You are on page 1of 4

SANTRI DAN PEMAKNAAN KITAB SUCI

Alqur’an diyakini oleh umat Islam sebagai firman yang berasal dari Allah dan

merupakan petunjuk hidup bagi seluruh umat manusia. Teks-teks alqur’an hingga

kini tetap dipertahankan dalam bahasa dan aksara aslinya, yaitu Arab. Al-Qur’an

juga dijadikan petunjuk/ pedoman agar manusia selamat di dunia dan akhirat.

Al-Quran merupakan kitab suci terakhir dan terbesar yang diturunkan Allah SWT

kepada manusia setelah Taurat, Zabur, dan Injil yang diturunkan kepada para

Rasul sebelum Nabi Muhammad SAW. Al-Quran merupakan kitab suci yang

istimewa karena tidak hanya mempelajari dan mengamalkan isinya saja yang

menjadi keutamaan, tetapi membacanya saja sudah bernilai ibadah.

Dalam kehidupan umat Islam Alqur’an tidak hanya dipahami sebagai kitab

petunjuk hidup melalui teks-teksnya saja tetapi juga dimaknai dalam berbagai

tujuan. Misalnya Bacaannya digunakansebagai terapi penyembuhan, ayat-ayatnya

ditulis indah sebagai aksesoris tempat ibadah, rumah, kantor dan pertokohan, saat

terjadi kematian rekaman bacaan ayat-ayatnya diputar, dibaca dengan merdu

dalam berbagai acara keagamaan.

Di Pesantren Al-Falahiyah, Alqur,an merupakan rutinitas sehari-hari bagi semua

santri, baik santri yang menghafalkan al-qur’an maupun yang tidak. Secara rutin

santri diwajibkan membaca Alqur’an pada waktu selesai shalat subuh dan magrib.

Alqur’an merupakan suatu wujud fisik dari firman Allah yang sangat berharga

dan terhormat bagi komunitas santri. Alqur’an bukan hanya dihormati dalam

konteks tata cara membacanya dengan kondisi tubuh yang bersih dan suci ketika
membacanya, dan juga menghadap kiblat. Lebih dari itu, terbentuk juga perilaku-

prilaku penghormatan yang dilakukan santri terhadap wujud fisik Alqur’an. Pada

saat santri membawa Alqur’an, ada perbedaan prilaku yang sangat menonjol

dengan ketika mereka membawa buku atau kitab selain Alqur,an. Ketika

membawa Alqur,an, santri tidak pernah membawanya dengan menenteng,

tetapiselalu menaruhnya di tangan dengan ditempelkan di dada. Alasannya untuk

menghormati Alqur’an. Penghormatan terhadap Alqur’an bukanya hanya ketika

membacanya tetapi juga membawanya. Saat kita duduk tidak boleh posisi

Alqur’an tidak boleh berada di bawah pantat, oleh karena itu santri tidak pernah

memeletakkan Alqur’an di saku baju bagian bawah. Hal itu menunjukan betapa

para santri sangat menghormati dan menghargai kitab suci Alqur’an dibandingkan

dengan kitab suci yang lainnya.

Pemaknaan-pemaknaan yang dilakukan oleh para santri terhadap Alqur,an

meliputi tiga wilayah penting, yaitu mushaf Alqur’an, tulisan, dan bacaannya.

Keragaman pemaknaan yang para santri lakukan terkait dengan tiga wilayah

Alqur’an tersebut telah membentuk tipaaae-tipe pemaknaan. Tipe pemaknaan

tersebut terkait dengan kepentingan pemaknaan yang menjadi dasar para santri

melakukan pemaknaan tersebut. Dari seluruh pemaknaan yang mereka lakukan

secara tipologis membentuk empat pokok pemaknaan, yaitu makna etis, berkah,

magis dan terapis.

Makna Etis

Makna Etis yang dimaksud disini adalah memaknai Alqur’an sebagai kitab

yang mesti dihormati. Alqur’an dihormati dengan tatacara tertentu oleh para
santri, karena di kalangan mereka terdapat pemahaman umum bahwa Alqur’an

merupakan kitab suci. Sebagai kitab suci secara etis bagi para santri selayaknya

bila Alqur’an dihormati Sikap-sikap ini terlihat pada tata cara yang mereka

lakukan ketika membaca dan membawa Alqur’an.

Makna Berkah dan Do’a

Dari proses membaca Alqur’an yang dilakukan oleh para santri dalam

pergumulan hidupnya setiap hari. Pemaknaan yang asantri lakukan didasarkan

pada konsep berkah. Konsep berkah ini biasanya muncul dalam konteks-konteks

di mana para santri membaca Alqur’an.

Makna Magis

Yang dimaksud dengan makna magis di sisni adalah bahwa tulisan

maupun bacaan ayat-ayat Alqur’an oleh para santri dimaknai sebagai sarana

terbentuk dan lahirnya kekutan supranatural. Dalam praktik pergumulan para

santri dengan Alqur’an ditemukan di mana mereka memanfaatkan tulisan ataupun

bacaan ayat-ayat tertentu sebagai mekanisme pemerolehan kekuatan supranatural.

Makna Terapis

Para santri juga memaknai bahwa tulisan maupun bacaan ayat-ayat

Alqur’an mampu menjadi obat penyakit, baik penyakit jasmani maupun penyakit

Ruhani. Tulisan dan bacaan ayat-ayat Alqur’an, di sini dimaknai sebagai medium

mempunyai kekuatan penyembuhan berbagai penyakit.


TUGAS MANDIRI
METODE STUDY ISLAM
DOSEN : SUPRIYANTI, M.Pd.I

HASIL ANALISIS
NEGARA DAN RADIKALISME AGAMA DI INDONESIA

DI SUSUN OLEH

NAMA : EVIANA
NPM : 09270220

SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH (STIT) IBNURUSYD


KOTABUMI LAMPUNG UTARA
TAHUN 2010 - 2011

You might also like