You are on page 1of 10

DASAR-DASAR TASAWUF DALAM AL-QUR’AN DAN AL-HADIS

Sebagaimana telah dijelaskan bahwa tasawuf merupakan pembersihan jiwa dari sifat-sifat
yang jelek pada umumnya orang-orang sufi banyak mengutamakan kehidupan yang bersifat
batin. Akan tetapi, dasar yang dipegang oleh mereka adalah sama, yaitu Al-Qur’an dan Al-Hadis.

1. Landasan Al-Qur’an
Setiap muslim kapan dan di manapun dibebani tanggung jawab untuk memahami dan
melaksanakan kandungan yang ada dalam Al-Qur’an, dalam bentuk amalan yang nyata. Jika
pemahaman terhadap nash tidak diimbangi dengan pengamalannya, akan terjadi kesenjangan.
Ketika Aisyah ditanya oleh sahabat tetang ahlak Rasulullah, ia menjawab, ”Al-Qur’an”. Para
sahabat beliau terkenal sebagai orang-orang yang banyak menghafalkan isi A-Qur’an, kemudian
menyebarkannya kepada orang lain dengan disertai pengalaman atau penjiwaan terhadap isinya.
Mereka berusaha menerapkan ahlak atau perilakunya dengan mencontih ahlak Rasullah SAW.,
yakni ahlak Al-Qur’an.
Dalam ha; inilah, tasawuf pada tahap pembentukannya adalah ahlak atau keagamaan, dan
moral keagamaan ini banyak diatur dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah. Jelas, sumber pertamanya
adalah ajaran-ajaran Islam sebab dalam tasawuf sitimba dari Al-Qur’an, As-Sunnah, amalan-
amalan, serta ucapan para sahabat. Amalan dan ucapan para sahabat itu tentu saja tidak kelur
dari ruang lingkup Al-Qur’an dan As-Sunnah. Dengan begitu, justru dua sumber utama tasawuf
adalah Al-Qur’an dan As-Sunnah itu sendiri.
Abi Nashr As-Siraj Ath-Thusi, dalam kitabnya Al-luma, melihat bahwa dari Al-Qur’an dan
As-Sunnah itulah, para sufi pertama-tama mendasarkan pendapat-pendapat mereka tentang moral
dan tingkahlaku, keriduan dan kecintaan kapada Ilahi,ma’rifah, suluk (jalan), dan juga latihan-
latihan rohaniah mereka, yang mereka susun demi terealisasinya tujuan-tujuan mistis.
Lebih lanjut Ath-Thusi mengemukakan bagaimana sufi secara khusus lebih menaruh
perhatian terhadap moral luhur dan sifat serta amalan utama. Hal ini demi mengikuti Nabi, para
sahabat, dan orang-orang setelah beliau. Ini semua menurut Ath-Thusi, “Ilmunya dapat dijejaki
dalam kitab Allah SWT., yakni Al-Qur’an”
Secara umum, ajaran Islam mengatur kehidupan yang bersifat lahiriah dan batiniah.
Pemahaman terhadap unsure kehidupan yang bersifat batiniah melahirkan tasawuf. Unsure

1
kehidupan ini mendapat perhatian yang cukup besar dari ajaran Islam. Al-Qur’an dan As-
Sunnah, serta peraktik kehidupan Nabi dan para sahabatnya.
Abu Al-wafa’ Al-Ganimi At-Taftazani mengatakan bahwa semua tahapan (maqamat) dan
keadaan (akhwal) para sufi, yang pada dasarnya merupakan tema pokok ajaran tasawuf,
berlandaskan Al-Qur’an.
Berdasarkan landasan tersebut seperti dikemukakan di bawah ini:
a. Tentang penggemblengan jiwa (mujahadah an-nafs), antara lain Allah SWT berfirman:

‫ﻭﺍﻠﺫﻴﻥﺠﺎﻫﺩﻭﺍﻓﻴﻨﺎﻴﻨﻬﻡﺴﺒﻠﻨﺎﻭﺍﻥﺍﻠﻠﻪﻠﻤﻊﺍﻠﻤﺤﺴﻨﻴﻥ‬
Dan orang-orang yang berjihat untuk (mencari keridhoaan ) Kami, benar-benar Kami akan
tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta
orang-orang yang berbuat baik. (Q.S. Al-Ankabut [29]: 69)

Firman Allah yang lain


‫ﻭﺃﻩﺎﻩﻥﺨﺎﻑﻤﻗﺎﻡﺭﺒﻪﻭﻨﻬﻰﺍﻠﻨﻓﺱﻋﻥﺍﻠﻬﻭﻯﻔﺈﻥﺍﻠﺠﻨﺔﻫﻲﺍﻠﻤﺄﻭﻯ‬
Adapun orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan
hawa nafsunya maka sesungguhnya surgalah tempat tinggalnya. (Q.S. An-Nazi’at [79]: 40-41).

b. Tentang maqam taqwa, antara lain, Allah SWT berfirman

‫ﻴﺎﻴﻬﺎﺍﻠﻨﺎﺱﺍﻨﺎﺨﻠﻗﻨﺎﻜﻡﻤﻥﺫﻜﺭﻭﺍﻨﺜﻰﻭﺠﻌﻠﻨﻜﻡﺸﻌﻭﺒﺎﻭﻗﺒﺎﺌﻝﻠﺘﻌﺎﺭﻓﻭﺍﺍﻥﺍﻜﺭﻤﻜﻡﻋﻥﺩﺍﻠﻠﻪﺍﺘﻘﻜﻡﺍﻥﺍﻠﻠﻪﻋﻠﻴﻡﺨﺒﻴﺭ‬
Hai manusia, seungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang
perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling
mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah adalah orang
yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha
mengenal. (Q.S. Al-Hujurat [49]: 13)

c. Tentang maqam zuhd, Allah SWT berfirman.

‫ﻘﻝﻤﺘﺎﻉﺍﻠﺩﻨﻴﺎﻗﻠﻴﻝﻭﺍﻻﺨﺭﺓﻠﻤﻥﺍﺘﻗﻰﻭﻻﺘﻅﻠﻤﻭﻥﻓﺘﻴﻼ‬

2
Katakanlah , “kesenangan di dunia ini hanya sebentar dan akhirat itu lebih baik untuk
orang-orang yang bertakwa dan kamu tidak akan dianiaya sedikitpun” (Q.S. An-Nisa [4]: 77)

d. Tentang maqam tobat,AllahSWTberfirman

‫ﻴﺎﻴﻬﺎﺍﻠﺫﻴﻥﺍﻤﻨﻭﺍﺘﻭﺒﻭﺍﺍﻠﻰﺍﻠﻠﻪﺘﻭﺒﺔﻨﺼﻭﺤﺎﻋﺴﻰﺭﺒﻜﻡﺍﻥﻴﻜﻔﺭﻋﻨﻜﻡﺴﻴﺄﺘﻜﻡﻭﻴﺩﺨﻠﻜﻡﺠﻨﺕﺘﺠﺭﻤﻥﺘﺤﺘﻬﺎﺍﻻﻨﻬﺭﻴﻭﻡﻻﻴﺨﺯﻯﺍﻠﻠﻪﺍﻠﻨﺒﻲ‬

‫ﻭﺍﻠﺫﻴﻥﺍﻤﻨﻭﺍﻤﻌﻪﻨﻭﺭﻫﻡﻴﺴﻌﻰﺒﻴﻥﺍﻴﺩﻴﻬﻡﻭﺒﺎﻴﻩﺎﻨﻬﻡﻴﻗﻭﻠﻭﻥﺭﺒﻨﺎﺍﺘﻤﻡﻠﻨﺎﻨﻭﺭﻨﺎﻭﺍﻏﻓﺭﻠﻨﺎﺍﻨﻙﻋﻠﻰﻜﻝﺸﻲﺀﻗﺩﻴﺭ‬

Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubat yang sebenar-
benarnya, mudah-mudahan Tuhan kamu akan menghapus kesalahan-kesalahan dan
memasukkan kamu ke dalam surga yang mengalirdi bawahnya sungai-sungai, pada hari ketika
Allah tidak menghinakan Nabi dan orang-orang beriman bersama dengan dia, sedangkan
cahaya mereka memancar di hadapan dan di sebelah kanan mereka, sambil mengatakan “Ya
Tuhan kami, sempurnakanlah bagi kami cahaya kami, sesungguhnya Engkau Mahakuasa atas
segala sesuatu.” (Q.S. At-Tahrim [66]: 8)

e. Tentang maqam tawakal, menurut para sufi, berlandaskan pada firman-firman Allah
SWT berikut ini.

‫ﻭﻤﻥﻴﺘﻭﻜﻝﻋﻠﻰﺍﻠﻠﻪﻓﻬﻭﺤﺴﺒﻪ‬

Dan barang siapa bertawakkal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan
(keperluan)nya (Q.S. Ath-Thalaq [65]: 3)

f. Tentang maqam syukur, antara lain berlandaskan pada firman-firman Allah SWT berikut.

‫ﻠﺌﻥﺸﻜﺭﺘﻡﻻﺯﻴﺩﻨﻜﻡ‬

Sesungguhnya jika kamu bersyukur pasti Kami akan menambahkan (nikmat) kepadamu
(Q.S. Ali-Ibrahim [14]: 7)
g. Maqam shabar, berlandaskan pada firman-firman Allah SWT berikut.

3
‫ﻭﺒﺸﺭﺍﻠﺼﺒﺭﻴﻥ‬
Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. (Q.S. Al-Baqarah [2]:
155)
h. Maqam rida berlandaskan pada firman Allah SWT berikut

‫ﺭﻀﻲﺍﻠﻠﻪﻋﻨﻬﻡﻭﺭﻀﻭﺍﻋﻨﻪ‬
Allah rela terhadap mereka, dan mereka pun rela terhadap-Nya (Q.S. Al-Ma’idah [5]: 119)

i. Tentang kemungkinan manusia dapat saling mencintai (mahbbah) dengan Tuhan, hal itu
difirmankan Allah dalam ayat-ayat Al-Qur’an sbb.

‫ﻴﺎﻴﻬﺎﺍﻠﺫﻴﻥﺍﻤﻨﻭﺍﻤﻥﻴﺭﺘﺩﻤﻨﻜﻡﻋﻥﺩﻴﻨﻪﻔﺴﻭﻑﻴﺄﺘﻰﺍﻠﻠﻪﺒﻗﻭﻡﻴﺤﺒﻬﻡﻭﻴﺤﺒﻭﻨﻪﺍﺫﻠﺔﻋﻠﻰﺍﻠﻤﺅﻤﻨﻴﻥﺍﻋﺯﺓﻋﻠﻰﺍﻠﻜﻓﺭﻴﻥﻴﺠﺎﻫﺩﻭﻥﻔﻰﺴﺒﻴﻝﺍﻠﻠﻪﻭ‬
‫ﻻﻴﺨﺎﻓﻭﻥﻠﻭﻤﺔﻻﺌﻡﺫﺍﻠﻙﻓﻀﻝﺍﻟﻟﻪﻴﺅﺘﻴﻪﻤﻥﻴﺸﺎﺀﻭﺍﻠﻠﻪﻭﺍﺴﻊﻋﻠﻴﻡ‬
Hai orang-orang yang beriman,barang siapa diantara kamu murtad dari agamanya, kelak
Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan merekapun mencintai-
Nya, yang bersikap emah lembut terhadap orang mukmin, yang bersikap keras terhadap orang –
orang kafir, yang berjihad di jalan Allah, dan yang tidak takut pada celaan orang yang suka
mencela. Itulah karunia Allah, diberikan-Nyakepada siapa yang dikehendaki-nya, dan Allah
Maha luas (pemberin-Nya) dan Maha Mengetahui. (Q.S. Al-Maidah [5]: 54)
j. Tentang maqam ma’rifah, antara lain firman Allah.
‫ﻭﺍﺘﻗﻭﺍﺍﻠﻠﻪﻭﻴﻌﻠﻩﻜﻡﺍﻠﻠﻪﻭﺍﻠﻠﻪﺒﻜﻝﺸﻴﺊﻋﻠﻴﻡ‬
Dan bertakwalah kepada Allah, Allah mengajarmu, dan Allah Maha Mengetahui segala
sesuatu. (Q.S. Al-Baqarah [2]: 282)

k. Tentang hal (kondisi jiwa) muraqabah, firman Allah


‫ﺍﻠﻡﻴﻌﻠﻡﺒﺎﻥﺍﻠﻠﻪﻴﺭﻯ‬
Tidaklah dia mengetahui bahwa sesungguhnya Allah melihat segala perbuatannya. (Q.S.
Al-‘Alaq [96]: 14)
l. Tentang kondisi khauf (takut), antara lain Allah SWT berfirman.
‫ﺍﻨﻤﺎﻼﺍﻠﻜﻡﺍﻠﺸﻴﻁﻥﻴﺨﻭﻑﺍﻭﻠﻴﺎﺀﻩﻔﻼﺘﺨﺎﻓﻭﻫﻡﻭﺨﺎﻓﻭﻥﺍﻥﻜﻨﺘﻡﻤﺅﻤﻨﻭﻥ‬

4
Sesungguhnya mereka itu tidak lain hanyalah setan-setan yang menakuti (kamu)dengan
kawan-kawannya (orang yang musyrik Quraisy), karena itu janganlah kamu takut kepada
mereka, tetapi takutlah lepada-Ku jika kamu benar-benar orang yang beriman. (Q.S. Ali-Imran
[3]: 175)

m. Tentang kondisi raja’ (harap), Allah SWT berfirman


‫ﻤﻥﻜﺎﻥﻴﺭﺠﻭﺍﻠﻗﺎﺀﺍﻠﻠﻪﻔﺈﻥﺍﺠﻝﺍﻠﻠﻪﻻﺕﻭﻫﻭﺍﻠﺴﻴﻊﺍﻠﻌﻠﻴﻡ‬
Barang siapa yang mengharap pertemuan dengan Allah maka sesungguhnya waktu (yang
dijadikan) Allah itu pasti dating. Dan Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.
(Q.S. Al-Ankabut [29]: 5)

n. Tentang kondisi tuma’ninah, firman Allah


‫ﺍﻠﺫﻴﻥﻤﻨﻭﺍﻭﺘﻁﻤﺌﻥﻗﻠﻭﺒﻬﻡﺒﺫﻜﺭﺍﻠﻠﻪﺍﻻﺒﺫﻜﺭﺍﻠﻠﻪﺘﻁﻤﺌﻥﺍﻠﻗﻠﻭﺏ‬
(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tentram dengan mengingat
Allah, Ingat, hanya dengan mengingat Allah-lah, hati menjadi tentram. (Q.S. Ar-Ra’d [13]: 28)

2. Landasan hadis
Pada perinsipnya, banyak yang mengajak manusia agar mencintai Allah dengan hati yang
bersih. Berikut ini matan hadis yang dipahami dengan pendekatan tasawuf.
‫ﻤﻥﻋﺭﻑﻨﻓﺴﻪﻓﻗﺩﻋﺭﻑﺭﺒﻪ‬
Barang siapa yang mengenal dirinya sendiri, maka dia akan mengenal Tuhannya.

Hadis di atas, di samping melukiskan kedekatan hubungan antara Tuhan dan manusia,
sekaligus mengisyaratkan arti bahwamanusia dan Tuhan adalah satu. Oleh sebab itu, barang
siapa yang mengenal Tuhan, cukup mengenal dan merenungkan perihal sendiri.
‫ﻜﻨﺕﻜﻨﺯﺍﻤﺨﻓﻴﺎﻓﺄﺤﺒﺒﺕﺃﻥﺃﻋﺭﻑﻓﺨﻠﻗﺕﺍﻠﺨﻠﻕﻓﺒﻲﻋﺭﻔﻭﻨﻲ‬
Aku pada mulanya adalah harta yang tersembunyi , kemudian Aku ingin dikenal maka Ku-
ciptakan mahluk dan melalui Aku, merekapun kenal kepada-Ku.

Hadis tersebut menyatakan bahwa Tuhan ingin dikenal, dan untuk dikenal,Tuhan
menciptakan makhluk. Hal ini berarti bahwa Tuhan dengan makhluk adalah satu karena melalui
makhluk, Tuhan dikenal.

5
Dalam kehidupan Nabi Muhammad SAW. Juga terdapat petunjuk yang menggambarkan
bahwa dirinya adalah seorang sufi. Beliau telah melakukan pengangsian diri ke Gua Hira’
menjelang datangnya wahyu. Beliau menjauhi pola hidup kebendaan, yang pada waktu itu, orang
Arab tengah tanggelam di dalamnya, seperti dalam praktik perdagangan yang didasarkan pada
prinsip menghalalkan segala cara.

Sejarah Lahir dan Perkembangan Tasawuf dari Masa ke Masa


A. SEJARAH LAHIRNYA TASAWUF
Tasawuf dalam Islam, menurut ahli sejarah, sebagai ilmu yang berdiri sendiri, lahir sekitar
ahir abad kedua atau awal abad ketiga hijriah. Pembicaraan para ahli tentang lahirnya Tasawuf
lebih banyak menyoroti factor-faktor yang mendorong kelahiran Tasawuf. Factor-faktor tersebut
antara lain:
1. Factor Ekstern
Pendapat yang dikemukakan sekitar factor ekstern ini antara lain
a. Tasawuf lahir karena pengaruh dari paham Kristen yang menjauhi dunia dan hidup
mengasingkan diri di biara-biara. Sikap hidup menjauhi dunia dan keramaian manisia ini
memang terlihat jelas dalam prilaku para sufi dengan paham zuhud yang mereka anut.
b. Tasawuf lahir karena pengaruh dari filsafat phytagoras yang berpendapat bahwa roh
manusia kekal dan berada di dunia sebagai orang asing. Badan dan raga adalah penjara bagi roh.
Jadi untuk mencapai kabahagiaan yang sebenarnya dalam samawi, seorang harus membersihkan
roh tersebut dengan hidup meninggalkan materi dan berkontemplasi.
c. Munculnya Tasawuf dalam Islam sebagai pengaruh dari filsafat emanasi Platinus yang
membawa paham bahwa wujud memancar dari zat Tuhan. Masuknya roh ke dalam materi
membuatnya menjadi kotor.
d. Tasawuf lahir atas pengaruh paham nirwana. Menurut ajaran Budha bahwa seorang harus
meninggalkan dunia dan melakukan kontemplasi. Lebih lanjut dikatakan, faham fana dalam
Tasawuf Islam mirip sekali dengan paham nirwana dalam ajaran Budha.
e. Karena pengaruh ajaran Hinduisme yang mendorong manusia meninggalkan dunia dan
berupaya mendekatkan diri kepada Tuhan demi tercapainya persatuan antara Atman dan
Brahman.
2. Factor Intern.

6
Sebagai ahli menekankan factor intern. Menurut mereka, lahinya Tasawuf Islam
dilatarbelakangi oleh factor-faktor yang ada dalam Islam itu sendiri, bukan karena pengaruh dari
luar.
Factor-faktor intern itu ditemukan dalam Al-Qur’an, Al-Hadis, dan perilaku Nabi
Muhammad SAW. Dalam Al-Qur’an ayat-ayat tertentu yang dapat mambawa paham-paham
mistis. Hal inilah yang menyebabkan timbulnya teori bahwa paham Tasawuf ini yang muncul,
tumbuh dan berkembang dari dalam Islam sendiri, bukan karena pengaruh dari luar. Firman
Allah SWT
‫ﻭﺍﺫﺴﺎﻠﻙﻋﺒﺎﺩﻱﻋﻨﻰﻔﺎﻥﻗﺭﻴﺏﺍﺠﻴﺏﺩﻋﻭﺓﺍﻠﺩﺍﻉﺍﺫﺍﺩﻋﺎﻥ‬
Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, (jawablah) bahwasanya
Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdo’a apabila ia memohon
kepada-Ku. (Q.S. Al-Baqarah [2]: 186)

Dalam ayat lain Allah memprjelas kedekatan-Nya dengan manusia, bahwa lebih dekat
daripada pembuluh darah yang ada di leher manusia itu sendiri. Bahkan kemanapun wajah
manusia itu menghadap, ia selalu berjumpa dengan Tuhan.

Hadis yang dipandang mengilhami lahirnya Tasawuf di dunia Islam adalah sabda Nabi,
‫ﻤﻥﻋﺭﻑﻨﻓﺴﻪﻓﻗﺩﻋﺭﻑﺭﺒﻪ‬

B. SEJARAH PERKEMBANGAN TASAWUF DARI MASA KE MASA


Melacak sejarah perkembangan Tasawuf tidak dapat dimulai hanya ketika Tasawuf mulai
dikaji menjadi sebuah ilmu, melainkan perlu diteliti sejak zaman Rasulullah.
Istilah sufi pertamakali dipakai oleh Abu Hasyim (w. 780 M), seorang zahid dari syiria.

Dalam sejarah perkembangannya, ajaran kaum sufi dapat dibedakan dalam beberapa
periode, dan setiap periode tersebut mempunyai karakteristik dan tokoh masing-masing. Perode
tersebut adalah:
1. Abad pertama dan kedua Hijriah
2. Abad ketiga dan keempat Hijriah
3. Abad keenam, ketujuh, dan kedelapan Hijriah

7
4. Abad kesembilan, kesepuluh Hijriah, dan sesudahnya.

Perkembangan Tasawuf pada Abad Pertama dan Kedua Hijriah


a. Perkembangan Tasawuf pada Masa Sahabat
1. Abu Bakar Ash-Siddiq (w. 13 H)
2. Umar bin Khattab (w. 23 H)
3. Usman bin Affan (w. 35 H)
4. Ali bin Abi Thalib (w. 40 H)
5. Salman Alfarisi
6. Abu zar al-Ghifary
7. Ammar bin Yasir
8. Huzaidah bin Al-Yaman
9. Miqdad bin Aswad

b. Perkembangan Tasawuf pada Masa Tabi’in


Tokoh-tokoh sufi dari kalangan tabi’in merupakan mired dari para tokoh sufi dari kalangan
sahabat. Meskipun masih ada beberapa ulama’ sufi tabi’in yang masih hidup pada masa abad
pertama, dan meninggal pada permulaan abad kedua Hijriah.
Tasaeuf beresensi pada hidup dan perkembangan mulali dari bentuk hidup ‘kezuhudan’
(menjauhi kehidupan duniawi) dalam bentuk Tasawuf alami kemudian Tasawuf palsafi. Tujuan
Tasawuf adalah bisa berhubungan langsung dengan Tuhan.
Tasawuf merpakan aspek ajaran Islam yang paling penting karena peran Tasawuf
merupakan jantung atau urat nadi pelaksanaan ajaran-ajaran Islam. Aspek yang lain yaitu akidah
dan syari’at. Dengan kata lain, yang dimaksud ‘ad-din’ (agama) terdiri dari Islam, iman dan
ihsan.
Tasawuf merupakan jalan spiritual dan dimensi batin. Abul A’la Maududi menyebutkan,
“What concerus itself with the spirit of conduct is known as Tasawuf”. Maksudnya adalah bahwa
sesuatu yang berhubungan dengan perbuatan jiwa disebut dengan Tasawuf. Ibn Al-Qayyim
dalam madarijus salikin menyebutkan para pembahas ilmu ini telah sependapat bahwa Tasawuf
adalah moral. “Barang siapa diantaramu yang semakin bermoral, tentu jiwamu pun semakin
bening.

8
Syaikhul Islam, Zakaria Al-anshari, menyebutkan, Tasawuf adalah ilmu yang menerangkan
hal-hal tentang cara menyucibersihkan jiwa. Hakikat Tasawuf adalah perpindahan sikap mental,
keadaan jiwa dari suatu keadaan pada keadaan lain yang lebih baik.

9
10

You might also like