Professional Documents
Culture Documents
PEMBUATAN TABLET
METODE KEMPA LANGSUNG
Disusun oleh:
I. TUJUAN
1. Mengetahui cara pembuatan tablet dengan metode kempa langsung
2. Melakukan uji Quality Control (QC) terhadap tablet
II. PRINSIP
1. Metode kempa langsung
2. Evaluasi tablet berdasarkan standar quality control (QC)
Kekerasan tablet
Waktu hancur
Keseragaman bobot dan bentuk
Keseragaman ukuran
Friabilitas
Sifat aliran
III. TEORI
Tablet merupakan sediaan yang paling banyak digunakan dalam
peracikan obat karena terbukti sangat menguntungkan dari massanya yang
dapat dibuat secara masinel dan harganya murah. Selain itu, takarannya tepat,
dikemas dengan baik, praktis dalam transportasi dan penyimpanannya, serta
mudah ditelan. Tablet yang merupakan sediaan obat padat takaran tunggal,
dicetak atau dikempa dari serbuk kering, kristal atau granulat, umumnya
dengan penambahan bahan pembantu,seperti pengencer, zat penghancur,
penyalut, pemberi warna, dan zat pembantu lainnya. Bentuk tablet biasanya
silinder, kubus, cakram, telur, atau ada juga yang berbentuk peluru (Ansel,
1989).
Kompresi langsung
Beberapa granul bahan kimia seperti Kalium klorida, kalium iodida,
ammonium klorida dan metenamin, memiliki sifat mudah mengalir
sebagaimana juga sifat-sifat kohesifnya yang memungkinkan untuk langsung
dikompresi dalam mesin tablet tanpa memerlukan granulasi basah atau kering
(Anief, 1997).
Dahulu jumlah bahan obat yang dapat dijadikan tablet tanpa melalui
granulasi lebih dahulu sangat sedikit. Pada waktu sekarang ini penggunaan
pengencer yang dikeringkan dengan penyemprotan, meluas kepada formula-
formula tablet tertentu daripada dengan serbuk pengisi biasa, kualitas yang
diinginkan untuk tablet dengan kompresi langsung dan sejumlah produk-
produk lainnya sekarang banyak di produksi dengan cara ini. Tambahan lagi
pengisi yang didorong atau dipaksa yang telah dikembangkan memungkinkan
pembuatan tablet-tablet tambahan tertentu dengan kompresi langsung, sebab
kerja mengeluarkan udara dari pengisi pada serbuk curah ringan membuatnya
menjadi lebih rapat, dan memungkinkan mengalir dengan tetap serta
sempurna ke dalam rongga cetakan (die) di bawah tekanan sedang-sedang
saja. Pengeluaran udara ini juga mengurangi adanya udara yang terkurung
dalam cetakan ketika tablet dikompresi sehingga mengurangi penyebab
terjadinya capping ( terlepasnya bagian atas ) atau keretakan dari tablet
segera setelah di kompresi (Anief, 1997).
Capping atau keretakan tablet dapat disebabkan oleh beberapa faktor
dan tidak terbatas pada tablet yang dibuat dengan pengompresian langsung.
Misalnya bila punch tidak bersih dan halus dapat menghasilkan tablet yang
terlepas bagian atasnya sebagaimana juga dengan cetakan (die) yang sudah
tua dan tidak sempurna. Tekanan yang terlalu besar pada pengempaan dapat
menyebabkan capping seperti yang terjadi bila granulat terlalu lunak.
Kelebihan “fines” atau serbuk halus dapat juga berperan untuk menjadi
capping bila sejumlah besar udara terperangkap dalam tablet, keadaan seperti
itu disebut hasil laminating. Tablet menjadi retak dan pecah sekitar tepi
disebabkan oleh pembengkakan ketika tekanan mesin tablet dilepaskan
(Anief, 1997).
Bahan Pembantu Tabletasi
Bahan-bahan pembantu dalam pembuatan tablet, antara lain bahan
pengisi, bahan pengikat, dan bahan pelincir. Bahan pengisi digunakan untuk
pembuatan tablet obat yang jumlah zat aktifnya sedikit, seperti alkaloida,
hormone, vitamin dan sebagainya. Bahan pengisi diperlukan untuk
memungkinkan pencetakan dan menjamin tablet memiliki ukuran atau massa
yang dibutuhkan (0,1-0,8 g). Bahan pengisi yang umum digunakan antara
lain jenis pati dari kentang, gandum, dan jagung. Selain itu, bisa juga
digunakan laktosa, kalsium fosfat dibasa; manitol (untuk tablet sublingual,
tablet hisap, tablet vaginal); sukrosa dan sorbitol (untuk tablet kunyah);
glukosa dan levulosa (pada tablet untuk penderita diabetes); serta
mikrokristalin selulosa (Avicel) yang sangat dianjurkan untuk tabletasi
langsung. Jika kandungan zat aktif kecil, sifat tablet secara keseluruhan
ditentukan oleh bahan pengisi yang besar jumlahnya. Obat hidrofobik yang
kelarutannya dalam air kecil harus menggunakan bahan pengisi yang larut
dalam air (Wade & Weller, 1994).
Bahan pembantu yang kedua adalah bahan pengikat, yang
diperlukan untuk memberikan kekompakan dan daya tahan tablet; menjamin
bersatunya beberapa partikel serbuk dalam butiran granul. Bahan pengikat
dapat ditambahkan dalam bentuk kering dengan jumlah tertentu akan tetapi
lebih efektif melalui bentuk larutan bahan perekat pada saat granulasi. Bahan
pengikat yang biasanya digunakan, antara lain gula dan jenis pati, gelatin,
turunan selulosa, gom akasia, sukrosa, povidon, metil selulosa,
karboksimetilselulosa, pasta pati terhidrolisis dan tragakan. Dalam metode
kempa langsung bahan pengikat paling efektif ditambahkan dalam bentuk
kering. Bahan pengikat kering yang terefektif adalah selulosa mikrokristal
(Ansel, 1989).
Bahan pembantu yang ketiga adalah bahan pelincir. Umumnya
bersifat hidrofobik, sehingga cenderung untuk menurunkan kecepatan
disintegrasi dan disolusi tablet.oleh karena itu kadar yang berlebihan harus
dihindarkan. Bahan pelincir ini digunakan untuk berbagai fungsi yang
berbeda, sehingga akan lebih bermanfaat lagi apabila diklasifikasikan lebih
lanjut menjadi bahan pengatur aliran, bahan pelincir, dan bahan pemisah hasil
cetakan. Contoh : polietilenglikol dan beberapa garam lauril sulfat, keduanya
bersifat larut, tetapi tidak memberikan hasil akhir yang optimal sehingga
harus digunakan dalam kadar yang lebih tinggi (Ansel, 1989).
Uji tablet
Tablet yang telah dicetak harus diuji terlebih dahulu untuk mengukur
kualitas, untuk memastikan bahwa tablet telah memenuhi syarat dan untuk
mengembangkan formulasi tablet secara optimal. Pengujian ini meliputi uji
kekerasan, uji friabilitas, uji disolusi dan uji waktu hancur (Ansel, 1989).
Uji kekerasan dilakukan dengan alat, dimana bagian bawah torak
yang berbentuk kerucut akan menekan tablet yang dipasang secara vertical,
dan diletakkan di atas sebuah landasan, dimana landasan tersebut dapat
diatur. Tablet diletakkan pada posisi awal (titik nol) dari ujung pasak
pengetes. Dengan gaya motorik, sebuah beban peluncur yang tergantung
bebas, bergerak pada sebuah sel, sehingga perubahan tekanan yang terjadi
dipindahkan seluruhnya pada torak uji. Pada saat tablet pecah, motor akan
segera dihentikan oleh pemutus mikro. Tekanan ini dapat ditunjukkan oleh
jarum jam yang dikoneksikan pada penunjuk skala, dimana skala tersebut
ditera untuk daerah pengukuran tertentu yaitu 0 sampai 15 kg dan untuk
pembacaan yang lebih baik, dibagi dalam skala 250 gram (Wade & Weller,
1994).
Selanjutnya, dilakukan uji friabilitas dengan alat friabilator yang
terdiri dari drum pleksiglas yang berputar dan bilah melengkung radial yang
berfungsi untuk mengambil tablet-tablet, kemudian membawanya sampai
melewati sumbu, menggulirkan atau meluncurkan tablet jatuh pada sisi drum.
Tablet-tablet akan bergulir, sampai putaran berikutnya diangkut kembali oleh
bilah melengkung tersebut. Kecepatan drum dapat divariasikan, umumnya 25
putaran per menit dan friabilitas tablet sebaiknya tidak lebih dari 0,8 %
(Wade & Weller, 1994).
Uji disolusi digunakan untuk menentukan kesesuaian dengan
persyaratan disolusi yang tertera pada masing-masing monografi sediaan
tablet, kecuali pada etiket dinyatakan bahwa tablet harus dikunyah. Karena
absorbsi dan kemampuan obat berada dalam tubuh sangat besar tergantung
pada adanya obat dalam keadaan melarut, karakteristik disolusi biasanya
merupakan sifat yang penting dari produk obat yang memuaskan. Laju
disolusi merupakan tahap yang menentukan laju, apa pun yang
mempengaruhinya akan mempengaruhi absorbsi. Akibatnya laju disolusi
dapat mempengaruhi onset, intensitas, lama respons, serta kontrol
bioavailabilitas obat tersebut keseluruhan dari bentuk sediannya. Pada tiap
pengujian, volume dari media disolusi ditempatkan dalam bejana dan
dibiarkan mencapai temperatur 37 0C + 0,5 0C. Kemudian satu tablet yang
diuji ditempatkan dalam keranjang dan pengaduk diputar dengan kecepatan
seperti yang ditetapkan dalam monografi. Tablet harus memenuhi
persyaratan seperti yang terdapat pada monografi untuk kecepatan disolusi
(Wade & Weller, 1994).
Uji tablet selanjutnya adalah uji waktu hancur. Supaya komponen
obat sepenuhnya tersedia untuk diabsorbsi dalam saluran pencernaan, maka
tablet harus hancur melepaskan obatnya ke dalam cairan tubuh untuk
dilarutkan. Daya hancur tablet juga penting untuk tablet yang mengandung
bahan obat yang tidak dimaksudkan untuk diabsorbsi tetapi lebih banyak
bekerja setempat pada saluran cerna. Daya hancur tablet memungkinkan
partikel obat menjadi lebih luas untuk bekerja secara lokal dalam tubuh (Avis
et al., 1986).
Untuk uji ini digunakan alat yang terdiri dari sebuah keranjang tes
dengan enam pipa gelas yang masing-masing diisi dengan sebuah tablet.
Keranjang tes dicelupkan ke dalam gelas piala dengan cairan pengetes
bersuhu 37°C yang berada dalam sebuah penangas air yang dilengkapi
dengan thermostat. Pada saat alat dioperasikan, keranjang tes akan bergerak
ke atas dan ke bawah sebanyak 30 kali dalam satu menit. Pada titik terbawah
gerakannya, ayakan berada 25 mm jauhnya dari dasar gelas piala, sedangkan
titik gerak teratasnya cairan tes masih tepat menyentuh ayakan atau terbenam
sekitar 25 mm. Pada akhir pengujian waktu hancur, sebaiknya semua bagian
tablet lolos melalui ayakan. Lempengan pleksiglas digunakan untuk
memperberat hasil cetakan (Avis et al., 1986).
Vitamin C
( Jim, 2009)
Vitamin C adalah nutrien dan vitamin yang larut dalam air dan
penting untuk kehidupan serta untuk menjaga kesehatan. Vitamin ini juga
dikenal dengan nama kimia dari bentuk utamanya yaitu asam askorbat.
Vitamin c termasuk golongan antioksidan karena sangat mudah teroksidasi
oleh panas, cahaya, dan logam, oleh karena itu penggunaaan vitamin C
sebagai antioksidan semakin sering dijumpai (Rani,2008).
vitamin C atau asam askorbat memiliki peran dalam menjaga dan
memperkuat imunitas terhadap infeksi serta berperan penting dalam fungsi
otak, karena otak banyak mengandung vitamin C. Dua peneliti di Texas
Woman's University menemukan, murid SMTP yang tingkat vitamin C-nya
dalam darah lebih tinggi ternyata menghasilkan tes IQ lebih baik daripada
yang jumlah vitamin C-nya lebih rendah. Vitamin C juga diperlukan untuk
menjaga struktur kolagen, sejenis protein yang menghubungkan semua
jaringan serabut, kulit, urat, tulang rawan, dan jaringan lain di tubuh manusia.
Struktur kolagen yang baik dapat menyembuhkan luka, patah tulang, memar,
perdarahan kecil dan luka ringan. Selai itu, juga berperan penting dalam
membantu penyerapan zat besi dan mempertajam kesadaran. Sebagai
antioksidan ia mampu menetralkan radikal bebas di seluruh tubuh. Melalui
pengaruh pencahar, ia dapat meningkatkan pembuangan faeses atau kotoran.
Tak heran bila berlebihan, vitamin ini dapat mengakibatkan diare. Untuk
pencegahan kurangi konsumsinya, atau ganti dengan natrium askorbat
(Rani,2008).
V. PROSEDUR
Serbuk bahan-bahan (zat) obat diayak, kemudian masing-masing zat
ditimbang secara tepat sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan. Vitamin C
dan avicel dicampurkan di dalam plastik (alat pencampur), kemudian
dimasukkan Mg stearat, talk, dan aerosil lalu dikocok selama 15 menit
hingga kedua zat tersebut homogen. Sebanyak 20 g campuran fasa dalam
ditimbang lalu dimasukkan ke dalam gelas ukur dan dilakukan uji
kompressibilitas. Volume awal dan akhir dicatat untuk penentuan
kompressibilitas. Sebanyak 20 g campuran serbuk ditimbang untuk uji
kecepatan alir. Serbuk dimasukkan ke dalam corong yang bagian lubangnya
ditutup. Tutup bagian bawah corong lalu dibuka kemudian diamati waktu
yang diperlukan sampai semua serbuk mengalir. Diameter timbunan serbuk
diukur, diambil nilai rata-rata diameter, dan tinggi puncak timbunan serbuk
diukur untuk menghitung sudut istirahatnya.
Campuran serbuk dicetak menjadi tablet dengan range berat 5%
dari berat teoritis dan kekerasan 7-10% dari 70N. Tiap tablet yang dicetak
diambil 1 tablet untuk uji berat tablet & kekerasan. Jika tidak sesuai dengan
rencana formulasi, punch pada alat pencetak tablet diatur lagi hingga
diperoleh berat dan kekerasan yang sesuai. Setelah sesuai, maka diambil 20
tablet dari seluruh tablet yang telah dicetak sebagai sampling untuk
mengukur berat tablet, diameter dan ketebalannya, serta diuji kekerasannya.
Setelah itu dihitung nilai rata-rata dari setiap pengukuran. Kemudian diambil
20 tablet lalu dilakukan uji friabilitas. Diambil 6 tablet lalu dilakukan uji
waktu hancur. Tablet kemudian dihitung lalu dikemas dalam bentuk strip
dan diberikan etiket yang sesuai.
C. PERHITUNGAN
Berat Teoritis:
o Vitamin C 50 mg x 300 = 15 gram
o Avicel PH 102 150 mg x 300 = 45 gram +
60 gram (97,5%)
o Mg. Stearat
1 x 60 gram = 0,615 gram
97,5
o Talc
1 x 60 gram = 0,615 gram
97,5
o Aerosil
0,5 x 60 gram = 0,307 gram
97,5 +
61,537 gram
Berat per tablet :
o 61,537 = 205,123 mg
300
o Rentang berat per tablet : +/- 5%
194,867 < … < 215,379
VII. PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini tablet yang akan dibuat berisi zat aktif
Vitamin C 50 mg / tablet dengan menggunakan metode kempa langsung yang
merupakan metode dari pembuatan dan pencetakan tablet. Tablet Vitamin C
dikenal sebagai salah satu vitamin yang memiliki banyak manfaat. Selain
bersifat antioksidan yang mampu melawan radikal bebas, vitamin C juga
berperan dalam meningkatkan sistem kekebalan tubuh (Lestari, 2008).
Tujuan dari metode kempa langsung ini untuk menghindari berbagai
masalah yang timbul pada granulasi basah maupun granulasi kering.
Pembuatan tablet dengan kecepatan tinggi memerlukan eksipien yang
memungkinkan pengempaan langsung tanpa tahap granulasi terlebih dahulu.
Eksipien ini terdiri dari zat berbentuk fisik khusus yang mempunyai sifat
aliran dan kempa yang diinginkan. Sedikit perubahan pada sifat fisik dapat
mengubah sifat alir dan sifat kempa sehingga menjadi tidak sesuai untuk
dikempa langsung. Metode Kempa Langsung biasanya dilakukan untuk
bahan-bahan obat yang mempunyai daya kompresibilitas tinggi dan daya alir
yang tinggi.
Massa tablet yang dibuat dalam praktikum ini adalah ±205,123 mg
(dalam 300 tablet) dengan mempertimbangkan alat pencetak tablet yang
tersedia dengan komposisi zat aktif (Vitamin C) 50 mg, zat pengisi-pengikat
(Avicel PH 102) 150 mg, dan zat pelincir Mg stearat dan Talc masing-masing
0,615 mg dan 0,307 mg hingga memenuhi massa ±205,123 mg/tablet.
Bahan pembantu (eksipien) yang digunakan pada pembuatan tablet
Vitamin C kali ini adalah Avicel PH 102, Mg stearat dan Talc. Avicel
berfungsi sebagai bahan pengisi-pengikat dalam bentuk kering karena dari
percobaan sebelumnya telah diketahui bahwa penggunaan avicel PH 102
sebagai pengisi cetak langsung memberikan hasil yang baik. Kemampuan
avicel sebagai zat pengisi cukup tinggi karena partikel mikrokristalnya yang
berasal dari alam disatukan oleh ikatan hidrogen. Ikatan hidrogen antara
hidrogen pada molekul selulosa yang berdekatan membuat padatan
partikelnya lebih kuat dan lebih kohesif. Ketika dicetak avicel akan
membentuk lapisan seperti plastik sehingga menghasilkan tablet yang
kompak. Kerapatan curah avicel PH 102 rendah sehingga kemampuannya
sebagai zat pengisi sangat baik. Luas permukaannya besar sehingga
kemampuan untuk menutupi bahan lain atau sebagai pengikat dalam sediaan
tinggi. Avicel PH 102 menghasilkan kerapatan mampat yang optimal
sehingga pencetakan dapat menghasilkan tablet yang memenuhi standar yang
diharapkan.
VIII. KESIMPULAN
Dari percobaan dapat diketahui bahwa tablet dapat dibuat dengan
metode kempa langsung.
DAFTAR PUSTAKA
Anief, Moh. 1997. Ilmu Meracik Obat: Teori dan Praktik. Yogyakarta: Gajah
Mada University Press.
Ansel, HC. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Edisi ke-4. Jakarta:
Penerbit Universitas Indonesia.
Astuti , Ari Puji. 2010. Stabilitas Vitamin C.
http://www.scribd.com/doc/30329778/Stabilitas-Vitamin-C. [diakses: 16
April 2011].
Avis, KE.,Lachman L.,Lieberman HA. 1986. Pharmaceutical Dossage Forms:
Tablet. Volume 1. New York: Marcel Dekker, INC.
Lachman, L., Lieberman, L., Kanig, J. L. 1994. Teori dan Praktek Farmasi
Industri. Penerjemah : Siti Suyatmi. Jilid 2. Edisi III. Jakarta : UI Press
Lestari, Maya. 2008. Manfaat Vitamin C.
http://maeya.blogspot.com/2008/11/manfaat-vitamin-c.html. [diakses: 16
April 2011].
Putri ,Maretta . 2010. Berapa Dosis vitamin C yang ideal.
http://yosefw.wordpress.com/author/yosefw/page/3/. [diakses: 16 April
2011].
Rani. 2008. Asam askorbat. Available online at:
http://www.scribd.com/doc/24685735/Asam-askorbat. [ diakses tanggal 16
april 2011].
Wade, Ainley., Weller., Paul J. 1994. Handbook Of Excipients. 2nd edition.
London: The Pharmaceutical Press.
Tablet
Ruangan: Tablet
Tablet
Batch: gr
Recoveries: gr
Jumlah:
I. FORMULASI
(tanda tangan)
(tanda tangan)
homogen
Waktu : Jam ................ s/d jam ................
Tdk
3. Granulasi Basah
dilakukan
Lalukan massa yang dapat dikepal tersebut
merata.
Keringkan di dalam lemari pengering pada
n
Granul …………….. hasil pengeringan
dilalukan pada ayakan mesh 16, berat =
……………
Waktu : Jam .................... s/d
jam .......................
Tdk
n
Timbang 100 gram granul
Ayak hati-hati melalui mesh no. 60
Timbang yang lolos ayakan =
……........ %
Tdk
8. Pengadukan dilakuka
n
Waktu : Jam ................... s/d
jam ..........
1 45
2 45
3 45
4 48
5 40
6 43
7 40
8 42
9 45
10 48
11 42
12 42
13 47
14 48
15 45
16 45
17 42
18 42
19 50
20 45
Identifikasi
Penentuan kadar
Keseragaman kadar
ratanya dihitung
Pemakaian Mesin :
Tanggal :
Waktu kompresi :
Operator :
Halaman 8 dari 8 halaman