Professional Documents
Culture Documents
“NIKAH SIRI”
Disusun Oleh :
2010
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
BAB I PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Tujuan tim penyusun menulis dan menyusun makalah ini antara lain :
a. Mahasiswa dan masyarakat lainnya (pembaca makalah dan audiens presentasi) memahami
berbagai definisi akan nikah siri
b. Mahasiswa dan audiens lain mengerti dan mengetahui landasan hukum terkait nikah siri
baik ditinjau dari sudut pandang Islam dan pembahasan berbagai rancangan undang-undang
c. Mahasiswa dan audiens lain mengetahui dampak positif dan dampak negatif dari nikah siri
d. Mahasiswa dan audiens lain dapat mengeluarkan berbagai pendapatnya terkait nikah siri
dan berdiskusi satu sama lain
e. Memenuhi salah satu syarat atau tugas Agama dan Etika Islam
1.3 Manfaat
a. Dengan penjelasan yang detail dan berbagai kajian akan negatif-positifnya nikah siri
audiens akan dapat mengerti bahwa nikah siri lebih banyak menimbulkan hal negatif dan
pada akhirnya dapat dijadikan pencegahan akan terjadinya nikah siri
b. Membantu berbagai kalangan untuk menyamakan pikiran akan tidak baiknya pernikahan
siri terutama untuk latar belakang non-kekurangan biaya
c. Membantu mensosialisasikan apa sebenarnya nikah siri itu dan tindakan apa yang dapat
kita lakukan untuk mengurangi angka terjadinya nikah siri
d. Menambah angka audiens atau masyarakat yang memahami berbagai fakta, pro dan
kontra terkait pernikahan siri dan hukum-hukum yang terkait nikah siri
BAB II LANDASAN TEORI
Pertama; pernikahan tanpa wali. Pernikahan semacam ini dilakukan secara rahasia (siri)
dikarenakan pihak wali perempuan tidak setuju; atau karena menganggap absah pernikahan
tanpa wali; atau hanya karena ingin memuaskan nafsu syahwat belaka tanpa mengindahkan lagi
ketentuan-ketentuan syariat;
Kedua, pernikahan yang sah secara agama namun tidak dicatatkan dalam lembaga
pencatatan negara. Banyak faktor yang menyebabkan seseorang tidak mencatatkan
pernikahannya di lembaga pencatatan sipil negara. Ada yang karena faktor biaya, alias tidak
mampu membayar administrasi pencatatan; ada pula yang disebabkan karena takut ketahuan
melanggar aturan yang melarang pegawai negeri nikah lebih dari satu; dan lain sebagainya.
Kedua, pada era keemasan Islam, di mana sistem pencatatan telah berkembang dengan
pesat dan maju, tidak pernah kita jumpai satupun pemerintahan Islam yang
mempidanakan orang-orang yang melakukan pernikahan yang tidak dicatatkan pada
lembaga pencatatan resmi negara.
Ketiga, dalam khazanah peradilan Islam, memang benar, negara berhak menjatuhkan
sanksi mukhalafat kepada orang yang melakukan tindakanmukhalafat. Pasalnya, negara
(dalam hal ini seorang Khalifah dan orang yang diangkatnya) mempunyai hak untuk
menetapkan aturan-aturan tertentu untuk mengatur urusan-urusan rakyat yang belum
ditetapkan ketentuan dan tata cara pengaturannya oleh syariat; seperti urusan lalu lintas,
pembangunan rumah, eksplorasi, dan lain sebagainya.
Keempat, jika pernikahan siri dilakukan karena faktor biaya; maka pada kasus semacam
ini negara tidak boleh mempidanakan dan menjatuhkan sanksi mukhalafat kepada
pelakunya.
Kelima, pada dasarnya, Nabi saw telah mendorong umatnya untuk menyebarluaskan
pernikahan dengan menyelenggarakan walimatul ‘ursy.Anjuran untuk melakukan
walimah, walaupun tidak sampai berhukum wajib akan tetapi nabi sangat menganjurkan
(sunnah muakkadah).
BAB III PEMBAHASAN
RUU Nikah Siri atau Rancangan Undang-Undang Hukum Materil oleh Peradilan Agama
Bidang Perkawinan yang akan memidanakan pernikahan tanpa dokumen resmi atau yang biasa
disebut sebagai nikah siri, kini tengah memicu kontroversi ditengah-tengah masyarakat.
Pasal 143 RUU yang hanya diperuntukkan bagi pemeluk Islam ini menggariskan, setiap orang
yang dengan sengaja melangsungkan perkawinan tidak di hadapan pejabat pencatat nikah
dipidana dengan ancaman hukuman bervariasi, mulai dari enam bulan hingga tiga tahun dan
denda mulai dari Rp6 juta hingga Rp12 juta. Selain kawin siri,draf RUU juga menyinggung
kawin mutah atau kawin kontrak.
Pasal 144 menyebut, setiap orang yang melakukan perkawinan mutah dihukum penjara selama-
lamanya 3 tahun dan perkawinannya batal karena hukum. RUU itu juga mengatur soal
perkawinan campur (antardua orang yang berbeda kewarganegaraan). Pasal 142 ayat 3
menyebutkan, calon suami yang berkewarga negaraan asing harus membayar uang jaminan
kepada calon istri melalui bank syariah sebesar Rp500 juta.
4.1 Kesimpulan
a. Bahwa penyiaran pernikahan dan adanya surat nikah lebih banyak menimbulkan hal positif
daripada hal negatif
b. Penguasa (dalam hal ini pemerintah) harus mengawasi dengan ketat penggunaan dan
peredaran surat nikah di tengah-tengah masyarakat, agar surat nikah tidak justru disalahgunakan
c. Pelaku nikah siri hendaknya tidak dipidanakan karena nikah siri dapat terjadi oleh berbagai
faktor dan secara syariat pernikahan tersebut sah apabila terdapat
(1) wali,
(2) dua orang saksi, dan
(3) ijab qabul.
4.2 Saran
Sebaiknya pembahasan mengenai nikah siri tidak hanya dilakukan oleh kalangan tertentu
saja namun akan lebih baik apabila disosialisasikan pada masyarakat baik-buruknya dan berbagai
pro-kontra yang terjadi agar masyarakat dapat terbantu dalam mengambil keputusan dan
mengurangi terjadinya pernikahan siri. Apabila sosialisasi agak sulit dapat dilakukan dengan
terjunnya berbagai pakar yang memahami detail hukum dan seluk-beluk nikah siri ini untuk
berdiskusi langsung dengan masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA