Professional Documents
Culture Documents
FILSAFAT
PENGARUH BUMN TERHADAP PEREKONOMIAN DI
INDONESIA
ANDAIYANI
SILVANUS
RIKO APRIYADI
Penyusun
DAFTAR ISI
LATAR BELAKANG
BUMN……………………………………………………………………………………………….…………… I
TUJUAN BUMN…………..…..……………………………………………………………………………. II
MANFAAT BUMN………………………..………………………………………………………….……. III
PEMBAHASAN MENGENAI BUMN…………………………………………..
………………………………………………………………. IV
KESIMPULAN DAN SARAN………………………………………………………..…………….……. V
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………………………… VI
PENGARUH BUMN TERHADAP PEREKONOMIAN DI
INDONESIA
Sejarah BUMN dimulai dari disini pada awalnya BUMN adalah hasil nasionalisasi ex-
perusahaan-perusahaan asing (Belanda) yang kemudian ditetapkan sebagai perusahaan
Negara. Kemudian de-gan UU No. 1 Prp 1969 dibentuklah pembagian 3 jenis bentuk Badan
Usaha Milik Negara menjadi Perusahaan Jawatan (Perjan), Perusahaan Umum (Perum) dan
Persero. Pembagian ini dibentuk sesuai dengan tugas, fungsi dan misi Usaha pada waktu itu.
Filosofi mengapa dibentuk Badan Usaha Milik Negara adalah karena berdasarkan pada
bunyi ketentuan UU Pasal 33 khususnya ayat (2) dan (3) yang mengandung maksud bahwa;
cabang-cabang produksi penting bagi Negara yang menguasai ha-jat hidup orang banyak
dikuasai oleh Negara. Kemudian bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya
dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Dengan demkian tugas pertama Negara dengan membentuk badan usaha adalah untuk
memenuhi segala kebutuhan masyarakat, manakala sektor-sektor tersebut belum dapat
dilakukan oleh swasta. Kemudian tugas-tugas seperti itu diterje-mahkan sebagai bentuk
“pioneering” usaha oleh Negara yang membuat BUMN menjadi agen pembangunan/agent
of development.
Pada periode akhir 80an, tepatnya 1989, manajemen BUMN dibenahi sekaligus di-
luruskan kembali fokus usahanya serta ditata kembali pola reportingnya, yaitu den-gan
ditetapkannya Keputusan Menteri Keuangan No. 741/1989 yang mewajibkan manajemen
BUMN membuat laporan kerja dan laporan keuangannya sekaligus mempublikasikannya.
Hal ini sebenarnya merupakan cerminan dari pemberlakuan program-program Good
Corporate Governance, antara lain dengan mempublikasi-kan laporan keuangan berarti
telah terjadi pembelajaran dan pendisiplinan BUMN terhadap pelaksanaan prinsip GCG
(keterbukaan) sekaligus pembelajaran penera-pan protokol Pasar Modal (capital market
protocol) mulai pada waktu itu. Dengan penerapan prinsip-prinsip GCG, sekaligus
terkandung maksud untuk dapat memisahkan fungsi kepemilikan dan fungsi sebagai
regulator. Hal ini bila tidak di-pahamkan tentang pemisahan fungsi dimaksud akan
membawa akibat adanya intervensi-intervensi yang dimulai dari pemilik kemudian akan
diikuti oleh pihak-pihak lain yang mempunyai kepentingan. Usaha kecil yang merupakan
bagian integral dunia usaha nasional mempunyai kedudukan, potensi dan peranan yang
sangat penting dan strategis dalam mewujudkan tujuan pembangunan nasional pada
umumnya dan tujuan pembangunan ekonomi pada khususnya. Usaha kecil merupakan
kegiatan usaha yang mampu memperluas lapangan kerja dan memberikan pelayanan
ekonomi yang luas pada masyarakat dapat berperan dalam proses pemerataan dan
peningkatan pendapatan masyarakat, serta mendorong pertumbuhan ekonomi.
Bagi pengusaha kecil dan koperasi yang menjadi kendala utama dalam pelaksanaan
usahanya adalah bidang permodalan. Pengusaha kecil masih merasa sulit untuk
mendapatkan bantuan pinjaman dari Bank, yang lebih menyukai pemberian kredit kepada
pengusaha basar. Hal tersebut menyebabkan masyarakat tidak mampu menggunakan jasa
perbankan untuk mengembangkan Atas dasar kenyataan tersebut pemerintah menghimbau
kepada seluruh Badan Usaha Milik Negara (BUMN) untuk melaksanakan dasar program
pembinaan pengusaha kecil dan koperasi melalui Keputusan Menteri Keuangan Republik
Indonesia Nomor 316/KMK.016/1994 tentang Usaha Kecil dan Koperasi melalui
pemanfaatan dana dari bagian laba Badan Usaha Milik Negara (BUMN) melalui program
mitra binaan.
Dengan adanya keputusan tersebut pada saat ini seluruh BUMN diwajibkan menyisihkan
keuntungan dari usahanya untuk disalurkan kepada pengusaha kecil dan koperasi.
- Adapun dalam melaksanakan amanat UUD 1945 pasal 33 ayat (2) dan ayat (3) ,
negara mendirikan berbagai badan usaha yang bergerak dalam bidang kepentingan
umum yang disebut dengan BUMN .
- Bunyi UUD 1945 Pasal 33 Ayat 2 : “ Cabang – cabang produksi yang penting bagi
negara yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara “ .
- Dan , bunyi UUD 1945 Pasal 33 ayat 3 : “ Bumi dan air serta kekayaan alam yang
terkandung didalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-
besarnya kemakmuran rakyat “ .
Pada dasarnya sektor-sektor usaha yang dilakukan oleh BUMN mencakup hampir
seluruh sektor dan bidang usaha yang ada dimana didalamnya terdapat 11 kelom-pok besar
sektor, yaitu;
Agro Industri;
Telekomunikasi;
Semen, konstruksi dan Konsultan Engineering;
Pertambangan;
Energi;
Logistik;
Pariwisata;
Kehutanan dan Kertas;
Jasa Keuangan;
Industri Startegis;
Jasa Penunjang Pertanian
Dari sektor tersebut terbagi lagi menjadi sub-subsektor seperti Jasa Keuangan dapat
dibagi menjadi Jasa Keuangan Perbankan dan Jasa Keuangan Non Perbankan (misalnya
Asuransi), demikian juga terhadap sektor logistik yang dapat dibagi men-jadi bidang
transportasi, penunjang transportasi (misalnya Bandara, pelabuhan), Ka-wasan Industri, Dok
Perkapalan dlsb.
Luasnya sektor dan bidang usaha yang dilakukan oleh BUMN mengesankan bahwa
semua sektor usaha menjadi monopoli badan usaha Negara. Dari kajian yang kami lakukan,
sebaiknya Pemerintah bertahan pada pengelolaan dibidang yang me-menuhi kriteria
dibawah ini
Selanjutnya dari kajian tersebut dicoba untuk mengkategorikan sektor-sektor dan bi-
dang apa saja yang masih tepat dilakukan oleh BUMN, apakah sektor-sektor yang masih
sangat kompetitif, pelaksana layanan publik, atau yang strategis, lalu bagai-mana dengan
sifat bisnisnya apakah sudah sunset (tidak memiliki prospek) atau sifat usaha yang telah
banyak dilakukan oleh pihak swasta, bahkan bila dilaksakan oleh swasta justru dapat lebih
efisien?
Bila demikian halnya perlu dicarikan solusi terhadap sektor/bidang usaha apa saja yang
tepat dikelola/dilakukan oleh BUMN yang juiga mengacu pada ketentuan pasal 33 UU 1945
dimaksud dalam kriteria kriteria diatas.
KINERJA BUMN
Saat ini BUMN berjumlah 139 yang dalam pelaksanaan tugasnya masih memerlu-kan
beberapa perbaikan-perbaikan sistem manajemennya untuk mengangkat kiner-janya.
Perangkat perbaikan tersebut termasuk untuk menciptakan kontrol sistem, oleh karenanya
sejak tahun 2002 diwajibkan bagi seluruh BUMN untuk menerap-kan program GCG yang
kemudian diikuti dengan penerapan program-program lain yang dapat menunjang
kinerjanya seperti penerapan program Risk Management yang gencar diwajibkan sejak awal
2006 ini, selain beberapa BUMN yang bergerak di bidang industri-industri penting seperti
Telkom, PLN, Perbankan dan Industri-industri berbasis teknologi tingggi telah lebih dulu
menerapkan program Risk Man-agement ini. dengan melaksanakan program-program
tersebut perangkat-perangkat korporasi lainnya yang juga perlu ditingkatkan adalah kualitas
manaje-men/sumber daya manusia agar lebih mempunyai visi pada orientasi bisnis dan
berani mengambil keputusan-keputusan bisnis, sehingga paradigma BUMN secara simultan
dapat diubah, termasuk mindset manajemen, karyawan dan sistem teknologinya juga
(perlahan) harus dilakukan perombakan.
Hingga saat ini dengan upaya-upaya yang telah dilakukan nyatanya membawa peruba-
han, lebih nampak pada indikasi meningkatnya jumlah BUMN yang bertambah sehat dan
berkurangnya BUMN rugi.
Kemudian dari sisi pasar modal, dapat dikatakan bahwa BUMN adalah salah satu
indikator tentang dinamisnya perdagangan saham dan obligasi di bursa efek, dimana 12
BUMN yang listed saham di bursa (12 BUMN) mencapai 36.8% pada tahun 2004, dan 34.2%
pada tahun 2006 dari nilai transaksi perdagangan di bursa, dengan total kapitalisasi pasar
BUMN sejak 2001 s/d 2006 mencapai ± Rp.273 Trilliun. Belum lagi bila dihitung dengan
atraktifnya perdagangan obligasi yang di-issued oleh BUMN.
Namun patut kita cermati, bahwa kinerja yang tergambar tersebut tidak tersebar se-cara
merata di semua BUMN. Jika kita urutkan BUMN berdasarkan angka har-ta/aset, ekuitas,
penjualan, dan laba bersih, kemudian kita pilih BUMN yang memiliki setidaknya 3 figur yang
termasuk 25 terbesar pada kategorinya, maka akan kita da-patkan 22 BUMN yang
memenuhi kategori ini dan bisa kita katakan sebagai BUMN terbesar, dimana 8 diantaranya
adalah BUMN Tbk. Bila dibandingkan dengan jum-lah agregat seluruh BUMN, maka 22
BUMN ini memiliki 92.21% aset, 92.64% ekui-tas, 87.16% penjualan dan 91.78% laba bersih,
atau dengan kata lain dari 139 BUMN yang kita miliki, 117 BUMN diantaranya hanya
memiliki proporsi kurang dari 10% terhadap keseluruhan BUMN. Hal ini mengimplikasikan
adanya kinerja yang ti-dak optimal pada sebagian besar BUMN dan urgensi pertimbangan
mengenai jum-lah dan besaran BUMN yang ideal (rightsizing policy).
Tidak kalah pentingnya adalah Revitalisasi BUMN melalui restrukturisasi sektoral dengan
memperhatikan peraturan/perundangan yang ada dan restrukturisasi peru-sahaan melalui
penerapan key performance indicator (KPI) dan GCG secara konsis-ten. Melalui
restrukturisasi sektoral tersebut, diharapkan setiap kebijakan yang di-ambil oleh
Kementerian Negara BUMN akan sejalan dengan kebijakan dari depar-temen teknis. Di
samping itu, melalui penerapan KPI dan GCG secara konsisten, di-harapkan akan tercapai
BUMN yang terfokus, memiliki core competence, well per-formed dan well managed serta
menjadi champion di bidangnya.
Bahwa keberadaan BUMN memberikan pula efek mutiplier selain sebagai dinamisa-tor
pasar mengingat tugas dan fungsi BUMN selain berorientasi kpd laba dan laya-nan umum,
juga menjadi katalisator terhadap pertumbuhan ekonomi di level me-nengah kecil. yaitu
dapat dibuktikan dengan kepesertaan BUMN terhadap pembina-an dan pemberian
pendampingan bimbingan/bantuan teknis kepada UKM-UKM yang merupakan mitra
binaannya. Efek multiplier tersebut tentunya akan berdampak pada pertumbuhan
industri/ekonomi, selain penyiapan lapangan pekerjaan bagi ma-syarakat. sebagaimana
diketahui 139 BUMN memiliki total nilai aset sebesar RP. 1300 Triliun, ternyata dalam
pelaksanaannya masih dirasakan adanya kekurangan-kekurangan, antara lain apabila dillihat
dari sisi efisiensi tenaga kerja yang ada. Pada dasarnya jumlah tenaga kerja yang ada pada
BUMN-BUMN bisa dikatagori-kan overstaffing. Namun bila kita memperhatikan amanah dari
UUD 1945, tersirat bahwa Negara perlu menyediakan cukup lapangan pekerjaan bagi
warganya, oleh karenanya BUMN-BUMN sebagai suatu badan usaha yang dimiliki Negara
sekaligus sebagai alat produksi tentunya harus mempertimbangkan tentang penampungan
te-naga kerja. Sehingga efisiensi tenaga kerja di BUMN ada anggapan tidak/bukan menjadi
sorotan utama dikaitkan dengan performa kinerja perusahaan.
Untuk mencapai besaran dan struktur yang sesuai, rightsizing policy akan diwujud-
kan dalam kategorisasi BUMN dalam 5 (lima) bentuk atau jenis tindakan, yaitu;
(1) Stand Alone
BUMN yang masuk dalam kategori ini adalah BUMN yang memiliki kriteria beri-kut ini;
(2) Holding
BUMN yang masuk dalam kategori ini adalah BUMN yang memiliki kriteria beri-kut ini;
(3) Divestasi
Berbentuk Persero.
Berada pada sektor usaha atau industri yang kompetitif atau unsur teknologinya
cepat berubah.
Bidang usahanya menurut undang-undang tidak secara khusus harus dikelola oleh
BUMN.
Tidak bergerak di sektor pertahanan dan keamanan.
Tidak mengelola sumber daya alam yang menurut ketentuan perundang-undangan
tidak boleh diprivatisasi.
Tidak bergerak di sektor tertentu yang oleh pemerintah diberikan tugas khusus
untuk melaksanakan kegiatan tertentu yang berkaitan dengan kepentingan
masyarakat.
Memenuhi ketentuan/peraturan pasar modal apabila privatisasi dilakukan melalui
pasar modal.
Termasuk pula dari tindakan divestasi, meliputi pula tindakan privatisasi. Bahwa
tindakan privatisasi selain akan memperlihatkan kesiapan dan performa kinerja perusahaan
yang membaik yang kemudian mempunyai suatu nilai (value ) yang tinggi, maka
perusahaan-perusahaan yang baik tersebut diberikan kesempatan kepada
khalayak/masyarakat dan instansi (Pemda) untuk turut menikmati BUMN dengan cara
memiliki saham Perusahaan. Dengan demikian pengertian priva-tisasi tentang penjualan
aset kepada asing sebenarnya hanya terkait dengan masalah privatisasi dengan metode
Initial Public Offering (IPO) tentunya meng-gunakan suatu mekanisme pasar yang tidak bisa
dikontrol investor-investornya.
Demikian pula sebaliknya, bagaimana perlakuan terhadap BUMN yang usa-hanya sudah
sunset (yang potensi perkembangan usahanya sudah turun) bila-mana Pemerintah akan
bertindak sebagai regulator?. Seperti misalnya pada kegiatan BUMN di bidang usaha
penerbitan dan perdagangan buku, termasuk pula usaha pergedungan dan pertokoan,
dimana sektor swasta lebih maju dan lebih efisien mengelolanya, apakah negara masih layak
untuk memiliki dan mengelola BUMN tersebut?
Dalam rangka penguatan sinergi antar-BUMN, tindakan merjer dan konsolidasi menjadi
pertimbangan, apabila memenuhi kriteria berikut ini;
(5) Likuidasi
Tidak ada PSO – non “Strategis” (tidak harus dipertahankan status BUMN)
Dalam beberapa tahun mengalami kerugian terus-menerus
Kompetisi usaha tinggi
Eksternalitas rendah
Usahanya tidak prospektif
Ekuitas negatif
Selain pertimbangan diatas, tentunya cost & benefit tersebut sudah meliputi pen-
ghitungan tentang biaya likuidasi (cost of liquidation) harus lebih kecil dari biaya apabila
perusahaan tetap dioperasikan.
Selain itu, dengan telah ditetapkannya UU No 19 Tahun 2003 tentang BUMN, dalam
pasal 4 (1) dan penjelasannya telah ditegaskan bahwa modal BUMN yang berasal dari
kekayaan Negara yang dipisahkan adalah pemisahan kekayaan Ne-gara dari APBN untuk
dijadikan penyertaan modal Negara pada BUMN, untuk selanjutnya pembinaan dan
pengelolaannya tidak lagi didasarkan pada sistem APBN namun didasarkan pada prinsip-
prinsip perusahaan yang sehat. Lebih lan-jut terdapat pengaturan dalam PP No. 33 Tahun
2006 yang menyatakan bahwa penyelesaian piutang BUMN diselesaikan dengan mekanisme
korporasi yang di-dasarkan pada pengertian piutang Negara dalam UU No. 1 Tahun 2004
tentang Perbendaharaan Negara dimana dalam UU tersebut tidak lagi dimasukkan pen-
gertian piutang BUMN sebagai bagian dari piutang Negara.
Dari hal diatas, pengertian sebagaimana diatur dalam UUD 1945 Pasal 33 ayat (2) dan (3)
diatas, belum memiliki definisi yang seragam tentang arti “dikuasai” dan “cabang-cabang
produksi penting” seperti apa. Kemudian terhadap pemahaman tentang kekayaan Negara
yang dipisahkan, perlu mendapatkan pemahaman se-cara meluas bahwa modal yang telah
dipisahkan untuk pendirian suatu BUMN bu-kan lagi kategori kekayaan Negara.
Bahwa perlu disadari fungsi dan tugas utama BUMN tidak hanya sekedar mem-peroleh
keuntungan saja, yang kemudian diukur hanya dengan adanya peningkatan RoA, RoE, RoI
saja, tetapi juga mengemban beberapa tugas yang lebih bersifat makro, seperti menjaga
stabilitas ekonomi/harga, dan untuk memenuhi sifat penu-gasan layanan publik atau agent
of development serta pioneering. Sehingga menge-lola BUMN tentunya juga harus dapat
memahami kepentingan-kepentingan stakeholdernya. Dengan demikian, seharusnya dari
sisi regulasi untuk kepentingan pelaksanaan usaha BUMN khususnya yang mengemban
tugas layanan umum perlu diatur dengan suatu regulasi yang lebih mendukung pada BUMN.
Demikian pula, gaya manajemen BUMN yang ada perlu dilakukan perubahan para-
digmanya (mind set), bahwa paradigma baru menghendaki adanya suatu inovasi dan
terobosan bisnis yang harus dilakukan tanpa harus menciptakan birokrasi yang berbelit,
namun harus tetap mengutamakan prinsip governance. Untuk mendukung perubahan
paradigma baru tersebut dalam pengadaan manajemen BUMN yang dit-erapkan saat ini
sudah menggunakan metode fit & proper test yang melibatkan pula pihak independent
assessor, yang dalam pelaksanannya diikat dengan Statement of Corporate Intent (SCI)
sebagai acuan komitmen manajemen dalam peningkatan kinerjanya, yang akan diukur
dalam kinerjanya dengan Key Performance Indicator (KPI) yang disepakati bersama dan
dituangkan dalam suatu Kontrak Manajemen.
"Hanya perusahaan yang tidak menguasai hajat hidup orang banyak boleh ada di tangan
orang-seorang." Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalam bumi adalah
pokok-pokok kemakmuran rakyat. Sebab itu harus dikuasai oleh negara dan dipergunakan
untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat."
Ini berarti, bahwa yang menguasai hajat hidup orang banyak yaitu harus berada di
tangan perusahaan milik negara (BUMN). Jadi kedudukan BUMN (Badan Usaha Milik
Negara) dalam kehidupan perekonomian negara dilandasi secara konstitusioanal oleh Pasal
33 UUD 1945.
Dalam penjelasan Pasal 33 UUD 1945 tersebut antara lain dinyatakan, bahwa:
"Produksi dikerjakan oleh semua , untuk semua di bawah pimpinan atau pemilikan anggota-
anggota masyarakat. Kemakmuran masyarakat yang diutamakan, bukan kemakmuran
orang-seorang. Sebab itu perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas azas
kekeluargaan. Bangun perusahaan yang sesuai dengan itu ialah "koperasi"
Penjelasan Pasal 33 1945 di sini tidak berarti bahwa seluruh ekonomi harus
dikoperasikan ."koperasi adalah wahana sosial ekonomi utama di bidang pedesaan dan
pertanian" dari pengertian koperasi tersebut , maka belum tentu di sektor di luar sektor
pedesaan dan pertanian ( industri, pertambangan, perdagangan,dan sebainya), koperasi
akan tumbuh dengan subur, bahkan di sektor pedesaan dan pertanianpun koperasi
berkembang dengan subur.
Salah satu usaha Pemerintah dalam rangka mendorong pertumbuhan gerakan koperasi
sebagai wadah untuk membantu golongan ekonomi lemah ialah dengan dibentuknya
Koperasi Unit Desa (KUD). KUD ini berbentuk badan usaha yang merupakan kesatuan
ekonomi terkecil dalam rangka pembangunan pedesaan.Dalam intruksi Presiden Nomor 2
Tahun 1978 yang antara lain menyatakan : KUD sebagai wadah dari seluruh warga desa
termasuk petani,nelayan,pengrajin,peternak,pedagang dan sebagainya. Dengan intruksi ini
diharapkan KUD benar-benar menjadi wadah utama kegiatan ekonomi pedesaan yang
dimiliki dan diatur sendiri oleh seluruh warga desa sendiri untuk keperluan mereka dalam
pembangunan. Untuk meningkatkan dan memantapkan kegiatan usaha koperasi primer
dalam berbagai bidang usaha, telah dilakukan peningkatan keterampilan untuk menyusun
rencana usaha, peningkatan kecekatan dalam usaha memperoleh kredit dan kemampuan
untuk memanfaatkannya bagi kepentingan usaha , serta bimbingan dalam kegiatan simpan
pinjam agar mampu mengembangkan tabungan para anggota dan mampu memenuhi
kebutuhan kredit mereka. Di samping itu , juga dikembangkan kerjasama antara koperasi
dengan sektor negara dan sektor swasta.Selanjutnya untuk membantu usaha kerajinan
rakyat dan industry kecil telah dilakukan kerjasama , baik antar koperasi dengan badan
usaha lainnya.dengan prinsip saling menguntungkan seperti dalam pengadaan bahan
baku,produksi, serta pemasaran hasilnya.
Sedangkan latar belakang pendirian BUMN ini nampaknya bermacam-macam ,
tergantung dari periode pendiriannya dan kebijaksanaan Pemerintah saat itu. Beberapa
BUMN merupakan kelanjutan dari perusahaan-perusahaan yang didirikan pada zaman
sebelum kemerdekaan. Beberapa perusahaan didirikan pada zaman perjuangan
kemerdekaan , yang menonjol dalam hal ini adalah CTC ( Central Trading Company ) yang
kemudian berkembang menjadi PT Panca Niaga, lahirnya Perusahaan Perkebunan Negara
(PPN) sebagai akibat nasionalisasi perusahaan-prusahaan perkebunan milik Belanda oleh
Pemerintah.Demikian pula lahirnya PELNI sebagai akibat nasionalisasi KPM milik Belanda.
Berbagai landasan pendirian perusahaan negara tersebut telah menimbulkan kesulitan-
kesulitan dalam pengendaliannya. Untuk mengatasi berbagai masalah pengendalian ini
maka disusunlah Undang-undang No 19 Tahun 1960 mengenai perusahaan negara. Undang-
undang ini merupakan tonggak penting dalam pengelolaan dan pengendalian BUMN di
Indonesia. Melalui Undang-undang ini ditetapkan peranan dan fungsi perusahaan negara
dan berbagai badan pengendalian yang penting. Dalam usaha membangun ekonomi
diusahakan peran serta seluruh lapisan masyarakat dan mengurangi campur tangan
Pemerintah yang menghambat perkembangan ekonomi. Dalam iklim demikian ini
dirumuskan perundangan yang akan meletakkan kembali peran BUMN sebagai aparatur
perekonomian negara dalam sistem perekonomian Indonesia. Perumusan ini telah
melahirkan Undang-undang No 9 Tahun 1969 dimana dalam konsiderinya jelas
mencerminkan kedudukan /peranan BUMN dalam sistem perekonomian Indonesia, antara
lain :
1. Bahwa perusahaan Negara sebagai unit ekonomi yang tidak terpisah dari sistem
ekonomi Indonesia perlu segera disesuaikan pengaturan dan pembinaannya
menurut isi dan jiwa ketetapan MPR sementara Nomor XXIII/MPRS/1966
2. Bahwa dalam kenyataannya terdapat Usaha Negara dalam bentuk Perusahaan
Negara berdasarkan UU Nomor 19 Tahun 1960 yang dirasakan kurang efisien,
sehingga dipandang perlu untuk segera ditertibkan kembali
Dalam melaksanakan amanat UUD 1945 pasal 33 ayat (2) dan ayat (3) , negara
mendirikan berbagai badan usaha yang bergerak dalam bidang kepentingan umum atau
yang disebut dengan BUMN . Badan Usaha Milik Negara ( BUMN ) adalah bentuk dari semua
perusahaan yang sebagian besar ataupun seluruh modalnya dimiliki oleh negara melalui
penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan , kecuali ada
ketentuan lain berdasarkan UU .
Badan usaha yang didirikan dengan modal pemerintah pusat disebut dengan BUMN .
Sedangkan badan usaha yang didirikan dengan modal pemerintah daerah disebut BUMD .
Fungsi dari BUMN adalah untuk mengelola produk dan distribusi barang – barang yang
bersifat vital, strategis , dan berkaitan dengan kepentingan orang orang .
Contoh dari BUMN diantara nya itu :
PT Telkom
PT PELNI
PT PLN
PT Pos Indonesia
Perum Pegadaian , dan
PT KAI ( Kereta Api Indonesia )
BUMN didirkan dengan tujuan :
Memenuhi kepentingan umum ( Public Service )
Memupuk pendapatan negara
Memperluas lapangan kerja , serta
Mencegah monopoli swasta
I . Ciri – ciri Badan Usaha Milik Negara ( BUMN ) .
Ciri – ciri BUMN secara umum diantaranya :
Melayani kepentingan umum
Berusaha memperoleh keuntungan
Pemerintah memiliki kewenangan dalam menetapkan kebijakan usaha
Berstatus badan hukum dan tunduk kepada hukum yang berlaku di Indonesia
Seluruh atau sebagian modalnya adalah milik negara
Modalnya dapat berupa saham* dan obligasi** untuk BUMN yang telah go public
Pemerintah bertindak sebagai pemegang saham dan pemegang hak atas segala kekayaan
usaha
Bergerak di bidang produksi atau jasa yang bersifat vital
Segala hak , kewajiban dan tanggung jawab berada di tangan negara
Bertujuan membangun ekonomi nasional dalam upaya meningkatkan kesejahteraan rakyat
Sebagai sumber pemasukan negara
Pengawasan dilakukan oleh alat perlengkapan negara yang berwenang
Dapat menghimpun dana dari pihak lain , baik dari lembaga keuangan bank maupun nonbank
Direksi bertanggung jawab penuh terhadap BUMN
IV . I . TUGAS
Menteri Negara BUMN mempunyai tugas membantu Presiden dalam merumuskan
kebijakan dan koordinasi di bidang pembinaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN).
IV . II . FUNGSI
Dalam melaksanakan tugas tersebut Menteri Negara BUMN menyelenggarakan
fungsi:
A. Perumusan kebijakan pemerintah di bidang pembinaan BUMN yang meliputi kegiatan
pengendalian, peningkatan efisiensi, privatisasi, dan restrukturisasi BUMN.
2 ) Kegiatan konsumsi
Seperti halnya yang telah kalian pelajari pada bab 8 mengenai pelaku-pelaku
ekonomi, pemerintah juga berperan sebagai pelaku konsumsi. Pemerintah juga
membutuhkan barang dan jasa untuk menjalankan tugasnya. Seperti halnya ketika
menjalankan tugasnya dalam rangka melayani masyarakat, yaitu mengadakan
pembangunan gedung-gedung sekolah, rumah sakit, atau jalan raya. Tentunya pemerintah
akan membutuhkan bahan-bahan bangunan seperti semen, pasir, aspal, dan sebagainya.
Semua barang-barang tersebut harus dikonsumsi pemerintah untuk menjalankan tugasnya.
Contoh-contoh mengenai kegiatan konsumsi yang dilakukan pemerintah masih banyak,
seperti membeli barang-barang untuk administrasi pemerintahan, menggaji pegawai-
pegawai pemerintah, dan sebagainya.
3 ) Kegiatan distribusi
Dengan BUMN yang sehat, kuat dan berdaya saing, makin mudah dilakukan
privatisasi.Privatisasi BUMN bukan berarti hanya menjual perusahaan milik negara,
melainkan merupakan suatu wahana reformasi untuk mencapai berbagai sasaran sekaligus.
Sasaran privatisasi BUMN harus mencakup upaya menjamin perbaikan usaha yang
berkesinambungan, menunjang pemulihan keadaan ekonomi, dan meningkatkan mutu
pelayanan kepada konsumen. Keberhasilan privatisasi beberapa BUMN belakangan ini
ditambah masuknya bank-bank asing kedalam bank-bank yang sedang direstrukturisasi,
telah membantu proses pemulihan kepercayaan kepada ekonomi Indonesia yang akhkir-
akhir ini telah mulai tampak tanda-tandanya. Jika kinerja BUMN dapat lebih ditingkatkan,
saya yakin bahwa BUMN dapat berperan lebih besar lagi dalam meningkatkan pendapatan
negara, menyediakan sarana dan prasarana yang diperlukan bagi kehidupan ekonomi yang
lebih baik menciptakan lapangan kerja yang lebih luas; dan yang lebih penting dapat
menjadi salah satu alternatif sumber pembiayaan bagi kegiatankegiatan pembangunan.
Peran BUMN di masa depan haruslah kita letakkan dalam kerangka sistem ekonomi
pasaryang sedang kita kembangkan. Untuk meningkatkan kinerjanya BUMN harus terbuka
untukdimiliki oleh masyarakat atau investasi swasta. Dalam kondisi dimana usaha swasta
mampumenyediakan barang dan jasa secara bersaing, BUMN harus berperan seperti badan
usaha biasa,harus mampu bersaing dalam harga, kualitas dan pelayanan. Kalau tidak bisa,
ditutup saja, ataudilepas kepada swasta. Dalam hal di suatu kegiatan atau wilayah belum
cukup tersedia pelayanankebutuhan barang dan jasa yang dibutuhkan oleh masyarakat,
BUMN dapat ditugasi olehpemerintah, namun meskipun saingannya tidak ada pelayanan itu
harus diberikan secara efisien,sehingga masyarakat tidak menjadi korban karena harus
memikul biaya yang lebih besar.Keberadaan BUMN disini tidak boleh menutup bahkan
harus menungkinkan datangnya parapelaku baru (new entrants) ke bidang atau ke wilayah
tersebut.
Sehari mengenai Masa Depan Reformasi BUMN ini dapat menciptakan suasana
sinergi dalamberbagai hal guna memperoleh manfaat dari potensi BUMN di Indonesia yang
demikianbesarnya. Dari kualifikasi peserta yang hadir pada kesempatan ini, saya
mengharapkan ini akan membahas berbagai aspek penting dalam pelaksanaan reformasi
BUMN, baik itumenyangkut sumber daya manusia, kinerja operasional, pemasaran maupun
kelembagaan. Tidakkalah pentingnya saya berharap juga akan dibahas masalah pembiayaan
melalui sistem perbankan
Tujuan :
- Calon Mitra Binaan mengajukan Proposal sesuai Formulir yang disediakan di setiap
BUMN
- Evaluasi oleh BUMN Pembina
- Penetapan Nilai Bantuan Modal Usaha
- Pelatihan
- Penyerahan Bantuan Modal Usaha
- Pendampingan dan Pemasaran
- 3 Tahun dengan bunga maksimum s/d 12 % per tahun (perhitungan bunga efektip)
- Dapat diberikan s/d 3 kali untuk setiap Mitra Binaan
Pencapaian target tsb. merupakan salah satu komponen penting Penilaian Kinerja Direksi
dan Kesehatan BUMNPenyelenggaraan BUMN Expo di kota-kota besar sebagai media promosi dan
pemasaran produk Mitra Binaan
- Sulitnya koordinasi antar BUMN dalam penyaluran Dana Kemitraan dikarenakan 50% BUMN
tidak memiliki Kantor Cabang / perwakilan di daerah
- Masih terbatasnya peran riil Pemda setempat dalam pendayagunaan Program Kemitraan
BUMN, misalnya dalam pemberian informasi tentang Profil Usaha Kecil, Arah
Pengembangan Ekonomi Daerah serta Proyeksi Potensi Pasar Usaha Kecil.
- Relatip terbatasnya jumlah SDM pelaksana Program Kemitraan dan Bina Lingkungan di
BUMN
- Sikap ekstra hati-hati dari BUMN dalam pemilihan Mitra Binaan akibat sulitnya menilai
prospek usha serta perilaku kurang terpuji dari beberapa Mitra Binaan.
- Prosedur administrasi PKBL yang relatip lebih rumit dibanding perbankan.
- Bunga Pinjaman yang dinilai masih memberatkan (6 s.d 12 %)
Dalam rangka memberdayakan ekonomi usaha kecil dan koperasi, pemerintah telah
menetapkan beberapa peraturan yang memberikan fasilitas atau kegiatan mulai dari
perkreditan sampai dengan memecahkan masalah pemasaran yaitu Undang-Undang Nomor
9 Tahun 1995 tentang Usaha Kecil dan Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1998 tentang
Pembinaan dan Pengembangan Usaha Kecil. Penelitian dilakukan untuk mengetahui
peranan BUMN dalam memberikan pinjaman modal kepada Pengusaha Kecil dan Koperasi,
dan bentuk perjanjian dan tanggung jawab bagi para pihak, serta penyelesaian jika timbul
sengketa antara pemberi pinjaman modal dengan pihak peminjam. Lokasi penelitian di Kota
Medan. Penetapan sampel dilakukan seeara purposive. Data diperoleh dengan cara studi
dokumen, wawancara serta menyebarkan kuesioner. Penelitian ini bersifat deskriptif dan
data dianalisis secara kualitatif.
Peran BUMN saat ini adalah mengemban misi pembangunan sebagai agen
pembangunan. Disebut stabilisator ekonomi pembangunan, BUMN lebih berperan sebagai
stabilisator ekonomi. Karena peran BUMN sangat besar dalam sistem ekonomi Indonesia
jika dibandingkan dengan swasta dan koperasi.
BUMN memiliki peran penting dalam mendukung pertumbuhan ekonomi. Namun agar
peran tersebut bisa lebih maksimal, BUMN harus memebuhi syarat-syarat berikut;
Dikelola berdasarkan prinsip dan kultur korporasi yang sehat;Dikelola oleh manajemen
profesional, integritas dan leadership yang kuat, serta memiliki sense of business yang
tinggi. Untuk itu pola rekrutmen dan pola re- munerasi harus dikembangkan sesuai dengan
standar korporasi;
Menerapkan prinsip tata kelola perusahaan yang baik (GCG), secara konsis-ten dan
berkesinambungan;
Siap bersaing di era kompetisi global, dan memiliki kemampuan untuk survive dalam segala
kondisi;
Memiliki tanggung jawab sosial (Corporate Social Responsibility), baik dalam hal
kepedulian terhadap lingkungan hid up, pengentasan problem masyarakat sekitar, dan
pengembangan pengusaha kecil.
www.google.com
www.wikipedia.com
dan sumber – sumber lain nya yang mendukung revisi tersebut.