You are on page 1of 36

Posted on 15 December 2008 by penyair cinta (1) Comment

A. LATAR BELAKANG.

Jagad Indonesia ini memungkinkan dikembangkan tanaman sayur-sayuran yang


banyak bermanfaat bagi pertumbuhan dan perkembangan bagi manusia. Sehingga
ditinjau dari aspek klimatologis Indonesia sangat tepat untuk dikembangkan untuk
bisnis sayuran.
Di antara tanaman sayur-sayuran yang mudah dibudidayakan adalah caisim. Karena
caisim ini sangat mudah dikembangkan dan banyak kalangan yang menyukai dan
memanfaatkannya. Selain itu juga sangat potensial untuk komersial dan prospek
sangat baik..
Ditinjau dari aspek klimatologis, aspek teknis, aspek ekonomis dan aspek sosialnya
sangat mendukung, sehingga memiliki kelayakan untuk diusahakan di Indonesia.
Sebutan sawi orang asing adalah mustard. Perdagangan internasional dengan sebutan
green mustard, chinese mustard, indian mustard ataupun sarepta mustard. Orang
Jawa, Madura menyebutnya dengan sawi, sedang orang Sunda menyebut sasawi.

B. MANFAAT.

Manfaat sawi sangat baik untuk menghilangkan rasa gatal di tenggorokan pada
penderita batuk. Penyembuh penyakit kepala, bahan pembersih darah, memperbaiki
fungsi ginjal, serta memperbaiki dan memperlancar pencernaan.
Sedangkan kandungan yang terdapat pada sawi adalah protein, lemak, karbohidrat,
Ca, P, Fe, Vitamin A, Vitamin B, dan Vitamin C.

JENIS SAWI

A. KLASIFIKASI BOTANI.
Divisi : Spermatophyta.
Subdivisi : Angiospermae.
Kelas : Dicotyledonae.
Ordo : Rhoeadales (Brassicales).
Famili : Cruciferae (Brassicaceae).
Genus : Brassica.
Spesies : Brassica Juncea.

B. JENIS-JENIS SAWI.

Secara umum tanaman sawi biasanya mempunyai daun panjang, halus, tidak berbulu,
dan tidak berkrop. Petani kita hanya mengenal 3 macam sawi yang biasa
dibudidayakan yaitu : sawi putih (sawi jabung), sawi hijau, dan sawi huma. Sekarang
ini masyarakat lebih mengenal caisim alias sawi bakso. Selain itu juga ada pula jenis
sawi keriting dan sawi sawi monumen.
Caisim alias sawi bakso ada juga yang menyebutnya sawi cina., merupakan jenis sawi
yang paling banyak dijajakan di pasar-pasae dewasa ini. Tangkai daunnya panjang,
langsing, berwarna putih kehijauan. Daunnya lebar memanjang, tipis dan berwarna
hijau. Rasanya yang renyah, segar, dengan sedikit sekali rasa pahit. Selain enak
ditumis atau dioseng, juga untuk pedangan mie bakso, mie ayam, atau restoran cina.

SYARAT TUMBUH

Sawi bukan tanaman asli Indonesia, menurut asalnya di Asia. Karena Indonesia
mempunyai kecocokan terhadap iklim, cuaca dan tanahnya sehingga dikembangkan
di Indonesia ini.
Tanaman sawi dapat tumbuh baik di tempat yang berhawa panas maupun berhawa
dingin, sehingga dapat diusahakan dari dataran rendah maupun dataran tinggi.
Meskipun demikian pada kenyataannya hasil yang diperoleh lebih baik di dataran
tinggi.
Daerah penanaman yang cocok adalah mulai dari ketinggian 5 meter sampai dengan
1.200 meter di atas permukaan laut. Namun biasanya dibudidayakan pada daerah
yang mempunyai ketinggian 100 meter sampai 500 meter dpl.
Tanaman sawi tahan terhadap air hujan, sehingga dapat di tanam sepanjang tahun.
Pada musim kemarau yang perlu diperhatikan adalah penyiraman secara teratur.
Berhubung dalam pertumbuhannya tanaman ini membutuhkan hawa yang sejuk. lebih
cepat tumbuh apabila ditanam dalam suasana lembab. Akan tetapi tanaman ini juga
tidak senang pada air yang menggenang. Dengan demikian, tanaman ini cocok bils di
tanam pada akhir musim penghujan.
Tanah yang cocok untuk ditanami sawi adalah tanah gembur, banyak mengandung
humus, subur, serta pembuangan airnya baik. Derajat kemasaman (pH) tanah yang
optimum untuk pertumbuhannya adalah antara pH 6 sampai pH 7.
BUDIDAYA TANAMAN SAWI

Cara bertanam sawi sesungguhnya tak berbeda jauh dengan budidaya sayuran pada
umumnya. Budidaya konvensional di lahan meliputi proses pengolahan lahan,
penyiapan benih, teknik penanaman, penyediaan pupuk dan pestisida, serta
pemeliharaan tanaman.
Sawi dapat ditanam secara monokultur maupun tunmpang sari. Tanaman yang dapat
ditumpangsarikan antara lain : bawang dau, wortel, bayam, kangkung darat.
Sedangkan menanam benih sawi ada yang secara langsung tetapi ada juga melalui
pembibitan terlebih dahulu.
Berikut ini akan dibahas mengenai teknik budidaya sawi secara konvensional di
lahan.

A. BENIH.

Benih merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan usaha tani. Benih yang baik
akan menghasilkan tanaman yang tumbuh dengan bagus. Kebutuhan benih sawi
untuk setiap hektar lahan tanam sebesar 750 gram.
Benih sawi berbentuk bulat, kecil-kecil. Permukaannya licin mengkilap dan agak
keras. Warna kulit benih coklat kehitaman. Benih yang akan kita gunakan harus
mempunyai kualitas yang baik, seandainya beli harus kita perhatikan lama
penyimpanan, varietas, kadar air, suhu dan tempat menyimpannya. Selain itu juga
harus memperhatikan kemasan benih harus utuh. kemasan yang baik adalah dengan
alumunium foil.
Apabila benih yang kita gunakan dari hasil pananaman kita harus memperhatikan
kualitas benih itu, misalnya tanaman yang akan diambil sebagai benih harus berumur
lebih dari 70 hari. Dan penanaman sawi yang akan dijadikan benih terpisah dari
tanaman sawi yang lain. Juga memperhatikan proses yang akan dilakukan mesilnya
dengan dianginkan, tempat penyimpanan dan diharapkan lama penggunaan benih
tidak lebih dari 3 tahun.

B. PENGOLAHAN TANAH.

Pengolahan tanah secara umum melakukan penggemburan dan pembuatan bedengan.


Tahap-tahap pengemburan yaitu pencangkulan untuk memperbaiki struktur tanah dan
sirkulasi udara dan pemberian pupuk dasar untuk memperbaiki fisik serta kimia tanah
yang akan menambah kesuburan lahan yang akan kita gunakan.
Tanah yang hendak digemburkan harus dibersihkan dari bebatuan, rerumputan,
semak atau pepohonan yang tumbuh. Dan bebas dari daerah ternaungi, karena
tanaman sawi suka pada cahaya matahari secara langsung.
Sedangkan kedalaman tanah yang dicangkul sedalam 20 sampai 40 cm. Pemberian
pupuk organik sangat baik untuk penyiapan tanah. Sebagai contoh pemberian pupuk
kandang yang baik yaitu 10 ton/ha. Pupuk kandang diberikan saat penggemburan
agar cepat merata dan bercampur dengan tanah yang akan kita gunakan.
Bila daerah yang mempunyai pH terlalu rendah (asam) sebaiknya dilakukan
pengapuran. Pengapuran ini bertujuan untuk menaikkan derajad keasam tanah,
pengapuran ini dilakukan jauh-jauh sebelum penanaman benih, yaitu kira-kira 2
sampai 4 minggu sebelumnya. Sehingga waktu yang baik dalam melakukan
penggemburan tanah yaitu 2 – 4 minggu sebelum lahan hendak ditanam. Jenis kapur
yang digunakan adalah kapur kalsit (CaCO3) atau dolomit (CaMg(CO3)2).

C. PEMBIBITAN.

Pembibitan dapat dilakukan bersamaan dengan pengolahan tanah untuk penanaman.


Karena lebih efisien dan benih akan lebih cepat beradaptasi terhadap lingkungannya.
Sedang ukuran bedengan pembibitan yaitu lebar 80 – 120 cm dan panjangnya 1 – 3
meter. Curah hujan lebih dari 200 mm/bulan, tinggi bedengan 20 – 30 cm.
Dua minggu sebelum di tabur benih, bedengan pembibitan ditaburi dengan pupuk
kandang lalu di tambah 20 gram urea, 10 gram TSP, dan 7,5 gram Kcl.
Cara melakukan pembibitan ialah sebagai berikut : benih ditabur, lalu ditutupi tanah
setebal 1 – 2 cm, lalu disiram dengan sprayer, kemudian diamati 3 – 5 hari benih akan
tumbuh setelah berumur 3 – 4 minggu sejak disemaikan tanaman dipindahkan ke
bedengan.

D. PENANAMAN.

Bedengan dengan ukuran lebar 120 cm dan panjang sesuai dengan ukuran petak
tanah. Tinggi bedeng 20 – 30 cm dengan jarak antar bedeng 30 cm, seminggu
sebelum penanaman dilakukan pemupukan terlebih dahulu yaitu pupuk kandang 10
ton/ha, TSP 100 kg/ha, Kcl 75 kg/ha. Sedang jarak tanam dalam bedengan 40 x 40
cm , 30 x 30 dan 20 x 20 cm.
Pilihlah bibit yang baik, pindahkan bibit dengan hati-hati, lalu membuat lubang
dengan ukuran 4 – 8 x 6 – 10 cm.

E. PEMELIHARAAN.

Pemeliharaan adalah hal yang penting. Sehingga akan sangat berpengaruh terhadap
hasil yang akan didapat. Pertama-tama yang perlu diperhatikan adalah penyiraman,
penyiraman ini tergantung pada musim, bila musim penghujan dirasa berlebih maka
kita perlu melakukan pengurangan air yang ada, tetapi sebaliknya bila musim
kemarau tiba kita harus menambah air demi kecukupan tanaman sawi yang kita
tanam. Bila tidak terlalu panaspenyiraman dilakukan sehari cukup sekali sore atau
pagi hari.
Tahap selanjutnya yaitu penjarangan, penjarangan dilakukan 2 minggu setelah
penanaman. Caranya dengan mencabut tanaman yang tumbuh terlalu rapat.
Selanjutnya tahap yang dilakukan adalah penyulaman, penyulaman ialah tindakan
penggantian tanaman ini dengan tanaman baru. Caranya sangat mudah yaitu tanaman
yang mati atau terserang hama dan penyakit diganti dengan tanaman yang baru.
Penyiangan biasanya dilakukan 2 – 4 kali selama masa pertanaman sawi, disesuaikan
dengan kondisi keberadaan gulma pada bedeng penanaman. Biasanya penyiangan
dilakukan 1 atau 2 minggu setelah penanaman. Apabila perlu dilakukan
penggemburan dan pengguludan bersamaan dengan penyiangan.
Pemupukan tambahan diberikan setelah 3 minggu tanam, yaitu dengan urea 50 kg/ha.
Dapat juga dengan satu sendok the sekitar 25 gram dilarutkan dalam 25 liter air dapat
disiramkan untuk 5 m bedengan.

PENANAMAN VERTIKULTUR

Langkah – angkah penanaman secara vertikultur adalah sebagai berikut :

1. Benih disemaikan pada kotak persemaian denagn media pasir. Bibit dirawat hingga
siap ditanaman pada umur 14 hari sejak benih disemaikan.
2. Sediakan media tanam berupa tanah top soil, pupuk kandang, pasir dan kompos
dengan perbandingan 2:1:1:1 yang dicampur secara merata.
3. Masukkan campuran media tanam tersebut ke dalam polibag yang berukuran 20 x
30 cm.
4. Pindahkan bibit tanaman yang sudah siap tanam ke dalam polibag yang tersedia.
Tanaman yang dipindahkan biasanya telah berdaun 3 – 5 helai.
5. Polibag yang sudah ditanami disusun pada rak-rak yang tersedia pada Lath House.

PENANAMAN HIDROPONIK.

Langkah-langkah penanaman secara hidroponik adalah sebagai berikut :

1. Siapkan wadah persemaian . Masukkan media berupa pasir halus yang disterilkan
setebal 3 – 4 cm. Taburkan benih sawi di atasnya selanjutnya tutupi kembali dengan
lapisan pasir setebal 0,5 cm.
2. Setelah bibit tumbuh dan berdaun 3 – 5 helai (umur 3 – 4 minggu0, bibit dicabut
dengan hati-hati, selanjutnya bagian akarnya dicuci dengan air hingga bersih, akar
yang terlalu panjang dapat digunting.
3. Bak penanaman diisi bagian bawahnya dengan kerikil steril setebal 7 – 10 cm,
selanjutnya di sebelah atas ditambahkan lapisan pasir kasar yang juga sudah steril
setebal 20 cm.
4. Buat lubang penanaman dengan jarak sekitar 25 x 25 cm, masukkan bibit ke
lubang tersebut, tutupi bagian akar bibit dengan media hingga melewati leher akar,
usahakan posisi bibit tegak lurus dengan media.
5. Berikan larutan hidroponik lewat penyiraman, dapat pula pemberian dilakukan
dengan sistem drip irigation atau sistem lainnya, tanaman baru selanjutnya dipelihara
hingga tumbuh besar.

HAMA DAN PENYAKIT

A. HAMA.

1. Ulat titik tumbuh (Crocidolomia binotalis Zell.).


2. Ulat tritip (Plutella maculipennis).
3. Siput (Agriolimas sp.).
4. Ulat Thepa javanica.
5. Cacing bulu (cut worm).

B. PENYAKIT.

1. Penyakit akar pekuk.


2. Bercak daun alternaria.
3. Busuk basah (soft root).
4. Penyakit embun tepung (downy mildew).
5. Penyakit rebah semai (dumping off).
6. Busuk daun.
7. busuk Rhizoctonia (bottom root).
8. Bercak daun.
9. Virus mosaik.

PANEN DAN PENANGANAN PASCA PANEN.

Dalam hal pemanenan penting sekali diperhatikan umur panen dan cara panennya.
Umur panen sawi paling lama 70 hari. Paling pendek umur 40 hari. Terlebih dahulu
melihat fisik tanaman seperti warna, bentuk dan ukuran daun. Cara panen ada 2
macam yaitu mencabut seluruh tanaman beserta akarnya dan dengan memotong
bagian pangkal batang yang berada di atas tanah dengan pisau tajam.

Pasca panen sawi yang perlu diperhatikan adalah :


1. Pencucian dan pembuangan kotoran.
2. Sortasi.
3. Pengemasan.
4. Penympanan.
5. Pengolahan.

Incoming Search
A. KLASIFIKASI BOTANI.

Divisi : Spermatophyta.
Subdivisi : Angiospermae.
Kelas : Dicotyledonae.
Ordo : Rhoeadales (Brassicales).
Famili : Cruciferae (Brassicaceae).
Genus : Brassica.
Spesies : Brassica Juncea.

B. JENIS-JENIS SAWI.

Secara umum tanaman sawi biasanya mempunyai daun panjang, halus, tidak berbulu, dan
tidak berkrop. Petani kita hanya mengenal 3 macam sawi yang biasa dibudidayakan yaitu :
sawi putih (sawi jabung), sawi hijau, dan sawi huma. Sekarang ini masyarakat lebih
mengenal caisim alias sawi bakso. Selain itu juga ada pula jenis sawi keriting dan sawi
sawi monumen.
Caisim alias sawi bakso ada juga yang menyebutnya sawi cina., merupakan jenis sawi yang
paling banyak dijajakan di pasar-pasae dewasa ini. Tangkai daunnya panjang, langsing,
berwarna putih kehijauan. Daunnya lebar memanjang, tipis dan berwarna hijau. Rasanya
yang renyah, segar, dengan sedikit sekali rasa pahit. Selain enak ditumis atau dioseng,
juga untuk pedangan mie bakso, mie ayam, atau restoran cina.

SYARAT TUMBUH

Sawi bukan tanaman asli Indonesia, menurut asalnya di Asia. Karena Indonesia
mempunyai kecocokan terhadap iklim, cuaca dan tanahnya sehingga dikembangkan di
Indonesia ini.
Tanaman sawi dapat tumbuh baik di tempat yang berhawa panas maupun berhawa dingin,
sehingga dapat diusahakan dari dataran rendah maupun dataran tinggi. Meskipun
demikian pada kenyataannya hasil yang diperoleh lebih baik di dataran tinggi.
Daerah penanaman yang cocok adalah mulai dari ketinggian 5 meter sampai dengan 1.200
meter di atas permukaan laut. Namun biasanya dibudidayakan pada daerah yang
mempunyai ketinggian 100 meter sampai 500 meter dpl.
Tanaman sawi tahan terhadap air hujan, sehingga dapat di tanam sepanjang tahun. Pada
musim kemarau yang perlu diperhatikan adalah penyiraman secara teratur. Berhubung
dalam pertumbuhannya tanaman ini membutuhkan hawa yang sejuk. lebih cepat tumbuh
apabila ditanam dalam suasana lembab. Akan tetapi tanaman ini juga tidak senang pada
air yang menggenang. Dengan demikian, tanaman ini cocok bils di tanam pada akhir musim
penghujan.
Tanah yang cocok untuk ditanami sawi adalah tanah gembur, banyak mengandung humus,
subur, serta pembuangan airnya baik. Derajat kemasaman (pH) tanah yang optimum untuk
pertumbuhannya adalah antara pH 6 sampai pH 7.

BUDIDAYA TANAMAN SAWI

Cara bertanam sawi sesungguhnya tak berbeda jauh dengan budidaya sayuran pada
umumnya. Budidaya konvensional di lahan meliputi proses pengolahan lahan, penyiapan
benih, teknik penanaman, penyediaan pupuk dan pestisida, serta pemeliharaan tanaman.
Sawi dapat ditanam secara monokultur maupun tunmpang sari. Tanaman yang dapat
ditumpangsarikan antara lain : bawang dau, wortel, bayam, kangkung darat. Sedangkan
menanam benih sawi ada yang secara langsung tetapi ada juga melalui pembibitan
terlebih dahulu.
Berikut ini akan dibahas mengenai teknik budidaya sawi secara konvensional di lahan.

A. BENIH.

Benih merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan usaha tani. Benih yang baik akan
menghasilkan tanaman yang tumbuh dengan bagus. Kebutuhan benih sawi untuk setiap
hektar lahan tanam sebesar 750 gram.
Benih sawi berbentuk bulat, kecil-kecil. Permukaannya licin mengkilap dan agak keras.
Warna kulit benih coklat kehitaman. Benih yang akan kita gunakan harus mempunyai
kualitas yang baik, seandainya beli harus kita perhatikan lama penyimpanan, varietas,
kadar air, suhu dan tempat menyimpannya. Selain itu juga harus memperhatikan kemasan
benih harus utuh. kemasan yang baik adalah dengan alumunium foil.
Apabila benih yang kita gunakan dari hasil pananaman kita harus memperhatikan kualitas
benih itu, misalnya tanaman yang akan diambil sebagai benih harus berumur lebih dari 70
hari. Dan penanaman sawi yang akan dijadikan benih terpisah dari tanaman sawi yang lain.
Juga memperhatikan proses yang akan dilakukan mesilnya dengan dianginkan, tempat
penyimpanan dan diharapkan lama penggunaan benih tidak lebih dari 3 tahun.

B. PENGOLAHAN TANAH.

Pengolahan tanah secara umum melakukan penggemburan dan pembuatan bedengan.


Tahap-tahap pengemburan yaitu pencangkulan untuk memperbaiki struktur tanah dan
sirkulasi udara dan pemberian pupuk dasar untuk memperbaiki fisik serta kimia tanah
yang akan menambah kesuburan lahan yang akan kita gunakan.
Tanah yang hendak digemburkan harus dibersihkan dari bebatuan, rerumputan, semak
atau pepohonan yang tumbuh. Dan bebas dari daerah ternaungi, karena tanaman sawi
suka pada cahaya matahari secara langsung.
Sedangkan kedalaman tanah yang dicangkul sedalam 20 sampai 40 cm. Pemberian pupuk
organik sangat baik untuk penyiapan tanah. Sebagai contoh pemberian pupuk kandang
yang baik yaitu 10 ton/ha. Pupuk kandang diberikan saat penggemburan agar cepat
merata dan bercampur dengan tanah yang akan kita gunakan.
Bila daerah yang mempunyai pH terlalu rendah (asam) sebaiknya dilakukan pengapuran.
Pengapuran ini bertujuan untuk menaikkan derajad keasam tanah, pengapuran ini
dilakukan jauh-jauh sebelum penanaman benih, yaitu kira-kira 2 sampai 4 minggu
sebelumnya. Sehingga waktu yang baik dalam melakukan penggemburan tanah yaitu 2 – 4
minggu sebelum lahan hendak ditanam. Jenis kapur yang digunakan adalah kapur kalsit
(CaCO3) atau dolomit (CaMg(CO3)2).

C. PEMBIBITAN.

Pembibitan dapat dilakukan bersamaan dengan pengolahan tanah untuk penanaman.


Karena lebih efisien dan benih akan lebih cepat beradaptasi terhadap lingkungannya.
Sedang ukuran bedengan pembibitan yaitu lebar 80 – 120 cm dan panjangnya 1 – 3 meter.
Curah hujan lebih dari 200 mm/bulan, tinggi bedengan 20 – 30 cm.
Dua minggu sebelum di tabur benih, bedengan pembibitan ditaburi dengan pupuk kandang
lalu di tambah 20 gram urea, 10 gram TSP, dan 7,5 gram Kcl.
Cara melakukan pembibitan ialah sebagai berikut : benih ditabur, lalu ditutupi tanah
setebal 1 – 2 cm, lalu disiram dengan sprayer, kemudian diamati 3 – 5 hari benih akan
tumbuh setelah berumur 3 – 4 minggu sejak disemaikan tanaman dipindahkan ke
bedengan.

D. PENANAMAN.

Bedengan dengan ukuran lebar 120 cm dan panjang sesuai dengan ukuran petak tanah.
Tinggi bedeng 20 – 30 cm dengan jarak antar bedeng 30 cm, seminggu sebelum
penanaman dilakukan pemupukan terlebih dahulu yaitu pupuk kandang 10 ton/ha, TSP 100
kg/ha, Kcl 75 kg/ha. Sedang jarak tanam dalam bedengan 40 x 40 cm , 30 x 30 dan 20 x
20 cm.
Pilihlah bibit yang baik, pindahkan bibit dengan hati-hati, lalu membuat lubang dengan
ukuran 4 – 8 x 6 – 10 cm.

E. PEMELIHARAAN.

Pemeliharaan adalah hal yang penting. Sehingga akan sangat berpengaruh terhadap hasil
yang akan didapat. Pertama-tama yang perlu diperhatikan adalah penyiraman, penyiraman
ini tergantung pada musim, bila musim penghujan dirasa berlebih maka kita perlu
melakukan pengurangan air yang ada, tetapi sebaliknya bila musim kemarau tiba kita
harus menambah air demi kecukupan tanaman sawi yang kita tanam. Bila tidak terlalu
panaspenyiraman dilakukan sehari cukup sekali sore atau pagi hari.
Tahap selanjutnya yaitu penjarangan, penjarangan dilakukan 2 minggu setelah penanaman.
Caranya dengan mencabut tanaman yang tumbuh terlalu rapat.
Selanjutnya tahap yang dilakukan adalah penyulaman, penyulaman ialah tindakan
penggantian tanaman ini dengan tanaman baru. Caranya sangat mudah yaitu tanaman yang
mati atau terserang hama dan penyakit diganti dengan tanaman yang baru.
Penyiangan biasanya dilakukan 2 – 4 kali selama masa pertanaman sawi, disesuaikan
dengan kondisi keberadaan gulma pada bedeng penanaman. Biasanya penyiangan dilakukan
1 atau 2 minggu setelah penanaman. Apabila perlu dilakukan penggemburan dan
pengguludan bersamaan dengan penyiangan.
Pemupukan tambahan diberikan setelah 3 minggu tanam, yaitu dengan urea 50 kg/ha.
Dapat juga dengan satu sendok the sekitar 25 gram dilarutkan dalam 25 liter air dapat
disiramkan untuk 5 m bedengan.

PENANAMAN VERTIKULTUR

Langkah – angkah penanaman secara vertikultur adalah sebagai berikut :

1. Benih disemaikan pada kotak persemaian denagn media pasir. Bibit dirawat hingga siap
ditanaman pada umur 14 hari sejak benih disemaikan.
2. Sediakan media tanam berupa tanah top soil, pupuk kandang, pasir dan kompos dengan
perbandingan 2:1:1:1 yang dicampur secara merata.
3. Masukkan campuran media tanam tersebut ke dalam polibag yang berukuran 20 x 30
cm.
4. Pindahkan bibit tanaman yang sudah siap tanam ke dalam polibag yang tersedia.
Tanaman yang dipindahkan biasanya telah berdaun 3 – 5 helai.
5. Polibag yang sudah ditanami disusun pada rak-rak yang tersedia pada Lath House.

PENANAMAN HIDROPONIK.

Langkah-langkah penanaman secara hidroponik adalah sebagai berikut :

1. Siapkan wadah persemaian . Masukkan media berupa pasir halus yang disterilkan
setebal 3 – 4 cm. Taburkan benih sawi di atasnya selanjutnya tutupi kembali dengan
lapisan pasir setebal 0,5 cm.
2. Setelah bibit tumbuh dan berdaun 3 – 5 helai (umur 3 – 4 minggu0, bibit dicabut
dengan hati-hati, selanjutnya bagian akarnya dicuci dengan air hingga bersih, akar yang
terlalu panjang dapat digunting.
3. Bak penanaman diisi bagian bawahnya dengan kerikil steril setebal 7 – 10 cm,
selanjutnya di sebelah atas ditambahkan lapisan pasir kasar yang juga sudah steril
setebal 20 cm.
4. Buat lubang penanaman dengan jarak sekitar 25 x 25 cm, masukkan bibit ke lubang
tersebut, tutupi bagian akar bibit dengan media hingga melewati leher akar, usahakan
posisi bibit tegak lurus dengan media.
5. Berikan larutan hidroponik lewat penyiraman, dapat pula pemberian dilakukan dengan
sistem drip irigation atau sistem lainnya, tanaman baru selanjutnya dipelihara hingga
tumbuh besar.

HAMA DAN PENYAKIT

A. HAMA.

1. Ulat titik tumbuh (Crocidolomia binotalis Zell.).


2. Ulat tritip (Plutella maculipennis).
3. Siput (Agriolimas sp.).
4. Ulat Thepa javanica.
5. Cacing bulu (cut worm).

B. PENYAKIT.

1. Penyakit akar pekuk.


2. Bercak daun alternaria.
3. Busuk basah (soft root).
4. Penyakit embun tepung (downy mildew).
5. Penyakit rebah semai (dumping off).
6. Busuk daun.
7. busuk Rhizoctonia (bottom root).
8. Bercak daun.
9. Virus mosaik.

PANEN DAN PENANGANAN PASCA PANEN.

Dalam hal pemanenan penting sekali diperhatikan umur panen dan cara panennya. Umur
panen sawi paling lama 70 hari. Paling pendek umur 40 hari. Terlebih dahulu melihat fisik
tanaman seperti warna, bentuk dan ukuran daun. Cara panen ada 2 macam yaitu mencabut
seluruh tanaman beserta akarnya dan dengan memotong bagian pangkal batang yang
berada di atas tanah dengan pisau tajam.Pasca panen sawi yang perlu diperhatikan adalah
:
1. Pencucian dan pembuangan kotoran.
2. Sortasi.
3. Pengemasan.
4. Penympanan.
5. Pengolahan.(FP_UB Malang & dari berbagai sumber )
Soil Science
Ilmu Tanah :: Kesuburan Tanah dan Nutrisi Tanaman, Konservasi Tanah dan Air,
Bioteknologi Tanah dan Klasifikasi dan Evaluasi Lahan

Senin, 02 Agustus 2010

PENGARUH PEMBERIAN AIR SIRAM PERMUKAAN PAGI (P2T1)


TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN SAWI (Brassica
juncea)

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Bila presipitasi jatuh keatas tanah maka sebagian air melewati permukaan masuk ke
pori – pori dan mulai bergerak kebawah dibawah tarikan dari gaya gravitasi. Oleh
karena penyerapan air terjadi didalam lapisan permukaan sampai tegangan
permukaan, higroskopis, dll. Ada satu progressive penurunan jumlah air yang
melintas berturut-turut pada tingkat yang lebih rendah sehingga lapisan – lapisan
yang ada menjadi penuh. Dengan begitu jelas bahwa disposisi air infiltrasi tidak
tergantung pada karakter ruang permukaan pori tanah (Linsley, dkk, 1949).

Kehilangan air melalui proses transpirasi biasanya digantikan oleh absorpsi dari tanah
menuju akar. Air akan bergerak menuju daun sejauh 75 cm/menit. Disamping itu,
tanaman tidak mempunyai mekanisme erat untuk memperoleh air. Proses kehilangan
air melalui transpirasi tidak ditandai dengan adanya kelebihan air. Air merupakan
faktor utama untuk membatasi pertumbuhan tanaman didalam suatu habitat (Uno,
dkk, 1998).

Air yang terjadi dibawah permukaan tanah disebut air bawah tanah. Air dapat dibagi
menjadi dua bagian, yaitu air yang terjadi pada zona kejenuhan yang berasal dari
mata air yang telah disediakan disebut air tanah dan air yang terjadi diantara
permukaan tanah dan pada zona kejenuhan disebut air suspensi (Meinzer, 1942).

Temperatur air ditentukan oleh keseimbangan energi. Masukan dari energi batang
berasal dari matahari, atmosfer, presipitasi, kondensasi dan adveksi dari aliran hulu.
Air dapat memancarkan energi melalui radiasi, evaporasi dan adveksi dari aliran hilir
dan energi yang diubah dengan atmosfer dan pada sisi air melalui konduksi. Air dapat
dipelihara untuk menyeimbangkan temperature di atmosfer (Arnell, 2002).

Air masuk dan sel-sel daun merupakan hasil dari difusi keseberang secara diferensial
selaput yang dapat menyerap melalui proses osmosa. Karena osmosa merupakan jenis
spesifik dari difusi. Difusi itu tergantung pada molekul yang konstan didalam gerakan
acak (Nadakavukaren and Mc. Cracken, 1992).

Julah dari air yang digunakan leh suatu panen diladang bergantung pada sejumlah
dari energi radient yang mencapai ladang, kelembaban relative dan tingkat
ketersediaan air keakar pada lahan didalam lingkungan. Lingkungan yang lembab,
kebanyakan dari radiasi yang netto yang mencapai bumi digunakan untuk
menguapkan air (Barber, 1984).

Tujuan Percobaan
Adapun tujuan darimpercobaan ini adalah untuk melaksanakan cara pemberian air
dengan berbagai metode terhadap tanaman dan untuk mengetahui cara pemberian air
yang yang efisien terhadap tanaman.
Hipotesa Percobaan
Dari percobaan dengan menggunakan berbagai metode diperoleh bahwa tanaman
yang lebih baik pertumbuhannya adalah tanaman yang menggunakan penyiraman
diatas permukaan tanah.

Kegunaan Percobaan
- Sebagai salah satu syarat untuk dapat mengikuti Praktikal Test di Laboratorium
Agrohidrologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.
- Sebagai bahan informasi bagi pihak yang membutuhkan.

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Tanaman
Tanaman sawi (Brassica juncea) diklasifikasikan sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Subdivisio : Angiospermae
Kelas : Rhoeadales (Brassicales)
Ordo : Cruciferae (Brassicaceae)
Genus : Brassica
Spesies : Brassica juncea
(Anonimous a, 2009).

Brassica juncea memiliki sistem perakaran tunggang. Semak, tinggi +60 cm . Tegak,
massif, silindris, lincin, hijau. Tunggal silang berhadapan, lonjong, tepi merata atau
bergerigi, ujung tumpul, pangkal meruncing, panjang 7-15 cm, lebar 3-6 cm, hijau.
Majemuk, berkelamin dua, diujung batang tangkai silindris, panjang +1 cm, hijau,
kelopak pipih memanjang, halus, hijau kekuningan, kepala sari empat persegi
panjang, coklat muda, tangkai putik silindris, panjang +1 cm, hijau, kepala putik
bulat, coklat muda. Mahkota silindris, lepas satu sama lain, berwarna kuning. Polong
berbentuk bulat panjang +3 cm, berwarna hijau (Anonimous b, 2009).

Sawi yang termasuk famili Crusiferae, dikenal ada tiga varietas sebagai berikut :
-Sawi Huma
Batangnya kecil dan panjang (langsing). Daunnya panjang sempit berwarna hijau
keputih-putihan, bertangkai dan bersayap. Sawi (Brassica juncea) merupakan
tanaman semusim yang berdaun lonjong, halus, tidak berbulu an tidak berkrop.
-Sawi putih atau sawi jabung
Daunnya lebar berwarna hijau tua lemas, halus bertangkai panjang dan bersayap.
Sayapnya melengkung kebawah. Sawi jenis ini batangnya pendek dan tegap.
-Sawi hijau
Batangnya pendek dan tegap. Daunnya lebar berwarna hijau keputih-putihan dan
bertangkai pipih(PS, 1993).
Daun sawi tanah berbentuk bulat telur atau ulat, memanjang, tunggal dan tersebar.
Ujung daun lancip dan tepinya bergerigi. Bunga berukuran kecil dan berwarna
kuning. Bunga tersusun dalam tandan diujung-ujung batang. Buah berupa buah lobak.
Jika buah masak akan membuka dua katub (Mangoting, dkk, 2005).

Syarat Tumbuh
Iklim
Tanaman sawi dapat tumbuh baik dapat tumbuh ditempat yang berhawa panas
maupun berhawa dingin, sehingga dapat diusahakan dari dataran rendah maupun
dataran tinggi tanaman sawi tahan terhadap air hujan , sehingga dapat ditanaman
sepanjang tahun. Pada musim kemarau yang perlu diperhatikan adalah penyiraman
secara teratur. Berhubung dalam pertumbuhannya tanaman ini membutuhkan hawa
yang sejuk. Lebih cepat tumbuh apabila ditanaman dalam suasana lembab. Akan
tetapi tanaman ini juga tidak senang pada air tergenang. Dengan demikian, tanaman
ini cocok bila ditanaman pada akhir musim penghujan (Anonimus a, 2009).
Tanaman ini tidak cocok dengan hawa yang panas, yang dikehendaki ialah hawa yang
dingin dengan suhu antara 15-20oC. Pada suhu dibawah 15oC cepat berbunga,
sedangkan pada suhu diatas 26oC tidak akan berbunga (AAK, 1992).

Tanah
Keadaan tanah yang dikehendaki adalah tanah gembur, banyak mengandung humus
dan drainase baik dengan derajat kemasaman (pH) 6-7 (PS, 1993).
Di daerah pegunungan yang tingginya lebih dari 100 m diatas permukaan laut,
tanaman ini dapat bertelur tetapi daerah rendah tidak dapat bertelur. Tanaman ini
dapat tumbuh baik pada tanah lempung yang subur dan cukup menahan air (AAK,
1992).
Daerah penanaman yang cocok adalah mulai dari ketinggian 5 m sampai dengan
1.200 m dpl. Namun biasanya dibudidayakan pada daerah yang mempunyai
ketinggian 100 m sampai 500 m dpl. Tanah yan cocok untuk ditanamin sawi adalah
tanah gembur, banyak mengandung humus, subur, pembuangan airnya baik. Derajat
kemasaman (pH) tanah yang optimum untuk pertumbuhannya adalah antara pH 6
sampai pH 7 (Anonimous a, 2009).
Umumnya ditanam sebagai tanaman sayur dan kadang juga dijumpai tumbuh liar
ditepi-tepi jalan. Tumbuh baik ditanah yang gembur dan subur pada ketinggian 800 m
sampai 2000 m dpl. Berbunga pada bulan April - Agustus dan pemanenan dapat
dilakukan sepanjang tahun (Anonimous c, 2009).

Kegunaan Air Bagi Tanah dan Tanaman


Air pengairan yang tergolong baik sekali (kelas I) dalam keadaan normal dapat
diberikan pada relatif samua jenis tanaman dalam kebutuhannya akan air bagi
pertumbuhan dan perkembangannya, lain halnya dengan air pengairan yang tergolong
baik, bagi sebagian besar jenis tanaman sangat menunjang pertumbuhan dan
perkembangannya akan tetapi ada kemungkinan jenis-jenis tanaman tertentu kurang
menunjang, pertumbuhan dan perkembangan berlangsung juga tetapi hasilnya
mungkin kurang memuaskan. Sedang air pengairan yang tergolong kelas 3 adalah
yang kurang baik bagi pertumbuhan tanaman sehingga air pengairan ini perlu dicegah
bagi usaha pertanian (Kartasapoetra, dkk, 2002).
Air terdapat di dalam tanah/diserap oleh massa tanah, tertahan oleh lapisan kedap air,
atau karena keadaan drainase yang kurang baik. Guna air bagi pertumbuhan tanaman
adalah :
- Sebagai unsur hara tanaman; tanaman memerlukan air dari tanah dan CO2 dari
udara untuk membentuk gula dan karbohidrat dalam proses fotosintesa.
- Sebagai pelarut unsur hara; unsur-unsur hara yang terlarut dalam air diserap oleh
akar-akar tanaman dari larutan tersebut.
- Sebagai bagian dari sel tanaman; air merupakan bagian dari protoplasma (Anonimus
d, 2009).
Peranan air dalam pertumbuhan dan perkembangan tanaman, yaitu :
- Air merupakan bahan penyusun utama dari pada protoplasma.
- Air merupakan reagen dalam tubuh tanaman, yaitu pada proses fotosintesis.
- Air merupakan pelarut substansi (bahan-bahan) pada berbagai hal dalam reaksi-
reaksi kimia.
- Air digunakan untuk memelihara tekanan turgor.
- Sebagai pendorong proses respirasi.
- Secara tidak langsung dapat memelihara suhu tanaman.
(Anonimous e, 2009).
Proses masuknya air dari permukaan tanah ke dalam tanah disebut infiltrasi,
sedangkan gerakan air di dalam tanah karena gaya gravitasi disebut perkolasi.
Sebagian air perkolasi oleh partikel tanah dan berada dalam pori tanah karena gaya
kapiler. Air yang diikat partikel tanah dan air kapiler disebut sebagai lengas tanah
yang sebagian dapat dimanfaatkan tanaman, sebagian lagi terus mengalir sebagai air
perkolasi dan selanjutnya bergabung dengan air tanah. Air tanah dapat naik melalui
gaya kapilaritas untuk mengisi pori tanah yang kehilangan lengas (Sutanto, 2005).

Pemberian Air Dengan Berbagai Metode


Irigasi tetes yang disebut juga dengan sistem infus ini merupakan sistem pemberian
makanan sesuai dengan kebutuhannya lewat jaringan di pembuluh kayu. Pemberian
nutrisi yang berfungsi untuk pertumbuhan akar dan batang dilakukan 18 hingga 22
kali dalam setahun dengan jarak lima hingga tujuh hari sekali. Teknologi ini
menggunakan beberapa rangkaian alat yang terdiri atas tabung emiter yang
memanfaatkan botol-botol bekas air mineral yang di cat warna perak agar tidak
tembus cahaya yang akan membuat nutrisi dalam tabung bisa mengendap. Dengan
teknologi irigasi tetes, tanaman tidak harus berbunga pada musim hujan sehingga
bakal buah terselamatkan. Tanaman ini juga bisa menyelamatkan tanaman sepanjang
tahun dan tidak membutuhkan bendungan besar tapi cukup dengan bendungan kecil
atau waduk. Irigasi tetes memasang perangkatnya persis seperti infus pada tubuh
manusia (Anonimous f, 2009).
Pemberian air pengairan pada permukaan tanah dengan maksud agar air tersebut
dapat merembes melakukan pembasahan disekitar lapisan oleh tanah (top soil).
Dengan dilakukannya pemberian air ini selain pengolahan tanah dapat dilakukan
dengan mudah, juga menambahkan unsur-unsur yang terkandung dalam air ke dalam
tanah serta memudahkan akar-akar tanaman untuk mengambil / menyerapnya
(Kartasapoetra, dkk, 2002).
Untuk menjaga kelembaban udara, caranya bisa bermacam-macam. Pertama, bisa
dengan memberikan semprotan air disekitar tempat penanaman memekai sprayer.
Cara pemberian air yang baik adalah dengan sprayer. Air keluar dari sprayer berupa
butiran-butiran halus sehingga tidak menghanyutkan atau merusak media atau bagian
tanaman. Biasa penyiraman dilakukan dua kali sehari. Bila kemarau, frekuensinya
ditambah jadi tiga kali. Idealnya, penyiraman dilakukan pada pagi sekitar pukul 07.00
sampai 09.00 dan 16.00 – 18.00 (sore) (Anonimous g, 2009).
Irigasi permukaan mengalirkan airnya melalui saluran ke dalam petakan lahan yang
dibatasi oleh galengan, baik secara merata mengenggangi permukaan lahan atau
melalui selokan-selokan diantara gulugan. Penggenangan keseluruh permukaan lahan
umumnya untuk tanaman padi, padang rumput dan sejenisnya, sedangkan irigasi
selokan (furrow) umumnya untuk tanaman yang ditanam berlarikan dalam galudan
seperti kentang, gula bit, ketela rampat, jagung, tanaman buah-buahan dan sejenisnya
(Hakim, 1986).
Sprinkle irrigation system atau cara pemberian air pengairan dengan pancaran
dilakukan dengan menggunakan pipa-pipa yang dipasang atau ditanam, yang
penempatannya dan dengan tekanan tertentu diperkirakan pancaran airnya dapat
membasahi seluruh tanah dan tanaman dilahan pertanaman. Cara pemberian air
pengairan secara pancaran umumnya diterapkan pada lahan-lahan pertanaman yang
dipakai umtuk membudidayakan jenis tanaman yang bernilai ekonomi tinggi dan
kebutuhan airnya relatif sedikit (Kartasapoetra, dkk, 2002).

Kelebihan dan Kelemahan Berbagai Metode


Keuntungan irigasi tetes :
- Efisiensi sangat tinggi (evaporasi rendah, tidak ada gerakan air di udara, tidak ada
pemabasahan daun, run off rendah, pengairan dibatasi disekitar tanaman pokok)
- Respon lebih baik (produksi, kualitas, keseragaman) terhadap tanaman
- Tidak mengganggu aerasi tanah, dapat dipadu dengan unsure hara, tekanan rendah,
tidak mengganggu keseimbangan kadar lengas
- Mengurangi perkembangan serangga, penyakit, dan jamur
- Penggaraman/pencucian garam efektif karena ada isolasi lokasi
- Lahan tidak terganggu karena pengolahan tanah, siraman, dll
- Meningkatkan drainase permukaan
(Anonimous h , 2009).
Sistem irigasi tetes memiliki beberapa kelemahan, terutama jika akan diterapkan
secara luas di Indonesia, antara lain :
1. Investasi yang dikeluarkan cukup tinggi dan dibutuhkan teknik yang relatif tinggi
dalam desain, instalasi dan pengoperasian sistem
2. Penyumbatan emiter yang disebabkan oleh faktor fisik, kimia dan biologi air yang
dapat mengurangi efisiensi dan kinerja sistem
3. Pada daerah yang tidak terbasahi berpotensi terjadi pemupukan garam
(Sutanto, dkk, 2006).

Keuntungan yang diperoleh dengan menerapkan cara ini (pemberian air


dipermukaan) :
- Efisiensi penggunaan air yang cukup tinggi
- Air pengairan dapat dihemat
- Pemberian air dapat dilakukan secara teratur dan merata
- Dapat memperbaiki aerasi tanah pada zona perakaran
- Terjadinya penambahan unsur-unsur hara dalam tanah yang mudah diserap oleh
akar tanaman demi pertumbuhan dan perkembangannya.
Namun demikian, kekurangannya ada pula, yaitu :
- Diperlukan biaya yang lebih besar bagi pengaturan air yang intensif serta
penggunaan lebih banyak tenaga
- penekanan terhadap pertumbuhan gulma (tanaman pengganggu) kurang efektif
(Kartasapoetra, dkk, 2002).
Keuntungan irigasi curah :
- Pengukuran air lebih mudah
- Tidak mengganggu pekerjaan dan hemat lahan
- Efisiensi air tinggi
- Investasai dengan mempertimbangkan kebutuhan
- Jaringan distribusi luwes dan memungkinkan otomasi sehingga D & P lebih murah.
(Anonimous h , 2009).

Beberapa kelemahan dari system irigasi curah adalah :


1. memerlukan biaya investasi dan biaya operasional yangcukup tinggi, antara lain
untuk operasi pompa air dan tenaga pelaksana yang terampil
2. Memerlukan rancangan dan tata letak yang cukup teliti untuk memperoleh tingkat
efisiensi yang cukup terliti untuk memperoleh tingkat efisiensi yang tinggi
(Susanto, dkk, 2006).

BAHAN DAN METODE


Tempat dan Waktu Percobaan
Percobaan ini dilakukan di Rumah Kasa Fakultas Pertanian Universitas Sumatera
Utara, Medan dengan ketinggian tempat ± 25 m dpl pada tanggal 02 Februari 2009
sampai tanggal 30 Maret 2009 pukul 15.00 WIB.

Bahan dan alat


Adapun bahan yang digunakan adalah tanaman Aglaonema sebagai objek
pengamatan, kompos sebagai perlakuan tambahan pada media tanam, bibit atau benih
tanaman sebagai objek percobaan, bayfolan sebagai pupuk yang diberi ke dalam
tanaman air bersih untuk menyiram tanaman, label nama untuk menandai setiap
perlakuan, botol aqua sebagai wadah air, batu bata sebagai alas polibag, polibag
sebagai wadah tanaman.
Adapun alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah cangkul untuk
memebersihkan lahan, sekop untuk mencampurkan tanah dan kompos, timbangan
untuk menimbang tanah dan tanaman, gelas ukur untuk mengukur volume air yang
akan diberikan, sprayer dan infus untuk menyiram tanaman, bambu/penyangga
sebagai naungan tali dan paku untuk mengikat bambu menjadi naungan, terpal
sebagai pelindung dari terpaan hujan, ember sebagai wadah air

Metode Percobaan
Adapun metode yang digunakan dalam percobaan ini adalah dengan pemberian air
dengan infus, siram di permukaan pagi, siram di permukaan pagi dan sore, spray pagi
dan spray pagi dan sore.

Prosedur Percobaan
- Diambil kompos dan ditimbang masing-masing sebanyak 10 kg
- Dimasukkan kedalam masing-masing polybag
- Diletakkan pada tempat yang telah disepakati yang terhindar
- Diberikan air ke dalam kompos sampai jenuh air lalu didiamkan beberapa saat
- Diambil benih sawi atau kangkung sebanyak 2 – 3 butir lalu dimasukkan kedalam
masing - masing polybag sedalam 2 – 3 cm dan bibit Aglaonema atau keladi tikus
lalu dimasukkan kedalam masing - masing polybag, dan dipastikan tanaman tegak
dan tidak tertekan tanah terlalu padat
- Disusun polybag secara acak dan diberi label sesuai perlakuan.

Metode Infus
- Diambil pacak dan tali untuk mengikat infus dan dipastikan infus telah bersih
- Dihitung jumlah tiap tetes per menit agar 200 ml air tidak terputus tetesannya
selama 24 jam
- Dilakukan pengamatan setiap hari, air diganti dan dibersihkan infus, jangan sampai
tersumbat dan berlumut
- Diambil data setiap minggu

Metode Pemberian Air Sekaligus di Atas Permukaan Tanah


- Diisi air sebanyak 200 ml pada wadah
- Disiramkankan di atas permukaan tanah pada pagi hari dan diulangi setiap harinya
- Diamati perkembangan tanaman setiap pagi dan sore
- Diambil data setiap minggu

Metode Pemberian Air 2x Sehari di Atas Permukaan Tanah


- Diisi air sebanyak 100 ml pada wadah
- Disiramkan air di atas permukaan tanah pada pagi hari dan dilakukan hal yang sama
pada sore hari, diulangi setiap harinya
- Diamati perkembangan tanaman setiap pagi dan sore
- Diambil data setiap minggu

Metode Pemberian Air Sekaligus Dengan Cara Penyemprotan


- Diisi 100 sebanyak 200 ml pada handsprayer
- Disemprotkan bagian tanaman dan tanah pada pagi hari dan diulangi setiap harinya
- Diamati perkembangan tanaman setiap pagi dan sore
- Diambil data setiap minggu

Metode Pemberian Air 2x Sehari Dengan Cara Penyemprotan


- Diisi 100 sebanyak 200 ml pada handsprayer
- Disemprotkan bagian tanaman dan tanah pada pagi hari dan dilakukan hal yang
sama pada sore hari, diulangi setiap harinya
- Diamati perkembangan tanaman setiap pagi dan sore
- Diambil data setiap minggu

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil
Tabel 1 Pertumbuhan Tanaman Sawi (Brassica juncea) Terhadap Pemberian Air
Secara Siram Permukaan Pagi ( P2T1 ) Ulangan II

Waktu Parameter
Tinggi Tanaman Jumlah Daun
0 MST
1 MST
2 MST
3 MST
4 MST
5 MST
6 MST
7 MST
8 MST 0
0
0
9,5
14
15
20
24
28 0
0
0
3
6
8
6
7
9

Tabel 2

Pebandingan Pertumbuhan Tanaman Sawi (Brassica juncea) Terhadap Pemberian Air


secara Siram Permukaan Pagi (P2T1) Ulangan I dan II

Waktu Parameter
Tinggi Tanaman Jumlah Daun
I II I II
0 MST
1 MST
2 MST
3 MST
4 MST
5 MST
6 MST
7 MST
8 MST 0 cm
0 cm
0 cm
8 cm
12 cm
13,5 cm
17 cm
22 cm
25,5 cm 0 cm
0 cm
0 cm
9,5 cm
14 cm
15 cm
20 cm
24 cm
28 cm 0
0
0
3
4
6
8
7
80
0
0
3
6
8
6
7
9

Tabel 3

Pebandingan Berbagai Perlakuan Pemberian Air Terhadap Tanaman Sawi (Brassica


juncea)

Pemberian air Parameter


Tinggi Tanaman Jumlah Daun Bobot Tanaman
I II I II I II
Tetes
Siram Langsung 1x
Siram Langsung 2x
Spray 1x
Spray 2x 21.35
16.3
19.3
16.2
22 19.1
18.5
20.2
16.5
22.4 4.7
6
5.8
6.3
5.8 5
6.5
5.7
5.8
5.2 30
12.5
20
12.5
12.5 25
12.5
22.5
13
35

Tabel 4

Pebandingan Berbagai Perlakuan Terhadap Berbagai Jenis Tanaman

Perlakuan Parameter
Tinggi Tanaman Jumlah Daun Bobot Tanaman
(gr )
I II x I II x I II x
T1P1
T1P2
T1P3
T1P4
T1P5
T2P1
T2P2
T2P3
T2P4
T2P5
T3P1
T3P2
T3P3
T3P4
T3P5
T4P1
T4P2
T4P3
T4P4
T4P5 21.35
16.3
19.3
16.2
22
77
41.2
34
43.2
50.4
24.2
7.3
3.5
16
19.3
3.3
21.6
10.83
8.78
8.85 19.1
18.5
20.2
16.5
22.4
46.5
39
56.2
64.5
46.2
9.8
4
14.3
10.7
19.4
11.03
16.85
12.4
11.86
7.8 20.2
17.4
19.7
16.3
22.2
61.75
40.1
45.1
53.85
48.3
17
5.65
8.9
13.35
19.35
7.165
19.225
11.615
10.32
8.325 4.7
6
5.8
6.3
5.8
18.3
10.2
21.3
45.8
10.8
0.2
1
0.6
0.8
1.6
3.3
4.16
2
4.33
4.16 5
6.5
5.7
5.8
5.2
10.3
9.2
11.6
21
9.8
0.3
0.2
0.6
0.5
1.8
3
1.83
5.3
2.5
3.83 4.85
6.25
2.85
6.05
5.5
14.3
9.7
16.45
33.4
10.3
0.25
0.6
0.6
0.65
1.7
3.15
3
3.65
3.415
4 30
12.5
20
12.5
12.5
20
12.5
24
24
23
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
25
12.5
22.5
13
35
27.5
25.2
12.5
50
22
-
-
-
-
-
-
-
-
-
- 27.5
12.5
21.25
12.75
23.75
23.75
18.85
18.25
37
22.5
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
Pembahasan
Dari hasil data yang diketahui bahwa perbandingan berbagai perlakuan terhadap
tanaman sawi (Brassica juncea) pada tinggi tanaman, jumlah daun serta bobot
tanaman didapat rata-rata teringgi pada perlakuan pemberian air dengan metode spray
pagi dan sore (T1P5) yaitu 22,2 cm, 6,05 helai dan 23,75 gram. Hal ini dikarenakan
pemberian air metode spray mengeluarkan air dalam butiran butiran halus yang tidak
menghanyutkan atau merusak media dari bagian suatu tanaman. Pada pemberian air
metode spray pagi dan sore (T1P5) merupakan frekuensi penyiraman yang ideal. Hal
ini sesuai dengan literatur (Anonimous g, 2009) yang menyatakan bahwa penyiraman
dilakukan dua kali sehari. Bila kemarau, frekuensinya ditambah jadi tiga kali.
Idealnya, penyiraman dilakukan pada pagi sekitar pukul 07.00 sampai 09.00 dan
16.00 – 18.00 (sore).
Dari hasil percobaan diperoleh besar rata rata terendah pada tanaman sawi (Brassica
juncea) parameter tinggi tanaman adalah pada metode spray 1x, yaitu 16,3cm,
parameter jumlah daun pada metode siram 2x yaitu 2,85 cm serta parameter bobot
pada metode siram dipermukaan 1x yaitu 12,5 gram. Hal ini berarti setiap metode
pemberian air berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman, kandungan unsur hara
yang diberikan dengan setiap metode berbeda-beda, sehingga jika diamati
pertumbuhannya dengan paraeter tinggi tanaman, jumlah daun dan bobot tanaman
akan berbeda-beda pula.
Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian air terhadap berbagai
jenis tanaman. Adapun guna air yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman adalah :
sebagai unsur hara tanaman, sebagai pelarut unsur hara, dan sebagai bagian dari sel
tanaman. Hal ini sesuai dengan literatur Anonimous d (2009) yang menyatakan
bahwa guna air bagi pertumbuhan tanaman adalah :
- sebagai unsur hara tanaman
- sebagai pelarut unsur hara, dan
- sebagai bagian dari sel tanaman.
Percobaan ini dilakukan dengan pemberian air secara langsung dipermukaan tanah.
Adapun keuntungan dan kerugian dari metode ini sesuai dengan literature
Kartasapoetra, dkk (2002) adalah sebagai berikut :
Keuntungannya :
- Efisiensi penggunaan air yang cukup tinggi
- Pemberian air dapat dilakukan secara teratur dan merata
- Dapat memperbaiki aerasi tanah pada zona perakaran
- Penambahan unsur hara dalam tanah yang mudah diserap oleh akar tanaman.
Kekurangannya :
- Diperlukan biaya yang lebih besar bagi pengaturan air yang intensif serta
penggunaan lebih banyak tenaga
- penekanan terhadap pertumbuhan gulma kurang efektif.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Dari hasil pengamatan diperoleh bahwa perbandingan berbagai perlakuan terhadap
tanaman sawi (Brassica juncea) pada tinggi tanaman, jumlah daun serta bobot
tanaman didapat rata-rata teringgi pada perlakuan pemberian air dengan metode spray
pagi dan sore (T1P5) yaitu 22,2 cm, 6,05 helai dan 23,75 gram.
2. Dari hasil percobaan diperoleh besar rata rata terendah pada tanaman sawi
(Brassica juncea) parameter tinggi tanaman adalah pada metode spray 1x, yaitu
16,3cm, parameter jumlah daun pada metode siram 2x yaitu 2,85 cm serta parameter
bobot pada metode siram dipermukaan 1x yaitu 12,5 gram.
3. Dari hasil percobaan diperoleh bahwa metode yang tepat untuk tanaman sawi
(Brassica juncea) adalah metode spray pagi dan sore (T1P5) karena tanaman sawi
yang dapat tumbuh pada keadaan lembab dan tidak pada tanah tergenang.
4. Dari hasil percobaan diperoleh kekurangan metode pemberian air secara langsung
dipermukaan dipagi hari adalah dapat memperbaiki aerasi tanah pada zona perakaran
dan penambahan unsur hara.
5. Dari percobaan diperoleh kekurangan dari metode pemberian air secara langsung
dipermukaan dipagi hari adalah biaya besar dan penekanan pertumbuhan gulma
kurang efektif.

Saran
Diharapkan para praktikan lebih teratur dalam melakukan pemberian air dari berbagai
jenis metode dan tanaman serta pengambilan data.

DAFTAR PUSTAKA
AAK. 1992. Petunjuk Praktis Bertanam Sayuran. Kanisius. Yogyakarta.

Anonimousa. 2009. uldesains.wordpress.com/2008/01/11/budidaya_tanaman-sawi.


Diakses pada tangal 05 April 2009.

_____________b. 2009. uldesains. www.warintek.ristek.go.id/pangan-


kesehatan/tanaman-obat/sepkes. Diakses pada tangal 05 April 2009.

_____________c. 2009. http://bebas.vlsm.org/v12/artikel/ttg-tanaman-


obat/depkes/buku5. Diakses pada tangal 05 April 2009.

_____________d. 2009. http://www.nunukankab.go.id/print.php. Diakses pada tangal


05 April 2009.
_____________e. 2009. nisri.ac.id/faperta/pengaruh-kekurangan-air-water-deficit-
terhadap-pertumbuhan-dan perkembangan-tanaman-tembakau. Diakses pada tangal
05 April 2009.

_____________f. 2009. www.cybertokoh.com/mod.php. Diakses pada tangal 05


April 2009.

_____________g. 2009. id.answers.yahoo.com/question/index. Diakses pada tangal


05 April 2009.

_____________h. 2009. elearning.gunadarma.ac.id/docmodul/irigasi-dan-bangunan-


air/bab2-teknik-irigasi. Diakses pada tangal 05 April 2009.

Arnell, N. 2002. Hydrology and Global Environtment Change. Pearson Education.


England.

Barber, S. A. 1084. Soil Nutrient Bioavailability. A mechanistic Approach. John


Willey & Sons. New York.

Hakim, N., M. Y. Nyakpa., A. M. Lubis., S. G. Nugroho., C. H. A. Diha., G. B.


Hong., H. Bailey. 1986. Dasar - Dasar Ilmu Tanah. Penerbit Lampung. Lampung.

Kartasapoetra, A. G., M. M. Sutedjo., E. Pollein. 2002. Teknologi Pengairan


Pertanian (Irigasi). Bumi Aksara. Jakarta.

Linsley, R. K., M. A. Kohler and J. L. H. Paulhus. 1949. Applied Hydrology. Mc.


Graw Hill Book Company : Inc. Tokyo.

Mangoting, D., Imang Irawan., S. Abdullah. 2005. Tanaman Lalap Berkhasiat Obat.
Penebar Swadaya. Jakarta.

Meinzer, O. E., L. D. Baver., M. Bernard., J. E. Church., R. W. Davenport, dkk.


1942. Hydrology. Dover Publilcation., Inc. New York.

Nadavukaren, M., and D. Mc. Cracken, 1990. Botany an Introduction to Plant


Biology. West Publishing Company. New York.

PS, Tim Penulis. 1993. Sayur Komersial. Penebar Swadaya. Jakarta.

Susanto, R. 2005. Dasar – Dasar Ilmu Tanah. Konsep dan Kenyataan. Yogyakarta.

Susanto, E., dkk. 2006. Teknik Irigasi dan Drainase. Departemen Teknologi
Pertanian. Fakultas Pertanian. Universitas Sumatera Utara. Medan.
Uno, G., R. Storey., R. Moore. 2001. Principles of Botany. Mc. Graw Hill Book
Company : Inc. Boston.
Diposkan oleh Soil Science Inside di 8/02/2010 06:34:00 AM

Senin, 19 Juli 2010

PENGARUH CAHAYA TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN


SAWI KERITING (Brassica juncea L.) DALAM POLYBAG

• Teknologi Pertanian

abstraks:
PAULINUS FERRY, Pengaruh Cahaya Terhadap Pertumbuhan Tanaman Sawi
Keriting (Brassica Juncea L.) Dalam Polybag, dibawah bimbingan Ibu Ir. Suryantini,
MP sebagai Pembimbing Pertama dan Ibu Ir. Sri Rahayu, MSi sebagai Pembimbing
Kedua.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan warna cahaya lampu
terhadap pertumbuhan tanaman sawi keriting (Brassica juncea L.). Selain itu juga
penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah dengan penggunaan cahaya lampu
waktu panen dapat lebih dipercepat.
Penelitian ini dilaksanakan di Jl. Pak Benceng Gg. Morodadi 3 No. 4C Pontianak.
Penelitian ini dilaksanakan dari tanggal 10 Agustus 2007 sampai dengan tanggal 25
September 2007 dan dilaksanakan di dalam ruangan.
Penelitian ini menggunakan metode Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan satu
faktor tunggal yaitu pengaruh cahaya, dengan lima taraf perlakuan yaitu cahaya Putih
(p0), Merah (p1), Jingga (p2), Biru (p3) dan Ungu (p4) kemudian diulang sebanyak
empat kali. Variabel pengamatan yang diamati selama penelitian antara lain pertama
adalah pertumbuhan tanaman sawi keriting yaitu tinggi tanaman dan jumlah daun.
Kedua adalah faktor lingkungan yaitu suhu udara (oC), kelembaban (%), dan
frekuensi umur tanaman.
Dari hasil penelitian pada umur 21 Hari Setelah Tanam (HST) didapat bahwa
pengaruh cahaya terhadap tinggi tanaman yang terbaik adalah perlakuan cahaya biru
(p3) dengan rerata 6,1075 cm. Sedangkan hasil rerata yang terbaik terhadap jumlah
daun tanaman sawi keriting adalah perlakuan cahaya merah (p1) dengan rerata 3,915
helai.
Sedangkan dari hasil penelitian pada umur 28 Hari Setelah Tanam (HST) didapatkan
bahwa pengaruh cahaya terhadap tinggi tanaman yang terbaik adalah perlakuan
cahaya biru (p3) dengan rerata 6,1575 cm. Sedangkan hasil rerata yang terbaik
terhadap jumlah daun tanaman sawi keriting adalah perlakuan cahaya merah (p1)
dengan rerata 4,125 helai.
Untuk frekuensi umur tanaman didapatkan bahwa tanaman yang ditanam dengan
perlakuan cahaya jingga (p2) dan cahaya ungu (p4), paling cepat mengalami
kematian. Sedangkan untuk umur panen tanaman sawi keriting ini lebih cepat dari
pada umur panen pada keadaan normalnya.
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tanaman Sawi (Brassica Juncea L.) merupakan salah satu jenis sayuran yang banyak
dikonsumsi oleh masyarakat, jenis sayuran ini mempunyai prospek yang baik untuk
dikembangkan karena mempunyai kandungan gizi yang cukup tinggi. Keadaan alam
Indonesia memungkinkan dilakukannya pembudidayaan berbagai jenis tanaman
sayuran, baik yang lokal maupun yang berasal dari luar negeri. Hal tersebut
menyebabkan Indonesia ditinjau dari aspek klimatologis sangat potensial dalam usaha
bisnis sayur-sayuran (Haryanto, 2003).
Menurut Rukmana (1994), produksi tanaman sayuran di Indonesia serta luas panen
sawi dan petsai mencapai 45.886 Ha, dengan produksi 322.164 Ton dan rerata
produksi sayuran per hektar 89,82 Kwintal. Sedangkan produksi petani tanaman sawi
di Kalimantan Barat sampai dengan tahun 2006 adalah 5657 Ton dari luas panen
2271 hektar dan produktivitas rerata 2,49 Ton per hektar (Dinas Tanaman Pangan
Kalimantan Barat, 2006).
Menurut Haryanto (2003), tanaman sawi dapat tumbuh baik di tempat yang berudara
panas maupun berudara dingin sehingga dapat dibudidayakan di daerah dataran tinggi
maupun dataran rendah.meskipun begitu tanaman sawi akan lebih baik jika ditanam
didataran tinggi. Berhubung selama pertumbuhannya tanaman sawi memerlukan suhu
yang rendah, maka akan lebih cepat tumbuh apabila ditanam dalam suasana lembab.
Tanaman ini tidak senang pada air yang menggenang dengan demikian, tanaman ini
cocok bila ditanam pada akhir musim penghujan.
Matahari merupakan faktor utama diantara faktor iklim yang lain. Tidak hanya
sebagai sumber energi primer tetapi karena bepengaruh terhadap keadaan faktor-
faktor yang lain seperti suhu, kelembaban dan angin (Sugito, 1994).
Menurut Endah (2002), perlakuan penyinaran berhubungan dengan jenis tanaman
menurut panjang hari. Jenis tanaman hari panjang dan tanaman hari pendek
dirangsang pembungaannya dengan perlakuan penyinaran. Perlakuan penyinaran
dilakukan dengan menggunakan lampu neon dengan intensitas cahaya berkisar 70 –
200 lux. Jadi penanaman yang dilakukan tanpa menggunakan sinar matahari dapat
dilakukan dengan mengganti sumber cahaya matahari dengan menggunakan cahaya
buatan seperti cahaya lampu, sehingga penanaman suatu tanaman diharapkan dapat
dilakukan diluar musim tanamnya.
B. Masalah Penelitian
Dalam siklus hidupnya setiap tanaman memerlukan cahaya matahari yang berperan
dalam fotosintesis. Peranan utama cahaya matahari dalam fotosintesis antara lain
sebagai sumber energi, sebagai pengangkut elektron untuk membentuk reduktan
dalam bentuk NADPH, dan berperan dalam reduksi CO2 menjadi C6H12O6 (Ariffin,
1989).
Menurut Fitter dan Hay (1992), secara fisiologis cahaya mempunyai pengaruh baik
langsung maupun tidak langsung. Pengaruhnya pada metabolisme secara langsung
melalui fotosintesis, serta secara tidak langsung melalui pertumbuhan dan
perkembangan tanaman, keduanya sebagai akibat respon metabolik yang langsung
dan lebih kompleks oleh pengendalian morfogenesis.
Cahaya yang berperanan dalam fotosintesis jika dilihat dari sifat gelombangnya
adalah cahaya yang masuk dalam ukuran PAR (Photocintetic Active Radiation) atau
yang biasanya dikenal dengan cahaya tampak (vicible light). PAR ini hanya
menduduki 45 persen dari total radiasi matahari dan hanya radiasi dengan panjang 0,4
– 0,7 mikron yang aktif digunakan dalam proses fotosintesis (Sugito, 1994).
Menurut Endah (2002), perlakuan penyinaran terhadap tanaman hari panjang berbeda
dengan tanaman hari pendek. Pada tanaman hari panjang rekayasa pembungaan dapat
dilakukan dengan menambah lamanya penyinaran sekitar 4-6 jam sehari atau
disesuaikan dengan kebutuhan tanaman.
Menurut Ariffin (1989), radiasi matahari terdiri dari radiasi ultra violet, cahaya
tampak dan infra merah. Spektrum dari radiasi cahaya tampak terdiri dari berbagai
jenis warna, namun karena cahaya yang datang dari matahari itu berjalan dengan
berputar-putar maka terjadilah pembauran warna, akibatnya yang terlihat adalah
warna putih, adapun warna yang terkandung dalam cahaya tampak diantaranya
disajikan pada tabel berikut ini.
Tabel 1. Jenis Warna Cahaya Tampak dan Interval Panjang Gelombangnya
Jenis Warna Interval Panjang Gelombang ( m)
Violet-ungu 0,390 - 0,455
Biru gelap 0,455 - 0,485
Biru terang 0,485 - 0,505
Hijau 0,505 - 0,550
Hijau kekuning-kuningan 0,550 - 0,575
Kuning 0,575 - 0,585
Jingga 0,585 - 0,620
Merah 0,620 - 0,760
Sumber : Ariffin, 1989.
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan warna cahaya lampu
terhadap pertumbuhan tanaman sawi keriting (Brassica juncea L.), selain itu juga
untuk mengetahui umur panen tanaman sawi keriting (Brassica juncea L.) apakah
lebih cepat, tetap ataukah lebih lama dari umur panen normal sawi keriting pada
umumnya.

Posted February 7th, 2009 by fyrref


• Teknologi Pertanian

abstraks:
PAULINUS FERRY, Pengaruh Cahaya Terhadap Pertumbuhan Tanaman Sawi
Keriting (Brassica Juncea L.) Dalam Polybag, dibawah bimbingan Ibu Ir. Suryantini,
MP sebagai Pembimbing Pertama dan Ibu Ir. Sri Rahayu, MSi sebagai Pembimbing
Kedua.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan warna cahaya lampu
terhadap pertumbuhan tanaman sawi keriting (Brassica juncea L.). Selain itu juga
penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah dengan penggunaan cahaya lampu
waktu panen dapat lebih dipercepat.
Penelitian ini dilaksanakan di Jl. Pak Benceng Gg. Morodadi 3 No. 4C Pontianak.
Penelitian ini dilaksanakan dari tanggal 10 Agustus 2007 sampai dengan tanggal 25
September 2007 dan dilaksanakan di dalam ruangan.
Penelitian ini menggunakan metode Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan satu
faktor tunggal yaitu pengaruh cahaya, dengan lima taraf perlakuan yaitu cahaya Putih
(p0), Merah (p1), Jingga (p2), Biru (p3) dan Ungu (p4) kemudian diulang sebanyak
empat kali. Variabel pengamatan yang diamati selama penelitian antara lain pertama
adalah pertumbuhan tanaman sawi keriting yaitu tinggi tanaman dan jumlah daun.
Kedua adalah faktor lingkungan yaitu suhu udara (oC), kelembaban (%), dan
frekuensi umur tanaman.
Dari hasil penelitian pada umur 21 Hari Setelah Tanam (HST) didapat bahwa
pengaruh cahaya terhadap tinggi tanaman yang terbaik adalah perlakuan cahaya biru
(p3) dengan rerata 6,1075 cm. Sedangkan hasil rerata yang terbaik terhadap jumlah
daun tanaman sawi keriting adalah perlakuan cahaya merah (p1) dengan rerata 3,915
helai.
Sedangkan dari hasil penelitian pada umur 28 Hari Setelah Tanam (HST) didapatkan
bahwa pengaruh cahaya terhadap tinggi tanaman yang terbaik adalah perlakuan
cahaya biru (p3) dengan rerata 6,1575 cm. Sedangkan hasil rerata yang terbaik
terhadap jumlah daun tanaman sawi keriting adalah perlakuan cahaya merah (p1)
dengan rerata 4,125 helai.
Untuk frekuensi umur tanaman didapatkan bahwa tanaman yang ditanam dengan
perlakuan cahaya jingga (p2) dan cahaya ungu (p4), paling cepat mengalami
kematian. Sedangkan untuk umur panen tanaman sawi keriting ini lebih cepat dari
pada umur panen pada keadaan normalnya.
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tanaman Sawi (Brassica Juncea L.) merupakan salah satu jenis sayuran yang banyak
dikonsumsi oleh masyarakat, jenis sayuran ini mempunyai prospek yang baik untuk
dikembangkan karena mempunyai kandungan gizi yang cukup tinggi. Keadaan alam
Indonesia memungkinkan dilakukannya pembudidayaan berbagai jenis tanaman
sayuran, baik yang lokal maupun yang berasal dari luar negeri. Hal tersebut
menyebabkan Indonesia ditinjau dari aspek klimatologis sangat potensial dalam usaha
bisnis sayur-sayuran (Haryanto, 2003).
Menurut Rukmana (1994), produksi tanaman sayuran di Indonesia serta luas panen
sawi dan petsai mencapai 45.886 Ha, dengan produksi 322.164 Ton dan rerata
produksi sayuran per hektar 89,82 Kwintal. Sedangkan produksi petani tanaman sawi
di Kalimantan Barat sampai dengan tahun 2006 adalah 5657 Ton dari luas panen
2271 hektar dan produktivitas rerata 2,49 Ton per hektar (Dinas Tanaman Pangan
Kalimantan Barat, 2006).
Menurut Haryanto (2003), tanaman sawi dapat tumbuh baik di tempat yang berudara
panas maupun berudara dingin sehingga dapat dibudidayakan di daerah dataran tinggi
maupun dataran rendah.meskipun begitu tanaman sawi akan lebih baik jika ditanam
didataran tinggi. Berhubung selama pertumbuhannya tanaman sawi memerlukan suhu
yang rendah, maka akan lebih cepat tumbuh apabila ditanam dalam suasana lembab.
Tanaman ini tidak senang pada air yang menggenang dengan demikian, tanaman ini
cocok bila ditanam pada akhir musim penghujan.
Matahari merupakan faktor utama diantara faktor iklim yang lain. Tidak hanya
sebagai sumber energi primer tetapi karena bepengaruh terhadap keadaan faktor-
faktor yang lain seperti suhu, kelembaban dan angin (Sugito, 1994).
Menurut Endah (2002), perlakuan penyinaran berhubungan dengan jenis tanaman
menurut panjang hari. Jenis tanaman hari panjang dan tanaman hari pendek
dirangsang pembungaannya dengan perlakuan penyinaran. Perlakuan penyinaran
dilakukan dengan menggunakan lampu neon dengan intensitas cahaya berkisar 70 –
200 lux. Jadi penanaman yang dilakukan tanpa menggunakan sinar matahari dapat
dilakukan dengan mengganti sumber cahaya matahari dengan menggunakan cahaya
buatan seperti cahaya lampu, sehingga penanaman suatu tanaman diharapkan dapat
dilakukan diluar musim tanamnya.
B. Masalah Penelitian
Dalam siklus hidupnya setiap tanaman memerlukan cahaya matahari yang berperan
dalam fotosintesis. Peranan utama cahaya matahari dalam fotosintesis antara lain
sebagai sumber energi, sebagai pengangkut elektron untuk membentuk reduktan
dalam bentuk NADPH, dan berperan dalam reduksi CO2 menjadi C6H12O6 (Ariffin,
1989).
Menurut Fitter dan Hay (1992), secara fisiologis cahaya mempunyai pengaruh baik
langsung maupun tidak langsung. Pengaruhnya pada metabolisme secara langsung
melalui fotosintesis, serta secara tidak langsung melalui pertumbuhan dan
perkembangan tanaman, keduanya sebagai akibat respon metabolik yang langsung
dan lebih kompleks oleh pengendalian morfogenesis.
Cahaya yang berperanan dalam fotosintesis jika dilihat dari sifat gelombangnya
adalah cahaya yang masuk dalam ukuran PAR (Photocintetic Active Radiation) atau
yang biasanya dikenal dengan cahaya tampak (vicible light). PAR ini hanya
menduduki 45 persen dari total radiasi matahari dan hanya radiasi dengan panjang 0,4
– 0,7 mikron yang aktif digunakan dalam proses fotosintesis (Sugito, 1994).
Menurut Endah (2002), perlakuan penyinaran terhadap tanaman hari panjang berbeda
dengan tanaman hari pendek. Pada tanaman hari panjang rekayasa pembungaan dapat
dilakukan dengan menambah lamanya penyinaran sekitar 4-6 jam sehari atau
disesuaikan dengan kebutuhan tanaman.
Menurut Ariffin (1989), radiasi matahari terdiri dari radiasi ultra violet, cahaya
tampak dan infra merah. Spektrum dari radiasi cahaya tampak terdiri dari berbagai
jenis warna, namun karena cahaya yang datang dari matahari itu berjalan dengan
berputar-putar maka terjadilah pembauran warna, akibatnya yang terlihat adalah
warna putih, adapun warna yang terkandung dalam cahaya tampak diantaranya
disajikan pada tabel berikut ini.
Tabel 1. Jenis Warna Cahaya Tampak dan Interval Panjang Gelombangnya
Jenis Warna Interval Panjang Gelombang ( m)
Violet-ungu 0,390 - 0,455
Biru gelap 0,455 - 0,485
Biru terang 0,485 - 0,505
Hijau 0,505 - 0,550
Hijau kekuning-kuningan 0,550 - 0,575
Kuning 0,575 - 0,585
Jingga 0,585 - 0,620
Merah 0,620 - 0,760
Sumber : Ariffin, 1989.
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan warna cahaya lampu
terhadap pertumbuhan tanaman sawi keriting (Brassica juncea L.), selain itu juga
untuk mengetahui umur panen tanaman sawi keriting (Brassica juncea L.) apakah
lebih cepat, tetap ataukah lebih lama dari umur panen normal sawi keriting pada
umumnya.
Diposkan oleh Dita di 03:40

http://widya-biologidankurikulum.blogspot.com/2010/09/mini-riset-ku.html

http://banyuagung.wordpress.com/contact-us/bertani-yuk/
http://andibyan.blogspot.com/2010/08/pengaruh-pemberian-air-siram-
permukaan.html
http://gudanginformasi-dita.blogspot.com/2010/07/pengaruh-cahaya-terhadap-
pertumbuhan.html

You might also like