You are on page 1of 11

Halaman Judul

Upaya Mengamalkan Al-Qur’an secara Konsekuen

Oleh :

M. IRFAN SYAHRONI, S.PdI, M.S.I.

SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH (STIT)


AL-AZIZIYAH KAPEK GUNUNGSARI
LOMBOK BARAT
2011
A. Pendahuluan

Al-Qur’an merupakan wahyu Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad


SAW untuk menjadi pendoman hidup bagi manusia untuk mencapai kebahagiaan
hidup, baik di dunia maupun di akhirat. Barang siapa senantiasa berpegang teguh
dengan menjadikan Al-Qur’an sebagai pedoman hidupnya (way of life), maka dia
tidak akan pernah tersesat selamanya. Sebagaimana firman Allah SWT dalam surat
al-Isra’ ayat 17 sebagai berikut :

…. ãΠuθø%r& š†Ïφ ©ÉL¯=Ï9 “ωöκu‰ tβ#u™öà)ø9$# #x‹≈yδ ¨βÎ)

Artinya : “Sesungguhnya Al Quran ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang


lebih lurus1.
Al-Qur’an bukan hanya sekedar tuntunan tentang pelaksanaan ibadah yang
bersifat ritual belaka, namun lebih dari itu ia merupakan pedoman bagi penyelesaian
berbagai problem hidup. Apabila dihayati dan dimalkan secara konsekuen
(istiqamah), Al-Qur’an akan menjadikan pikiran, rasa, dan karsa kita mengarah
kepada realitas keimanan yang diburuhkan bagi stabilitas dan ketentraman hidup
pribadi dan masyarakat2.
Al-Qur’an sebagaimana diuraikan Quraish memiliki tiga tujuan pokok sebagai
berikut :
1. Sebagai petunjuk aqidah dan kepercayaan berupa keimanan akan keesaan
Allah SWT dan kepastian akan adanya hari pembalasan.
2. Sebagai petunjuk tentang akhlak yang mulia (al-akhlaq al-karimah) berupa
norma-norma keagamaan dan susila dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat
dan bernegara.
3. Sebagai petunjuk tentang syariat dan hukum berupa dasar-dasar hokum yang
harus diikuti manusia, baik dalam hubungannya dengan tuhan maupun dengan

1
Q.S. al-Isra’ (17) : 17
2
M. Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur’an: Tafsir Maudhu’i atas Pelbagai Persoalan Umat,
(Bandung: Mizan, 1998), cet. VIII, hlm. 13.

1
sesama manusia. Dengan lain kata, Al-Qur’an adalah petunjuk bagi manusia
dalam upaya mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat3.
Berangkat dari hal-hal yang tersebut di atas timbul pertanyaan,
“Bagaimanakah upaya mengamalkan Al-Qur’an secara konsekuen?”. Maka dalam
pembahasan berikut ini, penulis berusaha untuk memaparkan upaya-upaya tersebut
berdasarkan kajian penulis terhadap beberapa literatur.

B. Pembahasan
1. Pengertian Al-Qur’an
Al-Qur’an secara harfiah (menurut bahasa) berarti bacaan. Pemilihan kata Al-
Qur’an ini menurut Quraish sungguh tepat karena sejak manusia mengenal tulisan
sampai sekarang ini belum ada yang mampu menandingi Al-Qur’an dalam segala segi
dan aspeknya4.
Bukti telah menunjukkan bahwa sejak diturunkkannya Al-Qur’an pertama kali
sampai dengan saat ini, bacaan yang paling sering dibaca manusia adalah Al-Qur’an.
Demikian juga dari segi pengaruhnya, tiada bacaan satupun di dunia ini yang dapat
menandingi Al-Qur’an dalam pengembangan ide, gagasan, serta dapat menambah
kesucian jiwa. Bahkan sampai sekarang dan sampai akhir nanti Al-Qur’an akan terus
memberikan inspirasi dan ilham yang akan melahirkan berbagai bidang keilmuan
yang tidak akan mampu ditandingi oleh bacaan mana pun.
Adapun menurut istilah, Amanah dalam bukunya “Pengantar Ilmu Al-Qur’an
dan Tafsir”5 mengutip beberapa definisi Al-Qur’an sebagai berikut :
a) Zarkoni mendefinisikan Al-Qur’an sebagai firman Allah SWT sebagai
mukjizat yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW yang ditulis dalam
mushaf dan dinukilkan kepada kita dengan mutawatir serta membacanya
adalah ibadah.

3
M. Quraish Shihab, “Membumikan” Al-Qur’an: Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan
Masyarakat, (Bandung, Mizan, 2004), cet. XXVIII, hlm. 40.
4
M. Quraish Shihab, Op. Cit., Wawasan…, hlm. 3.
5
Siti Amanah, Pengantar Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir, (Semarang: C.V. Asy-Syifa’, 1993), hlm.
5-6.

2
b) Al-Shabuni mendefinisikan Al-Qur’an sebagai firman Allah SWT sebagai
mukjizat yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW dengan perantara
Malaikat Jibril al-Amin yang ditulis dalam mushaf dan dinukilkan kepada kita
dengan mutawatir serta dianggap ibadah membacanya yang dimulai surat al-
Fatihah dan diakhiri surat an-Nas.
Dari pengertian Al-Qur’an menurut istilah di atas dapat disimpulkan bahwa
Al-Qur’an adalah firman Allah SWT yang diturunkan kepada Nabi dan Rasul terakhir
Muhammad SAW sebagi mukjizat dengan perantaraan Malaikat Jibril al-Amin yang
tertulis dalam mushaf dan dinukilkan dengan cara mutawatir kepada kita yang
dimulai dengan surat al-Fatihah dan diakhiri dengan surat an-Nas serta membacanya
merupakan suatu ibadah.

2. Tujuan Diturunkannnya Al-Qur’an


Untuk dapat mengetahui bagaimana upaya mengamalkan Al-Qur’an secara
konsekuen dalam kehidupan, maka terlebih dahulu kita harus mengetahui apa tujuan
diturunkannya Al-Qur’an. Upaya mengamalkan Al-Qur’an sangat erat hubungannya
dengan tujuan-tujuan Al_Qur’an. Karena tanpa memahami tujuan-tujuan
diturunkannya Al-Qur’an dengan baik, maka bisa jadi pengamalan Al-Qur’an akan
menjadi salah arah dan melenceng dari ketentuan-ketentuan yang telah digariskan Al-
Qur’an.
Baqir6 dalam bukunya Ulum Al-Qur’an memaparkan tujuan-tujuan
diturunkannya Al-Qur’an sebagai berikut :
1. Al-Qur’an diturunkan sebagai peringatan dan pengingat bagi umat manusia,
sebagaimana firaman Allah SWT :

ãβ#u™öà)ø9$# #x‹≈yδ ¥’n<Î) z©Çrρé&uρ 4 öΝä3oΨ÷t/uρ ©Í_øŠt/ 7‰‹Íκy− ( ª!$# È≅è% ( Zοy‰≈pκy− çt9ø.r& >™ó©x« ‘“r& ö≅è%

xn=t/ .⎯tΒuρ ⎯ÏμÎ/ Νä.u‘É‹ΡT{

6
Ayatullah Muhammad Baqir Hakim, “Ulum Al-Qur’an, alih bahasa Nashirul Haq, et all,
(Jakarta: Al-Huda, 2006), hlm. 50-53.

3
Artinya : “Katakanlah: ‘Siapakah yang lebih kuat persaksiannya?’
Katakanlah: ‘Allah’. Dia menjadi saksi antara aku dan kamu. dan
Al Quran ini diwahyukan kepadaku supaya dengan Dia aku
memberi peringatan kepadamu dan kepada orang-orang yang
sampai Al-Quran (kepadanya)”7
2. Al-Qur’an diturunkan untuk memberikan contoh, perumpamaan, dan
pelajaran sebagaimana firman Allah SWT :

ωÎ) Ĩ$¨Ζ9$# çsYø.r& #’n1r'sù 9≅sWtΒ Èe≅ä. ⎯ÏΒ Èβ#u™öà)ø9$# #x‹≈yδ ’Îû Ĩ$¨Ζ=Ï9 $oΨøù§|À ô‰s)s9uρ

#Y‘θàà2
Artinya : “Dan sesungguhnya Kami telah mengulang-ulang kepada manusia
dalam Al Quran ini tiap-tiap macam perumpamaan, tapi
kebanyakan manusia tidak menyukai kecuali mengingkari (Nya)”8.
Dan firman-Nya yang lain :

tβρã©.x‹tGtƒ öΝßγ¯=yè©9 9≅sWtΒ Èe≅ä. ⎯ÏΒ Èβ#u™öà)ø9$# #x‹≈yδ ’Îû Ĩ$¨Ψ=Ï9 $oΨö/uŸÑ ô‰s)s9uρ
Artinya : “Sesungguhnya telah Kami buatkan bagi manusia dalam Al Quran
ini setiap macam perumpamaan supaya mereka dapat pelajaran”9.
3. Al-Qur’an diturunkan sebagai bukti, petunjuk, dan mukjizat sebagaimana
firman Allah SWT :

!$yϑ¯ΡÎ) (#þθä9θà)s? βr& tβθçΗxqöè? öΝä3ª=yès9 (#θà)¨?$#uρ çνθãèÎ7¨?$$sù Ô8u‘$t6ãΒ çμ≈oΨø9t“Ρr& ë=≈tGÏ. #x‹≈yδuρ

š⎥⎫Î=Ï≈tós9 öΝÍκÉJy™#u‘ÏŠ ⎯tã $¨Ζä. βÎ)uρ $uΖÎ=ö7s% ⎯ÏΒ È⎦÷⎫tGxÍ←!$sÛ 4’n?tã Ü=≈tGÅ3ø9$# tΑÌ“Ρé&
Artinya : ”dan Al-Quran itu adalah kitab yang Kami turunkan yang diberkati,
maka ikutilah dia dan bertakwalah agar kamu diberi rahmat.
(Kami turunkan Al-Quran itu) agar kamu (tidak) mengatakan:
‘Bahwa kitab itu hanya diturunkan kepada dua golongan saja

7
Q.S. Al-An’am (6): 19
8
Q.S. Al-Isra’ (17): 89.
9
Q.S. Az-Zumar (39): 27

4
sebelum kami, dan sesungguhnya kami tidak memperhatikan apa
yang mereka baca”10.
Dan firman-Nya :

∩⊇∠⊆∪ $YΨÎ6•Β #Y‘θçΡ öΝä3ö‹s9Î) !$uΖø9t“Ρr&uρ öΝä3În/§‘ ⎯ÏiΒ Ö⎯≈yδöç/ Νä.u™!%y` ô‰s% â¨$¨Ζ9$# $pκš‰r'¯≈tƒ
Artinya: “Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu bukti kebenaran
dari Tuhanmu. (Muhammad dengan mukjizatnya) dan telah Kami
turunkan kepadamu cahaya yang terang benderang (Al Quran)”11.
4. Al-Qur’an diturunkan sebagai kitab perundang-undangan, syariah, dan
sebagai perincian hukum sebagaimana firman Allah SWT :

3“uô³ç0uρ Zπyϑômu‘uρ “Y‰èδuρ &™ó©x« Èe≅ä3Ïj9 $YΖ≈u‹ö;Ï? |=≈tGÅ3ø9$# šø‹n=tã $uΖø9¨“tΡuρ …t4

∩∇®∪ t⎦⎫ÏϑÎ=ó¡ßϑù=Ï9
Artinya : “dan Kami turunkan kepadamu Al kitab (Al Quran) untuk
menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar
gembira bagi orang-orang yang berserah diri”12.
5. Al-Qur’an diturunkan sebagai sebuah putusan hukum atas perselisihan dan
sebagai pembeda atas yang hak dan batil.

ZπuΗ÷qu‘uρ “Y‰èδuρ   ÏμŠÏù (#θàn=tG÷z$# “Ï%©!$# ÞΟçλm; t⎦Îi⎫t7çFÏ9 ωÎ) |=≈tGÅ3ø9$# y7ø‹n=tã $uΖø9t“Ρr& !$tΒuρ

∩∉⊆∪ šχθãΖÏΒ÷σム5Θöθs)Ïj9


Artinya : “dan Kami tidak menurunkan kepadamu Al-Kitab (Al Quran) ini,
melainkan agar kamu dapat menjelaskan kepada mereka apa yang
mereka perselisihkan itu dan menjadi petunjuk dan rahmat bagi
kaum yang beriman”13.

10
Q.S. Al-An’am (6): 155-156
11
Q.S. An-Nisa (4): 174.
12
Q.S. An-Nahl (16): 89
13
Q.S. An-Nahl (16): 64.

5
6. Al-Qur’an diturunkan sebagai pembenar, pelengkap, dan pelurus atas risalah-
risalah yang dibawa oleh Nabi-nabi sebelumnya.

$·ΨÏϑø‹yγãΒuρ É=≈tGÅ6ø9$# z⎯ÏΒ Ïμ÷ƒy‰tƒ š⎥÷⎫t/ $yϑÏj9 $]%Ïd‰|ÁãΒ Èd,ysø9$$Î/ |=≈tGÅ3ø9$# y7ø‹s9Î) !$uΖø9t“Ρr&uρ

4 Èd,ysø9$# z⎯ÏΒ x8u™!%y` $£ϑtã öΝèδu™!#uθ÷δr& ôìÎ6®Ks? Ÿωuρ ( ª!$# tΑt“Ρr& !$yϑÎ/ ΟßγoΨ÷t/ Νà6÷n$$sù ( Ïμø‹n=tã

4 %[`$yγ÷ΨÏΒuρ Zπtã÷Å° öΝä3ΖÏΒ $oΨù=yèy_ 9e≅ä3Ï9


Arinya : ”dan Kami telah turunkan kepadamu Al Quran dengan membawa
kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, Yaitu Kitab-kitab
(yang diturunkan sebelumnya) dan batu ujian terhadap Kitab-kitab
yang lain itu; Maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang
Allah turunkan dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka
dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu.
untuk tiap-tiap umat diantara kamu, Kami berikan aturan dan jalan
yang terang”14.
Adapun Quraish dalam bukunya “Membumikan Al-Qur’an: Fungsi dan Peran
Wahyu dalam Kehidupan Masyarakat” mengelompokkan tujuan diturunkannya Al-
Qur’an menjadi tiga, yaitu :
1. Sebagai petunjuk aqidah dan kepercayaan berupa keimanan akan keesaan
Allah SWT dan kepastian akan adanya hari pembalasan.
2. Sebagai petunjuk tentang akhlak yang mulia (al-akhlaq al-karimah) berupa
norma-norma keagamaan dan susila dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat
dan bernegara.
3. Sebagai petunjuk tentang syariat dan hukum berupa dasar-dasar hukum yang
harus diikuti manusia, baik dalam hubungannya dengan Tuhan maupun
dengan sesama manusia. Dengan lain kata, Al-Qur’an adalah petunjuk bagi
manusia dalam upaya mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat15

14
Q.S. Al-Maidah (5): 48.
15
M. Quraish Shihab, Op. Cit. Membumikan…, hlm. 40.

6
Dari uraian tujuan-tujuan yang dipaparkan di atas dapat disimpulkan bahwa
tujuan diturunkannya Al-Qur’an secara garis besarnya mencakup tiga hal pokok,
yaitu akidah, akhlak, dan syariah.

3. Upaya Mengamalkan Al-Qur’an secara Konsekuen


Menurut al-Ghazali tauhid16 merupakan inti dan tujuan hidup manusia, karena
Al-Qur’an diturunkan untuk memurnikan akidah dari segala macam kemusyrikan dan
menata perilaku manusia. Cahaya tauhid menyinari batin manusia yang akan
membimbingnya untuk proaktif, tanggap, dan cepat untuk melakukan apa saja yang
dicintai Allah dan meninggalkan apa yang dibenci-Nya17
Dari uraian yang disampaikan al-Ghazali dapat dipahami bahwa untuk dapat
mengamalkan Al-Qur’an secara konsekuen dalam kehidupan sehari-hari, maka hal
yang pertama dan utama yang harus dilakukan adalah menata hati dengan
menyinarinya dengan sinar ketauhidan. Karena manakala hati telah tersinari dengan
sinar ketauhidan yang sempurna maka segala aspek perilaku dan perbuatan manusia
akan terbimbing dan terarah menuju satu muara yaitu cinta kepada Allah dengan
semata-mata mengharap mardhatillah (keridhaan Allah). Hal ini kemudian akan
melahirkan keikhlasan dalam menjalankan apa-apa yang diperintah oleh Allah SWT
yang termaktub dalam Al-Qur’an al-Karim serta menjauhi segala yang dilarang-Nya
karena takut akan murka Allah SWT.
Langkah berikutnya menurut al-Ghazali setelah pondasi tauhid berdiri dengan
tegak adalah menjalankan syariat dengan menata seluruh anggota tubuh yang menjadi
pelaku amal shaleh dan menjadi penentu setiap perintah-larangan dan halal-haram18.

16
Ada beberapa ta'rif ilmu tauhid yang diberikan oleh para ulama diantaranya: Pertama: "ilmu
yang membahas dan melengkapkan segala hujjah, terhadap keimanan, berdasarkan dalil-dalil akal serta
menolak dan menangkis segala paham ahli bid'ah yang keliru, yang menyimpang dari jalan yang
lurus". Kedua, ilmu tauhid, ialah ilmu yang di dalamnya dibahas: [1] tentang wujud Allah, sifat-sifat-
Nya yang wajib di-itsbat-kan bagi-Nya, sifat-sifat yang harus (mumkin) bagi-Nya dan sifat-sifat yang
wajib ditolak daripada-Nya; dan [2] tentang kerasulan rasul-rasul untuk membuktikan dan menetapkan
kerasulannya; tentang sifat-sifat yang wajib baginya; sifat-sifat yang mumkin dan tentang sifat-sifat
yang mustahil baginya. Lihat http://www.cybermq.com/index.php?pustaka/detail/9/1/pustaka-145.html
17
Syaikh Muhammad al-Ghazali, Al-Muhawir al-Khamsah li Al-Qur’an alKarim, penerjemah
Nandang Burhanudin (Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 2002), hlm. 57-58.
18
Ibid., hlm. 60.

7
Fenomena yang kita hadapi saat ini adalah adanya opini bahwa segala
tindakan dan upaya yang mengarah terhadap terbentuk dan terlaksananya syariat
Allah SWT adalah merupakan suatu kejahatan. Kaum musyrikin senantiasa berdaya-
upaya (berkolaborasi) untuk mementahkan hukum-hukum Allah yang termanifestasi
dalam Al-Qur’an. Mereka (kaum musyrik) telah menciptakan perundang-undangan
hasil karya mereka sendiri dengan dalih apapun namanya (hak asasi manusia,
demokrasi, egaliter, humanisasi, kesetaraan gender) untuk mengganti syariat Allah
SWT.
Cobalah kita perhatikan dan renungkan firman Allah SWT :

ÞΟßγ≈oΨ÷s?#u™ t⎦⎪Ï%©!$#uρ 4 Wξ¢ÁxãΒ |=≈tGÅ3ø9$# ãΝà6øŠs9Î) tΑt“Ρr& ü“Ï%©!$# uθèδuρ $Vϑs3ym ©ÈötGö/r& «!$# uötósùr&

∩⊇⊇⊆∪ t⎦⎪ÎtIôϑßϑø9$# š∅ÏΒ ¨⎦sðθä3s? Ÿξsù ( Èd,ptø:$$Î/ y7Îi/¢‘ ⎯ÏiΒ ×Α¨”t∴ãΒ …çμ¯Ρr& tβθßϑn=ôètƒ |=≈tGÅ3ø9$#
Artinya : “Maka Patutkah aku mencari hakim selain daripada Allah, Padahal Dialah
yang telah menurunkan kitab (Al Quran) kepadamu dengan terperinci?
Orang-orang yang telah Kami datangkan kitab kepada mereka, mereka
mengetahui bahwa Al Quran itu diturunkan dari Tuhanmu dengan
sebenarnya. Maka janganlah kamu sekali-kali termasuk orang yang ragu-
ragu”19.
Dalam firman Allah SWT di atas dengan sangat jelas disebutkan bahwa hanya
Al-Qur’anlah satu-satunya pedoman hidup yang dapat dijadikan sebagai petunjuk
dalam mengarungi kehidupan ini. Tidak ada keraguan di dalam Al-Qur’an tersebut
bagi siapa yang yang mengimaninya. Allah Yang Maha Luas Pengetahuan-Nya sama
sekali tidak memiliki kepentingan dengan manusia sehingga dapat berlaku obyektif
terhadap apa-apa yang seharusnya dan apa yang tidak seharusnya manusia perbuat.
Berbeda dengan manusia yang terkadang sangat subyektif, memiliki keterbatasan
pengetahuan, bahkan sangat egois sehingga produk-produk hukum yang
dihasilkannya tak jarang hanya untuk kepentingan pribadi atau kelompoknya saja dan
sering tidak tepat dalam berbuat.

19
Q.S. al-An’am (6) : 116.

8
Terakhir menurut al-Ghazali setelah terbentuknya tauhid dalam hati dengan
sempurna, maka akan terbangun konsep kehidupan manusia yang tidak saja
mencakup perilaku perseorangan, komunitas bahkan negara20. Atau dalam bahasa lain
membangun kesalehan ritual dan kesalehan sosial21.
Dari uaraian-uraian yang dikemukakan oleh al-Ghazali di atas untuk dapat
mengamalkan Al-Qur’an secara konsekuen dalam kehidupan sehari-hari maka intinya
terdapat pada pembentukan ketauhidan yang sempurna di dalam hati. Hati yang sudah
tersinari ketauhidan ini akan senantiasa membimbing kita untuk melaksanakan Al-
Qur’an dengan konsekuen atas dasar keikhlasan (semata-mata mengharap ridha Allah
SWT). Hati yang tersinari tauhid akan melaksaakan perintah-perintah Allah yang
terdapat di dalam Al-Qur’an serta menjauhi larangan-larangan-Nya atas dasar cinta
kepada Allah SWT dan takut akan murka-Nya..
Senada yang diungkapkan oleh al-Ghazali, Agustina dan Adib (eds)
menyatakan bahwa iman merupakan pedoman dan pegangan yang paling baik bagi
manusia dalam rangka mengarungi hidup dan kehidupan ini. Iman merupakan sumber
bagi pendidikan akhlak, karakter, dan mental manusia sehingga terjadi keseimbangan
yang harmonis antara jasmani dan rohani. Iman menjadikan seorang muslim menjadi
ikhlas bekerja keras dan rela berkorban22.
Dengan demikian semakin jelaslah akan pentingnya keimanan (tauhid) dalam
upaya mengamalkan Al-Qur’an secara konsekuen dalam kehidupan, terutama di era
globalisasi ini. Atas dasar iman inilah setiap individu akan berbuat dengan penuh
keikhlasan serta rela mengorbankan pikiran, tenaga, harta, bahkan jiwa sekalipun. Hal
ini telah ditunjukkan oleh generasi-generasi awal Islam yang atas jasa merekalah
sehingga Islam telah dapat tersebar dan menerangi dunia ini dari jalan kegelapan
menuju jalan yang terang benderang.

20
Syaikh Muhammad al-Ghazali, Op. Cit., hlm. 61
21
Agustina Purwantini dan M. Adib Abdushomad G.J.A. (eds)., Moralitas Al-Qur’an dan
Tantangan Modernitas : Telaah atas Pemikiran Fazlur Rahman, al-Ghazali, dan Isma’il Raji al-
Faruqi, (Yogyakarta: Gama Media Offset, 2002), hlm. 36.
22
Ibid., hlm. 33-34.

9
C. Penutup
Dari uraian-uraian yang terdapat dalam pembahasan di atas dapat ditarik
beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1. Al-Qur’an merupakan bacaan yang paling sempurna di dunia ini, tak satupun
bacaan yang mampu menandinginya dalam segala aspeknya.
2. Secara global Al-Qur’an mencakup tiga hal, yaitu: akidah, akhlak, dan syariah.
3. Untuk dapat mengamalkan Al-Qur’an dengan konsekuen maka langkah-langkah
yang dilakukan adalah: pertama, memantapkan tauhid di dalam hati; kedua,
menjalankan syariat dengan menata seluruh anggota tubuh yang menjadi pelaku
amal shaleh atas dasar keikhlasan dalam beramal; ketiga, membangun konsep
kehidupan manusia yang tidak saja mencakup perilaku perseorangan, komunitas
bahkan Negara (kesalehan ritual dan kesalehan sosial).
Demikianlah uraian-uraian yang dapat penulis sampaikan, kiranya dapat
bermanfaat bagi kita semua, terutama bagi penulis pribadi. Berpijak dari konsep
bahwasanya kesempurnaan hanya milik Allah SWT semata, maka kritik dan saran
yang konstruktif dari segenap pembaca yang budiman, terutama dari Bapak Prof. Dr.
H. M. Amin Syukur, MA selaku Dosen Pengampu mata kuliah Ilmu Tauhid sangat
penulis harapan demi perbaikan Makalah ini.

Daftar Pustaka
Agustina Purwantini dan M. Adib Abdushomad G.J.A. (eds)., Moralitas Al-Qur’an
dan Tantangan Modernitas : Telaah atas Pemikiran Fazlur Rahman, al-
Ghazali, dan Isma’il Raji al-Faruqi, Yogyakarta, Gama Media Offset, 2002.
Ayatullah Muhammad Baqir Hakim, “Ulum Al-qur’an, alih bahasa Nashirul Haq, et
all, Jakarta, Al-Huda, 2006.
http://www.cybermq.com/index.php?pustaka/detail/9/1/pustaka-145.html
M. Quraish Shihab, “Membumikan” Al-Qur’an: Fungsi dan Peran Wahyu dalam
Kehidupan Masyarakat, Bandung, Mizan, cet. XXVIII, 2004.
M. Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur’an: Tafsir Maudhu’i atas Pelbagai Persoalan
Umat, (Bandung: Mizan, 1998.
Siti Amanah, Pengantar Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir, (Semarang: C.V. Asy-Syifa’,
1993.
Syaikh Muhammad al-Ghazali, Al-Muhawir al-Khamsah li Al-Qur’an alKarim,
penerjemah Nandang Burhanudin, Jakarta, Pustaka al-Kautsar, 2002.

10

You might also like