You are on page 1of 45

TITRASI

NETRALISASI
[TITRASI ASAM – BASA]

Lecture of Dr. Tutus Gusdinar


Ph
Pharmacochemistry
h i t Research
R h Group
G
School of Pharmacy
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
Aplikasi
p Titrasi Netralisasi
Titrasi netralisasi digunakan untuk menentukan
kadar analit yang bersifat asam/basa atau zat
yang dapat diubah menjadi asam/basa.
Air digunakan sebagai pelarut karena mudah
diperoleh,
p , murah,, tidak beracun dan mempunyai
p y
koefisien suhu muai yang rendah.
Beberapa analit tidak dapat dititrasi dalam air
karena kelarutannya rendah atau memiliki
kekuatan asam/ basa yg tidak memadai untuk
mencapai titik akhir, senyawa demikian biasanya
ditritrasi bebas air.
Pereaksi Titrasi Netralisasi
• Larutan Baku Asam distandarkan dg
Baku Primer Basa : Na-karbonat, TRIS
atau THAM (tris hidroksimetil
aminometan), Na-tetraborat, Merkuri
oksida
• Larutan Baku Basa (perhatikan efek
CO2 dalam air) distandarkan dg
Baku Primer Asam : KH-Ftalat
KH Ftalat, Asam
benzoat, Asam sulfamat, KH-iodat,
Asam sulfosalisilat
Indikator Titrasi Asam-Basa
Asam Basa
Asam : HIn + H2O H3O+ + In-
B
Basa : IIn- + H2O HI + OH-
HIn

[H3O+][In-] [HIn]
Ka = ---------------- pH = pKa - log -------
[HIn] [In-]

Warna TAT tergantung konsentrasi yang dominan :


Mis. jika HIn merah dan In- kuning, maka

pada pH rendah [HIn] dominan, ratio 10/1 (merah)


pada pH tinggi [In-] dominan,
dominan ratio 1/10 (kuning)
pada pH sedang [HIn] = [In-], ratio 1 (jingga)
R t
Rentang pH
H IIndikator
dik t

Warna kuning :
pHkuning = pKa + log 10/1 = 5 +1 = 6
Warna merah :
pHmerah = pKa + log 1/10 = 5 -1 = 4
_____________________________
ΔpH = pHkuning – pHmerah = 2

pH range = 4 - 6
FENOLFTALEIN

H2In HIn-

In-2
The first useful theory of indicator action was suggested
by W
W. 0stwald based upon the concept that indicators in
general use are very weak organic acids or bases.

The simple Ostwald theory of the colour change of


indicators has been revised, and the colour changes are
believed to be due to structural changes, including the
production of quinonoid and resonance forms; these may
be illustrated by reference to phenolphthalein
phenolphthalein, the changes
of which are characteristic of all phthalein indicators. In
the presence of dilute alkali the lactone ring in (I) opens to
yield (II), and the triphenylcarbinol structure (II) undergoes
loss of water to produce the resonating ion (III) which is
red. If phenolphthalein is treated with excess of
concentrated alcoholic alkali the red colour first produced
disappears owing to the formation of (IV).
(IV)
The chemical structure change of phenolphtalein indicator
MERAH FENOL

H2In+ HIn
(merah) (kuning)

In-
(merah)
JINGGA METIL
( HELIANTIN )

In-
(merah)

In
(kuning)

HIn-
( i k)
(pink)
Daftar Indikator Asam-Basa
NAMA pH range pKa Warna Tipe (sifat)
(μ = 0
0,1
1 M)
Biru timol 1,2-2,8 1,65 Merah-Kuning asam
8,0-9,6 8,90 Kuning-Biru
Kuning metil 2,9-4,0 Merah-Kuning basa
Jingga metil 3,1-4,4 3,46* Merah-Jingga basa
Hijau bromkresol 3854
3,8-5,4 4 66
4,66 Kuning Biru
Kuning-Biru asam
Merah metil 4,2-6,3 5,00* Merah-Kuning basa
Ungu bromkresol 5,2-6,8
5,2 6,8 6,12 Kuning-Ungu
Kuning Ungu asam
Biru bromtimol 6,2-7,6 7,10 Kuning-Biru asam
Merah fenol 6,8-8,4 7,81 Kuning-Merah asam
Ungu kresol 7,6-9,2 Kuning-Ungu asam
Fenolftalein 8,3-10,0 t.b. - Merah asam
Timolftalein 9 3 10 5
9,3-10,5 t b - Biru
t.b. Bir asam
Kuning alizarin 10,0-12,0 Kuning-Ungu basa
Indikator Campur
p
Jika perubahan warna pada TAT tidak tajam, dapat digunakan campuran dua
indikator atau gunakan campuran indikator + zat warna background, sehingga
menghasilkan perubahan warna yang tajam pada pH tertentu

INDIKATOR WARNA
Jingga metil 1 gram Ungu – Abuabu – Hijau
Indigo karmin 2,5 gram (asam) pH=4 (basa)
dilar tkan dalam 1 liter air
dilarutkan
Hijau bromkresol 0,1 % 3 bagian Merah – Hijau
Merah metil 0,1 % 2 bagian (asam) pH=5,1 (basa)
Fenolftalein 0,1 % 1 bagian Hijau – Biru pucat – Ungu
Hijau metilen 0,1 % 2 bagian (asam) pH=8,8 (basa,pH>9)
Merah kresol 0,1
01% 1 bagian Kuning – Pink – Ungu
Biru timol 0,1 % 3 bagian (asam) pH=8,2 (basa,pH>8,4)
Merah kresol 0,1 % 16 ml Hijau – Abu hijau – Ungu hijau – Ungu
Merah metil 0
0,1
1% 20 ml pH=8 85 pH=8,35
pH=8,85 pH=8 35 pH=8
pH=8,6
6 pH=8
pH=8,8
8
Biru metilen 0,2 % 4 ml
Titrasi Karbonat
CO32- + H3O+ HCO3- + H2O pKa2 = 6,34
6 34
HCO3- + H3O+ H2CO3 + H2O pKa1 = 10,36

Dilihat dari perbedaan pKa 4,02 unit mestinya TE tajam, tapi


karena Ka1 terlalu kecil maka TE-1 tidak tajam
Karbonat dititrasi dengan asam kuat menggunakan indikator
Fenolftalein (pH = 8,0-9,6) pada TE-1 karena
pHNaHCO3 = ½ [pKa1 + pKa2] = 8,35
8 35

Jingga metil (pH = 3


3,1-4,4)
1 4 4) pada TE
TE-22 di mana larutan jenuh
CO2 mempunyai pH =3,9. Gas CO2 dihilangkan dengan cara :
• Netralisasi sampel
p menggunakan
gg indikator jjingga
gg metil
• Dididihkan hingga gas CO2 hilang
K
Kurva Titrasi
Tit i Karbonat
K b t

Fenolftalein

pH

Jingga metil

ml HCl
Titrasi campuran Karbonat + Bikarbonat
Pada TE-1 (fenolftalein) netralisasi NaOH sempurna, Na2CO3
ternetralkan sdgkan HCO3- belum bereaksi
sudah separuh ternetralkan, bereaksi.

Pada TE 2 (jingga metil) HCO3- habis ternetralkan,


TE-2 ternetralkan dimana
hanya beberapa tetes titran (HCl) dpt mengubah pH=8
menjadi pH=4
pH 4 (dpt dikoreksi dengan blanko indikator)
indikator).

Campuran NaOH + NaHCO3 tdk dpt dilakukan sebab akan


bereaksi : HCO3- + OH- CO32- + H2O

Hasil berupa campuran campuran HCO3- + CO32- atau hanya


CO32-, tergantung
g g kepada
p jjumlah relatif senyawa
y dlm
sampel.
Kurva Titrasi Campuran
Karbonat + Bikarbonat

13 OH- + H3O+ H2O


12
CO32- + H3O+ HCO3- + H2O

pH V1
HCO3- + H3O+ H2CO3 + H2O

V2

50 100 ml HCl
Titrasi Campuran Dua Asam
Seperti asam diprotik jika [HX]awal = [HY]awal
Jika HX dg Ka1 sbg asam kuat dan HY dg Ka2 sbg asam
lemah, maka tirasi akan layak jika pKa1 – pKa2 > 4 unit
Jika konsentrasi awal tdk sama maka pada TE-1 TE 1 dihitung :
1) Charge balance [Na+] + [H3O+] = [OH-] + [X-] + [Y-]
2)) [[Na+] = konsentrasi formal asam = [HX]
[ ] + [X[ -]
3) 1)+2) : [H3O+] = [OH-] + [Y-] – [HX]
4) Substitusikan [OH-], [Y-] dan [HX] dari Kw, Ka1, Ka2 :
[H3O+] = Kw/[H3O+] + Ka2[HY]/[H3O+] - [H3O+][X-]/Ka1
5) [H3O+] = {Ka1 Kw + Ka1 Ka2 [HY]}/Ka1+[X-]
6) Jika Ka2[HY] >>>Kw dan [X-] >>Ka1 maka
[H3O+] = Ka1Ka2[HY]/[X-]
7) pH H = ½ ((pKa
K 1 + pKa l [HY]/[X-]
K 2) – ½ log
Titrasi Campuran HCl + HAc
HCl akan tertitrasi dahulu, pH tidak terpengaruh H3O+ dari HAc
[[Prinsip
p Le Chatelier : p proton berlebih akan menekan disosiasi
asam lemah]. Asumsi ini kurang valid pada titik menjelang TE
karena konsentrasi proton yang berlebih semakin meningkat.
Pada TE-1 HCl habis dan pH ditentukan oleh disosiasi HAc.
Setelah TE-1 terjadi titrasi HAc.
Pada kurva berikut dapat dilihat TE-1 yang tdk jelas karena
ΔpH/ΔV tdk cukup besar. Sedangkan pH larutan HAc 0,067 M
sekitar 3. Karena < pH 4 titrasi tidak layak (dg indikator).
Selanjutnya merupakan reaksi asam lemah dg basa kuat,
sebagai
b i tit
titrasii yg llayak.
k
Contoh : Titrasi 50 ml campuran HCl 0,10 M dan HAc 0,10 M
dengan larutan NaOH 0 0,10
10 M
M.
Kurva Titrasi Campuran Asam

50 ml HCl 0,10 M dan HAc 0,10 M (Ka=1.10-5)


dititrasi dg NaOH 0
0,20
20 M

pH

50 ml HCl 0,10 M dan HX 0,10 M (Ka=1.10-8)


dititrasi dg NaOH 0
0,20
20 M

ml NaOH
KESALAHAN TITRASI
Titrasi layak (feasible) jika pd TE terjadi
reaksi sempurna, shg garis vertikal kurva
l bih ttajam.
lebih j

Reaksi sempurna jika K (tetapan


kesetimbangan) sangat besar
besar, perubahan
pH dekat TE makin besar shg TE lebih
mudah
d h di
dicapaii d
dg presisi
i i yang titinggi.
i
Pada titrasi asam kuat dengan basa kuat
didapat harga K yang sangat besar :
H3O+ + OH- H2O K = 1/Kw = 1014
ΔpH yang besar terjadi pd TE = 5,40 unit
pH untuk ΔV = 0,10 ml. Pd perubahan pH
yyangg besar ini indikator apapun
p p yyang
g
digunakan pada titrasi akan tercapai presisi
tinggi (beberapa ppm)
ppm).
Dikatakan bahwa titrasi tsb sangat feasible.
Berapa besar K agar titrasi layak dilakukan
dilakukan, sulit
dipastikan, karena konsentrasi analit dan titran akan ikut
p g
mempengaruhi ΔpH.
p Dalam keadaan tertentu,, dapatp sajaj
titrasi dilakukan tanpa mencapai presisi tinggi.
Diperkirakan 99,9% dan 99,99% zat yang
dititrasi akan diubah menjadi produk reaksi
menjelang TE.TE Pd keadaan tsb dpt
dihitung harga K.
Mata dapat mengamati perubahan warna pd
TE jjika saat ditambahkan beberapa
p tetes
titran akan mengubah pH sebesar 1-2 unit.
Contoh :
50 ml HA 0,10 M dititrasi dg basa kuat 0,1 M. Hitung harga
K minimum p pada saat ppenambahan 49,95, ml titran yyang
g
menimbulkan reaksi sempurna, di mana setelah titik
ekivalen terjadi perubahan pH sebesar 2,00 unit setelah
penambahan 2 tetes (0,10 ml) titran. Lalu hitung juga
berapa harga K tsb jika pH hanya berubah 1 unit ?
Pengaruh konsentrasi analit & titran : ΔpH
t
turun jika
jik [analit]
[ lit] dan
d [titrasi
[tit i tit
titran]] tturun.
Contoh :
Pada titrasi asam lemah : Ka kecil, pH pd TE besar,
ΔpH
p kecil.
Jika [HA] pd analit naik maka ΔpH turun. Kenaikan
volume titran akan menambah kesalahan pada
TAT (lebih kecil dari seharusnya).
Jika [HA] dititrasi pada volume awal yang lebih kecil
kecil,
maka ΔpH naik, disebabkan oleh kelebihan titran
pada volume yang kecil
kecil.
Jika [titran] naik akan menyebabkan ΔpH naik,
menurunkan k volume
l tit
titran, sehingga
hi tterjadi
j di
kesalahan TAT (lebih besar dari seharusnya).
Secara umum :
Presisi (ketelitian) beberapa ppm dapat
di
dicapaii pada
d tit
titrasii llarutan
t asam/basa
/b
lemah 0,05 M yang mempunyai tetapan
disosiasi 1x10-6 M, jika titrasi dengan titran
0,10 M. Harga K = 1x108.

Garam yang berasal dari asam lemah (basa


Bronsted)) dpt
p dititrasi layak
y dengan
g asam
kuat jika asam konyugasinya terlalu
lemah.
lemah
Contoh :
Suatu asam HA dengan Ka = 1x10-9
terlalu lemah untuk dititrasi dg suatu basa
yg memiliki tetapan disosiasi basa A-
(konyugat) = 1x10-55, sebab Ka x Kb =
1x10-14. Maka A- dapat
p dititrasi dengan
g
asam kuat.

Hal yang sama untuk suatu basa lemah


dan garamnya.
Kesalahan Titrasi adalah perbedaan jumlah pereaksi yg
digunakan antara TAT dan TE,TE dinyatakan dlm % atau o/oo
dari jumlah ekivalen zat yg bereaksi.

Pada titrasi asam kuat 0,01 N dg basa kuat akan terjadi


kesalahan + 0,1, % pd
p ppH 5 atau 9;; kesalahan + 0,01%
, pd
p
pH 6 atau 8.
Kesalahan titrasi juga kecil pd titrasi asam karboksilat (Ka >
10-5) dg basa kuat.
Jika Ca = kons. analitik asam dan Cb = kons analitik basa
baku, maka pd TE terdpt Ca = Cb, sdgkan pd titik lainnya
Ca – Cb = + atau – sebagai kesalahan titrasi.
Selama titrasi : Ca = [HA] + [A-] dan Cb = [A-] + [OH-] – [H+]
Jika larutan basa lemah (dekat TE) dan [H+] dpt diabaikan,
maka Ca = Cb = [A-] + [HA] = [A-] + [OH-] [HA] = [OH-]
Pada TE terdpt senyawa murni NaA yg terdisosiasi sbb
A + H2O
A- HA + OH-

Jika titrasi asam asetat (Ka = 1 8 x 10-55) tanpa perubahan


1,8
volume yg berarti di mana kesalahan TA + 1 dari TE maka
Pada TE terdpt [HA] = [OH 7 5 x 10-6 M
[OH-]] = 7,5
pH = 8,8

Jika TE terjadi pd pH = 9,88 (dibulatkan menjadi pH = 9,9)


Maka [[HA]] = 7 x 10-7 M atau [[OH-]] = 76 x 10-5
Kesalahan Titrasi = Cb – Ca = {[OH-] – [HA]}/Ca x 100%
= 0,07%.
Jika perubahan warna pd TE sangat jelas dan indikator yg
digunakan sangat baik, maka kesalahan titrasi tsb dapat
diabaikan.
Titrasi Kation Logam Berat

Logam berat dlm air bersifat asam (Bronsted), jika dititrasi dg


basa kuat akan membentuk garam basa sukar larutlarut.
Al3+ + 3 OH- Al(OH)3 mengendap
Cu2+ + 2 OH- Cu(OH)2 mengendap
d
TAT terjadi sebelum TE karena garam basa mengendap dulu,
sebaiknya dilakukan dengan titrasi tidak langsung.
langsung
Titrasi Boraks
Boraks dalam air membentuk asam borat yang separuhnya
Ternetralkan

Na2B4O7 + 5 H2O 2 H3BO3 + 2 H2BO3- + 2 Na+


2 H2BO3- + 2 H+ 2 H3BO3

TAT tajam sehingga boraks cocok digunakan sebagai baku


primer
i untuk
t k membakukan
b k k HClHCl.
Titrasi Asam Fosfat
Asam fosfat dititrasi dg NaOH sbg asam mono/diprotik (tidak triprotik)

Pd TE
TE-11 : pH = ½ (pKa1 + pKa2) = 4,66
4 66
Indikator hijau bromkresol atau kuning metil. TAT dpt dideteksi
menggunakan NaH2PO4 murni sbg pembanding (kontrol)

Pd TE-2 : pH = ½ (pKa2 + pKa3) = 9,7


Indikator fenolftalein atau biru timol
timol, perubahan warna terjadi
dlm suasana basa dan terjadi sebelum TE.
Indikator timolftalein lebih baik karena mulai berubah pd pH = 9,6

Hasil ionisasi ke-3 asam fosfat mempunyai Ka = 5 x 10-13


maka larutan Na3PO4 bersifat basa kuat dan TE-3 tdk mungkin terjadi
terjadi,
kecuali jika ion fosfat trivalen dihilangkan dulu, misalnya dg penambahan
CaCl2 setelah TE-2 dilewati.
2 Na2HPO4 + 3 CaCl2 Ca3(PO4)2 + 4 NaCl + 2 HCl
Titrasi Asam Karbonat (CO2 terhidrat)
Sbg asam diprotik mempunyai pH = ½ (pKa1 + pKa2) = 8,40

Pd TE-1 CO2 dpt dititrasi sbg asam monoprotik dg NaOH


menggunakan fenolftalein atau biru timol (atau campuran),
perubahan warna tidak tajam shg perlu larutan pembanding
(NaHCO3 murni + indikator dlm jumlah sama dg utk sampel).

Ionisasi ke-2 terlalu lemah utk dititrasi langsung sbg asam


diprotik. Ion karbonat dihilangkan (diendapkan) dulu dg
penambahan larutan berlebih Ba(OH)2
H2CO3 + Ba(OH)2 BaCO3 + 2H2O
NaHCO3 + Ba(OH)2 BaCO3 + NaOH + H2O
Titrasi balik dg larutan baku asam dapat menggunakan
fenolftalein atau biru timol tanpa perlu menyaring endapan
BaCO3.
NaHCO3 Na2CO3

H2CO3 + NaHCO
N HCO3

pH NaHCO3 + Na2CO3

ml NaOH
50 100
0,1 N

Kurva titrasi 100 ml asam karbonat 0,05 M dg NaOH 0,1 N


Summary

Choice of indicator
Strong
g acid and strong
g base.
For 0.1 M or more concentrated solutions,
any indicator may be used which has a range
between the limits pH 4 4.5
5 and pH 99.5.
5 With
0.01 M solutions, the pH range is somewhat
smaller (5.5-8.5). If carbon dioxide is present,
either the solution should be boiled while still
acid and the solution titrated when cold, or an
indicator with a range below pH 5 should be
employed.
employed
Weak acid and a strong
g base.
The pH at the equivalence point is
calculated from the equation:
pH = ½ pKw + ½ pKa – ½ pC
The pH range for acids with Ka > 10-5 is
7-10
7 5; for weaker acids (Ka >10-6) the
10.5;
range is reduced (8-10). The pH range 8-
10.5 will cover most of the examples
likely to be encountered; this permits the
use of thymol blue, thymolphthalein,
or phenolphthalein.
h l hth l i
Weak base and strong
g acid.
The pH at the equivalence point is
computed from the equation:
pH = ½ pKw – ½ pKb + ½ pC
The pH range for bases with Kb > 10-5 is
7, and for weaker bases (Kb > 10-6)
3-7
3
3-5. Suitable indicators will be methyl
red, methyl orange, methyl yellow,
bromocresol green, and bromophenol
blue.
Weak acid and weak base.
There is no sharp rise in the neutralisation
curve and,
and generally
generally, no simple indicator can
be used. The titration should therefore be
avoided if possible
avoided, possible. The approximate pH at
the equivalence point can be computed from
the
h equationi :
pH = ½ pKw + ½ pKa – ½ pKb
It is sometimes possible to employ a mixed
indicator which exhibits a colour change over
a very limited pH range, for example, neutral
red methylene blue for dilute ammonia
red-methylene
solution and acetic (ethanoic) acid.
Polyprotic
yp acids (or
( mixtures of acids,,
with dissociation constants K1, K2, and
K3) and strong bases.

The first stoichiometric end point is given


pp
approximately y by
y
pH = ½ (pK1 + pK2)

The second stoichiometric end point is given


approximately by
pH = ½ (pK2 + pK3)
Anion of a weak acid titrated with a
strong acid.
The pH at the equivalence point is given
by
pH = ½ pKw – ½ pKa – ½ pC

Cation of a weak base titrated with a


strong base.
The pH at the stoichiometric end point is
given by
pH
H = ½ pKw
K – ½ pKb Kb – ½ pC C
As a general rule,
rule wherever an indicator does not give a sharp end
point, it is advisable to prepare an equal volume of a comparison
solution containing the same quantity of indicator and of the final
products
d and
d other
h components off the h titration
i i as in
i the
h solution
l i
under test, and to titrate to the colour shade thus obtained.

In cases where it proves impossible to find a suitable indicator (and


this will occur when dealing with strongly coloured solutions) then
titration mayy be p
possible by
y an electrometric method such as
conductimetric, potentiometric or amperometric titration.

In some instances
instances, spectrophotometric titration may be feasible.
feasible

It should also be noted that if it is possible to work in a non-aqueous


solution rather than in water
water, then acidic and basic properties may
be altered according to the solvent chosen, and titrations which are
difficult in aqueous solution may then become easy to perform.
Thi procedure
This d is
i widely
id l used d for
f theth analysis
l i off organic
i materials
t i l
but is of very limited application with inorganic substances.
Selesai

You might also like