You are on page 1of 18

BAB I

PENDAHULUAN

I. Latar Belakang

Dalam situasi persaingan pasar yang amat sangat kompetitif sekarang ini,

dimana pasar yang menetapkan harga (produsen harus mengikuti harga pasar

yang berlaku) serta konsumen hanya membeli produk pada saat dibutuhkan

dengan harga yang kompetitif pada tingkat kualitas yang diinginkan, maka strategi

produksi tepat waktu lebih tepat dibandingkan strategi produksi konvensional,

yaitu : menghasilkan output maksimum pada tingkat penggunaan input tertentu,

melebihi kebutuhan konsumen (pasar).

II. Rumusan Masalah

Ada beberapa Pokok Pembahasan yang akan diuraikan, yaitu :

1. Teori Perilaku Konsumen

2. Biaya Produksi

3. Persaingan dan Monopoli

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. TEORI PERILAKU KONSUMEN

Perilaku konsumen terhadap suatu barang tertentu dapat dianalisa melalui

teori nilai guna (utility teory). Nilai guna (utility) adalah kepuasan yang diperoleh

seseorang dalam mengkonsumsi suatu barang tertentu. Semakin tinggi kepuasan

yang diperoleh dalam mengkonsumsi suatu barang tertentu, maka semakin tinggi

nilai guna dari barang tersebut.

Ada dua cara dalam mengukur nilai guna dari suatu barang yaitu nilai

guna cardinal (cardinal utility), dan nilai guna ordinal (ordinal utility). Nilai guna

cardinal adalah nilai guna suatu barang yang dapat dinyatakan secara kuantitatif.

Kepuasan seseorang dalam mengkonsumsi suatu barang dapat diukur

berdasarkan angka-angka. Nilai guna ordinal adalah nilai guna yang tidak dapat

dinyatakan secara kuantitatif. Dalam teori nilai guna perlu diketahui konsep nilai

guna total (total utility), dan nilai guna marginal (marginal utility).

Nilai Guna Total

Nilai guna total (total utility) adalah seluruh kepuasan yang diperoleh

dalam mengkonsumsi suatu barang tertentu. Misalnya, apabila ada sepuluh buah

jeruk yang ingin dikonsumsi, maka nilai guna totalnya adalah kepuasan dalam

mengkonsumsi seluruh (sepuluh) buah jeruk tersebut.

Nilai Guna Marjinal

2
Nilai guna marjinal (marginal utility) adalah nilai guna yang berkurang atas

pertambahan jumlah barang yang dikonsumsi. Bila dikaitkan dengan nilai guna

total, tambahan jumlah barang yang dikonsumsi akan meningkatkan nilai guna

total, dimana peningkatannya semakin lama semakin berkurang. Setelah

mencapai kepuasan maksimum, tambahan barang akan mengurangi nilai guna

total dari barang tersebut. Hal ini disebut sebagi hukum nilai guna yang semakin

menurun (the law of diminishing return). Misalnya seseorang yang baru selesai

berolahraga dan dalam keadaan haus, bila diberi segelas air mereka sangat

puas, sehingga segelas air tersebut mempunyai nilai guna yang tinggi untuk

melepaskan dahaganya. Bila diberi segelas air kedua mempunyai nilai guna yang

lebih besar, demikian juga segelas air yang ketiga, dan keempat, tetapi

peningkatan kepuasan tersebut semakin menurun, mungkin seseorang sudah

mencapai kepuasan maksimum. Setelah mencapai kepuasan maksimum , bila

diberi segelas air berikutnya maka nilai guna yang diperoleh dari segelas air

tersebut menjadi semakin kecil. Pertambahan konsumsi segelas air pertama

sampai segelas air berikutnya sampai mencapai kepuasan maksimum semakin

lama semakin berkurang nilainya dan akhirnya mencapai nilai guna yang negativ.

Dimisalkan bahwa kepuasan dalam memakan buah jeruk dapat

dinyatakan dalam angka. Pada table 1 menunjukkan banyaknya jumlah jeruk

yang dikonsumsi, nilai guna total, dan nilai guna marjinal dari jeruk tersebut. Pada

contoh tersebut dapat dilihat bahwa dengan mengkonsumsi sampai pada jumlah

jeruk kelima akan meningkatkan nilai guna total, tetapi peningkatannya semakin

lama semakin menurun. Kemudian dengan mengkonsumsi buah jeruk keenam

3
dan ketujuh nilai guna total jeruk menjadi menurun. Di sisi lain, nilai guna marjinal

buah jeruk menurun akibat tambahan konsumsi buah jeruk, dan mencapai titik

nol (saturation point) pada memakan buah jeruk yang keenam dan negativ pada

buah jeruk yang ketujuh.

Tabel 1 : Jumlah, Nilai Guna Total, dan Nilai Guna Marjinal

Mengkonsumsi Buah Jeruk.

Jumlah buah jeruk yang Nilai guna total buah Nilai guna marjinal buah
dimakan jeruk jeruk
0 0 -
1 10 10
2 18 8
3 24 6
4 28 4
5 30 2
6 30 0
7 28 -2

Surplus Konsumen

Dalam teori nilai guna, dapat terwujud kelebihan kepuasan dalam

mengkonsumsi suatu barang tertentu. Kelebihan kepuasan ini terjadi apabila

konsumen telah menyediakan sejumlah uang untuk mengkonsumsi suatu barang

tertentu ternyata harga barang tersebut lebih rendah dari yang disediakan

konsumen. Kelebihan kepuasan ini disebut sebagai surplus konsumen. Dengan

kata lain, surplus konsumen adalah kelebihan kepuasan yang diperoleh dalam

mengkonsumsi suatu barang daripada pembayaran yang disediakan oleh

4
konsumen. Sebagai contoh, seorang konsumen ingin membeli satu buah durian

dengan harga Rp 20. 000,- ternyata setelah sampai di pasar, harga buah durian

tersebut adalah Rp 15. 000,- selisih dari harga yang disediakan dengan harga

kenyataan di pasar sebesar Rp 5.000,- merupakan surplus konsumen. Dengan

menggunakan kurva, surplus konsumen dapat dilihat pada gambar 1.2.

Px

P2

B
P1
A
P0

Qx
Q1 Q0

Gambar 1.2 : Kurva Surplus Konsumen

Berdasarkan gambar 1.2, konsumen bersedia membeli suatu barang

dengan harga P2, ternyata harga barang tersebut di pasar adalah sebesar P0.

Pada harga P0 jumlah barang yang dibeli konsumen adalah sebanyak Q0,

sehingga surplus konsumen sebesar DP2AP0. Demikian juga misalnya, apabila

harga yang disediakan konsumen sebesar P1, jumlah barang yang dibeli

konsumen sebanyak Q1, surplus konsumen adalah sebesar “P1BXP0. Dengan

demikian, dapat disimpulkan bahwa semakin kecil selisih antara harga yang

5
berlaku di pasar maka semakin kecil pula surplus konsumen . tabel 1.3

menunjukkan bagaimana surplus konsumen terwujud.

Tabel 1.3 : Surplus Konsumen yang Dinikmati Konsumen.

Jumlah Harga yang


Harga yang
barang yang disediakan Surplus Jumlah
berlaku di
dikonsumsi konsumen konsumen keseluruhan
pasar
(Qx) (Pc)
1 Rp. 20.000 Rp. 14.000 Rp. 6.000 Rp. 6.000
2 Rp. 18.000 Rp. 14.000 Rp. 4.000 Rp. 10.000
3 Rp. 16.000 Rp. 14.000 Rp. 2.000 Rp. 12.000
4 Rp. 14.000 Rp. 14.000 Rp. - Rp. 12.000
5 Rp. 12.000 Rp. 14.000 - -
6 Rp. 10.000 Rp. 14.000 - -
7 Rp. 8.000 Rp. 14.000 - -

Berdasarkan tabel 1.3 dapat diketahui bahwa harga yang disediakan

konsumen untuk membeli satu unit barang tertentu adalah Rp 20.000, Rp 18.000,

untuk dua unit barang, dan seterusnya sampai Rp 8.000, untuk membeli tujuh

unit barang tertentu, sedangkan harga yang berlaku di pasar adalah Rp14.000,-

berdasarkan data tersebut, surplus konsumen diperoleh apabila mengkonsumsi

barang sebanyak satu sampai dengan tiga unit. Jumlah barang keempat dan

seterusnya tidak diperoleh surplus konsumen. Oleh karena itu konsumen akan

menghentikan konsumsi atau pembelian terhadap suatu barang tertentu pada

unit barang yang keempat dan seterusnya.

6
Daftar Pustaka

Bangun, Wilson. 2007. Teori Ekonomi Mikro. Cetakan Pertama. Bandung: PT Refika
Aditama

7
B. BIAYA PRODUKSI

 Pengertian dan Penggolongan Biaya

Dalam kegiatan ekonomi sangat penting untuk diketahui apa itu biaya.

Semua sektor dalam kegiatan ekonomi baik rumah tangga konsumen,

perusahaan, pemerintah dan dalam perdagangan luar negerai sangat penting

mengetahui tentang biaya karena berkaitan dengan kepentingannya masing-

masing. Biaya merupakan pengorbanan untuk memperoleh manfaat yang

dapat memberikan kesejahteraan bagi mereka.

Secara umum dapat diketahui biaya merupakan seluruh sumber daya

yang digunakan untuk menghasilkan dan memperoleh suatu barang atau jasa.

Pengklasifikasian Biaya ;

1. Biaya internal (internal cost) adalah biaya yang dikeluarkan dalam kegiatan

proses produksi suatu barang atau jasa. Misalnya biaya yang dikeluarkan

untuk mmemproduksi kue (cake) adalah biaya untuk memperoleh terigu,

gula, telur, tenaga kerja dan peralatan-peralatan yang digunakan dalam

kegiatan proses produksi kue tersebut.

 Biaya implisit (implicit cost) adalah besarnya pengeluaran yang

digunakan untuk memperoleh faktor-faktor produksi yang diperlukan

perusahaan dalam kegiatan proses produksinya. Biaya-biaya tersebut

antara lain biaya tenaga kerja, pembelian bahan mentah, mesin-mesin,

tanah, bangunan dan sebagainya.

8
 Biaya eksplisit (explicit cost) adalah biaya yang dikeluarkan individu

atau perusahaan akibat hilangnya kesempatan untuk memperoleh

keuntungan yang seharusnya diterima.

2. Biaya eksternal (external cost) adalah biaya yang ditanggung oleh

masyarakat secara tidak langsung akibat kegiatan proses produksi suatu

perusahaan. Misalnya rusaknya lingkungan akibat polusi udara, limbah

pabrik yang dapat merugikan masyarakat setempat.

 Biaya Poduksi Jangka Pendek

Dalam jangka pendek, untuk menghasilkan barang dan jasa salah satu

input yang digunakan tetap sedangkan penggunaan input lain berubah. Oleh

karena itu dalam jangka pendek biaya produksi dapat diklasifikasi kedalam

biaya tetap (fixed cost), biaya variabel (variable cost) dan biaya total (total

cost).

Fixed Cost (FC)

Adalah seluruh biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh faktor-faktor

produksi yang sifatnya tetap, misalnya membeli tanah, mendirikan bangunan,

dan mesin-mesin untuk keperluan usaha. Jenis biaya ini tidak berubah

walaupun jumlah barang atau jasa yang dihasilkan berubah.

Variable Cost (VC)

Berbeda dengan fixed cost, besarnya biaya variabel yang dikelauarkan

untuk kegiatan produksi berubah-ubah sesuai perubahan jumlah barang atau

jasa yang dihasilkan. Semakin banyak jumlah barang atau jasa yang

9
dihasilkan maka semakin besar baiaya variabel yang dikeluarkan, begitupun

sebaliknya.

Total Cost (TC)

Adalah keseluruhan biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan proses

produksi. Total cost adalah hasil penjumlahan fixed cost dengan variabel cost.

Sehingga Total Cost dapat dihitung dengan menggunakan rumus :

TC=FC+VC

Biaya rata-rata (average cost) adalah jumlah biaya yang dikeluarkan dibagi

dengan jumlah barang dan jasa yang dihasilkan. Apabila Q adalah jumlah

output yang dihasilkan, maka average cost dapat dihitung dengan rumus :

AC=TC/Q

Biaya tetap rata-rata (average fixed cost) merupakan hasil bagi antara jumlah

biaya tetap yang dikeluarkan dalam kegiatan produksi dengan jumlah barang

dan jasa yang dihasilkan. Dapat dihitung dengan menggunakan rumus

AFC=FC/Q

Biaya variabel rata-rata (average variable cost) merupakan hasil bagi antara

jumlah biaya variabel yang dikeluarkan dalam kegiatan produksi dengan

jumlah barang dan jasa yang dihasilkan. Rumus yang digunakan adalah

AVC=VC/Q

Biaya marjinal (marginal cost) adalah perubahan (bertambah/berkurang)

jumlah biaya yang dikelauarkan akibat perubahan satu unit barang yang

dihasilkan. Rumus

10
MC=ΔTC/ΔQ atau MC=αTC/Αq

Berdasarkan rumus diatas, ΔTC adalah TCn-TCn-1, demikian juga ΔQ adalah

Qn-Qn-1. Dengan demikian biaya marjinal dapat juga dihitung dengan cara

sebagai berikut :

MCn=TCn-TCn-1/Qn-Qn-1

 Biaya Produksi Jangka Panjang

Dalam jangka panjang, seluruh input dapat berubah untuk

menghasilkan barang. Dengan demikian, biaya produksi tidak lagi dibedakan

kedalam biaya tetap dan biaya variabel. Seluruh biaya dapat berubah untuk

menghasilkan barang.

11
Daftar Pustaka

Bangun, Wilson. 2007. Teori Ekonomi Mikro. Cetakan Pertama. Bandung: PT Refika
Aditama

12
C. PERSAINGAN DAN MONOPOLI

Pasar persaingan sempurna adalah bentuk pasar dimana dipasar terdapat

banyak penjual dan pembeli, setiap penjual dan pembeli tidak dapat

mempengaruhi keadaan pasar.

Ciri-ciri dari pasar persaingan sempurna :

 Terdapat banyak penjual (perusahaan) dan pembeli di pasar, sehingga baik

penjual maupun pembeli tidak dapat mempengaruhi pasar

 Harga ditetapkan oleh hasil interaksi antara pembeli dan penjual atau disebut

sebagai harga pasar. Dalam hal ini baik pembeli maupun penjual adalah

sebagai pengambil harga (price taker)

 Perusahaan bebas masuk dan keluar pasar, apabila barang yang dijual di

pasar dapat menghasilkan keuntungan maksimal, perusahaan semakin

banyak masuk ke pasar, begitupun sebaliknya

 Setiap perusahaan menghasilkan barang yang sama dipasar, sehingga para

pembeli bebas memilih barang yang dibutuhkannya

 Para pembeli mengetahui keadaan di pasar, sehingga para pembeli

mengetahui harga dan perkembangannya di pasar. Akibatnya para produsen

tidak dapat menjual barangnya dengan harga yang lebih tinggi dari harga

pasar.

Kurva permintaan pada pasar persaingan sempurna berbentuk garis lurus

horizontal pada tingkat harga tertentu. Hal ini menunjukkan bahwa setiap

perusahaan yakin menjual seluruh barangnya pada tingkat harga tertentu.

13
Penerimaan total (total revenue) adalah seluruh pendapatan yang diterima

perusahaan atas penjualan barang hasil produksinya. Dengan kata lain

penerimaan total merupakan hasil perkalian antara harga dengan jumlah barang.

Secara matematis, penerimaan total dapat diketahui dengan rumus

TR=P x Q

Penerimaan rata-rata (average revenue) adalah penerimaan dari hasil

penjualan setiap unit barang. Dengan kata lain penerimaan rata-rata adalah hasil

bagi antara penerimaan total dengan jumlah penjualan. Dengan rumus

AR=TR/Q

Penerimaan marjinal (marginal revenue) adalah tambahan peneimaan

dengan menjual satu unit lagi hasil produksinya. Penerimaan marjinal merupakan

hasil bagi antara perubahan penerimaan total dengan perubahan jumlah

penjualan. Dengan rumus

MR=ΔTR/ΔQ

Pasar monopoli bertolak belakang dengan pasar persaingan sempurna. Pasar

monopoli terdapat hanya satu penjual di pasar, dengan demikian pasar dikuasai

oleh satu penjual saja. Barang yang dijual di pasar tidak ada barang penggan

tinya sehingga sulit untuk mmengalihkannya ke barang blain.

Cirri-ciri pasar monopoli :

 Terdapat hanya satu penjual di pasar

Barang atau jasa yang dihasilkannya tidak dapat dibeli dari tempat lain. Para

pembeli tidak mempunyai pilihan lain

14
 Tidak ada barang pengganti

Barang tersebut merupakan satu-satunya jenis barang yang seperti itu dan

tidak terdapat barang mirip (close substitute) yang dapat menggantikan

barang tersebut. Aliran listrik adalah contoh dari barang yang tidak

mempunyai barang pengganti yang mirip, yang ada hanyalah barang

pengganti yang berbeda sifatnya yaitu lampu minyak

 Ada hambatan perusahaan lain masuk pasar

Sifat ini merupakan sebab utama yang memunculkan produsen yang

mempunyai kekuasaan monopoli

 Perusahaan sebagai penentu harga (price taker)

Karena satu-satunya pelaku ekonomi dipandang sebagai penentu harga.

Dengan mengadakan pengendalian keatas produksi dan jumlah barang yang

ditawarkan pelaku monopoli (produsen) dapat menentukan harga pada

tingkat yang dikehendakinya.

Hambatan Masuk Pasar

Terbentuknya pasar monopoli karena adanya hambatan bagi perusahaan

lain untuk masuk pasar. Perusahaan lain masuk pasar akan mengalami kerugian,

hal ini karena adanya halangan bagi perusahaan baru untuk memasuki pasar.

Ada beberapa cara dalam membentuk pasar monopoli, yakni :

 Produk yang mempunyai kekhususan

Suatu produk mempunyai kelebihan bila dibandingkan dengan produk lain,

karena sumber daya yang dimiliki suatu produk tertentu tidak dimiliki oleh

produk lain. Keterbatasan sumber daya yang tersedia dapat menimbulkan

15
suatu produk yang mempunyai spesifikasi tertentu dan itu merupakan

kelebihan suatu produk bila dibandingkan dengan produk lain.

 Produk dengan skala ekonomi

Suatu perusahaan menghasilkan barang dengan skala besar. Barang

tersebut bila dihasilkan harus dengan jumlah besar, bila dihasilkan dengan

skala kecil akan tidak efisien sehingga menimbulkan kerugian. Modal yang

dibutuhkan untuk menghasilkan barang-barang tersebut sangat besar,

sehingga hanya bias diproduksi oleh perusahaan-perusahaan besar saja.

 Alasan hukum

Sumber lain dengan terbentuknya monopoli adalah adanya perlindungan

terhadap suatu produk tertentu di pasar. Perlindungan terhadap suatu produk

tertentu tersebut dapat menghalangi produk lain masuk pasar, ini biasa

dilakukan melalui perundang-undangan yang dikeluarkan oleh pemerintah.

Perlindungan tersebut dapat berupa paten, biasanya digunakan untuk

menciptakan inovasi baru.`

16
Daftar Pustaka

Bangun, Wilson. 2007. Teori Ekonomi Mikro. Cetakan Pertama. Bandung: PT Refika

Aditama

17
BAB III

PENUTUP

I. Kesimpulan

Perilaku konsumen terhadap suatu barang tertentu dapat dianalisa melalui

teori nilai guna (utility teory). Nilai guna (utility) adalah kepuasan yang diperoleh

seseorang dalam mengkonsumsi suatu barang tertentu. Semakin tinggi kepuasan

yang diperoleh dalam mengkonsumsi suatu barang tertentu, maka semakin tinggi

nilai guna dari barang tersebut.

Dalam kegiatan ekonomi sangat penting untuk diketahui apa itu biaya.

Semua sektor dalam kegiatan ekonomi baik rumah tangga konsumen, perusahaan,

pemerintah dan dalam perdagangan luar negerai sangat penting mengetahui

tentang biaya karena berkaitan dengan kepentingannya masing-masing. Biaya

merupakan pengorbanan untuk memperoleh manfaat yang dapat memberikan

kesejahteraan bagi mereka.

II. Saran

Kami masih mengharapkan masukan yang sifatnya membangun dalam

penyelesaian tugas ini.

18

You might also like