Professional Documents
Culture Documents
Etika adalah ilmu ttg kesusilaan yg bagaimana sepatutnya manusia hidup di dalam
masyarakat yg melibatkan aturan atau prinsip yg menentukan tingkah laku
yang benar.
Moral adalah perilaku yang diharapkan oleh masyarakat yg merupakan “standar perilaku”
dan “nilai” yang harus diperhatikan bila seseorang menjadi anggota masyarakat tempat ia
tinggal.
Etiket atau adat merupakan sesuatu yang dikenal, diketahui, diulang serta
menjadi suatu kebiasaan di dalam suatu masyarakat baik berupa kata- kata maupun bentuk
perbuatan yang nyata.
Etika, moral dan etiket sulit dibedakan, hanya dapat dilihat bahwa etika lebih
dititikberatkan pada aturan, prinsip yang melandasi perilaku yang mendasar dan mendekati
aturan, hukum dan undang2 yang membedakan benar atau salah secara
moralitas
nilai-nilai moral yang ada dalam kode etik keperawatan Indonesia (2000), diantaranya:
1.Menghargai hak klien sebagai individu yg bermartabat dan unik
2.Menghormati nilai-nilai yang diyakini klien
3.Bertanggung jawab terhadap klien
4.confidentiality
Dari Ladd J (1978), dikutip oleh Freld(1990) menyatakan ada empat metoda utama
membahas masalah etika:
1.Otoritas
2.Consensum hominum
3.Pendekatan intuisi atau self evidence
4.Metode argumentasi
Penjelasan
1.Metode otoritas
Menyatakan bahwa dasar setiap tindakan atau keputusan adalah otoritas. Otoritas dapat
berasal dari manusia atau kepercayaan supernatural, kelompok manusia, atau suatu institusi
seperti majelis ulama, dewan gereja atau pemerintah.
Metode ini dinyatakan oleh para ahli filsafat berdasarkan pada apa yang mereka kenal
sebagai konsep teknik intuisi.Metode ini terbatas hanya pada orang- orang yang mempunyai
intuisi tajam
Bandman (1990) menjelaskan bahwa masalah etika keperawatan pada dasarnya terdiri atas
lima jenis. Kelima masalah tersebut akan diuraikan dl rangka perawat
“mempertimbangkan prinsip etika yang bertentangan”.
1.Pernyataan dari klien yg pernah diucapkan kpd anggota keluarga, teman2nya dan petugas
kesehatan
2.Agama dan kepercayaan klien
3.Pengaruh terhadap anggota klg klien
4.Kemungkinan akibat sampingan yang tidak dikehendaki
5.Prognosis dengan atau tanpa pengobatan
Hampir semua suku bangsa di Indonesia memiliki praktek terapi konvensional yang masih
dianggap sebagai tindakan yang dapat dipercaya.
Secara ilmiah tindakan tsb sulit dibuktikan kebenarannya, namun sebagian masyarakat
mempercayainya.
I.DEFINISI
Transplantasi organ dan jaringan tubuh manusia merupakan tindakan medik yang sangat
bermanfaat bagi pasien dengan ganguan fungsi organ tubuh yang berat.
Ini adalah terapi pengganti (alternatif) yang merupakan upaya terbaik untuk menolong pasie
dengan kegagalan organnya,karena hasilnya lebih memuaskan dibandingkan dan hingga
dewasa ini terus berkembang dalam dunia kedokteran,namun tindakan medik ini tidak dapat
dilakukan begitu saja,karena masih harus dipertimbangkan dari segi non medik,yaitu dari segi
agama,hokum,budaya,etika dan moral.kendala lain yang dihadapi Indonesia dewasa ini dalam
menetapkan terapi transplatasi,adalah terbatasnya jumlah donor keluarga (Living Related
Donor,LRD)dan donasi organ jenazah.karena itu diperlukan kerjasama yang saling
mendukung antara para pakar terkait(hulum,kedokteran,sosiologi,pemuka agama,pemuka
masyarakat),pemerintah dan swata.
II.JENIS-JENIS TRANSPLANTASI
Kini telah dikenal beberapa jenis transplantasi atau pencangkokan ,baik berupa cel,jaringan
maupun organ tubuh yaitu sebagai berikut:
1.TRANSPLANTASI AUTOLOGUS
Yaitu perpindahan dari satu tempat ketempat lain dalam tubuh itu sendiri,yang dikumpulkan
sebelum pemberian kemoterapi,
2.TRANSPLANTASI ALOGENIK
Yaitu perpindahan dari satu tubuh ketubuh lain yang sama spesiesnya,baik dengan hubungan
keluarga atau tanpa hubungan keluarga,
3.TRANSPLANTASI SINGENIK
Yaitu perpindahan dari satu tubuh ketubuh lain yang identik,misalnya pada gambar identik,
4.TRANSPLANTASI XENOGRAFT
Yaitu perpindahan dari satu tubuh ketubuh lain yang tidak sama spesiesnya.
Organ atau jaringan tubuh yang akan dipindahkan dapat diambil dari donor yang hidup atau
dari jenazah orang yang baru meninggal dimana meninggal sendiri didefinisikan kematian
batang otak,
- Organ-organ yang diambil dari donor hidup seperti : kulit ginjal sumsum tulang dan darah
(transfusi darah).
-Organ-organ yang diambil dari jenazah adalah jantung,hati,ginjal,kornea,pancreas,paru-paru
dan sel otak.
Dalam 2 dasawarsa terakhir telah dikembangkan tehnik transplantasi seperti transplantasi
arteria mamaria interna dalam operasi lintas koroner oleh George E. Green. dan Parkinson
A.SEL INDUK
Berasal dari bahasa inggris (stem cell) merupakan sel yang belum berdeferensiasi dan
mempunyai potensi untuk dapat berdeferensiasi menjadi jenis sel lain.kemampuan tersebut
memungkinkan sel induk mrnjadi sistem perbaikan tubuh dengan menyediakan sel-sel
baruselama organisne bersangkutan hidup.
Peneliti medis meyakini bahwa penelitian sel induk berpotensi untuk mengubah keadan
penyakit manusia deangan cara digunakan perbaikan jaringan atau organ tubuh tertentu,hal ii
tampaknya belum benar-benar diwujudkan dewasa ini.
Penelitian sel induk dapat dikatakan dimulai pada tahun 1960_an setelah dilakukannya
penelitian oleh ilmuan kanada,Ernest A.McCulloch dan James E.Till.
Berdasarkan potensi :
• Sel induk ber-totipotensi (toti=total)
• Sel induk ber-multipotensi
• Sel induk ber-unipotensi (uni-tunggal)
Berdasarkan asalnya :
Sel induk embrio (embrio stem cell)
Sel induk dewasa (adult stem cell)
Menurut sumbernya transplantasi sel induk dapat dibagi menjadi :
Transplantasi sel induk darah tepi (peripheral blood stem cell transplantation)
Peredaran tepi merupakan sumber sel induk walaupun jumlah sel induk yang terkandung
tidak sebanyak pd sumsum tulang.untuk jumlah sel induk mencukupi suatu
transplantasi.biasanya pada donor diberikan granulocyte-colony stimulating factor (G-CSF).
Transplantasi dilakukan dengan proses yang disebut Aferesis.
Dari segi hukum ,transplantasi organ,jaringan dan sel tubuh dipandang sebagai suatu hal yang
mulia dalam upaya menyehatkan dan mensejahterakan manusia,walaupun ini adalah suatu
perbuatan yang melawan hukum pdana yaitu tindak pidana penganiayaan.tetapi mendapat
pengecualian hukuman,maka perbuatan tersebut tidak lagi diancam pidana,dan dapat
dibenarkan.
Dalam PP No.18 tahun 1981 tentana bedah mayat klinis, beda mayat anatomis dan
transplantasi alat serta jaringan tubuh manusia tercantum pasal tentang transplantasi sebagai
berikut:
Pasal 1.
c. Alat tubuh manusia adalah kumpulan jaringan-jaringa tubuh yang dibentuk oleh beberapa
jenis sel dan mempunyai bentuk serta faal (fungsi) tertentu untuk tubuh tersebut.
d. Jaringan adalah kumpulan sel-sel yang mmempunyai bentuk dan faal (fungsi)yang sama
dan tertentu.
e. Transplantasi adalah rangkaian tindakan kedokteran untuk pemindahan dan atau jaringan
tubuh manusia yang berasal dari tubuh orang lain dalam rangka pengobatan untuk
menggantikan alat dan atau jaringan tubuh ynag tidak berfungsi dengan baik.
f. Donor adalah orang yang menyumbangkan alat atau jaringan tubuhnya kepada orang lain
untuk keperluan kesehatan.
g. Meninggal dunia adalah keadaan insani yang diyakini oleh ahli kedokteran yang
berwenang bahwa fungsi otak,pernafasan,dan atau denyut jantung seseorang telah berhenti.
Ayat g mengenai definisi meninggal dunia kurang jelas,maka IDI dalam seminar nasionalnya
mencetuskan fatwa tentang masalah mati yaitu bahwa seseorang dikatakan mati bila fungsi
spontan pernafasan da jantung telah berhenti secara pasti atau irreversible,atau terbukti telah
terjadi kematian batang otak.
Pasal 10.
Transplantasi organ dan jaringan tubuh manusia dilaukan dengan memperhatikan ketentuan
yaitu persetujuan harus tertulis penderita atau keluarga terdekat setelah penderita meninggal
dunia.
Pasal 11
1.Transplantasi organ dan jaringan tubuh hanya boleh dilakukan oleh dokter yang
ditunjukolehmentri kesehatan.
2.Transplantasi alat dan jaringan tubuh manusia tidak boleh dilakukan oleh dokter yang
merawat atau mengobati donor yang bersangkutan
Pasal 12
Penentuan saat mati ditentukan oleh 2 orang dokter yang tudak ada sangkut paut medik
dengan dokter yang melakukan transplantasi.
Pasal 13
Persetujuan tertulis sebagaimana dimaksudkan yaitu dibuat diatas kertas materai dengan
2(dua) orang saksi.
Pasal 14
Pengambilan alat atau jaringan tubuh manusia untuk keperluan transplantasi atau bank mata
dari korban kecelakaan yang meninggal dunia,dilakukan dengan persetujuan tertulis dengan
keluarga terdekat.
Pasal 15
1.Senbelum persetujuan tentang transplantasi alat dan jaringan tubuh manusia diberikan oleh
donor hidup,calon donor yang bersangkutan terlebih dahulu diberitahu oleh dokter yang
merawatnya,termasuk dokter konsultan mengenai operasi,akibat-akibatya,dan kemungkinan-
kemungkinan yang terjadi.
2.Dokter sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) harus yakin benar ,bahwa calon donor yang
bersangkutan telah meyadari sepenuhnya arti dari pemberitahuan tersebut.
Pasal 16
Donor atau keluarga donor yang meninggal dunia tidak berhak dalam kompensasi material
apapun sebagai imbalan transplantasi.
Pasal 17
Dilarang memperjual belikan alat atau jaringan tubuh manusia.
Pasal 18
Dilarang mengirim dan menerima alat dan jaringan tubuh manusia dan semua bentuk ke dan
dari luar negeri.
Selanjutnya dalam UU No.23 tahun 1992 tentang kesehatan dicantumkan beberapa oasal
tentang transplantasi sebagai berikut:
Pasal 33.
1.Dalam penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan dapat dilakukan transplantasi
organ dan jaringan tubuh,transfuse darah ,imflan obat dan alat kesehatan,serta bedah plastic
dan rekontruksi.
2.Transplantasi organ dan jaringan serta transfuse darah sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1) dilakukan hanya untuk tujuan kemanusiaan kemanusiaan yang dilarang untuk tujjuan
komersial.
Pasal 34
1.Transplantasi organ dan jaringan tubuh hanya dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan yang
mempunyai keahlian dan kewenangan untuk itu dan dilakukan disaran kesehatan tertentu.
2.Pengambilan organ dan jaringan tubuh dari seorang donor harus memperhatikan kesehatan
donor yang bersangkutan dan ada persetujuan ahli waris atau keluarganya.
3.Ketentuan mengenai syarat dan tata cara penyelenggaraan transplantasi sebagaimana yang
dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) ditetapkan dengan peraturan pemerintah.
Pasal 11.
Setiap dokter wajib bersikap tulus ikhlas dan mempergunakan segala ilmu dan
keterampilannya untuk kepentingan penderita.
Teori-teori Keperawatan
A.
Latar Belakang
Keperawatan sebagai bagian integral pelayanan kesehatan merupakan suatu bentuk pelayanan
professional yang didasarkan pada ilmu keperawatan. Pada perkembangannya ilmu
keperawatan selalu mengikuti perkembangan ilmu lain, mengingat ilmu keperawatan
merupakan ilmu terapan yang selalu berubah mengikuti perkembangan zaman. Demikian
juga dengan pelayanan keperawatan di Indonesia, kedepan diharapkan harus mampu
memberikan pelayanan kepada masyarakat secara profesional sesuai dengan tuntutan
kebutuhan masyarakat serta teknologi bidang kesehatan yang senantiasa berkembang.
Pelaksanaan asuhan keperawatan di sebagian besar rumah sakit Indonesia umumnya telah
menerapkan pendekatan ilmiah melalui proses keperawatan. Profesi keperawatan adalah
profesi yang unik dan kompleks. Dalam melaksanakan prakteknya, perawat harus mengacu
pada model konsep dan teori keperawatan yang sudah dimunculkan. Konsep adalah suatu ide
dimana terdapat suatu kesan yang abstrak yang dapat diorganisir dengan smbol-simbol yang
nyata, sedangkan konsep keperawatan merupakan ide untuk menyusun suatu kerangka
konseptual atau model keperawatan
.
Teori adalah sekelompok konsep yang membentuk sebuah pola yang nyata atau suatu
pernyataan yang menjelaskan suatu proses, peristiwa atau kejadian yang didasari fakta-fakta
yang telah di observasi tetapi kurang absolut atau bukti secara langsung.Yang dimaksud teori
keperawatan adalah usaha-usaha untuk menguraikan atau menjelaskan fenomena mengenai
keperawatan. Teori keperawatan digunakan sebagai dasar dalam menyusun suatu model
konsep dalam keperawatan,dan model konsep keperawatan digunakan dalam menentukan
model praktek keperawatan. Berikut ini adalah ringkasan beberapa teori keperawatan yang
perlu diketahui oleh para perawat profesional sehingga mampu mengaplikasikan praktek
keperawatan yang didasarkan pada keyakinan dan nilai dasar keperawatan.
Penyusun Teori:
Nightingale (1860)
Tujuan Keperawatan: Untuk memfasilitasi “proses penyembuhan tubuh” dengan
memanipulasi lingkungan klien (Torres, 1986). Kerangka Kerja Praktik: Lingkungan klien
dimanipulasi untuk mendapatkan ketenangan, nutrisi, kebersihan, cahaya, kenyamanan,
sosialiasi, dan harapan yang sesuai Penyusun Teori:
Peplau (1952)
Tujuan Keperawatan: Untuk mengembangkan interaksi antara perawat dan klien Kerangka
Kerja Praktik: Keperawatan adalah proses yang penting, terapeutik, dan interpersonal
(1952) Keperawatan berpartisipasi dalam menyusun struktur sistem asuhan kesehatan untuk
memfasilitasi kondisi yang alami dari kecenderungan manusia untuk mengembangkan
hubungan interpersonal (Marriner-Torney, 1994) Penyusun Teori:
Henderson (1955)
Tujuan Keperawatan: Untuk bekerja secara mandiri dengan tenaga pemberi pelayanan
kesehatan (Marriner-Torney, 1994), membantu klien untuk mendapatkan kembali
kemandiriannya secepat mungkin. Kerangka Kerja Praktik: Praktik keperawatan membentuk
klien untuk melakukan 14 kebutuhan dasar Henderson (Henderson, 1966) Penyusun Teori:
Abdellah (1960)
Tujuan Keperawatan: Untuk memberikan kepada individu, keluarga, dan masyarakat. Untuk
menjadi perawat yang baik dan berpengertian, juga mempunyai kemampuan intelegensia
yang tinggi, kompeten dan memiliki keterampilan yang baik dalam memberikan pelayanan
keperawatan (Marriner-Torney, 1994)Kerangka Kerja Praktik: Teori ini melingkupi 21
masalah keperawatan Abdellah (Abdellah et al 1960) Penyusun Teori:
Orlando (1961)
Tujuan Keperawatan: Untuk berespons terhadap perilaku klien dalam memenuhi kebutuhan
klien dengan segera. Untuk berinteraksi dengan klien untuk memenuhi kebutuhan klien
secepat mungkin dengan mengidentifikasi perilaku klien, reaksi perawat, dan tindakan
keperawatan yang dilakukan (Tores, 1986; Chinn dan Jacobs, 1995). Kerangka Kerja Praktik:
Tiga elemen seperti perilaku klien, reaksi perawat, dan tindakan perawat membentuk situasi
keperawatan (Orlando, 1961)
Penyusun Teori:
Hall (1962)
Tujuan Keperawatan: Untuk memberikan asuhan dan kenyamanan bagi klien selama proses
penyakit (Torres, 1986). Kerangka Kerja Praktik: Seorang klien dibentuk oleh bagian-bagian
berikut yang saling tumpang-tindih, yaitu: manusia (inti), status patologis, dan pengobatan
(penyembuhan) dan tubuh (perawatan). Perawat sebagai pemberi perawatan (Mariner-
Torney, 1994; Chinn dan Jacobs, 1995) Penyusun Teori:
Wiedenbach (1964)
Tujuan Keperawatan: Untuk membantu individual dalam mengatasi masalah yang berkaitan
dengan kemampuan untuk memenuhi tekanan atau kebutuhan yang dihasil dari suatu kondisi,
lingkungan, situasi atau waktu (Torres, 1986). Kerangka Kerja Praktik: Praktik keperawatan
berhubungan dengan individu yang memerlukan bantuan karena stimulasi perilaku.
Keperawatan klinik memiliki komponen seperti filosofi, tujuan, praktik, dan seni (Chinn dan
Jacobs, 1995)
Penyusun Teori:
Levine (1966)
Tujuan Keperawatan: Untuk melakukan konversi kegiatan yang ditujukan untuk
menggunakan sumber daya yang dimiliki klien secara optimal Kerangka Kerja Praktik:
Model adaptasi manusia ini sebagai bagian dari satu kesatuan yang utuh
didasari oleh “empat prinsip konservasi keperawatan” (Levine, 1973)
Penyusun Teori:
Johnson (1968)
Tujuan Keperawatan: Untuk mengurangi stress sehingga klien dapat bergerak lebih mudah
melewati proses penyembuhan. Kerangka Kerja Praktik: Kerangka dari kebutuhan dasar ini
berfokus pada tujuh kategori perilaku. Tujuan individu adalah untuk mencapai keseimbangan
perilaku dan kondisi yang stabil melalui penyelarasan dan adaptasi terhadap tekanan tertentu
(Johnson, 1980; Torres, 1986) Penyusun Teori:
Rogers (1970)
Tujuan Keperawatan: Untuk mempertahankan dan meningkatkan kesehatan, mencegah
kesakitan, dan merawat serta merehabilitasi klien yang sakit dan tidak mampu dengan
pendekatan humanistik keperawatan (Rogers, 1979). Kerangka Kerja Praktik: “Manusia
utuh”
meliputi proses sepanjang hidup. Klien secara terus menerus berubah dan menyelaraskan
dengan lingkungannya Penyusun Teori:
Orem (1971)
Tujuan Keperawatan: Untuk merawat dan membantu klien mencapai perawatan diri secara
total Kerangka Kerja Praktik: Teori ini merupakan teori kurangnya perawatan diri sendiri.
Asuhan keperawatan menjadi penting ketika klien tidak mampu memenuhi kebutuhan
biologis, psikologis, perkembangan, dan sosial (Orem , 1985) Penyusun Teori:
King (1971)
Tujuan Keperawatan: Untuk memanfaatkan komunikasi dalam membantu klien mencapai
kembali adaptasi secara positif terhadap lingkungan. Kerangka Kerja Praktik: Proses
keperawatan didefinisikan sebagai proses interpersonal yang dinamis antara perawat, klien
dan sistem pelayanan kesehatan Penyusun Teori:
Travelbee (1971)
Tujuan Keperawatan: Untuk membantu individu atau keluarga untuk mencegah atau
mengembangkan koping terhadap penyakit yang dideritanya, mendapatkan kembali
kesehatannya, menemukan arti dari penyakit atau mempertahankan status kesehatan
maksimalnya (Marriner-Torney, 1994). Kerangka Kerja Praktik: Proses interpersonal
dipandang Tujuan Keperawatan: Untuk merawat dan membantu klien mencapai perawatan
diri secara total Kerangka Kerja Praktik: Teori ini merupakan teori kurangnya perawatan diri
sendiri. Asuhan keperawatan menjadi penting ketika klien tidak mampu memenuhi
kebutuhan biologis, psikologis, perkembangan, dan sosial (Orem , 1985) Penyusun Teori:
King (1971)
Tujuan Keperawatan: Untuk memanfaatkan komunikasi dalam membantu klien mencapai
kembali adaptasi secara positif terhadap lingkungan. Kerangka Kerja Praktik: Proses
keperawatan didefinisikan sebagai proses interpersonal yang dinamis antara perawat, klien
dan sistem pelayanan kesehatan Penyusun Teori:
Travelbee (1971)
Tujuan Keperawatan: Untuk membantu individu atau keluarga untuk mencegah atau
mengembangkan koping terhadap penyakit yang dideritanya, mendapatkan kembali
kesehatannya, menemukan arti dari penyakit atau mempertahankan status kesehatan
maksimalnya (Marriner-Torney, 1994). Kerangka Kerja Praktik: Proses interpersonal
dipandang Tujuan Keperawatan: Untuk merawat dan membantu klien mencapai perawatan
diri secara total Kerangka Kerja Praktik: Teori ini merupakan teori kurangnya perawatan diri
sendiri. Asuhan keperawatan menjadi penting ketika klien tidak mampu memenuhi
kebutuhan biologis, psikologis, perkembangan, dan sosial (Orem , 1985) Penyusun Teori:
King (1971)
Tujuan Keperawatan: Untuk memanfaatkan komunikasi dalam membantu klien mencapai
kembali adaptasi secara positif terhadap lingkungan. Kerangka Kerja Praktik: Proses
keperawatan didefinisikan sebagai proses interpersonal yang dinamis antara perawat, klien
dan sistem pelayanan kesehatan Penyusun Teori:
Travelbee (1971)
Tujuan Keperawatan: Untuk membantu individu atau keluarga untuk mencegah atau
mengembangkan koping terhadap penyakit yang dideritanya, mendapatkan kembali
kesehatannya, menemukan arti dari penyakit atau mempertahankan status kesehatan
maksimalnya (Marriner-Torney, 1994). Kerangka Kerja Praktik: Proses interpersonal
dipandang
BAB I
Teori-teori Keperawatan
A.
Latar Belakang
Keperawatan sebagai bagian integral pelayanan kesehatan merupakan suatu bentuk pelayanan
professional yang didasarkan pada ilmu keperawatan. Pada perkembangannya ilmu
keperawatan selalu mengikuti perkembangan ilmu lain, mengingat ilmu keperawatan
merupakan ilmu terapan yang selalu berubah mengikuti perkembangan zaman. Demikian
juga dengan pelayanan keperawatan di Indonesia, kedepan diharapkan harus mampu
memberikan pelayanan kepada masyarakat secara profesional sesuai dengan tuntutan
kebutuhan masyarakat serta teknologi bidang kesehatan yang senantiasa berkembang.
Pelaksanaan asuhan keperawatan di sebagian besar rumah sakit Indonesia umumnya telah
menerapkan pendekatan ilmiah melalui proses keperawatan. Profesi keperawatan adalah
profesi yang unik dan kompleks. Dalam melaksanakan prakteknya, perawat harus mengacu
pada model konsep dan teori keperawatan yang sudah dimunculkan. Konsep adalah suatu ide
dimana terdapat suatu kesan yang abstrak yang dapat diorganisir dengan smbol-simbol yang
nyata, sedangkan konsep keperawatan merupakan ide untuk menyusun suatu kerangka
konseptual atau model keperawatan
.
Teori adalah sekelompok konsep yang membentuk sebuah pola yang nyata atau suatu
pernyataan yang menjelaskan suatu proses, peristiwa atau kejadian yang didasari fakta-fakta
yang telah di observasi tetapi kurang absolut atau bukti secara langsung.Yang dimaksud teori
keperawatan adalah usaha-usaha untuk menguraikan atau menjelaskan fenomena mengenai
keperawatan. Teori keperawatan digunakan sebagai dasar dalam menyusun suatu model
konsep dalam keperawatan,dan model konsep keperawatan digunakan dalam menentukan
model praktek keperawatan. Berikut ini adalah ringkasan beberapa teori keperawatan yang
perlu diketahui oleh para perawat profesional sehingga mampu mengaplikasikan praktek
keperawatan yang didasarkan pada keyakinan dan nilai dasar keperawatan. Penyusun Teori:
Nightingale (1860)
Tujuan Keperawatan: Untuk memfasilitasi “proses penyembuhan tubuh” dengan
memanipulasi lingkungan klien (Torres, 1986). Kerangka Kerja Praktik: Lingkungan klien
dimanipulasi untuk mendapatkan ketenangan, nutrisi, kebersihan, cahaya, kenyamanan,
sosialiasi, dan harapan yang sesuai Penyusun Teori:
Peplau (1952)
Tujuan Keperawatan: Untuk mengembangkan interaksi antara perawat dan klien Kerangka
Kerja Praktik: Keperawatan adalah proses yang penting, terapeutik, dan interpersonal (1952)
Keperawatan berpartisipasi dalam menyusun struktur sistem asuhan kesehatan untuk
memfasilitasi kondisi yang alami dari kecenderungan manusia untuk mengembangkan
hubungan interpersonal (Marriner-Torney, 1994) Penyusun Teori:
Henderson (1955)
Tujuan Keperawatan: Untuk bekerja secara mandiri dengan tenaga pemberi pelayanan
kesehatan (Marriner-Torney, 1994), membantu klien untuk mendapatkan kembali
kemandiriannya secepat mungkin. Kerangka Kerja Praktik: Praktik keperawatan membentuk
klien untuk melakukan 14 kebutuhan dasar Henderson (Henderson, 1966) Penyusun Teori:
Abdellah (1960)
Tujuan Keperawatan: Untuk memberikan kepada individu, keluarga, dan masyarakat. Untuk
menjadi perawat yang baik dan berpengertian, juga mempunyai kemampuan intelegensia
yang tinggi, kompeten dan memiliki keterampilan yang baik dalam memberikan pelayanan
keperawatan (Marriner-Torney, 1994)Kerangka Kerja Praktik: Teori ini melingkupi 21
masalah keperawatan Abdellah (Abdellah et al 1960) Penyusun Teori:
Orlando (1961)
Tujuan Keperawatan: Untuk berespons terhadap perilaku klien dalam memenuhi kebutuhan
klien dengan segera. Untuk berinteraksi dengan klien untuk memenuhi kebutuhan klien
secepat mungkin dengan mengidentifikasi perilaku klien, reaksi perawat, dan tindakan
keperawatan yang dilakukan (Tores, 1986; Chinn dan Jacobs, 1995). Kerangka Kerja Praktik:
Tiga elemen seperti perilaku klien, reaksi perawat, dan tindakan perawat membentuk situasi
keperawatan (Orlando, 1961) Penyusun Teori:
Hall (1962)
Tujuan Keperawatan: Untuk memberikan asuhan dan kenyamanan bagi klien selama proses
penyakit (Torres, 1986). Kerangka Kerja Praktik: Seorang klien dibentuk oleh bagian-bagian
berikut yang saling tumpang-tindih, yaitu: manusia (inti), status patologis, dan pengobatan
(penyembuhan) dan tubuh (perawatan). Perawat sebagai pemberi perawatan (Mariner-
Torney, 1994; Chinn dan Jacobs, 1995) Penyusun Teori:
Wiedenbach (1964)
Tujuan Keperawatan: Untuk membantu individual dalam mengatasi masalah yang berkaitan
dengan kemampuan untuk memenuhi tekanan atau kebutuhan yang dihasil dari suatu kondisi,
lingkungan, situasi atau waktu (Torres, 1986). Kerangka Kerja Praktik: Praktik keperawatan
berhubungan dengan individu yang memerlukan bantuan karena stimulasi perilaku.
Keperawatan klinik memiliki komponen seperti filosofi, tujuan, praktik, dan seni (Chinn dan
Jacobs, 1995) Penyusun Teori:
Levine (1966)
Tujuan Keperawatan: Untuk melakukan konversi kegiatan yang ditujukan untuk
menggunakan sumber daya yang dimiliki klien secara optimal Kerangka Kerja Praktik:
Model adaptasi manusia ini sebagai bagian dari satu kesatuan yang utuh
didasari oleh “empat prinsip konservasi keperawatan” (Levine, 1973)
Penyusun Teori:
Johnson (1968)
Tujuan Keperawatan: Untuk mengurangi stress sehingga klien dapat bergerak lebih mudah
melewati proses penyembuhan. Kerangka Kerja Praktik: Kerangka dari kebutuhan dasar ini
berfokus pada tujuh kategori perilaku. Tujuan individu adalah untuk mencapai keseimbangan
perilaku dan kondisi yang stabil melalui penyelarasan dan adaptasi terhadap tekanan tertentu
(Johnson, 1980; Torres, 1986) Penyusun Teori:
Rogers (1970)
Tujuan Keperawatan: Untuk mempertahankan dan meningkatkan kesehatan, mencegah
kesakitan, dan merawat serta merehabilitasi klien yang sakit dan tidak mampu dengan
pendekatan humanistik keperawatan (Rogers, 1979). Kerangka Kerja Praktik: “Manusia
utuh”
meliputi proses sepanjang hidup. Klien secara terus menerus berubah dan menyelaraskan
dengan lingkungannya Penyusun Teori:
Orem (1971)
Tujuan Keperawatan: Untuk merawat dan membantu klien mencapai perawatan diri secara
total Kerangka Kerja Praktik: Teori ini merupakan teori kurangnya perawatan diri sendiri.
Asuhan keperawatan menjadi penting ketika klien tidak mampu memenuhi kebutuhan
biologis, psikologis, perkembangan, dan sosial (Orem , 1985) Penyusun Teori:
King (1971)
Tujuan Keperawatan: Untuk memanfaatkan komunikasi dalam membantu klien mencapai
kembali adaptasi secara positif terhadap lingkungan. Kerangka Kerja Praktik: Proses
keperawatan didefinisikan sebagai proses interpersonal yang dinamis antara perawat, klien
dan sistem pelayanan kesehatan Penyusun Teori:
Travelbee (1971)
Tujuan Keperawatan: Untuk membantu individu atau keluarga untuk mencegah atau
mengembangkan koping terhadap penyakit yang dideritanya, mendapatkan kembali
kesehatannya, menemukan arti dari penyakit atau mempertahankan status kesehatan
maksimalnya (Marriner-Torney, 1994). Kerangka Kerja Praktik: Proses interpersonal
dipandang sebagai hubungan manusia dengan manusia yang terbentuk selama sakit dan
selama “mengalami penderitaan”
Penyusun Teori:
Neuman (1972)
Tujuan Keperawatan: Untuk membantu individu, keluarga, dan kelompok untuk
mendapatkan dan mempertahankan tingkat kesehatan maksimalnya melalui intervensi
tertentu Kerangka Kerja Praktik: Penurunan stress adalah salah satu tujuan dari sistem model
praktik keperawatan (Torres, 1986). Tindakan keperawatan meliputi tindakan preventif
tingkat primer, sekunder, atau tersier Penyusun Teori:
Patterson dan Zderad (1976)
Tujuan Keperawatan: Untuk berespons terhadap kebutuhan manusia dan dan membangun
ilmu “keperawatan yang humanistik” (Patterson dan Zderad, 1976; Chinn dan Jacobs, 1995)
Kerangka Kerja Praktik: Keperawatan humanistik memerlukan partisipasi untuk memahami
“keunikan” dan “kesamaan” dengan yang lain (Chinn dan Jacobs, 1995)
Penyusun Teori:
Leininger (1978)
Tujuan Keperawatan: Untuk memberikan perawatan yang konsisten dengan ilmu dan
pengetahuan keperawatan dengan caring sebagai fokus sentral (Chinn dan Jacobs, 1995)
Kerangka Kerja Praktik: Dengan teori transkultural ini, caring merupakan sentral dan
menggabungkan pengetahuan dan praktik keperawatan (Leininger, 1980) Penyusun Teori:
Roy (1979)
Tujuan Keperawatan: Untuk mengidentifikasi tipe kebutuhan klien, mengkaji kemampuan
adaptasi terhadap kebutuhan dan membantu klien beradaptasi Kerangka Kerja Praktik: Model
adaptasi ini didasari oleh model adaptasi fisiologis, psikologis, sosiologis, serta
ketergantungan dan kemandirian (Roy, 1980) Penyusun Teori:
Watson (1979)
Tujuan Keperawatan: Untuk meningkatkan kesehatan, mengembangkan klien pada kondisi
sehatnya, dan mencegah kesakitan (Marriner-Torney, 1994). Kerangka Kerja Praktik: Teori
ini mencakup filosofi dan ilmu tentang caring; caring merupakan proses interpersonal yang
terdiri dari intervensi yang menghasilkan pemenuhan kebutuhan manusia (Torres, 1986)
Penyusun Teori:
Parse (1981)
Tujuan Keperawatan: Untuk memfokuskan pada manusia sebagai suatu unit yang hidup dan
kualitas partisipasi manusia terhadap pengalaman sehat (Parse, 1990) (Nursing as science and
art [Marriner-Torney, 1994]). Kerangka Kerja Praktik: Manusia secara terus menerus
berinteraksi dengan lingkungan dan berpartisipasi dalam upaya mempertahankan
kesehatannya (Marriner-Torney, 1994). Sehat adalah suatu kontinu, proses yang terbuka
bukan sekedar status sehat atau hilangnya penyakit (Parse, 1990; Marriner-Torney, 1994;
Chinn dan Jacobs, 1995)
DAFTAR PUSTAKA
Doengoes, M. E. (2002).
Nursing care plane: Guidelines for planning & documenting patient care, 3
rd
edition
, FA. Davis. George. (1995).
Nursing Theories (The Base for Profesional Nursing Practice)
, Fourth Edition. USA : Appleton & Lange. Hidayat AA. (2004).
Pengantar konsep dasar keperawatan
. Jakarta: Salemba Medika Nursalam. (2001).
Proses dan Dokumentasi Keperawatan : Konsep dan Praktik.
Jakarta : Salemba PPNI (2000) Standar Praktik Keperawatan. Jakarta : PPNI. Tomey Ann
Marriner, Alligood M.R.(2006).
Nursing Theorists and Their work
. 6 Ed. USA : Mosby Inc. http://www.sandiego.edu/acamics/nursing/theory/Orlando
Makalah keperawatan dari merupakan sekedar contoh jadi untuk anda boleh saja meng copy
tetapi apa lebih baik saja kalau anda mengambil topik yang sama disini dan anda membuat
Itemnya sendiri agar lebih kreatif gitu, Oke, ini dia Contoh makalah Keperawatan untuk
anda :
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dari latar belakang tersebut diatas, maka dapat diasumsikan permasalahan
kurangnya pengetahuan ibu dalam KB, sehingga apalah ada hubungan antara tingkat
pengetahuan ibu dengan pemilihan alat kontrasepsi?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Tujuan umum pada penelitian ini adalah mempelajari hubungan antara tingkat pengetahuan
ibu dengan pemilihan alat kontrasepsi.
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus pada penelitian ini adalah:
a. Mengidentifikasi tingkat pengetahuan dengan pemilihan alat kontrasepsi.
b. Mengidentifikasi pengetahuan ibu tentang alat kontrasepsi.
c. Menganalisis hubungan tingkat pengetahuan ibu dengan pemilihan alat kontrasepsi.
D. Manfaat Penelitian
Hasil yang diharapkan dalam penelitian ini adalah:
1. Dengan adanya keikutsertaan dalam KB maka dapat mengurangi dampak kehamilan yang
ditimbulkan.
2. Dengan adanya tingkat pengetahuan ibu yang meningkat maka ibu akan mempunyai
pengetahuan tentang KB.
3. Sebagai bahan masukan yang digunakan untuk penerapan KB dapat meningkatkan mutu
pelayanan kesehatan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dari latar belakang tersebut diatas, maka dapat diasumsikan permasalahan
kurangnya pengetahuan ibu dalam KB, sehingga apalah ada hubungan antara tingkat
pengetahuan ibu dengan pemilihan alat kontrasepsi?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Tujuan umum pada penelitian ini adalah mempelajari hubungan antara tingkat pengetahuan
ibu dengan pemilihan alat kontrasepsi.
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus pada penelitian ini adalah:
a. Mengidentifikasi tingkat pengetahuan dengan pemilihan alat kontrasepsi.
b. Mengidentifikasi pengetahuan ibu tentang alat kontrasepsi.
c. Menganalisis hubungan tingkat pengetahuan ibu dengan pemilihan alat kontrasepsi.
D. Manfaat Penelitian
Hasil yang diharapkan dalam penelitian ini adalah:
1. Dengan adanya keikutsertaan dalam KB maka dapat mengurangi dampak kehamilan yang
ditimbulkan.
2. Dengan adanya tingkat pengetahuan ibu yang meningkat maka ibu akan mempunyai
pengetahuan tentang KB.
3. Sebagai bahan masukan yang digunakan untuk penerapan KB dapat meningkatkan mutu
pelayanan kesehatan.
Lihat juga contoh makalah Pendidikan dari kami, dan anda bisa mendapatkan makalah lebih
banyak lagi hanya disini juga kami ucapkan banyak terima kasih karena anda tela melihat
berita dan info dari kami semoga bermanfaat untuk anda semua, nantikan edisi terbaru dari
kami.
advertiser: