You are on page 1of 4

SISTEM PERTANIAN

(TPT 1001)

INTEGRATED FARMING

DISUSUN OLEH:

NAMA : Dewi Kusumaningrum


NIM : 2010/300752/TP/09873

LABORATORIUM FISIKA HAYATI


JURUSAN TEKNIK PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2011
INTEGRATED FARMING (PERTANIAN TERPADU)
Pertanian  terpadu  atau  integrated  farming  adalah  usaha  pertanian  dengan  kelola
bersinambungan, sehingga tidak dikenal limbah sebagai produk sampingan, semua bagian hasil
pertanian diasumsikan sebagai produk ekonomis dan semua kegiatan adalah profit center, hasil
samping dari salah satu sub bidang usaha menjadi bahan baku atau bahan pembantu sub bidang 
lainnya yang masih terkait.Ilustrasi yang sederhana adalah pada usaha budidaya jagung, produk 
bukan hanya jagung pipilan kering sedangkan biaya pembuangan batangnya dilahan dan dibakar 
menjadi beban/ cost, tetapi dalam pertanian terpadu meskipun ada biaya pengumpulan batang 
jagung dari lahan tetapi dapat diproses menjadi silage (pakan ternak ruminansia) atau disimpan 
sebagai pakan kering, sehingga untuk jumlah yang memenuhi kriteria ekonomis justru akan mem
buka cluster ekonomis baru.Begitu juga hampir pada semua kegiatan usaha bidang pertanian, 
perkebunan dan peternakan  apabila  di  integrasikan  akan  membuka  peluang  peluang  usaha 
baru  yang  sangat  mudah  di  implementasikan ( Sulaiman, 2010). Sumber: www.scrib.com

Komponen Integrated Farming System

Sistem ini memiliki satu pusat dan satu tujuan yaitu manusia yang harus dipenuhi
kebutuhannya. Pusat ini dikelilingi dengan berbagai model kegiatan ekonomi pertanian yang
saling berkaitan satu sama lain misalnya peternakan, perikanan, ladang/persawahan dan
pengelolaan limbah (waste treatment). Satu persatu kita akan membahas komponen integrated
farming system tersebut:

1. Manusia

Manusia sebagai makhluk hidup membutuhkan energi sebagai motor kehidupannya.


Dengan integrated farming system, manusia tidak hanya mendapatkan keuntungan finansial
tetapi juga pangan sebagai kebutuhan primer dan energi panas serta listrik.
Skema alur interaksi antara satu komponen dengan komponen lainnya dalam integrated farming
system

2. Peternakan

Peternakan memainkan peran sebagai sumber energi dan penggerak ekonomi dalam
integrated farming system. Sumber energi berasal dari daging, susu, telur serta organ tubuh
lainnya bahkan kotoran hewan. Sedangkan fungsi penggerak ekonomi berasal dari hasil
penjualan ternak, telur, susu dan hasil sampingan ternak (bulu dan kotoran).

3. Persawahan atau Ladang

Syarat tanaman yang bisa diusahakan adalah bernilai ekonomi dan bisa menyediakan
pakan untuk peternakan. Padi, strawberi, apel, anggur, singkong, tomat, talas dan jamur dapat
digunakan dalam integrated farming system. Hasil samping pertanian berupa jerami, sekam dan
sisa batang dapat digunakan sebagai pakan ternak dan ikan, pembuatan biogas dan kompos.
Jamur dapat dipilih karena menggunakan kotoran ternak dan tidak membutuhkan lahan luas
4. Perikanan

Ikan yang digunakan untuk integrated farming system adalah ikan air tawar yang dapat
beradaptasi dengan lingkungan air yang keruh, tidak membutuhkan perawatan ekstra, mampu
memanfaatkan nutrisi yang ada dan memiliki nilai ekonomis. Ikan dapat dipelihara secara
tunggal (monoculture) atau campuran (polyculture), asalkan jenis yang dipelihara mempunyai
kebiasaan makan berbeda agar tidak terjadi perebutan pakan, misalnya ikan mas dengan gurami.
Nutrisi untuk ikan berasal dari jatuhan kotoran ternak yang kering dan sisa pakan ternak. Selain
yang kering, kotoran ternak yang jatuh ke kolam juga memacu perkembangan plankton yang
menjadi makanan ikan. Oleh karena itu, sebaiknya peternak juga memilih ikan yang dapat
memanfaatkan plankton di dalam kolam seperti ikan tambangan. Ikan nila, gurami, mas dan lele
adalah ikan yang dapat digunakan dalam integrated farming system

5. Waste Treatment

Komponen ini berperan dalam penyediaan energi dan penekan pencemaran lingkungan. Hasil
dari pengolahan limbah tersebut adalah:

 Kompos dan pupuk kandang, Bahan pembuat kompos adalah kotoran sapi (80-83%),
jerami padi (bisa sekam, serbuk gergaji dan lain-lain sebanyak 5%), abu dapur (10%),
bakteri starter (0,25%) dan kapur (2%). Bahan lain dapat digunakan asalkan kotoran sapi
minimal 40% dan kotoran ayam 25%.

 Biogas, Biogas terbentuk dari hasil penguraian kotoran hewan oleh mikroorganisme yang
terdiri atas karbondioksida (30-40%), hidrogen (1-5%), metana (50-70%), uap air (0,3%),
nitrogen (1-2%), dan hidrogen sulfat (endapan). Metana sebagai komponen terbesar dapat
dimanfaatkan untuk memasak dan pemanas. Banyaknya metana yang dihasilkan juga
menentukan daya listrik yang dihasilkan. Satu meter kubik (m3) metana yang setara
dengan 10 kWh atau 0,6 liter bensin, mampu menghidupkan lampu 60-100 watt selama 6
jam. Cukup 3 ekor sapi untuk memenuhi kebutuhan energi skala rumah tangga.

Sumber : http://info.medion.co.id Edisi Desember 2009

You might also like