
dilakukan dengan menggunakan predator, prasit, pathogen sebagai musuh alami.Ada pula yang
menggunakan cara mekanis dengan mematikan menggunakan tangan atau alat, menghalau dengan
tirai (menggunakan tanaman sebagai tirai atau menggunakan plastik) (Naynienay, 2008).

2.3 Kumbang Beras (Sitophilus oryzae)

2.3.1 Ciri morfologi

Kumbang muda dan dewasa berwarna cokelat agak kemerahan, setelah tua warnanya berubah
menjadi hitam. Terdapat 4 bercak berwarna kuningagak kemerahan pada sayap bagian depan, 2
bercak pada sayap sebelah kiri, dan 2 bercak pada sayap sebelah kanan. Panjang tubuh kumbang
dewasa ± 3,5-5 mm, tergantung dari tempat hidup larvanya. Apabila kumbang hidup pada jagung,
ukuran rata-rata ± 4,5 mm, sedang pada beras hanya ± 3,5 mm. larva kumbang tidak berkaki,
berwarna putih atau jernih dan ketika bergerak akan membentuk dirinya dalam keadaan agak
membulat. Pupa kumbang ini tampak seperti kumbang dewasa (Naynienay, 2008).

Kumbang betina dapat mencapai umur 3-5 bulan dan dapat menghasilkan telur sampai 300-400
butir. Telur diletakkan pada tiap butir beras yang telah dilubangi terlebih dahulu. Lubang gerekan
biasanya dibut sedalam 1 mm dan telur yang dimasukkan ke dalam lubang tersebut dengan bantuan
moncongnya adalah telur yang berbentuk lonjong. Stadia telur berlangsung selama ± 7 hari. Larva
yng telah menetas akan langsung menggerek butiran beras yang menjadi tempat hidupnya. Selama
beberap waktu, larva akan tetap berada di lubang gerekan, demikian pula imagonya juga akan
berada di dalam lubang selama ± 5 hari. Siklus hidup hama ini sekitar 28-90 hari, tetapi umumnya
selama ± 31 hari. Panjang pendeknya siklus hidup ham ini tergantung pada temperatur ruang
simpan, kelembapan di ruang simpan, dan jenis produk yang diserang (Naynienay, 2008).

2.3.2 Sistematika

Klasifikasi Kumbang Beras (Sitophilus oryzae) yaitu Kingdom Animalia, Filum Arthropoda, Kelas
Insecta, Ordo Coleoptera, Famili Curculionidae, Genus Sitophilus, Spesies (Sitophilus
oryzae) (Anonim, 2008 ).

2.3.3 Gejala serangan

Sitophilus oryzae dikenal sebagai bubuk beras (rice weevil). Hama ini bersifat kosmopolit atau
tersebar luas di berbagai tempat di dunia. Kerusakan yang ditimbulkan oleh hama ini termasuk
berat, bahkan sering dianggap sebagai hama paling merugikan produk pepadian. Hama (Sitophilus
oryzae) bersifat polifag, selain merusak butiranberas, juga merusak simpanan jagung, padi, kacang
tanah, gaplek, kopra, dan butiran lainnya. Akibat dari serangan hama ini, butir beras menjadi
berlubang kecil-kecil, tetapi karena ada beberapa lubang pada satu butir, akan menjadikan butiran
beras yang terserang menjadi mudah pecah dan remuk seperti tepung. Kualitas beras akan rusak
sama sekali akibat serangan hama ini yang bercampur dengan air liur hama (Naynienay, 2008).

2.3.4 Pengendalian

Musuh alami hama ini antara lain Anisopteromalus calandrae (parasit larva), semut merah
dan semut hitam yang berperan sebagai predator dari larva dan telur hama. Penagendalian hama ini
dapat dilakukan dengan cara melakukan penjemuran produk simpanan pada terik matahari,
diharapkan dengan adanya penjemuran ini hama Sitophilus oryzae dapat terbunuh, dengan
pengaturan tempat penyimpanan, dan dengan melakukan fumigasi terhadap produk yang disimpan
(Naynienay, 2008).

2.4 Kumbang Jagung (Sitophilus zeamays)


2.4.1 Ciri morfologi

Morfologi Kumbang Jagung (Sitophilus zeamays) memiliki panjang 2,5-4,5 mm, berwarna coklat,
moncong sempit dan panjang, mempunyai antena, larvanya putih dan gemuk dan tidak
berkaki. Kadang larvanya berkembang dalam satu butir jagung. Kumbang muda berwarna coklat
agak kemerahan, yang tua berwarna hitam. Terdapat bercak kuning agak kemerah-merahan pada
sayap bagian depan. Pada sayap kiri dan kanan terdapat dua bercak. Panjang tubuh kumbang
dewasa sekitar 3,5-5 mm, tergantung dari tempat hidup larvanya (Naynienay, 2008).

2.4.2 Sistematika

Klasifikasi Kumbang Jagung (Sitophilus oryzae) yaitu Kingdom Animalia, Filum Arthropoda, Kelas
Insecta, Ordo Coleoptera, Famili Curculionidae, Genus Sitophilus, Spesies (Sitophilus
zeamays)  (Udha, 2008).

2.4.3 Gejala serangan

Kumbang Jagung (Sitophilus zeamays) menyerang pada tanaman jagung yang mengakibatkan butir-
butir jagung menjadi lubang. Ukuran lubang yang diakibatkan lebih besar dari pada gejala serangan
pada beras, jagung yang terserang menjadi mudah pecah dan remuk, sehingga kualitas jagung
menurun karena bercampur dengan air liur hama (Anonim, 2008).

2.4.4 Pengendalian

Cara pengendalian hama ini dapat dilakukan dengan cara pengeringan bahan yang sempurnah,
melakukan pengamasan yang baik, pemberian tablet khusus misalnya phastoksin. Kemudian
melakukan fumigasi yang tentunya akan menimbulkan resiko yang sangat besar (Anonim, 2005).

2.5 Kumbang Tepung (Tribolium  sp)

2.5.1 Ciri morfologi

Kumbang dewasa berbentuk pipih, berwarna cokelat kemerahan, panjang tubuhnya ± 4 mm. Telur
berwarna putih agak merah dengan panjang ± 1,5 mm. larva berwarna cokelat muda dengan
panjang ± 5-6 mm. Pupa berwarna putih kekuningan dengan panjang ± 3,5 mm. Kumbang betina
mampu bertelur hingga 450 butir sepanjang siklus hidupnya. Telur diletakkan dalam tepung atau
pada bahan lain yang sejenis yang merupakan pecahan kecil (remah). Larva bergerak aktif karena
memiliki 3 pasang kaki thorixal. Larva akan mengalami pergantian kulit sebanyak 6-11 kali, tidak
jarang pula pergantian kulit ini hanya terjadi sebanyak 6-7 kali, ukuran larva dewasa dapat mencapai
8-11 mm.

Menjelang terbentuknya pupa, larva kumbang akan muncul di permukaan material, tetapi setelah
menjadi imago akan kembali masuk ke dalam material. Seklus hidup dari kumbang ± 35-42 hari
(Wagianto, 2008).

2.5.2 Sistematika

Klasifikasi Kumbang Tepung (Tribolium sp) yaitu Kingdom Animalia, Filum Arthropoda, Kelas Insecta,
Ordo Coleoptera, Famili Tenebrionidae, Genus Tribolium, Spesies (Tribolium  sp.)  (Rioardi, 2009).

2.5.3 Gejala serangan

Hama ini juga disebut hama bubuk beras, bubuk Tribolium bukan hama yang khusus menyerang
beras atau tepungnya. Pada kenyataannya, dimana pada komoditas beras ditemukan hama
(Sitophilus oryzae), pasti akan ditemukan juga hama bubuk ini. Hama (Tribolium) hanya memakan
sisa komoditas yang telah terserang hama (Sitophilus oryzae) sebelumnya yang berbentuk
tepung (hama sekunder). Hama ini tidak hanya ditemukan dalam komoditas beras, tetapi juga
terdapat pada gaplek, dedak, beaktul yang ada di toko maupun di rumah (Anonim, 2008).

2.5.4 Pengendalian

Pengendalian yang dapat dilakukan untuk mencegah kerusakan oleh hama ini dapat dilakukan
dengan melakukan penjemuran terhadap komoditas simpanan pada waktu tertentu dengan
pengeringan yang sempurna. Selain itu juga dapat dilakukan fumigasi terhadap produk pasca penen
dengan menggunakan fumigan yang tidak berbahaya bagi kesehatan manusia ( Wagianto, 2008).

III. METODE PRAKTEK

3.1 Tempat dan Waktu


Praktikum Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman Modul III tentang Pengenalan Hama Gudang
dilaksanakan di Laboratorium Hama Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Universitas Tadulako,
Palu dan dilaksanakan pada hari Rabu, tanggal 28 Oktober 2009 pukul 14.00 WITA sampai selesai.

3.2 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam Praktikum Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman Modul III tentang
Pengenalan Hama Gudang yaitu stoples yang dicet hitam, kain kasa hitam, karet gelang, cawan petri,
lup, pinset dan alat tulis menulis serta buku gambar.

Bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah 10 ekor Kumbang Beras (Sitophilus
oryzae), 10 ekor Kumbang Tepung (Tribolium sp.), 10 ekor Kumbang Jagung (Sitophilus zeamays), 10
ekor Kumbang Kacang Hijau (Callosobruchus chinensis L.), 10 ekor Kumbang Kopra (Necrobia
rufipes), 100gr beras (Oryza sativa), 100gr jagung (Zea mays), 100gr tepung, 100gr kopra, 100gr
kacang hijau (Vigna angularis) dan alkohol 70%.

3.3 Cara Kerja

Tiga hari sebelum melakukan pengamatan, pertama yang dilakukan adalah menimbang bahan-bahan
yang dibawah, setiap bahan ditimbang seberat 100gr . Setelah melakukan penimbangan kemudian
masukan bahan dan 10 ekor serangga hama gudang ke dalam stoples yang sudah dicat
hitam. Setelah itu ditutup dengan kain kasa berwarnah hitam, agar tidak lepas kainya diikat dengan
karet gelang. Tiga hari kemudian semua bahan yang dimasukan kedalam toples menimbang kembali
untuk mengetahui penyusutan bahan dan dilakukan penimbangan sebanyak empat kali
pengamatan. Saat praktikum bahan hama gudang yang dibawah keluarkan dari stoples kemudian
mengamati struktur morfologinya serta menggambarnya di buku gambar.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Dalam Praktikum Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman Modul III tentang Pengenalan Hama Gudang
didapatkan hasil sebagai berikut :

4.1.1 Tabel Hasil Pengamatan Kehilangan Berat Bahan Simpanan


Tabel 1. Hasil Pengamatan Kehilangan Berat pada Kacang Hijau (Vigna angularis)

No Hari/Tanggal Berat Awal Berat Akhir Susut

1. Senin, 19 Oktober 2009 100gr 100gr 0%

2. Kamis, 22 Oktober 2009 100gr 100gr 0%

3. Senin, 26 Oktober 2009 100gr 100gr 0%

4. Rabu, 28 Oktober 2009 100gr 100gr 0%

Grafik 1. Kehilangan Berat Bahan Simpanan pada Kacang Hijau (Vigna angularis).

Table 2. Hasil Pengamatan Kehilangan Berat pada Kopra (Cocos nucifera)

Grafik 2. Kehilangan Berat Bahan Simpanan pada pada Kopra (Cocos nucifera)

Tabel 3. Hasil Pengamatan Kehilangan Berat pada Beras (Oryza sativa)

Grafik 3. Kehilangan Berat Bahan Simpanan pada pada Beras (Oryza sativa).

Tabel 4. Hasil Pengamatan Kehilangan Berat pada Jagung (Zea mays)

Tabel 5. Hasil Pengamatan Kehilangan Berat pada Tepung

No Hari/Tanggal Berat Awal Berat Akhir Susut

1. Senin, 19 Oktober 2009 100gr 100gr 0%

2. Kamis, 22 Oktober 2009 100gr 100gr 0%

3. Senin, 26 Oktober 2009 100gr 100gr 0%

4. Rabu, 28 Oktober 2009 100gr 100gr 0%

Grafik 5. Kehilangan Berat Bahan Simpanan pada Tepung.

4.1.2 Morfologi Hama Gudang

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan, maka dapat diketahui morfologi sebagai berikut :
Keterangan :

1. Caput

2. Antena

3. Alat Mulut

4. Mata Majemuk

5. Toraks

6. Tungkai Depan

7. Tungkai Tengah

8. Tungkai Belakang

9. Abdomen

10. Sayap

Gambar 35. Morfologi Kumbang Kacang Hijau (Callocobruchus chinensis).

Keterangan :

Lubang Pada Kacang Hijau

(Vigna angularis)

Gambar 36. Gejala Serangan Kumbang Kacang Hijau (Callocobruchus chinensis).

Keterangan :

1. Caput

2. Antena

3. Alat Mulut

4. Mata Majemuk

5. Toraks

6. Tungkai Depan
7. Tungkai Tengah

8. Tungkai Belakang

9. Abdomen

10. Sayap

Gambar 37. Morfologi Kumbang Kopra (Necrobia rufipes).

Keterangan :

Lubang Pada Kopra

(Cocos nucifera) akibat serangan


Kumbang Kopra

(Necrobia rufipes)

Gambar 38. Gejala Serangan Kumbang Kopra (Necrobia rufipes).

Keterangan :

1. Caput

2. Antena

3. Alat Mulut

4. Mata Majemuk

5. Toraks

6. Tungkai Depan

7. Tungkai Tengah

8. Tungkai Belakang

9. Abdomen

10. Sayap

Gambar 39. Morfologi Kumbang Beras (Sitophilus oryzae).


Keterangan :

Lubang Pada beras akibat serangan


Kumbang Beras (Sitophilus oryzae)

Gambar 40. Gejala Serangan Kumbang Beras (Sitophilus oryzae).

Keterangan :

1. Caput

2. Antena

3. Alat Mulut

4. Mata Majemuk

5. Toraks

6. Tungkai Depan

7. Tungkai Tengah

8. Tungkai Belakang

9. Abdomen

10. Sayap

Gambar 41. Morfologi Kumbang Jagung (Sitophilus zeamays).

Keterangan :

Lubang Pada butir jagung (Zea mays)

Gambar 42. Gejala Serangan Kumbang Jagung (Sitophilus zeamays).


Keterangan :

1. Caput

2. Antena

3. Alat Mulut

4. Mata Majemuk

5. Toraks

6. Tungkai Depan

7. Tungkai Tengah

8. Tungkai Belakang

9. Abdomen

10. Sayap

Gambar 43. Morfologi Kumbang Tepung (Tribolium sp.).

4.2 Pembahasan

Pengamatan pertama yaitu pengukuran kehilangan berat bahan simpanan pada biji kacang hijau
(Vigna angularis), tiga hari sebelum pengamatan kehilangan berat bahan simpanan pada biji kacang
hijau (Vigna angularis), dilakukan penimbangan awal pada bahan simpanan biji kacang hijau (Vigna
angularis), yang mana berat awal semua bahan simpanan adalah sebanyak 100gr. Pada
penimbangan pertama yang dilakukan pada hari Senin, 19 Oktober 2009, berat pada biji kacang
hijau (Vigna angularis) yaitu seberat 100gr. Belum menunjukan adanya penurunan berat yang
berarti persentase penyusutan bahan adalah 0%. Pada penimbangan berat bahan simpanan yang
kedua yang dilakukan pada hari Kamis, 22 Oktober 2009, diperoleh hasil bahwa tidak terjadi
penyusutan berat bahan yaitu berat bahan masih sama dengan berat bahan awal.Pada pengamatan
ketiga yang dilakukan empat hari setelah pengamatan kedua yaitu pada hari Senin, 26 Oktober 2009,
dari hasil penimbangan tidak terjadi penyusutun berat bahan simpanan pada biji kacang hijau  (Vigna
angularis) yaitu beratnya masih sama dengan berat awal seberat 100gr. Pada penimbangan terakhir
yang dilakukan sebelum praktikum berikutnya yaitu pada hari Rabu, 28 Oktober 2009 juga diperoleh
hasil yang sama yaitu berat bahan simpanan pada biji kacang hijau (Vigna angularis) yaitu seberat
100gr dan persentase penyusutannya adalah 0%.
Hama Kumbang Kacang Hijau (Callosobruchus chinensis) akan merusak biji yang telah disimpan di
dalam gudang penyimpanan. Intensitas serangan akibat hama dalam produk simpanan termasuk
dalam kategori sedang, walaupun beberapa hama dapat menyebabkan kerugian yang nyata secara
ekonomis (Wordpress, 2008).

Pengamatan kehilangan berat bahan simpanan pada Kopra, dimana pada pengamatan pertama yang
dilakukan pada hari Senin, 19 Oktober 2009 tidak mengalami penyusutan, berat bahan simpanan
masih sama dengan berat awal yaitu seberat 100gr. Berat bahan simpanan Kopra pada pengamatan
kedua tidak mengalami perubahan. Pengamatan tiga dan empat juga tidak mengalami penyusutan
berat yaitu persentase penyusutanya 0 %.

Hasil pengamatan kehilangan berat bahan simpanan pada beras (Oriza sativa), pada penimbangan
pertama pada hari Senin, 19 Oktober 2009 tidak mengalami penyusutan dan penurunan
berat. Panimbangan kedua dilakukan dan di peroleh hasil bahwa berat bahan simpanan dan
persentase penyusutan tidak mengalami perubahan, juga pada pengamatan ketiga dan keempat.

Hasil pengamatan kehilangan berat bahan simpanan pada jagung (Zea mays) tidak mengalami
penurunan berat pada pengamatan pertama. Pada penimbangan kedua berat bahan simpanan pada
jagung (Zea mays) belum juga mengalami penyusutan, begitupun pada penimbangan ketiga dan
keempat.

Senin, 19 Oktober 2009 dilakukan penimbangan berat bahan simpanan pada tepung dan diperoleh
hasil yang sama dengan berat bahan simpanan yang terjadi pada bahan simpanan lainnya. Pada
tanggal 22 Oktober dilakukan lagi penimbangan dan hasilnya pun tidak mengalami penyusutan,
begitupun pada penimbangan ketiga dan keempat.

Pengamatan kehilangan berat bahan simpanan dari awal pengamatan sampai akhir pengamatan
tidak mengalami penyusutan, hal ini diakibatkan beberapa hal antara lain hama gudang yang di
simpan dalam stoples kemungkinan seluruhnya hama betina atau sebaliknya. Dapat juga terjadi
diakibatkan saat penimbangan semua hama gudang yang berada dalam stoples terbang dan tidak
ada yang tersisa. Dan tempat penyimpanan hama gudang ruangannya steril sehingga menekan
perkembang biakan hama gudang yang mengakibatkan hama gudang tersebut mati.

Pengamatan morfologi kumbang kacang hijau (Callosobruchus chinensis), tampak terlihat caput,
antenna, toraks, tungkai depan, tungkai tengah dantungkai tungkai belakang. Caput kumbang
kacang hijau (Callosobruchus chinensis) tampak bulat seperti caput semut hitam. Ukuran tubuh
kumbang kacang hijau sangat kecil, berbeda dengan ukuran tubuh hama gudang lainnya.

Ukuran tubuh Kumbang Kacang Hijau (Callosobruchus chinensis) memiliki ukuran tubuh yang relative
kecil dibandingkan dengan hama gudang lainnya. Warna tubuh Kumbang Kacang Hijau
(Callosobruchus chinensis) berwarna coklat kehitam-hitaman, sayapnya berwarna kekuning-
kuningan. Imago dari hama ini berbentuk bulat telur. Bagian kepala agak meruncing, pada elytra
terdapat gambaran agak gelap. Pronotum halus, elytra berwarna cokelat agak kekuningan. Ukuran
tubuh sekitar 5-6 mm. Imago betina dapat bertelur hingga 150 butir, telur diletakkan pada
permukaan produk kekacangan dalam simpanan dan akan menetas setelah 3-5 hari (Hartati, 2009).
Kumbang Kacang hijau (Callosobruchus chinensis) menyerang pada butir-butir kacang hijau yang
gejala serangannya tampak terlihat bekas-bekas lubang. Lubang uang ditimbulkan dalam satu butir
biasanya lebih dari satu lubang. Buti-butir yang terserang biasanya jika tersimpan lama maka akan
retak.
Gejala serangan Kumbang kacang hijau (Callosobruchus chinensis) tampak lubang pada biji-biji
kacang hijau yang mengakibatkan lama-kelaman biji tersebut menjadi retak. Intensitas serangan
akibat hama dalam produk simpanan termasuk dalam kategori sedang, walaupun beberapa hama
dapat menyebabkan kerugian yang nyata secara ekonomi. Intensitas serangan pada komoditas kopi,
kacang hijau, kacang tanah, kacang tolo, dan beras adalah 0,3 %, 0,13 %, 0,19 %, 0,29 %,dan 0,34
%. Intensitas serangan paling kecil terdapat pada komoditas kacang hijau dan intensitas tertinggi ada
pada komoditas beras ( Wagianto, 2008).

Pengamatan morfologi kumbang kopra (Necrobia rufipes) terlihat bahwa kumbang kopra (Necrobia
rufipes) terdiri atas caput, antena, alat mulut, toraks dan abdomen. Pada torak terdapat tiga pasang
tungkai, yaitu tungkai depan, tungkai tengah dan tungkai belakang. Ukuran tubuh kumbang kopra
(Necrobia rufipes) lebih besar dari ukuran tubuh hama gudang lainnya.

Kumbang kopra (Necrobia rufipes) memilki cirri morfologi terdiri dari antena, caput, mata majemuk,
abdomen, thoraks, tungkai depan, tungkai belakang dan sepasang sayap. Ukuran tubuh dewasa
yaitu sekitar 4-5 mm. Permukaan atas tubuh berwarna hijau kebiru-biruan metalik dan
mengkilap. Bagian permukaan bawah perut berwarna biru gelap. Kaki mereka coklat kemerah-
merahan terang atau oranye. Antena berwarna coklat kemerah-merahan dengan ujung berwarna
coklat tua atau hitam ( Wagianto, 2008).
Gejala serangan kumbang kopra (Necrobia rufipes) tampak terlihat lubang-lubang pada
kopra. Lubang yang ditimbulkan biasanya lebih dari satu dan kopra yang diserang baunya jadi busuk.

Gejala serangan Kumbang Kopra (Necrobia rufipes) yaitu melubangi biji-biji kopra dan membuat
kopra menjadi busuk dan mengeluarkan bau yang tidak sedap (Hama sains, 2008).

Pengamatan morfologi Kumbang Beras (Sitophilus oryzae), struktur morfologinya terdiri atas caput,
toraks, dan abdomen.Pada caput terdapat sepasang antena, alat mulut dan juga terdapat mata
mejemuk. Bagian toraks terlihat tiga pasang tungkai yaitu tungkai belakang, tangah dan tungkai
depan. Warna tubuh Kumbang Beras  (Sitophilus oryzae) berwarnah merah agak kecoklatan. Pada
bagian sayap terdapat empat bercak-bercak berwarna kuning agak kemerahan yang mana dua
bercak pada sayap kiri dan dua bercak pada sayap kanan.

Kumbang muda dan dewasa berwarna cokelat agak kemerahan, setelah tua warnanya berubah
menjadi hitam. Terdapat 4 bercak berwarna kuningagak kemerahan pada sayap bagian depan, 2
bercak pada sayap sebelah kiri, dan 2 bercak pada sayap sebelah kanan. Panjang tubuh kumbang
dewasa ± 3,5-5 mm, tergantung dari tempat hidup larvanya. Apabila kumbang hidup pada jagung,
ukuran rata-rata ± 4,5 mm, sedang pada beras hanya ± 3,5 mm. Larva kumbang tidak berkaki,
berwarna putih atau jernih dan ketika bergerak akan membentuk dirinya dalam keadaan agak
membulat. Pupa kumbang ini tampak seperti kumbang dewasa (Naynienay, 2008).

Kumbang betina dapat mencapai umur 3-5 bulan dan dapat menghasilkan telur sampai 300-400
butir. Telur diletakkan pada tiap butir beras yang telah dilubangi terlebih dahulu. Lubang gerekan
biasanya dibut sedalam 1 mm dan telur yang dimasukkan ke dalam lubang tersebut dengan bantuan
moncongnya adalah telur yang berbentuk lonjong. Stadia telur berlangsung selama ± 7 hari.  Larva
yng telah menetas akan langsung menggerek butiran beras yang menjadi tempat hidupnya.Selama
beberap waktu, larva akan tetap berada di lubang gerekan, demikian pula imagonya juga akan
berada di dalam lubang selama ± 5 hari. Siklus hidup hama ini sekitar 28-90 hari, tetapi umumnya
selama ± 31 hari. Panjang pendeknya siklus hidup hama ini tergantung pada temperatur ruang
simpan, kelembapan di ruang simpan, dan jenis produk yang diserang (Naynienay, 2008).

Gejala serangan Kumbang Beras  (Sitophilus oryzae) terlihat bahwa butir-butir beras yang diserang
terdapat lubang lubang-lubang kecil. Beras yang terserang mudah hancur, yang mengakibatkan
kualitas beras menjadi buruk.
(Sitophilus oryzae) dikenal sebagai bubuk beras (rice weevil). Hama ini bersifat kosmopolit atau
tersebar luas di berbagai tempat di dunia. Kerusakan yang ditimbulkan oleh hama ini termasuk
berat, bahkan sering dianggap sebagai hama paling merugikan produk pepadian. Hama (Sitophilus
oryzae) bersifat polifag, selain merusak butiranberas, juga merusak simpanan jagung, padi, kacang
tanah, gaplek, kopra, dan butiran lainnya. Akibat dari serangan hama ini, butir beras menjadi
berlubang kecil-kecil, tetapi karena ada beberapa lubang pada satu butir, akan menjadikan butiran
beras yang terserang menjadi mudah pecah dan remuk seperti tepung. Kualitas beras akan rusak
sama sekali akibat serangan hama ini yang bercampur dengan air liur hama (Anonim, 2009).

Morfologi Kumbang Jagung (Sitophilus zeamayz) hampir sama dengan morfologi hama gudang
lainnya. Alat mulut Kumbang Jagung (Sitophilus zeamayz) lebih panjang dari alat mulut hama gudang
lainnya. Bagian morfologi yang tampak secara umum adalah caput, toraks, dan abdomen. Kumbang
Jagung (Sitophilus zeamayz) berwarna coklat kehitam-hitaman.

Morfologi Kumbang Jagung (Sitophilus zeamays) memiliki panjang 2,5-4,5 mm, berwarna coklat,
moncong sempit dan panjang, mempunyai antena, larvanya putih dan gemuk dan tidak
berkaki. Kadang larvanya berkembang dalam satu butir jagung. Kumbang muda berwarna coklat
agak kemerahan, yang tua berwarna hitam. Terdapat bercak kuning agak kemerah-merahan pada
sayap bagian depan. Pada sayap kiri dan kanan terdapat dua bercak. Panjang tubuh kumbang
dewasa sekitar 3,5-5 mm, tergantung dari tempat hidup larvanya (Naynienay, 2008).

Gejala serangan yang timbulkan yaitu butir-butir jagung terdapat lubang, sama gejala serangan hama
gudang lainnya, lubang yang ditimbulkan akibat gejala serangan lebih dari satu lubang dan ukuran
lubangnya lebih besar.

Kumbang Jagung (Sitophilus zeamays) menyerang pada tanaman jagung yang mengakibatkan butir-
butir jagung menjadi lubang. Ukuran lubang yang diakibatkan lebih besar dari pada gejala serangan
pada beras, jagung yang terserang menjadi mudah pecah dan remuk, sehingga kualitas jagung
menurun karena bercampur dengan air liur hama (Yudhi, 2008).

Pengamatan morfologi Kumbang Tepung (Tribolium  sp) terlihat bahwa Kumbang Tepung
(Tribolium  sp) mempunyai caput, toraks, dan juga abdomen. Pada caput terdapat sepasang antena,
mata majemuk dan juga alat mulut. Pada bagian toraks terdapat tiga pasang tungkai, dan pada
bagian abdomen terdapat sepasang sayap. Warna tubuh Kumbang Tepung (Tribolium  sp) berwarna
coklat kemerahan.

Kumbang dewasa berbentuk pipih, berwarna cokelat kemerahan, panjang tubuhnya ± 4 mm. Telur
berwarna putih agak merah dengan panjang ± 1,5 mm. larva berwarna cokelat muda dengan
panjang ± 5-6 mm. Pupa berwarna putih kekuningan dengan panjang ± 3,5 mm. Kumbang betina
mampu bertelur hingga 450 butir sepanjang siklus hidupnya. Telur diletakkan dalam tepung atau
pada bahan lain yang sejenis yang merupakan pecahan kecil (remah). Larva bergerak aktif karena
memiliki 3 pasang kaki thorakal. Larva akan mengalami pergantian kulit sebanyak 6-11 kali, tidak
jarang pula pergantian kulit ini hanya terjadi sebanyak 6-7 kali, ukuran larva dewasa dapat mencapai
8-11 mm. Menjelang terbentuknya pupa, larva kumbang akan muncul di permukaan material, tetapi
setelah menjadi imago akan kembali masuk ke dalam material. Seklus hidup dari kumbang ± 35-42
hari ( Wagianto, 2008).

Gejala serangan Kumbang Tepung (Tribolium  sp) mengakibatkan bahan penyimpanan tepung
menjadi kotor.

Gejala serangan yang ditimbulkan oleh kumbang ini yaitu bahan yang telah diserang warnanya
menjadi kotor, banyak kumbang yang merayap dipermukaan tempat penyimpanan, dan terdapat
kotoran serangga (Anonim, 2008).

Pengendalian hama ini dapat dilakukan dengan cara melakukan penjemuran produk simpanan
pada terik matahari, diharapkan dengan adanya penjemuran ini hama Sitophilus oryzae dapat
terbunuh, dengan pengaturan tempat penyimpanan, dan dengan melakukan fumigasi terhadap
produk yang disimpan (Naynienay, 2008).

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
1. Hama gudang adalah organisme yang mengganggu atau merusak bahan simpanan pertanian
pasca panen.
2. Morfologi hama gudang terdiri dari Caput, Antena, Alat Mulut, Mata Majemuk, Toraks, Tungkai
Depan, Tungkai Tengah, Tungkai Belakang, Abdomen dan Sayap.
3. Pengendalian hama gudang untuk penyimpanan dapat dilakukan dengan pengasapan (fumigasi),
atau dengan membersihkan (sanitasi) pada gudang tempat penyimpanan.

5.2 Saran

Saran saya sebagai praktikan agar praktikum berikutnya praktikan bisa lebih tenang dalam mengikuti
praktikum.

DAFTAR PUSTAKA
Agriculture, 2005. Biologi Insecta (http :  www.wikipedia. co. id/). Diakses pada tanggal 30 Oktober
2009.

Anonim, 2007. Hama Pada Tanaman Pangan.  http://www.Edukasi.net/mol/mo_full.php?


Moid=78&Fname=Bio111_19.Htm. Diakses pada tanggal 30 oktober 2009.

Borror, D.J., C.A, 2009. http://fp.uns.ac.id?~hamasains/dasarperlintan-2.htm0.Diakses


pada tanggal 20 Oktober 2009.

Didi Darmadi, 2008. fp.uns.ac.id/~hamasains/dasarperlintan-2.htm. diakses pada


tanggal16 oktober 2009
Dikmenum, 2008. INVERTEBRATA http:// www. Dikmenum. Go.id /images. diakses pada tanggal 16
Oktober 2009.

Deptan, 2008. http://ntb.litbang.deptan.go.id/liptan/hc.pdf. Diakses pada tanggal 30, Oktober 2009.

Hama sains, 2008. http://fp.uns.ac.id?~hamasains/dasarperlintan-2.htm0.Diakses pada tanggal 20


Oktober 2009.

Hartati, 2009. Laporan Praktikum Zoologi Arachnida dan Myriapoda.  http:// biologi-


staincrb.web.id. Di akses pada tanggal 16 Oktober 2009.
Indonesia, 2001. info@gizi.net. Serangga Hama Gudang. Diakses pada tanggal 30, Oktober 2009.

Naynienay, 2008. http://naynienay.wordpress.com/2008/01/28/tentang-hama- tumbuhan/. Di akses


pada tanggal 30 Oktober 2009.

Pustekom, 2005. http:// 209.85.175.104/ search?q cache : INeAFuGoOvsJ :fp.uns.ac.


id/-hamasains/id/ hamasains/dasar perlintan diakses pada 16 okt 2009.
Rentikol, 2007. Hama Gudang. Rentikol Initial. Diakses pada tanggal 30 Oktober 2009.

Rioardi, 2009. Ordo-Ordo Serangga.  http://rioardi.wordpress.com. Di akses pada tanggal 16 Oktober


2009.
Udha, 2008. Hama Pasca
Panen http://abank- udha123.tripod.com/ekologi_hama_pascapanen.htm. Diakses pada
tanggal 30 Oktober 2009.
Wagianto, 2008. http://www.fkm.undip.ac.id/data/index.php?action=4&idx=508. Diakses pada
tanggal 30 Oktober 2009.

Yudhi, 2008. Hama Pasca Panen http : wordpress.com.  Diakses pada tanggal 30 November 2009.

LAMPIRAN

1. Hasil Pengamatan Kehilangan Berat Simpanan Bahan Kacang Hijau (Vigna angularis).

a. Penyusutan

Susut = Berat Awal - Berat Akhir x 100 %

Berat Awal

= 100gr – 100gr x 100%

100gr

= 0 %

b. Tabel Hasil Pengamatan Kehilangan Berat pada Kacang Hijau (Vigna angularis)

No Hari/Tanggal Berat Awal Berat Akhir Susut

1. Senin, 19 Oktober 2009 100gr 100gr 0%

2. Kamis, 22 Oktober 2009 100gr 100gr 0%

3. Senin, 26 Oktober 2009 100gr 100gr 0%

4. Rabu, 28 Oktober 2009 100gr 100gr 0%

2. Hasil Pengamatan Kehilangan Berat Bahan Simpanan pada Kopra (Cocos nucifera)

a. Penyusutan

Susut = Berat Awal - Berat Akhir x 100 %

Berat Awal

= 100gr – 100gr x 100%

100gr

= 0 %
b. Table. Hasil Pengamatan Kehilangan Berat pada Kopra (Cocos nucifera)

No Hari/Tanggal Berat Awal Berat Akhir Susut

1 Senin, 19 Oktober 2009 100gr 100gr 0%

2. Kamis, 22 Oktober 2009 100gr 100gr 0%

3 Senin, 26 Oktober 2009 100gr 100gr 0%

4 Rabu, 28 Oktober 2009 100gr 100gr 0%

3. Hasil Pengamatan Kehilangan Berat Bahan Simpanan pada Beras (Oryza sativa)

a. Penyusutan

Susut = Berat Awal - Berat Akhir x 100 %

Berat Awal

= 100gr – 100gr x 100%

100gr

= 0 %

b. Table. Hasil Pengamatan Kehilangan Berat pada Beras (Oryza sativa)

No Hari/Tanggal Berat Awal Berat Akhir Susut

1 Senin, 19 Oktober 2009 100gr 100gr 0%

2. Kamis, 22 Oktober 2009 100gr 100gr 0%

3 Senin, 26 Oktober 2009 100gr 100gr 0%

4 Rabu, 28 Oktober 2009 100gr 100gr 0%

4. Hasil Pengamatan Kehilangan Berat Bahan Simpanan pada Jagung (Zea mays)

a. Penyusutan

Susut = Berat Awal - Berat Akhir x 100 %

Berat Awal
= 100gr – 100gr x 100%

100gr

= 0 %

b. Tabel Hasil Pengamatan Kehilangan Berat pada Jagung (Zea mays)

No Hari/Tanggal Berat Awal Berat Akhir Susut

1. Senin, 19 Oktober 2009 100gr 100gr 0%

2. Kamis, 22 Oktober 2009 100gr 100gr 0%

3. Senin, 26 Oktober 2009 100gr 100gr 0%

4. Rabu, 28 Oktober 2009 100gr 100gr 0%

5. Hasil Pengamatan Kehilangan Berat Bahan Simpanan pada Tepung

a. Penyusutan

Susut = Berat Awal - Berat Akhir x 100 %

Berat Awal

= 100gr – 100gr x 100%

100gr

= 0 %

b. Tabel Hasil Pengamatan Kehilangan Berat pada Tepung

No Hari/Tanggal Berat Awal Berat Akhir Susut

1. Senin, 19 Oktober 2009 100gr 100gr 0%

2. Kamis, 22 Oktober 2009 100gr 100gr 0%

3. Senin, 26 Oktober 2009 100gr 100gr 0%

4. Rabu, 28 Oktober 2009 100gr 100gr 0%

Diposkan oleh Ridwan Mancuru di 20:02   


Dp : http://ridwanmancuru.blogspot.com/2010/02/laporan-dasar-dasar-perlindungan.html?
zx=305d55d8c22ee2ca 

PENGENDALIAN HAMA PASCA PANEN


HAMA GUDANG TANAMAN KACANG HIJAU
 

Oleh :

Abdul Khalim              

2008 0122 022

INSTITUT PERTANIAN YOGYAKARTA


YAYASAN PENDIDIKAN WIDYATANI
Jln. Magelang KM 5,6 P.O Box. 1050 Telp.(0274) 589520
 

A. LATAR BELAKANG

Selama  dalam  masa  penyimpanan  komoditi  pangan
dapat mengalami  kerusakan  yang  disebabkan  oleh
serangan  hama  serangga, tungau,  cendawan,  burung
dan  tikus.  Di  antara  hama-hama  gudang tersebut,  serangga hama
merupakan  penyebab  kerusakan  terbesar. Serangga hama  pada
gudang  mempunyai  kemampuan  cepat berkembang biak  sehingga
dalam  setahun  dapat  menghasilkan  beberapa  generasi, dan  dapat
berpindah  bersama-sama  dengan  komoditi.  Selain itu  serangga hama
pada  gudang  memPunyai  kemampuan  adaptasi  yang  besar terhadap
keadaan  kering  sehingga  dapat  berkembang  dengan  baik  pada
kondisi  komoditi  yang  disimpan  dengan  kadar  air relatif  rendah.

Pengenalan  akan  jenis-jenis  serangga  hama  gudang  adalah
sangat  penting  untuk  menentukan  prioritas  dan  cara
pengendaliannya. Pada  umumnya  serangga  hama  gudang  dapat
dibagi  menjadi  hama primer  dan  hama  sekunder.  Hama  primer
yaitu  serangga  hama  gudang yang  mampu  menyerang  biji-bijian yang masih
utuh,  seperti Sitophilus  spp. (weeoil), Rhyzophertq  dominica (Iesier grain borer)
dan Sitotroga  cerealella. (Angoumois  grain moth).
Sedangkan  hama  sekunder  adalah  serangga hama  yang  hanya
mampu  menyerang  biji-bijian  yang  sudah  rusak, seperti  Tribolium spp  . (flour
beetle) dan Plodiq  interpunctella (Indian meal moth) 

Pembagian serangga hama gudang menjadi hama primer  dan


sekunder  tidak  mengacu  kepada  arti pentingnya  ditinjau  dari  segi
ekonomi,  melainkan  hanya kepada urut  -urutannya. Serangga hama gudang yang
menyerang komoditi  yang'mahal  dan  banyak menimbulkan  kerugian disebut hama
ekonomi,  sedangkan hama yang  tidak  banyak
menimbulkan kerugian  disebut  hama non ekonomis.

Pembagian serangga hama gudang/pantri  berdasarkan perilaku  cara


makan  adalah  internal  feeder, external  feeder, scavenger  dan hama sekunder.

Internal Feeder.  Larva  dari  serangga  kelompok  ini  ada di dalam


biji (kernel) komoditi  yang diserang.  Biasanya  serangga- serangga ini
menyerang  biji komoditi  yang masih utuh atau belum diproses. Contohnya adalah
Sitophilus  spp. (weeail),  Rhyzopertha
dominica  (Iesser  grainborer), sitotroga  cerealella  (angumois  grain  moth).

External  Feeder. Serangga  hama ini menyerang biji komoditi dari  luar


biji  baik yang masih utuh maupun  yang  telah diproses. Contohnya adalah
Tribolium  spp,  Lasioderma  serricorne  (tobacco  beetle), Stegobium p
aniceum  (drugstore  beetle),  Trogoderma  granarium  (khapra beetle),
Tenebroides  mauritanicus (cadelle  beetle),  dan Plodia interpunctella (indian
meal  mo th).
Scaaenger.  Serangga  hama ini hanya dapat menyerang bjian komoditi yang
telah diproses  atau  rusak secara  fisik maupun akibat serangan dari  serangga
hama yang  lain.  Contohnya  adalah Oryzaephilus
surinamensis  (sawtootthed  grain beetle)  dan Anagasta kuehniella  (mediterr
anean  flour  moth).

Hama sekunder.  Serangga hama  ini  hanya  menyerang komoditas yang


telah rusak,  lembab/busuk atau  telah ditumbuhi
jamur/kapang. Contohnya  adalah  Tenebrio  molitor  (yellow  mealworm)
dan  Alphitobius spp (lesser mealToorm  beetle).

Dengan semakin berkembangnya  industri  pengendalian hama


permukiman,  sekarang telah dijumpai  pembagian hama gudang dan pantri yang
menyerang produk  simpanan yang telah dikemas atau dalam kemasan.
Berdasarkan cara menyerang komoditi  simpanan yang  telah dikemas  atau
produk  dalam kemasan hama gudang dapat dibagi  dalam  dua kelompok, yaitu
penetrator dan invader.

Penetrator. Serangga  hama mampu  menyerang produk makanan dengan


cara merusak  kemasan.  Ciri  utama  dari kelompok  ini  adalah alat
mulut  (mandible)  yang  kuat  untuk merobek/merusak kemasan.
Contohnya adalah  Lasioderma.

B. MORFOLOGI SERANGGA HAMA GUDANG

Serangga hama gudang mempunyai  ciri-ciri umum  (a)


Tuluhnya terbagi  atas 3 bagian  kepala, dada  (toraks) dan perut (abdomen),  (b)
Bagian luar  tubuh  tertutup  oleh kulit  luar (eksoskeleton),  (c) Selama hidupnya
mengalami perubahan bentuk (metamorfosa) yang sempurna dan tidak  sempurna/
dan (d) Serangga  dewasa mempunyai  tiga pasang kaki.

Serangga  hama gudang baik yang berasal dari kelompok kumbang


maupun  ngengat mengalami metamorfosis sempurna yaitu dari telur , larva , pupa,
dan dewasa (imago).

1. Telur.

Umumnya  telur  diletakkan di  dalam atau di  atas permukaan biji-bijian, pada


debu-debu di atas lantai, pada celah dan retakkan gudang penyimpanan.  Stadia
telur berbeda-beda antara  satu spesies yang satu dengan spesies  lainnya.

2. Larva. 

Setelah beberapa lama telur menetas menjadi larva (berbentuk seperti  ulat).


Stadia larva  adalah stadia paling merugikan,  karena  larva serangga hama
menyerang komoditi dengan sangat rakus dan merusak. Meskipun  demikian,  latva
merupakan stadia  yang paling rentan  untuk dikendalikan dengan insektisida.

3. Pupa.

Pupa adalah periode istirahat dalam perkembangan perubahan  larva


menjadi  dewasa. Selama periode  ini  pupa serangga hama tidak makan dan tidak
bergerak. Seperti halnya stadia  telur, stadia pupa merupakan stadia yang paling
sulit untuk dibunuh oleh insektisida.

4. Dewasa.

Fungsi utama dari serangga dewasa  adalah untuk tugas  reproduksi


dari  jenisnya.  Ukuran tubuh serangga  hama dari ordo Coleoptera
umumnya berukuran kecil, tetapi ukuran  tubuh serangga tersebut tergantung pula
pada jenis makanan dimana ia hidup. Ukuran  kecil sangat memudahkan serangga
hama tersebut untuk menyusup pada celah yang kecil sekalipun. Ngengat sangat
rapuh dan tidak dapat masuk  ke dalam timbunan komoditi.

C. HAMA GUDANG KACANG HIJAU

1.    Callocobruchus spp.

Imago dari hama ini berbentuk bulat telur. Bagian kepala agak meruncing,
pada elytra terdapat gambaran agak gelap. Pronotum halus, elytra berwarna cokelat
agak kekuningan. Ukuran tubuh sekitar 5-6 mm. Imago berwarna coklat kemerahan
dengan elitra coklat terang bercak gelap. imago betina dapat bertelur hingga 150
butir. Elitra serangga lebih pendek dari panjang abdomen sehingga ujung abdomen
kelihatan dari arah dorsal. Ciri lain adalah femur tungkai belakang membesar dan
dan pada ujung nampak dua duri. Imago jantan dapat dibedakan dengan yang
betina berdasarkan tipe sungut. Pada jantan sungut pektinat, sedangkan yang betina
tipe sungutnya serrata. Telurnya berbentuk oval dan berwarna putih transparan saat
diletakkan dan berubah menjadi putih kekuningan. Larva tidak bertungkai, berwarna
putih dan pada kepala agak kecoklatan. Pupa tipe bebas dan warnanya putih. telur
diletakkan pada permukaan produk kekacangan dalam simpanan dan akan menetas
setelah 3-5 hari. Larva biasanya tidak keluar dari telur, tetapi hanya merobek bagian
kulit telur yang melekat pada material. Larva akan menggerek di sekitar tempat telur
diletakkan. Lama stadia lrva adalah 4-6 hari. Produk yang diserang akan tampak
berlubang.

Pengendalian dapat dilakukan dengan melakukan fumigasi dan


menggunakan musuh alami hama ini (Anisopteromalus calandrae dan semut hitam).
Intensitas serangan akibat hama dalam produk simpanan termasuk dalam
kategori sedang, walaupun beberapa hama dapat menyebabkan kerugian yang
nyata secara ekonomi. Intensitas serangan pada komoditas kopi, kacang hijau,
kacang tanah, kacang tolo, dan beras adalah 0,3 %, 0,13 %, 0,19 %, 0,29 %, dan
0,34 %. Intensitas serangan paling kecil terdapat pada komoditas kacang hijau dan
intensitas tertinggi ada pada komoditas beras.

2.    Sitophilus zeamais

Memiliki rostrum yang sangat karakteristik dan antena yang menyiku. Antena
memiliki delapan ruas dan saat serangga ini berjalan, antenanya menjulur keluar.
Pada elitra, biasanya terdapat empat buah tanda oval berwarna cokelat kemerahan
atau cokelat jingga. Larvanya tidak meiliki kaki (apoda) dan biasanya ditemukan di
dalam lubang gerekan pada biji. Ditemukan di daerah tropis, namun kadang-kadang
juga di daerah beriklim dingin. Dewasanya memiliki periode hidup panjang
(beberapa bulan sampai satu tahun). Serangga betina bertelur sepanjang stadium
dewasa. Setiap betina mampu bertelur lebih dari 150 butir. Telur diletakkan satu per
satu dalam lubang yang dibuat oleh serangga betina pada biji yang diserangnya.
Telur dilindungi oleh lapisan lilin hasil sekresi serangga betina. Periode telur
berlangsung selama 6 hari pada suhu 25 0C. Setelah menetas, larva segera
memakan bagian biji yang di sekitarnya dan membentuk lubang-lubang gerekan.
Larva terdiri dari empat instar. Periode pupa berlangsung di dalam biji. Serangga
dewasa baru yang muncul segera membuat jalan keluar dengan cara mengunyah
bagian biji tersebut sehingga membentuk lubang besar yang karakteristik. Total
periode perkembangan serangga ini antara 35-110 hari, tergantung jenis dan mutu
biji yang diserangnya. Serangga ini dapat diparasit oleh Pteromalids (kadang-
kadang Hymenoptera lain), yang sangat umum adalah Anisopteromalus
calandrae (Howard), Lariophagus distinguendus(Forster) dan Choetospila
elegans Westwood.

D. PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN

Pada dasarnya tahap pencegahan dan pengendalian dapat dilakukan dengan


dua cara yakni secara alami dan kimiawi. Secara umum pencegahan dan
pengendalian hama gudang antara lain :
1. Menjaga kebersihan gudang

Hama gudang menyukai tempat-tempat yang tersembunyi dan karena ukurannya


yang kecil, secara sekilas sering tidak terlihat. Oleh karena itu pengusaha atau
produsen kacang hijau hendaknya senantiasa menjaga kebersihan gudang mulai
dari sejak di gudang penggilingan hingga gudang penyimpanan. Untuk menjaga
kebersihan gudang dapat dilakukan hal berikut:

-    Memasang lantai keramik

-    Gudang harus selalu dibersihkan tiap hari dengan cara disapu dan dipel

-    Pintu gudang harus selalu tertutup

-    Petugas gudang harus melepas alas kaki saat masuk.

2. Kemasan kedap udara

Semua makhluk hidup termasuk serangga memerlukan udara untuk aktivitas


pernafasan. Oleh karena itu salah satu yang dapat dilakukan adalah dengan
mendesain kemasan kacang hijau yang kedap udara.

3.  Menurunkan tingkat kadar air

Kadar air biji berkorelasi positif dengan ketahanan hidup.  Kadar air meningkat,
kondisi lingkungan makin baik untuk serangga sehingga ketahanan hidupnya pun
meningkat.  Sebaliknya, ketahanan hidup hama pascapanen menurun bila kadar air
biji rendah.  

4. Meningkatkan derajat sosoh

Serangga hama gudang sangat menyukai zat-zat yang terdapat dalam bekatul
atau tepung karena banyak mengandung lemak, protein dan vitamin.

5. Mencegah kutu datang

Pencegahan kutu datang juga dapat dilakukan dengan cara


menggantungkan kantong-kantong berisi cabe merah kering atau daun jeruk purut.

 
E. DAFTAR PUSTAKA

DEPKES. 1-996. Pedoman  penerapan  cara pembuatan  makanan  yang baik.


BPOM.  DepKes  Rl.

Hinton, H.  E.  A A.  S. Corbet.  1972.  Common  insects  pests  of stored


products  (A guide  to  their  ideentification).  Trustees  of fhi  British Museum
(Natural History).  London .  IIK.

Hagstrum, D,W.,  W. F. PauI, €i W. H. Ralph. 1996.  Ecology.  Dalam


Subramanyam,  B. et aI (ed.). Management  of Insects  in Stored  product. New York
-  Basel  -Hongkong.

Kamble  S.T, D.L. Keith €t l.A.  Kalisch.  Insects  pests of stored  food in kitchen  and


p antry.  Httfi ://ianrpubs.unl.  edu./insectsigl  1  j0.him.

MaIIis, A.  1990. Handbook  of  pest  control  Tth Ed.. Cle'eland, Ohio . USA .

Mueller, D. K.  L99s.  stored  product  protection. A  period of transition.


Indianapolis ,  Indiana .  USA .

Munro,  l. W.  1966.  Pests  of stored  products. Hutchinson of London . The


Rentokil  Library.

Pederson,  /. R., R. Higgins,  &  F. R. Henderson.  1996.  Stored  products


pest  control.  Pesticide  Application Training. www. Oznet  lesn edu/
Iibrary/entmlg/516p.

Rees,  D.  P.  1996.  Coleoptera.  Dalam  Subramanyam,  B. et al  (ed.).
Management  of insects  in  stored  product.  New york  -  Basel  - Hongkong.

 
Sedlacek,  l.  D.,  P. A. Weston €t R. J.  Bamey.7996. Lepidoptera  and
Psocoptera.  Dalam  Subramanyam,  B. et al.(ed.).  Management  of insects
in  stored  Product.  New York -  Basel  =Hongkong.

Subramanyam,  B. A W. H.  Daoids.  1gg6. Sampling.  Dalam Subramanyam, B. et


aI  (ed.). Management  of insects  in stored product.  Neut  york  - Basel  -Hongkong.

Talbot,  M.  €j P. Koehler.  Pest  management  strategies  for  storing grains  in F I o


r i  da. H t tp  ://  e di  s.ifa s.ufl.  e du/B  O D  Y  AF,  1  3 8.
Dp : http://institutyogyakarta.multiply.com/journal/item/38

KERUSAKAN PADA PRODUK HORTIKULTURA

I. PENDAHULUAN

Masalah penanganan produk hortikultura setelah dipanen (pasca panen) sampai saat ini
masih mejadi masalah yang perlu mendapat perhatian yang serius baik dikalangan petani,
pedagang, maupun dikalangan konsumen sekalipun. Walau hasil yang diperoleh petani
mencapai hasil yang maksimal tetapi apabila penanganan setelah dipanen tidak mendapat
perhatian maka hasil tersebut segera akan mengalami penurunan mutu atau kualitasnya. Seperti
diketahui bahwa produk hortikultura relatif tidak tahan disimpan lama dibandingkan dengan
produk pertanian yang lain.

Hal tersebutlah yang menjadi perhatian kita semua, bagaimana agar produk hortikultura
yang telah dengan susah payah diupayakan agar hasil yang dapat panen mencapai jumlah yang
setinggi-tingginya dengan kualitas yang sebaik-baiknya dapat dipertahankan kesegarannya atau
kualitasnya selama mungkin. Sehubungan dengan hal tersebut maka sangatlah perlu diketahui
terlebih dahulu tentang macam-macam penyebab kerusakan pada produk hortikultura tersebut,
serta faktor-faktor yang mempengaruhinya terhadap penyebab kerusakannya. Selanjutnya perlu
pula diketahui bagaimana atau upaya-upaya apa saja yang mungkin dapat dilakukan untuk
mengurangi atau meniadakan terjadinya kerusakan tersebut sehingga kalaupun tejadi kerusakan
terjadinya sekecil mungkin.

II. JENIS KERUSAKAN PADA PRODUK HORTIKULTURA

2.1. Kehilangan Berat dan Kualitas


Secara umum produk hortikultura yang telah dipanen sebelum sampai ke konsumen
atau dalam simpanan penyebab kerusakan yang utama adalah terjadinya kehilangan air
dari produk tersebut. Kalau kehilangan air dari dalam produk yang telah dipanen
jumlahnya relatif masih kecil mungkin tidak akan menyebabkan kerugian atau dapat
ditolelir, tetapi apabila kehilangan air tersebut jumlahnya banyak akan menyebabkan hasil
panen yang diperoleh menjadi layu dan bahkan dapat menyebabkan produk hortikultura
menjadi mengkerut.

2.2. Mikroorganisme

Agar produk hortikultura tidak lekas layu maka dalam penyimpanannya diusahakan
kelembaban lingkungan simpannya tinggi, tetapi kondisi kelembaban tinggi
dipenyimpanan sering menyebabkan munculnya jamur pada permukaan produk
hortikultura yang disimpan. Munculnya jamur pada permukaan produk hortikultura yang
disimpan akan menyebabkan kenampakan produknya menjadi kurang menarik atau jelek
sehingga akan menurunkan nilai kualitas dari produk tersebut.

Agar produk hortikultura yang disimpan tidak cepat mengalami proses kerusakan oleh
mikroorganisme, diantaranya diupayakan dengan:

 Menjaga kebersihan pada seluruh ruang penyimpanan

 Menjaga sirkulasi uara pada ruang

 Mengurangi terjadinya proses pegembunan pada produk yang dikemas

 Mengurangi / menghindari menjalarnya perkembangan spora dari jamur.

 Menggunakan bahan pencegah jamur, misalnya: dengan uap yang sangat panas selama
kurang lebih dua (2) menit pada ruang simpan atau kalau sangat terpaksa
dipergunakan bahan kimia seperti: Sodium Hypochlorit / trisodium Phosphat, larutan
Calsium Hypochlorit.

III. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KERUSAKAN PRODUK

3.1. Relatif Humidity (Kelembaban Relatif)

Relatif humidity (RH) ruangan di mana produk hortikultura disimpan akan


mempengaruhi kualitas produknya. Apabila RH ruang simpan produk hortikulura terlalu
rendah maka akan menyebabkan produk hortikulura yang disimpan akan mengalami
kelayuan dan pengkerutan yang lebih cepat. Tetapi sebaliknya apabila RH ruang simpan
produk hortikultura terlalu tinggi juga akan mempercepat proses kerusakan produk
simpanan, karena akan memacu munculnya jamur-jamur pada produk simpanan. Pada
RH mendekati 100 % akan memberikan kondisi yang cukup baik bagi pertumbuhan
jamur atau pertumbuhan jamur akan sangat hebat sehingga sampai pada bagian dinding
ruang simpan juga bagian atapnyapun akan ditumbuhi jamur.

3.2. Sirkulasi Udara

Pergeseran atau sikulasi udara diruang penyimpanan yang cepat selama proses
precooling produk simpanan dimaksudkan untuk menghilangkan panas dari produk
hortikultura yang dibawa dari lapang, setelah panas dari lapang tersebut dipindahkan
maka selanjutnya kecepatan sirkulasi udaranya dikurangi. Di dalam ruang penyimpanan
sirkulasi udara diperlukan dengan tujuan agar panas yang terjadi selama berlangsungnya
proses respirasi dari produk dapat diturunkan atau dihilangkan juga dengan maksud
untuk menyeragamkan kondisi /suhu ruang simpan dari ujung satu dengan ujung yang
lainnya.

3.3. Respirasi

Produk hortikultura yang disimpan dalam bentuk segar baik itu sayur-sayuran
ataupun buah-buahan proses yang terjadi dalam produk adalahrespirasi. Dalam proses
respirasi ini akan terjadi perombakan gula menjadi CO 2 dan air (H2O).

IV. USAHA UNTUK MENGURANGI KERUSAKAN PRODUK HORTIKULTURA DALAM SIMPANAN

4.1. Sanitasi

Ruang penyimpanan produk hortikultura perlu dipelihara dalam kondisi yang bersih
dan sehat hal ini sangat penting dilakukan untuk menjaga agar produk hortikultura yang
disimpan tetap dapat terjaga dalam kondisi segar. Ruang penyimpanan yang dijaga tetap
dalam kondisi bersih dan sehat akan memperkecil serangan jamur dan organisme
lainnya.

Dalam sanitasi sering dipergunakan senyawa kimiawi yang bersifat racun


seperti insektisida, untuk penggunaannya perlu memperhatikan konsep keamanan
pangan/HACCP.
4.2. Refrigeration

Tujuan dari refrigerasi dalam ruang penyimpanan produk hortikultura terutama


adalah untuk menekan aktivitas enzym respirasi, agar aktivitasnya menjadi serendah
mungkin sehingga laju respirasinya sekecil/selambat mungkin produk hortikultura yang
disimpan tetap terjaga kesegarannya.

4.3. Pelilinan (Waxing)

Perlakuan dengan menggunakan lilin atau emulsi lilin buatan pada produk
hortikultura yang mudah busuk yang disimpan telah banyak dilakukan. Maksud dari
pelilinan pada produk yang disimpan ini terutama adalah untuk mengambat sirkulasi
udara dan menghambat kelayuan (menjadi layunya produk simpanan), sehingga produk
yang disimpan tidak cepat kehilangan berat karena adanyaproses transpirasi.

4.4. Irradiasi

Pengendalian proses pembusukan produk hortikultura yang disimpan serta


perpanjangan umur simpannya baik itu produk buah-buahan maupun sayur-sayuran
segar dapat dilakukan dengan perlakuan penyinaran dengan mempergunakan sinar
Gamma.

4.5. Perlakuan Kimiawi dan Fumigasi

Perlakuan dengan menggunakan senyawa kimiawi telah banyak dipergunakan dalam


usaha memperpanjang lama penyimpanan produk-produk pertanian termasuk produk
hortikultura baik buah-buahan maupun sayur-sayuran, dan dapat dikatakan sebagai cara
yang umum dilakukan atau biasa dilakukan. Yang harus diperhatikan dalam pemakaian
senyawa kimia adalah penggunaan tetap menjaga keamanan pangan sehingga tidak
memberikan dampak yang merugikan bagi keselamatan manusia mengingat produk
hortikulura merupakan produk yang dikonsumsi dan sering dokonsumsi dalam bentuk
mentah / bukan olahan.

4.6. Pengemasan.

Upaya lain untuk memperpanjang waktu simpan produk hortikultura adalah dengan
pewadahan / pengemasan yang baik. Dengan pewadahan ini diharapkan paling tidak
dapat mengurangi terjadinya kerusakan karena terjadinya benturan sesama produk
selama proses penyimpanan, selain juga dapat mengendalikan kelembaban dari produk
sehingga produk dapat tetap segar.

DAFTAR PUSTAKA

Beveridge, T. H. J. (2003). “Maturity and Quality Grades for Fruits and Vegetables”. InHandbook of


Postharvest Technology, cereals, fuits, vegetables, tea and spices. Ed. A. Chakraverty, ..
Mujumdar, G.S.V. a Company, Inc. Westport, Conecticut
Dp : http://badrussetiawan1.blogspot.com/2010/03/kerusakan-pada-produk-hortikultura.html

You might also like