You are on page 1of 20

Sistem Instrumentasi Elektronika.

Pengontrol Sistem Elektronika


Blok diagram

Input→ Transduser Rangk.Supervisi

Setting
Controller
point

Power Interface Unit

Output

Sistem Pengontrol Elka :


- Open Loop Sistem
in Procces
+- out

Set point
Supaya out selalu sesuai dengan yang diinginkan, maka diperlukan kalibrasi
secara kontinyu.
Contoh :
Valve

Liquid in

Steam in

Liquid out

tank – temperature open loop control

- Close Loop System


in out
+- Process

Set point
Contoh :
Motor driven
valve
Liquid in
Steam in
M

termocouple

Power Amp
RPS

Controller

Set point

Transduser : Alat/device yang berfungsi merubah satu bentuk energi ke bentuk


enrgi lain, dengan melibatkan energi listrik.
Type/class : - Transduser input : mengubah energi non listrik →listrik
- Transduser output :Mengubah energi listrik →non listrik
Sensor : Peralatan yang dipakai untuk mendeteksi dan mengukur suatu
besaran(magnitude) energi dan mengubahnya ke dalam besaran
energi listrik(arus,tegangan)
Proximity sensor : Mendeteksi keberadaan suatu benda objek (target) tanpa harus
kontak fisik.
- Merupakan komponen solid-state (IC) terbungkus kuat untuk mengidari
getaran, gangguan kimia, cairan, korosif.
Type : * Induktive Proximity sensor

OSC detect out

Object
Target
logam Probe lilitan
Generate ggm

* Capasitive Proximity Sensor


Prinsip sama dengan yang inductive, tetapi probenya merupakan
elektroda keping kapasitor sehingga mampu menangkap objek
baik logam maupun non logam.
A  
C Tergantung target
d
Sensor Cahaya
- Photo voltaic cell/solar cell

N Jika lapisan P menerima cahaya, ada


P perpindahan elektron dan hole →
muncul tegangan DC kecil
Lapisan P

- Photo Conductive Cell


Jika menerima cahaya, resistansi mengecil, contoh
aplikasinya adalah pengontrolan lampu jalanan,
pengontrolan selaput pelangi pada kamera dan
yang lainnya adalah fotosel sebagai saklar untuk
mengontrol on-off.
- Photo Electric
VCC

LED
Target

Photo transistor

Sensor Hall-Efek (Sensor Maknetik)


Mendeteksi keberadaan objek magnet

+
Jika tidak ada target, output tegangannya =
0 volt.
arus Out Keberadaan target magnet menyebabkan
tegangan perubahan posisi mayoritas electron →
output tegangan ≠ 0.
Medan
magnet -

torak

magnet
S
Hall efect sensor
Setiap 1 putaran
menghasilkan 1 output pulsa Pulsa output
Sensor Posisi
- LVDT (linear Variabel diferential transformer)
Sekunder 1 identik dengan sekunder 2 sehingga pada
posisi center tegangan output masing-masing sekunder
Sekunder 1 saling menghilangkan Vout = 0 volt karena induksi pada
Input Primer posisi sekunder adalah sama sehingga saling berlawanan
satu dan lainnya.
Sekunder 2 Perubahan posisi inti menghasilkan perubahan induktansi
mutual untuk masing-masing sekunder → tegangan
outputnya adalah selisih antara sekunder 1 dan sekunder 2
Inti yang dapat dengan fasa yang sama, keduanya tidak saling
bergerak (up-down) menghilangkan karena induksi sekunder 1 akan lebih
besar dari sekunder 2 atau sebaliknya jika inti digerakkan.

- Ukuran : 0,05 in s/d 10 inchi.


- Temperatur kerja -550 s/d 1500c
- Akurasi linieritasnya bias sampai 0,25% sebagian untuk ukuran 0.05 in dapat
mengukur sampai ketelitian 0.000125 in.
- Amplitudo input : 3 s/d 15 Vrms input.
- Frequensi 60 s/d 2.5 khz

- Potensiometer

+ -
+
- V P

P -
Moving
Object + -
P
Moving
Object

Parameter-parameter yang harus diperhatiakn pada sensor potensiometer


1. Resolusi = Perbandingan daerah pengukuran maksimal dengan jumlah lilitan
Daerah ukur max
= Syarat : resolusi poros P > resolusi sensor
Jumlah lilitan
2. Daya dissipasi Daya yang diserap oleh potensiometer.
3. Pengaruh pembebanan yang mempegaruhi linieritas sensor.

Contoh: Suatu poros roda yang bergerak (menggelinding) diharapkan memiliki


resolusi gerakan setiap 0 sudut rotasi sebesar 0.1 cm. Sebuah tegangan akan
dibangkitkan oleh perputaran kumparan di dalam medan maknitnya dimana
keluarannya akan sebanding dengan kecepatan kumparan berputar.
Jika poros roda ytersebut bergerak dengan sudut rotasi 250 0 yang setara dengan 0.8
dan dihubungkan dengan potensiometer yang dapat berputar max 3000, 
lilitan 1000 apakah cocok…?
Jawab :
Resolusi sensor = 3000 = 0,30/lilitan
1000 lilitan

250 0
Resolusi poros = x0,1cm  0,31250 / lili tan
+ 0.8 m - 80cm
Maka poros dan potensio cocok → dapat di pakai

Suatu sensor potensio memiliki data-data nominal sbb:


R = 150 Ω
Prated = 1W (kemampuan) ini akan turun 100 mw/ 0 C untuk suhu > 600C)
Thermal power Ө =300 C/W → tegantung bahan (terdapat di data sheet) dapatkah
potensio meter dipakai pada suhu 800C, tegangan 10v.
Jawab: V2 10 2
Pdissipasi = R = 150= 667 mW → daya yang diserap

Temperatur potensiometer = 800 + Pdissipasi X Ө


= 800C + (0,667 x 30)0C
= 1000C ….> 600C
Daya yang diijinkan :
P = Prated – (1000-600)(10 mW/ 0C)
= 1W – 400mW
= 600mW
Karena Pdissipasi > Ppermitted → tidak boleh

Sensor Ultrasonik

Prinsip : Mengirimkan sinyal suara dan menerimanya lagi kemudian diukur


waktunya.
Kecepatan suara konstan sehingga diketahui jarak suatu target terhadap
sensor.
- Target dapat berupa : bahan padat, cair, tekstil, benda-benda kecil
- Suara dapat memantul baik untuk semua target/object diatas
Sensor Gaya
Strain Gauge : Memanfaatkan elastisitas dan resistansi bahan (logam / konduktor).
Contohnya adalah Gage Rosette sering digunakan dalam transduser gaya dimana
Rosette dirangkaikan pada sebuah rangkaian jembatan wheatstone guna mendapatkan
output yang besar.

A1
1  2
1 A1 < A2
A2
F

2
Rumus dasar :
F 
E E = modulus elastisitas / modulus Young
A 
F  N 
   stress  
A  m2 

   strain

  = hambat jenis [ohm/m]


Resistansi : R   ohm
A
Konstruksi Strain Gauge

F F

Arah gaya F harus searah dengan kawat-kawat strain gauge

R R + ΔR

+
-
E R R

F
R
Vout  x
4R

 R   R   R R 
 x    x      x
 R  R  R   R  R   2 R  R 2 R 
2 R 2   2 R  R  R
 x
 2 R  R  2 R

R
 x Anggap ΔR << R
4 R  2R  0

R
maka  x
4R

Pengaruh Peletakan Strain Gauge terhadap perubahan R

Gauge atas menerima ‘tension’ R + ΔR

Gauge bawah menerima ‘compression’ R - ΔR

Metode-metode untuk meningkatkan efek strain gauge :

R R + ΔR (tension)
+ R
Vout  xE
- E 2R
V out
R R - ΔR (compression)

-
R-ΔR R+ΔR
+ R
Vout  xE
- E V out R
R+ΔR R-ΔR

Untuk menghilangkan pengaruh temperatur terhadap ketelitian sensor strain


gauge :

SG1
E = 10 Volt
Vout Ro = 240 Ω
+
- E
Pengaruh F menyebabkan ΔR1 = 0,013Ω
A B
Pengaruh ΔT menyebabkan ΔR1 = ΔR2 = 9,4Ω
SG2

Pertanyaan :
a). Hitung Vo karena pengaruh F saja
b). Hitung Vo karena pengaruh ΔT saja
c). Hitung Vo karena pengaruh F & ΔT

Jawab : Untuk rangkaian diatas berlaku Vo = ΔR


R0 240
a) V A  x  x10  5Volt V0 = VA - VB
R0  R0 240  240 = 0,13 mV
R0 240
VB  x  x10  4,9987
R0   R0  0,013 240   240  0,013

240
b) V A  x10  5Volt
240  240 V0 = VA - VB
VB 
 240  9,4 x10  5Volt
= 0 mV
 240  9,4   240  9,4
240
c) V A  x10  5Volt
240  240 V0 = 5 – 4,9987
VB 
 240  9,4 x10  4,9987Volt
= 0,13 mV
 240  9,4   240  9,4  0,13

Kesimpulan, perubahan suhu tidak berpengaruh terhadap rangkaian strain gauge


ini.

Sensor Temperatur
Type :
- Thermocouple
V

Kelebihan : - Tanpa catu


- Sederhana, kokoh, murah, jenisnya banyak dengan variasi range
suhu
Kekurangan : - Non linier
- Tegangan out rendah, butuh referensi suhu, tidak stabil dan tidak
sensitive

→ Merupakan sepasang konduktor yang berbeda, membentuk ‘junction’


pengukur dan ‘junction’ suhu referensi.

+(VA)
Logam A
Junction
Junction
suhu referensi
pengukur (hot)
(cold)
Logam B
-(VB)

ΔT

Perbedaan suhu antara junction pengukur dengan junction suhu referensi


menghasilkan perbedaan tegangan pada A & B, karena jenis logamnya
berbeda.
Junction suhu referensi harus dijaga konstan → direndam air es 00 C / 320 F /
2730 K, atau dihubungkan dengan IC AD594/595 (IC thermocouple pair).

AD594/595 Vout = 5 s/d 30 Volt


T
- RTD (Resistance Temperature Detector)
R

Kelebihan : - Paling stabil


- Paling akurat
- Lebih linier daripada thermocouple
Kekurangan : - Mahal
- Butuh catudaya
- Perubahan resistansi ((ΔR) kecil)
- Mudah panas
200

100

RTD tipe kapsul gelas


- 100 0 100 200
dengan lilitan kawat platina

- Thermistor

R PTC
Jenis :
NTC Tup, Rdown
PTC Tup, Rup
T NTC

T
Kelebihan : - High out → mudah dibaca
- Tanggapan cepat
Kekurangan : - Tidak linier
- Range temperature terbatas
- Butuh catudaya
- Mudah panas
Cara pemanasan : Langsung dan tidak langsung

T0 T0
heater

RTD dan Thermistor biasanya dirangkai sebagai rangkaian jembatan.


Sensor IC

V/I

Kelebihan : - Paling linier


- Out paling besar
- Murah
Kekurangan : - T < 2000 C
- Butuh catudaya
- Respon lambat
- Mudah panas
- Konfigurasi terbatas

Sensor Putaran

Tachometer
Prinsip : Merupakan motor dc magnet tetapyang rotornya (magnet tetap) terkopel
dengan motor mesin yang diukur putarannya, sehingga perubahan putaran
akan menimbulkan perubahan tegangan output tachometer.

Sensor Enkoder

LED Phototransistor
Decimal Abu-abu
Mesin listrik 0 0000
1 0001
2 0011
3 0010
4 0110
5 0111
6 0101
7 0100
8 1100
9 1101
10 1111
11 1110
12 1010
13 1011
14 1001
15 1000
15 0
14 1
13 2

12 3

11 4

10 5
9 6
8 7
1 1
0 0
Rangkaian SuperVisi

Transduser Rangk.Supervisi
Input→

Setting
Controller
point

Power Interface Unit

Output

Rangkaian supervisi berfungsi untuk menyesuaikan signal sehingga cocok dengan range
controller.
Alasan penggunaan :
- Output transduser/sensor terlalu kecil
- Terkadang harus menempuh jarak yang cukup jauh
- Harus diubah ke format lain → merupakan konverter
- Sesuai standar internasional (0-5 Volt, 0-10 Volt, 4-20 mA, etc)

OP-AMP
- Merupakan general purpose device (amplifier, comparator, diff amplifier, dll) yang
open loop.
Instrumentation Amplifier
- Sudah dalam bentuk IC (AD 524) yang closed loop.
+

- -
ℓ1
R

 2R 
V0   2  1  1  
Rg  Rg 
 

R
-
+
+

ℓ2

Stage 1

R Sense

R Gain = 1
- Out Untuk normal operation, sense terhubung
+ dengan out dan ref digroundkan
R

R Ref

Stage 2
+V

2 8
+ +
16 RG1 Sense
Rg 10 Out
AD 524
6 9
RG2
- - Ref
1 7

-V

- Untuk menghilangkan tegangan offset, kaki no.6 (ref) dihubungkan dengan sumber
tegangan.
+V
Ref

-V

- Juga untuk menggeser sinyal sensor ke Zero point yang berbeda untuk beban yang
jauh berlaku G  R2  Rwire Sehingga G2 > 1
2
R2

G2 = gain stage 2
Kompensasi drop
tegangan di wire
Sense

Out

Ref LOAD

- Untuk beban yang membutuhkan arus besar


Sense +V

Out

LOAD

-V
Ref

Rangkaian Zero dan Span Dengan Inverting Amplifier


Ros Rf ℓa1
R -(mx + b)
±V
+V
R +V
ℓin -
Ri - ℓa2
+ + -V +(mx + b)
-V
Rcomp R/2
ℓout

 Rf
m  out 
in Ri

Rf ℓin
b V
Ros

Rf Rf
a1   .in  V   mx  b
Ri Ros
Rf Rf
a 2  .in  V
Ri Ros
Rf
m = Slope, gain, span
Ri
Rf
b V = Y intercept, offset, zero
Ros

Contoh : Dalam sistem pengturan suhu, sensor menghasilkan tegangan out 2.48 V
untuk temperatur minimal dan 3.9 V untuk temperatur maksimal. A/D
Converter memiliki range input 0-5 Volt, rencanakan rangkaian Zero &
Span nya !
Vout  max   Vout  min  R f
Span : m  
Vin max   Vin  min  Ri
50 Rf
 3,52 
3,9  2,48 Ri

Rf Rf
Zero : a 2  R in  R V
i os
0  3,52 2,48  b
Rf
b  8,73Volt  V
Ros

Pilih R f  330K (orde kilo)


Rf 330 K
Ri    93,7 K
m 3,52
Tentukan tegangan referensi V= -12 Volt
330 K
.  12   8,73Volt
Ros
Ros = 454 KΩ

Rcomp = Ros // Ri // Rf = 62,9 KΩ


Pilih R = 2,2 KΩ (orde kilo) R/2 = 1,1 KΩ

V/I Converter untuk beban ditanahkan

Ra Rb * Untuk IC V/I : XTR 110


100K

100K +15 Rs
ℓi -

}
(ℓref) ℓ1 741
ℓ2
ℓin + -15


100K 2N3904 IL
Span
RL
LOAD
100K

Beban maksimal diperoleh dengan syarat :


  in  ref
Vsat >ILRL + Vout + 0,6 IL  2 1 
Rs Rs
VSat = Vout + 0,6 karateristik IC-opamp
Vsat = (ℓin - ℓref) + 0,6

Jika range ℓin = 0 s/d 1Volt, Iout = 4 mA s/d 20 mA, rencanakan V/I converter
grounded load
Jawab : Untuk ℓin = 0V ; IL = 4 mA → 4 mA . Rs = 0 - ℓref
ℓin = 1V ; IL = 20 mA → 20 mA . Rs = 1- ℓref
- 16 mA Rs = -1
1V
Rs = = 62,5 Ω
16 mA
ℓref = - 4 mA x 62,5
= - 0,25 Volt
Pilih Ra = 3,3 kΩ dan ~ = -15 volt
R6
Maka V  ℓref
Rb  Ra
Rb
.(15)  0,25 → Rb = 55,9 Ω pakai pot 100Ω
Rb  3.3k

Beban max yan diijinkan


Vsat > IL RL + ℓ2-℮1 + 0,6
Anggap Vsat = 13 volt
Vsat  2  1  0,6
RL <
20mA
13V  IV  ( 0.25)  0.6
RL <
20mA
RL < 568 Ω

I /V converter untuk beban ditanahkan

±V
4-20 mA Rf
+ ℓi

- R
RL -

+ R
Buffer -

+ Vout
Rcomp

R/2

ℓi min = 4 mA x RL
ℓi max = 20 mA x RL
Vout min dan Vout max tergantung kemampuan controller

V/ I Converter untuk beban mengapung (floating load)


Dilengkapi dengan offset (span 8 zero)
+V 10K -V
Cref
ℓ(A) +V
1M
ZERO Iin +

-
ℓin 1M ℓ(B) Rwire


-V

IL LOAD


VR
Rwire

R SPAN

I ( B )  ( A)
R
I(B) (Span) 2 I ( B)  I ( A)
I(A) = arus min = 4mA
I(B) = arus max = 20mA
I(A) Tegangan referensi ℓref = 2RI(B) - ℓ(B)
ℓ(A) ℓ(B) ℓin

Contoh : Untuk ℓin = 0 s/d 5 Volt


Iout = 4 mA s/d 20 mA
Rencanakan V/I converter beban mengapung

50
R=  156,25 Ω
(Span) 2[20mA  4mA]
ℓref = 2 x 156,25 x 20 mA – 5 Volt
= 1,25 Volt
I /V Converter untuk beban mengapung

Rf

I +V
-
Ri
- Rspan Vout
+
+
-V
I Ri
+V
Rf
VZ
+

-V -
Rf
Vout 
Ri
 
x IxRspan  V z

V0(max)  V0(min)
Rspan 
Rf
x I max  I min 
Ri

Contoh :
Untuk I = 4 mA s/d 20 mA dan V out =0s/d 10 Volt rencanakan I/V floating
load

Pilih Ri = 2,2 KΩ
Ambil Rf = 10 x Ri → Rf = 22 KΩ
10  0
R span =  62,5 Ω
10(20mA  4mA)
22k
Vz = 0V - 2,2k ( 4mA)(62,5)  2.5Volt

You might also like