You are on page 1of 9

VALIDITAS KONSTRUK TES KOMPETENSI

MEMBACA GAMBAR TEKNIK MESIN


Muhammad Khumaedi'

ABSTRACT
This research aims is to reveal the construct validity of mechanical
engineering drawing reading competency test. Empiric test development is used as
method. 1000 mechanical engineering of vocational high school students were
taken as sample using cluster sampling. Data analyzes using exploratory factor
analysis through Principal Component Analysis (PCA). The result shows that all
aspects of mechanical engineering drawing reading competency test that is
developed have good construct validity. Hence teahers can use the test as a test and
evaluation tool of mechanical engineering drawing reading competency.

Kata kunci: validitas konstruk, kompetensi, gambar teknik mesin.

PENDAHULUAN itu perlu dikembangkan tes kompetensi


Dalam penjelasan pasal 15 W No. membaca gambar teknik mesin yang baku
20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan untuk mengukur kemampuan siswa terse-
Nasional disebutkan bahwa pendidikan ke- but.
juruan merupakan pendidikan menengah Agar tes yang dikembangkan benar-
yang mempersiapkan peserta didik terutama benar dapat mengukur kompetensi memba-
untuk bekerja dalam bidang tertentu. Berda- ca gambar teknik mesin, maka soal yang di-
sarkan ha1 tersebut maka siswa Sekolah buat hams sesuai dengan konstruk teoritik
Menengah Kejuruan bidang keahlian Tek- yang akan diukur. Untuk itu tes perlu mem-
nik Mesin tentu lulusannya diharapkan punyai validitas konstruk yang baik.
mampu bekerja dengan baik di industri. Kemampuan membaca gambar tek-
Untuk dapat bekerja dengan baik di nik mesin dapat dilihat dari hasil bacaan-
industri permesinan, maka perlu penguasa- nya, jadi bukan prosedurnya, ha1 ini dise-
an kompetensi membaca gambar teknik me- babkan karena kegiatan itu menyangkut
sin, ha1 ini disebabkan karena kemampuan proses mental seperti misalnya keteram-
membaca dan memahami gambar merupa- pilan memecahkan masalah (Gronlund
kan alat komunikasi universal yang perlu 1982: 83-84). Gambar teknik mesin harus
dimengerti oleh orang-orang industri (Han- dapat memberikan informasi untuk mene-
tor0 dan Parjono 1983). Dengan demikian ruskan maksud apa yang diinginkan oleh
di industri, gambar merupakan 'bahasa' perencana kepada pelaksana (teknisi). De-
yang perlu dikuasai oleh semua yang beker- mikian juga pelaksana harus mampu mem-
ja di permesinan, termasuk dalam ha1 ini baca apa yang terdapat dalam gambar kerja
siswa SMK bidang keahlian Teknik Mesin untuk dibuat menjadi produk yang sebenar-
yang setelah lulus akan bekerja di industri nya sesuai dengan keinginan perencana atau
permesinan. pemesan. Untuk itu standar-standar, sebagai
Sayangnya sejak tahun 1998, ketika tata bahasa teknik, diperlukan untuk menye-
bidang studi (diklat) gambar teknik mesin diakan ketentuan-ketentuan yang cukup
tidak diujikan lagi di SMK bidang keahlian (Sato dan Sigiarto 1994: 2). .
Teknik Mesin, tidak diketahui secara pasti Gambar teknik yang dibuat hams
kemampuan siswa dalam membaca gambar dapat memberikan pandangan pada bidang
teknik mesin. Padahal sebagai alat komuni- yang sesuai dan aturan-aturan yang benar
kasi ha1 ini tentunya perlu diketahui. Untuk (Giesecke dkk. 1985: 8). Untuk dapat

' Dosen J m s a n Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang


16
- - -.
-
-"
m-

Muhammad Khumaedi, Validitas Konstruk Tes Kompeteusi

menggunakan gambar sebagai . bahasa, O- gambar susunan (gabungan) dan gam-


rang perlu mempunyai kemampuan: mema- bar bentangan (bukaan) masuk ke da-
hami gambar teknik, membuat sketsa-sketsa lam kemampuan membaca bentangan,
yang digambar secara bebas atau diagram- detail dan gambar susunan.
diagram detail, penguasaan seluruh lingkup Tes adalah pengukuran terencana
teknik menggambar yang khas bagi gambar yang dipakai pengajar untuk memberikan
kerja dalam lapangan kejuruan yang rele- kesempatan pada siswa memperlihatkan
van, dan membuat gambar rancangan leng- prestasi mereka dalam kaitannya dengan tu-
kap (Nolker dan Schoenfeldt 1988: 149- juan yang telah ditentukan (Cangelosi 1990:
150). Dari apa yang telah diuraikan tersebut 25), sedangkan Anastasi dan Urbina (1997:
dapat dimengerti bahwa untuk dapat mem- 2) menyatakan bahwa tes adalah alat yang
baca gambar teknik mesin diperlukan kons- berfungsi untuk mengukur perbedaan dian-
truk (construct) kemampuan mernbaca: a- tara individu-individu. Memperhatikan pen-
turan gambar, pandangan gambar, serta dapat-pendapat tersebut nampak jelas mere-
bentangan, detail dan gambar susunan. ka bersepakat bahwa tes adalah alat yang
Faktor-faktor yang perlu dikuasai da- digunakan untuk mengukur kemampuan
lam membaca gambar teknik mesin melipu- siswa yang dilihat dari hasil skor yang dida-
ti: prinsip-prinsip dasar (garis, tulisan dan pat setelah mengerjakan serangkaian tugas
sistem ukuran), perspektif dan pandangan yang diberikan kepadanya.
utama, potongan, bagian mesin sederhana Tes yang digunakan adalah bentuk
(ulir), bentangan (bukaan), sambungan las, obyektif pilihan ganda, ha1 ini sesuai de-
bantalan rol, roda dan batang gigi, bagian ngan pendapat Sax (1980: 101) yang me-
mesin perkakas, dan gambar torak mesin nyatakan bahwa jika tes bertujuan untuk
(Nolker dan Schoenfeldt 1988: 156). Dalam mengukur berbagai tingkat pengetahuan se-
standar kejuruan juga dijelaskan bahwa un- cara obyektif dapat digunakan bentuk tes
sur-unsur untuk gambar teknik mesin meli- pilihan ganda. Pilihan jawaban (option) tes
puti: benda kerja dan bentuk, ukuran dan kompetensi membaca gambar teknik mesin
kualitas permukaan, toleransi, sambungan, dibuat menggunakan lima altematif pilihan.
aturan pada gambar, potongan, dan gambar Validitas konstruk suatu tes menun-
susunan (Schippers dan Patriana 1994: jukkan sejauh mana suatu tes mengukur
117). trait atau konstruk teoritik yang hendak di-
Masuknya masing-masing faktor ke ukumya. Untuk menguji validitas diperlu-
dalam tes kompetensi membaca gambar kan analisis statistik seperti penggunaan a-
teknik mesin yang terdiri dari kemampuan nalisis faktor dan statistik korelasi yang la-
membaca aturan gambar, pandangan gam- in. Segi empiris dari validitas konstruk ada-
bar, serta bentangan, detail dan gambar lah: (a) Secara internal, hubungan-hubung-
susunan seperti telah dijelaskan di depan an di dalam tes perlunya seperti yang dira-
adalah sebagai berikut: malkan oleh konstruk tersebut, dan (b) Se-
1) Faktor-faktor: garis gambar, ukuran cara eksternal, hubungan-hubungan antara
gambar, konstruksi geometris, huruf skor tes dengan pengamatan-pengamatan
dan angka, gambar ulir, gambar gigi, lainnya perlunya konsisten dengan konstruk
gambar las, tanda pengerjaan, dan tole- tersebut (Ary, Jacobs dan Razavieh 1979:
ransi mas& ke dalam kemampuan 285).
membaca aturan gambar. Pembuatan tes kompetensi membaca
2) Faktor-faktor: gambar proyeksi (pan- gambar teknik mesin lebih dititik beratkan
dangan gambar), gambar perspektif pada kesesuaian tes dengan teori yang telah
dan gambar potongan masuk ke dalam direncanakan. Dengan demikian proses
kemampuan membaca pandangan pembakuannya lebih mengacu pada upaya
gambar. untuk mencapai tingkat keakuratan tes de-
3) Faktor-faktor: gambar detail (bagian), ngan meminimalkan pengaruh faktor-faktor

TERAKREDlTASl NO: 56/DIKTI/KEP/2005


JURNAL PTM VOLUME 6, NO.l, JUNI 2006

yang tidak relevan dengan teori yang mem- buat hipotesis tentang sejumlah faktor ber-
bangun tes. Untuk itu faktor-faktor yang dasarkan data. Analisis faktor kofirmatori
membentuk susunan tes ini h m s mempu- merupakan model pengujian teori kebalikan
nyai validitas konstruk yang sesuai, yaitu dari eksploratori (Connie D. 1997: 1).
suatu validitas yang menunjuk pada sejauh Untuk melakukan ekstraksi faktor
mana hasil tes dapat ditafsirkan sesuai de- ada beberapa metode yang biasa digunakan,
ngan bangun pengertiannya (Ary, Jacobs yaitu: centroid, principle component, dia-
dan Razavieh 1979: 288). gonal, maximum likehood, dan alpha. Di
Dalam pembuatan tes sangat diperlu- antara metode-metode ekstrasi tersebut, me-
kan adanyti kerangka teori yang memba- tode ekstraksi Principal Component Analy-
ngun tes, untuk itu perlu diketahui apakah sis (PCA) adalah yang paling banyak digu-
teori-teori yang membangun tes memang nakan, karena metode ini paling banyak
merupakan faktor yang sehmsnya bukan memberikan variansi dan tersedia di kom-
faktor yang lain. Untuk itu itu diperlukan puter (Kerlinger 1992: 1011-1012).
adanya validitas konstruk, sebab dengan Untuk lebih memperjelas dan menye-
I
I menggunakan validitas konstruk dapat di- derhanakan struktur faktor yang ada sehing-
ketahui kemungkinan pengmh konstruk ga mudah ditafsirkan, dilakukan rotasi fak-
~
,
,
pada hasil tes, membuat hipotesis berdasar- tor. Metode rotasi yang paling banyak digu-
: !
kan teori yang melibatkan konstruk itu, dan nakan adalah rotasi ortogonallvarimax, ka-
1 menguji hipotesis tadi secara empirik rena metode ini akan menyederhanakan
. (Cronbach 1970: 143). faktor menurut ukuran variabel ke dalam
Dewasa ini yang umum dilakukan sejumlah faktor tertentu (Gorsuch 1983:
untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang 184-185)).
membangun suatu tes adalah menggunakan Berdasarkan uraian yang telah dije-
analisis faktor (Anastasi dan Urbina 1997: laskan di atas, maka tujuan penelitian ini
303). Ada empat langkah dasar untuk mela- adalah untuk mengetahui validitas konstruk
kukan analisis faktor yaitu: (a) mengumpul- tes kompetensi membaca gambar teknik
kan data dan menyimpulkan metrik korela- mesin.
si, @) ekstrasi untuk mencari faktor utama,
(c) rotasi dan interpretasi faktor, serta (d) METODE PENELITIAN
menyusun skala atau menskor faktor yang Metode penelitian menggunakan pe-
digunakan untuk analisis lebih lanjut (http:/J ngembangan tes secara empiris, yaitu meto-
trochim.human.comell.edu/tutorialJflynnlfa de pengembangan tes melalui suatu uji coba
ctor.htm.). Hal senada dikemukakan oleh (try-out) di lapangan secara langsung pada
Nurosis (1986: B-43) yang menyatakan kelas yang sesungguhnya (Azwar 1996:
bahwa langkah-langkah dalam analisis fak- 130). Pengambilan sampelnya mengguna-
tor meliputi: (a) menghitung korelasi me- kan Cluster Sampling, yaitu sampel yang
trik, (b) ekstraksi faktor, (c) rotasi dan inter- ditarik dari populasi yang telah terlebih da-
pretasi faktor, serta (d) penamaan atau pe- hulu dibagi dalam area atau cluster (Nazir
nafsiran faktor. 1984: 332). Caranya dari kelompok
Dua pendekatan yang sering diguna- populasi dipilih dulu beberapa cluster seba-
kan dalam analisis faktor, yaitu: (a) pende- gai sampel, kemudian dipilih lagi anggota
katan eksploratori (exploratory factor ana- unit dari cluster. Setelah dilakukan ran- i
lysis) dan @) pendekatan konfirmatori (con- domisasi, maka uji coba dilakukan pada
firmatory factor analysis). Analisis faktor 1000 siswa SMK bidang keahlian Teknik
eksploratori digunakan untuk suatu penyeli- Mesin.
dikan data dalam menentukan jumlah atau Tes yang diuji cobakan di lapangan
hakikat faktor yang terdiri dari kovariasi an- adalah tes kompetensi membaca gambar
tara variabel ketika peneliti apriori, tidak teknik mesin yang meliputi kemampuan:
mempunyai dasar yang cukup untuk mem- membaca aturan gambar, membaca pan-

ISSN: 1412-1247 TERAKREDlTASl NO: 56/DIKTI/KEP/2005


Muhammad Khumaedi, Validitas Konstruk Tes Kompetensi

dangan gambar, serta membaca bentangan, soal yang ada, diperoleh hasil uji persyarat-
detail dan gambar susunan. Tes kemampu- an analisis dengan Kaiser Meyer Olkin me-
an membaca aturan gambar terdiri 9 faktor ngenai measure of sampling adequacy
dengan jumlah soal 24 butir, kemampuan (KMO MSA) sebesar 0,69 adalah sedang.
membaca pandangan gambar terdiri 3 fak- Hal ini sesuai dengan pendapat Nurosis
tor dengan jumlah soal 15 butir, serta ke- (1986: 45) yang menyatakan bahwa KMO
mampuan membaca bentangan, detail dan MSA 0,90 adalah baik sekali, 0,80 baik,
susunan gambar terdiri 3 faktor dengan 0,70 sedang, 0,60 cukup dan di bawah 0,50
jumlah soal 6 butir, sehingga semua soal tidak dapat diterima. Nilai Bartlett untuk tes
yang diuji cobakan bejumlah 45 butir. of sphericity sebesar 13442,79 dengan
Hasil uji coba tes di lapangan dilaku- probabilitas p = 0.00. Hal ini menunjukkan
kan untuk mengetahui validitas konstruk tes matriks korelasi bukan merupakan matriks
kompetensi membaca gambar teknik yang identitas, sehingga cukup memadai untuk
dikembangkan. Untuk menganalisis validi- dilakukan analisis lebih lanjut terhadap 24
tas konstruk digunakan analisis faktor de- butir soal yang ada.
ngan bantuan paket program statistik SPSS Dan hasil analisis dengan metode
(Statistical Program for Social Science). PCA (Principal Component Analysis), pada
Mengingat dalam analisis faktor bagian Anti Image Correlation, didapatkan
yang dilakukan tidak untuk menguji hipote- sejumlah angka membentuk diagonal ber-
sis, tetapi hanya untuk melihat banyaknya tanda 'a' yang merupakan besaran MSA se-
faktor berdasarkan data yang ada, serta ma- buah butir soal. Dari angka-angka tersebut
suknya butir ke dalam suatu faktor, maka tidak ada besaran MSA butir soal yang ni-
pendekatan yang digunakan adalah analisis lainya di bawah 0,50, sehingga proses ana-
faktor eksploratori melalui metode Princi- lisis faktor dapat diteruskan.
pal Component Analysis (PCA). Prosedur Pada tabel communalities, untuk bu-
untuk pembakuan tes yang dikembangkan tir soal nomor 1 besamya adalah 0,87. Hal
dilakukan dengan melalui langkah-langkah ini berarti 87% varians dari butir soal no-
sebagai berikut: (a) Pertama nilai Keiser- mor 1 dapat dijelaskan oleh faktor yang ter-
Meyer-Olkin Measure of Sampling (KMO) bentuk. Dari hasil yang didapat pada tabel
sekurang-kurangnya 0,5 (Nurosis 1986: B- communalities nampak bahwa prosentase
43). (b) Kedua nilai Measure of Samplzng varians terbesar pada butir soal nomor 7
Adequecy (MSA) pada Anti Image Correla- dan 8 sebesar 96%, sedangkan yang terkecil
tion yang membentuk diagonal bertanda 'a' butir soal nomor 17 sebesar 53%.
tidak dibawah 0,5 (Santoso dan Tjiptono Pada tabel Total Variance Explained,
2001: 254). (c) Ketiga penentuan banyak- ada 24 butir soal yang dimasukkan ke da-
nya faktor didasarkan pada jumlah variansi lam analisis faktor dan nilai akar karakteris-
setiap faktor (eigenvalue) yang nilainya le- tik (eigenvalues) yang di atas 1 ada 9 buah.
bih besar dari 1,00 (Child 1969: 43). (d) Besamya varians masing masing muatan
Keempat penentuan masuknya butir ke da- faktor yang dapat menjelaskan tes kemam-
lam faktor tertentu adalah dengan melihat puan membaca aturan gambar adalah: fak-
muatan faktor pada component matrix atau tor pertama 21,15%, faktor kedua 10,19%,
rotated component matrix, nilai muatan faktor ketiga 8,31%, faktor keempat 7,71%,
faktor yang kurang dari 0,30 tidak dapat faktor kelima 6,82%, faktor keenam 6,76%,
digunakan (Child 1969: 45). faktor ketujuh 6,39%, faktor kedelapan
6.1 1%. dan faktor kesembilan 5.77%. Seca-
HASIL PENELITIAN ra kumulatif kesembilan. faktor yang dapat
Tes Kemampuan Membaca Aturan menjelaskan tes kemampuan membaca atur-
Gambar an g&nbar adalah sebesir 79,23%.
Berdasarkan analisis statistik dengan Pada Rotated Component Matrix di-
menggunakan program SPSS dari 24 butir lakukan 6 putaran (iterations). Hasilnya

ISSN: 1412-1247 TERAKREDlTASl NO: 56/DIKTI/KEP/t005


JURNAL PTM VOLUME 6, NO.l, JUNI 2006

menunjukkan bahwa tidak ada butir tes p = 0.00. Hal ini menunjukkan matriks ko-
yang melewati nilai keberartian muatan fak- relasi bukan merupakan matriks identitas,
tor lebih kecil atau sama dengan 0,30. Mua- sehingga cukup memadai untuk dilakukan
tan faktor terbesar terdapat pada butir no- analisis lebih lanjut terhadap 15 butir soal
mor 7 dan 8 sebesar 0,97, sedangkan yang yang ada.
terkecil pada butir nomor 17 sebesar 0,70. Dan hasil analisis dengan metode
Tampilan Component Plot in Rotated PCA (Principal Component Analysis), pada
Space yang merupakan hasil rotasi dari fak- bagian Anti Image Correlation, didapatkan
tor yang ada terlihat pada Gambar 1 di ba- sejurnlah angka membentuk diagonal ber-
wah ini. Dari gambar nampak jelas bahwa tanda 'a' yang merupakan besaran MSA se-
butir-butir soal yang ada sudah mengelom- buah butir soal. Disini tidak ada besaran
pok sesuai dengan faktomya, tidak ada butir MSA butir soal yang nilainya di bawah
soal yang memisah atau mengelompok de- 0,50, sehingga proses analisis faktor dapat
ngan faktor lain. diteruskan.
Component Plot in Rotated Space Pada tabel communalities, untuk bu-
tir soal nomor 25 besarnya adalah 0,72. Hal
ini berarti bahwa 72% varians dari butir so-
a1 nomor 25 dapat dijelaskan oleh faktor
yang terbentuk. Dari hasil yang didapat pa-
da tabel comrnunalities nampak bahwa pro-
sentase varians terbesar ada pada butir soal
nomor 34 yaitu sebesar 96%, sedangkan
yang terkecil pada butir soal nomor 36, se-
besar 55%.
component 1 Component 3
A Pada tabel Total Variance Explained,
Gambar 1. Comvonent Plot in Rotat ed Spa- ada 15 butir soal yang dimasukkan ke da-
ce Butir Soal Tes Kemampuan lam analisis faktor dan nilai akar karakteris-
Membaca Aturan Gambar tik (eigenvalues) yang di atas 1 ada 3 buah.
Besamya varians masing masing muatan
Mengingat semua butir soal telah faktor yang dapat menjelaskan tes kemam-
mempunyai muatan faktor yang lebih besar puan membaca pandangan gambar adalah:
dari 0,30 dan juga sudah mengelompok se- faktor pertama 39,52%, faktor kedua 18,83
suai dengan faktomya, maka tes kemampu- %, dan faktor ketiga 12,53%, sehingga se-
an membaca aturan gambar yang dikem- cara kumulatif ketiga faktor dapat menje-
bangkan mempunyai validitas konstruk laskan tes kemampuan membaca pandangan
yang baik. Artinya butir-butir soal yang ada gambar sebesar 70,88%.
telah sesuai dengan teori yang ada pada tes Pada Rotated Component Matrix di-
kemampuan membaca aturan gambar. Iakukan 4 putaran (iterations). Hasilnya
menunjukkan tidak ada butir yang melewati
Tes Kemampuan Membaca Pandangan nilai keberartian muatan faktor lebih kecil
Gambar atau sama dengan 0,30. Muatan faktor ter-
Berdasarkan analisis statistik de- besar terdapat pada butir nomor 33 dan 34
ngan menggunakan program SPSS dari 15 sebesar 0,97, sedangkan yang terkecil pada
butir soal yang ada, diperoleh hasil uji per- butir nomor 36 sebesar 0,73.
syaratan analisis dengan Kaiser Meyer Tampilan Component Plot in Rota-
Olkin mengenai measure of sampling ade- ted Space yang merupakan hasil rotasi dari
quacy (KMO MSA) sebesar 0,86. Nilai faktor yang ada dapat dilihat pada Gambar
tersebut sesuai pendapat Nurosis adalah 2. Dari gambar nampak jelas bahwa tidak
baik sekali. Nilai Bartlett untuk tes of sphe- ada butir yang mengelompok sendiri atau
ricity sebesar 10429,23 dengan probabilitas memisah dari kelompoknya.

ISSN: 1412-1247 TERAKREDlTASl NO: 56/DIKTI/KEP/2005


-.

Muhammad Khumaedi, Validitas Konstruk Tes Kompetensi

Component Plot in Rotated Space ini berarti 88% varians dari butir soal no-
mor 40 dapat dijelaskan oleh faktor yang
terbentuk. Dari hasil yang didapat pada ta-
be1 comrnunalities nampak bahwa prosen-
tase varians terbesar pada butir soal nomor
42 dan 43 sebesar 94%, sedangkan yang
terkecil butir soal nomor 40 sebesar 88%.
Pada tabel Total Variance Explain-
ed, ada 6 butir soal yang dimasukkan ke da-
lam analisis faktor dan nilai akar karakteris-
tik (eigenvalues) yang di atas 1 ada 3 buah.
Gambar 2. Component Plot in Rotated Spa-
ce Butir Soal Tes Kemampuan Besarnya varians masing-masing muatan
Membaca Pandangan Gambar faktor yang dapat menjelaskan tes kemam-
puan membaca bentangan, detail dan susun-
Berdasarkan analisis yang telah di- an gambar adalah: faktor pertama 41,55%,
lakukan di atas nampak bahwa semua butir faktor kedua 26,46%, dan faktor ketiga
23,23%, sehingga secara kumulatif ketiga
soal telah mempunyai muatan faktor yang
lebih besar dari 0,30 dan juga sudah menge- faktor yang dapat menjelaskan tes kemarn-
lompok sesuai dengan faktomya, maka ber- puan membaca bentangan, detail dan gam-
arti tes kemampuan membaca pandangan bar susunan adalah sebesar 91,24%.
gambar mempunyai validitas konstruk yang Pada Rotated Component Matrix di-
lakukan 5 putaran (iterations). Hasilnya
baik. Artinya butir-butir soal yang ada telah
sesuai dengan teori yang membangun tes menunjukkan bahwa tidak ada butir yang
kemampuan membaca pandangan gambar. melewati nilai keberartian muatan faktor le-
bih kecil atau sama dengan 0,30. Muatan
faktor terbesar terdapat pada butir nomor 42
Tes Kemampuan Membaca Bentangan,
dan 43 sebesar 0,96, sedangkan yang ter-
Detail dan Gambar Susunan
Berdasarkan analisis statistik dengan kecil pada butir nomor 40 sebesar 0,93.
menggunakan program SPSS dari 6 butir Component Plot in Rotated Space
soal yang ada, diperoleh hasil uji persyarat-
an analisis dengan Kaiser Meyer Olkin me-
ngenai measure of sampling adequacy
(KMO MSA) sebesar 0,54. KMO MSA ter-
sebut sesuai pendapat Nurosis adalah cu-
kup. Nilai Bartlett untuk tes of sphericity
adalah 3605,24 dengan probabilitas p =
0.00. Hal ini menunjukkan matriks korelasi
bukan merupakan matriks identitas, sehing-
ga cukup memadai untuk dilakukan analisis I J

lebih lanjut terhadap 6 butir soal yang ada. Gambar 3. Component Plot in Rotated Spa-
Dari hasil analisis dengan metode ce Butir Soal Tes Kemampuan
PCA, pada bagian Anti Image Correlation, Membaca Bentangan, Detail dan
didapatkan sejumlah angka membentuk dia- Gambar Susunan
gonal bertanda 'a' yang merupakan besaran
MSA sebuah butir soal. Dari angka-angka Tampilan Component Plot in Rota-
tersebut tidak ada besaran MSA butir soal ted Space yang merupakan hasil rotasi dari
yang nilainya di bawah 0,50, sehingga pro- faktor yang ada dapat dilihat pada Gambar
ses analisis faktor dapat diteruskan. 3. Dari gambar nampak jelas bahwa butir-
Pada tabel communalities, untuk bu- butir tes kemampuan membaca bentangan,
tir soal nomor 40 besarnya adalah 0,88. Hal detail dan gambar susunan sudah menge-
ISSN: 1412-1247 TERAKREDITASI NO: 56/DIKTIIKEPl2005
JURNAL PTM VOLUME 6, N0.1, JUNI 2006

lompok sesuai dengan faktomya masing- ulir sebesar 6,82%, faktor gambar gigi se-
masing, tidak ada yang memisah atau mem- besar 6,76%, faktor konstruksi geometris
bentuk faktor lain. sebesar 6,39%, faktor garis gambar sebesar
Mengingat semua butir soal yang 6,11%, dan faktor gambar las sebesar
dianalisis telah mempunyai muatan faktor 5,77%. Dengan demikian secara kumulatif
le-bih besar dari 0,30 dan juga sudah me- kesembilan faktor yang dapat menjelaskan
ngelompok sesuai dengan faktomya, maka tes kemampuan membaca aturan gambar
berarti tes kemampuan membaca bentang- adalah sebesar 79,23%.
an, detail dan gambar susunan mempunyai Besarnya varians masing masing
validitas konstruk yang baik. Dengan demi- muatan faktor yang dapat menjelaskan tes
kian butir-butir soal yang ada telah sesuai kemampuan membaca pandangan gambar
dengan konstruk tes kemampuan membaca adalah: faktor gambar proyeksi sebesar
bentangan, detail dan gambar susunan. 39,52%, faktor gambar potongan sebesar
18,83%, dan faktor garnbar perspektif
PEMBAHASAN 12,53%. Secara kumulatif ketiga faktor
Pada tabel Total Variance Explaned yang dapat menjelaskan tes kemampuan
didapatkan nilai akar karakteristik (eigen- membaca pandangan gambar sebesar
values) yang di atas 1 pada tes kemampuan 70,88%.
membaca aturan gambar berjumlah 9 buah, Besamya varians masing masing
tes kemampuan membaca pandangan gam- mutan faktor yang dapat menjelaskan tes
bar berjumlah 3 buah, serta tes kemampuan kemampuan membaca bentangan, detail
membaca bentangan, detail dan gambar su- dan susunan gambar adalah: faktor gambar
sunan berjumlah 3 buah. Hasil ini menun- detail sebesar 41,55%, faktor gambar su-
jukkan bahwa banyaknya faktor tes kemam- sunan sebesar 26,46%, dan faktor gambar
puan membaca aturan gambar, kemampuan bentangan sebesar 23,23%. Sehingga de-
membaca pandangan gambar, serta kemam- ngan demikian secara kumulatif ketiga fak-
puan membaca bentangan, detail dan gam- tor tersebut dapat menjelaskan tes kemam-
bar susunan sudah sesuai dengan yang telah puan membaca bentangan, detail dan gam-
ditetapkan sebelumnya. bar susunan adalah sebesar 91,24%.
Banyalwya falttor tes kemampuan Hasil Rotated Component Matrix
membaca aturan gambar yang berjumlah 9 menunjukkan bahwa untuk semua butir soal
buah terdiri dari: toleransi, tanda penger- tes yang dianalisis tidak ada satupun yang
jam, ukuran gambar, huruf dan angka, melewati nilai keberartian muatan faktor
gambar ulir, gambar gigi, konstruksi geo- Vactor loading) lebih kecil atau sama de-
metris, garis gambar, serta gambar las. Fak- ngan 0,30. Hal ini menunjukkan bahwa soal
tor tes kemampuan membaca pandangan tes kemampuan membaca aturan gambar
gambar yang berjumlah 3 buah meliputi: yang berjumlah 24 butir, tes kemampuan
gambar proyeksi, gambar potongan dan membaca pandangan gambar yang berjum-
gambar perspektif. Sedangkan faktor tes ke- lah 15 butir, serta tes kemampuan membaca
mampuan membaca bentangan, detail dan bentangan, detail dan gambar susunan yang
gambar susunan yang berjumlah 3 buah, berjumlah 6 butir semua memenuhi syarat
antara lain: gambar detail, gambar susunan, untuk masuk lte dalam faktomya masing-
dan gambar bentangan. masing.
Besarnya varians masing masing Masulcnya butir soal ke dalam ma-
muatan faktor yang dapat menjelaskan tes sing-masing faktor yang ad; jumlahnya ti-
kemampuan membaca aturan gambar ada- dak sama. Untuk tes lcemampuan membaca
lah: faktor toleransi sebesar 21,15%, faktor aturan gambar, yang masuk ke dalam faktor
tanda pengerjaan sebesar 10,19%, faktor toleransi 7 butir soal, faktor tanda pengerja-
ukuran gambar sebesar 8,31%, faktor huruf an 3 butir soal, faktor ukuran gambar 3 bu-
dan angka sebesar 7,71%, faktor gambar tir soal, faktor huruf dan anglca 2 butir soal,

ISSN: 1412-1247 TERAKREDITASI NO: 56/DIKTI/KEP/2005


-
Muhammad Khumaedi, Validitas Konstruk Tes Kompetensi

faktor gambar ulir 2 butir soal, faktor gam- gambar teknik mesin yang berhasil dikem-
bar gigi 2 butir soal, faktor konstruksi geo- bangkan terdiri dari kemampuan membaca:
metris 2 butir soal, faktor garis gambar 2 aturan gambar, pandangan gambar serta
butir soal, dan faktor gambar las 2 butir so- bentangan, detail dan gambar susunan.
al. Untuk tes kemampuan membaca pan- Kedua, semua aspek tes kompetensi
dangan gambar, yang masuk ke dalam fak- membaca gambar teknik mesin yang berha-
tor gambar proyeksi 8 butir soal, faktor sil dikembangkan mempunyai validitas
gambar potongan 5 butir soal, dan faktor konstruk yang baik.
gambar perspektif 2 butir soal. Sedangkan
untuk tes kemampuan membaca bentangan, Saran
detail dan gambar susunan, yang masuk ke Sebagai tes yang telah dikembangkan
dalam faktor gambar detail 2 butir soal, fak- melalui prosedur baku, maka tes ini dapat
tor gambar susunan 2 butir soal, dan faktor digunakan para guru sebagai alat ujian dan
gambar bentangan 2 butir soal. evaluasi kompetensi membaca gambar tek-
Menarik untuk diperhatikan penge- nik mesin.
lompokan sebaran butir-butir soal pada
tampilan Component Plot in Rotated Space DAFTAR PUSTAKA
yang merupakan hasil rotasi dari faktor Anastasi, Anne and Urbina, Susana. 1997.
yang ada untuk semua tes yang dikembang- Psychological Testing. Seventh editi-
kan sudah sesuai, tidak ada yang memisah on. Upper Saddle Rivere, N.J.: Pren-
atau masuk ke dalam faktor yang lain, de- tice-Hall International, Inc.
ngan demikian tes yang dikembangkan su-
dah sesuai dengan faktor-faktor yang diran- Anonim. 2000."Multivariate Statistics: Fac-
cang, sebab tiap konstruk dikembangkan tor Analysis". http://trochim.human.
untuk menjelaskan dan mengorganisasi cornell.edu/tutorial~ynn/factor.htm.,
konsistensi-konsistensi yang teramati 3/9/00.
(Anastasi dan Urbina 1997: 126). Hal ini
juga menunjukkan bahwa validitas konstruk Ary, Donald, Jacobs, Lucy Cheser and
tes kompetensi membaca gambar teknik Razavieh, Asghar. 1979. Introduction
mesin yang dikembangkan sudah baik, se- to Research in Education. New York:
bab validitas konstruk tercermin pada se- Holt, Rinehart and Winston.
jauh mana muatan faktor hasil analisis fak-
tor itu sesuai dengan teori yang menda- Azwar, Saifuddin. 2001. Dasar-Dasar Psi-
sarinya (Suryabrata 1998: 60-61). kometri. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Muatan faktor yang tinggi dan pe-
ngelompokan sebaran butir soal tes yang Azwar, Saifuddin. 1996. Tes Prestasi:
sudah sesuai dengan faktor-faktomya dari Fungsi dan Pengembangan Pengu-
hasil analisis faktor yang telah dilakukan kuran Prestasi Belajar. Yogyakarta:
pada pengembangan tes kompetensi mem- Pustaka Pelajar.
baca gambar teknik mesin ini telah meng-
hasilkan validitas konstruk tes yang baik. Cangelosi, James S. 1990. Designing Tests
Hasil ini menguatkan pendapat Azwar For Evaluating Student Achievement.
(2001: 57) yang menyatakan tes yang diuji New York & London: Longrnan.
akan memiliki validitas konstruk yang me-
muaskan, apabila muatan faktomya relatif Child, Dennis. 1969. The Essentials of
tinggi. Factor Analysis. . London: Holt
Rinerhart and Winston.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan Cronbach, Lee J. 1970. Essentials of Psy-
Pertama, tes kompetensi membaca chological Testing. Third edition.

ISSN: 1412-1247 TERAKREDlTASl NO: 56/DIKTIIKEPl2005


JURNAL PTM VOLUME 6, N0.1, JUNl2006

New York & London: Harper I S 0 Standards (Menggambar Mesin


International Edition. Menurut Standar ISO). Cetakan Ke-
enam. Jakarta: P.T. Pradnya Paramita.
Giesecke, F.E., Mitchell, A,, Spencer, H.C.,
Hill, I.L., Dygdon, J.T. 1985. Tech- Sax, Gilbert. 1980. Principles of Education-
nical Drawing With Computer Gra- al and Psychological Measurement
phics. Sevent edition. New York: and Evaluation. Second edition.
Macmillan Publishing Co, Inc. Belmont, California: Wadsworth
Publishing Company.
Gorsuch, -Richard L. Factor Analysis.
Second edition. Hillsdale, New Schippers, Uwe dan Patriana, Djadjang
Jersey: Lewrence Erlbaum Associates Madya. 1994. Pendidikan Kejuruan di
Publisher, 1983. Indonesia. Bandung : Angkasa.

Gronlund, Norman E. 1982. Constructing Stapleton, Connie D. 1997. "Basic Con-


Achievement Tests. Third edition. cepts and Procedures of Confirmatory
London: Prentice-Hall, Inc. Factor Analysis". http://erricae.net/ft/
tamu/Cfa.htm, Januari 1997.
Hantoro, Sirod dan Paqono. 1983.
Menggambar Mesin I. Yogyakarta: Suryabrata, Sumadi. 1998. Pengembangan
P.T. Hanindita. Alat Ukur Psikologis. Jakarta: Direk-
torat Jendral Pendidikan Tinggi.
Kerlinger, Fred N. 1992. Foundation of
Behavioral Research (Asas-Asas Undang-Undang Tentang Sistem Pendidik-
Penelitian Behavioral). Third edition. an Nasional Tahun 2003. Jakarta: CV.
Penerjemah: Landung R. Simatupang. Tamita Utama, 2003.
Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press.

Nazir, M. 1984. Metode Penelitian. Jakarta:


Ghalia Indonesia.

Nolker, Helmut and Schoenfeldt, Eberhard.


1988. Berufsbildung: Unterricht,
Curriculum, Planung (Pendidikan
Kejuruan: Pengajaran, Kurikulum,
Perencanaan). Peneq'emah: Agus
Setiadi. Jakarta: P.T. Gramedia.

Nurosis, Marija J. 1986. Advanced


Statistics SPSS/PC+ for The IBM
PC/XT/AT. Chicago: SPSS Inc.

Santoso, Singgih dan Tjiptono, Fandy.


2001. Riset Pemasaran, Konsep dan
Aplikasi dengan SPSS. Jakarta: PT.
Elex Media Komputindo.

Sato, G. Takeshi dan Sugiarto H., N. 1994.


Mechanical Drawing According To

ISSN: 1412-1247 TERAKREDITASI NO: 56/DIKTI/KEP/2005

You might also like