Professional Documents
Culture Documents
1. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Puisi merupakan genre sastra yang memiliki daya pengimajian yang tinggi.
Oleh karena itu puisi menempati posisi yang istimewa, dianggap sebagai bentuk
sastra yang paling sastra. Bahasa estetis yang ditampilkan paling padat, sublim liar,
dan elok. Teew dalam Wijoto (2001) memandang bahwa puisi-puisi di Indonesia
memiliki beberapa diksi yang menmpati peringkat estetis yang tinggi. Diksi-diksi
yang digunakan dalam puisi seakan-akan membangkitkan mitologi kesucian puisi
dari diksi khalayak riuh. Diksi-diksi itu seperti cinta, dendam, lembah, kematian,
keabadian, sunyi, sepi, ilalang yang merupakan kata yang sudah tidak asing lagi.
Hampir di setipa puisi menghadirkan kosa kata yang demikian.
Kumpulan sajak ”Nikah Ilalang” karya Dorothea Rosa Herliany juga banyak
memunculkan diksi yang sudah tidak awam bagi pembaca puisi. Hal itu dapat dilihat
dari beberapa judul yang menghiasi halaman daftar isi. Dari judul tesebut pembaca
sudah dapat melihat diksi yang dimaksud, seperti: Nikah Ilalang, Prosa Daundaun,
Puisi Keabadian, Puisi Keakasih, dan Sajak Bercinta. Jika ingin membaca lebih
lanjut, maka pembaca dapat menemukan ratusan diksi yang bernilai sangat estetis dan
menampilkan suasana perlawanan untuk mensejajarkan kedudukan antara pribadi dan
perempuan, meskipun hanya melalui bahasa puisi.
Kumpulan sajak ini berisi 112 puisi dengan tema yang hampir sama, namun
subjek yang spesifik dengan gender dan emansipasi diambil 25 puisi yang relevan.
Dorothea Rosa Herliany, lahir di Magelang, 20 Oktober 1963. ia merupakan
salah satu penulis perempuan yang sangat potensial. Hal itu ditunjukkan melalui
karya-karyanya yang terhampar baik di dalam negeri maupun di luar negeri, seperti:
Horison, Kompas, Solidarity (Filipina), dan Heat (Australia).
Buku kumpulan puisi yang sudah terbit antara lain: Nyanyian Gaduh (1987),
Kepompong Sunyi (1993), Nikah Ilalang (1995), MimpiGugur Daun Zaitun (1999).
Kumpulan puisi ini sangat sesuai dikaji secara struktural semiotik dan
feminisme karena seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa kumpulan puisi ini
memiliki ratusan diksi dan bahasa kiasan yang bernilai sangat estetis dan
menampilkan suasana perlawanan untuk mensejajarkan kedudukan antara pria dan
perempuan. Selain itu, puisi ini memang sangat menarik karena Dorothea mampu
mengungkapkan kekuatan rasa keperempuanannya yang sangat tinggi dan mendalam
melalui rangkaian kata-katanya setiap tulisannya dalam kumpulan puisi ini. Seperti
yang dikemukakan oleh Alka (2005) bahwa kompleksitas rasa pada perempuan
memiliki daya penggugah yang cukup kuat untuk menulis puisi. Perasaan pada
perempuan begitu dalam. Karena itu, potensi perempuan dalam menulis puisi
kemungkinan dapat melebihi laki-laki. Perempuan mampu mengubah kekuatan
perasaannya membentuk aksara di atas kertas, membawa kata menjadi bermakna,
menjadikan imajinasi penuh rasa. Dan mengungkap realitas dengan perasaan yang
dalam menjadi puisi yang terurai dan berkembang. Hal semacam itulah yang dimiliki
oleh Dorothea yang tertuang melalui kumpulan sajak ”Nikah Ilalang” ini.
B. Rumusan Masalah
2) Bagaimana diksi dan kiasan bahasa tersebut menunjukkan adanya gender dan
emansipasi wanita dalam kumpulan sajak ”Nikah Ilalang” karya Dorothea
Rosa Herliany?
C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, tujuan penelitian ini
sebagai berikut.
D. Manfaat Penelitian
1) Manfaat Teoretis
2. Manfaat Praksis
2. Kajian Pustaka
A. Kajian Teoretis
1) Strukturalisme Semiotik
Semiotik sendiri berasal dari kata Yunani “semeion”, yang berarti tanda.
Semiotik adalah cabang ilmu yang berurusan dengan pengkajian tanda dan segala
sesuatu yang berhubungan dengan tanda, seperti sistam tanda dan proses yang
berlaku bagi penggunaan tanda (van Zoest, 1993: 1). Lebih lanjut Preminger
(Pradopo, 2003: 19) semiotik itu mempelajari sistem-sistem, aturan-aturan, dan
konvensi-konvensi yang memungkinkan tanda-tanda tersebut mempunyai arti.
Tanda adalah sesuatu yang mewakili sesuatu yang lain yang dapat berupa
pengalaman, pikiran, perasaan, gagasan, dan sebagainya (Nurgiyantoro, 2002:
40).
Semiotik memiliki dua konsep yang dikemukakan oleh dua tokoh yang
berbeda.
1. Konsep Saussure
Bahasa merupakan sistem tanda yang mewakili sesuatu yang lain yang
disebut makna. Bahasa sebagai sistem tanda tersebut mewakili dua unsur
(diadik) yang tak terpisahkan: signifier dan signified, signifiant dan signifie,
atau penanda dan petanda.
2. Konsep Peirce
(1) Qualisigns
2. Sinsigns
2. Legisigns
1. Ikon
2. Indeks
3. Simbol
1. Pembacaan Heuristik
2. Pembacaan Hermeneutik
3. Nonsence, kata-kata yang secara lingual tidak bermakna karena adanya permainan
bunyi. Misal: “pot pot pot” (Amuk karya Sutardji Calzoum Bachri)
Dalam penelitian kali ini teori yang digunakan adalah teori Saussure
antara penanda dan petanda. Berkaitan dengan pengkajian puisi ini maka
konvensi sastra yang digunakan adalah diksi dan bahasa kiasan.
Diksi merupakan pemilihan kata yang tepat, padat, dan kaya akan
nuansa makna dan suasana sehingga mampu mengembangkan dan
mempengaruhi daya imajinasi pembaca (Tjahjono, 1990: 59). Diksi dalam
puisi dapat menggunakan makna denotatif mupun makna konotatif.
1. Penyimpangan semantis
2. Register
2. Bahasa Kiasan
Bahasa kiasan adalah pemberian makna lain dari suatu ungkapan, atau
memisalkan sesuatu untuk menyatakan sesuatu yang lain (Semi, 1986: 50).
(1) metafora
(2) personifikasi
(3) metonimia
(4) hiperbola
(6) alegori
3. Teori Feminisme
Menurut Teew (dalam Ratna, 2004: 183-184) ada beberapa indikator yang
dianggap telah memicu lahirnya gerakan feminis di dunia barat, yaitu:
a. Berkembangnya teknik kontrasepsi, yang memungkinkan perempuan
melepaskan diri dari kekuasaan laki-laki.
d. sekularisasi,
Jadi bisa dikatakan bahwa gerakan feminis adalah suatu gerakan untuk
mendobrak tataran sosial secara keseluruhan terhadap nilai-nilai perempuan agar
mendapatkan kedudukan dan derajat yang sama baik dalam bidang sosial pilitik,
ekonomi, dan hukum seperti yang diperoleh oleh laki-laki selama ini.
a. dengan kritik sastra feminis kita mampu menafsirkan kembali serta menilai
kembali seluruh karya sastra yang dihasilkan di abad silam;
b. kritik sastra feminis ginokritik: kritik sastra yang mencoba mencari jawaban
atas pertanyaan-pertanyaan mendasar, seperti apakah para perempuan
penulis merupakan kelompok khusus, dan ada perbedaan antar tulisan
perempuan dan tulisan laki-laki;
c. kritik sastra feminis sosial atau kritik sastra marxis: kritik sastra feminis
yang meneliti tokoh-tokoh pertempuan dari sudut pandang sosialis, yaitu
kelas-kelas masyarakat;
e. kritik sastra feminis lesbian: kritik sastra feminis yang hanya meneliti
penulis dan tokoh perempuan saja. Pengkritik sastra lesbian memiliki
tujuan mengembangkan definisi ioni dapat diterapkan pada diri penulis
atau karyanya. Namun karena beberapa faktor, kritik ini masih sangat
terbatas kajiannya;
f. kritik sastra feminis ras atau kritik sastra feminis etnik: kritik sastra feminis
yang ingin membuktikan kebenaran sekelompok penulis feminis etnik
beserta karya-karyanya.
Istilah patriarki sendiri oleh Millet dalam Selden (1996: 139) mengartikan
sebagai ”pemerintahan ayah” untuk menguraikan sebab penindasan wanita.
Patriarki meletakkan perempuan di bawah laki-laki atau memperlakukan
perempuan sebagai inferioritas. Sistem patriarki yang telah mengakar dalam
budaya masyarakat tradisional ini yang ingin didekonstruksi oleh kaum feminis.
Penelitian yang seperti ini pernah dilakukan oleh Rulin Dwi Wahyuningsih
dengan judul skripsi “Kajian Struktural Semiotik terhadap Kumpulan Puisi Kubur
Penyair Karya Tjahjono Widarmanto” pada tahun 2003 yang lalu. Hasil penelitian ini
memberikan deskripsi tentang kajian struktural semiotik pada puisi yang difokuskan
pada konsep triadik Charles Sander Peirce yaitu ikon, indeks, dan simbol.
Pengungkapan konsep triadik tersebut diawali dengan menunjukkan konvensi sastra
seperti diksi, bunyi, dan bahasa kiasan ddngan terperinci yang kemudian
pembongkaran maknanya dikaitkan dengan ikon, indeks, dan simbol yang ada dalam
kumpulan puisi tersebut. Namun, penelitian ini hanya berhenti pada pemberian
muatan makna pada ikon, indeks, dan simbol saja, tidak dilanjutkan pada pada
pemberian makna yang lebih mendalam. Penelitian ini akan menjadi sangat menarik
apabila dilakukan analisis yang lebih dalam dengan cara mengaitkan ikon, indeks dan
simbol tersebut dengan kehidupan masyarakat. Dengan demikian, kajian tersebut
akan menjadi kajian interdisipliner karena mengaitkan dengan sosiologi, psikologi,
atau teori sastra yang lain.
Pada penelitian kali ini, dengan bidang penelitian interdisipliner yang belum
banyak ditemukan karena fokus kajian ini menekankan unsur feminis pada kumpulan
puisi. Sebelumya, pendekatan feminis ini lebih banyak digunakan pada cerpen dan
novel. Jadi, penelitian ini mencoba memberikan gambaran yang baru tentang
penggunaan diksi dan bahasa kiasan yang mencerminkan gender dan emansipasi
wanita. Untuk mendapatkan makna yang lebih mendalam digunakan bantuan
pendekatan struktural semiotik yaitu untuk membongkar unsur konvensi sastra
khususnya diksi dan bahasa kiasan, sehingga diharapkan penelitian ini akan
mendapatkan hasil yang sesuai dengan fokus permasalahan yang diambil.
3. Metode Penelitian
A. Pendekatan Penelitian
Kumpulan sajak “Nikah Ilalang” tersebut berjumlah 112 puisi namun data
yang diambil untuk penelitian ini hanya 25 puisi yang dianggap paling relevan
dengan fokus kajian.
2. Teknik Pengumpulan Data
1. menentukan fokus kajian yang akan menjadi topik utama dalam penelitian ini
yaitu analisis gender dan emansipasi wanita dalam kumpulan sajak “Nikah
Ilalang” Karya Dorothea Rosa Herliany.
Kegiatan pengumpulan data tersebut dilakukan selama dua bulan yaitu bulan
Mei dan Juni 2007. pengumpulan data itu diperoleh melalui perpustakaan kampus,
buku-buku pribadi, data-data dari internet dan jurnal sastra, serta buku-buku pinjaman
dari teman.
F. Jadwal Penelitian
Penelitian ini dijadwalkan selama enam bulan dengan deskripsi kerja sebagai
berikut.
1 2 3 4 5 6
1. Persiapan Penelitian
a. Pembuatan Proposal X
b. Studi Pendahuluan X X
2. Pelaksanaan Penelitian
a. Pengumpulan Data X X
c. Analisis Data
3. Laporan penelitian
b. Penyempurnaan Draf X X
H. Biaya Penelitian
Biaya yang telah digunakan dalam penelitian ini sejumlah Rp 3.650.000. biaya
tersebut dialokasikan sebagai berikut :
1. Honorarium
Guru 500.000
200.000
4. Laporan penelitian
1.050.000
5. Seminar
Seminar Proposal 200.000
450.000
6. Biaya lain-lain
400.000
Rekapitulasi Dana :
1. Honorarium 800.000
5. Seminar 450.000
3.650.000
4. Daftar Rujukan
Alka, David Krisna. 2005. Perempuan Menulis Puisi. Tersedia pada
http://www.sinarharapan.co.id. Diakses 3 Juni 2007
Cavallaro, Dani. 2004. Critical and Cultural Theory: Teori Kritis dan Teori Budaya.
Yogyakarta: Niagara
Hariwijaya, M. dan Bisri M. Djaelani. 2006. Teknik Menulis Skripsi & Thesis.
Cetakan ketiga. Yogyakarta: Zenith Publisher
Herliany, Dorothea Rosa. 2003. Nikah Ilalang: Kumpulan Sajak. Cetakan Kedua.
Magelang: Indonesiatera
Kaswadi. 2006. Diksi dan Gaya Bahasa Cerpen “Nostalgia” Karya Danarto.
Prasasti: Jurnal Ilmu Sastra dan Seni. 18: 122-130
Luxemburg, Jan Van, dkk. 1989. Pengantar Ilmu Sastra. Jakarta: Gramedia
Malna, Afrizal. 1995. Dunia Gender dari Penyair Perempuan dan Diksi laki-laki.
Dalam Herliany, Dorothea Rosa. 2003. Nikah Ilalang: Kumpulan Sajak.
Cetakan Kedua. Magelang: Indonesiatera
Moleong,...........................................
Najid, Moh. 2003. Mengenal Apresiasi Prosa Fiksi. Surabaya: Unesa University
Rahmania. 2001. ”Peranan dan Citra Tokoh Wanita dalam Kumpulan Cerpen Hati
Perempuan Karya Nia Sutiara”. Skripsi tidak diterbitkan. Surabaya.
Surabaya: JBSI FBS Unesa
Ratna, Nyoman Kutha. 2004. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Selden, Raman. 1996. Panduan Pembaca Teori Sastra Masa Kini. Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press
Semi, Atar. 1986. Anatomi Sastra. Bandung: Angkasa Raya
Stiegler, Bernd. 2001. Strukturalisme dan Semiotik. (terj. Maya Barmazi). Tersedia
pada http://www.cybersastra.net. Diakses pada tanggal 4 Mei 2007
Van Zoest, Aart. 1993. Semiotika: tentang tanda, cara kerjanya dan apa yang kita
lakukan dengannya. (terj. Ani Soekawati). Jakarta: Yayasan Sumber Agung
Wijoto, Ribut. 2001. Strategi Tekstual Pastiche pada Puisi “Migrasi dari Kamar
mandi”. Tersedia pada http://www.cybersastra.net. Diakses 20 April 2007
Ur Visit
About Me
Rosyi
Jangan pernah mematikan kreativitas Anda!!! Teruslah berkarya! Karena dunia
ada digenggamanmu.... Selamat datang di dunia orang cerdas dan kreatif....
Lihat profil lengkapku
Calender
Ur Opini
<a href="http://www4.shoutmix.com/?rosyida">View shoutbox</a>
Free chat widget @ ShoutMix
Buka Aja....
http://rosyidatulhidayati.blogspot.com
http://nopha-paling-imoet.blogspot.com
http://indonesiaselayangpandang.blogspot.com
http://hannysaja.blogspot.com
http://curutperkutut.blogspot.com
http://ciputthok.blogspot.com
http://adhie_kunthink.blogspot.com
http://abdisejati.blogspot.com
Blog Archive
▼ 2008 (1)
o ▼ Maret (1)
struktural semiotik dan feminisme dalam puisi