You are on page 1of 31

1

MODULUS YOUNG

I. TUJUAN
Menentukan elastisitas dari bahan besi, kayu, kuningan

II. DASAR TEORI


A. Bahan Elastis dan Plastis
 Bahan Elastis
Elatis adalah suatu sifat yang dimiliki oleh zat karena pengaruh suatu gaya berubah
menjadi bentuk lain, bila gaya tersebut dihilangkan maka akan kembali kebentuk semula.
Bahan elastis ialah bahan yang mudah diregangkan serta selalu cenderung pulih ke
keadaan semula,dengan mengenakan gaya reaksi elastis atas gaya tegangan yang
meregangkannya. Pada hakikatnya semua bahan memiliki sifat elastis meskipun boleh jadi
amat sukar diregangkan.
 Bahan Plastis
Bahan Plastis ialah sifat suatu benda yang tidak dapat kembali ke bentuk semula.
B. Pengertian Elastisitas
Elastisitas bagi suatu benda sangat penting. Suatu benda masih dapat dikatakan
elastis jika saat gaya yang bekerja pada benda tersebut ditiadakan dan benda kembali pada
keadaan semula. Sifat elastisitas suatu benda memiliki batas.
Elastisitas adalah kemampuan suatu benda untuk kembali ke bentuk awalnya segera
setelah gaya luar yang diberikan kepada benda tersebut dihilangkan. Ketika kita ingat
dengan kata “elastisitas”, kita biasanya membayangkan sesuatu yang bersifat lentur seperti
karet gelang. Jika kita renggangkan sejauh-jauhnya, posisi karet menjadi tegang, dan bila
gaya dihilangkan, posisi karet yang tadinya tegang akan kembali mengendur dan akhirnya
kembali ke posisi semula.
C. Batas elastis
Benda-benda elastik, seperti karet gelang biasanya juga memilki batas elastisitas
tertentu. Jika gaya luar yang diberikan melebihi gaya batas elastisitasnya, maka perubahan
bentuk yang dialami benda justru akan bersifat permanen. Bahkan, bila gaya yang kita
2

berikan melebihi gaya batas elastisitas, maka pemberian gaya tersebut dapat menyebabkan
benda patah atau putus, karena telah kehilangan kemampuan elastisitasnya (contohnya
pada kasus karet gelang yang ditarik dengan gaya terlalu besar, maka karet gelang tersebut
akan putus). Hal ini disebabkan tiap-tiap benda memiliki batas elastisitas yang berbeda.
Antara besi, kayu dan bahan lainnya juga memiliki batas yang berbeda-beda.
D. Tegangan dan Regangan
 Tegangan
Tegangan atau stress adalah perbandingan antara gaya dan luas penampang,
F
  daapat dituliskan dengan rumus :
sehingga
A

Keterangan :

  tegangan ( N atau Pa)


m2
F = gaya (N)
A = luas penampang (m2)
Tegangan (Stress) dapat dikelompokkan menjadi :
 Stress normal
Stress normal dibedakan menjadi stress normal tekan dan stress normal

dFn
tarik. dinyatakan : Sn=
dA
 Stress geser
Stress geser adalah gaya yang bekerja pada benda sejajar penampang.
dFt
dinyatakan : St=
dA
 Stress volume adalah gaya yang bekerja pada suatu benda sehingga terjadi
perubahan volume dan bentuknya tetap.
 Regangan
Regangan adalah perubahan relatif dalam ukuran atau bentuk suatu benda karena
pemakaian tegangan. Perubahan bentuk yang terjadi jika dua buah gaya yang sama besar
3

dan berlawanan arahnya (diberikan) pada masing-masing ujung benda dengan arah
menjauhi benda, maka benda tersebut akan bertambah panjang. Regangan adalah suatu
besaran yang tidak memiliki dimensi; sebagai contoh regangan longitudinal e (arah
memanjang benda) yang dihasilkan oleh tegangan F adalah sama dengan perubahan
panjang L dibagi dengan panjang awal benda L0 . Rumus Regangan dapat dituliskan
sebagai berikut:

e  L
L0

Dimana:  : regangan (strain)

L : pertambahan panjang
L : panjang mula-mula

E. Mampatan dan Geseran


 Mampatan
Perubahan bentuk yang terjadi jika dua buah gaya yang sama besar dan berlawanan
arahnya diberikan pada masing-masing ujung benda menuju titik pusat benda,maka benda
tersebut akan bertambah pendek.
 Geseran
Perubahan bentuk yang terjadi jika dua buah gaya besar dan berlawanan arahnya dikerjakan
pada masing-masing bidang sisi benda,maka benda tersebut akan bertambah pendek.
E. Hukum Hooke
Hukum Hooke menyatakan hubungan antara gaya F yang meregangkan pegas dan
pertambahan panjang pegas X pada daerah elastis pegas. Pada elastis linear, F sebanding
dengan x. bila hal ini dinyatakan dalam bentuk persamaan maka:

F = kx

Dimana :
F = gaya yang dikerjakan pada pegas (N)
4

x = pertambahan panjang pegas (m)


k = konstanta pegas (N/m)

Misalkan sebuah pegas yang direnggangkan dengan gaya tarik F hingga pegas itu
bertambah panjang sebesar x. Untuk meregangkan pegas agar semakin panjang maka harus
dikerjakan gaya yang semakin besar pula.
Menurut Robert Hooke :
“Jika gaya tarik F tidak melampaui bata elastisitas pegas, maka pertambahan panjang
pegas berbanding lurus (sebanding) dengan gaya tariknya.”
Untuk meregangkan pegas diperlukan usaha, yang kemudian usaha itu disimpan
pegas dalam bentuk energi potensial. Usaha yang dilakukan untuk menarik pegas :

1
W  Ep  Ep  F .x
2

Tetapan Gaya Benda Elastis


Kita telah mengetahui hubungan antara gaya tari F dengan Modulus Elastis E yang
dinyatakan dalam persamaan yaitu
F L
E
A Lo

Dengan mengolah persamaan di atas sehingga gaya tarik F yang berada di ruas kiri, lalu
kita identikkan persamaann tersebut dengan Hukum Hooke. Dari persamaan :

 AE 
F =   L
 Lo 
F = k L

Maka kita peroleh rumus umum tetapan gaya benda elastis k yaitu :

k=
5

F. Modulus Young/Modulus Elastis


Modulus elastisitas adalah penjabaran matematis dari suatu kecenderungan objek
atau bentuk untuk berubah bentuk ketika diberikan suatu gaya. Modulus elastisitas dari
suatu objek ditentukan sebagai puncak dari kurva tegangan-regangan-nya. Modulus Elastis
merupakan perbandingan tegangan per satuan regangan. Semakin besar modulus elastik,
semakin besar pula tegangan yang diperilakukan untuk regangan tertentu. Nilai modulus
Young hanya bergantung pada jenis benda (komposisi benda), tidak bergantung pada
ukuran benda atau bentuk benda.
Untuk percobaan elastisitas pada kawat, ketika kawat ditarik (direnggangkan) akan
mengalami pemanjangan. Untuk itu di berikan rumus:

d
e
2L

dengan,
L = jarak vertical cermin terhadap angka pengukuran
X= defleksi (pembelokan) pengukuran dalam skala
d = jarak dari cermin ke kawat.

G. Hubungan Antara Tegangan, Regangan, dan Modulus Elastis


Tegangan yang dibutuhkan untuk menghasilkan regangan tertentu tergantung pada
keadaan bahan yang ditekan. Perbandingan antara tegangan dan regangan, atau tegangan
persatuan regangan, disebut modulus elastik bahan. Semakin besar moduluselastis,
semakin besar tegangan yang dibutuhkan untuk suatu regangan tertentu.
Pertama tinjau tegangan dan regangan longitudinal (tarikan atau tekanan).
Percobaan menunjukkan bahwa sampai ke batas proporsional, suatu tekanan longitudinal
baik tarikan maupun tekanan akan menghasilkan regangan yang besarnya sama. Maka,
perbandingan antara tegangan tekan dengan regangan tarik sama dengan perbandingan
antara tegangan tekan dengan regangan tekan. Perbandingan ini disebut Modulus Young
untuk bahan, dan akan dinyatakan dengan Y.
6

F / Atarikl Ftegangan tekan


tegangan
yy   0  
l / l0 tarikA regangan
regangan l tekan

Misalkan seutas kawat ditarik maka kawat itu akan terjadi tegangan. Tegangan atau stress
() diartikan sebagai hasil bagi antara gaya tarik F dengan luas penampang kawat A. Jadi,
tegangan () dapat ditulis menjadi :
F
 
A
Bila sebuah pegas panjang awal lo ditarik hingga bertambah panjang menjadi l (akhir) maka
:
x = l - lo

Hal diatas disebut sebagai regangan atau strain (e), yang didefinisikan sebagai
perbandingan antara pertambahan panjang x dengan panjang awalnya l0. Jadi regangan (e)
dapat ditulis menjadi :

x L
e atau e
l0 L0

Regangan sudut atau regangan luncuran sudut ialah deformasi, yakni perubahan
bentuk yang berkaitan denagn sudut luncuran. Berbeda dengan tegangan ataupun tekanan
yang arahnya tegak lurus permukaan yang dikaitkannya, maka gaya luncuran F adalah pada
arah meluncur sepanjang permukaan yang mengakibatkan timbulnya sudut luncuran.
Deformasi elastik dari suatu benda padat dihubungkan pada tegangan-tegangan yang
diasosiasikan dengan benda itu oleh besaran yang dinamakan “Modulus Elastik” didalam
daerah linier dari grafik tegangan-regangan (untuk tarikan/kompresi), “kemiringan grafik”
menyamai nilai banding tegangan terhadap regangan yang dinamakan “Modulus Young
(E)” dari bahan tersebut.
7

Daerah tegangan-regangan linier dinamakan juga “hukum Hooke”, pada daerah ini karena
tegangan berhbungan secara linier dengan regangan, maka berarti gaya berhubungan linier
dengan pemanjangannya.
Modulus Young (E) atau Modulus elastis sebatang logam diartikan sebagai perbandingan
antara tegangan () dan regangan (e) logam itu. Jadi, modulus elastis (E) dapat ditulis
menjadi :

E
e

F L 
Jika nilaiF  dan nilai e  L kita masukan ke persamaan Y  maka,
A  A FL e
Y
0

L AL
L0

Dimana :
Y = Modulus Young (pascal)
1 Pa = 1 N/m2

III. ALAT DAN BAHAN


1. Dua batang penyangga bahan
2. Cermin skala
3. Gantungkan beban dengan jarum penunjuk
4. Beban pemberat :
a. 1 kg, 5 buah, satu dengan kail dan kawat penunjuk
b. 0,5 kg, 4 buah, satu dengan kail dan kawat penunjuk
c. 50 gr 4 buah, satu dengan kail dan kawat penunjuk
5. Jangka Sorong
6. Batang kayu, besi, kuningan masing-masing satu batang.
IV. PELAKSANAAN PERCOBAAN
1. Jarak antara ujung-ujung kedua penyangga sebagai L diukur.
1. Batang diletakkan diatas penyangga dengan gantungan beban ditengah-tengah.
2. Kemudian diperiksa kepada pembimbing
8

3. Beban ditimbang berturut-turut secara teratur:


 1 kg untuk batang besi sampai 5 kg.
 0,5 kg untuk batang kuningan sampai 2 kg
 0,05 gr untuk batang kayu sampai 0,2 kg
4. Setelah dicapai beban maksimum, dikurangi satu persatu dan dicatat kedudukan
kawat penunjuk.

V. DATA PENGAMATAN
A. KUNINGAN
9

1. Pengukuran jarak antara dua batang 2. Pengukuran diameter batang kuningan


penyangga
Pengukuran L(cm) Pengukuran L(cm)
I 97,5 I 0,950
II 97,6 II 0,952
III 97,5 III 0,951
IV 97,7 IV 0,951
V 97,6 V 0,950

3. Pengukuran beban dan ∆L


o Menuju beban maksimum
Berat Penyangga Beban ∆L(cm)
(kg) (kg)
0,5 0,5 9,9
0,5 1 10,7
0,5 1,5 10,9
0,5 2 11,2
o Setelah beban maksimum
Berat Beban ∆L(cm)
Penyangga(kg) (kg)
0,5 2 11,2
0,5 1,5 10,9
0,5 1 10,7
0,5 0,5 10,5
10

B. BESI
1. Pengukuran jarak antara dua batang 2. Pengukuran diameter batang besi
penyangga
Pengukuran L(cm) Pengukuran L(cm)
I 97,5 I 0,943
II 97,6
II 0,946
III 97,5 III 0,947
IV 97,7
IV 0,942
V 97,6
V 0,942
3. Pengukuran beban dan ∆L
o Menuju beban maksimum
Berat Penyangga Beban ∆L(cm)
(kg) (kg)
0,5 1 2,8
0,5 2 3,2
0,5 3 3,7
0,5 4 4,2
0,5 5 4,6
o Setelah beban maksimum
Berat Beban ∆L(cm)
Penyangga(kg) (kg)
0,5 5 4,6
0,5 4 4,1
0,5 3 3,6
0,5 2 3,1
0,5 1 2,7
11

C. KAYU
1.
Pengukuran L(cm)
I 101,5
II 101,5
III 101,5
IV 101,5
 Lebar Kayu
V 101,5
Pengukuran Panjang(cm)
Pengukuran jarak antara dua batang
penyangga I 2

Pengukuran L(cm) II 2
I 97,5 III 2
II 97,6 IV 2
III 97,5 V 2
IV 97,7
V 97,6 3. Pengukuran beban dan
o Menuju beban Maksimum
 Tinggi Kayu
Pengukuran Panjang(cm)
I 1
II 1
III 1
IV 1
V 1

2. Panjang, Lebar, dan Tinggi Kayu  Setelah beban maksimum


 Panjang Kayu Berat Penyangga Beban ∆L(cm)
(kg) (gr)
12

0,05 50 4 0,05 50 4
13

0,05 50 4 0,05 50 4
14

0,05 50 4

0,05 50 4
0,05 50 4
0,05 50 4

VI. PERHITUNGAN
A. PERHITUNGAN UNTUK BATANG KUNINGAN
Diketahui : L0 = 97,58 cm = 97,58 x 10-2 = 0,9758 m

F0 = 0,5kg  10 m s 2 = 5 N
1
A =   d 2
4

=
1
4

 3,14  0,9508.10  2 m  2
= 0,7 x 10-4 m2

L = 9,9cm = 9,9 x 10-2 m


Ditanya : Y = ……………?
L0  F0
Jawab : Y =
A  L
0,9758m  5 N
=
0,7 x10  4 m 2  9,9 x10  2 m
4,879 N
=
6,93 x10  6 m 2

= 0,7 x10 6 N / m 2

Dengan cara yang sama diperoleh


I. Menuju beban maksimum
15

F0 (N) ΔL (m) Lo (m) A (m2)


Y N m 
2

5 9,9 x 10-2 0,9758 0,7x10-4 0,70 x 106


10 10,7 x 10-2 0,9758 0,7x10-4 1,30 x 106
15 10,9 x 10-2 0,9758 0,7x10-4 1,92 x 106
20 11,2 x 10-2 0,9758 0,7x10-4 2,49 x 106

II. Setelah beban maksimum


F0 (N) ΔL (m) Lo (m) A (m2)
Y N m 
2

20 11,2 x 10-2 0,9758 0,7x10-4 2,49 x 106


15 10,9 x 10-2 0,9758 0,7x10-4 1,92 x 106
10 10,7 x 10-2 0,9758 0,7x10-4 1,30 x 106
5 9,9 x 10-2 0,9758 0,7x10-4 0,70 x 106

B.PERHITUNGAN UNTUK BATANG BESI


Diketahui : L0 = 97,58 cm = 97,58 x 10-2 = 0,9758 m
F0 = 1kg  10 m s 2 = 10 N
1
A =   d 2
4

=
1
4

 3,14  0,944.10  2 m  2
= 0,7 x 10-4 m2

L = 2,8cm = 2,8 x10-2 m


Ditanya : Y = ……………?
L0  F0
Jawab : Y =
A  L
0,9758m  1N
=
0,7 x10  4 m 2  2,8 x10  2 m
0,9758 N
=
1,96 x10  6 m 2

= 0,5 x10 6 N / m 2

Dengan cara yang sama diperoleh


I. Menuju beban maksimum
16

F0 (N) ΔL (m) Lo (m) A (m2)


Y N m  2

1 2,8 x 10-2 0,9758 0,7x10-4 0,50 x 106


2 3,2 x 10-2 0,9758 0,7x10-4 0,87 x 106
3 3,7 x 10-2 0,9758 0,7x10-4 1,13 x 106
4 4,2 x 10-2 0,9758 0,7x10-4 1,33 x 106
5 4,6 x 10-2 0,9758 0,7x10-4 1,52 x 106
II. Setelah beban maksimum
F0 (N) ΔL (m) Lo (m) A (m2)
Y N m  2

5 4,6 x 10-2 0,9758 0,7x10-4 1,52 x 106


4 4,1 x 10-2 0,9758 0,7x10-4 1,36x 106
3 3,6 x 10-2 0,9758 0,7x10-4 1,16 x 106
2 3,1 x 10-2 0,9758 0,7x10-4 0,9 x 106
1 2,7 x 10-2 0,9758 0,7x10-4 0,52 x 106

B.PERHITUNGAN UNTUK BATANG KAYU


Diketahui : L0 = 97,58 cm = 97,58 x 10-2 = 0,9758 m
F0 = 0,05kg  10 m s 2 = 0,5 N

p = 101,5cm = 1,015 m
l = 2 cm = 0,02 m
t = 1 cm = 0,01 m
A = 2(p x l) + 2(p x t) + 2(l x t)
= 2(1,015 x 0,02) + 2(1,015 x 0,01) + 2(0,02 x 0,01)
= 2(0,0203) + 2( 0,01015) +2(0,0002)m2
= (0,0406)+(0,0203)+ (0,0004)= 0,0613 m2
L = 4 cm = 4 x 10-2 m
Ditanya : Y = ……………?
L0  F0
Jawab : Y =
A  L
0,9758 m  0,5 N
=
0,0613m 2  4  10  2 m

0,4879 N
=
0,2452  10  2 m 2
17

N
= 1,99 x 10 2 m2
Dengan cara yang sama diperoleh :
I. Menuju beban maksimum
F0 (N) ΔL (m) Lo (m) A (m2)
Y N m  2

0,5 4 x 10-2 0,9758 0,0613 1,99 x 102


1 4 x 10-2 0,9758 0,0613 3,98 x 102
1,5 4 x 10-2 0,9758 0,0613 5,97 x 102
2 4 x 10-2 0,9758 0,0613 7,96 x 102
II. Setelah beban maksimum
F0 (N) ΔL (m) Lo (m) A (m2)
Y N m  2

2 4 x 10-2 0,9758 0,7x10-4 7,96 x 102


1,5 4 x 10-2 0,9758 0,7x10-4 5,97 x 102
1 4 x 10-2 0,9758 0,7x10-4 3,98 x 102
0,5 4 x 10-2 0,9758 0,7x10-4 1,99 x 102

VII. RALAT KERAGUAN


A. RALAT KERAGUAN UNTUK BATANG KUNINGAN
I. Untuk Jarak Antar Kedua Penyangga
No Lo (m) L0  m  L 0  L0   m  L
0  L0   m 
2

1 0,975 0,9758 -0,0008 6,4 x 10-7


2 0,976 0,9758 0,0002 0,4 x 10-7
3 0,975 0,9758 -0,0008 6,4 x 10-7
4 0,977 0,9758 0,0012 14,4 x 10-7
5 0,976 0,9758 0,0002 0,4 x 10-7
  L0  L0   m  28 x 10
2 -7

L  L0 
2

ΔLo = 0
m
n n  1

28  10 7
= m
5 5  1

28  10 7
= m
20
18

= 14  10 8 m
ΔLo = 3,74 x 10-4 m
L0  L0 = (0,9758  3,74 x 10-4) m
 L0 
Ralat nisbi = 100% -   100 0 0 
 L0 
 3,74  10 4 
= 100% -   100 0 0 
 0,9758 

= 100% - (0,00038 x 100%)


= 100% - 0,038%
Kebenaran Praktikum = 99,96%

II. Untuk Diameter Kuningan


No d (m) d  m  d  d  m   d  d   m
2

1 0,950x 10-2 0,9508 x 10-2 -8x10-6 0,064 x 10-10


2 0,952x 10-2 0,9508 x 10-2 1,2x10-5 1,44 x 10-10
3 0,951x 10-2 0,9508 x 10-2 2x10-6 0,02 x 10-10
4 0,951x 10-2 0,9508 x 10-2 2x10-4 0,02 x 10-10
5 0,950x 10-2 0,9508 x 10-2 -8x10-6 0,064 x 10-10
  d  d   m 1,588 x 10-10
2

 d  d 
2

Δd = m
n n  1

1,588  10 10
= m
5 5  1

1,588  10 10
= m
20

= 0,079  10 10 m
Δd = 0,28 x 10-5 m
d  d = (0,9508 x 10-2  0,28 x 10-5) m
 d 
Ralat nisbi = 100% -   100 0 0 
 d 
19

 0,28  10 5 
= 100% -  2
 100 0 0 
 0,9508  10 
= 100% - (0,00029 x 100%)
= 100% - 0,029%
Kebenaran Praktikum = 99,97%

III. Untuk F dengan penambahan dan pengurangan beban pada kuningan


No F (N) FN  F  F  N  F  F   N
2

1 5 12,5 -7,5 56,25


2 10 12,5 -2,5 6,25
3 15 12,5 2,5 6,25
4 20 12,5 7,5 56,25
F  F   N  125
2

F  F 
2

ΔF = N
n n  1

125
= N
5 5  1

125
= N
20

= 6,25 N
= 2,5 N
F  F = (12,5  2,5) N
 F 
Ralat nisbi = 100% -   100 0 0 
 F 
 2,5 
= 100% -   100 0 0 
 12,5 

= 100% - (0,2 x 100%)


= 100% - 20 %
Kebenaran Praktikum = 80 %

III. Untuk ΔL pada kuningan


20

No ΔL (m) L  m   L  L  m   L  L   m 
2

1 9,9 x 10-2 10,68 x 10-2 -0,78 x 10-2 0,6084 x 10-4


2 10,7 x 10-2 10,68 x 10-2 0,02 x 10-2 0,0004 x 10-4
3 10,9 x 10-2 10,68 x 10-2 0,22 x 10-2 0,0484 x 10-4
4 11,2 x 10-2 10,68 x 10-2 0,52 x 10-2 0,2704 x 10-4
5 11,2 x 10-2 10,68 x 10-2 0,52 x 10-2 0,2704 x 10-4
6 10,9 x 10-2 10,68 x 10-2 0,22 x 10-2 0,0484 x 10-4
7 10,7 x 10-2 10,68 x 10-2 0,02 x 10-2 0,0004 x 10-4
8 9,9 x 10-2 10,68 x 10-2 -0,78 x 10-2 0,6084 x 10-4
  L  L   m  1,8552 x 10-4
2

  L  L 
2

ΔΔL = m
n n  1

1,8552  104
= m
8 8  1

1,8552  10 4
= m
56

= 0,033  10 4 m
= 0,18 x 10-2 m
L  L = (10,68 x 10-2  0,18 x 10-2 ) m
 L 
Ralat nisbi = 100% -   100 0 0 
 L 

 0,18  102 
= 100% -  2
 100 0 0 
 10,68  10 
= 100% - (0,0169 x 100%)
= 100% - 1,69 %
Kebenaran Praktikum = 98,31 %

IV. Ralat keraguan Modulus Young pada kuningan.


L0  F  F 
Y  ΔY =
A L  L 
0,9758 12,5  2,5
0,7  10 10,68 x 10- 2  0,18  10 4 
= 4
21

12,2  2,44
=
7,48  10 6  0,126  10 8

12,2 12,2  2,44 0,126  108 


=    
7,48  10 6
7,48  10 6  12,2 7,48  10 6 

= 
1,63  106  1,63  106 0,2  0,017 x10 2 
= 1,63  106  1,63  10  20 x106 2
 0,017 x102 s 
=  4,66  10 8
 1,156  108 N  m2
 Y 
Ralat nisbi = 100% -   100 0 0 
 Y 

 1,156  108 
= 100% -   100 0 0 
 4,66  10
8

 0,1156  107 
= 100% -   100 0 0 
 4,66  10
8

= 100% - (0,0245x101 x 100%)


= 100% - 20,0%
Kebenaran Praktikum = 80 %

B. RALAT KERAGUAN UNTUK BATANG BESI


I. Untuk Jarak Antar Kedua Penyangga
No Lo (m) L0  m  L 0  L0   m  L0  L0   m 
2

1 0,975 0,9758 -0,0008 6,4 x 10-7


2 0,976 0,9758 0,0002 0,4 x 10-7
3 0,975 0,9758 -0,0008 6,4 x 10-7
4 0,977 0,9758 0,0012 14,4 x 10-7
5 0,976 0,9758 0,0002 0,4 x 10-7
  L0  L0   m  28 x 10
2 -7

L  L0 
2

ΔLo = 0
m
n n  1

28  10 7
= m
5 5  1
22

28  10 7
= m
20

= 14  10 8 m
ΔLo = 3,74 x 10-4 m
L0  L0 = (0,9758  3,74 x 10-4) m
 L0 
Ralat nisbi = 100% -   100 0 0 
 L0 
 3,74  10 4 
= 100% -   100 0 0 
 0,9758 

= 100% - (0,00038 x 100%)


= 100% - 0,038%
Kebenaran Praktikum = 99,96%

II. Untuk Diameter Besi


No d (m) d  m  d  d  m   d  d   m
2

1 0,943x 10-2 9,44 x 10-3 - 1 x 10-5 1 x 10-10


2 0,946x 10-2 9,44 x 10-3 2 x 10-5 4 x 10-10
3 0,947x 10-2 9,44 x 10-3 3 x 10-5 9 x 10-10
4 0,942x 10-2 9,44 x 10-3 -2 x 10-5 4 x 10-10
5 0,942x 10-2 9,44 x 10-3 -2 x 10-5 4 x 10-10
  d  d   m 22 x10-10
2

 d  d 
2

Δd = n n  1 m
22  10 10
= 5 5  1 m

22  10 10
= m
20

= 1,1  10 10 m
= 1,05 x 10-5 m
d  d = (9,44 x 10-3  1,05 x 10-5) m
23

 d 
Ralat nisbi = 100% -   100 0 0 
 d 

 1,05  10 5 
= 100% -  3
 100 0 0 
 9,44  10 
= 100% - (0,0011 x 100%)
= 100% - 0,11%
Kebenaran Praktikum = 99,89%

III. Untuk F dengan penambahan dan pengurangan beban pada besi


No F (N) FN  F  F  N  F  F   N
2

1 10 30 -20 400
2 20 30 -10 100
3 30 30 0 0
4 40 30 10 100
5 50 30 20 400
F  F   N  1000
2

F  F 
2

ΔF = n n  1 N
1000
= 5 5  1 N

1000
= N
20

= 50 N

= 7,07 N
F  F = (30  7,07) N
 F 
Ralat nisbi = 100% -   100 0 0 
 F 

 7,07 
= 100% -   100 0 0 
 30 
= 100% - (0,2356 x 100%)
= 100% - 23,56%
Kebenaran Praktikum = 76,44%
24

III. Untuk ΔL pada besi


No ΔL (m) L  m   L  L  m   L  L   m 
2

1 2,8 x 10-2 3,66 x 10-2 -0,86 x 10-2 0,7396 x 10-4


2 3,2 x 10-2 3,66 x 10-2 -0,46 x 10-2 0,2116 x 10-4
3 3,7 x 10-2 3,66 x 10-2 0,04 x 10-2 0,0016 x 10-4
4 4,2 x 10-2 3,66 x 10-2 0,54 x 10-2 0,2916 x 10-4
5 4,6 x 10-2 3,66 x 10-2 0,94 x 10-2 0,8836 x 10-4
6 4,6 x 10-2 3,66 x 10-2 0,94 x 10-2 0,8836 x 10-4
7 4,1 x 10-2 3,66 x 10-2 0,44 x 10-2 0,1936 x 10-4
8 3,6 x 10-2 3,66 x 10-2 -0,06 x 10-2 0,0036 x 10-4
9 3,1 x 10-2 3,66 x 10-2 -0,56 x 10-2 0,3136 x 10-4
10 2,7 x 10-2 3,66 x 10-2 -0,96 x 10-2 0,9216 x 10-4
  L  L   m  4,444x 10-4
2

  L  L 
2

ΔΔL = m
n n  1

4,444  10 4
= m
1010  1

4,444  10 4
= m
90

= 0,0494  10 4 m
= 0,22 x 10-2 m
L  L = (3,66 x 10-2  0,22 x 10-2) m
 L 
Ralat nisbi = 100% -   100 0 0 
 L 

 0,22  10 2 
= 100% -  2
 100 0 0 
 3,66  10 
= 100% - (0,0601 x 100%)
= 100% - 6,01 %
Kebenaran Praktikum = 93,99 %

IV. Ralat keraguan Modulus Young pada besi


25

L0  F  F 
Y  ΔY =
A L  L 
0,9758  30  7,07 
=

0,7  10 3,66 x 10- 2  0,22  10 2
4

29,27  6,9
=
2,56  10  6  0,154  10 6

29,27 29,27  6,9 0,154  106 


= 6
   
2,56  10 2,56  10 6  29,27 2,56  10 6 

= 11,43  106  11,43  106  0,236  0,060 

= 11,43  106  11,43  106 (0,296)

= 11,43  10 6
 3,38  106 N  m2
 Y 
Ralat nisbi = 100% -   100 0 0 
 Y 

 3,38  106 
= 100% -   100 0 0 
 11,43  10
6

= 100% - (0,296 x 100%)
= 100% - 29,6%
Kebenaran Praktikum = 70,4 %

C. RALAT KERAGUAN UNTUK BATANG KAYU


I. Untuk Jarak Antar Kedua Penyangga
No Lo (m) L0  m  L 0  L0   m  L 0  L0   m 
2

1 0,975 0,9758 -0,0008 6,4 x 10-7


2 0,976 0,9758 0,0002 0,4 x 10-7
3 0,975 0,9758 -0,0008 6,4 x 10-7
4 0,977 0,9758 0,0012 14,4 x 10-7
5 0,976 0,9758 0,0002 0,4 x 10-7
  L0  L0   m  28 x 10
2 -7

L  L0 
2

ΔLo = 0
m
n n  1
26

28  10 7
= m
5 5  1

28  10 7
= m
20

= 14  10 8 m
ΔLo = 3,74 x 10-4 m
L0  L0 = (0,9758  3,74 x 10-4) m
 L0 
Ralat nisbi = 100% -   100 0 0 
 L0 
 3,74  10 4 
= 100% -   100 0 0 
 0,9758 

= 100% - (0,00038 x 100%)


= 100% - 0,038%
Kebenaran Praktikum = 99,96%

II. Untuk F dengan penambahan dan pengurangan beban pada kayu


No F (N) FN  F  F  N  F  F   N
2

1 0,5 1,25 -0,75 0,5625


2 1 1,25 -0,25 0,0625
3 1,5 1,25 0,25 0,0625
4 2 1,25 0,75 0,5625
F  F   N  1,25
2

F  F 
2

ΔF = n n  1 N
1,25
= N
4 4  1

1,25
= N
12

= 0,104 N
= 0,32 N
F  F = (1,25  0,32) N
27

 F 
Ralat nisbi = 100% -   100 0 0 
 F 
 0,32 
= 100% -   100 0 0 
 1,25 

= 100% - (0,256 x 100%)


= 100% - 25,6%
Kebenaran Praktikum = 74,4%

III. Untuk ΔL pada kayu


No ΔL (m) L  m   L  L  m   L  L   m 
2

1 4 x 10-2 4 x 10-2 0 0
2 4 x 10-2 4 x 10-2 0 0
3 4 x 10-2 4 x 10-2 0 0
4 4 x 10-2 4 x 10-2 0 0
5 4 x 10-2 4 x 10-2 0 0
6 4 x 10-2 4 x 10-2 0 0
7 4 x 10-2 4 x 10-2 0 0
8 4 x 10-2 4 x 10-2 0 0
9 4 x 10-2 4 x 10-2 0 0
10 4 x 10-2 4 x 10-2 0 0
  L  L   m  0
2

  L  L 
2

ΔΔL = m
n n  1

0
= m
1010  1

0
= m
90
= 0m
L  L = (4 x 10-2  0 ) m
 L 
Ralat nisbi = 100% -   100 0 0 
 L 

 0 
= 100% -  -2
 100 0 0 
 4 x 10 
28

= 100% - (0 x 100%)
= 100% - 0 %
Kebenaran Praktikum = 100 %

IV. Ralat keraguan Modulus Young pada kayu


L0  F  F 
Y  ΔY =
A L  L 
0,9758 1,25  0,32 
=

0,0613 4 x 10- 2  0 
1,22  0,31
=
0,245  10  2  0

1,22 1,22  0,31 0 


= 2
 2
  2

0,245  10 0,245  10  1,22 0,245  10 

= 4,98  102  4,98  102  0,25  0 

= 4,98  102  4,98  102  0,25

= 4,98  10 2  1,245  102 N / m 2

 Y 
Ralat nisbi = 100% -   100 0 0 
 Y 

 1,245  10 2 
= 100% -   100 0 0 
 4,98  10
2

= 100% - (0,25 x 100%)
= 100% - 25%
Kebenaran Praktikum = 75%

VIII. PEMBAHASAN
Praktikum Modulus Young kali ini dilakukan dengan tujuan untuk menentukan
suatu elastisitas benda. Dalam praktikum Modulus Young ini, untuk mengetahui adanya
pertambahan panjang dan elastistasnya pada besi, kayu maupun kuningan, digunakan
gantungan beban. Bahan yang akan ditentukan elastisitasnya diletakkan pada batang
penyangga. Kemudian gantungan beban diletakan tepat ditengah-tengah bahan yang akan
29

ditentukan elastisitasnya yaitu besi, kayu maupun kuningan. Kertas millimeter block
ditempelkan tepat dibelakang bahan yang akan ditentukan elastisitasnya. Pada bahan besi,
kayu, maupun kuningan dipasang kail atau kawat yang berfungsi sebagai jarum penunjuk.
Apabila beban dengan berat yang sama ditambahkan satu per satu sampai mencapai beban
maksimum , akan menghasilkan sebuah gaya tarik yang bekerja pada gantungan beban
menyebabkan gantungan beban bertambah panjang atau menyebabkan gaya elastisitas dan
akan kembali keawal, juga beban yang digunakan diangkat, sehingga dalam percobaan ini
memerlukan ketelitian yang sangat tinggi.
Dalam melakukan praktikum Modulus young ini, terjadi kesalahan-kesalahan.
Kesalahan-kesalahan dalam pengukuran, pengamatan (mencatat) data mempunyai peran
yang sangat penting dalam menentukan hasil percobaan. Ketidaktelitian (kecerobohan)
dalam mencatat serta mengukur data dapat dilihat dengan persentase kebenaran yang tidak
mencapai seratus persen. Namun pada bahan kayu, kebenaran ΔL mencapai seratus persen.
Hal ini disebabkan akibat jarum penunjuk menunjuk kertas diantara jarak 0-1mm sehingga
harus mengira-ngira. Persentase kebenaran yang tidak mencapai angka seratus persen,
disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya, Ketidak akuratan jarum penunjuk pada kertas
millimeter block, Ketidak telitian dalam mencatat hasil pengamatan, Ketidakhati – hatian
dalam memberikan beban sehingga terjadi pergeseran pada besi sebagai penahan beban,
serta keadaan besi yang sedikit mengalami pengaratan.
Dalam praktikum kali ini, pengambilan data dengan pengukuran dilakukan
sebanyak 5 kali. Dalam pengukuran dan perhitungan terdapat keraguan yang telah dibahas
pada ralat. Keraguan ini dapat terjadi karena :
 Saat mengukur elastisitas, jarum penunjuk masih bergerak – gerak karena
pemasangan pada besi tidak kuat sehingga menyulitkan dalam pencatatan data.
 Pengukuran diameter penahan beban yang disetiap sisinya berbeda – beda sehingga
dalam pencatatan data diambil rata – tata diameter.
 Spekulasi pengukuran panjang penahan beban karena pada penahan beban telah
terdapat pengukuran sebelumnya.

IX. KESIMPULAN
30

 Benda Elatis adalah Sifat suatu benda yang dapat kembali ke bentuk semula
sedangkan benda plastis adalah sifat suatu benda yang tidak dapat kembali ke
bentuk semula.
 Elastisitas adalah salah satu hal yang berhubungan dengan perubahan bentuk suatu
benda bila dipengaruhi gaya luar.
 Tegangan didefinisikan sebagai perbandingan gaya P terhadap luas A. Tegangan
dapat dibedakan menjadi tegangan tarik, tegangan normal, tegangan tekan, dan
tegangan tangensial.
 Regangan ialah perubahan relatif dari ukuran-ukuran panjang atau bentuk, karena
mengalami tegangan.
 Modulus Young merupakan perbandingan tegangan per satuan
regangan.mempunyai satuan yang sama dengan satuan tegangan yaitu N/m² atau
Pa.
31

DAFTAR PUSTAKA

Alit Paramarta, Ida Bagus dan Christine Prita. 2010. Penuntun Praktikum Fisika Dasar I.
Jurusan Fisika (Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam) Universitas Udayana :
Bukit Jimbaran Bali
Sutrisno. 1997. Fisika Dasar Mekanika. Bandung : ITB
Giancoli, Douglas C. 2001. Fisika, Edisi kelima. Jakarta: Erlangga
http://www.scribd.com/doc/38577397/Hukum-Hooke-Dan-Elastisitas

You might also like