You are on page 1of 29

Laporan Praktikum Fenomena Dasar Mesin

Jurusan Teknik Mesin


Universitas Bung Hatta – Padang

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Jika dilihat dari berbagai jenis kendaraan bermotor dan mesin pada

umumnya,berbagai bantalan mampunyai bantalan sebagai penumpu pada sebuah

putaran poros (as),sehingga kalau poros berputar maka putaran tersebut akan

lancar tetap pada sumbunya.Jenis bantalan yang digunakan tergantung dari situasi

pada putaran poros tinggi dan beban yang ditarima besar maka dipilih jenis

bantalannya adalah bantalan luncur.

Mengingat pentingnya fungsi bantalan, pada praktikum fenomena

dasar mesin, salah satu pengujian dilakukan pada bantalan jenis luncur.Pada

pratikumnya ini akan diketahui apa-apa saja yang akan diperoleh / hal-hal yang

dapat mempengaruhi sebuah bantalan terutama bantalan luncur.

Bantalan lucur menumpu poros berputaran tinggi dengan beban

besar.Bantalan ini mempuyai konstruksi yang sedrhana dan dapat dibuat serta

dapat dipasang dengan mudah.Karena adanya gesekan yang besar pada waktu

mulai berjalan bantalan luncur memerlukan momen yang besar serta pelumasan

pada bantalan ini tidak begitu sederhana.

Wahyu Afridinata
0710017211022
Laporan Praktikum Fenomena Dasar Mesin
Jurusan Teknik Mesin
Universitas Bung Hatta – Padang

1.2. Tujuan Percobaan

a) Untuk melihat fenomena hidrodinamik yang terjadi

dibandingkan dengan teoritis.

b) Untuk menentukan distribusi tekanan pelumas pada bantalan

luncur.

c) Untuk menentukan fenomena hidrodinamik yang

menimbulkan gaya akibat hidrodinamis.

d) Untuk menentukan layak atu tidaknya bantalan pada suatu

konstruksi mesin.

Wahyu Afridinata
0710017211022
Laporan Praktikum Fenomena Dasar Mesin
Jurusan Teknik Mesin
Universitas Bung Hatta – Padang

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Teori Dasar

Bantalan luncur adalah mesin yang mempunyai / menahan poros

berbeban dengan perantaraan minyak pelumas, agar dapat berlangsung secara

baik. Bantalan ini mampu menumpu poros berputaran tinggi dengan beban besar.

Dengan konstruksi yang sederhana dan bantalan ini dapat dibuat dengan mudah.

Ketika tidak beroperasi bantalan dan poros bersentuhan, hal tersebut akan

menyebabkan gesekan yang besar pada poros saat mulai beroperasi maka system

memerlukan momen yang besar.

Panas yang timbul dalam bantalan ini akibat gesekan antara molekul

minyak pelumas dan sangat kecilnya ruang antara bantalan dengan poros terutama

pada beban yang besar, oleh karena itu bantalan untuk bantalan yang

menamggung beban besar diperlukan system-sistem pendinginan khusus.

Dengan adanya lapisan pelumas,bantalan luncur dapat merasakan

tumbukan dan gesekan sehingga waktu beroperasi hamper tidak menghasilkan

suara.

Wahyu Afridinata
0710017211022
Laporan Praktikum Fenomena Dasar Mesin
Jurusan Teknik Mesin
Universitas Bung Hatta – Padang

2.2. Persamaan-persamaan yang Digunakan

- Satuan Beban

W m.g
P= = 2.0,03 .o,08
2.r .L

- Angka Karakteristik Bantalan


2
  
r µxN 
S =   x 
 
c  P 

- Sudut Acuan

Ø = tan -1 π l− ∈ 2
4∈ 2
- Posisi sudut tekan maksimum

 l − l + 2 ∈42 
Ømax = cos-1  
 4 ∈ 
- distribusi tekanan

( P1 − P0 ).(1 + ε cos φ)
K=
sin φ(2 + ε cos φ)

P = Tinggi awal

P = Tinggi oli setelah terjadi peristiwa hidrodinamika

- . Tekanan rata-rata

Wahyu Afridinata
0710017211022
Laporan Praktikum Fenomena Dasar Mesin
Jurusan Teknik Mesin
Universitas Bung Hatta – Padang

K sin ϑ( 2 +cos ϑ)
P=
1 +cos φ

- Beban aksial

W= P − P0 x Aaksial x ρoli = Kg

- . beban radial

Wb = P − P0 x Aradial x ρoli

2.3 Bantalan ini dapat digolongkan sebagai berikut

2.3.1 Menurut gerakan bantalan terhadap poros

a). bantalan luncur

Pada bantalan luncur terjadi gesekan luncur antara poros dan bantalan dengan

perantara lapisan pelumas.

b) Bantalan Gelinding

Pada bantalan ini terjadi gesekan antara dinding pada gelinding bagian yang

berputar dengan yang diam melalui elemen gelinding seperti bola ( peluru ) rol

atau rol jarum dan rol bulat.

2.3.2 Menurut arah beban terhadap poros

a). bantalan radial

Arah beban yang ditumpu bantalan ini adalah tegak lurus sumbu poros.

b). bantalan aksial

Bantala aksial yang arah beban bantalan ini sejajar dengan sumbu poros.

Wahyu Afridinata
0710017211022
Laporan Praktikum Fenomena Dasar Mesin
Jurusan Teknik Mesin
Universitas Bung Hatta – Padang

c). bantalan khusus

Bantalan ini dapat menumpu beban yang arahnya sejajar dan tegak

lurus terhadap sumbu poros.

BANTALAN LUNCUR

Bantalan luncur dapat diklarifikasikan menurut beberapa cara :

a) Menurut bentuk dan letak

Bagian poros yang ditahan bantalan yaitu bagian yang disebut journal

dapat diklasifikasikan menjadi 3 bagian yaitu :

- Bantalan Radial

Yang dapat berbentuk selinder,berbahan selinder elips,dan lain

sebagainya.

- Bantalan aksial

Dapat berbentuk engsel,kerat,Michel dll.

- Bantalan khusus

Batalan yang berbentuk bola dan lainya.

Menurut pemakaianya,terdapat bantalan untuk pengecilan dan pengenceran

umum,bantalan poros umum ( engkol ),bantalan pada roda kereta api.

Dalam pemakaianya terdapat bantalan luncur depan berupa bantalan

logam sinter dan bantalan plasrik.

# Bahan Untuk Bantalan Luncur

Bahan Untuk bantalan luncur harus memenuhi persyaratan atau

standart sbb :

Wahyu Afridinata
0710017211022
Laporan Praktikum Fenomena Dasar Mesin
Jurusan Teknik Mesin
Universitas Bung Hatta – Padang

1. Memiliki kekuatan yang cukup terhadap lenturan poros ( Tahan terhadap

beban dan kelelahan ).Agar tidak ada gangguan dalam penggunaanya.

2. Dapat menyesuaikan diri dalam lenturan poros yang tidak terlalu besar

atau terhadap perubahan bentuk yang kecil.

3. Mempunyai sifat atau ciri anti las ( atau anti menempel terhadap poros

atau benda yang lainnya yang disebabkan karena terjadinya kontak.

4. Tahan karat,Fungsinya yaitu agar bantalan dapat berfungsi dalam

waktuyang lama dan juga agar dapat selalu bekerja dengan maksimal.

5. Cukup tahan us,agar selalu maksimal walaupu sering terjadi nya gesekan.

6. Dapat membenamkan kotorn dan debu kecil yang terkurung dalam

bantalan.

7. Murah harganya ( ekonomis ),tapi tidak mengeyampingkan persyaratan-

persyaratan yang di atas.

8. Tidak terpengaruh oleh temperature

Dalam prakteknya,bahan yang tertera diatas sangat sukar

mendapatkannya,namun sangatlah dianjurkan,kalo bias semuanya terpenuhi,agar

dapat bekerja denga maksimal.

*Cara pelumasan Bantalan Luncur

Wahyu Afridinata
0710017211022
Laporan Praktikum Fenomena Dasar Mesin
Jurusan Teknik Mesin
Universitas Bung Hatta – Padang

Dalam pemilihan cara pelumasan sangatlah perlu,terutama yaitu dari

kondisi kerja,letak bantalan,tempat pelumasan,serta juga lokasi dan alur

pelumasan.

Sewaktu pelumasan,temperature selaput minyak yang diinginkan atau

diizinkan bervariasi,tergantung jenis atau macam-macam minyak yang

dipakai dengan batas maximal 80º.Temperatur kerja yang lebih dari 80º

dapat dianggap atau teralu panas.

Dalam pemilihan bahan pelumasan pada umumnya perlu diperhatikan

beberapa hal yaitu :

- Viskositas

- Sifat minyak

- Stabilitas minyak

- Dan juga Harganya.

Sebelum melakukan pelumasan hendaklh memperhtikan atu

memenuhi hal-hal atau ketentuan sebagai diatas,agar pelumasan

bantalan luncur dapat berjalan dengan baik dan mencapai hasil yang

maksimal juga berbagai cara yang digunakan dalam system pelumasan

pada bantalan luncur,yaitu :

1.Pelumasan Tangan

Siitim pelumasan ini hanya dipakai yaitu hanya pada sistim untuk

beban yang ringan saja,kecepatan yang rendah atau kerja yang tidak terus

Wahyu Afridinata
0710017211022
Laporan Praktikum Fenomena Dasar Mesin
Jurusan Teknik Mesin
Universitas Bung Hatta – Padang

menerus.Kekurangan pada system pelumasan tangan ini yaitu aliran pelumasanya

tidak selalu tetap / pelumasannya tidak teratur

2. pelumasan tetes

Pelumasan ini dilakukan dengan sistim meneteskan.cara kerjanya yaitu

pelumas dimasukan kedalam sebuah katub jarum,pelumasan ini difungsikan untuk

beban sedang atau ringan.

3. Pelumasan Sumbu

Sistim pelumasan ini dilakukan dengan metoda penyerapan,Cara

kerjanya yaitu dengan cara menggunakan sumbu yang dicelupkan kedalam

mangkok minyak.

4. Pelumasan Percik

Dari suatu bak penampung minyak dipercikan,cara ini digunakan

untuk melumasi terak selinder motor bakar torak berputaran tinggi.

5. Pelumasan cincin

Pelumasan ini menggunakan cincin yang digantungkan pada poros

sehingga mengangkat minyak dari bawah,digunakan untuk beban sedang.

6. Pelumasan pompa

Disini pompa digunakan untuk mengalirkan pelumasan dalam

bantalan.

Wahyu Afridinata
0710017211022
Laporan Praktikum Fenomena Dasar Mesin
Jurusan Teknik Mesin
Universitas Bung Hatta – Padang

Keterangan :
1. Motor.
7. Krat Bantalan.
2. Bantalan.
8. Slang Tekanan ( 16
buah ).
3. Poros.
9. Plate Slang.
4. Puly
10. Tombol Lampu.
5. Belt.
11. Tombol Motor.
6. Bantalan / oli.
12. Tekanan Untuk Slang.

3.2. Alat Ukur Untuk Pengujian

1. Tacho Meter, Untuk menentukan putaran

2. Beban, Untuk memberikan beban pada poros.

3.3. Prosedur pengujian

1. cek tekanan seluruh instalasi dan pastikan semuanya dapat beroperasi

berdasarkan data yang diambil.

2. Cetak tekanan atau ketinggian oil referensi ( data m poin ) dan tutup kran

oli.

3. Berikan pembebanan berdasarkan data yang ada.

Wahyu Afridinata
0710017211022
Laporan Praktikum Fenomena Dasar Mesin
Jurusan Teknik Mesin
Universitas Bung Hatta – Padang

4. Hidupkan motor penggerak dan tentukan putaran poros motor denga

menggunakan tacho meter.

5. Tunggu beberapa saat hingga tekanan dalam pipa stabil.

6. Catat ketinggian oli pada manometer yang tersedia.

7. Ulangi percobaan 3 sampai 6 berdasarkan data yang diambil sesuai yaitu

100 gr setiap percobaan.

3.4. Persamaan-Persamaan Pengujian

- Satuan Beban

W
P=
2.r.I

- Angka Karktaristik bantalan

S =(
t
) 2 . µ.N
c P

- Sudut Acuan

π. 1 − ε 2
ϑ = tan −1

4.ε 2

- Posisi sudut tekanan maksimum

1 −1 + 24 ( ε )
2
Maks = cos
4.ε

- Distribusi tekanan

( P1 − P0 )(1 + ε . cos 0 )
K=
( sin ϑ ).( 2 + ε . cos ϑ )
- Tekanan rata-rata

Wahyu Afridinata
0710017211022
Laporan Praktikum Fenomena Dasar Mesin
Jurusan Teknik Mesin
Universitas Bung Hatta – Padang

sin ϑ( 2 + ε. cos ϑ)
P =K
1 + cos ϑ

- Beban Aksial

W= P – p . Aaksial . P oli = ………( kg )

- Beban radial

Wb = P – Po . Aradial . Poli = .… .( kg )

Wahyu Afridinata
0710017211022
Laporan Praktikum Fenomena Dasar Mesin
Jurusan Teknik Mesin
Universitas Bung Hatta – Padang

BAB IV

DATA DAN ANALISA

4.1. Tabel Pengolahan Data

P m1 m2 m3

( cm ) 715 g 1375 g 1415 g


P1 125 130 130

P2 143 150 150

P3 151 158 158

P4 154 161 160

P5 150 156 155

P6 149 170 174

P7 127 144 150

P8 108 105 100

P9 79 64 57

P10 75 69 70

P11 84 87 70

P12 94 99 89

Wahyu Afridinata
0710017211022
Laporan Praktikum Fenomena Dasar Mesin
Jurusan Teknik Mesin
Universitas Bung Hatta – Padang

P13 106 110 111

P14 115 118 117

P15 129 130 128

P16 128 134 134

4.2. Pengolahan Data

µ = 0,0475 kg/m s

` ρ oli = 860 kg/ m3

1600
N = 9,55 rpm = 167,5 rps

1. satuan beban ( p ) : 715 g

W m1 g 0,715 x9,81 7,014


P1 = = = 2 x0,03 x0,08 = 0,0048
2 xrxl 2 x 0,03 x 0,08

= 1461,28 kg

W m2 g 1,375 x9,81
P2 = = = 2 x0,03 x0,08 = 2810 ,156 kg
2 xrxl 2 x 0,03 x 0,08

W m3 g 1,415 x9,81
P3= = = 2 x0,03 x 0,08 = 2891 ,9
2 xrxl 2 x 0,03 x 0,08

Dimana : r = jari-jari = 30 mm

L = Panjang bantalan

g = gravitasi = 9,81 m / s 2

Wahyu Afridinata
0710017211022
Laporan Praktikum Fenomena Dasar Mesin
Jurusan Teknik Mesin
Universitas Bung Hatta – Padang

2.Angka karakteristik bantalan

c = 0,005 m
2
 r   µxN 
S1 =   x  ,
 c   P1 

2
 0,03   0,0475 kg / m.sx167 ,5rps 
=  x
 

 0,005   1461 ,28 N / m 2 

= 36 x 0,00544

= 0,196
2
 r   µxN 
S2 =   x 
 c   P2 

2
 0,03   0,0475 kg / m.sx167 ,5rps 
=  x
 

 0,005   2810 ,156 N / m 2 

= 36 x 0,0028

= 0,102
2
 r   µxN 
S3 =   x ,
 c   P3 

2
 0,03   0,0475 kg / m.sx167 ,5rps 
=  x
 

 0,005   2891 ,9 N / m 2 

= 36 x 0,00275

= 0,099

  L  0,08 
Dimana,   x  =1,23
d   0,065 

Maka,dari grafik perbandingan eksentris didapat

Harga ε pada S 1 = 0,13

Wahyu Afridinata
0710017211022
Laporan Praktikum Fenomena Dasar Mesin
Jurusan Teknik Mesin
Universitas Bung Hatta – Padang

Harga ε pada S 2 = 0,259

Harga ε pada S 3 = 0,261

3. Sudut acuan

2
π 1− ε 1
Ø1= tan-1 [ 2
]
4ε 1

2
3,14 1 − 0,13
= tan-1 [ ]
4 x0,13 2

3,113
= tan-1 [ 0,0676 ]

= tan-1 46 ,05

= 88 ,75 o

π 1− ε 2
2

Ø2= tan [ -1
]
4ε 2
2

3,14 x 2,929
= tan-1 [ ]
0,0676

 9,199 
= tan-1  
0,0676 

= tan-1 136 ,079

= 89,57

2
π 1− ε 3
Ø3= tan-1 [ 2
]
4ε 3

 3,031 
= tan-1  
0,272 

= tan-1 11 ,143

= 84 ,87
o

Wahyu Afridinata
0710017211022
Laporan Praktikum Fenomena Dasar Mesin
Jurusan Teknik Mesin
Universitas Bung Hatta – Padang

4. Posisi sudut tekan maksimum

 l − l + 2 ∈42 
Ømax1 = cos-1  
 4 ∈ 
l − 1 +24 (0,13 ) 2 
= cos-1  
 4(0,13 ) 
 

l −1,185 
= cos-1  
 0,52 

= cos-1 – 0,356

= 110,85 0

l − l + 24 ( 0,259 )2 
Ømax2 = cos -1  
 4 x 0,259 
 

l − 2,609 
= cos-1  
 1,036 

= cos-1 – 0,356

= 110,85 0

l − l + 24 ( 0,261 ) 2 
Ømax3 = cos-1  
 4 x0,261 
 

l − 2,634 
= cos-1  
 1,044 

= cos-1 – 0,356

= 110,85 0

Wahyu Afridinata
0710017211022
Laporan Praktikum Fenomena Dasar Mesin
Jurusan Teknik Mesin
Universitas Bung Hatta – Padang

5. Distribusi tekanan

- pada m1 = 715 g

Dimana : Po = 106 cm = 1,06 m

( P1 − P0 ) x(1 + εx cos ϑ)
K1 =
sin ϑ( 2 + ε cos ϑ)

(1,25 −1,06 ) m.(1 + 0,13 cos 88 ,75 )


=
sin 88 ,75 ( 2 + 0,13 cos 88 ,75 )

0,1905
=
2,0024

=0,095 m

( P1 − P0 ) x(1 + εx cos ϑ)
K2 =
sin ϑ( 2 + ε cos ϑ)

(1,43 −1,06 ) m.(1 + 0,13 cos 88 ,75 )


= =0,185 m
sin 88 ,75 ( 2 + 0,13 cos 88 ,75 )

(1,51 −1,06 ) m.(1 + 0,13 cos 88 ,75 )


K3 = = 0,2253 m
sin 88 ,75 ( 2 + 0,13 cos 88 ,75 )

(1,54 −1,06 )m.(1 + 0,13 cos 88 ,75 )


K4 = = 0,2397 m
sin 88 ,75 (2 + 0,13 cos 88 ,75 )

(1,51 −1,06 )m.(1 + 0,13 cos 88 ,75 )


K5 = = 0,2253 m
sin 88 ,75 ( 2 + 0,13 cos 88 ,75 )

(1,49 −1,06 ) m.(1 + 0,13 cos 88 ,75 )


K6 = =0,214 m
sin 88 ,75 ( 2 + 0,13 cos 88 ,75 )

(1,27 −1,06 )m.(1 + 0,13 cos 88 ,75 )


K7 = =0,105 m
sin 88 ,75 (2 + 0,13 cos 88 ,75 )

(1,08 −1,06 ) m.(1 + 0,13 cos 88 ,75 )


K8 = = 0,0099 m
sin 88 ,75 ( 2 + 0,13 cos 88 ,75 )

Wahyu Afridinata
0710017211022
Laporan Praktikum Fenomena Dasar Mesin
Jurusan Teknik Mesin
Universitas Bung Hatta – Padang

(0,79 −1,06 ) m.(1 + 0,13 cos 88 ,75 )


K9 = =0,134 m
sin 88 ,75 ( 2 + 0,13 cos 88 ,75 )

(0,75 −1,06 ) m.(1 +0,13 cos 88 ,75 )


K 10 = =0,155 m
sin 88 ,75 ( 2 +0,13 cos 88 ,75 )

(0,84 −1,06 ) m.(1 + 0,13 cos 88 ,75 )


K11 = =0,109 m
sin 88 ,75 ( 2 + 0,13 cos 88 ,75 )

(0,94 −1,06 )m.(1 +0,13 cos 88 ,75 )


K12 = =0,059 m
sin 88 ,75 (2 +0,13 cos 88 ,75 )

(1,06 −1,06 ) m.(1 +0,13 cos 88 ,75 )


K13 = =0,499 m
sin 88 ,75 ( 2 +0,13 cos 88 ,75 )

(1,51 −1,06 ) m.(1 +0,13 cos 88 ,75 )


K14 = = 0,0449 m
sin 88 ,75 ( 2 +0,13 cos 88 ,75 )

(1,29 −1,06 ) m.(1 + 0,13 cos 88 ,75 )


K15 = =0,1148 m
sin 88 ,75 ( 2 + 0,13 cos 88 ,75 )

(1,51 −1,06 ) m.(1 +0,13 cos 88 ,75 )


K16 = =0,1099 m
sin 88 ,75 ( 2 +0,13 cos 88 ,75 )

- pada m = 1375 g Dimana : Po = 106 cm = 1,06 m

ε 2 = 0,259 m

( P1 − P0 ) x(1 + εx cos ϑ)
Kn =
sin ϑ( 2 + ε cos ϑ)

(1,30 −1,06 ) x (1 + 0,259 x cos 89 ,57 )


K1 = = 0,1201 m
sin 89 ,57 x ( 2 +0,259 x cos 89 ,57 )

(1,50 −1,06 ) x(1 + 0,259 x cos 89 ,57 )


K2 = = 0,2202 m
sin 89 ,57 x( 2 + 0,259 x cos 89 ,57 )

(1,58 −1,06 ) x (1 + 0,259 x cos 89 ,57 )


K3 = = 0,2902 m
sin 89 ,57 x ( 2 + 0,259 x cos 89 ,57 )

(1,61 −1,06 ) x(1 + 0,259 x cos 89 ,57 )


K4 = = 0,2501 m
sin 89 ,57 x (2 + 0,259 x cos 89 ,57 )

Wahyu Afridinata
0710017211022
Laporan Praktikum Fenomena Dasar Mesin
Jurusan Teknik Mesin
Universitas Bung Hatta – Padang

(1,56 −1,06 ) x(1 + 0,259 x cos 89 ,57 )


K5 = = 0,23107 m
sin 89 ,57 x( 2 + 0,259 x cos 89 ,57 )

(1,70 −1,06 ) x(1 + 0,259 x cos 89 ,57 )


K6 = = 0,3189 m
sin 89 ,57 x( 2 + 0,259 x cos 89 ,57 )

(1,44 −1,06 ) x(1 + 0,259 x cos 89 ,57 )


K7 = = 0,1901 m
sin 89 ,57 x( 2 + 0,259 x cos 89 ,57 )

(1,05 −1,06 ) x (1 + 0,259 x cos 89 ,57 )


K8 = = −5,0049 m
sin 89 ,57 x ( 2 + 0,259 x cos 89 ,57 )

(0,84 −1,06 ) x(1 + 0,259 x cos 89 ,57 )


K9 = = −0,2102 m
sin 89 ,57 x( 2 + 0,259 x cos 89 ,57 )

(1,69 −1,06 ) x (1 + 0,259 x cos 89 ,57 )


K10 = = −0,1851 m
sin 89 ,57 x (2 + 0,259 x cos 89 ,57 )

(0,87 −1,06 ) x (1 + 0,259 x cos 89 ,57 )


K11 = = 0,0095 m
sin 89 ,57 x ( 2 + 0,259 x cos 89 ,57 )

(0,99 −1,06 ) x(1 + 0,259 x cos 89 ,57 )


K12 = = 0,0350 m
sin 89 ,57 x ( 2 + 0,259 x cos 89 ,57 )

(1,1 −1,06 ) x(1 + 0,259 x cos 89 ,57 )


K13 = = 0,02
sin 89 ,57 x( 2 + 0,259 x cos 89 ,57 )

(1,30 −1,06 ) x(1 + 0,259 x cos 89 ,57 )


K14 = = 0,06 m
sin 89 ,57 x ( 2 + 0,259 x cos 89 ,57 )

(1,30 −1,06 ) x (1 + 0,259 x cos 89 ,57 )


K15 = = 0,1281 m
sin 89 ,57 x( 2 + 0,259 x cos 89 ,57 )

(1,34 −1,06 ) x (1 + 0,259 x cos 89 ,57 )


K16 = = 0,14 m
sin 89 ,57 x( 2 + 0,259 x cos 89 ,57 )

- pada m = 1375 g

( P1 − P0 ) x(1 + εx cos ϑ)
Kn =
sin ϑ( 2 + ε cos ϑ)

(1,30 −1,06 ) x (1 + 0,261 x cos 84 ,87 )


K1 = = 0,1218 m
sin 0,8487 x (2 + 0,261 x cos 8487 )

Wahyu Afridinata
0710017211022
Laporan Praktikum Fenomena Dasar Mesin
Jurusan Teknik Mesin
Universitas Bung Hatta – Padang

(1,5 −1,06 ) x (1 + 0,261 x cos 84 ,87 )


K2 = = 0,2234 m
sin 0,8487 x( 2 + 0,261 x cos 8487 )

(1,58 −1,06 ) x(1 + 0,261 x cos 84 ,87 )


K3 = = 0,264 m
sin 0,8487 x( 2 + 0,261 x cos 8487 )

(1,6 −1,06 ) x(1 + 0,261 x cos 84 ,87 )


K4 = = 0,3024 m
sin 0,8487 x (2 + 0,261 x cos 8487 )

(1,55 −1,06 ) x(1 + 0,261 x cos 84 ,87 )


K5 = = 0,2744 m
sin 0,8487 x ( 2 + 0,261 x cos 8487 )

(1,74 −1,06 ) x(1 + 0,261 x cos 84 ,87 )


K6 = = 0,3808 m
sin 0,8487 x ( 2 + 0,261 x cos 8487 )

(1,5 −1,06 ) x (1 + 0,261 x cos 84 ,87 )


K7 = = 0,2464 m
sin 0,8487 x( 2 + 0,261 x cos 8487 )

(1 −1,06 ) x(1 + 0,261 x cos 84 ,87 )


K8 = = 0,0336 m
sin 0,8487 x( 2 + 0,261 x cos 8487 )

(0,57 −1,06 ) x(1 + 0,261 x cos 84 ,87 )


K9 = = 0,2744 m
sin 0,8487 x(2 + 0,261 x cos 8487 )

(0,7 −1,06 ) x(1 + 0,261 x cos 84 ,87 )


K10 = = 0,2016 m
sin 0,8487 x( 2 + 0,261 x cos 8487 )

(0,7 −1,06 ) x(1 + 0,261 x cos 84 ,87 )


K11 = = 0,2016 m
sin 0,8487 x( 2 + 0,261 x cos 8487 )

(0,89 −1,06 ) x(1 + 0,261 x cos 84 ,87 )


K12 = = 0,0952 m
sin 0,8487 x( 2 + 0,261 x cos 8487 )

(1,11 −1,06 ) x(1 + 0,261 x cos 84 ,87 )


K 13 = = 0,56 m
sin 0,8487 x( 2 + 0,261 x cos 8487 )

(1,17 −1,06 ) x (1 + 0,261 x cos 84 ,87 )


K14 = = 0,0616 m
sin 0,8487 x( 2 + 0,261 x cos 8487 )

(1,28 −1,06 ) x (1 + 0,261 x cos 84 ,87 )


K15 = = 0,1232 m
sin 0,8487 x ( 2 + 0,261 x cos 8487 )

(1,34 −1,06 ) x(1 + 0,261 x cos 84 ,87 )


K16 = = 0,1568 m
sin 0,8487 x ( 2 + 0,261 x cos 8487 )

Wahyu Afridinata
0710017211022
Laporan Praktikum Fenomena Dasar Mesin
Jurusan Teknik Mesin
Universitas Bung Hatta – Padang

6. Tekanan rata-rata

m1=715 g

sin θ (2 + εx cos θ )
P1 = K 1
1 + cos θ

sin 88 ,75 (2 + 0,13 cos 88 ,75 )


= 0,095
1 + cos 88 ,75

=0,095 .0,3636

=0,1862 m

sin 88 ,75 ( 2 + 0,13 x cos 88 ,75 )


P2 = K 2
1 + cos 88 ,75

=0,185 .0,3636

=0,3625 m

sin 88 ,75 (2 + 0,13 x cos 88 ,75 )


P3 = 0,2253 = 0,4415 m
1 + cos 88 ,75

sin 88 ,75 ( 2 + 0,13 x cos 88 ,75 )


P4 = 0,2397 = 0,4697 m
1 + cos 88 ,75

sin 88 ,75 (2 + 0,13 x cos 88 ,75 )


P5 = 0,2197 = 0,4305 m
1 + cos 88 ,75

sin 88 ,75 ( 2 + 0,13 x cos 88 ,75 )


P6 = 0,214 = 0,4194 m
1 + cos 88 ,75

sin 88 ,75 ( 2 + 0,13 x cos 88 ,75 )


P7 = 0,105 = 0,2057 m
1 + cos 88 ,75

sin 88 ,75 ( 2 + 0,13 x cos 88 ,75 )


P8 = 0,0099 = 0,0194 m
1 + cos 88 ,75

sin 88 ,75 (2 + 0,13 x cos 88 ,75 )


P10 = 0,155 = 0,3037 m
1 + cos 88 ,75

Wahyu Afridinata
0710017211022
Laporan Praktikum Fenomena Dasar Mesin
Jurusan Teknik Mesin
Universitas Bung Hatta – Padang

sin 88 ,75 ( 2 + 0,13 x cos 88 ,75 )


P11 = 0,109 = 0,2136 m
1 + cos 88 ,75

sin 88 ,75 ( 2 + 0,13 x cos 88 ,75 )


P12 = 0,859 = 0,1156 m
1 + cos 88 ,75

sin 88 ,75 ( 2 + 0,13 x cos 88 ,75 )


P13 = 0,499 = 0,9778 m
1 + cos 88 ,75

sin 88 ,75 ( 2 + 0,13 x cos 88 ,75 )


P14 = 0,0449 = 0,0879 m
1 + cos 88 ,75

sin 88 ,75 (2 + 0,13 x cos 88 ,75 )


P15 = 0,1148 = 0,2249 m
1 + cos 88 ,75

sin 88 ,75 ( 2 + 0,13 x cos 88 ,75 )


P16 = 0,1099 = 0,2154 m
1 + cos 88 ,75

M2=1375 g

sin θ (2 + εx cos θ )
P1 = K 1
1 + cos θ

sin 89 ,57 (2 + 0,259 x cos 89 ,57 )


= 0,1351 = 0,2604 m
1 + cos 89 ,57

sin 89 ,57 (2 + 0,259 x cos 89 ,57 )


P2 = 0,2477 = 0,5915 m
1 + cos 89 ,57

sin 89 ,57 ( 2 + 0,259 x cos 89 ,57 )


P3 = 0,2927 = 0,5815 m
1 + cos 89 ,57

sin 89 ,57 (2 + 0,259 x cos 89 ,57 )


P4 = 0,3096 = 0,6151 m
1 + cos 89 ,57

sin 89 ,57 ( 2 + 0,259 x cos 89 ,57 )


P5 = 0,2814 = 0,55 m
1 + cos 89 ,57

sin 89 ,57 ( 2 + 0,259 x cos 89 ,57 )


P6 = 0,3602 = 0,7048 m
1 + cos 89 ,57

sin 89 ,57 ( 2 + 0,259 x cos 89 ,57 )


P7 = 0,2139 = 0,4185 m
1 + cos 89 ,57

sin 89 ,57 ( 2 + 0,259 x cos 89 ,57 )


P8 = −5,6295 = −11,016 m
1 + cos 89 ,57

Wahyu Afridinata
0710017211022
Laporan Praktikum Fenomena Dasar Mesin
Jurusan Teknik Mesin
Universitas Bung Hatta – Padang

sin 89 ,57 (2 + 0,259 x cos 89 ,57 )


P9 = −0,2364 = −0,4626 m
1 + cos 89 ,57

sin 89 ,57 ( 2 + 0,259 x cos 89 ,57 )


P10 = −0,2082 = −0,4074 m
1 + cos 89 ,57

sin 89 ,57 ( 2 + 0,259 x cos 89 ,57 )


P11 = 0,0394 = 0,0777 m
1 + cos 89 ,57

sin 89 ,57 ( 2 + 0,259 x cos 89 ,57 )


P12 = −0,0394 = −,078 m
1 + cos 89 ,57

sin 89 ,57 ( 2 + 0,259 x cos 89 ,57 )


P13 = 0,0225 = 0,044 m
1 + cos 89 ,57

sin 89 ,57 ( 2 + 0,259 x cos 89 ,57 )


P14 = 0,0678 = 0,1332 m
1 + cos 89 ,57

sin 89 ,57 (2 + 0,259 x cos 89 ,57 )


P15 = 0,1351 = 0,2666 m
1 + cos 89 ,57

sin 89 ,57 (2 + 0,259 x cos 89 ,57 )


P16 = 0,1576 = 0,311 m
1 + cos 89 ,57

M3=1415 g

sin θ (2 + εx cos θ )
P1 = K 1
1 + cos θ

sin 84 ,87 ( 2 + 0,261 x cos 84 ,87 )


= 0,1344 = 0,0246 m
1 + cos 84 ,87

sin 84 ,87 ( 2 + 0,261 x cos 84 ,87 )


P2 = 0,2464 = 0,0452 m
1 + cos 84 ,87

sin 84 ,87 ( 2 + 0,261 x cos 84 ,87 )


P3 = 0,2912 = 0,0534 m
1 + cos 84 ,87

sin 84 ,87 ( 2 + 0,261 x cos 84 ,87 )


P4 = 0,3024 = 0,0555 m
1 + cos 84 ,87

sin 84 ,87 ( 2 + 0,261 x cos 84 ,87 )


P5 = 0,2744 = 0,0503 m
1 + cos 84 ,87

sin 84 ,87 ( 2 + 0,261 x cos 84 ,87 )


P6 = 0,3808 = 0,0699 m
1 + cos 84 ,87

Wahyu Afridinata
0710017211022
Laporan Praktikum Fenomena Dasar Mesin
Jurusan Teknik Mesin
Universitas Bung Hatta – Padang

sin 84 ,87 ( 2 + 0,261 x cos 84 ,87 )


P7 = 0,2464 = 0,0452 m
1 + cos 84 ,87

sin 84 ,87 ( 2 + 0,261 x cos 84 ,87 )


P8 = 0,0336 = 0,1689 m
1 + cos 84 ,87

sin 84 ,87 ( 2 + 0,261 x cos 84 ,87 )


P9 = 0,2744 = 0,0503 m
1 + cos 84 ,87

sin 84 ,87 (2 + 0,261 x cos 84 ,87 )


P10 = 0,2016 = 0,37 m
1 + cos 84 ,87

sin 84 ,87 (2 + 0,261 x cos 84 ,87 )


P11 = 0,2016 = 0,0,37 m
1 + cos 84 ,87

sin 84 ,87 ( 2 + 0,261 x cos 84 ,87 )


P12 = 0,0952 = 0,0174 m
1 + cos 84 ,87

sin 84 ,87 ( 2 + 0,261 x cos 84 ,87 )


P13 = 0,56 = 0,1028 m
1 + cos 84 ,87

sin 84 ,87 ( 2 + 0,261 x cos 84 ,87 )


P14 = 0,0616 = 0,0113 m
1 + cos 84 ,87

sin 84 ,87 (2 + 0,261 x cos 84 ,87 )


P15 = 0,1232 = 0,0226 m
1 + cos 84 ,87

sin 84 ,87 ( 2 + 0,261 x cos 84 ,87 )


P16 = 0,1568 = 0,0287 m
1 + cos 84 ,87

P1 + P16
P − P0 = ∑ → m1 = 715 g
n

0,0345 + 0,0399
=∑ → m1 = 0,00465 m
16
n = 16

P1 + P16
P − P0 = ∑ → m 2 = 1375 g
n

0,0345 + 0,311
=∑ → m1 = 0,036 m
16
n = 16

Wahyu Afridinata
0710017211022
Laporan Praktikum Fenomena Dasar Mesin
Jurusan Teknik Mesin
Universitas Bung Hatta – Padang

P1 + P16
P − P0 = ∑ → m 3 = 1415 g
n

0,0345 + 0,311
=∑ → m1 = 0,0033 m
16
n = 16

7.Beban aksial (Wa)

W1 = P − P0 xAaksialxP oli

= 0,00465 x0,0048 x860 kg / m 3

=0,019 kg

Aaksial = PxL

= 0,008 x 0,006 m 2

W 2 = P −P0 xAaksialxP oli

= 0,036 x 0,0048 x860 kg / m 3

=0,1486 kg

W3 = P −P0 xAaksialxP oli

= 0,0033 x0,0048 x860 kg / m 3

=0,136 kg

8. Beban radial (Wb)

Wb = P −P0 xAradialxP oli

πxpxL 3,14 x0,0048


Aradial = = = 0,00376 m 2
4 4

Wahyu Afridinata
0710017211022
Laporan Praktikum Fenomena Dasar Mesin
Jurusan Teknik Mesin
Universitas Bung Hatta – Padang

Wb1 = 0.00465 x 0,00376 x860 kg / m 3

=0,015 kg

Wb 2 = 0,036 x0,00376 x860 kg / m 3

=0,1164 kg

Wb 3 = 0,0033 x0,00376 x860 kg / m 3

= 0,0136 kg

4.4. Analisa hasil pembahasan

Pada percobaan yang dilakukan terlihat bahwa distribusi tekanan yang

berbeda-beda pada setiap pipa pelumas. Semakin tinggi dan semakin besar beban

yang diberikan maka tekanan yang terlihat pada pipa oli mengalami kenaikan

yang cukup tinggi. Sedangkan semakin kurang atau semakin kecil beban yang

diberikan maka tekanan yang terjadi terlihat pada turunnya ketinggian pada pipa

oli pelumas.

Wahyu Afridinata
0710017211022
Laporan Praktikum Fenomena Dasar Mesin
Jurusan Teknik Mesin
Universitas Bung Hatta – Padang

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Pada percobaan yang telah dilakukan pada objek bantalan luncur maka

dapat diambil kesimpulan bahwa, dengan adanya minyak pelumas yang

digunakan sebagai perantara antara bantalan luncur dengan poros mesin maka

putaran poros dapat berlangsung dengan baik dan dapat mengurangi gesekan yang

diakibatkan oleh poros yang berbeban.

Dari pipa oli tekanan kita juga dapat mengetahui pada bagian mana

dari bantalan luncur poros mesin lebih tertumpu, yang apabila tertumpu maka

pipa oli tekanan akan memperlihatkan kenaikan. Pada percobaan juga terbukti

bahwa temperature sangat berhubungan dengan kekentalan (oli). Temperature

tinggi diakibatkan oleh gesekan bantalan dengan poros mesin dengan perantara

pelumas oli. Pada keadaan poros berpuatar sehingga temperature tinggi

mengakibatkan kekentalan berkuran sehingga juga dapat mengakibatkan kenaikan

ketinggian pada pipa oli tekanan.

Wahyu Afridinata
0710017211022
Laporan Praktikum Fenomena Dasar Mesin
Jurusan Teknik Mesin
Universitas Bung Hatta – Padang

5.2. Saran

Dalam melihat hasil ketinggian oli pelumas, harus lebih teliti, sehingga

hasilyang didapat lebih akurat. Dalam pengambilan data tekanan tunggu sampai

distribusi tekanan tetap dan merata.

DAFTAR PUSTAKA

Sularso. “ Dasar-dasar Perencanaan dan pemilihan Elemen Mesin “, edisi ke

sempbilan. Pt Pradnya Paramita; Jakarta, 1997.

Stock & Kros. “Elemen Konstruksi bangunan Mesin”, edisi ke 21. penerbit

Erlangga. Jakarta, 1986.

Wahyu Afridinata
0710017211022

You might also like