You are on page 1of 48

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pengawasan intern pemerintah merupakan unsur manajemen yang penting


untuk memberikan jaminan yang memadai bagi tercapainya efektivitas dan
efisiensi pencapaian tujuan penyelenggaraan pemerintahan/negara serta
ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan dalam rangka mewujudkan
penyelenggaraan negara yang bersih dan bebas Korupsi, Kolusi dan Nepotisme
(KKN).

Laporan hasil pengawasan Aparat Pengawasan Internal Pemerintah (APIP)


tahun 2010 disusun sesuai dengan Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan
Aparatur Negara (Permenpan) No. PER/35/M.PAN/10/2006 tanggal 17 Oktober
2006. Laporan ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang kinerja
pengawasan Inspektorat Jenderal (Itjen) sebagai Aparat Pengawasan Internal
Kementerian Luar Negeri, baik melalui kegiatan pemeriksaan yang dilakukan
oleh Itjen terhadap Satuan Kerja (Satker) di Pusat dan Perwakilan RI di luar
negeri, maupun kegiatan pemantauan penyelesaian tindak lanjut hasil
pemeriksaan Badan Pemeriksa Keuangan dan Pembangunan (BPKP) serta
Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). Selain itu, dari laporan ini dapat diketahui
permasalahan-permasalahan yang menjadi temuan pemeriksaan, sehingga
dapat dipergunakan sebagai bahan masukan kepada Pimpinan dalam
pembuatan kebijakan/pengambilan keputusan untuk melakukan langkah-
langkah pencegahan dan perbaikan atas kekeliruan/ketidaktertiban.

1
B. DASAR HUKUM

1. Peraturan Presiden No. 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan


Organisasi Kementerian Negara.
2. Peraturan Presiden No. 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas, dan
Fungsi Kementerian Negara serta Susunan Organisasi, Tugas, dan Fungsi
Eselon I Kementerian Negara.
3. Keputusan Menteri Luar Negeri No. SK.05/A/OT/IV/2004/02 tanggal 30
April 2004 tentang Perubahan atas Lampiran Kepmenlu No.
03/A/OT/XII/2002/02 tanggal 31 Desember 2002 tentang Pedoman Umum
Implementasi Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah RI di
Lingkungan Departemen Luar Negeri dan Perwakilan RI di Luar Negeri.
4. Keputusan Menteri Luar Negeri No. SK.06/A/OT/VI/2004/01 Tahun 2004
tentang Organisasi dan Tata Kerja Perwakilan RI di Luar Negeri.
5. Peraturan Menteri Luar Negeri No. 02/A/OT/VIII/2005/01 Tahun 2005
tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Luar Negeri.
6. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara No.
PER/35/M.PAN/10/2006 tentang Juklak Penyusunan Laporan Hasil
Pengawasan Tahunan APIP.

C. TUGAS DAN STRUKTUR ORGANISASI

Berdasarkan Permenlu No. 02/A/OT/VIII/2005/01 Tahun 2005 tentang


Organisasi dan Tata Kerja Departemen Luar Negeri, Inspektorat Jenderal
mempunyai tugas melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan tugas di
lingkungan Departemen.

Dalam melaksanakan tugasnya, Inspektorat Jenderal menyelenggarakan fungsi:


1. Penyiapan perumusan kebijakan pengawasan;
2. Pelaksanaan pengawasan kinerja, keuangan dan pengawasan untuk
tujuan tertentu atas petunjuk Menteri Luar Negeri;
3. Pelaksanaan administrasi Inspektorat Jenderal;
4. Penyusunan laporan hasil pengawasan.

2
Dalam menjalankan tugas dan fungsinya, Inspektorat Jenderal didukung oleh
struktur organisasi yang terdiri dari 5 (lima) unit eselon II, yaitu:

1. Sekretariat Inspektorat Jenderal, yang terdiri dari:


a. Bagian Umum, terdiri dari 4 (empat) Sub Bagian, yaitu:
1) Sub Bagian Penyusunan Rencana dan Program;
2) Sub Bagian Kepegawaian;
3) Sub Bagian Keuangan;
4) Sub Bagian Tata Usaha dan Rumah Tangga.

b. Bagian Laporan dan Analisis (Lapan), terdiri dari 4 (empat) wilayah, yaitu:
1) Bagian Lapan Wilayah I, meliputi wilayah Asia dan Kementerian Luar
Negeri I (Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika, Direktorat
Jenderal Kerja Sama ASEAN, dan Badan Pengkajian dan
Pengembangan Kebijakan);

Bagian Lapan Wilayah I terdiri dari:


a) Subbagian Wilayah A;
b) Subbagian Wilayah B;
c) Subbagian Wilayah C.

2) Bagian Lapan Wilayah II, meliputi wilayah Eropa dan Kementerian


Luar Negeri II (Direktorat Jenderal Amerika dan Eropa, Direktorat
Jenderal Multilateral, dan Direktorat Jenderal Hukum dan Perjanjian
Internasional);

Bagian Lapan Wilayah II terdiri dari:


a) Subbagian Wilayah A;
b) Subbagian Wilayah B;
c) Subbagian Wilayah C.

3
3) Bagian Lapan Wilayah III, meliputi wilayah Afrika dan Timur Tengah
dan Kementerian Luar Negeri III (Sekretariat Jenderal dan
Inspektorat Jenderal);

Bagian Lapan Wilayah III terdiri dari:


a) Subbagian Wilayah A;
b) Subbagian Wilayah B;
c) Subbagian Wilayah C.

4) Bagian Lapan Wilayah IV, meliputi wilayah Amerika, Karibia dan


Pasifik serta Kementerian Luar Negeri IV (Direktorat Jenderal
Informasi dan Diplomasi Publik, Direktorat Jenderal Protokol dan
Konsuler, Pusat Pendidikan dan Pelatihan, Pusat Komunikasi dan Staf
Ahli).

Bagian Lapan Wilayah IV terdiri dari:


a) Subbagian Wilayah A;
b) Subbagian Wilayah B;
c) Subbagian Wilayah C.

2. Inspektorat Wilayah I, II, III dan IV

Masing-masing Inspektorat Wilayah dipimpin oleh seorang Inspektur dan


membawahi sejumlah Pejabat Fungsional Auditor (PFA).

a. Inspektorat Wilayah I
Meliputi Perwakilan RI di wilayah Asia dan Kementerian Luar Negeri I
(Direktorat Jenderal Asia, Pasifik dan Afrika, Direktorat Jenderal Kerja
Sama ASEAN, dan Badan Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan);

4
b. Inspektorat Wilayah II
Meliputi Perwakilan RI di wilayah Eropa dan Kementerian Luar Negeri II
(Direktorat Jenderal Amerika dan Eropa, Direktorat Jenderal Multilateral,
dan Direktorat Jenderal Hukum dan Perjanjian Internasional);

c. Inspektorat Wilayah III


Meliputi Perwakilan RI di wilayah Afrika dan Timur Tengah dan
Kementerian Luar Negeri III (Sekretariat Jenderal dan Inspektorat
Jenderal);

d. Inspektorat Wilayah IV
Meliputi Perwakilan RI di wilayah Amerika, Karibia dan Pasifik serta
Kementerian Luar Negeri IV (Direktorat Jenderal Informasi dan Diplomasi
Publik, Direktorat Jenderal Protokol dan Konsuler, Pusat Pendidikan dan
Pelatihan, Pusat Komunikasi dan Staf Ahli).

D. TUJUAN

Tujuan penyusunan Laporan Hasil Pengawasan Tahunan APIP Pusat adalah


untuk melaporkan hasil pelaksanaan kinerja dan hasil pengawasan intern yang
dilaksanakan dan dipantau oleh APIP Kementerian Luar Negeri pada tahun
sebelumnya. Disamping itu, penyusunan Laporan Hasil Pengawasan tersebut
dimaksudkan sebagai tolok ukur bagi peningkatan kinerja di masa mendatang.

E. PROGRAM

Sasaran yang telah ditetapkan dalam Rencana Strategis (Renstra) yang


dijabarkan dalam Rencana Kinerja Tahunan (RKT), menjadi acuan bagi satuan
kerja Itjen dalam melaksanakan kegiatan selama tahun 2010, disesuaikan
dengan pagu anggaran yang tersedia dalam Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran
(DIPA) Inspektorat Jenderal Tahun 2010.

5
Program kinerja Inspektorat Jenderal tahun 2010, meliputi 2 (dua) program, 5
(lima) kegiatan dan 26 (dua puluh enam) sub kegiatan, sebagai berikut:

1. Program Peningkatan Pengawasan dan Akuntabilitas Aparatur


Negara
a. Pengelolaan Gaji, Honorarium dan Tunjangan
Pembayaran gaji, lembur dan vakasi
b. Penyelenggaraan operasional dan pemeliharaan
1) Pengadaan makanan/minuman penambah daya tahan
tubuh/uang makan PNS
2) Pengadaan toga/pakaian kerja sopir/pesuruh dan tenaga teknis
lainnya
3) Penyelenggaraan perpustakaan/kearsipan/dokumen
4) Perawatan gedung kantor
6) Perbaikan peralatan kantor
7) Pengadaan perlengkapan kantor
8) Perawatan kendaraan bermotor roda 4 (empat)
9) Perawatan kendaraan bermotor roda 2 (dua)
10) Langganan daya dan jasa
11) Operasional perkantoran dan pimpinan
c. Pelayanan publik
1) Pembinaan administrasi pengelolaan kepegawaian
2) Penyusunan program dan rencana kerja/teknik/program
3) Kerjasama antar intansi pemerintah/swasta/lembaga terkait
4) Pembinaan administrasi dan pengelolaan keuangan
5) Pembinaan administrasi dan pengelolaan perlengkapan
6) Penyelenggaraan tata persuratan
d. Penyelenggaraan pengawasan dan pemeriksaan akuntabilitas
Kementerian/Lembaga
1) Pembinaan/koordinasi dan konsultasi pengawasan
2) Pembinaan dan evaluasi Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) dan
tindak lanjut

6
3) Penataan dan penyempurnaan kebijaksanaan sistem, struktur
kelembagaan dan prosedur pengawasan
4) Pengembangan penerapan pemeriksaan berbasis kinerja
5) Peningkatan tindak lanjut pemeriksaan secara hukum
6) Peningkatan intensitas dan kualitas pelaksanaan pemeriksaan
7) Pengembangan dan peningkatan sistem informasi Aparat
Pengawasan Fungsional Auditor (APFA) dan perbaikan kualitas
hasil pengawasan
8) Pengembangan tenaga pemeriksa profesional

2. Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur Negara


Peningkatan fasilitas pelayanan umum dan operasional, yaitu Pengadaan
peralatan kantor (inventaris kantor).

Sesuai tugas dan fungsi Itjen untuk melaksakan pengawasan pada Satker dan
Perwakilan RI, disusun Program Kerja Pengawasan Tahunan (PKPT) 2010,
meliputi:
1. Pemeriksaan pada 12 (dua belas) Satker di Pusat
2. Pemeriksaan pada 36 (tiga puluh enam) Perwakilan RI
3. Kunjungan Kerja Inspektur Jenderal (KKI) pada 9 (sembilan) Perwakilan RI
4. Kunjungan Kerja Administratif (KKA) pada 9 (sembilan) Perwakilan RI

7
BAB II
SUMBER DAYA APARAT PENGAWASAN

A. SUMBER DAYA MANUSIA (SDM)

Berdasarkan data kepegawaian bulan Desember 2010, SDM APIP Kementerian


Luar Negeri berjumlah 113 (seratus tiga belas) orang. Dari jumlah tersebut,
terbagi berdasarkan kategori sebagai berikut:

1. SDM APIP berdasarkan Jabatan :


Eselon I = 1 Orang
Eselon II = 4 Orang
Eselon III = 4 Orang
Eselon IV = 12 Orang
Jabatan Fungsional Diplomat = 14 Orang
Jabatan Fungsional Auditor = 33 Orang
Jabatan Fungsional Arsiparis = 1 Orang
Staf = 44 Orang
Jumlah = 113 Orang

2. SDM APIP berdasarkan Golongan :


Golongan I = - Orang
Golongan II = 19 Orang
Golongan III = 76 Orang
Golongan IV = 18 Orang
Jumlah = 113 Orang

8
3. SDM APIP berdasarkan Pendidikan :
S-3 = - Orang
S-2 = 18 Orang
S-1 = 62 Orang
D1-D3 = 11 Orang
SLTA = 20 Orang
SLTP = 1 Orang
SD = 1 Orang
Jumlah = 113 Orang

4. Perkembangan kualifikasi tenaga pengawas APIP

Tabel 1
Perkembangan Kualifikasi Tenaga Pengawas APIP
Tahun 2009 dan 2010

Tahun
No. Kualifikasi 2009 2010
(Orang) (Orang)
1. Auditor Utama 0 0
2. Auditor Madya 3 3
3. Auditor Muda 13 14
4. Auditor Pertama 12 6
5. Auditor Penyelia 4 4
6. Auditor Pelaksana Lanjutan 4 4
7. Auditor Pelaksana 2 2
Jumlah 38 33

Keterangan:
a. Auditor Pertama naik jabatan ke Auditor Muda = 5 orang
b. Auditor Pertama mutasi ke luar negeri = 1 orang
c. Auditor Muda mutasi ke Satker lain dan ke luar negeri = 4 orang
d. Auditor Muda memasuki purnabakti = 1 orang
e. Auditor Muda naik jabatan ke Auditor Madya = 1 orang
f. Auditor Madya mutasi ke luar negeri = 1 orang
g. Pengangkatan kembali dalam jabatan Auditor Muda = 1 orang

B. DANA OPERASIONAL PENGAWASAN

9
Tabel 2
Perkembangan Dana Operasional APIP Tahun 2009 dan 2010
Tahun 2009 Tahun 2010
No. Uraian
(Rp) (Rp)
1 Dana pengawasan 17.458.390.000 20.590.844.000
2 Dana yang diawasi 5.364.106.388.000 5.561.674.700.000
Persentase dana pengawasan terhadap
3 0,33 0,37
dana yang diawasi (%)

C. SARANA
Tabel 3
Perkembangan Sarana Pengawasan APIP Tahun 2009 dan 2010
Tahun 2009 Tahun 2010
No. Jenis Sarana Jumlah Pengadaan Jumlah
(31-12-2009) (31-12-2010) (31-12-2010)
1. CPU 126 buah - *) 107 buah
2. Printer 99 buah - *) 91 buah
3. Keyboard 128 buah - *) 114 buah
4. Monitor 130 buah - *) 114 buah
5. Laptop 10 buah - 10 buah
6. Note Book 2 buah - 2 buah
7. Faksimile 3 buah - *) 2 buah
8. Kursi Besi 406 buah - *) 130 buah
9. Filling Cabinet Besi 94 buah - *) 74 buah
10. Filling Cabinet Kayu 1 buah - 1 buah
11. Rak Besi 20 buah 3 buah 23 buah
12. Rak Kayu 10 buah - 10 buah
13. Pesawat Telepon 76 buah - *) 24 buah
14. Meja Kayu 177 buah - *) 39 buah
15. Mesin Ketik Manual Standar 3 buah - 3 buah
16. Mesin Absensi 3 buah 2 buah 5 buah
17. AC. Split 65 buah 5 unit *) 40 buah
18. Infocus (Over Head Projector) 3 buah - *) 2 buah
19. White Board 30 buah - *) 26 buah
20. Lemari Besi 12 buah - *) 3 buah
21. Tape Recorder 4 buah - 4 buah
22. Kamera Digital 2 buah - *) 4 buah
23. Mesin cetak listrik 1 buah - 1 buah
24. UPS 7 buah - *) 6 buah
25. Meja Rapat 19 buah - 19 buah
26 Mesin Penghancur Kertas 25 buah - *) 20 buah
27. Mesin Hitung Listrik 11 buah - 7 buah
28. Amplifier 2 buah - 2 buah
29. Microphone 5 buah - 5 buah
30. Loudspeaker 3 buah - 3 buah
31. Meja Komputer 45 buah - *) 24 buah
32. Layar Film 3 buah - 3 buah
33. Mesin foto copy 1 buah - 1 buah
34. Lemari Kayu 66 buah - *) 14 buah
35. Brankas 7 buah - *) 5 buah
36. Buffet 4 buah - 4 buah
37. Tabung Pemadam Api 38 buah - 38 buah
38. Movitex Board 12 buah - 12 buah
39. Peta 8 buah - *) 6 buah
40. Globe 12 buah - 12 buah

10
Tahun 2009 Tahun 2010
No. Jenis Sarana Jumlah Pengadaan Jumlah
(31-12-2009) (31-12-2010) (31-12-2010)
41 Alat Pemotong Kertas 5 buah - 5 buah
42. Kursi Kayu 22 buah - 22 buah
43. Meja Ketik 2 buah - *) 0 buah
44. Jam Elektronik 34 buah - *) 31 buah
45. Lemari Es 14 buah - *) 10 buah
46. Kipas Angin 3 buah - *) 1 buah
47. Radio 3 buah - 3 buah
48. Pesawat Televisi 10 buah - 10 buah
49. Wirelles 2 buah - 2 buah
50. Stabilisator 20 buah - *) 18 buah
51. Tripod Kamera 2 buah - 2 buah
52. Slide Projektor 1 buah - 1 buah
53. Mesin Jilid 2 buah - 2 buah
54. Scanner 1 buah - 1 buah
55. Server 1 buah - 1 buah
56. Lampu Listrik 8 buah - *) 0 buah
57. Sedan 1 buah - **) 2 buah
58. Jeep Taft 1 buah - 1 buah
59. Mini Bus (14 orang ke bawah) 5 buah - 5 buah
60. Sepeda Motor 9 buah - **) 7 buah
61. Mobile File 3 buah 1 buah 4 buah
62 Pintu Elektrik (yang memakai akses) - 4 unit 4 unit
63 Gorden/Kray - 1 buah 1 buah
64 Personal Computer Unit - 1 unit 1 unit

JUMLAH 1822 buah 1.144 buah

Catatan :
*) Update data sesuai rekonsiliasi terakhir
**) Perbaikan Pencatatan

BAB III
PELAKSANAAN PROGRAM PENGAWASAN

A. KEGIATAN UTAMA

11
Kegiatan utama Inspektorat Jenderal adalah melakukan audit pada sejumlah
obyek audit (OA) di Kementerian Luar Negeri (Pusat dan Perwakilan RI di luar
negeri). Kegiatan audit tersebut terbagi dalam:

1. Audit Berdasarkan PKPT


a. Realisasi Pemeriksaan Komprehensif
Realisasi Pemeriksaan Komprehensif berdasarkan PKPT Tahun 2010
dilaksanakan pada 9 (sembilan) Satker Pusat dan 30 (tiga puluh)
Perwakilan RI di luar negeri, sbb:

Tabel 4
Target dan Realisasi Audit
Target Audit Realisasi Audit
Satuan Unit Kerja
No Jml Jumlah Dana OA Jml Jumlah Dana OA Yang
Yang Diaudit
OA Yang Diaudit (Rp) OA Diaudit (Rp)
PUSAT
28.403.099.348
1 DITJEN ASEAN 1 37.987.674.000 1
(s.d 23 Maret 2010)
28.313.630.396
34.792.022.000
(2009)
2 DITJEN ASPASAF 1 1
20.341.078.529
36.885.563.000
(s.d 20 Sept 2010)
24.897.494.583
29.938.960.000
(2009)
3 DITJEN HPI 1 1
3.146574.200
34.182.260.000
(s.d 3 Maret 2010)
24.515.988.770
30.821.598.000
(2009)

4 DITJEN AMEROP 1 1
12.998.151.017
33.573.898.000
(s.d 23 Agustus 2010)

4.763.987.181
BAM, SETJEN 9.324.572.000 1
(s.d 17 Maret 2010)
16.210.109.000
5 BAKP, SETJEN 1 31.407.276.000 1
(s.d 17 Maret 2010)
11.826.310.885
Biro Kepegawaian 13.890.418.000 1
(s.d 17 Maret 2010)
23.603.881.022
27.805.787.000
(2009)
6 Biro Keuangan 1 1
8.790.130.864
27.731.376.000
(s.d 3 Agustus 2010)
7 PUSKOM 1 1 18.444.718.647
30.490.409.000
(2008)
39.120.960.000 31.940.760.372

12
Target Audit Realisasi Audit
Satuan Unit Kerja
No Jml Jumlah Dana OA Jml Jumlah Dana OA Yang
Yang Diaudit
OA Yang Diaudit (Rp) OA Diaudit (Rp)
(2009)
1.413.243.572
44.352.133.000
(s.d 2 Maret 2010)
44.181.863.779
54.880.090.000
(2009)
8 DITJEN IDP 1 1
24.259.893.118
55.019.400.000
(s.d 23 Agustus 2010)
52.494.000.000 -
(2008)
47.312.418.557
9 PUSDIKLAT 1 58.337.550.000 1
(2009)
59.914.382.608
67.058.590.000
(s.d 16 Desember 2010)
JUMLAH 9 752.622.162.000 11 411.235.872.796
PERWAKILAN RI
KJRI 10.342.793
1 1 12.889.928.500 1
Ho Chi Minh City (s.d 16 Mei 2010)
9.646.284.973
2 KRI Songkhla 1 13.012.009.000 1
(s.d 23 Mei 2010)
13.376.298.767
3 KBRI Colombo 1 17.472.067.000 1
(s.d 31 Mei 2010)
14.258.479.151
4 KBRI Hanoi 1 22.699.240.000 1
(s.d 8 Nop 2010)
15.509.834.270
5 KBRI Phnom Penh 1 17.409.177.000 1
(s.d 25 Okt 2010)
28.403.099.348
6 KBRI Vientianne 1 14.423.968.000 1
(s.d 1 Nop 2010)
15.330.661.005
17.973.000.000
(2009)
7 KBRI Bratislava 1 1
7.224.983.612
34.182.260.000
(s.d 12 Juni 2010)
16.384.665.709
23.064.840.000
(2009)
8 KBRI Bucharest 1 1
6.121.251.294
25.406.372.000
(s.d 24 Juni 2010)
22.857.512.326
25.207.421.000
(2009)
9 KBRI Helsinki 1 1
10.241.488.742
25.716.404.000
(s.d 26 Juli 2010)
19.804.929.641
25.183.184.000
(2009)
10 KBRI Kopenhagen 1 1
10.483.860.732
24.352.800.000
(s.d 2 Agustus 2010)
13.582.214.272
18.456.078.000
(2009)
11 KBRI Beograd 1 1
8.933.734.908
20.909.616.000
(s.d 9 Nopember 2010)
15.233.925.439
12 KBRI Sofia 1 18.224.209.000 1
(2009)

13
Target Audit Realisasi Audit
Satuan Unit Kerja
No Jml Jumlah Dana OA Jml Jumlah Dana OA Yang
Yang Diaudit
OA Yang Diaudit (Rp) OA Diaudit (Rp)
10.951.996.233
18.643.776.000
(s.d 2 Nopember 2010)
28.360.147.554
31.429.142.000
(2009)
13 KBRI Madrid 1 1
19.152.338.040
50.558.339.000
(s.d 26 Okt 2010)
17.930.457.000 11.273.188.868
14 KBRI Antananarivo 1 1
(s.d 29 Oktober 2010)

24.706.404.000 19.022.944.051
(2008)

25.231.772.000 22.136.056.902
15 KBRI Abu Dhabi 1 1 (2009)

27.411.066.000 8.538.120.416
(s.d 24 Juni 2010)

9.867.111.126
16.210.541.000
(2008)
14.305.135.968
16 KBRI Tunis 1 15.571.265.000 1
(2009)
6.677.827.447
18.962.220.000
(s.d 2 Juli 2010)
15.174.321.535
17.691.863.000
(2009)
17 KBRI Khartoum 1 1
14.115.256.481
20.715.887.000
(s.d 13 Nop 2010)
8.923.994.046
13.396.724.000
(2008)
10.139.073.702
18 KBRI Amman 1 14.031.595.000 1
(2009)
9.316.310.819
17.332.948.000
(s.d 16 Desember 2010)
8.028.137.312
11.792.089.000
(2008)
12.656.147.428
19 KBRI Tripoli 1 15.452.229.000 1
(2009)
11.873.847.644
17.856.202.000
(s.d 2 Desember 2010)
8.923.994.046
13.396.724.000
(2008)
10.139.073.702
20 KBRI Sana’a 1 14.031.595.000 1
(2009)
9.316.310.819
17.332.948.000
(s.d 9 Desember 2010)
21 KBRI Nairobi 1 23.642.817.000 1 12.868.992.143

14
Target Audit Realisasi Audit
Satuan Unit Kerja
No Jml Jumlah Dana OA Jml Jumlah Dana OA Yang
Yang Diaudit
OA Yang Diaudit (Rp) OA Diaudit (Rp)
(s.d. 6 Nopember 2010)
18.938.039.203
24.087.216.000
(2009)
22 KBRI Wellington 1 1
4.507.121.590
24.896.380.000
(s.d 2 Mei 2010)
22.191.842.421
23.703.184.000
(2009)

23 KJRI Sydney 1 1
24.316.330.000 5.681.583.937
(s.d 9 Mei 2010)

18.309.688.994
20.890.207.000
(2009)
24 KRI Perth 1 1
4.739.701.759
21.226.471.000
(s.d 17 Mei 2010)
14.148.135.730
19.045.129.000
(2008)
16.709.407.652
25 KBRI Lima 1 20.367.492.000 1
(2009)
8.397.643.000
22.282.010.000
(s.d 19 Juli 2010)
14.181.127.212
16.848.077.000
(2008)
15.198.816.444
26 KBRI Caracas 1 17.794.089.000 1
(2009)
8.293.508.418
22.873.322.000
(s.d 25 Nopember 2010)
12.295.422.118
19.855.580.000
(2009)
27 KJRI Vancouver 1 1
10.595.562.060
18.450.560.000
(s.d 11 Oktober 2010)
22.239.017.230
28.268.166.000
(2009)
28 KJRI Houston 1 1
16.162.630.749
27.445.619.000
(s.d 18 Oktober 2010)
13.328.320.909
15.774.165.000
(2008)
14.045.446.698
29 KBRI Bogota 1 17.829.958.000 1
(2009)
12.582.142.741
19.639.210.000
(s.d 9 Desember 2010)
11.758.867.051
17.400.688.000
(2008)
14.460.359.271
30 KBRI Havana 1 17.400.688.000 1
(2009)
12.115.433.048
20.112.946.000
(s.d 2 Desember 2010)

15
Target Audit Realisasi Audit
Satuan Unit Kerja
No Jml Jumlah Dana OA Jml Jumlah Dana OA Yang
Yang Diaudit
OA Yang Diaudit (Rp) OA Diaudit (Rp)
JUMLAH 1.295.183.322.000 753.695.803.096

b. Kunjungan Kerja Inspektur Jenderal


Kunjungan Kerja Inspektur Jenderal (KKI) merupakan kegiatan yang
dilakukan oleh Inspektur Jenderal untuk melakukan pembinaan
ataupun pemeriksaan dengan tujuan tertentu terhadap Perwakilan RI
di Luar Negeri.

Selama TA 2010, KKI dilaksanakan 3 (tiga) kali terhadap 7 (tujuh)


OA, yaitu:
Tabel 5
Realisasi Kunjungan Kerja Inspektur Jenderal Tahun 2010
NO. PERWAKILAN JADWAL PELAKSANAAN KETERANGAN
Keuangan dan Non
KBRI Kuala Lumpur 28 s.d 31 Oktober 2010
Keuangan
I
Keuangan dan Non
KJRI Johor Bahru 1 s.d. Nopember 2010
Keuangan
KBRI Bandar Seri Begawan 12 s.d 14 Nopember 2010 Keuangan
II
KBRI Singapura 14 s.d 16 Nopember 2010 Keuangan
Keuangan dan Non
KJRI Marseille 3 s.d 7 Desember 2010
Keuangan
Keuangan dan Non
III KBRI Pretoria 8 s.d 11 Desember 2010
Keuangan

KBRI Kuwait 12 s.d 15 Desember 2010 Non Keuangan

c. Kunjungan Kerja Administratif


Kunjungan Kerja Administratif (KKA) merupakan kegiatan yang
dilaksanakan oleh Sekretaris Itjen untuk menindaklanjuti temuan
hasil pemeriksaan Itjen, BPKP dan BPK. Selain itu KKA juga
melakukan pembinaan terhadap OA dengan melakukan uji petik
terhadap dokumen keuangan dan pengecekan dokumen non
keuangan lainnya.

16
Selama TA 2010, KKA dilaksanakan 3 (tiga) kali terhadap 7 (tujuh)
OA, yaitu:
Tabel 6
Realisasi Kunjungan Kerja Administratif
NO. PERWAKILAN JADWAL PELAKSANAAN KETERANGAN
- TL Temuan ITJEN
KJRI Cape Town 1 s.d 5 Juli 2010
- Keuangan
- TL Temuan ITJEN
KBRI Doha 6 s.d 11 Juli 2010 - TL temuan BPK
I
- Keuangan
- TL temuan BPKP
KBRI Ankara 12 s.d 16 Juli 2010 - TL temuan BPK
- Keuangan dan Non Keuangan
- TL Temuan ITJEN
KBRI Paramaribo 5 s.d 10 Agustus 2010
- Keuangan dan Non Keuangan
II - TL temuan ITJEN
KBRI Mexico City 11 s.d 15 Agustus 2010 - TL temuan BPK
- Keuangan dan Non Keuangan
- TL temuan ITJEN
KBRI Tashkent 26 s.d 30 Nopember 2010
- Keuangan dan Non Keuangan
III
- TL temuan BPK
KJRI Hamburg 20 s.d 25 Nopember 2010
- Keuangan dan Non Keuangan

2. Audit Non PKPT


Audit Non PKPT merupakan audit yang dilakukan di luar jadwal audit
sebagaimana tercantum dalam PKPT, dan dilaksanakan antara lain
berdasarkan pengaduan masyarakat yang diterima Inspektorat Jenderal
dalam kurun waktu audit tahun berjalan.

Tabel 7
Realisasi audit Non PKPT Tahun 2010

No Jenis Audit Tanggal Pemeriksaan Keterangan

Audit atas Tujuan Tertentu

1. Biro Keuangan Januari – Maret 2010 Keuangan

2. KBRI Antananarivo 1 s.d 6 Nopember 2010 Non Keuangan

17
3. Kegiatan Pengawasan Lainnya
a. Permintaan Keterangan (Klarifikasi)
Itjen Kementerian Luar Negeri telah melakukan permintaan
keterangan kepada 16 (enam belas) pegawai Kementerian Luar
Negeri.

b. Monitoring
Berdasarkan laporan yang diterima dari Satker Pusat maupun
Perwakilan, Inspektorat Jenderal melakukan monitoring terhadap
permasalahan keuangan, kepegawaian, perlengkapan dan kinerja.
Pada tahun anggaran 2010, Itjen telah melakukan kegiatan
monitoring:
1) Penyetoran kerugian Negara baik dari Pusat maupun dari
Perwakilan RI di luar negeri.
2) Surat Permintaan Pembayaran (SPP), Surat Perintah Membayar
(SPM) dan Surat Permintaan Pencairan Dana (SP2D) yang
diajukan oleh Perwakilan RI di luar negeri.
3) Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP).

c. Reviu Laporan Keuangan Kementerian Luar Negeri Tahun


2009 dan Semester I Tahun 2010
Kegiatan yang dilakukan meliputi:
1) Bimbingan dan pendampingan dalam proses pembuatan Laporan
Keuangan seluruh Unit Kerja Pusat melalui kegiatan
pendampingan rekonsiliasi anggaran seluruh Satuan Kerja Pusat
dengan Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN)
Kementerian Keuangan.
2) Pelaksanaan pendampingan rekonsiliasi anggaran 119 Perwakilan
RI di luar negeri dengan KPPN.

18
3) Pelaksanaan reviu Laporan Keuangan pada tingkat Satker dan
Kementerian meliputi Laporan Realisasi Anggaran (LRA), Neraca
dan Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK)

Hasil reviu Laporan Keuangan Kemlu Tahun 2009 sebagai berikut:


1) Kelemahan pengelola keuangan dalam pemahaman
penggunaan akun belanja barang dan belanja modal;
2) Kelemahan dalam kelengkapan dokumen pendukung laporan
keuangan;
3) Kekurangtertiban dalam penyetoran sisa UP sehingga pada
Neraca per 31 Desember 2009 masih terdapat kas pada
Bendahara Pengeluaran.

Hasil Reviu Laporan Keuangan Kemlu Semester I tahun 2010 sebagai


berikut:
Kelemahan dalam pencatatan pada Sistem Informasi Manajemen dan
Akuntansi Keuangan Barang Milik Negara ( SIMAK BMN):
1) Nilai peralatan dan mesin yang belum disesuaikan;
2) Perbedaan saldo akhir aset tetap tahun 2009 dengan saldo awal
tahun 2010;
3) Terdapat perbedaan realisasi belanja modal dengan laporan
daftar BMN menurut jenis transaksi pembelian.

Berdasarkan Surat Keputusan Inspektur Jenderal No.00033/KU/09/


2010/10 tanggal 27 September 2010, Inspektorat Jenderal telah
melakukan Reviu atas Laporan Keuangan Kementerian Luar Negeri
TA 2010, meliputi Neraca, Laporan Realisasi Anggaran (LRA), Catatan
atas Laporan Keuangan (CaLK).

d. Pengawalan/Pendampingan DIPA
Kegiatan pendampingan DIPA Satker bersifat:
a) Konsultatif

19
Satker dapat berkonsultasi dengan Itjen jika terdapat kendala
atau kekurangpahaman pengelolaan kegiatan maupun keuangan
dalam kaitan ketepatan/keabsahan pengeluaran dan
pertanggungjawaban anggaran. Itjen akan memberikan solusi
atau arahan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.
b) Koordinatif
Satker mengundang Itjen dalam rapat untuk membahas masalah
yang dihadapi Satker terkait dengan kegiatan tertentu. Itjen
berpartisipasi aktif dalam forum rapat koordinasi tersebut dengan
memberikan solusi dan saran. Forum rapat koordinasi lebih
efektif dan resmi karena hasil rapat tercatat dan terdokumentasi.
Pada TA 2010 Itjen telah memberikan Pengawalan/Pendampingan
DIPA pada Satker BPPK, Ditjen Aspasaf, Ditjen Amerop, Unit Layanan
Pengadaan (ULP), Biro Perlengkapan, Biro Perencanaan, Biro
Keuangan, Puskom dan Ditjen IDP.

e. Join Audit Sisa UP Perwakilan, ITJEN dan BPKP TA 2008 dan


2009
Kegiatan ini dilakukan bersama dengan Biro Keuangan Kemlu dengan
Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) serta
merupakan tindak lanjut dari Surat Dirjen Perbendaharaan
Kementerian Keuangan No.S-4245/PB/2010 tgl. 21 Juni 2010 tentang
Permintaan Verifikasi atau Audit pada Kementerian Luar Negeri.
Ruang lingkup audit mencakup dana DIPA yang dikelola oleh:
1) Sekretariat Jenderal Kemlu untuk ABT Perwakilan RI di luar
negeri;
2) Sekretariat Jenderal Kemlu untuk dana ex PNBP;
3) Sekretariat Jenderal Kemlu untuk Bagian Anggaran 999;
4) 119 (seratus sembilan belas) Perwakilan RI di luar negeri.

Jumlah dana yang diverifikasi tahun 2008 sebesar Rp.23.296.192,03


dan tahun 2009 sebesar Rp.40.242.225,60.

20
f. Penelitian Pengusulan Pegawai Penerima Tanda Kehormatan
Satya Lancana
Pegawai yang diusulkan untuk menerima Tanda Kehormatan
Satyalancana tahun 2010 sebanyak 265 orang terdiri dari:
1) Satyalancana Wira Karya : 4 pegawai
2) Satyalancana Karya Satya X : 59 pegawai
3) Satyalancana Karya Satya XX : 144 pegawai
4) Satyalancana Karya Satya XXX : 58 pegawai

Dari hasil penelitian calon penerima Tanda Kehormatan Satyalancana


Karya Satya terdapat 21 pegawai yang tidak memenuhi persyaratan
untuk memperoleh Tanda Kehormatan, dengan perincian:
1) Satyalancana Karya Satya X : 4 pegawai
2) Satyalancana Karya Satya XX : 12 pegawai
3) Satyalancana Karya Satya XXX : 5 pegawai

Untuk calon penerima Satyalancana Wira Karya belum dapat diproses


karena Kemlu belum menetapkan kualifikasi dan standar sebagai
acuan pemberian tanda kehormatan Satyalancana Wira Karya.

B. KEGIATAN PENUNJANG
Sesuai dengan RKT Inspektorat Jenderal Tahun 2010 dan untuk meningkatkan
kualitas pengawasan, telah dilaksanakan kegiatan penunjang di lingkungan
Inspektorat Jenderal sebagai berikut:

1. Koordinasi dalam rangka penyelesaian temuan dengan pihak terkait di luar


Kementerian Luar Negeri, yaitu:
a. Koordinasi dengan BPK, meliputi kegiatan:

21
1) Penandatanganan Dokumen Pemantauan Tindak Lanjut (PTL)
Hasil Pemeriksaan BPK Semester II Tahun 2008 pada bulan
Januari 2010.
2) Rapat Pra Penyelesaian Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan BPK
sampai dengan Semester II Tahun 2009 pada bulan Oktober
2010.
b. Koordinasi dengan Kejaksaan Agung dalam rangka pemantauan
sidang kasus dugaan mark up tiket perjalanan dinas mutasi Pejabat
Kemlu TA 2006 – 2009 dan kasus tindak pidana korupsi renovasi
gedung dan rumah dinas KBRI Singapura di Pengadilan Tindak
Pidana Korupsi.
c. Koordinasi dengan Kementerian PAN-RB:
1) Penyampaian Laporan Pelaksanaan Tindak Lanjut Hasil
Pemeriksaan/Pengawasan Fungsional per Semester II Tahun
2009 dan penyampaian Laporan Pelaksanaan Tindak Lanjut
Hasil Pemeriksaan/Pengawasan Fungsional per Semester I
Tahun 2010;
2) Permohonan sebagai narasumber dalam kegiatan Bimbingan
Teknis Kodefikasi Daftar Temuan Hasil Pemeriksaan yang
dilaksanakan pada tgl 15 s.d 16 Nopember 2010.
3) Rapat Klarifikasi Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan/Pengawasan
(TLHP) Fungsional per semester I Tahun 2010 pada tanggal 18
Nopember 2010.
d. Rapat koordinasi pemutakhiran data dengan BPKP, dilaksanakan
tanggal 7 Januari 2010 dan bertujuan untuk memutakhirkan saldo
temuan.

2. Rapat koordinasi pemutakhiran data tindak lanjut hasil pengawasan


dengan unit-unit terkait di lingkungan Sekretariat Jenderal dilaksanakan
tanggal 14 April 2010.

3. Pembentukan Layanan Pengaduan Masyarakat melalui surat elektronik


pada website Kemlu pada tanggal 25 Oktober 2010 untuk melayani

22
pengaduan masyarakat terhadap dugaan pelanggaran baik yang dilakukan
oleh pegawai di Satker Pusat maupun Perwakilan RI.

4. Penilaian angka kredit Jabatan Fungsional Auditor yang merupakan


realisasi dari Peraturan Kepala BPKP No. PER-708/K/JF/2009 tgl. 14 Juli
2009 tentang Penilaian dan Penetapan Angka Kredit Auditor.

5. Pelaksanaan Pelatihan di Kantor Sendiri (PKS)


Dalam rangka meningkatkan kompetensi Aparat Pengawas, Itjen telah
menyelenggarakan PKS:
a) Tanggal 14 – 20 April 2010 dengan materi Teknik Komunikasi Audit,
Audit Investigasi dan Sosialisasi Sistem Pengendalian Intern Pemerintah
(SPIP).
b) Tanggal 7 – 11 Oktober 2010 dengan materi Standar Akuntansi
Pemerintahan dan Sistem Akuntansi Instansi.

6. Mensosialisasikan tugas dan fungsi Pengawasan Inspektorat Jenderal pada


Kementerian Luar Negeri, melalui forum:
a. Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) berjenjang (Sekdilu, Sesdilu,
Sesparlu).
b. Diklat Fungsional bagi Bendaharawan dan Penata Kerumahtanggaan
(BPKRT) dan Petugas Komunikasi (PK).
c. Orientasi bagi para Pejabat Kementerian Luar Negeri dan para Atase
Teknis, yang akan bertugas di Perwakilan RI di luar negeri.

7. Melakukan Sosialisasi:
a. Peraturan Pemerintah No. 53 Tahun 2010 tanggal 28 September 2010
tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil pada tanggal 28 September 2010.
b. Peraturan Pemerintah No. 60 tentang Sistem Pengendalian Intern
Pemerintah 2008, pada tanggal 2 Desember 2010.

8. Menerbitkan Buletin Informatika Pengawasan edisi ke-22 Tahun 2010.

9. Menyusun buku Data Hasil Pengawasan Itjen.

23
10. Menyusun buku panduan kepegawaian, keuangan, Barang Milik Negara
(BMN), dan substansi.
BAB IV
ANALISA HASIL PENGAWASAN

Secara umum rencana program dan kegiatan dalam RKT 2010 terlaksana dengan
optimal mengingat dari 2 (dua) program, 5 (lima) kegiatan dan 26 (dua puluh enam)
sub kegiatan, telah berhasil dilaksanakan 2 (dua) program, 5 (lima) kegiatan dan 24
(dua puluh empat) sub kegiatan, dengan realisasi anggaran per 31 Desember 2010
sebesar Rp.16.277.059.044,00 atau 79,06% dari pagu anggaran
(Rp.20.590.844.000,00). Sedangkan untuk tahun 2009, DIPA Itjen sebesar
Rp.17.458.230.000,00 dan realisasi sebesar Rp.16.418.442.856,00 (94%). Dengan
demikian, realisasi anggaran tahun 2009 lebih besar dibandingkan tahun 2010.

Selama tahun 2010, terdapat 3 (tiga) sub kegiatan yang belum terlaksana, yaitu
Pelatihan di Kantor Sendiri/PKS (1 kali), Rapat koordinasi Itjen dengan Setjen (1 kali)
dan rapat koordinasi dengan Kementerian Teknis (1 kali). Belum terlaksananya sub
kegiatan PKS tersebut disebabkan karena adanya kegiatan lain yang diprioritaskan.
Sedangkan sub kegiatan koordinasi dengan Setjen dan Kementerian Teknis belum
terlaksana karena belum adanya kesesuaian waktu untuk pelaksanaan koordinasi.

A. KEGIATAN UTAMA

Pada tahun anggaran 2010, kegiatan yang ditetapkan dalam PKPT telah
dilaksanakan, namun atas pertimbangan kedinasan, terdapat beberapa
perubahan terhadap OA.

1. Audit Berdasarkan PKPT


Pelaksanaan Audit berdasarkan PKPT Inspektorat Jenderal, pada dasarnya
dikategorikan ke dalam 3 (tiga) bagian, yaitu pemeriksaan komprehensif,

24
Kunjungan Kerja Inspektur Jenderal (KKI), dan Kunjungan Kerja
Administrasi (KKA).

Berdasarkan PKPT Inspektorat Jenderal tahun anggaran 2010, terdapat


463 (empat ratus enam puluh tiga) temuan, 466 (empat ratus enam puluh
enam) penyebab temuan dan 464 (empat ratus enam puluh empat)
rekomendasi. Secara rinci diuraikan sebagai berikut:

Tabel 8
Klasifikasi Kondisi Temuan APIP Pusat

Klasifikasi Jumlah
No Kode % Nilai
Kondisi Temuan Kejadian

Kejadian yang merugikan Rp 1.784.500.669,96


1. 01 100 24,63
negara US$ 15,792.02
Kewajiban penyetoran Rp 2.010.441.206,50
2. 02 28 6,90
kepada negara US$ 7,036,863.76
Pelanggaran peraturan
3. 03 37 9,11 - 0,00
perundang-undangan
Pelanggaran prosedur dan
4. tata kerja yang telah 04 32 7,88 US$ 5,629.95
ditetapkan
Penyimpangan dari Rp. 6.388.855,00
5. ketentuan pelaksanaan 05 16 3,94
anggaran US$ 15,741.74

Hambatan terhadap
6. 06 1 0,25 - 0,00
kelancaran kegiatan
Hambatan terhadap
7. 07 1 0,25 - 0,00
kelancaran tugas pokok
Rp 640.550.854,23
8. Kelemahan administrasi 08 173 42,61
US$ 372,807.37
Ketidaklancaran pelayanan
9. 09 0 0,00 - 0,00
kepada masyarakat
10. Temuan audit lainnya 10 18 4,43 - 0,00
Rp 4.441.881.585,69
Jumlah 406 100
US$ 7,446,834.84

Merujuk tabel 8 di atas, temuan paling banyak berupa kelemahan


administrasi, yaitu 173 (42,61%), temuan yang merugikan Negara
sebanyak 100 (24,63%) dan pelanggaran terhadap peraturan perundang-
undangan sebanyak 37 (9,11%).

25
Tabel 9
Klasifikasi Penyebab Temuan Hasil Audit APIP

Klasifikasi Jumlah
No Kode %
Penyebab Temuan Kejadian
KELEMAHAN SISTEM
100
PENGENDALIAN INTERN

1. Kelemahan dalam organisasi 101 45 11,01

2. Kelemahan dalam kebijakan 102 47 11,49

3. Kelemahan dalam perencanaan 103 11 2,69

4. Kelemahan dalam pembinaan personil 104 24 5,87

5. Kelemahan dalam prosedur 105 25 6,11

Kelemahan dalam pencatatan dan


6. 106 96 23,47
pelaporan

Kelemahan dalam reviu/ pengawasan


7. 107 156 38,14
intern

SUB TOTAL KEJADIAN 404

KELEMAHAN LAIN DI LUAR


SISTEM PENGENDALIAN 200
INTERN

Kelemahan eksternal hambatan


1. 201 1 0,24
kelancaran kegiatan

Kelemahan eksternal hambatan


2. 202 4 0,98
kelancaran tugas pokok

Kelemahan ketidaklancaran pelayanan


3. 203 0 0,00
aparatur pemerintah

SUB TOTAL KEJADIAN 5

TOTAL KEJADIAN 409 100

Berdasarkan tabel 9 di atas, penyebab temuan paling banyak ialah


kelemahan dalam reviu/pengawasan intern sebanyak 156 (38,14%),
kelemahan dalam pencatatan dan pelaporan sebanyak 96 (23,47%) dan
kelemahan dalam kebijakan sebanyak 47 (11,49%).

26
Tabel 10
Klasifikasi Rekomendasi Temuan Audit Pusat

No. Klasifikasi Jumlah


Kode % Nilai Temuan
Rekomendasi Kejadian
Rekomendasi bersifat Rp 2.257.054.205,68
1. 1000 141 34,55
finansial US$ 7,040,034.90
Rekomendasi bersifat dapat Rp 1.809.654.425,68
2. 2000 11 2,69
dinilai dengan uang US$ 110,195.20
Rekomendasi bersifat -
3. 3000 1 0,25
hukuman
Rekomendasi bersifat -
4. keputusan Pengadilan/ 4000 0 0,00
Arbitrase
Rekomendasi bersifat Rp 363.070.959,33
5. 5000 129 31,62
penegakan aturan US$ 296,604.74
Rekomendasi bersifat -
6. 6000 2 0,49
peningkatan kehematan
Rekomendasi bersifat -
7. peningkatan efisiensi/ 7000 3 0,74
produktivitas
Rekomendasi bersifat -
8. 8000 5 1,23
peningkatan efektivitas
Rekomendasi peningkatan Rp 12.101.995,00
9. 9000 116 28,43
sistem pengendalian intern
Rp 4.441.881.585,69
JUMLAH 408 100
US$ 7,446,834.84

Sedangkan sesuai tabel 10, rekomendasi yang paling banyak adalah yang
bersifat finansial sebanyak 141 (34,55%) dan rekomendasi bersifat
penegakan aturan sebanyak 129 (31,62%).

Kelemahan dalam sistem pengendalian intern memberikan kontribusi


terhadap banyaknya temuan yang bersifat merugikan negara dan
kelemahan administrasi.

2. Audit Non PKPT


Selama TA 2010, selain melakukan audit berdasarkan PKPT, Inspektorat
Jenderal juga melakukan audit dengan tujuan tertentu terhadap 1 (satu)
OA di Pusat dan 1 (satu) OA pada Perwakilan RI di luar negeri.

27
Penentuan OA, didasarkan atas pertimbangan adanya pengaduan atau
permasalahan khusus pada OA yang perlu segera ditangani sehingga
kekeliruan/ketidaktertiban dapat segera diperbaiki.
Dari hasil audit dengan tujuan tertentu tersebut telah dilakukan langkah-
langkah koreksi, baik berupa penjatuhan sanksi kepegawaian maupun
penyetoran uang ke Kas Negara.

3. Kegiatan Pengawasan Lainnya


a. Monitoring
Itjen menerima dan melakukan pengujian terhadap surat/kawat
dokumen yang dikirimkan oleh Satker Pusat/Perwakilan dan
membuat tanggapan sesuai keperluan. Dari hasil monitoring Itjen,
masih terdapat kelambatan Satker Pusat dalam menjawab
permintaan Perwakilan.

b. Reviu Laporan Keuangan Kementerian Luar Negeri Tahun


2010.
Pada umumnya tidak terdapat catatan yang signifikan dalam hasil
reviu 9 (sembilan) Satker Kemlu Pusat. Koreksi hasil reviu dapat
dilakukan oleh Satker tersebut. Namun dalam penyelesaian dan
penyajian laporan keuangan Satker Sekretariat Jenderal, ditemui
beberapa permasalahan, seperti keterlambatan penyajian dan
sulitnya mendapatkan data yang pasti. Hal ini disebabkan karena
Satker Sekretariat Jenderal juga membawahi 119 (seratus sembilan
belas) Satker Perwakilan RI di luar negeri. Selain itu, ketidaksamaan
sistem pertanggungjawaban keuangan Perwakilan dengan Sistem
Akuntansi Keuangan (SAK) yang berlaku di Pusat, menyebabkan
Satker Sekretariat Jenderal harus melakukan penyesuaian terhadap
laporan keuangan Perwakilan. Beberapa hal yang dapat dicatat
terkait kegiatan reviu ialah:
1) Sistem Administrasi Keuangan Perwakilan belum memadai
untuk dapat menghasilkan laporan yang akurat dan tepat
waktu.

28
2) Pelaksanaan dan pengeluaran anggaran dilakukan dalam
beberapa mata uang, sedangkan penetapan DIPA dan
perhitungan pertanggungjawaban harus dikembalikan dalam
bentuk rupiah. Konsekwensinya terjadi selisih sisa anggaran
plus/minus.
3) Belum ada kebijakan mekanisme pelaksanaan APBN Perwakilan
yang legitimate.
4) Lemahnya koordinasi antara Pusat dan Perwakilan.
5) Lemahnya koordinasi antara bagian-bagian pada Setjen
khususnya yang terkait dalam menangani laporan keuangan.
6) Keterlambatan penyampaian Berita Acara Pemeriksaan (BAP)
Kas dan Laporan Keuangan baik dari Perwakilan RI maupun dari
Satker Pusat.

c. Pengawalan/Pendampingan DIPA
1) Umumnya Satker Pusat telah menyadari pentingnya
pelaksanaan kegiatan Pengawasan/Pendampingan Pelaksanaan
DIPA oleh Inspektorat Jenderal. Namun, pada tahun 2010,
terdapat penurunan intensitas kegiatan
pengawasan/pendampingan DIPA. Untuk itu tahun 2011
diharapkan kegiatan pengawasan/pendampingan DIPA dapat
dilakukan dengan format yang lebih baik.
2) Hasil Pengawalan/Pendampingan DIPA memang tidak secara
langsung berdampak terhadap penurunan jumlah temuan hasil
audit Inspektorat Jenderal. Namun kegiatan tersebut telah
meningkatkan pemahaman Satker terhadap tugas pengawasan
yang dilakukan oleh Inspektorat Jenderal dan mempercepat
koordinasi penyelesaian tindak lanjut hasil audit.
3) Pola pendampingan masih bersifat parsial, tergantung pada
permasalahan tertentu. Perlu adanya pergeseran pola
pendampingan dari yang bersifat parsial menjadi pembinaan
dan penguatan manajemen pengendalian yang tersistem sesuai

29
dengan PP No. 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian
Intern Pemerintah (SPIP).
4) Meskipun tidak langsung berpengaruh terhadap penurunan
jumlah temuan, kegiatan ini dapat mengoptimalkan fungsi
pengawasan sehingga mempermudah pelaksanaan pemeriksaan
rutin. Pengawalan/Pendampingan DIPA untuk Satker, tidak
menghapuskan pemeriksaan oleh Itjen, BPKP dan BPK RI.

d. Join Audit Sisa UP Perwakilan, ITJEN dan BPKP TA 2008 dan


2009
Terjadinya sisa UP Perwakilan yang tidak dapat disetorkan sesuai
dengan ketentuan disebabkan antara lain sebagai berikut:
1) Lemahnya administrasi Keuangan pada Perwakilan dan Satker
Pusat.
2) Lemahnya koordinasi antara Perwakilan dan Pusat.
3) Lemahnya koordinasi antar bagian pada Biro Keuangan.
4) Sisa UP secara riil terpakai karena adanya P III minus.
5) Belum ada mekanisme penghitungan selisih kurs (selisih kurs
masih dihitung secara manual).

B. KEGIATAN PENUNJANG

1. Koordinasi dengan Kementerian Teknis dan Instansi lain


Dalam rangka penyelesaian Tindak Lanjut hasil audit, Inspektorat Jenderal
telah melakukan koordinasi dengan BPK, BPKP, Bareskrim Polri, dan
Kejaksaan Agung. Manfaat dari kegiatan ini adalah meningkatnya saling
pengertian dan saling pemahaman, sehingga dapat mempercepat
penyelesaian tindak lanjut.

2. Koordinasi dengan Sekretariat Jenderal untuk Penyelesaian


Tindak Lanjut Hasil Pengawasan.
Inspektorat Jenderal telah melakukan Rapat Koordinasi dengan Sekretariat
Jenderal secara berkala, untuk memantau penyelesaian tindak lanjut

30
temuan di bidang keuangan, perlengkapan dan kepegawaian, baik yang
terjadi di Pusat maupun Perwakilan. Pertemuan koordinasi ini telah
membantu mempercepat penyelesaian tindak lanjut hasil pemeriksaan.

3. Koordinasi dengan Biro Keuangan untuk Penyelesaian Kerugian


Negara di lingkungan Kementerian Luar Negeri.
Melalui Kepmenlu No.131/B/KP/I/2010/02 tanggal 28 Januari 2010,
Inspektorat Jenderal bersama Biro Keuangan membentuk Tim Kerja
Rekonsiliasi dan Tindak Lanjut Penanganan Kerugian Negara di Pusat dan
Perwakilan RI Tahun Anggaran 2010 untuk menyelesaikan temuan
kerugian negara hasil audit Itjen, BPK, dan BPKP. Tim tersebut
mempunyai tugas melaksanakan penelitian, audit dan penilaian kerugian
negara, melakukan pembahasan untuk setiap permasalahan yang
berkenaan dengan kerugian negara, dan pembuatan laporan kepada
Menteri Luar Negeri.

4. Pelatihan di Kantor Sendiri (PKS)


Pelaksanaan PKS sangat berguna bagi peningkatan pengetahuan dan
wawasan peserta di bidang pengawasan. Oleh karena itu, dalam rangka
peningkatan kualitas aparat pengawas, PKS diadakan secara berkala
sesuai kebutuhan dengan penekanan pada materi yang dibutuhkan.

Penyelenggaraan PKS tahun 2010 merupakan hasil kerjasama antara Itjen


dengan Pusat Pendidikan dan Latihan Pengawasan BPKP, BPK, Itjen
Kementerian Keuangan, dan Setjen Kemlu. Kerjasama ini perlu terus
dibina dan dikembangkan guna meningkatkan kemampuan Aparat
Pengawas.

31
C. HAMBATAN DAN MASALAH

Pelaksanaan kegiatan pengawasan yang dilakukan oleh Inspektorat Jenderal


sepanjang tahun 2010, tidak terlepas dari munculnya berbagai hambatan dan
masalah, diantaranya adalah:

1. Permasalahan yang umum terjadi adalah kelemahan pemahaman aturan


pengendalian intern dan koordinasi, sehingga berdampak pada
pertanggungjawaban keuangan Perwakilan RI dan Kementerian Luar
Negeri secara keseluruhan.

2. Belum ditetapkan peraturan/mekanisme yang mengatur mengenai


permasalahan tertentu sehingga menyebabkan ketidakpastian, antara lain
mekanisme mengenai penyetoran sisa UP akibat selisih kurs.

32
BAB V
PEMANTAUAN TINDAK LANJUT HASIL PENGAWASAN

A. PEMANTAUAN TINDAK LANJUT HASIL PENGAWASAN ITJEN KEMLU

1. Pemantauan Tindak Lanjut Hasil Audit Komprehensif


Pada tahun anggaran 2010, Itjen melaksanakan PKPT pada 9 (sembilan)
Satker Pusat dan 30 (tiga puluh) Satker Perwakilan RI. Dari kegiatan PKPT
tersebut, diselesaikan 41 (empat puluh satu) LHP. Berdasarkan klasifikasi
temuan, dikelompokkan sebagai berikut:

Tabel 11
Hasil Pemeriksaan Itjen Tahun 2010
TIDAK
JML DAPAT
SELESAI BELUM SELESAI
DITINDAK
KO LANJUTI
NO TEMUAN TE NILAI
DE
MU JML Ko JML JML
NI
AN TEMU NILAI de TEMU NILAI TEMU
LAI
AN TL AN AN

Kejadian yang Rp 1.784.500.669,96 Rp 690.135.168,06 Rp 1.094.365.501,90 0


1 01 100 69 100 31 0
merugikan negara
US$ 15,792.02 US$ 14,846.91 US$ 945.11 0

Kewajiban Rp 2.010.441.206,50 Rp 1.211.993.186,90 Rp 798.448.019,60 0


2 penyetoran kepada 02 28 23 100 5 0
negara US$ 7,036,863.76 US$ 6,775,302.52 US$ 261,561.24 0

Pelanggaran
peraturan
3 03 37 - 0,00 35 - 0,00 500 2 - 0,00 0 0
perundang-
undangan

Pelanggaran
prosedur dan tata
4 04 32 - 5.629,95 30 - 5.629,95 500 2 - 0,00 0 0
kerja yang
ditetapkan

Penyimpangan dari Rp 6.388.855,00 Rp 6.388.855,00 Rp 0,00 0


ketentuan
5 05 16 16 500 0 0
pelaksanaan
Anggaran US$ 15,741.74 US$ 15,741.74 US$ 0.00 0

Hambatan terhadap
6 06 1 - 0,00 1 - 0,00 500 0 - 0,00 0 0
kelancaran kegiatan

Hambatan terhadap
7 kelancaran tugas 07 1 - 0,00 1 - 0,00 500 0 - 0,00 0 0
pokok

Rp 640.550.854,23 Rp 567.787.554,23 Rp 72.763.300,00 0


Kelemahan
8 08 173 163 500 10 0
administrasi
US$ 372,807.37 US$ 372,807.37 US$ 0.00 0

Ketidaklancaran
9 pelayanan kepada 09 0 - 0,00 0 - 0,00 - 0 - 0,00 0 0
masyarakat

Temuan audit
10 10 18 - 0,00 17 - 0,00 500 1 - 0,00 0 0
lainnya

Rp 4.441.881.585,69 Rp 2.476.304.764,19 Rp 1.965.576.821,50


JUMLAH 406 355 51 0 0
US$ 7,446,834.84 US$ 7,184,328.49 US$ 262,506.35

33
Matriks Persentase Penyelesaian Tindak Lanjut
Kode Klasifikasi Temuan Selesai (%)
01 Kejadian yang merugikan negara 69,00%
02 Kewajiban penyetoran kepada negara 82,14%
03 Pelanggaran peraturan perundang-undangan 94,59%
04 Pelanggaran prosedur dan tatakerja yang ditetapkan 93,75%
05 Penyimpangan dari ketentuan pelaksanaan Anggaran 100,00%
06 Hambatan kelancaran kegiatan 100,00%
07 Hambatan kelancaran tugas pokok 100,00%
08 Kelemahan administrasi 94,22%
09 Ketidaklancaran pelayanan kepada masyarakat -
10 Temuan audit lainnya 94,44%
Rata-Rata Penyelesaian Tindak Lanjut 92,02%

Dari 10 (sepuluh) jenis temuan hasil pemeriksaan Itjen tahun 2010, kode
temuan 09 nihil. Temuan dengan kode 08, yaitu kelemahan administrasi,
merupakan temuan yang paling banyak dijumpai (42,61%). Contoh hasil
temuan tersebut yaitu: Surat Keputusan Keppri tentang Tim Kepegawaian
sudah habis masa berlakunya dan Penghapusan Barang Milik Negara yang telah
memperoleh persetujuan Menkeu, belum dilaksanakan. Dari 406 (empat ratus
enam) kejadian, telah selesai ditindaklanjuti 355 (tiga ratus lima puluh lima)
kejadian (87,44%), dengan rata-rata capaian penyelesaian tindak lanjut sebesar
92,02%.

Upaya OA untuk menindaklanjuti temuan hasil pemeriksaan Itjen tahun 2010


sampai saat ini masih dalam proses penyelesaian.

34
Memenuhi peraturan Menpan No. PER/35/M.PAN/10/2006 diperlukan beberapa
tabel tahun sebelumnya, berikut pemantauan tindak lanjut hasil audit
komprehensif Itjen tahun 2009 dan 2008:

Tabel 12
Hasil Pemeriksaan Itjen Tahun 2009
TIDAK DAPAT
SELESAI BELUM SELESAI DITINDAK
JML
KO NILAI LANJUTI
NO. TEMUAN TEMU
DE (Rp) JML JML JML
AN Kode
TEMU NILAI (Rp) TEMU NILAI (Rp) TEMU NILAI
TL
AN AN AN

Kejadian yang
1 01 84 1.995.229.718,15 77 1.205.904.909,50 100 7 789.324.808,65 0 0,00
merugikan negara

Kewajiban
2 penyetoran 02 31 14.210.266.495,50 31 14.210.266.495,50 100 0 0,00 0 0,00
kepada negara

Pelanggaran
peraturan
3 03 83 0,00 83 0,00 500 0 0,00 0 0,00
perundang-
undangan

Pelanggaran
prosedur dan tata
4 04 60 0,00 60 0,00 500 0 0,00 0 0,00
kerja yang
ditetapkan

Penyimpangan
dari ketentuan
5 05 7 0,00 7 0,00 500 0 0,00 0 0,00
pelaksanaan
Anggaran

Hambatan
terhadap
6 06 1 0,00 1 0,00 500 0 0,00 0 0,00
kelancaran
kegiatan

Hambatan
terhadap
7 07 1 0,00 1 0,00 - 0 0,00 0 0,00
kelancaran tugas
pokok

Kelemahan
8 08 61 0,00 61 0,00 500 0 0,00 0 0,00
administrasi

Ketidaklancaran
9 pelayanan kepada 09 1 0,00 1 0,00 500 0 0,00 0 0,00
masyarakat

Temuan audit
10 10 21 0,00 21 0,00 500 0 0,00 0 0,00
lainnya
JUMLAH 350 16.205.496.213,65 343 15.416.171.405,00 7 789.324.808,65 0 0,00

35
Matriks Persentase Penyelesaian Tindak Lanjut
Kode Klasifikasi Temuan Selesai (%)
01 Kejadian yang merugikan negara 91,67%
02 Kewajiban penyetoran kepada negara 100,00%
03 Pelanggaran peraturan perundang-undangan 100,00%
04 Pelanggaran prosedur dan tatakerja yang ditetapkan 100,00%
05 Penyimpangan dari ketentuan pelaksanaan Anggaran 100,00%
06 Hambatan kelancaran kegiatan 100,00%
07 Hambatan kelancaran tugas pokok 100,00%
08 Kelemahan administrasi 100,00%
09 Ketidaklancaran pelayanan kepada masyarakat 100,00%
10 Temuan audit lainnya 100,00%
Rata-Rata Penyelesaian Tindak Lanjut 99,17%

Dari 10 (sepuluh) jenis temuan hasil pemeriksaan Itjen tahun 2009, temuan
dengan kode 01, yaitu Kejadian yang merugikan negara, merupakan temuan
yang paling banyak dijumpai (24%). Contoh dari temuan tersebut, yaitu: tanda
bukti pembayaran untuk penggantian kuitansi pembelian barang-barang, tidak
dapat dipertanggungjawabkan. Dari 350 (tiga ratus lima puluh delapan)
kejadian, selesai ditindaklanjuti 343 (tiga ratus empat puluh tiga) kejadian
(98%). Rata-rata capaian penyelesaian tindak lanjut pemeriksaan Itjen tahun
2009 sebesar 99,17%.

Sampai saat ini OA masih dalam proses penyelesaian untuk menindaklanjuti


hasil pemeriksaan Itjen tahun 2009.

36
Tabel 13
Hasil Pemeriksaan Itjen Tahun 2008
TIDAK
DAPAT
SELESAI BELUM SELESAI
JML DITINDAK
KO
NO TEMUAN TEMU NILAI LANJUTI
DE
AN JML JML JML
Kode NIL
TEMU NILAI TEMU NILAI TEMU
TL AI
AN AN AN
Rp 112.695.962,00 Rp 106.747.254,00 Rp 5.948.708,00 0 0
Kejadian yang US$ 93,265.19 US$ 93,265.19 US$ 4,078.55 0 0
1 01 106 104 100 2
merugikan negara RM 88,442.16 RM 88,442.16 RM 0,00 0 0
€ 8,610 € 8,610 € 0,00 0 0
Kewajiban
2 penyetoran kepada 02 45 0,00 45 0,00 100 0 0,00 0 0
negara

Pelanggaran
peraturan
3 03 81 0,00 81 0,00 500 0 0,00 0 0
perundang-
undangan

Pelanggaran
prosedur dan tata
4 04 46 0,00 46 0,00 500 0 0,00 0 0
kerja yang
ditetapkan

Penyimpangan dari
ketentuan
5 05 12 0,00 12 0,00 500 0 0,00 0 0
pelaksanaan
anggaran

Hambatan terhadap
6 06 3 0,00 3 0,00 500 0 0,00 0 0
kelancaran kegiatan
Hambatan terhadap
7 kelancaran tugas 07 1 0,00 1 0,00 500 0 0,00 0 0
pokok
Kelemahan
8 08 166 0,00 166 0,00 500 0 0,00 0 0
administrasi

Ketidaklancaran
9 pelayanan kepada 09 7 0,00 7 0,00 500 0 0,00 0 0
masyarakat
Temuan audit
10 10 34 0,00 34 0,00 500 0 0,00 0 0
lainnya
Rp 112.695.962,00 Rp 106.747.254,00 Rp 5.948.708,00
US$ 93,265.19 US$ 89,186.64 US$ 4,078.55
JUMLAH 501 499 2
RM 88,442.16 RM 88,442.16 RM 0,00
€ 8,610 € 8,610 € 0,00

Matriks Persentase Penyelesaian Tindak Lanjut


Kode Klasifikasi Temuan Selesai (%)
01 Kejadian yang merugikan negara 98,11%
02 Kewajiban penyetoran kepada Negara 100,00%
03 Pelanggaran peraturan perundang-undangan 100,00%
04 Pelanggaran prosedur dan tatakerja yang ditetapkan 100,00%
05 Penyimpangan dari ketentuan pelaksanaan Anggaran 100,00%
06 Hambatan kelancaran kegiatan 100,00%
07 Hambatan kelancaran tugas pokok 100,00%
08 Kelemahan administrasi 100,00%
09 Ketidaklancaran pelayanan kepada masyarakat 100,00%
10 Temuan audit lainnya 100,00%
Rata-Rata Penyelesaian Tindak Lanjut 99,81%

37
Dari 10 (sepuluh) jenis temuan hasil pemeriksaan Itjen pada tahun 2008,
temuan dengan kode 08, yaitu kelemahan administrasi, merupakan
temuan yang paling banyak dijumpai (33,13%). Namun demikian, dari 501
(lima ratus satu) kejadian, 499 (empat ratus sembilan puluh sembilan)
kejadian telah ditindaklajuti. Sedangkan rata-rata penyelesaian tindak
lanjut pemeriksaan Itjen tahun 2008 sebesar 99,81%.

2. Pemantauan Penyelesaian Tindak Lanjut Hasil Audit Non PKPT


Inspektorat Jenderal
Dari hasil audit Non PKPT 2010 berupa Pemeriksaan Khusus, temuan
kerugian negara telah diselesaikan dengan penyetoran ke Kas Negara,
sedangkan temuan non keuangan telah ditindaklanjuti dengan penjatuhan
sanksi administrasi kepada pegawai terkait.

B. PEMANTAUAN TINDAK LANJUT HASIL AUDIT BPKP

Selama tahun 2010, BPKP melaksanakan pemeriksaan pada 6 (enam)


Perwakilan RI di luar negeri. Sampai dengan akhir bulan Desember 2010,
seluruh Laporan Hasil Pemeriksaan telah diterima, sebagai berikut:

Tabel 14
Daftar Perwakilan Hasil Audit BPKP Tahun 2010

Nomor Laporan
No. Perwakilan Tanggal Audit
Hasil Pemeriksaan
1 KBRI Canberra 23 s.d 29 Agustus 2010 LHA-686/D204/2010
2 KJRI Darwin 30 Agustus s.d 4 September 2010 LHA-667/D204/2010
3 KJRI Jeddah 4 s.d 12 Juli 2010 LHA-700/D204/2010
4 KBRI Kuwait City September 2010 LHA-699/D204/2010
5 KBRI Berlin Juli 2010 LHA-573/D204/2010
6 KBRI Brussel 3 s.d 9 Juli 2010 LHA-603/D204/2010

Berdasarkan kategori temuan, dikelompokkan sebagai berikut:

38
Tabel 15
Hasil Pemeriksaan BPKP Tahun 2010
TIDAK DAPAT
SELESAI BELUM SELESAI
JML DITINDAK LANJUTI
KO
NO. TEMUAN TEMU NILAI (Rp) JML JML JML
DE Kode NILAI
AN TEMU NILAI (Rp) TEMU NILAI (Rp) TEMU
TL (Rp)
AN AN AN
Kejadian yang
1 01 4 131.230.913,34 4 131.230.913,34 100 0 0,00 0 0,00
merugikan negara
Kewajiban penyetoran
2 02 2 209.600.800,00 1 156.004.060,00 100 1 53.596.740,00 0 0,00
kepada negara
Pelanggaran peraturan
3 03 1 0,00 0 0,00 - 1 0,00 0 0,00
perundang-undangan
Pelanggaran prosedur
4 dan tata kerja yang 04 0 0,00 0 0,00 - 0 0,00 0 0,00
ditetapkan
Penyimpangan dari
5 ketentuan pelaksanaan 05 2 0,00 0 0,00 - 2 0,00 0 0,00
Anggaran
Hambatan terhadap
6 06 1 0,00 0 0,00 - 1 0,00 0 0,00
kelancaran kegiatan
Hambatan terhadap
7 kelancaran tugas 07 0 0,00 0 0,00 - 0 0,00 0 0,00
pokok
Kelemahan
8 08 19 0,00 1 0,00 500 18 0,00 0 0,00
administrasi
Ketidaklancaran
9 pelayanan kepada 09 0 0,00 0 0,00 - 0 0,00 0 0,00
masyarakat
10 Temuan audit lainnya 10 4 0,00 3 0,00 500 1 0,00 0 0,00

JUMLAH 33 340.831.713,34 9 287.234.973,34 - 24 53.596.740,00 0 0,00

Matriks Persentase Penyelesaian Tindak Lanjut


Kode Klasifikasi Temuan Selesai (%)
01 Kejadian yang merugikan Negara 100,00%
02 Kewajiban penyetoran kepada Negara 50,00%
03 Pelanggaran peraturan perundang-undangan 0,00%
04 Pelanggaran prosedur dan tatakerja yang ditetapkan -
05 Penyimpangan dari ketentuan pelaksanaan Anggaran 0,00%
06 Hambatan kelancaran kegiatan 0,00%
07 Hambatan kelancaran tugas pokok -
08 Kelemahan administrasi 5,26%
09 Ketidaklancaran pelayanan kepada masyarakat -
10 Temuan audit lainnya 75,00%
Rata-Rata Penyelesaian Tindak Lanjut 57,57%

39
Dari 7 (tujuh) jenis temuan hasil pemeriksaan BPKP pada tahun 2010, temuan
dengan kode 08, yaitu kelemahan administrasi, merupakan temuan yang paling
banyak dijumpai (57,57%), antara lain: penyusunan LAKIP yang belum
sempurna, laporan barang milik Negara belum diperbaharui, serta
keterlambatan pengajuan penggantian beban pusat perjalanan dinas dan beban
pusat persekot resmi.

Dari 33 (tiga puluh tiga) kejadian, selesai ditindaklanjuti 9 (sembilan) kejadian


(27,27%).

Temuan yang merugikan Negara dan temuan terkait kewajiban penyetoran


kepada negara senilai Rp.340.831.713,34 telah ditindaklanjuti sebesar
Rp.287.234.973,34., Dengan demikian masih terdapat temuan senilai
Rp.53.596.740,00 yang belum selesai ditindaklanjuti.

Memenuhi peraturan Menpan No. PER/35/M.PAN/10/2006 diperlukan tabel


tahun sebelumnya, berikut pemantauan tindak lanjut hasil audit BPKP tahun
2009:
Tabel 16
Hasil Pemeriksaan BPKP Tahun 2009
TIDAK DAPAT
SELESAI BELUM SELESAI
JML DITINDAK LANJUTI
KO
TEMU JML JML JML
NO. TEMUAN DE NILAI (Rp) Kode NILAI
AN TEMU NILAI (Rp) TEMU NILAI (Rp) TEMU
TL (Rp)
AN AN AN
Kejadian yang merugikan
1 01 0 0,00 0 0,00 - 0 0,00 0 0,00
negara
Kewajiban penyetoran
2 02 3 53.935.276,61 2 35.521.355,97 100 1 18.413.920,64 0 0,00
kepada negara
Pelanggaran peraturan
3 03 1 0,00 0 0,00 - 1 0,00 0 0,00
perundang-undangan

Pelanggaran prosedur dan


4 04 4 0,00 0 0,00 - 4 0,00 0 0,00
tata kerja yang ditetapkan

Penyimpangan dari
5 ketentuan pelaksanaan 05 4 0,00 0 0,00 - 4 0,00 0 0,00
Anggaran

Hambatan terhadap
6 06 0 0,00 0 0,00 - 0 0,00 0 0,00
kelancaran kegiatan

Hambatan terhadap
7 07 1 0,00 1 0,00 500 0 0,00 0 0,00
kelancaran tugas pokok

40
8 Kelemahan administrasi 08 6 0,00 0 0,00 - 6 0,00 0 0,00

Ketidaklancaran pelayanan
9 09 0 0,00 0 0,00 - 0 0,00 0 0,00
kepada masyarakat

10 Temuan audit lainnya 10 1 0,00 0 0,00 - 1 0,00 0 0,00

JUMLAH 20 53.935.276,61 3 35.521.355,97 - 17 18.413.920,64 0 0,00

Matriks Persentase Penyelesaian Tindak Lanjut


Kode Klasifikasi Temuan Selesai (%)
01 Kejadian yang merugikan Negara -
02 Kewajiban penyetoran kepada Negara 66,67%
03 Pelanggaran peraturan perundang-undangan 0,00%
04 Pelanggaran prosedur dan tatakerja yang ditetapkan 0,00%
05 Penyimpangan dari ketentuan pelaksanaan Anggaran 0,00%
06 Hambatan kelancaran kegiatan -
07 Hambatan kelancaran tugas pokok 100,00%
08 Kelemahan administrasi 0,00%
09 Ketidaklancaran pelayanan kepada masyarakat -
10 Temuan audit lainnya 0,00%
Rata-Rata Penyelesaian Tindak Lanjut 83,33%

Dari 7 (tujuh) jenis temuan hasil pemeriksaan BPKP pada tahun 2009, temuan
dengan kode 08, yaitu kelemahan administrasi, merupakan temuan yang paling
banyak dijumpai (30%). Dari 20 (dua puluh) temuan, selesai ditindaklanjuti 3
(tiga) temuan (15%).

C. PEMANTAUAN TINDAK LANJUT HASIL AUDIT BPK RI

Selama tahun 2010, BPK melaksanakan pemeriksaan pada 20 (dua puluh)


Perwakilan RI di luar negeri. Sampai dengan akhir bulan Desember 2010, telah
diterima 10 (sepuluh) Laporan Hasil Pemeriksaan, sebagai berikut:

Tabel 17

LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN BPK RI TAHUN 2010


NOMOR LAPORAN HASIL
NO. PERWAKILAN TANGGAL AUDIT
PEMERIKSAAN
1 KBRI Seoul 20 s.d 29 Juni 2010 LHP tidak ada nomor
2 KJRI Ho Chi Minh City 30 Juni s.d 9 Juli 2010 LHP tidak ada nomor
3 KBRI Kuala Lumpur 20 Juni s.d 2 Juli 2010 54/HP/XIV/11/2010

41
NOMOR LAPORAN HASIL
NO. PERWAKILAN TANGGAL AUDIT
PEMERIKSAAN
4 KJRI Johor Bahru 3 s.d 9 Juli 2010 59/ HP/XIV/11/2010
5 KBRI Budapest 14 Juli s.d 4 Agustus 2010 57/ HP/XIV/11/2010
6 KBRI Moscow 14 juli s.d 4 Agustus 2010 60/ HP/XIV/11/2010
7 KBRI Bandar Seri Begawan 27 September s.d 7 Oktober 2010 12/HP/XIV/03/2011
8 KJRI Kuching 8 s.d Oktober 2010 06/ HP/XIV/11/2010
9 KJRI Penang 26 September s.d 6 Oktober 2010 LHP tidak ada nomor
10 KJRI Kota Kinabalu 7 s.d 15 Oktober 2010 05/ HP/XIV/11/2010

Laporan Hasil Pemeriksaan BPK yang belum diterima adalah KJRI Darwin, KJRI
Sydney, PTRI New York, KJRI Chicago, KBRI Buenos Aires, KBRI Brasilia, KBRI
Damascus, KBRI Beirut, KBRI Brussels, dan KBRI Wina.

Berdasarkan kategori temuan, dikelompokkan sebagai berikut:


Tabel 18
Hasil Pemeriksaan BPK Tahun 2010
TIDAK
DAPAT
SELESAI BELUM SELESAI
JML DITINDAK
KO
NO TEMUAN TEMU NILAI LANJUTI
DE
AN JML Ko JML JML
NI
TEMU NILAI de TEMU NILAI TEMU
LAI
AN TL AN AN
Kejadian yang
1 01 11 Rp 846.899.776,78 1 Rp 98.804.242,58 100 10 Rp 748.095.534,20 0 0
merugikan negara

Kewajiban Rp 14.351.545.153,80 Rp 1.420.476.348,89 Rp 12.931.068.804,91


2 penyetoran kepada 02 14 9 100 5 0 0
negara US$ 684.01 US$ 0.00 US$ 684.01
Pelanggaran
3 peraturan perundang- 03 15 Rp 0,00 15 Rp 0,00 500 0 Rp 0 0
undangan
Pelanggaran prosedur
4 dan tata kerja yang 04 26 Rp 0,00 18 Rp 0,00 500 8 Rp 0 0
ditetapkan
Penyimpangan dari
ketentuan
5 05 4 Rp 0,00 2 Rp 0,00 500 2 Rp 0 0
pelaksanaan
Anggaran

Hambatan terhadap
6 06 0 Rp 0,00 0 Rp 0,00 - 0 Rp 0,00 0 0
kelancaran kegiatan
Hambatan terhadap
7 kelancaran tugas 07 0 Rp 0,00 0 Rp 0,00 - 0 Rp 0,00 0 0
pokok
Kelemahan
8 08 12 Rp 0,00 5 Rp 0,00 500 7 Rp 0,00 0 0
administrasi
Ketidaklancaran
9 pelayanan kepada 09 0 Rp 0,00 0 Rp 0,00 - 0 Rp 0,00 0 0
masyarakat

10 Temuan audit lainnya 10 0 Rp 0,00 0 Rp 0,00 - 0 Rp 0,00 0 0

Rp 15.198.444.930,58 Rp 1.519.280.591,47 Rp 13.679.164.339,11


82
JUMLAH 50 32 0 0
US$ 684.01 US$ 0.00 US$ 684.01

Matriks Persentase Penyelesaian Tindak Lanjut


Kode Klasifikasi Temuan Selesai (%)
01 Kejadian yang merugikan Negara 9,09%
02 Kewajiban penyetoran kepada Negara 64,29%
03 Pelanggaran peraturan perundang-undangan 100,00%
04 Pelanggaran prosedur dan tatakerja yang ditetapkan 69,23%

42
05 Penyimpangan dari ketentuan pelaksanaan Anggaran 50,00%
06 Hambatan kelancaran kegiatan -
07 Hambatan kelancaran tugas pokok -
08 Kelemahan administrasi 41,67%
09 Ketidaklancaran pelayanan kepada masyarakat -
10 Temuan audit lainnya -
Rata-Rata Penyelesaian Tindak Lanjut 55,71%
Dari 6 (enam) jenis temuan hasil pemeriksaan BPK pada tahun 2010, temuan
dengan kode 04, yaitu pelanggaran prosedur dan tata kerja yang ditetapkan,
merupakan temuan yang paling banyak dijumpai (31,71%). Contoh dari
temuan tersebut, yaitu: Beban Pusat Persekot Resmi minus belum mendapat
penggantian dari Pusat dan Barang Milik Negara dalam keadaan rusak yang
belum mendapatkan izin penghapusan.

Dari 10 (sepuluh) laporan hasil pemeriksaan BPK tahun 2010, terdapat 82


(delapan puluh dua) temuan, dengan perincian: 11 (sebelas) temuan berupa
kejadian yang merugikan Negara, 14 (empat belas) temuan berupa kewajiban
penyetoran kepada Negara, 15 (lima belas) temuan berupa pelanggaran
peraturan perundang-undangan, 26 (dua puluh enam) temuan pelanggaran
prosedur dan tata kerja yang ditetapkan, 4 (empat) temuan berupa
penyimpangan dari ketentuan pelaksanaan anggaran dan 12 (dua belas)
temuan berupa kelemahan administrasi. Terhadap temuan-temuan tersebut,
telah ditindaklanjuti 50 (lima puluh) temuan (60,98%) sehingga sisa 32 (tiga
puluh dua) temuan. Sampai dengan akhir tahun anggaran 2010, OA belum
menindaklanjuti seluruh temuan. Salah satu penyebabnya karena Laporan
Hasil Pemeriksaan baru diterima pada akhir bulan Nopember 2010, sehingga
sebagian tindak lanjut hasil pemeriksaan masih dalam proses penyelesaian.

43
Memenuhi peraturan Menpan No. PER/35/M.PAN/10/2006 diperlukan tabel
tahun sebelumnya, berikut pemantauan tindak lanjut hasil audit BPK tahun
2009:
Tabel 19
Hasil Pemeriksaan BPK Tahun 2009
TIDAK DAPAT
SELESAI BELUM SELESAI DITINDAK
JML
KO LANJUTI
NO TEMUAN TEMU NILAI
DE JML Ko JML JML
AN NI
TEMU NILAI de TEMU NILAI TEMU
LAI
AN TL AN AN
Rp 719.406.127,46 Rp 80.297.826,26 Rp 639.108.301,20
Kejadian yang US$ 187,274.12 US$ 42,146.12 US$ 145,128.00
1 01 10 4 100 6 0 0
merugikan negara € 400.00 € 400.00 € 0.00
S$ 2,501.10 S$ 0.00 S$ 2,501.10
Kewajiban Rp 3.584.490.863,50 Rp 3.021.789.022,25 Rp 562.701.841,25
2 penyetoran kepada 02 16 US$ 32,759.55 14 US$ 32,759.55 100 2 US$ 0.00 0 0
negara DKr 47,839.94 DKr 47,839.94 DKr 0.00
Pelanggaran -
3 peraturan perundang- 03 19 16 500 3 0 0
undangan
Pelanggaran prosedur -
4 dan tata kerja yang 04 35 31 500 4 0 0
ditetapkan
Penyimpangan dari -
ketentuan
5 05 1 1 500 0 0 0
pelaksanaan
Anggaran
Hambatan terhadap -
6 06 0 0 - 0 0 0
kelancaran kegiatan
Hambatan terhadap -
7 kelancaran tugas 07 0 0 - 0 0 0
pokok
Kelemahan -
8 08 24 23 500 1 0 0
administrasi
Ketidaklancaran -
9 pelayanan kepada 09 0 0 - 0 0 0
masyarakat
10 Temuan audit lainnya 10 3 - 3 500 0 0 0
Rp 4.303.896.990,96 Rp 3.102.086.848,50 Rp 1.201.810.142,45
US$ 220,033.67 US$ 74,905.67 US$ 145,128.00
JUMLAH 108 S$ 2,501.10 S$ 0.00 S$ 2,501.10 0 0
€ 400.00 92 € 400.00 16 € 0.00
DKr 47,839.94 DKr 47,839.94 DKr 0.00

Matriks Persentase Penyelesaian Tindak Lanjut


Kode Klasifikasi Temuan Selesai (%)
01 Kejadian yang merugikan negara 40,00%
02 Kewajiban penyetoran kepada negara 87,50%
03 Pelanggaran peraturan perundang-undangan 84,21%
04 Pelanggaran prosedur dan tata kerja yang ditetapkan 88,57%
05 Penyimpangan dari ketentuan pelaksanaan Anggaran 100,00%
06 Hambatan kelancaran kegiatan -
07 Hambatan kelancaran tugas pokok -
08 Kelemahan administrasi 95,83%
09 Ketidaklancaran pelayanan kepada masyarakat -
10 Temuan audit lainnya 100,00%
Rata-Rata Penyelesaian Tindak Lanjut 85,16%

44
Dari 7 (tujuh) jenis temuan hasil pemeriksaan BPK tahun 2009, temuan dengan
kode 04, yaitu pelanggaran prosedur dan tata kerja yang ditetapkan,
merupakan temuan yang paling banyak dijumpai (32,41%), seperti pelaksanaan
kegiatan lembur tidak sesuai ketentuan. Dari 108 (seratus delapan) kejadian,
selesai ditindaklanjuti 92 (sembilan puluh dua) kejadian (85,19%).

D. PEMANTAUAN TINDAK LANJUT PENGAWASAN MASYARAKAT

Berdasarkan Rekapitulasi Pengaduan Masyarakat, pada tahun 2010, terdapat 10


(sepuluh) laporan pengaduan masyarakat, 8 (delapan) laporan telah
ditindaklanjuti dan sisanya 2 (dua) laporan belum ditindaklanjuti.

E. HAMBATAN

Dalam upaya menindaklanjuti temuan hasil pemeriksaan, Inspektorat Jenderal


masih menghadapi hambatan, antara lain:

1. Belum dibentuknya Tim Penyelesaian Kerugian Negara sehingga


memperlambat proses tindak lanjut penyelesaian kerugian Negara oleh BPK
dan Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang (KPKNL).

2. Masih terdapat Satker Pusat/Perwakilan RI yang terlambat dalam


menindaklanjuti temuan hasil pemeriksaan. Hal ini disebabkan karena
kurangnya pemahaman Pimpinan Satker Pusat/Perwakilan RI mengenai
kewajiban untuk menindaklanjuti temuan hasil pemeriksaan dalam waktu
60 hari, sebagaimana ditetapkan dalam UU No. 15 tahun 2004 tentang
Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara.

3. Masih terdapat Obyek Audit yang tidak tuntas dalam melakukan


penyelesaian tindak lanjut hasil pemeriksaan. Hal ini menyebabkan tindak
lanjut temuan pemeriksaan dianggap belum selesai dilaksanakan.

45
4. Kesulitan penyelesaian tindak lanjut temuan yang terkait pejabat dari
instansi lain, pejabat telah meninggal dunia, pensiun ataupun alamat tidak
diketahui.

5. Belum adanya tanggapan/keputusan dari BPK, terutama atas penyelesaian


tindak lanjut hasil pemeriksaan BPK pada Perwakilan RI.

6. Keterlambatan penerimaan LHP BPK dan BPKP sehingga obyek audit tidak
dapat segera menindaklanjuti hasil pemeriksaan.

46
BAB VI
SIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. SIMPULAN

1. Pada tahun anggaran 2010 Inspektorat Jenderal telah melaksanakan tugas


pengawasan berupa audit PKPT terhadap 9 (sembilan) Satker Pusat dan
30 (tiga puluh) Perwakilan RI, serta audit Non PKPT terhadap 1 (satu)
Satuan Kerja di Pusat dan 1 (satu) Perwakilan RI di luar negeri.

2. Selama tahun 2010, temuan hasil pemeriksan Itjen banyak terjadi pada
kelemahan administrasi, yaitu 173 (seratus tujuh puluh tiga) temuan
(42,61%), kejadian yang merugikan Negara sebanyak 100 (seratus)
temuan (24,63%) dan pelanggaran terhadap peraturan perundang-
undangan sebanyak 37 (tiga puluh tujuh) temuan (9,11%). Sedangkan
dari seluruhnya 406 (empat ratus enam) temuan, selesai ditindaklanjuti
355 (tiga ratus lima puluh lima) temuan (87,44%).

3. Hasil pemeriksaan BPKP pada tahun anggaran 2010, dari 33 (tiga puluh
tiga) temuan, telah ditindaklanjuti 9 (sembilan) temuan (27,27%). Dua
puluh empat temuan yang belum ditindaklanjuti sebagian besar berupa
kelemahan administrasi.

4. Dari 82 (delapan puluh dua) temuan hasil pemeriksaan BPK tahun 2010,
temuan yang paling banyak dijumpai adalah pelanggaran prosedur dan
tata kerja yang ditetapkan (31,71%), 50 (lima puluh) temuan (60,96%)
telah ditindaklanjuti.

5. Selain memantau penyelesaian tindak lanjut hasil audit BPK dan BPKP,
Inspektorat Jenderal juga berkoordinasi dengan Kementerian Teknis dan
Instansi Penegak Hukum.

47
B. REKOMENDASI

1. Profesionalisme aparat pengawas Inspektorat Jenderal perlu terus


ditingkatkan karena tuntutan dan dinamika tugas pengawasan sangat
tinggi.

2. Guna mendukung penyelesaian tindak lanjut oleh OA tepat waktu,


koordinasi baik internal (dengan Satker terkait di Pusat) maupun eksternal
(BPKP, BPK, Kementerian Teknis, dll) perlu ditingkatkan, terutama untuk
membangun sistem guna meminimalisir timbulnya ketidaktertiban di
bidang keuangan (sebagai early warning system).

3. Perlunya keputusan di tingkat Pimpinan, terutama terkait temuan hasil


audit yang sulit ditindaklanjuti. Selain itu, perlu peraturan pendukung
untuk penyelesaian yang berkaitan dengan pelaksanaan pengelolaan
keuangan Negara.

4. Sebagai aparat pengawas internal, Itjen dapat lebih berperan dalam


meningkatkan akuntabilitas dan good governance di Kementerian Luar
Negeri, antara lain dengan cara:

a. Internal : peningkatan kualitas SDM dan pembenahan tata kerja


Itjen
b. Eksternal : meningkatkan peran aktif Itjen sebagai konsultan dalam
berbagai kegiatan Satker Pusat/Perwakilan RI

_____________________

48

You might also like