Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1
Selama ini banyak puskesmas yang masih mengelola data-data kunjungan
pasien, data-data arus obat, dan juga membuat pelaporan dengan menggunakan
cara-cara yang manual. Selain membutuhkan waktu yang lama, keakuratan dari
pengelolaan data juga kurang dapat diterima, karena kemungkinan kesalahan
sangat besar. Beberapa puskesmas mungkin sudah memakai komputer sebagai
alat bantu untuk pengelolaan data, hanya saja sampai sekarang belum banyak
program komputer yang secara khusus didesain untuk manajemen data di
puskesmas.
Sistem Informasi di Puskesmas sangat diperlukan selain mempermudah
akses pelayanan juga pelayanan dapat dijalankan semaksimal mungkin, dimana
sistem informasi merupakan rangkaian atau komponen terdiri dari pengumpulan
data yang kemudian diproses menjadi sebuah informasi yang bermanfaat dalam
pengambilan keputusan. Dikarenakan pentingnya sistem informasi kesehatan pada
puskesmas, penulis bermaksud meneliti mengenai sistem informasi kesehatan
yang terdapat pada puskesmas timbangan, Indralaya.
2
e. Mengetahui sekilas mengenai profil puskesmas timbangan,
Indralaya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
2.1.Sistem Informasi Manajemen Kesehatan
2.1.1.Definisi
Sistem Informasi manajemen Kesehatan merupakan tatanan berbagai
komponen data dan informasi kesehatan yang saling terkait satu dengan yang
lainnya untuk menghasilkan data dan informasi tentang kondisi kesehatan dan
kinerja kesehatan di suatu wilayah. (Tiar : 2009).
Kadang disebut juga sistem informasi kesehatan (SIK) atau health
information system (HIS). Dalam bahasan tentang administrasi atau manajemen
secara umum, materi tentang sistem informasi manajemen jarang dibahas
tersendiri secara khusus, karena pada umumnya unsur-unsurnya dianggap sudah
terintegrasi (build-in) di dalam hampir semua fungsi, unsur atau komponen dari
sistem manajemen organisasi secara keseluruhan, karena dalam setiap tahap
pengambilan keputusan dalam proses manajemen hampir selalu memerlukan
dukungan data informasi.Sistem informasi kesehatan dikembangkan untuk
mendukung manajemen kesehatan yang merupakan bagian dari sistem kesehatan.
Sistem informasi manajemen kesehatan sebagai sub sistem dalam sistem
administrasi kesehatan merupakan kesatuan/rangkaian kegiatan-kegiatan yang
mencakup seluruh jajaran upaya kesehatan diseluruh jenjang administrasi yang
mampu memberikan informasi kepada :
1. pengelola, yaitu para administrator atau manajer kesehatan untuk dasar
pertimbangan menentukan kebijakan dan pengambilan keputusan dalam
menjalankan fungsi-fungsi administrasinya.
2. masyarakat, dalam upaya untuk meningkatkan kemampuannya untuk
menolong dirinya sendiri dalam memenuhi kebutuhan kesehatannya.Sumber
daya organisasi antara lain man, money, macine, method, material, dan juga
data/informasi. Peran utama dari data/informasi pada hakekatnya adalah pada
dukungannya terhadap fungsi-fungsi administrasi/manajemen dalam
pengelolaan program kesehatan.
Dalam kehidupan sehari-hari dapat kita rasakan bagaimana sulitnya
menentukan kebijakan atau pengambilan keputusan yang baik bila data/informasi
yang akan dipakai untuk mendasarinya kurang atau tidak cukup tersedia. Tanpa
dukungan data/informasi yang baik kebijakan yang kita ambil akan kurang tepat
atau keliru.
4
2.1.2.Tujuan dan manfaat
Upaya pemantapan dan pengembangan sistem informasi kesehatan
ditujukan ke arah terbentuknya suatu sistem informasi kesehatan yang berhasil
guna dan berdaya guna, yang mampu memberikan informasi yang akurat, tepat
waktu dan dalam bentuk yang sesuai dengan kebutuhan untuk:
1. Pengambilan keputusan di seluruh tingkat administrasi dalam rangka
perencanaan, penggerakan pelaksanaan, pengawasan, pengendalian dan
penilaian
2. Mengatasi masalah-masalah kesehatan melalui isyarat dini dan upaya
penanggulangannya
3. Meningkatkan peran serta masyarakat dan meningkatkan kemampuan
masyarakat untuk menolong dirinya sendiri
4. Meningkatkan penggunaan dan penyebarluasan ilmu pengetahuan dan
teknologi bidang kesehatan
Sasaran dalam upaya pemantapan dan pengembangan sistem informasi
kesehatan meliputi:
1. Terciptanya pengorganisasian dan tata kerja pengelolaan data/informasi
dan atau tersedianya tenaga fungsional pengelola data/ informasi yang
terampil di seluruh tingkat administrasi
2. Ditetapkannya kebutuhan esensial data/ informasi di tiap tingkat dan
pengembangan instrumen pengumpulan dan pelaporan data
3. Dihasilkannya berbagai informasi kesehatan di seluruh tingkat
administrasi secara teratur, tepat waktu dan sesuai dengan kebutuhan dan
atau atas permintaan dari pengguna data/ informasi
4. Tersedianya dukungan teknis dan sumber daya yang memadai dalam
rangka pemantapan dan pengembangan otomasi pengolahan data di
seluruh tingkat administrasi
5. Pengembangan bank data kesehatan, pengembangan jaringan komunikasi
komputer dan informasi
5
Depkes RI memiliki berbagai sistem informasi kesehatan, tetapi belum
terintegrasi. Sistem informasi kesehatan itu antara lain:
a. Sistem informasi puskesmas
b. Sistem informasi rumah sakit
c. Sistem informasi kewaspadaan pangan dan gizi
d. Sistem informasi obat
e. Sistem informasi sumber daya manusia kesehatan, yang mencakup:
1. Sistem informasi kepegawaian kesehatan
2. Sistem informasi pendidikan tenaga kesehatan
3. Sistem informasi diklat kesehatan
4. Sistem informasi tenaga kesehatan
a. Sistem informasi IPTEK kesehatan/ jaringan litbang kesehatan
1. Sebagian besar daerah belum memiliki kemampuan memadai
Daerah masih memerlukan fasilitasi. Adanya proyek ADB, HP5 dan lain-
lain mendorong daerah mengembangkan SIK. Akan tetapi setiap proyek
cenderung menciptakan sistem informasi kesehatan sendiri dan kurang
memperhatikan kelangsungan sistem.
2. Pemanfaatan data dan informasi oleh manajemen belum optimal
Era sentralisasi menyebabkan segala sesuatunya serba dari atas
menyebabkan para manajer tidak pernah memikirkan perlunya
memanfaatkan data untuk mendukung pengambilan keputusannya
3. Pemanfaatan data dan informasi oleh masyarakat kurang dikembangkan
Minat masyarakat memanfaatkan data dan informasi semakin meningkat
dengan makin meluasnya pemanfaatan teknologi informasi dan
komunikasi. Namun demikikian tuntutan masyarakat yang mening
kat ini kurang berkembang di bidang kesehatan karena kurangnya respon.
4. Pemanfaatan teknologi telematika belum optimal
Masalah nomor 5 bersumber dari masalah pada nomor 4. Biaya untuk
teknologi telematika memang besar, ditambah lagi dengan apresiasi
terhadap penggunaan teknologi telematika yang masih kurang, akibat
pengaruh budaya (kultur). Apresiasi yang rendah ini dikarenakan oleh
alasan rasio manfaat biaya, yang kurang memadai. Investasi untuk
teknologi telematika yang besar belum dapat menjamin akan
menghasilkan manfaat yang sepadan.
6
5. Dana untuk pengembangan sistem informasi kesehatan terbatas
Kelemahan ini berkaitan dengan masalah rasio biaya manfaat yang maasih
sangat rendah. Selain investasi, sistem informasi kesehatan juga
memerlukan biaya yang tidak sedikit untuk pemeliharaannya.
6. Kurangnya tenaga purna waktu untuk sistem informasi kesehatan
Selama ini di daerah, pengelola data dan informasi umumnya adalah
tenaga yang merangkap tugas atau jabatan lain. Dibeberapa tempat
memang dijumpai adanya tenaga purna waktu. Akan tetapi mereka tidak
dapat sepenuhnya bekerja mengelola data dan informasi karena imbalan
yang kurang memadai. Belum lagi ditambah dengan rendahnya
keterampilan dan pengetahuan mereka di bidang informasi, khususnya
teknologi informasi dan manfaatnya.Jabatan fungsional untuk para
pengelola data dan informasi yaitu Pranata Komputer dan Statistisi,
memberikan tunjangan jabatan sebagai imbalan, namun demikian untuk
dapat memangku jabatan-jabatan tersebut diperlukan persyaratan tertentu
yang sulit dipenuhi oleh para pengelola data dan informasi.
7
1.1.5. Penyelenggaraan pengumpulan dan pemanfaatan bersama (sharing)
data dan Informasi Terintegrasi
Pertimbangan akan perlunya mengkoordinasikan lima jenis pengumpulan
data yang masing-masing memiliki kekhasan dan kepentingan yang sangat
signifikan, yaitu:
a. Surveilans, yang meliputi surveilans penyakit, gizi, kesehatan lingkungan
dan pemantauan ketersediaan obat
b. Pencatatan dan pelaporan data rutin dari UPT kabupaten/ kota ke Dinas
Kesehatan Kabupaten/ Kota, dari UPT provinsi dan Dinas Kesehatan
Kabupaten/ Kota ke Dinas Kesehatan Provinsi ke Departemen Kesehatan
(kegiatan-kegiatan ini memerlukan suatu sistem pencatatan dan pelaporan
yang terintegrasi dan terkoordinasi.
c. Pencatatan dan pelaporan program-program kesehatan khusus yang ada,
seperti program pemberantasan malaria
d. Pencatatan dan pelaporan sumber daya dan administrasi kesehatan yang
sudah berjalan seperti ketenaga kesehatan (Sinakes, Sidiklat, dan lain-lain)
e. Survei dan penelitian untuk melengkapi data dan informasi dari
pengumpulan data rutin, yang meliputi baik yang berskala nasional
(seperti Survei Kesehatan Nasional), maupun yang berskala provinsi dan
Kabupaten/ Kota (SI IPTEK Kesehatan / Jaringan Litbang Kesehatan)
1.1.5. Fasilitasi pengembangan sistem informasi kesehatan daerah
Sistem Informasi Kesehatan Daerah mencakup SIK yang dikembangkan di
unit-unit pelayanan kesehatan (khususnya puskesmas dan rumah sakit), SIK
kabupaten/ kota, dan SIK provinsi. Sistem Informasi Kesehatan (SIK) di
Puskesmas memiliki tanggungjawab untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan:
a. Mencatat dan mengumpulkan data baik kegiatan dalam gedung maupun
luar gedung
b. Mengolah data
c. Membuat laporan berkala ke Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota
d. Memelihara bank data
e. Mengupayakan penggunaan data dan informasi untuk manajemen pasien
dan manajemen unit puskesmas
8
f. Memberikan pelayanan data dan informasi kepada masyarakat dan pihak-
pihak berkepentingan lainnya di wilayah kerjanya.
Sistem Informasi Kesehatan di rumah sakit memiliki tanggungjawab
untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan:
a. Memantau indikator kegiatan-kegiatan penting rumah sakit (penerimaan
pasien, lama rawat, pemakaian tempat tidur, mortalitas, waktu tunggu dan
lain-lain)
b. Memantau kondisi finansial rumah sakit (cost recovery)
c. Memantau pelaksanaan sistem rujukan
d. Mengolah data
e. Mengirim laporan berkala ke Dinas Kesehatan/ Pemerintah setempat
f. Memelihara bank data
g. Mengupayakan penggunaan data dan informasi untuk manajemen pasien
dan manajemen unit rumah sakit
h. Memberikan pelayanan data dan informasi kepada masyarakat dan pihak-
pihak berkepentingan lainnya di wilayah kerjanya
9
a. Mengolah data dari DKK, unit-unit pelayanan kesehatan milik daerah
propinsi dan sumber-sumber lain
b. Menyelenggarakan survei/ penelitian bilamana diperlukan
c. Membuat profil kesehatan propinsi untuk memantau dan mengevaluasi
pencapaian propinsi sehat
d. Mengirim laporan berkala/ profil kesehatan propinsi ke pemerintah pusat
e. Memelihara bank data
f. Mengupayakan penggunaan data dan informasi untuk manajemen klien,
manajemen unit dan manajemen sistem kesehatan kabupaten/ kota
g. Memberikan pelayanan data dan informasi kepada masyarakat dan pihak-
pihak berkepentingan lainnya di wilayah kerjanya
Fasilitasi pengembangan SIK daerah dilaksanakan dengan terlebih
dahulu membantu menata sistem kesehatannya, membantu pengadaan
perangkat keras, perangkat lunak, rekruitmen dan pelatihan tenaga kesehatan.
10
Teknologi Informasi (Information Technology Framework Rearrangement
Master Plan) dan Rencana Induk Pengembangan Sumber Daya Manusia
Informasi (Information Human Resource Development Master Plan). Depkes juga
menerbitkan standar dan pedoman, serta advokasi agar terpenuhi sesuai rencana
induk.
2.2 . Puskesmas
2.2.1.Definisi
Pusat Kesehatan Masyarakat, disingkat Puskesmas, adalah Organisasi
fungsional yang menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat menyeluruh,
terpadu, merata, dapat diterima dan terjangkau oleh masyarakat, dengan peran
serta aktif masyarakat dan menggunakan hasil pengembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi tepat guna, dengan biaya yang dapat dipikul oleh pemerintah dan
masyarakat. Upaya kesehatan tersebut diselenggarakan dengan menitikberatkan
kepada pelayanan untuk masyarakat luas guna mencapai derajad kesehatan yang
optimal, tanpa mengabaikan mutu pelayanan kepada perorangan.
11
2.2.3. Sejarah Perkembangan Puskesmas
Sejarah dan perkembangan puskesmas di Indonesia mulai dari
didirikannya berbagai institusi kesehatan seperti balai pengobatan, balai
kesejahteraan ibu dan anak, serta diselenggarakannya berbagai upaya-upaya
kesehatan seperti usaha hygiene dan sanitasi lingkungan yang masing-masing
berjalan sendiri-sendiri.Pada pertemuan Bandung Plan (1951) dr.J.Leimena
mencetuskan pemikiran mengintegrasikan berbagai institusi dan upaya tersebut
dibawah satu pimpinan agar lebih efektif dan efisien.Konsep ini kemudian
diadopsi oleh WHO.
Konsep pelayanan yang terintegrasi lebih berkembang dengan
pembentukan team work dan team approach dalam pelayanan kesehatan (1956).
Gagasan ini dirumuskan sebagai konsep pengembangan sistem pelayanan
kesehatan tingkat primer dengan membentuk unit-unit organisasi fungsional dari
Dinas Kesehatan Kabupaten di setiap kecamatan yang mulai dikembangkan sejak
tahun 1969/1970.Penggunaan istilah puskesmas pertama kali dimuat pada Master
Plan of Operation for Strenghtening National Health Service in Indonesia Tahun
1969. Dalam dokumen tersebut disebutkan puskesmas terdiri atas 3 tipe puskemas
(tipe A, tipe B, tipe C). Kemudian dalam Rapat Kerja Kesehatan Nasional ke III
tahun 1970 menetapkan hanya ada satu tipe puskesmas dengan 6 kegiatan pokok.
Perkembangan selanjutnya lebih mengarah pada penambahan kegiatan
pokok seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi,
kemampuan pemerintah serta keinginan program ditingkat pusat, sehingga
kegiatan berkembang menjadi 18 kegiatan pokok,bahkan DKI Jakarta
mengembangkan menjadi 21 kegiatan pokok.Melalui rakerkesnas tersebut timbul
gagasan untuk menyatukan semua pelayanan kesehatan tingkat pertama kedalam
suatu organiisasi yang dipercaya dan diberi nama PUSAT KESEHATAN
MASYARAKAT ( Puskesmas ) dan puskesmas waktu itu dibedakan menjadi 4
macam :
1. Puskesmas tingkat Desa
2. Puskesmas tingkat Kecamatan
3. Puskesmas tingkat Kawedanan
4. Puskesmas tingkat Kabupaten
Pada rakernas ke II 1969 pembagian puskesmas dibagi menjadi 3 kategori
12
1. Puskesmas tipe A dipimpin oleh dokter secara penuh
2. Puskesmas tipe B dipimpin oleh dokter tidak secara penuh
3. Puskesmas tipe C dipimpin oles paramedik
13
medik.Pada umumnya pelayanan kesehatan tingkat pertama ini bersifat
pelayanan rawat jalan (ambulatory/out patient service).
14
dan mutu pelayanan kesehatan, Puskesmas ditunjang dengan unit pelayanan
kesehatan yang lebih sederhana dalam bentuk :
1. Puskesmas Pembantu adalah Unit Pelayanan Kesehatan yang sederhana
dan berfungsi menunjang serta membantu melaksanakan kegiatan yang
dilakukan Puskesmas dalam masyarakat lingkungan wilayah yang lebih
kecil serta jenis dan kompetensi pelayanan yang disesuaikan dengan
kemampuan tenaga dan sarana yang tersedia. Tugas pokok adalah
menyelenggarakan sebagian program kegiatan puskesmas sesuai dengan
kompetensi tenaga dan sumberdaya lain yang tersedia.
2. Puskesmas Keliling adalah merupakan tim pelayanan kesehatan
puskesmas keliling, terdiri dari : tenaga yang dilengkapi dengan kendaraan
bermotor/perahu bermotor, peralatan kesehatan, peralatan komunikasi
yang berasal dari Puskesmas. Puskesmas Keliling berfungsi menunjang
dan membantu melaksanakan program kegiatan puskesmas dalam wilayah
kerja.yang belum terjangkau atau lokasi yang sulit dijangkau oleh sarana
kesehatan.
3. Disamping institusi tersebut di atas, ada Bidan di Desa yang mempunyai
peran spesifik.Bidan di Desa adalah tenaga bidan yang ditempatkan di
desa dalam rangka meningkatkan mutu dan jangkauan pelayanan
kesehatan Puskesmas, mempunyai wilayah kerja satu-dua desa dan
bertanggung jawab kepada kepala Puskesmas.Tugas pokok umum adalah
memelihara dan melindungi kesehatan masyarakat di wilayah kerjanya,
sedangkan secara khusus bertanggung jawab terhadap program kesehatan
ibu dan anak termasuk Keluarga Berencana.
Dalam keadaan tertentu misalkan letak puskesmas jauh dari rumah sakit,
sulitnya keadaan medan puskesmas menuju rumah sakit, sulitnnya sarana
transportasi menuju rumah sakit, daerah rawan kecelakaan/rawan bencana lain-
lain, maka puskesmas dapat diberi tambahan ruangan untuk rawat inap sementara
dan fasilitas tindakan operasi terbatas.
Puskesmas Rawat Inap adalah Puskesmas dengan tambahan ruangan dan
fasilitas tempat perawatan untuk menolong penderita gawat darurat baik berupa
tindakan operatif terbatas atau perawatan sementara.Fungsinya sebagai “Pusat
15
Rujukan Antara” yang melayani penderita gawat darurat sebelum dapat dirujuk ke
rumah sakit.
KEP
PU
SKES
1. Kepala
2. Wakil Kepala (disesuaikan beban kerja dan kebutuhan puskesmas dan
U
NITI U
NITII U
NITIII
yang menetapkan ada atau tidak adalah Dinas Kesehatan Kabupaten dan
Kota).
3. Unit tata usaha
PU
Unit fungsional Alternatif lain yang dapat dipertimbangkan satuan organisasi SKESMAS
dalam unit tata usaha, sebagai berikut : PEMBANT
U
1. Unit Perencanaan
16
2. Unit Keuangan
3. Unit Perlengkapan
4. Unit Umum
17
Melaksanakan kegiatan pengobatan rawat jalan dan rawat inap
9. Unit VII
Melaksanakan kegiatan kefarmasian.
18
3) Rujukan operasional berupa antara lain bantuan obat, vaksin,
pangan pada saat terjadi bencana, pemeriksaan specimen jika
terjadi keracunan masal, pemeriksaan air minum penduduk.
3.Jalur Rujukan Kesehatan
a). Rujukan Pelayanan Medis
1) Antara masyarakat dengan puskesmas
2) Antara Puskesmas Pembantu/Bidan di Desa dengan Puskesmas
3) Intern antara petugas Puskesmas/Puskesmas Rawat Inap
4) Antara Puskesmas dengan Rumah Sakit, Labratorium atau
fasilitas pelayanan lainnya.
b). Rujukan Pelayanan Kesehatan
1) Dari Puskesmas ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
2) Dari Puskesmas ke instansi lain yang lebih kompeten baik
intrasektoral maupun lintas sektoral.
3) Jika rujukan di Kabupaten/Kota masih belum mampu
menanggulangi, dapat diteruskan ke Provinsi/Pusat.
19
Sistem Informasi Kesehatan Puskesmas adalahmeningkatkan status kesehatan
khususnya bagi masyarakat kurang mampu, dengan carameningkatkan cakupan
pelayanan kesehatan, kualitas pelayanan dan penggunaan fasilitaspelayanan.
Tujuan Khusus :
1) Membantu pemerintah dalam penyelenggaraan proses desentralisasi
2) Membantu pemerintah dalam pengelolaan dana tambahan bagi kesehatan
3) Membantu pemerintah dalam advocacy sector Kesehatan
4) Membantu provinsi dan kabupaten/kota untuk menyempurnakan sistem
informasikesehatan yang ada untuk mendukung desentralisasi. Sistem
yang baru akan terdiridari informasi yang diperoleh dari fasilitas
pelayanan kesehatan, masyarakat dandata survailans epidemologi.
20
sehingga dapat meningkatkan mutu pelayanan Dinas Kesehatan kepada
masyarakat.( Prayekti : 2008)
2.3.5.Implementasi
21
Kegiatan pengembangan Sistem Informasi Kesehatan (SIK) Puskesmas
dapat dilakukan secara bertahap sesuai dengan anggaran yang ada.Kegiatan dalam
melaksanakan uji coba implemetasi SIK Puskesmas terdiri dari :
1. Sosialisasi SIK :
Kegiatan Sosialisasi SIK berupa kegiatan pertemuan antara Dinas
Kesehatan Provinsi, Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota,
Puskesmas.Kegiatan ini bertujuan untuk memperkenalkan SIK
Kabupaten/Kota kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan Puskesmas
menyangkut latar belakang pengembangan SIK, arsitektur komputer,
cakupan data, cara komunikasi data, sarana pendukung dan kebijakan
pendukung SIK.
2. Penyesuain Input dan Output SIK
Kegiatan ini juga berupa pertemuan yang dilaksankan di Kabupaten/Kota
di wilayah puskesmas yang dipakai uji coba SIK.Tujuan kegiatan ini untuk
memperkenalkan SIK Kabupaten dan Puskemas. Penyesuaian kebutuhan
data program antara Dinas Kesehatan Provinsi, Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota serta Puskesmas yang dipakai uji coba serta membahas
format pelaporan.
3. Instalasi SIK
Kegiatan ini dilakukan Tim dari Data Mandiri yang didampingi Tim dari
Dinas Kesehatan Provinsi ke tempat lokasi puskesmas yang dipakai uji
coba SIK berupa menginstal SIK Puskesmas, Instal anti virus, mensetting
jaringan serta kegiatan lain sesuai kebutuhan puskesmas yang diuji coba.
Kegiatan ini bertujuan agar komputer jaringan dan piranti lunak SIK di
masing – masing puskesmas yang dipakai uji coba di Provinsi Bali
terpasang dan terhubung.
4. Pelatihan Manajer dan Operator SIK
Kegiatan pelatihan ini bertujuan untuk melatih petugas manajer dan
operator SIK di setiap puskesmas dan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
agar memiliki skill untuk mengoperasikan SIK. Peserta untuk pelatihan
manajer SIK terdiri dari 1 orang petugas dari Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota serta 2 orang dari setiap puskesmas yang dipakai untuk
uji coba SIK, sedangkan untuk peserta pelatihan operator SIK semua
22
peserta pelatihan manajer SIK, ditambah 1 orang petugas dari Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota serta 7 orang dari setiap puskesmas yang
dipakai uji coba SIK.
5. Pendampingan SIK
Kegiatan pendampingan SIK dilaksanakan dengan mengunjungi setiap
puskesmas yang dipakai uji coba SIK oleh Tim Data Mandiri yang
didampingi oleh Tim dari Dinas Kesehatan Provinsi.Tujuan pendampingan
SIK adalah untuk menjamin kelancaran pengoperasian SIK di masing-
masing puskemas uji coba serta memberikan bimbingan teknis
pengoperasian SIK. Tim pendamping dari data mandiri akan mendampingi
operator SIK secara teratur dari masing – masing unit sampai operator SIK
dianggap mampu mengoperasikan SIK.
6. Monitoring SIK
Kegiatan ini bertujuan untuk mengetahui dan mengevaluasi hasil
perkembangan hasil program SIK Puskesmas.
7. Penyempurnaan SIK
Kegiatan ini bertujuan untuk melakukan penyempurnaan piranti lunak SIK
sesuai hasil rekomendasi hasil uji coba.Kegiatan ini berupa pertemuan,
perbaikan software serta pendampingan SIK di masing-masing puskemas.
SIK Puskesmas yang dikembangkan memiliki dua tipe atau model yang
dapat diterapkan sesuai dengan ketersediaan komputer pada puskesmas, adapun
model tersebut adalah:
1. Model A
Model ini dalam melakukan pelayanan dalam gedung, dilakukan secara
online dan penginputan data dilakukan pada saat tengah berlangsung.
Model ini membutuhkan setidaknya 5 unit komputer yang ditempatkan
pada loket, apotek, dan ruang pelayanan ( BP, KIA, GIGI, dll).
2. Model B
Komputer yang dibutuhkan pada model ini hanya 2 unit, yang dapat
diletakkkan pada loket dan ruang pelayanan (BP). Pada model data
pelayanan BP diinputkan pada saat pelayanan dan data pelayanan yang
lain diinputkan setelah pelayanan. Hal ini menuntut petugas khusus entry
23
data setelah pelayanan untuk ruang pelayanan yang tidak tersedia
komputer.( Prayekti : 2008)
BAB III
PEMBAHASAN
24
Puskesmas bertujuan untuk tercapainya masyarakat yang berperilaku Hidup
Bersih dan Sehat di Wilayah Puskesmas Simpang Timbangan Kabupaten Ogan
Ilir serta meningkatkan kualitas hidup dan menurunkan angka kematian dalam
usia produktif akibat kecelakan, kecelakaan kerja maupun kecelakaan lalu-
lintas.
Profil Puskesmas Timbangan ini menggambarkan hasil kegiatan dalam
Tahun 2010. Menyajikan data tentang keadaan umum, visi, misi, motto, sarana
dan prasarana serta hasil kegiatan. Diharapkan kepada Puskesmas Simpang
Timbangan dapat menunjang tercapainya Kabupaten Ogan Ilir Sehat dan
Sejahtera
25
Satu buah mobil Operasional Pusling, 1 buah mobil Ambulance, 3 buah
sepeda motor.
d. Unit Gawat Darurat 24 Jam
e. Pelayanan Rawat Inap (Umum dan Kebidanan)
26
– LOPK/Pekarya Kesehatan : 2 orang
– Bidan Desa : 2 orang
27
– Lansia : 795
– Jumlah Jiwa Askeskin : 1190
– Jumlah Sekolah
PAUD :4 TK :2
SD :5 SMP :2
SMU Unggulan :1 SMK :1
SLB :1
– Jumlah Pustu :-
– Jumlah Panti Jompo :1
– Poskesdes :3
– Posyandu :6
– Kader : 45 orang
– Mata Pencaharian Penduduk :
Petani : 30 %
Pedagang : 25 %
PNS, TNI, Polri : 35 %
Lain-lain : 15 %
28
– KIE ASI Pencapaian : 89,2 % (Target 90 %)
– Nakes Pencapaian : 9,5 % (Target 20 %)
– Non Nakes Pencapaian : 3,0 % (Target 10 %)
1.1.Upaya Pengobatan
Jumlah kunjungan Poli Tahun 2010
– Umum : 2016 orang
– Askes : 615 orang
– Jamkoskes : 5378 orang
– Jakesmas : 166 orang
– Total : 8175 orang
29
JUMLA
Jumlah Kunjungan Pas
6000
5000 JUMLAHKU
JumlahKunjunganPasienRawatI
4000
3000
2016
3 3
2000
3
1000
2.5 615
0
2 Umum
Askes
30
1.5
JUMLAH KU
JumlahKunjungan Labora
35
32
30
25 K
LaporanKegiatanProgramKesehatanInde
20
1
15
15
5
10
5
31
4.5 5
4
5
KUNJUN
30
25 24
20
18
GRAFIK KUNJUNGAN
16
17 10 P
RAWAT
15
JALAN UPDT PUSKE
11
900 10
817
10
800
6
700 55 5
5 44 44
32
600 3
518
1.2.Struktur Organisasi
STRU
Administrasi
TU Keuangan Promkes
33
n
34
1.3.Flow Chart Pendaftaran Pasien Di Puskesmas Simpang Timbangan
Askes,
Keterangan :
: Menunjukkan notasi untukawal dan akhir bagan alir
: Menunjukkan suatu operasi input atau suatu operasi output
: Menunjukkan suatu proses yang akan digunakanPoli
: Menunjukkan petunjuk dari aliran fisik pada program
35
DIAGRAMALIRPROSES PENDAFTAR
Askes, Jamsoskes
36
Poli
Keterangan :
: Menunjukkan notasi untukawal dan akhir bagan alir
: Menunjukkan suatu operasi input atau suatu operasi output
: Menunjukkan suatu proses yang akan digunakan
: Menunjukkan petunjuk dari aliran fisik pada program
a. Kekurangan
– Sistem informasi kesehatan di puskesmas Simpang Timbangan masih
bersifat manual sehingga proses lambat dan rumit.
– Resiko kehilangan data-data pasien cukup besar.
– Pencatatan dan pelaporan informasi-informasi kesehatan yang
dibutuhkan cenderung tidak lengkap.
BAB IV
37
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Sistem informasi kesehatan yang digunakan di puskesmas simpang
timbangan masih secara manual, belum komputerisasi. Sehingga lebih
banyak memiliki kekurangan atau kendala dari pada kelebihannya.
Kekurangan system informasi kesehatan di puskesmas timbangan:
– Sistem informasi kesehatan di puskesmas Simpang Timbangan masih
bersifat manual sehingga proses lambat dan rumit.
– Resiko kehilangan data-data pasien cukup besar.
– Pencatatan dan pelaporan informasi-informasi kesehatan yang
dibutuhkan cenderung tidak lengkap.
Salah satu cara yang dilakukan oleh petugas kesehatan di puskesmas
simpang Timbangan untuk meminimalisir kekurangan dari system
informasi kesehatan yang masih bersifat manual, seperti kehilangan data
adalah dengan merekap setiap data baik LB1, laporan kematian, laporan
apotek dan sebagainya, sebanyak tiga lembar, yang mana satu lembar
untuk laporan ke dinas kesehatan, satu lembar untuk puskesmas dan satu
lembar untuk arsip petugas yang bersangkutan.
A. Saran
1. Menggunakan sistem informasi kesehatan yang berbasis komputer dan
teknologi sehingga pengumpulan data lebih cepat dan data tidak hilang.
2. Meningkatkan pengetahuan dan wawasan para petugas kesehatan di
Puskesmas Simpang Timbangan tentang sistem informasi kesehatan
melalui kegiatan penyuluhan maupun pelatihan
3. Mengadakan pelatihan tentang penggunaan dan pemanfaatan sistem
informasi berbasis komputerisasi
4. Pemerintah daerah kabupaten Ogan Ilir menganggarkan dana untuk
penyediaan sistem informasi kesehatan yang berbasis komputer dan
multimedia pada puskesmas di wilayah kerjanya sehingga bisa tercipta
siknas yang terpadu.
5. Pemerintah diharapkan dapat memberikan bantuan berupa fasilitas media
berupa computer sebagai alat bantu pengelolaan data di puskesmas serta
38
program computer yang di desain sedemikian rupa untuk manajemen
data . Hal ini agar dapat memudahkan petugas puskesmas dalam
pelaksanaan system informasi kesehatan
6. Hendaknya hal tersebut diiringi dengan membentuk staf khusus yang
bertanggung jawab dan mengelola system informasi kesehatan di
puskesmas ,diantaranya sumber daya manusia yang memiliki kemampuan
khusus dalam hal penanganan data dan komputerisasi.
Daftar Pustaka
Anonim. 2010.
http://bursakerjaindonesia.info/lowongan-kerja/tujuan
puskesmas.php. Diakses tanggal 30 April 2011
39
Anonim. 2007. http://www.bahtiarlatief.co.cc/2010/03/puskesmas.html
Diakses tanggal 30 April 2011
Anonim.2007.
_pdf=1&id=27.Diakses 30 april 2011
Wikipedia.2010.http://id.wikipedia.org/wiki/Pusat_Kesehatan_Masyarakat.
Diakses tanggal 30 April 2011
40