You are on page 1of 17

PENGARUH PEMBERITAAN TELEVISI LOKAL SEPUTAR ACEH TERHADAP

MAHASISWA ILMU KOMUNIKASI FISIP UNSYIAH (STUDI KASUS ACEH TV)

(PROPOSAL SKRIPSI)

diajukan oleh

T.Zulfan Fikri
NIM: 0810102010005

Kepada

JURUSAN ILMU KOMUNIKASI


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
DARUSSALAM, BANDA ACEHLEMBAR PERSETUJUAN

Proposal Skripsi dengan judul


PENGARUH PEMBERITAAN TELEVISI LOKAL SEPUTAR ACEH TERHADAP
PERILAKU KRITIS MAHASISWA FISIP UNSYIAH (STUDI KASUS ACEH TV)

yang diajukan oleh


T.Zulfan Fikri
NIM: 0810102010005

telah disetujui oleh Jurusan ilmu komunikasi fakultas ilmu social dan politik
universitas syiah kuala dengan dosen pembimbing:
1. …………………………………………………………….
2. …………………………………………………………….

Banda aceh, ……………………


Ketua Jurusan Ilmu Komunukasi

Drs.Waliyuddin Daud,Msi

A. judul : PENGARUH PEMBERITAAN TELEVISI LOKAL SEPUTAR ACEH TERHADAP


MAHASISWA ILMU KOMUNIKASI FISIP UNSYIAH (STUDI KASUS ACEH TV)

A. Pelaksana Penelitian :
1. Nama : Teuku Zulfan Fikri

2. Nim : 0810102010005
3. Angkatan Tahun : 2008
4. Program Studi : Srata 1 (S1)
5. jumlah SKS yang telah diperoleh : 124 SKS
6. Sudah /Belum lulus semua mata : Sudah
wajib
7. Alamat Mahasiswa : jln. Lamreung, Komplek BRI
lamgapang,ulee Kareng,aceh besar.

B. Pendahuluan
1. Latar belakang

Komunikasi berperan penting dalam kehidupan manusia, terutama


kepentingannya dalam mempengaruhi sifat dan mentalitas mahasiswa.apalagi pada era
teknologi saat ini, Komunikasi yang menurut bahasanya Laswel adalah Who Says
What to Whom in Which Channel and Whit What Effect, mempunyai komponen-
komponen penting di dalamnya yang tidak dapat diabaikan. Komunikator sebagai
sumber informasi, pesan sebagai informasinya, komunikan sebagai penerima
pesan/informasi, media sebagai alat penyampai/penghantar pesan, dan akibat sebagai
respon yang diharapkan komunikator.

Selain manusia sebagai subjek dan objek dari proses komunikasi, yang tidak
boleh diabaikan adalah peranan media di dalam proses tersebut,terutama media
televisi, Media informasi ini memang tidak bisa berdiri sendiri tanpa campur tangan
manusia, namun keampuhannya di dalam menyampaikan pesan jauh lebih efektif
ketimbang si individu mencoba menampaikan informasi itu sendiri tanpa media. Oleh
karena itu, posisi media baik dilihat dari aspek subjek (pelaku/komunikator) maupun
proses penyebaran informasi itu serta efek yang diharapkan, sangatlah dapat
mempengaruhi perilaku manusia.

Saat ini telah bermunculanlan berbagai sarana komunikasi yang diharapkan


mampu mempercepat proses penyebaran informasi. Media massa televisi merupakan
salah satu bentuk sarana komunikasi yang paling efektif dewasa ini, di dalam
mensosialisasikan berbagai informasi kepada mahasiswa yang notabenenya sangat
membutuhkan informasi demi menunjang sistem pembelajarannya dan juga agen
perubahan bagi masyarakat. era globalisasi sekarang ini, ketika batasan-batasan dan
hambatan-hambatan geografis, iklim/cuaca, dll tidak menjadi penghalang berarti bagi
tersebarnya informasi ke khalayak ramai.

Saat ini banyak bermunculan televisi lokal baik yang berjaringan dari televisi
swasta national mapun televisi untuk daerah itu sendiri,diaceh saat ini telah ada satu
televisi lokal yaitu aceh TV, Keefektifan serta peranannya yang begitu hebat
mejadikan televisi lokal ini menjadi salah satu komponen penting bagi pembentukan
kepribadiaan mahasiswa . Oleh karena itu pulalah banyak kelompok mahasiswa yang
berupaya menjadikan media massa sebagai sarana propaganda ide, cita-cita, nilai dan
norma yang mereka ingin bentuk/ciptakan.

Kondisi kita yang belakangan boleh dikatakan penuh gonjang-ganjing politik


kegidupan social dan birikrasi pemerintahan, sarat dengan kejadian-kejadian
bernuansa kekerasan,bencana alam,dan kisruh di Media cetak maupun elektronik
nyaris tidak pernah sepi memberitakan peristiwa-peristiwa tersebut.Sepanjang
pengetahuan penulis, di aceh belum ada penelitian komprehensif mengenai dampak
pemberitaan, khususnya televisi, terhadap mahasiswa.
2. perumusan masalah
Atas dasar latar belakang maka perumusan masalah yang diangkat adalah :
1. Bagaimana pengaruh pemberitaan televisi lokal terhadap mahasiswa ilmu
komunikasi fisip unsyiah?

2. Seberapa besar tingkat pengaruh pemberitaan televisi lokal terhadap


mahasiswa ilmu komunikasi fisip unsyiah?

3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui pengaruh pemberitaan pada televisi lokal (seputar aceh)


terhadap mahasiswa ilmu komunikasi fisip unsyiah.

2. Untuk mengetahui seberapa besar tingkat pengaruh pemberitaan televisi lokal


seputar aceh terhadap mahasiswa ilmu komunikasi fisip unsyiah.

4.Manfaat Penelitian

Setelah penelitian ini dilaksanakan, penulis berharap hasil penilitian ini


bermanfaat dalam:
1. Aspek teoritis

Yakni memberikan manfaat sebagai pengetahuan ilmiah, khususnya untuk


pengembangan Ilmu Komunikasi di Fakultas Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Syiah Kuala Banda Aceh.
2. Aspek Praktis

Yakni untuk memberikan sumbangan pemikiran dan pemecahan masalah apa


saja pemberitaan televisi lokal yang sangat diminati oleh mahasiswa dan
nantinya diharapkan menjadi pertimbangan televisi lokal untuk
mengembangkan program pemberitaaannya.

1
5.Hipotesis Penelitian

6.Sistematika Penulisan

2
D.Tinjuan teoriritis

Berbisaca tentang definisi komunikasi tidak ada definisi yang betul betul benar dan
tidak juga dapat dikatakan salah,seperti model dam teori,definisi harus dilihat dari
pemanfaatannya untuk fenomena yang didefinisikan dan mengevaluasinya. Istilah
komunikasi berasal dari kata Latin Communicare atau Communis yang berarti sama
atau menjadikan milik bersama. Kalau kita berkomunikasi dengan orang lain, berarti
kita berusaha agar apa yang disampaikan kepada orang lain tersebut menjadi
miliknya.

Definisi komunikasi
Berikut adalah definisi komunikasi menurut para ahli yang memiliki orientasi bahwa
konseptual sebagai tindak satu arah yang menyoroti penyampaian pesan yang efektif
dan mengisyaratkan bahwa semua kegiatan komunikasi bersifat persuasif:
Carl I.hovland
\Communication is the processes by swich an individual transmits
stimuli ussualy verbal symbol to modify the behavior of other
individual“

TUJUAN KOMUNIKASI

Hewitt (1981), menjabarkan tujuan penggunaan proses komunikasi secara spesifik


sebagai berikut:
1. Mempelajari atau mengajarkan sesuatu
2. Mempengaruhi perilaku seseorang
3. Mengungkapkan perasaan
4. Menjelaskan perilaku sendiri atau perilaku orang lain

3
5. Berhubungan dengan orang lain
6. Menyelesaian sebuah masalah
7. Mencapai sebuah tujuan
8. Menurunkan ketegangan dan menyelesaian konflik
9. Menstimulasi minat pada diri sendiri atau orng lain

PROSES KOMUNIKASI

Komunikasi merupakan suatu proses yang mempunyai komponen dasar sebagai


berikut :

Pengirim pesan , penerima pesan dan pesan

Semua fungsi manajer melibatkan proses komunikasi. Proses komunikasi dapat


dilihat pada skema dibawah ini :

Gangguan Gangguan

feedback

Pengirim Penerima
Pesan Pesan

Simbol/Isyarat Media Mengartikan


(Saluran) Kode/Pesan

Diagram 1 : Proses Komunikasi

1. Pengirim pesan (sender) dan isi pesan/materi

4
Pengirim pesan adalah orang yang mempunyai ide untuk disampaikan kepada
seseorang dengan harapan dapat dipahami oleh orang yang menerima pesan
sesuai dengan yang dimaksudkannya. Pesan adalah informasi yang akan
disampaikan atau diekspresikan oleh pengirim pesan. Pesan dapat verbal atau
non verbal dan pesan akan efektif bila diorganisir secara baik dan jelas.

Materi pesan dapat berupa :


a. Informasi
b. Ajakan
c. Rencana kerja
d. Pertanyaan dan sebagainya

2. Simbol/ isyarat
Pada tahap ini pengirim pesan membuat kode atau simbol sehingga pesannya dapat
dipahami oleh orang lain. Biasanya seorang manajer menyampaikan pesan dalam
bentuk kata-kata, gerakan anggota badan, (tangan, kepala, mata dan bagian muka
lainnya). Tujuan penyampaian pesan adalah untuk mengajak, membujuk,
mengubah sikap, perilaku atau menunjukkan arah tertentu.

3. Media/penghubung
Adalah alat untuk penyampaian pesan seperti ; TV, radio surat kabar, papan
pengumuman, telepon dan lainnya. Pemilihan media ini dapat dipengaruhi oleh isi
pesan yang akan disampaikan, jumlah penerima pesan, situasi dsb.

4. Mengartikan kode/isyarat
Setelah pesan diterima melalui indera (telinga, mata dan seterusnya) maka si
penerima pesan harus dapat mengartikan simbul/kode dari pesan tersebut,
sehingga dapat dimengerti /dipahaminya.

5. Penerima pesan

5
Penerima pesan adalah orang yang dapat memahami pesan dari sipengirim
meskipun dalam bentuk code/isyarat tanpa mengurangi arti pesan yang dimaksud
oleh pengirim

6. Balikan (feedback)
Balikan adalah isyarat atau tanggapan yang berisi kesan dari penerima pesan
dalam bentuk verbal maupun nonverbal. Tanpa balikan seorang pengirim pesan
tidak akan tahu dampak pesannya terhadap sipenerima pesan Hal ini penting bagi
manajer atau pengirim pesan untuk mengetahui apakah pesan sudah diterima
dengan pemahaman yang benar dan tepat. Balikan dapat disampaikan oleh
penerima pesan atau orang lain yang bukan penerima pesan. Balikan yang
disampaikan oleh penerima pesan pada umumnya merupakan balikan langsung
yang mengandung pemahaman atas pesan tersebut dan sekaligus merupakan
apakah pesan itu akan dilaksanakan atau tidak
Balikan yang diberikan oleh orang lain didapat dari pengamatan pemberi balikan
terhadap perilaku maupun ucapan penerima pesan. Pemberi balikan
menggambarkan perilaku penerima pesan sebagai reaksi dari pesan yang
diterimanya. Balikan bermanfaat untuk memberikan informasi, saran yang dapat
menjadi bahan pertimbangan dan membantu untuk menumbuhkan kepercayaan
serta keterbukaan diantara komunikan, juga balikan dapat memperjelas persepsi.

7. Gangguan
Gangguan bukan merupakan bagian dari proses komunikasi akan tetapi
mempunyai pengaruh dalam proses komunikasi, karena pada setiap situasi hampir
selalu ada hal yang mengganggu kita. Gangguan adalah hal yang merintangi atau
menghambat komunikasi sehingga penerima salah menafsirkan pesan yang
diterimanya.

6
TINJAUAN PUSTAKA

Berfikir kritis adalah suatu proses dimana seseorang atau individu dituntut untuk
menginterpretasikan dan mengevaluasi informasi untuk membuat sebuah penilaian
atau keputusan berdasarkan kemampuan,menerapkan ilmu pengetahuan dan
pengalaman. ( Pery & Potter,2005).

Supaya bisa berfikir secara kritis melibatkan suatu rangkaian yang terintegrasi
tentang kemampuan dan sikap berfikir, berfikir secara aktif dengan menggunakan

7
intelegensia, pengetahuan, dan ketrampilan diri untuk menjawab pertanyaan, dengan
cermat menggali situasi dengan cara mengajukan pertanyaan dan menjawab dengan
relevan, berfikir untuk diri sendiri dan secara cermat menelaah berbagai ide dan
mencapai kesimpulan yang berguna, mendiskusikan ide kedalam suatu cara yang
terorganisasi untuk pertukaran dan menggali ide dengan orang lain. Sebagai seorang
profesional berfikir kreatif harus selalu melihat kedepan, profesional tidak boleh
membiarkan berfikir menjadi sesuatu yang rutin atau standar.
Seorang yang berfikir dengan cara kreatif akan melihat setiap masalah dengan
sudut yang selalu berbeda meskipun obyeknya sama, sehingga dapat dikatakan,
dengan tersedianya pengetahuan baru, seorang profesional harus selalu melakukan
sesuatu dan mencari apa yang paling efektif dan ilmiah dan memberikan hasil yang
lebih baik untuk kesejahteraan diri maupun orang lain. Proses berfikir ini dilakukan
sepanjang waktu sejalan dengan keterlibatan kita dalam pengalaman baru dan
menerapkan pengetahuan yang kita miliki kita menjadi lebih mampu untuk membetuk
asumsi, ide-ide dan menbuat simpulan yang valid. Semua proses tersebut tidak
terlepas dari sebuah proses berfikir dan belajar

Komponen Berfikir Kritis


1. Dasar Pengetahuan khusus
Komponen pertama berfikir kritis adalah dasar pengetahuan khusus seorang
profesional. Dasar pengetahuan ini beragam sesuai dengan profesi yang dijalani dan
pendidikan tambahan yang harus dicari maupun ditempuh.

2. Pengalaman

Pengalaman memberikan suatu sarana untuk menguji pengetahuan keprofesionalan .


seorang professional harus mengetahui bahwa pendekatan teori mempunyai landasan
kerja yang penting untuk praktik tetapi harus dibuat modifikasi untuk merangkul
lingkungan kerja, kualitas keunikan yang ada. Kompetensi dalam pemikiran kritis
adalah proses kognitif yang digunakan profesional untuk membuat penilaian tentang
profesionalisme itu sendiri.
Kompetensi berfikir kritis dibagi menjadi 3
a. Kompetensi Umum
b. Kompetensi Khusus dalam situasi kerja
c. Kompetensi khusus dalam keprofesionalan
3. Sikap
Sikap adalah adalah nilai yang diyakini terbentuk dalam bentuk pemikiran yang
termanifestasi dalam sebuah tindakan.
4. Tanggung gugat
Tanggung gugat adalah kesiapan seorang profesional mengalami tanggung gugat
untuk apapun penilaian yang dibuatnya atas nama pekerjaan terhadap segala sesuatu
tindakanya atau keputusannya.
5. Berfikir mandiri
Berfikir Mandiri adalah inti dari riset ,untuk dapat berfikir mandiri seseorang
profesional akan berfikir dan mencari rasional serta jawaban yang logis.
6. Mengambil Resiko
Seorang profesional harus rela ide-idenya ditelaah dan harus dapat menerima
pemikiran baru dan maju, Perlu dibutuhkan keyakinan dan niat serta kemauan untuk

8
mengambil resiko apa yang salah dan dan untuk kemudian melakukan tindakan
didasarkan pada keyakinan yang didukung fakta dan bukti yang kuat.
7. Kerendahan Hati
Penting untuk mengakui keterbatasan diri, pemikir kritis mengetahui ersiko yang
timbul dari sebuah keputusan maupun situasi jika profesional tidak mampu mengenali
ketidakmampuannya untuk mengatasi masalah yang muncul maka bias dipastikan
strateginya akan mengalami kegagalan. Seorang profesional harus memikirkan
kembali untuk mencari pengetahuan baru, mencari sumber informasi yang lain.
8. Integritas
Integritas pribadi membangun ras percaya diri , seorang profesional yang mempunyai
integritas dengan cepat akan berkeinginan mengakui dan mengevaluasi segala ketidak
konsistenan dalam ide dan keyakinanya.
9. Ketekunan
Profesional yang berfikir kritis bertekad menemukan solusi yang efektif untuk
mengatasi konflik terkait dengan profesionalisme , Profesional belajar sebanyak
mungkin mengenali masalah yang mungkin timbul dari profesinya .
10. Kreatif
Kreatifitas mencakup berfikir original, hal ini berarti menemukan solusi di luar apa
yang dilakukan secara tradisonal.
Komponen standar dalam berfikir kritis mencakup standar intelektual dan profesional.
( Paul, 1993).

A. Pengertian Sikap

Dalam memberikan definisi tentang sikap, diantara para ahli banyak terjadi
perbedaan. Terjadinya hal ini karena sudut pandang yang berbeda tentang sikap
itu sendiri.Studi mengenai sikap merupakan studi yang penting dalam bidang
psikologi sosial. Konsep tentang sikap sendiri telah melahirkan berbagai macam
pengertiandiantara para ahli psikologi. Sikap pada awalnya diartikan sebagai
suatu syarat untuk munculnya suatu tindakan. Konsep itu kemudian berkembang
semakin luas dan digunakan untuk menggambarkan adanya suatu niat yang
khusus atau umum,berkaitan dengan kontrol terhadap respon pada keadaan
tertentu (Young, 1956).

Masri (1972), mengartikan sikap sebagai kesediaan yang diarahkan untuk


menilai atau menanggapi sesuatu. Berkman dan Gilson (1981) mendefinisikan
sikap adalah evaluasi individu yang berupa kecenderungan (inclination) terhadap
berbagai elemen di luar dirinya. Allfort (dalam Assael, 1984) mendefinisikan sikap
adalah keadaan siap (predisposisi) yang dipelajari untuk merespon objek tertentu
yangsecara konsisten mengarah pada arah yang mendukung (favorable) atau
menolak (unfavorable). Hawkins Dkk (1986) menyebutkan, sikap adalah
pengorganisasian secara ajeg dan bertahan (enduring) atas motif, keadaan
emosional, persepsi dan proses-proses kognitif untuk memberikan respon
terhadap dunia luar.Azwar (1995), menggolongkan definisi sikap dalam tiga
kerangka pemikiran.Pertama, kerangka pemikiran yang diwakili oleh para ahli
psikologi seperti Louis Thurstone, Rensis Likert dan Charles Osgood. Menurut
mereka sikap adalah suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan. Berarti sikap
seseorang terhadap suatu objek adalah perasaan mendukung atau memihak
(favorable) maupun perasaan tidak mendukung atau tidak memihak(unfavorable)
pada objek tersebut.Kedua, kerangka pemikiran ini diwakili oleh ahli seperti Chief,
Bogardus,LaPierre, Mead dan Gordon Allport. Menurut kelompok pemikiran ini

9
sikap merupakan semacam kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu objek dengan
cara cara tertentu. Dapat dikatakan bahwa kesiapan yang dimaksudkan
merupakan kecenderungan yang potensial untuk bereaksi dengan cara tertentu
apabila individu dihadapkan pada suatu stimulus yang menghendaki adanya
respon .
Ketiga, kelompok pemikiran ini adalah kelompok yang berorientasi pada skema
triadik (triadic schema). Menurut pemikiran ini suatu sikap merupakan konstelasi
komponen kognitif, afektif dan konatif yang saling berinteraksi didalam
memahami,
merasakan dan berperilaku terhadap suatu objek.
Secord and Bacman (1964) membagi sikap menjadi tiga komponen yaitu :
a. Komponen kognitif, adalah komponen yang terdiri dari pengetahuan
Pengetahuan
inilah yang akan membentuk keyakinan dan pendapat tertentu tentang objek
sikap.
b. Komponen afektif, adalah komponen yang berhubungannya dengan perasaan
senang atau tidak senang, sehingga bersifat evaluatif. Komponen ini erat
hubungannya dengan sistem nilai yang dianut pemilik sikap.
c. Komponen konatif, adalah komponen sikap yang berupa kesiapan seseorang
untuk berperilaku yang berhubungan dengan objek sikap.
Sikap memiliki beberapa karakteristik, antara lain: arah, intensitas, keluasan,
konsistensi dan spontanitas (Assael, 1984 dan Hawkins dkk, 1986). Karakteristik
dan
arah menunjukkan bahwa sikap dapat mengarah pada persetujuan atau tidaknya
individu, mendukung atau menolak terhadap objek sikap. Karakteristik intensitas
menunjukkan bahwa sikap memiliki derajat kekuatan yang pada setiap individu
bisa
berbeda tingkatannya. Karakteristik keluasan sikap menunjuk pada cakupan luas
2002 digitized by USU digital library 6
tidaknya aspek dari objek sikap. Karakteristik spontanitas mengindikasikan sejauh
mana kesiapan individu dalam merespon atau menyatakan sikapnya secara
spontan.
Dari definisi-definisi yang dikemukakan di atas dapat disimpulkan bahwa sikap
adalah suatu bentuk evaluasi perasaan dan kecenderungan potensial untuk
bereaksi
yang merupakan hasil interaksi antara komponen kognitif, afektif dan konatif
yang
saling bereaksi didalam memahami, merasakan dan berperilaku terhadap suatu
objek.
2. Pembentukan Sikap
Seseorang tidak dilahirkan dengan sikap dan pandangannya, melainkan sikap
tersebut terbentuk sepanjang perkembangannya. Dimana dalam interaksi
sosialnya,
individu bereaksi membentuk pola sikap tertentu terhadap berbagai objek
psikologis
yang dihadapinya (Azwar, 1995).
Loudon dan Bitta (1984) menulis bahwa sumber pembentuk sikap ada empat,
yakni pengalaman pribadi, interaksi dengan orang lain atau kelompok , pengaruh
media massa dan pengaruh dari figur yang dianggap penting. Swastha dan
Handoko
(1982) menambahkan bahwa tradisi, kebiasaan, kebudayaan dan tingkat
pendidikan
ikut mempengaruhi pembentukan sikap.
Dari beberapa pendapat di atas, Azwar (1995) menyimpulkan bahwa faktorfaktor
yang mempengaruhi pembentukan sikap adalah pengalaman pribadi,

1
kebudayaan, orang lain yang dianggap penting, media massa, institusi atau
lembaga
pendidikan dan lembaga agama, serta faktor emosi dalam diri individu.
a. Pengalaman pribadi
Middlebrook (dalam Azwar, 1995) mengatakan bahwa tidak adanya pengalaman
yang dimiliki oleh seseorang dengan suatu objek psikologis, cenderung akan
membentuk sikap negatif terhadap objek tersebut. Sikap akan lebih mudah
terbentuk jika yang dialami seseorang terjadi dalam situasi yang melibatkan
emosi, karena penghayatan akan pengalaman lebih mendalam dan lebih lama
membekas.
b. Pengaruh orang lain yang dianggap penting
Individu pada umumnya cenderung memiliki sifat yang konformis atau searah
dengan sikap orang yang dianggap penting yang didorong oleh keinginan untuk
berafiliasi dan keinginan untuk menghindari konflik.
c. Pengaruh kebudayaan
Burrhus Frederic Skin, seperti yang dikutip Azwar sangat menekankan pengaruh
lingkungan (termasuk kebudayaan) dalam membentuk pribadi seseorang.
Kepribadian merupakan pola perilaku yang konsisten yang menggambarkan
sejarah reinforcement yang kita alami (Hergenhan dalam Azwar, 1995).
Kebudayaan memberikan corak pengalaman bagi individu dalam suatu
masyarakat. Kebudayaanlah yang menanamkan garis pengarah sikap individu
terhadap berbagai masalah.
d. Media massa
Berbagai bentuk media massa seperti televisi, radio, surat kabar, majalah dan
lain-lain mempunyai pengaruh yang besar dalam pembentukan opini dan
kepercayaan orang. Media massa memberikan pesan-pesan yang sugestif yang
mengarahkan opini seseorang. Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal
memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya sikap terhadap hal
tersebut. Jika cukup kuat, pesan-pesan sugestif akan memberi dasar afektif
dalam menilai sesuatu hal sehingga terbentuklah arah sikap tertentu.
e. Lembaga pendidikan dan lembaga agama
Lembaga pendidikan serta lembaga agama sebagai sesuatu sistem mempunyai
pengaruh dalam pembentukan sikap dikarenakan keduanya meletakkan dasar
pengertian dan konsep moral dalam diri individu. Pemahaman akan baik dan
2002 digitized by USU digital library 7
buruk, garis pemisah antara sesuatu yang boleh dan tidak boleh dilakukan,
diperoleh dari pendidikan dan dari pusat keagamaan serta ajaran-ajarannya.
Dikarenakan konsep moral dan ajaran agama sangat menetukan sistem
kepercayaan maka tidaklah mengherankan kalau pada gilirannya kemudian
konsep tersebut ikut berperanan dalam menentukan sikap individu terhadap
sesuatu hal.
Apabila terdapat sesuatu hal yang bersifat kontroversial, pada umumnya orang
akan mencari informasi lain untuk memperkuat posisi sikapnya atau mungkin
juga orang tersebut tidak mengambil sikap memihak. Dalam hal seperti itu,
ajaran moral yang diperoleh dari lembaga pendidikan atau lembaga agama sering
kali menjadi determinan tunggal yang menentukan sikap.
f. Faktor emosional
Suatu bentuk sikap terkadang didasari oleh emosi, yang berfungsi sebagai
semacam penyaluran prustrasi atau pengalihan bentuk mekamisme pertahanan
ego. Sikap demikian dapat merupakan sikap yang sementara dan segera berlalu
begitu prustrasi telah hilang akan tetapi dapat pula merupakan sikap yang lebih
persisten dan bertahan lama.
3. Perubahan dan Fungsi Sikap
Sikap ternyata dapat berubah dan berkembang karena hasil dari proses
belajar, proses sosialisasi, arus informasi, pengaruh kebudayaan dan adanya

1
pengalaman-pengalaman baru yang dialami individu (Davidoff, 1991).
Katz (dalam Azwar ,1995) menyebutkan pungsi sikap ada empat, yaitu :
a. Fungsi penyesuaian atau fungsi manfaat yang menunjukkan bahwa individu
dengan sikapnya berusaha untuk memaksimalkan hal-hal yang diinginkannya
dan menghindari hal-hal yang tidak diinginkannya. Dengan demikian, maka
individu akan membentuk sikap positif terhadap hal-hal yang dirasakan akan
mendatangkan keuntungan dan membentuk sikap negatif terhadap hal-hal yang
merugikannya.
b. Fungsi pertahanan ego yang menunjukkan keinginan individu untuk
menghindarkan diri serta melindungi dari hal-hal yang mengancam egonya atau
apabila ia mengetahui fakta yang tidak mengenakkan , maka sikap dapat
berfungsi sebagai mekanisme pertahanan ego yang akan melindunginya dari
kepahitan kenyataan tersebut.
c. Fungsi pernyataan nilai, menunjukkan keinginan individu untuk memperoleh
kepuasan dalam menyatakan sesuatu nilai yang dianutnya sesuai dengan
penilaian pribadi dan konsep dirinya.
d. Fungsi pengetahuan menunjukkan keinginan individu untuk mengekspresikan
rasa ingin tahunya, mencari penalaran dan untuk mengorganisasikan
pengalamannya.
4. Penerjemahan Sikap Dalam Tindakan
Werner dan Pefleur (Azwar, 1995) mengemukakan 3 postulat guna
mengidentifikasikan tiga pandangan mengenai hubungan sikap dan perilaku, yaitu
postulat of consistency, postulat of independent variation, dan postulate of
contigent
consistency.
Berikut ini penjelasan tentang ketiga postulat tersebut:
a. Postulat Konsistensi
Postulat konsistensi mengatakan bahwa sikap verbal memberi petunjuk yang
cukup akurat untuk memprediksikan apa yang akan dilakukan seseorang bila
dihadapkan pada suatu objek sikap. Jadi postulat ini mengasumikan adanya
hubungan langsung antara sikap dan perilaku.

1
E.METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan Metode korelasional, yaitu metode yang melihat


sejauhmana pengaruh antara satu variable terhadap variable lainnya.Populasi dalam
penelitian ini adalah mahasiswa ilmu komunikasi FISIP Unsyiah yang berjumlah 300
orang. Untuk menentukan jumlah sampel digunakan rumus Taro Yamane dengan presisi
10% dan dengan tingkat kepercayaan 90% sehingga diperoleh sample sebanyak 94 orang.
Oleh sebab itu teknik penarikan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik
Purposive Sampling.
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan
pnelitian kepustakaan, dengan mempelajari dan mengumpulkan data literature, buku-
buku serta sumber yang relevan yang mendukung. Selain itu dilakukan pula penelitian
lapangan dengan meyebarkan kuesioner untuk memperoleh data yang diperlukan.
Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis dabel tunggal
dan uji hipotesis melalui rumus Koefisien Korelasi Rank Order oleh Spearman dengan
menggunakan piranti lunak SPSS versi 16.0. untuk melihat kuat lemahnya korelasi
(hubugan ) kedua variable dalam penelitian ini digunakan skala Guilford. Berdasarkan
hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa : “terdapat hubungan yang cukup berarti
antara pemberitaan Pansus Century di Kompas dan sikap mahasiswa FISIP USU.

You might also like