Professional Documents
Culture Documents
CEDERA SENDI
DISUSUN OLEH :
HANNY FADHILA (060100011)
AFRIDA ARYANI NST (060100012)
UMMI KATSUM P (060100061)
RIZKI IRWANSYAH S (060100064)
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.2. Tujuan
Makalah ini diselesaikan guna melengkapi tugas dalam menjalani Program
Pendidikan Profesi Dokter di Departemen Ilmu Bedah Orthopaedi RSUP H.Adam
Malik Medan - Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi
Cedera sendi adalah cedera yang terjadi pada sendi, dapat berupa trauma
ligament, occult joint instability, subluksasi dan dislokasi. Mekanisme cedera
sendi dapat terjadi secara langsung ataupun tidak langsung.3
3
- Sendi kondiloid. Gerakan yang mungkin dilakukan sendi ini adalah fleksi,
ekstensi, abduksi, adduksi, dan sedikit rotasi. Contohnya adalah sendi
lutut, sendi metakarpophalangeal.
- Sendi engsel. Sendi ini menyerupai engsel pintu sehingga member
kemungkinan untuk gerakan fleksi dan ekstensi. Contohnya adalah sendi
cubiti, sendi genus, dan sendi talocruralis.
- Sendi pivot. Pada sendi ini terdapat pasak tulang yang dikelilingi oleh
cincin ligamentum bertulang. Hanya mungkin dilakukan gerakan rotasi.
Contohnya adalah sendi radioulnaris superior.
- Sendi ellipsoid. Pada sendi ini, facies articularis berbentuk konveks elips
yang sesuai dengan facies articularis konkaf elips. Gerakan fleksi,
ekstensi, abduksi, adduksi dapat dilakukan kecuali rotasi. Contohnya
adalah sendi radiocarpalis.
- Sendi plana. Pada sendi ini memungkinkan pergeseran anatar tulang yang
satu dengan yang lainnya. Contohnya adalah sendi interkarpalia.
- Sendi pelana (saddle). Sendi ini dapat melakukan fleksi, ekstensi, abduksi,
adduksi, dan rotasi. Contohnya adalah sendi carpometacarpal.
4
2.3. Derajat Stabilitas Sendi
Stabilitas sebuah sendi tergantung pada tiga faktor utama, yaitu:2
a. bentuk, ukuran, dan susunan facies articularies;
b. ligamentum; dan
c. tonus otot di sekitar sendi
5
dilakukan lebih dari 20 menit karena dapat menyebabkan kerusakan pada
jaringan.
Compression. Pada awal pengobatan dilakukan kompresi ketika
mengelevasikan sprain atau strain. Penggunaan Ace bandage mungkin
diperlukan.
Elevate. Posisikan lokasi dari sprain atau strain lebih tinggi dari jantung.
2.4.2. Subluksasi
Subluksasi adalah suatu keadaan dimana sendi mulai mengalami dislokasi.
Subluksasi dapat terjadi karena adanya suatu trauma atau cedera akut. Subluksasi
juga dapat terjadi akibat sendi yang longgar. Pada gambaran klinis, pasien dengan
subluksasi tidak mengalami gejala sehingga tidak memerlukan pengobatan. Jika
sudah muncul gejala, pengobatan dapat diberikan.6
2.4.3. Dislokasi
A. Dislokasi Sendi Bahu
Klasifikasi dislokasi sendi bahu:
1. Dislokasi anterior (dislokasi preglenoid, subkorakoid, dan subklavikuler)
Merupakan kelainan yang tersering ditemukan, biasanya penderita jatuh
dengan tangan dalam keadaan out stretched atau trauma pada scapula sendiri dan
anggota gerak dalam posisi rotasi lateral sehingga kaput humerus menembus
kapsul anterior sendi. Pada dislokasi anterior, kaput humerus berada di bawah
glenoid , subaraknoid dan subklavikuler.1
Pada gambaran klinis didapatkan rasa nyeri yang hebat serta gangguan
pergerakan sendi bahu.1,9 Kontur sendi bahu menjadi rata karena kaput humerus
bergeser ke depan. Pada radiologi kaput humerus berada di depan dan medial
glenoid.1
Pengobatan dislokasi ini dengan reposisi tertutup dapat dilakukan dengan dan
tanpa pembiusan umum. Pada pembiusan umum dapat digunakan metode
hipocrates dan kocher. Pada pengobatan tanpa pembiusan umum dapat
menggunakan teknik menggantung lengan. Setelah reposisi berhasil, lengan harus
6
difiksasi di daerah toraks selama 3-6 minggu dan bila reposisi tidak dilakukan
dapat terjadi dislokasi rekuren. 1
2. Dislokasi Posterior
Dislokasi posterior lebih jarang ditemukan dan biasanya disebabkan karena
trauma langsung pada sendi bahu dalam keadaan rotasi interna. Pada gambaran
klinis ditemukan adanya nyeri tekan serta benjolan di bagian belakang sendi. Pada
pemeriksaan radiologis sitemukan tanda khas berupa light bulb karena adanya
rotasi interna humerus. Pengobatan dislokasi ini dengan cara dilakukan reduksi
dengan menarik lengan ke depan secara hati-hati dan rotasi eksterna, serta
immobilisasi selama 3-6 minggu.1
7
atau posterolateral. Arteri brakialis dan nervus medialis dapat terangkat bersama –
sama humerus ke depan, dislokasi sering disertai fraktur prosesus koronoid ,
kapitulum atau kaput radius.1
Pada gambaran klinis terdapat pembengkakan yang hebat di sekitar sendi siku
sewaktu siku dalam posisi semifleksi. Olekranon dapat teraba di bagian belakang.1
Pada jam-jam pertama, dislokasi dapta direposisi tanpa pembiusan umum.
Setelah direposisi, lengan di fleksi lebih 90° dan dipertahankan dengan gips
selama 3 minggu.1,11
Dislokasi anterior lebih jarang ditemukan, biasanya terjadi oleh karena jatuh
dengan trauma langsung pada prosesus olekranon. Gambaran klinis pada dislokasi
ini berupa trauma dengan pembengkakan yang hebat di sekitar sendi siku sewaktu
siku dalam posisi semi fleksi.1,10 Selain itu dijumpainya adanya pemanjangan
lengan pada lengan yang sakit.10 Olekranon dapat terbatas di bagian belakang.
Pada dislokasi sendi siku harus dilakukan reposisi secepatnya. 1
8
Fraktur sebagian dari kubah asetabulum
Pergesaran menyeluruh ke panggul disertai fraktur asetabulum yang
komunitif.
9
2. Dislokasi anterior
Dislokasi anterior terjadi akibat kecelakaan lalu lintas, terjatuh dari ketinggian
atau trauma dari belakang pada saat berjongkok dan posisi penderita dalam
keadaan abduksi yang dipaksakan. Leher femur atau trokantermenabrak
asetabulum dan terjungkir keluar melalui robekan pada kapsul anterior. Bila sendi
panggul dalam keadaan fleksi, maka akan terjadi dislokasi tipe obturator dan bila
sendi panggul dalam posisi ekstensi maka terjadi dislokasi tipe pubik atau iliaka.
Pada dislokasi tipe ini gejala klinis yang tampak berupa abduksi, rotasi eksterna
dan sedikit fleksi.1
Pengobatan dislokasi tipe ini dengan reduksi tertutup dengan cara member
traksi pada tungkai dalam keadaan fleksi dan rotasi intern serta abduksi panggul
yang selanjutnya disusul imobilisasi seperti pada dislokasi posterior.11
3. Dislokasi sentral
Dislokasi sentral terjadi apabila kaput femur terdorong ke dinding medial
asetabulum pada rongga panggul. Disini kapsul tetap utuh . Frkatur asetabulum
terjadi karena dorongan yang kuat dari lateral atau jatuh dari ketinggian pada satu
sisi atau suatu tekanan yang melalui femur dimana panggul dalam keadaan
abduksi. 1
Pada dislokasi sentral yang disertai fraktur asetabulum tidak terlihat gambaran
deformitas pada tungkai bawah, hanya terdapat gangguan pergerakan pada sendi
panggul. Pengobatan dislokasi tipe ini dapat dengan reduksi memerlukan traksi
tulang dengan K-wire untuk beberapa minggu karena dislokasi sentral disertai
fraktur asetabulum. 1
10
menimbulkan kerusakan pada kapsul, ligament yang besar, dan sendi. Trauma
juga dapat menyebabkan dislokasi yang terjadi disertai dengan kerusakan pada
nervus peroneus dan arteri poplitea. 1
Gambaran klinis dislokasi ini adanya trauma pada daerah lutut disertai
pembengkakan, nyeri, dan hemartrosis serta deformitas.1
Oleh karena dislokasi sendi lutut ini dapat menyebabkan kerusakan yang hebat
pada pembuluh darah dan saraf serta ligamen, maka tindakan reposisi dan
manipulasi dengan pembiusan harus dilakukan sesegera mungkin dan dilakukan
aspirasi hemartrogis dan setelahnya dipasang bidai gips posisi 10-15° selama satu
minggu dan setelah pembengkakan menurun dipasang gips sirkuler diatas lutut
selama 7-8minggu. Apabila setelah reposisi ternyata lutut tidak stabil dalam posisi
varus dan valgus maka harus dilakuakn operasi untuk perbaikan ligamen. 1
11
- Kaku sendi
Kaku sendi yang terjadi pasca reposisi perlu dilakukan fisioterapi yang
intensif
2.5.2.
Sendi Siku1,10
- Kekakuan sendi siku
- Kerusakan arteri brakhialis
- Kerusakan saraf medianus
- Kerusakan saraf ulnaris
- Adanya fraktur yang bersamaan dengan cedera
- Avulsi dari trisep
- Fragmen tulang yang masuk ke jarak antar sendi
- Kekakuan sendi dengan penurunan pergerakan
- Miositis ossifikans
- Kompartemen sindrom
- Dislokasi rekuren sendi siku
- Pembentukan tulang heterotropik pada anak-anak. Pembentukan tulang ini
mengganggu pergerakan sendi siku secara permanen dan lokalisasinya biasa di
bawah epikondilus medialis atau epikondilus lateralis sepanjang ligament
kolateral.
12
Robekan dapat terjadi apabila ada disrupsi simfisis pubis atau tusukan
dari bagian tulang panggul yang tajam
c. Robekan uretra
Robekan uretra terjadi karena adanya disrupsi simfisis pubis pada
daerah uretra pars membranosa
d. Trauma rectum dan vagina
e. Trauma pembuluh darah besar yang akan menyebabkan perdarahan
massif sampai sok
f. Trauma pada saraf
2. Komplikasi lanjut
a. Pembentukan tulang heterotrofik
Pembentukan tulang heterotrofik biasanya terjadi setelah suatu trauma
jaringan lunak yang hebat atau setelah suatu diseksi operasi.
b. Nekrosis avaskuler
Nekrosis avaskuler dapat terjadi pada kaput femur beberapa waktu
setelah trauma
c. Gangguan pergerakan sendi serta osteoarthritis sekunder
Apabila terjadi fraktur pada daerah asetaulum dan tidak dilakukan
reduksi yang akurat sedangkan sendi ini menipang berat badan, maka
akan terjadi ketidaksesuaian sendi yang akan memberikan gangguan
pergerakan serta osteoarthritis dikemudian hari
d. Skoliosis kompensatoar
13
- Kekauan sendi lutut
- Nonunion
BAB 3
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Cedera sendi adalah robeknya sebagian dari ligamen yang disertai perdarahan
tanpa mengakibatkan gangguan stabilitas, yang biasanya disebabkan oleh
regangan yang tiba-tiba
2. Beberapa jenis persendian adalah sendi sinarthrosis, sendi amfiartrosis, sendi
diartrosis (sinovial)
3. Derajat stabilitas sendi terbagi atas tiga yaitu occult joint instability,
subluksasi, dan dislokasi
4. Cedera sendi yang sering dijumapai adalah trauma pada ligamen , subluksasi,
dan dislokasi.
5. Subluksasi adalah suatu keadaan dimana sendi mulai mengalami dislokasi.
Subluksasi dapat terjadi karena adanya suatu trauma atau cedera akut.
6. Dislokasi adalah suatu keadaan diamana tidak ada lagi hubungan dari kedua
permukaan sendi
14
DAFTAR PUSTAKA
15