Professional Documents
Culture Documents
Karena itu, Badan peradilan harus berusaha untuk menentukan bagaimana sebuah undang-
undang harus ditegakan. Untuk itu,dalam ajaran pembuatan hukum, badan legislatif memiliki
kedudukan lebih tinggi karena membuat suatu hukum, sedankan badan peradilan hanya
pelaksana hukum saja. Dalam praktiknya, dengan melakukan penetapan hukum
(pembangunan hukum baru), para hakim dapat membuat perubahan besar dalam
pelaksanaannya.
Apabila terdapat konflik antara undang-undang dan kasus hukum, ada pendapat bahwa
perundang-undangan akan diutamakan ketika ada ketidakjelasan. Di Kerajaan Inggris hal ini
dikenal sebagai prinsip Parlemen Kekuasaan. Di Australia dan di Amerika Serikat,
pengadilan telah secara konsisten menyatakan bahwa teks undang-undang yang utama
digunakan, tanpa memberikan arti yang mendalam terhadap kata-katanya.
Suatu aturan tidak boleh diinterpretasikan sehingga tidak konsisten dengan aturan yang
lainnya. Dimana terdapat ketidaksesuaian, para Hakim akan mencoba untuk memberikan
interpretasi yang harmonis.
Badan legislatif dapat mencoba untuk mempengaruhi atau membantu pengadilan dalam
menafsirkan hukum yang mereka buat dengan memberikan pernyataan dalam aturan tersebut.
Ketentuan ini memiliki banyak nama yang berbeda, namun biasanya disebut sebagai
Temuan; deklarasi, kadang-kadang dengan sitegaskan dengan Kebijakan atau Pemaknaan
atau Sense of Congress. Ketentuan ini sesuai dengan tujuan badan legislatif dan dapat
memberikan efek yang dikehendaki terhadap suatu aturan.
Seiring waktu, berbagai metode konstruksi Hukum telah tercipta disana-sini. Beberapa
aturan-aturan yang paling dikenal adalah:
Mischief rule, berdasarkan pemikiran dari Heydon Case (1585)Literal rule, dari Lord
Chief Justice (1827)Golden Rule, dari Lord DiplockPurposive approach, dari Drieger