Professional Documents
Culture Documents
PENGANTAR
A. Latar Belakang
dinilai oleh banyak kalangan masih jauh tertinggal, bahkan cenderung bergantung
baik di Eropa, Amerika, Canada dan beberapa negara Asia lainnya mampu tumbuh
kompetisi tinggi di era globalisai saat ini. Dorongan global menuntut koperasi
melakukan reorientasi dan restrukturisasi agar mampu berperan dan berfungsi sebagai
masyarakat golongan ekonomi lemah yang kurang beruntung dalam sistem ekonomi
pasar liberal kapitalistik. Koperasi diyakini sangat sesuai dengan budaya dan tata
kehidupan bangsa Indonesia dengan nilai-nilai kerja sama (gotong royong), menolong
keadilan serta beberapa esensi moral positif lainnya. Hal ini dapat dilihat pada UUD
1
2
Pernyataan diatas sejalan dengan apa yang terdapat dalam regulasi yaitu Undang-
undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Koperasi, dimana pada Pasal. 4 Ayat (1)
sosialnya; Berperan serta secara aktif dalam upaya mempertinggi kualitas kehidupan
merupakan usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan dan demokrasi ekonomi.
dan Usaha Kecil Menengah (UKM), menyebutkan dari sisi jumlah, koperasi di
Indonesia mengalami kemajuan yang pesat. Hal ini dapat dilihat dari jumlah koperasi,
jumlah anggota dan volume usahanya, dimana sampai dengan 30 Juni 2009 jumlah
koperasi di Indonesia mencapai 166.155 unit dengan jumlah koperasi yang aktif
sebanyak 118.616 unit. Jumlah anggota sebanyak 27.951.247 orang, dengan volume
3
usaha mencapai nilai Rp. 55.260.796.960.000,-. Selain itu kegiatan koperasi secara
keseluruhan telah menyerap 343.370 orang tenaga kerja yang terdiri dari manajer dan
29 Sulbar 361 284 645 72.322 181 1.140 27.592,99 15.553,83 51.783,16
146.63
30 Maluku 1.684 634 2.318 0 587 3.795 68.107,63 83.225,82 90.976,22
157.41
31 Papua 1.194 918 2.112 6 444 1.446 83.796,27 54.139,15 250.943,11
32 Malut 855 202 1.057 63.113 445 2.207 62.400,10 54.213,81 137.395,15
Papua
33 Barat 373 543 916 41.547 173 4.762 16.357,31 43.033,47 55.278,86
Jumlah
Nasion 118.6 166.15 27.951. 26.305.26 36.258.83 55.260.796,
al 16 47.539 5 247 30.166 313.204 5,78 2,62 96
yang dilakukan oleh Kementerian Koperasi dan UKM tahun 2007, dapat dilihat pada
tabel-2.
Kurang
Jumlah Sangat Cukup
Wilayah Berkualitas dan Tidak
Disurvey Berkualitas Berkualitas
Berkualitas
Sumatra 1396 0 224 829 343
Jawa 6402 3 2057 3406 936
Nusra-Bali 605 1 104 312 188
Kalimantan 391 0 88 179 124
Sulawesi 1168 0 83 542 543
Maluku-Papua 96 0 17 53 26
Jumlah 100% 0,04% 18,78% 51,92% 29,26%
Sumber: Kementerian Negara Koperasi dan UKM Deputi Bidang Kelembagaan Th.2008
Untuk mendorong koperasi agar mampu mewujudkan dirinya sebagai badan usaha
yang sehat, maju dan berdaya saing tinggi, diperlukan langkah pemberdayaan secara
terencana, terpadu dan terkoordinasikan dengan berbagai pihak baik di pusat maupun
di daerah, seperti upaya keberpihakan, penumbuhan iklim usaha yang kondusif dan
kerjasama yang sinergis. Namun demikian, untuk mewujudkan koperasi agar lebih
dimiliki masyarakat dalam hal ini pengurus koperasi masih terbatas, sedangkan
kelangkaan akan modal disebabkan oleh kondisi ekonomi masyarakat Indonesia yang
umumnya masih lemah. (Meliani & Ismulyati, 2002) menambahkan, kendala yang
anggota, padahal partisipasi anggota merupakan unsur utama dan terpenting dalam
dapat menyediakan semua fasilitas yang diperlukan koperasi, hal ini menimbulkan
kesan bahwa koperasi tidak mampu menciptakan kemandirian, selain itu dengan
kondisi demikian dapat dipastikan koperasi akan sulit untuk meningkatkan daya
pemberdayaan koperasi menjadi cukup relevan dan penting untuk dibahas melalui
penelitian, dari hasil penelitian ini diharapkan koperasi akan dapat memberikan
dapat menghasilkan keuntungan dalam hal ini Sisa Hasil Usaha (SHU) secara
maksimal. Untuk menghasilkan SHU secara maksimal sangat dipengaruhi oleh faktor
internal dan eksternal dari koperasi itu sendiri yaitu: Faktor internal yang terdiri dari
partisipasi anggota dan manajemen pengelolaan; dan Faktor eksternal yang terkait
koperasi, cara pengelola dan pengurus menghimpun permodalan dan cara pengelola
dengan koperasi lain dan dengan lembaga keuangan serta dengan pemerintah daerah,
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan uraian diatas, untuk memudahkan analisa dalam
anggota dalam mendukung ketahanan ekonomi wilayah. Secara rinci diajukan 3 (tiga)
kesejahteraan anggota?
Pengertian kinerja koperasi dalam penulisan ini akan ditinjau dari partisipasi atau
pengelolaan diperlukan untuk mengelola koperasi agar berlangsung secara efektif dan
efisien. Dalam kaitan ini agar dapat memberikan kontribusi pada ketahanan ekonomi
Dalam teori ketahanan ekonomi nasional, ketahanan ekonomi suatu wilayah dapat
dikatakan kuat dan mampu menghadapi dan mengatasi segala ancaman, tantangan,
Dalam penelitian ini yang akan menjadi obyek penelitian adalah sebuah koperasi
yang berada ditengah-tengah aktifitas kegiatan ekonomi rakyat yaitu: “Koperasi Pasar
Pondok Labu”, dengan alamat Lantai I Unit No. 12A, Pasar Pondok Labu, Jl.
Margasatwa No. 1 Pondok Labu, Kecamatan Cilandak, Kota Jakarta Selatan 12450,
wilayah.
Labu.
koperasi.
4. Menjadi bahan referensi atau sumber data sekunder untuk peneliti lain yang
D. Keaslian Penelitian
9
Sepengetahuan Penulis, bahwa koperasi pasar Pondok Labu sampai saat ini belum
wilayah.
E. Sistematika Penulisan
Penulisan tesis ini disusun secara sistematis bab per bab dan adanya keterkaitan
Bab I menjelaskan hal-hal yang bersifat umum yang melandasi latar belakang
pemilihan judul, selanjutnya dilengkapi dengan rumusan masalah, maksud dan tujuan
Bab II menyajikan tinjauan pustaka dan landasan teori yang relevan dengan judul
Bab III menjelaskan kondisi obyektif lokus penelitian yang memuat gambaran
Bab IV memuat analisa penulis dalam menjawab berbagai hambatan yang ada
pembahasan pada bab-bab sebelumnya yang diakhiri dengan pemberian saran terkait
BAB II
A. Tinjauan Pustaka
1. Pengertian Koperasi
Koperasi berasal dari kata bahasa inggris yaitu “co” yang artinya sama-sama,
dan “operation” yang berarti bekerja atau bertindak. Secara harfiah koperasi
Nomor 127, Pasal 12 ayat (1) menyatakan bahwa: “Koperasi adalah suatu
mencapai suatu tujuan bersama melalui suatu organisasi yang dikontrol secara
yang diperlukan untuk mencapai tujuan bersama tersebut dan bersedia turut
budaya, dan aspirasi, melalui suatu badan usaha (enterprise) yang dimiliki
dalam pasal 1 ayat (1) menyatakan bahwa : “Koperasi adalah usaha yang
rakyat yang berdasar atas asas kekeluargaan; ayat (2) Perkoperasian adalah segala
sesuatu yang menyangkut kehidupan koperasi; ayat (3) Koperasi Primer adalah
Koperasi yang didirikan oleh dan beranggotakan orang-seorang; ayat (4) Koperasi
Sekunder adalah Koperasi yang didirikan oleh dan beranggotakan Koperasi; ayat
Koperasi”.
nominalis, yang sesuai dengan pendekatan ilmiah modern dalam ilmu ekonomi
Sejumlah individu yang bersatu dalam suatu kelompok atas dasar sekurang-
yaitu memperbaiki situasi ekonomi dan sosial mereka, melalui usaha bersama dan
(wahana) untuk mewujudkannya adalah suatu perusahaan yang dimiliki dan dibina
menyediakan atau menawarkan barang dan jasa yang dibutuhkan oleh para
Dari berbagai definisi diatas, terlihat ada dua kutub pemikiran yang berbeda.
Melalui berbagai kajian yang telah dilakukan oleh beberapa pihak untuk mencari
titik terang konsep mana yang cocok dikembangkan untuk koperasi di Indonesia
pada masa yang akan datang, apakah koperasi berdasarkan konsep esensialis atau
ditelusuri lebih cermat, ternyata selain ada perbedaan, ada juga kesamaan.
identity), yaitu anggota sebagai pemilik (owner) dan anggota sebagai pelanggan
14
dalam lingkungan sosial ekonomi dan dan sistem ekonomi, yang memungkinkan
undang-undang ini berdasarkan prinsip koperasi dan atas asas kekeluargaan, jelas
nilai-nilai dasar (esensial) dari perkoperasian. Hal ini dinyatakan dalam Undang-
promosi ekonomi anggota, pembagian Sisa Hasil Usaha secara adil sebanding
Manfaat Ekonomi Langsung (MEL) kepada anggota berupa selisih harga dengan
koperasi.
15
2. Pemberdayaan Koperasi
kemerdekaan hingga saat ini memiliki landasan hukum yang kuat. Landasan
berpijak pada kekuatan sendiri dan kesamaan derajat dalam rangka mencapai
perbaikan kehidupan ekonomi bagi seluruh anggota. Dalam kaitan ini Ariffin
berusaha untuk mengkombinasikan segala sumber daya dan faktor produksi yang
dimilikinya secara optimal, dalam rangka menghasilkan barang dan jasa yang
diperlukan oleh anggotanya. Dalam kaitan ini Swasono menilai bahwa bisnis dan
sebagai wahana koreksi oleh masyarakat pelaku ekonomi, baik produsen maupun
mempunyai keterkaitan yang besar terhadap sumber daya lokal juga mempunyai
koperasi. Secara teoritis koperasi akan tetap mampu bertahan jika terjadi ke-
gagalan pasar, namun demikian jika pasar dapat berkembang dan semakin
kompetitif maka koperasi akan menghadapi persaingan, oleh karena itu koperasi
potensi sumber daya lokal (wilayah) dan dapat bekerjasama secara sinergis
keanggotaan dalam koperasi merupakan salah satu aspek penting, karena maju
keunikan anggota koperasi sebagai kekuatan pokok dan pilar koperasi dalam
keberhasilan suatu koperasi, menurut Munker (1997) hal ini dapat diukur dari
dilakukan dengan harga dan mutu yang bersaing dengan harga pasar; b) Efisiensi
ekonomi cukup tinggi; c) Penggunaan sisa hasil usaha untuk tujuan koperasi; d)
Adanya pengurus yang khusus bertanggung jawab pada hubungan dengan anggota,
saluran informasi dan komunikasi yang baik; e) Profit usaha yang jelas; dan f)
Kepemimpinan dengan konsep koperasi yang jelas. Hal ini sejalan dengan yang
memiliki rencana usaha (corporate plan) yang mencakup rumusan mengenai visi,
misi dan tujuan budaya bisnis, strategi pengembangan, target-target jangka pendek
melalui proses profesionalisasi; dan c) Setiap unit koperasi mikro memiliki standar
prosedur koperasi. Hal yang sama juga disampaikan oleh Burhannudin (2005)
dicanangkan.
19
dan menjadi staf lini depan dalam melayani anggota koperasi. Keadaan saling
adalah anggota sebagai pemilik dan pemanfaat, pemerintah sebagai pembina serta
penyandang dana dan lain sebagainya. Hal ini berarti bahwa mutu pelayanan
koperasi kepada anggota sangat ditentukan oleh tingkat efektivitas dari manajemen
koperasi di masa depan sebaiknya berbasis pada satu siklus ekonomi yang terjadi
menguntungkan anggotanya.
mendasar dalam pemberdayaan koperasi dan usaha kecil adalah masalah Sumber
Daya Manusia, hal ini diperkuat dengan pernyataan Sandiaga (2009) yang
menyatakan, bahwa SDM adalah faktor penentu berhasil atau tidaknya suatu
koperasi sering mengalami kesulitan untuk memperoleh bahan baku. Salah satu
bahan baku pokok yang sulit diperoleh adalah modal, hal ini diperkuat dengan
masih lemah, kondisi ini berakibat pada kinerja koperasi yang tidak maksimal
dan selanjutnya tidak maksimal pula dalam memperoleh SHU sehingga upaya
Dari berbagai pendapat diatas, secara umum kendala yang terjadi pada
sangat dipengaruhi oleh kondisi bagaimana peran aktif anggota dan kedisiplinan
produk; 3) Kerjasama. Dalam kerjasama ini baik antar koperasi, dengan lembaga
FAKTOR EKSTERNAL
BELUM
BELUM MAKSIMA
KINERJA SISA MAKSIMAL L
KOPERAS HASIL MENINGKATK MENDUK
I USAHA AN UNG
TIDAK TIDAK KESEJAHTERA KETAHAN
OPTIMAL MAKSIM AN AN
AL ANGGOTA EKONOMI
WILAYAH
FAKTOR INTERNAL
PARTISIPASI ANGGOTA
PENGELOLAAN
KOPERASI
BELUM OPTIMAL
anggota, namun pada skala makro dapat dirasakan manfaatnya bagi masyarakat
secara luas dan perekonomian nasional melalui ketahanan ekonomi wilayah, hal
23
ini antara lain dapat dilihat dari: a. koperasi makin memasyarakat dan makin
dan sendi dasar koperasi serta tata kerja koperasi; d. meningkatnya pemerataan
lebih kecil dari pada ketahanan ekonomi nasional, karena wilayah yang diteliti
tata kehidupan nasional pada suatu saat tertentu. Sebagai kondisi sudah barang
tentu berubah menurut waktu, atau merupakan fungsi dari waktu, karena itu
koperasi).
24
Pernyataan diatas sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Lepi T. Tarmidi
usaha lainnya) dan menekankan bahwa keberhasilan suatu koperasi dapat diukur
dari peranan dan kontribusi yang diwujudkan kepada anggota, masyarakat dan
B. Landasan Teori
1. Teori Pemberdayaan
yang berawal dari kata daya (power), berarti kekuatan yang berasal dari dalam
tetapi dapat diperkuat dengan unsur–unsur yang datang dari luar. Konsep
sumber daya manusia (di pedesaan), penciptaan peluang berusaha yang sesuai
pada gilirannya dapat menciptakan lembaga dan sistem pelayanan dari, oleh dan
unsur dasar yang memungkinkan suatu koperasi bertahan, dan dalam pengertian
maka hal tersebut merupakan bagian dari ketahanan ekonomi anggotanya sehingga
nasional.
koperasi sebagai bagian dari kegiatan bidang ekonomi yang bersentuhan langsung
2. Teori Kesejahteraan
sebagai keadaan yang aman sentosa, makmur, atau selamat atau terlepas dari
bersih, aman dan nyaman dan juga terpenuhinya hak asasi dan partisipasi serta
terwujudnya masyarakat yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa”.
menuntut kepuasan. Untuk mencapai suatu taraf hidup yang sejahtera dapat
prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas asas
mereka mampu malaksanakan kerja sama dan mentaati segala peraturan yang telah
konteks ini didefinisikan sebagai kondisi dinamik suatu bangsa, yang merupakan
28
gangguan, dan hambatan, baik yang dating dari luar maupun dari dalam, yang
langsung maupun tak langsung, baik yang dari luar maupun dari dalam, yang
Kondisi Ketahanan Nasional saat ini merupakan modal dasar untuk meningkatkan
dengan sebutan Asta Gatra yang terdiri dari aspek Tri Gatra dan aspek Panca
Gatra. Trigatra meliputi aspek Geografi, Demografi dan Sumber Kekayaan Alam
yang dapat menjadi modal dasar bagi Panca Gatra yaitu aspek Ideologi, Politik,
agar segenap aspek kehidupan dapat meningkat atau lebih baik. Salah satu
kembang di Indonesia dengan harapan dapat berperan sebagai salah satu subsistem
kondisi Ketahanan Nasional. Dengan kata lain, koperasi diharapkan dapat berperan
mendukung kondisi Ketahanan Nasional yang semakin tangguh di masa kini dan
berikut:
dibentuk atas dasar asas kebersamaan. Implikasinya, koperasi yang sukses dan
tangguh dapat menjadi sarana ampuh dalam memperkuat integritas bangsa dan
Negara.
kegiatan usaha, serta prinsip demokratis yang ada pada demokrasi, yang
perkembangan jaman.
30
yang dimulai dari “bawah” dan padat karya. Di sisi lain, sukses koperasi
lainnya, seperti pendidikan anak yang semakin baik, kesehatan keluarga yang
yang semakin baik. Di sisi lain, sukses koperasi akan menimbulkan partisipasi
Atas dasar hipotesis di atas penelitian ini dilaksanakan, yakni bermaksud untuk
wilayah/daerah di dalam tulisan ini dipersempit yang dalam lingkup penelitian ini
yang tersebar di seluruh wilayah nusantara ini, penulis yakini akan mampu
secara sungguh-sungguh dari semua pihak terkait, dalam hal ini yang paling utama
C. Metode Penelitian
yaitu:
1. Metode kuesioner; Metode kuesioner yang dipakai dalam penelitian ini adalah
bentuk angket kombinasi antara angket tertutup dan terbuka. Yang dimaksudkan
angket tertutup dalam penelitian ini adalah angket yang sudah disediakan alternatif
sedangkan pada angket terbuka responden dapat mengisi jawaban pada kolom
yang tersedia sesuai dengan yang diinginkan. Angket ini dimaksudkan untuk
mengambil data yang terkait dengan tingkat partisipasi anggota dalam kegiatan
untuk mendapatkan informasi guna melengkapi data yang diperoleh dari metode
Sumber data adalah subjek dari mana data dapat diperoleh (Arikunto,1997 : 114).
Menurut Lofland & Lofland dalam Moeleong, (2002 : 112) sumber utama dari
seperti dokumen dan lain-lain. Dalam penelitian ini digunakan data Primer dan data
1) Data primer yaitu data yang diambil secara langsung dari sumber primer,
Pondok Labu. Jumlah yang diwawancarai adalah 43 orang, terdiri dari 36 orang
anggota dari jumlah total anggota sebanyak 118 orang atau 30,5%, 6 orang
pengurus (100%) dan 1 orang pengawas (50%). Data primer lainnya berasal dari
diteliti dengan seksama hanya 60 bundel atau 80% yang relevan untuk digunakan
33
sebagai data pendukung dalam penelitian ini, selain itu juga dilakukan observasi
2) Data Sekunder yaitu data yang diperoleh dari literatur dan catatan yang
Rapat Anggaran Tahunan dan Anggaran Dasar Rumah Tangga koperasi pasar
Pondol Labu.
E. Keabsahan Data
Pemeriksaan terhadap keabsahan data merupakan salah satu bagian yang sangat
dipergunakan untuk:
Data yang terkumpul dalam suatu penelitian akan lebih bermakna apabila diadakan
kegiatan analisa data. Dalam penelitian ini karena menggunakan metode pendekatan
kualitatif maka menggunakan data non- statistik. Penelitian ini, dengan pendekatan
Penyajian
Pengumpulan Data
Data
Kesimpulan-
Reduksi
kesimpulan
Data
atau penafsiran
Data
Gambar-2 Alur Proses Penelitian, (Sumber : Milles dan Huberman 1992: 20)
Keempat komponen diatas saling interaktif yaitu saling mempengaruhi dan terkait.
wawancara atau observasi yang disebut tahap pengumpulan data. Karena banyaknya
data yang dikumpulkan maka diadakan reduksi data (meneliti data yang relevan),
selain itu, pengumpulan data juga digunakan untuk penyajian data. Apabila ketiga hal
tersebut selesai dilakukan, maka diambil suatu kesimpulan atau penafsiran data.
35
BAB III
1992 (UU No.25/1992) tentang Perkoperasian dilandasi bahwa koperasi, baik sebagai
gerakan ekonomi rakyat maupun sebagai badan usaha berperan serta untuk
mewujudkan masyarakat yang maju, adil dan makmur berlandaskan Pancasila dan
Undang-undang Dasar 1945 dalam tata perekonomian nasional yang disusun sebagai
usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan dan demokrasi ekonomi. Dengan
demikian koperasi perlu lebih membangun dirinya dan dibangun menjadi kuat dan
seperti itu koperasi seharusnya memiliki ruang gerak dan kesempatan usaha yang luas
32
36
yang ada masih belum sepenuhnya menampung hal yang diperlukan untuk
menunjang terlaksananya koperasi baik sebagai badan usaha maupun sebagai gerakan
ekonomi rakyat.
menerapkan prinsip koperasi dan kaidah usaha ekonomi. Dengan demikian koperasi
berkembang memang berbeda. Di negara maju koperasi lahir sebagai gerakan untuk
melawan ketidakadilan pasar, oleh karena itu tumbuh dan berkembang dalam suasana
persaingan pasar, bahkan dengan kekuatannya itu koperasi meraih posisi tawar dan
kesejahteraan masyarakat. Oleh karena itu kesadaran antara kesamaan dan kemuliaan
Pengalaman Indonesia lebih unik lagi, karena koperasi yang pernah lahir dan telah
diperbaharui dan diberikan kedudukan yang sangat tinggi dalam penjelasan undang-
undang dasar, dan atas dasar itulah kemudian melahirkan berbagai penafsiran
koperasi pasar Pondok Labu akan ditinjau dari beberapa hal berikut :
1. Sejarah Pendirian
untuk membentuk angket suara untuk membentuk koperasi. Dari sekian banyak
pedagang ternyata lebih dari 20% jumlah pedagang menyatakan sepakat bersedia
Koperasi pasar Pondok Labu memiliki landasan hukum sejak tahun 1986 dengan
menjadi KOPPAS Pondok Labu pada tanggal 22 Januari 1995, Akta perubahan
Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD / ART) dalam rapat anggota
38
Koperasi dan Pembinaan Pengusaha Kecil pada tanggal 16 Mei 1995 dengan
Nomor 1950a / BH / I.
2. Organisasi
antara anggota dan pengurus koperasi. Tata kehidupan ini secara prinsip diatur
koperasi Indonesia, yaitu: (a) keanggotaan bersifat sukarela dan terbuka; (b)
anggota; (d) Pemberian balas jasa yang terbatas terhadap modal; (e) Kemandirian;
terdiri dari (a) Rapat Anggota; (b) Pengurus; dan (c) Pengawas.
Rapat Anggota diselenggarakan paling lambat 6 (enam) bulan setelah tahun buku
lampau.
39
Pengawas dipilih dari dan oleh anggota Koperasi dalam Rapat Anggota dan
bertanggung jawab kepada Rapat Anggota. Persyaratan untuk dapat dipilih dan
Pengurus dipilih dari dan oleh anggota Koperasi dalam Rapat Anggota dan
dan (f) Memelihara daftar buku anggota dan pengurus. Pengurus bertanggung
jawab mengenai segala kegiatan pengelolaan Koperasi dan usahanya kepada Rapat
2. Bpk. Darmawan
d. Pengelola : 1) Nurlailah
2) Rismar
3) Susilowati
3. Permodalan
terdiri dari modal sendiri dan modal pinjaman. Modal sendiri dapat berasal dari
simpanan pokok; simpanan wajib; dana cadangan; dan hibah. Sedangkan modal
pinjaman dapat berasal dari anggota; Koperasi lainnya dan/atau anggotanya; bank
dan lembaga; penerbitan obligasi dan surat hutang lainnya; serta sumber lain yang
sah. Selain itu, koperasi dapat pula melakukan pemupukan modal yang berasal
dari modal penyertaan yang diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.
Pengelolaan koperasi yang baik membutuhkan modal. Modal koperasi bisa berasal
dari anggota maupun dari non anggota. Semakin besar modal yang berasal dari
anggota maka akan semakin baik, karena ini berarti koperasi dapat hidup dari
permodalan dapat dilakukan dengan membayar berbagai simpanan yang ada dalam
41
koperasi yaitu simpanan pokok, simpanan wajib dan simpanan sukarela secara
teratur. Adanya modal yang dimiliki kopersi, maka koperasi akan lebih mudah
Pada saat ini permodalan koperasi pasar Pondok Labu hampir keseluruhannya
berasal dari anggota yaitu sebesar Rp. 653,465,880,- sementara total passiva dan
Modal luar yang masih dikelola koperasi saat ini sebesar Rp. 40,000,000,-
Modal sendiri atau kekayaan koperasi pasar Pondok Labu pada 3 (tiga) tahun
4. Anggota
Anggota Koperasi adalah pemilik dan sekaligus pengguna jasa Koperasi. Yang
dapat menjadi anggota Koperasi ialah setiap warga negara Indonesia yang mampu
kewajiban dan hak yang sama terhadap Koperasi sebagaimana diatur dalam
Anggaran Dasar. Jumlah anggota koperasi pada tiga tahun terakhir dapat dilihat
pada Tabel-4.
Catatan : Jumlah Calon Anggota sampai dengan Maret 2010 sebanyak 118 orang.
5. Jenis Usaha
Koperasi pasar Pondok Labu merupakan koperasi yang memiliki usaha tunggal
dikenakan jasa. Besarnya jasa bagi penabung dan peminjam ditentukan melalui
rapat anggota. Dari sinilah, kegiatan usaha koperasi dapat dikatakan dari, oleh, dan
untuk anggota. Pada tahun buku 2009, koperasi pasar Pondok Labu
43
e) Pinjaman untuk anggota yang dilayani, dengan jasa ditetapkan sebesar 1,5%
setiap bulan.
Setelah menyimak kondisi umum koperasi pasar Pondok Labu, kemudian muncul
pertanyaan bagaimana kinerja koperasi pasar Pondok Labu saat ini ? Apakah koperasi
pasar Pondok Labu telah melakukan ”strategic positioning” sebagai wadah anggota
anggota atau hanya untuk kepentingan pengawas dan atau pengurus koperasi saja?
kinerja koperasi pasar Pondok Labu berdasarkan hasil penelitian yang hasilnya
B. Kinerja Koperasi
1. Partisipasi Anggota
sekaligus pengguna jasa koperasi. Pasal 18 ayat(1) dijelaskan yang dapat menjadi
anggota koperasi adalah setiap warga negara Indonesia yang mampu melakukan
ditetapkan dalam Anggaran Dasar. Dalam pasal 19 ayat (1) disebutkan bahwa
lingkup usaha koperasi. Sedangkan kewajiban dan hak anggota koperasi diatur
Dari amanat undang-undang diatas, jelas bahwa setiap anggota wajib untuk
berpartisipasi dalam setiap kegiatan usaha koperasi seperti dijelaskan pada pasal
20 ayat (1) butir b. Partisipasi merupakan faktor yang paling penting dalam
tentang kebutuhan dan kepentingan anggota. Informasi ini hanya akan diperoleh
partisipasi akan dapat meningkatkan rasa tanggung jawab serta semangat dan
kegairahan kerja. Tanpa partisipasi, anggota koperasi tidak akan dapat bekerja
secara efisien dan efektif. Suatu koperasi bisa berhasil dalam kompetisi jika
bekerjasama untuk suatu tujuan yang akan dicapai. Dengan demikian partisipasi
demokrasi ekonomi koperasi, modal dan dalam penggunaan jasa usaha koperasi.
45
anggota maupun di luar rapat anggota. Bidang modal koperasi, anggota koperasi
aktif turut serta menanggung beban modal koperasi, hal itu bisa dilakukan dengan
membayar simpanan pokok, simpanan wajib, dan simpanan sukarela. Bidang jasa
usaha koperasi, anggota sebagai pengguna dari setiap kegiatan usaha koperasi, di
sini anggota koperasi sebagai konsumen bahkan pelanggan dari kegiatan usaha
dapat dilakukan dengan cara anggota sering menggunakan berbagai jasa atau unit
sebagai berikut :
itu bisa dilakukan dalam kegiatan rapat-rapat anggota seperti Rapat Anggota
misalkan pada Rencana Kerja dan Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja
untuk tahun 2010 hanya dihadiri oleh 13,6% dari jumlah anggota, dan pada
pelaksanaan RAT Januari 2010 hanya dihadiri oleh 48% dari jumlah anggota,
46
43%, sedangkan sisanya atau sebanyak 11% tidak hadir (Hasil Laporan
Pengurus Terhadap Pelaksanaan RAT Tahun 2010) . Kondisi ini tidak sesuai
minimal harus dihadiri 75% dari seluruh jumlah anggota. Meskipun sebagian
b) Dalam permodalan
Sukses setiap kegiatan usaha koperasi tidak terlepas dari modal usaha yang
85% atau Rp. 556,544,814,- merupakan modal sendiri yang dihimpun dari
jalur yang telah ditentukan, tidak peduli seberapa besar hambatan yang
permodalan koperasi yang dihimpun dari anggota mencapai nilai sebesar 85%
minimal modal sendiri adalah sebesar 51%, dengan kondisi demikian dapat
Koperasi sebagai suatu usaha bersama, dari, oleh, dan untuk anggota maka
Salah satu hubungan penting yang harus dilakukan koperasi adalah dengan
pemberdayaan koperasi.
baik, penilaian ini sesuai dengan penjelasan pengurus bahwa pemanfaatan jasa
koperasi oleh anggota dinilai berhasil apabila mencapai minimal 75% dari
jumlah anggota.
2. Pengelolaan
seluruh anggota koperasi, karena pengurus yang dipilih oleh anggota dalam rapat
organisasi koperasi memiliki fungsi yang amat strategis yaitu bertindak sebagai
efisien. Oleh karena itu apabila kualitas pengurus koperasi rendah akan
mengakibatkan proses manajemen koperasi lemah sehingga arah dan tujuan yang
hendak di capai koperasi tidak bisa diraih terutama dalam pemberdayaan koperasi.
Seperti yang diungkapkan oleh Partadiredja (1995:9) “Salah satu faktor yang
kesadaran sendiri. Setiap orang yang akan menjadi anggota harus menyadari
anggota terhadap organisasi dan usaha koperasi akan timbul. Karena itu,
dan mengakar.
50
anggota secara mutlak bebas masuk dan keluar setiap waktu, menyimpan atau
menarik modal di koperasi. Seseorang dapat masuk atau keluar dari koperasi
sepanjang tidak merusak kepentingan anggota lain dan sepanjang dia tidak
ditetapkan, namun pada sisi lain terdapat tuntutan kriteria keanggotaan yang
relatif ketat, hal ini dapat dilihat persyaratan untuk menjadi anggota tidak
persyaratan khusus baik dari kondisi usaha anggota yang sedang dijalankan
bermakna pada kualitas anggota yang lebih baik, partisipasi anggota lebih
keanggotaan yang ada sampai saat ini akan terus dipertahankan sampai
dengan beberapa tahun kedepan atau sampai dengan adanya kesepakatan rapat
yang diterapkan ini, terbukti minat masyarakat untuk menjadi anggota terus
meningkat, hingga Maret 2010 calon anggota atau anggota yang dilayani
(bukan anggota tetap), mencapai 118 orang calon anggota, dan ditargetkan
sampai akhir tahun 2010 jumlah keseluruhan anggota tetap dan calon anggota
prinsip tersebut, dan berdasarkan hasil survey (kuesioner yang terkumpul) dari
anggota terhadap kinerja koperasi dalam menjalankan prinsip ini, didapat hasil
baik (11%), dan 1 quesioner (3%) tidak diisi. Dalam pengelolaan manajemen
52
berikut:
program baru salah satunya yang dilakukan saat ini adalah dengan
usaha tersebut akan memberikan peluang yang besar bagi koperasi untuk
meraih pangsa pasar yang lebih luas dan keuntungan akan semakin
oleh pengurus dapat bersaing dengan produk sejenis yang ditawarkan oleh
pelaku usaha sejenis yang beroperasi di wilayah yang sama dengan wilayah
53
saat ini pengurus hanya mengandalkan modal dari anggota (85%), padahal
3) Pelaksanaan one man one vote, terdapat dua pola, pola pertama
secara langsung pada Rapat Anggota, dan pola kedua dengan cara
perwakilan.
yang terjadi pada koperasi telah dicatat oleh bagian administrasi keuangan
secara rapih dan baik, terbuka, dan benar, sementara dilihat dari format
bekepentingan.
bagian sisa hasil usaha yang lebih besar dari pada anggota yang pasif.
Anggota yang menggunakan jasa koperasi akan membayar nilai jasa tersebut
terhadap koperasi, dan nilai jasa yang diperoleh dari anggota tersebut akan
54
anggota dan koperasi inilah yang dimaksud dengan jasa usaha. Makna dari
SHU yang dibagi kepada anggota (di badan usaha swata disebut
maka semakin besar SHU yang diterima. Prinsip ini tentunya berlaku
biaya sebesar Rp. 149, 463,781.53,- sehingga terdapat SHU sebesar Rp.
pelaksanaan RAT 2010, jasa SHU yang dibagikan atas jasa simpanan dan jasa
atas usaha sebesar 25%, sisanya diperuntukkan bagi cadangan koperasi, dana
Pada hakekatnya SHU yang dibagi kepada anggota adalah yang bersumber
dari anggota sendiri. Sedangkan SHU yang bukan berasal dari hasil
koperasi tertentu, bila SHU yang bersumber dari non anggota cukup besar,
pemisahan cumber SHU yang berasal dari anggota dengan yang berasal dari
nonanggota. Oleh sebab itu, langkah pertama dalam pembagian SHU adalah
proporsi jasa modal dan jasa transaksi usaha, tetapi hal ini dapat
dapat dilakukan secara adil sebanding dengan besarnya jasa usaha masing-
7) Dana Pendidikan 3%
8) Dana Sosial 6%
9) Dana Pemda 1%
hasil usaha yang dilakukan koperasi pasar Pondok Labu sudah sesuai dengan
di mana:
57
Bila SHU bagian anggota menurut AD/ART Koperasi pasar Pondok Labu
adalah 25% dari total SHU, dan rapat anggota menetapkan bahwa SHU
dan usaha, dengan pembagian Jasa Usaha Anggota sebesar 60%, dan Jasa
anggota dan memenuhi prinsip pembagian hasil sisa usaha yang berkeadilan
dan proporsional.
pemberian tingkat suku bunga yang tinggi atas modal yang ditanamkan
sendiri, karena bunga modal tersebut akan menjadi bagian dari biaya
akan tercapai.
mendapatkan nilai lebih dari selisih antara biaya pelayanan dan pendapatan.
Karena itu, balas jasa terhadap modal yang diberikan kepada anggota
Modal koperasi pasar Pondok Labu, selain berasal dari modal sendiri juga
berasal dari modal luar yaitu modal penyertaan dari lembaga keuangan / Bank
maupun dari institusi pemerintah. Dari Laporan RAT 2010 dapat dilihat
bahwa jasa yang diberikan terhadap modal luar adalah sebagai berikut:
1) Modal dari Bank Mandiri sebesar Rp. 125,000,000,- diberikan jasa Rp.
2) Modal dari Subsidi BMM (dari Sudin Koperasi Jaksel) sebesar Rp.
Dari data diatas dapat diketahuai bahwa pemberian balas jasa terhadap
modal besarnya tidak sama. Terkait dengan hal ini, pengurus periode 2009-
2011 telah menetapkan untuk tidak menerima modal dari Sudin Koperasi
Jaksel, karena jasa atau bunga yang dikenakan sangat membebani koperasi.
Dari data diatas juga dapat diketahuai bahwa besarnya pemberian balas jasa
modal, sedangkan untuk modal dari anggota, besar balas jasa terhadap modal
e) Prinsip Kemandirian
Mandiri berarti dapat berdiri sendiri tanpa tergantung pada pihak lain. Prinsip
percaya pada diri sendiri. Swadaya berarti kekuatan atau usaha sendiri,
koperasi harus dapat berdiri sendiri dan tidak bergantung pada pihak lain serta
koperasi pasar Pondok Labu yang bergerak dalam bidang usaha simpan
saat ini didomonasi oleh modal sendiri yakni sebesar 85% dan modal luar
pasar Pondok Labu dalam menerapkan prinsip kemandirian akan ditinjau dari
satu contoh adalah keputusan untuk tidak menerima dana pinjaman dari Sudin
Koperasi Jaksel, hal ini dilakukan karena persyaratan terhadap balas jasa
(bunga) lebih tinggi dari apa yang menjadi standar koperasi. Dengan penolakan
koperasi cukup besar, maka masuknya modal luar yang memenuhi ketetapan
atau persyaratan koperasi khususnya dalam hal suku bunga, perlu untuk
ditingkatkan.
berfungsi secara optimal. Kesehatan mental koperasi dapat dilihat dari besarnya
Dari hasil penelitian melalui wawancara dengan pengurus dan laporan RAT
2010, pengurus koperasi selama tahun buku 2009 tidak melakukan pendidikan
ini dapat diketahui bahwa koperasi pasar Pondok Labu belum melaksanakan
itu dalam mencapai tujuan. Oleh karena itu, baik pengurus maupun
dari prinsip ini ialah bahwa peningkatan kualitas sumber daya manusia
koperasi.
Koperasi ada yang mempunyai bidang usaha yang sama dan ada
pula usaha yang berbeda serta tingkatan yang berbeda. Pada masing-
Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa koperasi pasar Pondok Labu
sampai dengan tahun buku 2009 belum melakukan kerjasama dengan koperasi
63
lain, baik untuk bidang usaha maupun permodalan termasuk juga dalam hal
bisnis, dan kerjasama pada bidang lain yang bermanfaat bagi koperasi.
Pondok Labu diharapkan dapat mewujudkan dirinya sebagai badan usaha sekaligus
menjalankan kegiatan operasionalnya sehingga anggota bisa merasa puas atas kinerja
koperasinya.
Kenyataan ini menunjukkan bahwa apa yang dihasilkan koperasi sebagai sistem
1. Kondisi Wilayah
persaingan yang sehat serta potensi ekonomi yang terdapat di wilayah setempat,
pemberdayaan koperasi.
pedagang dalam melakukan transaksi keuangan atau pasar, dan di wilayah ini
terdapat sejumlah pertokoan serta 2 (dua) lokasi pasar bayangan (pasar tidak
resmi) yang banyak dikunjungi oleh masyarakat sekitar wilayah ini yaitu
masyarakat dari pinggiran wilayah kota Depok dan Tangerang Selatan, bahkan
tidak jarang banyak pedagang sayur mayur yang datang dari wilayah Bogor
65
melakukan transaksi jual beli di wilayah ini. Dengan kondisi wilayah yang
maksimal. Hal ini terindikasi dari kenyataan bahwa jumlah pedagang (pasar) baik
jumlahnya jauh lebih banyak dari jumlah pedagang yang menjadi anggota koperasi
(pedagang yang menjadi anggota koperasi 102 orang, sementara jumlah pedagang
resmi (yang memiliki tempat usaha) di wilayah tersebut mencapai jumlah 272
orang), ini belum termasuk pedagang di pertokoan yang berada di pinggir jalan
perorangan yang bunganya jauh lebih tinggi dari pada apa yang seharusnya
dibayarkan kepada koperasi. Hal ini diperkuat dengan hasil wawancara dengan
ketua koperasi pasar Pondok Labu, bahwa sebagian pedagang masih menggunakan
jasa “rentenir” untuk menambah modal usahanya. Melihat kenyataan ini, akan
memberdayakan koperasi.
66
2. Kebijakan Pemerintah
Dalam sistem perekonomian Indonesia dikenal ada tiga pilar utama yang
menyangga perekonomian. Ketiga pilar itu adalah Badan Usaha Milik Negara
(BUMN), Badan Usaha Milik Swasta (BUMS), dan Koperasi. Ketiga pilar
dengan kapasitasnya. Dari ketiga pilar tersebut, ternyata koperasi yang sering
disebut sebagai soko guru perekonomian nasinal secara umum merupakan pilar
ekonomi yang "jalannya paling terseok" dibandingkan dengan BUMN dan apalagi
produksi dilakukan oleh semua dan untuk semua yang wujudnya dapat ditafsirkan
sebagai koperasi. Dalam wacana sistem ekonomi dunia, koperasi disebut juga
sebagai the third way, atau "jalan ketiga", istilah yang akhir-akhir ini dipopulerkan
oleh sosiolog Inggris, Anthony Giddens, yaitu sebagai "jalan tengah" antara
Dukungan pemerintah yang cukup besar kepada koperasi dapat dilihat dari
ditempuh dalam menyikapi perubahan saat ini yang mendorong lebih kuatnya
67
koperasi kredit dan koperasi simpan pinjam; melakukan kerjasama antar koperasi
dalam mengembangkan potensi usaha yang ada untuk bersaing dengan pelaku
usaha, baik dari dalam negeri maupun luar negeri apalagi dalam era pasar bebas.
Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa, kebijakan pemerintah baik Pusat
maupun Daerah dalam pemberdayaan koperasi dan UMKM selama ini, baru
sebagian kecil saja yang dapat dinikmati oleh koperasi pasar Pondok Labu,
misalnya saja dalam kurun waktu tahun 2005 sampai dengan tahun 2009, koperasi
perkoperasian yang diselenggarakan oleh pemerintah daerah (dalam hal ini Sudin
Koperasi dan UKM Jakarta Selatan), itupun hanya untuk satu orang pengurus. Hal
ini diperkuat dengan hasil wawancara dengan ketua koperasi yang menyatakan
anggota dalam rangka mendukung ketahanan ekonomi wilayah, selam ini masih
sangat kurang. Dukungan dari pemerintah yang selama ini dirasakan manfaatnya
oleh koperasi pasar Pondok labu adalah kesediaan beberapa pejabat dari dinas
koperasi Jakarta Selatan dan Koperasi Provinsi DKI Jakarta untuk menjadi Ketua
68
kehormatan sekaligus sebagai penasehat pada koperasi ini, dan juga kesediaan
untuk menghadiri beberapa acara yang terkait dengan kegiatan koperasi pasar
Pondok labu.
69
BAB IV
STRATEGI PEMBERDAYAAN KOPERASI PASAR PONDOK LABU
koperasi untuk terus maju dan berfungsi dengan baik melalui aplikasi strategi, yang
ekonomi wilayah, maka strategi pemberdayaan koperasi pasar Pondok Labu guna
agar dapat mendukung kinerja koperasi secara optimal, sehingga diharapkan dapat
FAKTOR EKSTERNAL
KONDISI WILAYAH DAN
KIBIJAKAN
PEMERINTAH
DIOPTIMALKAN
SISA MAMPU
KINERJA KESEJAHTER MENDUKU
KOPERASI
HASIL AAN NGKETAH
OPTIMAL USAHA ANGGOTA ANAN
MENING MENINGKAT EKONOMI
KAT WILAYAH
FAKTOR INTERNAL
PARTISIPASI ANGGOTA
PENGELOLAAN
KOPERASI
DIOPTIMALKAN
64
70
mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap kinerja suatu koperasi, oleh karena
itu faktor internal tersebut perlu dioptimalkan, yaitu dari sisi anggota dan dari sisi
1. Pemberdayaan Anggota
Keberadaan koperasi pasar Pondok Labu sangat dibutuhkan oleh para pedagang
kecil di wilayah ini dan memiliki potensi besar dibidang perekonomian, oleh
karena itu keberadaan anggota koperasi pasar Pondok Labu perlu diberdayakan
secara maksimal.
Tujuan yang ingin dicapai dari strategi ini adalah membangun kesadaran
Sasaran dari strategi ini adalah meningkatnya partisipasi anggota pada berbagai
kegiatan koperasi.
Metode atau cara yang dipilih untuk melaksanakan strategi ini adalah dengan
2. Pengelolaan Koperasi
Tujuan yang ingin dicapai dari strategi ini adalah meningkatkan kesejahteraan
Sasaran dari strategi ini adalah meningkatnya kinerja pengelola koperasi pasar
Pondok Labu.
Metode atau cara yang dipilih untuk melaksanakan strategi ini adalah dengan
didirikan dan dijalankan oleh anggota sebagai sebuah unit operasi yang sering disebut
sebagai perusahaan koperasi. Fungsi koperasi seperti unit-unit ekonomi resmi lainnya
industri dan lain-lain. Demikian halnya dengan keberadaan koperasi pasar Pondok
72
Labu yang telah dijadikan wadah berhimpunnya pedagang kecil dan menengah yang
berada di wilayah tersebut dalam rangka meningkatkan posisi tawar mereka, oleh
karena itu diantara anggota saling menjalin hubungan agar koperasi mereka semakin
kuat dan memiliki daya tahan terhadap berbagai pengaruh baik dari dalam organisasi
itu sendiri maupun dari luar organisasi demi menjaga kepentingan anggota-
anggotanya.
Satu aliran teori baru kelembagaan seperti ditulis North (1990) menyatakan bahwa
Salah satu pembahasan mengenai koperasi dilihat dari perspektif teori baru
kelembagaan tersebut dapat dilihat dari apa yang pernah ditulis oleh Conry dkk,
pertanian, yakni koperasi pertanian. Konsep yang dituliskan Conry yaitu koperasi
formal dan pasar tidak beroperasi secara terisolasi, melainkan saling mempengaruhi
satu dengan lainnya yang dapat positif maupun negatif, sebagimana digambarkan
pada Gambar-5.
73
Gambar-5: Integrasi operasional kelembagaan koperasi, dikutip dari Conry dkk. (1986)
difokuskan pada pengaruh faktor kondisi wilayah dan faktor kebijakan pemerintah
- Area Ab, Operasional Koperasi hanya berorientasi pada kondisi wilayah tanpa
- Area Ac, Operasional Koperasi yang disetujui pemerintah atau didukung oleh
kondisi wilayah dan faktor kebijakan pemerintah, strategi ini dipilih dengan tujuan
wilayah.
Sasaran strategi ini adalah meningkatnya posisi atau kedudukan koperasi baik dari
Metode yang digunakan untuk melaksanakan strategi ini adalah dengan mengkaji
ekonomi wilayah.
dari usaha mereka dan anggota bisa memperoleh nilai tambah jika mereka
menunjukkan kinerja yang baik, dengan kinerja yang baik akan dapat
terbaik dari sumberdaya yang dimiliki dan dikelola. Kriteria ini melihat
Standar Akuntansi Koperasi No. 27, tahun 1999 paragrap 80, secara tegas
berupa manfaat harga, yaitu harga barang dan jasa (dalam pembelian dan
penjualan) dan harga uang (bunga uang dalam simpan pinjam). Di dalam
pemasaran atau penjualan, manfaat harga berupa selisih harga antara harga
yang dibayar oleh non koperasi kepada anggota. Dalam koperasi simpan
adalah bunga kredit yang dibayarkan anggota kepada koperasi lebih rendah
77
dari bunga kredit yang berlaku di luar koperasi, hal ini biasa disebut manfaat
efisiensi penarikan kredit dan manfaat lain misalnya dalam bentuk biaya
transaksi kredit yang murah, persyaratan kredit yang ringan dan lain-lain.
koperasi.
nilai moral koperasi yaitu nilai menolong diri sendiri, tanggung jawab
terhadap orang lain dan prinsip-prinsip kerja koperasi yang non kapitalis dan
setiap 3 (tiga) bulan sekali dengan penyajian yang lebih transparan dan
modal yang dapat menjadi beban biaya operasional koperasi, dan segera
cukup tinggi.
belah pihak.
memiliki usaha sejenis dengan koperasi pasar Pondok Labu dalam rangka
masyarakat setempat.
koperasi di wilayahnya.
koperasi.
81
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
koperasi pasar Pondok Labu guna meningkatkan kesejahteraan anggota dalam rangka
pemberdayaan anggota dan pengelolaan koperasi serta faktor eksternal yaitu kondisi
wilayah dan kebijakan pemerintah. Hasil kajian terhadap kinerja koperasi pasar
satu aspek penting dari keberhasilan suatu koperasi, karena maju mundurnya
bahwa pengurus koperasi belum optimal menerapkan prinsip tersebut, hal ini
melibatkan 16% dari seluruh anggota, dimana yang ideal adalah pengurus
luar, namun secara konsep pengurus telah menerapkan prinsip pemberian balas
mampu mandiri, sementara dari faktor modal, meskipun saat ini sudah mampu
pada koperasi cukup besar, maka masuknya modal luar yang memenuhi
dapat dikatakan sangat buruk, hal ini terlihat dari hasil kajian bahwa pendidikan
83
perkoperasian terakhir berlangsung pada tahun 2005, itupun hanya satu orang
antar koperasi masih sangat lemah, baik dalam bentuk kerjasama pemasaran,
bagi koperasi.
Dengan kinerja dan pengelolaan koperasi pasar Pondok Labu yang belum
optimal, maka upaya untuk menghasilkan SHU yang maksimal belum tercapai,
meskipun pada tahun 2009 koperasi telah mampu menghasilkan SHU bersih
sebesar lebih kurang 20% dari modal, namun masih perlu ditingkatkan, karena
masih banyak potensi ekonomi yang belum dapat dimanfaatkan secara maksimal
koperasi, sangat memungkinkan untuk koperasi pasar Pondok Labu menjadi lebih
Dari penjelasan diatas, maka kesimpulan yang diperoleh adalah sebagai berikut:
hingga saat ini masih dihadapkan pada permasalahan pemberdayaan anggota dan
pengelolaan koperasi yang belum optimal, sehingga SHU yang diperolehnya juga
ketahanan ekonomi wilayah saat ini masih dipengaruhi oleh kondisi wilayah
koperasi. Kondisi Wilayah yang mempengaruhi, dari hasil kajian terhadap kinerja
operasionalnya, sampai saat ini masih belum maksimal, hal ini dapat dilihat dari
modal usaha bagi para pedagang yang jumlahnya cukup banyak di wilayah
operasional koperasi masih belum bisa dilayani oleh koperasi. Sementara itu,
cukup besar, namun implementasi dari kebijakan pemerintah untuk pembinaan dan
masih sangat kurang. Kondisi ini terjadi salah satunya diakibatkan belum
optimalnya koperasi pasar Pondok Labu dalam melakukan kerjasama dengan suku
B. Saran
Jika manajemen keanggotaan berjalan secara efektif dan efesien maka partisipasi
2. Persyaratan untuk menjadi anggota koperasi pasar Pondok Labu yang selama
dipertimbangkan kembali.
dapat dikembangkan oleh koperasi pasar Pondok Labu di wilayah Pondok Labu
dan sekitarnya.