You are on page 1of 5

V.

HASIL ERUPSI

Hasil letusan gunungapi secara umum dapat dibedakan menjadi letusan yang
bersifat meledak atau eksplosif dan letusan yang tidak meledak atau hanya meleler
saja atau efusif. Kedua jenis hasil letusan tersebut akan menghasilkan batuan
gunungapi sendiri-sendiri yang dapat dibedakan secara nyata. Hasil erupsi yang
bersifat meledak atau eksplosif akan menghasilkan bahan lepas gunungapi atau
dikenal dengan sebutan piroklastika (pyroclastic), sedang yang meleler atau yang
bersifat efusif akan menghasilkan lava.

5.1. Hasil efusif

Hasil erupsi yang bersifat efusif disebut dengan lava. Istilah lava
diperuntukkkan bagi magma yang telah baerhasil mencapai permukaan bumi yang
melalui retakan kulit bumi atau pipa kepundan gunungapi. Magma yang berasaldari
kedalaman bergerak keatas karena adanay dorongan gas yang terlarut dalam cairan
magma tersebut. Sehingga fungsi utama dari gas adalah sebagai penggerak magma.
O. Hirakawa (1980) mendefinisikan lava sebagai suatu massa cair yang dikeluarkan
dari dalam bumi, maupun batuan yang berasal dari pembekuannya. Lva basalan
mempunyai suhu antara 1.1000 – 1.2000C, relatif lebih tinggi daripada suhu lava
andesitan atau dasitan yang berkisar antara 9000 – 1.0000 C. Viskositas lava yang
menyertai suatu letusan gunungapi, khususnya lava basalan adalah sekitar 102 – 103
poise. Dan di dalam suatu kolom lava bagian bawah umumnya terdiri dari lava
basalan yang berwarna gelap, yang semakin ke atas mkain berwarna terang dan
terdiri dari lava dasitan atau riolitan.
Pada tubuh aliran lava sering dijumpai sejumlah lubang yang beragam bentuk dan
ukurannya. Lubang-lubang tersebut adalah bekas gas yang terlarut dalam magma
(lava) yang kemudian menguap bersamaan dengan membekunya cairan tersebut.
Lubang yang disebut vesicle ini akan banyak ditemukan dibagian permukaan,
sementara ke arah yang lebih dalam jumlahnya menjadi berkurang. Struktur
vesikuler ini juga akan banyak membantu dalam menentukan batas antar aliran lava,

Penuntun Field Trip 30


Vulkanologi
yaitu apabila suatu daerah ditemukan lapisan-lapisan lava yang dihasilkan dari waktu
yang berbeda.
Sesuai dengan komposisinya, aliran lava di permukaan bumi akan
mempunyai struktur permukaan yang khas. Lava basalan yang mempunyai
permukaan kasar dan terkeratkan (fragmental) dikenal sebagai aa lava. Sedangkan
lava andesitan yang mempunyai permukaan bongkah-bongkah menyudut (angular
block) disebut dengan lava bongkah. Dalam aliran lava bongkah, bagian tengahnya
akan membentuk kekar melembar (platy joint, platy fracture, linier flow structure,
planar flow structure). Kekar-kekar disebut sejajar dengan permukaan aliran, baik
yang di atas maupun di bawah, atau sejajar dengan permukaan pembekuan. Kekar
yang terjadi akibat kontraksi selama proses pembekuan ini akan banyak didapatkan
di dekat permukaan tubuh lava.
Kekar-kekar lainnya yang sering dijumpai dalam aliran lava adalah kekar
mengolom (columnar joint, columnar structure, prismatic joint, prismatic structure),
dimana kekar-kekar tersebut akan memecah batuan menjadi kolom-kolom prismatik
segi enam (hexagonal). Sedang kekar-kekar tidak beraturan (irregular joint) akan
menghancurkan batuan menjadi bongkah-bongkah persegi banyak (polygonal block).
Lava yang berbentuk seperti ytali disebut dengan lava tali (ropy lava), sedang lava
pahoehoe adalah aliran lava basalan yang mepunyai permukaan bergelombang, halus
dan gelasan. Ke arah bawah lava pahoehoe akan berubah menjadi lava aa.
Lingkungan pengendapan lava dapat berupa darat atau laut. Aliran lava yang
masuk ke dalam lingkungan berair (subaqueous environment) akan membentuk
struktur bantal. Struktur ini dicirikan dengan bentuk-bentuk bantal yang tak menerus,
berukuran dari beberapa cm hingga beberapa meter (rata-rata 30 – 60 cm). Hubungan
antar bentuk bantal bersifat menutup, dan kalaupun ada rongga diantaranya akan diisi
oleh sedimen klastik atau bahan koreaan.
Ukuran butir dalam struktur bantal umumnya akan menghalus ke arah luar.
Dan lava bantal yang biasanya berkomposisi basalan atau andesitan dianggap sebagai
aliran lava yang terjadi di laut, yang berasosiasi dengan endapan laut dalam.

Penuntun Field Trip 31


Vulkanologi
Gambar 5.1. Penampang bagian depan aliran lava bongkah yang
menunjukkan terjadinya pengkekaran melembar. Arah aliran
ditunjukkan oleh tanda panah.

5.2. Hasil eksplosif

Hasil erupsi yang bersifat eksplosif biasa disebut dengan istilah piroklastik.
Material piroklastik adalah bahan hamburan (ejecta) yang merupakan retakan-
retakan batuan yang dikeluarkan pada saat terjadinya letusan gunungapi. Ciri ciri
batuan piroklastik dipengaruhi oleh proses transportasi dan akumulasi dari material
yang diendapkan gunungapi. Ad tiga cara transportasi dan akumulasi piroklastik
yang menghasilkan tiga endapan, yaitu :
a. Endapan aliran piroklastik
b. Endapan Jatuhan piroklastik
c. Endapan gelombang piroklastik

a. Endapan aliran piroklastik


Endapan aliran piroklastik ini adalah rempah volkanik atau material lepas yang
pada awalnya bersuhu tinggi disemburkan dari kepundan gunungapi dan diendapkan
disekitar lereng hingga kaki gunungapi. Endapan ini berwarna abu-abu kemerahan,
bentuk batuan meruncing tajam, sering dijumpai retakan-retakan pada batuan
berukuran bongkah, lepas-lepas (mudah runtuh), sering ditemukan arang kayu (char
coal) pada tubuh batuan, sortasi buruk penyebaran mengikuti bentuk lembah.
Komposisi batuannya adalah fragmen litik dan vitrik yang berupa skoria, pumice

Penuntun Field Trip 32


Vulkanologi
maupun fragmen lava dengan massa dasar abu dan pasir volkanik (Fisher dan
Schimincke, 1984). Aliran piroklastik umumnya bersuhu tinggi, yaitu antara 500 0 –
0
650 C sehinga aliran ini sering diistilahkan ladu atau awan panas / nuu ardente
(Lacroix, 1904). Aliran piroklastik ini diangkut dalam bentuk guguran pijar (glowing
avalanche) yang tersembunyi dibalik gelombang awan pijar (glowing cloud, nuu
ardente, Smith, 1960).
b. Endapan jatuhan piroklastik
Endapan jatuhan piroklstik ini dihasilkan oleh akumulasi material yang
dilemparkan oleh suatu erupsi gunungapi dengan sistem transportasi gerak peluru
(trajectory) dan turbulensi awan erupsi. Material ini kemudian diendapkan (jatuh) di
sekitar pusat erupsi dan terakumulasi sebagai endapan jatuhan piroklastik (Fisher dan
Schmincke, 1984). Endapan ini dicirikan oleh sortasi baik, menutup morfologi,
struktur perlapisan pilihan, tebal perlapisan tergantung pada proses, besar dan
lamnaya erupsi.
c. Endapan gelombang piroklastik
Endapan gelombangan piroklastik merupakan istilah yang umum dari semua
endapan surge dari berbagai jenis. Pembentukan endapan gelombangan piroklastik
pada beberapa kejadian berasosiasi dengan endapan aliran piroklastik. Fisher dan
Schmincke (1984) membagi endapan gelombangan piroklastik berdasarkan sumber
kejadian atau kedudukan terhadap urutan endapan aliran piroklastik, yaitu :
a. Endapan gelombang bawah (ground surge deposits), terbentuk pada urutan
terbawah dari sekuen aliran piroklastik. Endapan ini dihasilkan dari endapan
erupsi atau langsung dari bawah
b. Endapan gelombang dasar (Base surge deposits), Dihasilkan oleh letusan
hidroklastik, sehingga selama proses pengendapan memiliki kelimpahan air yang
tinggi dan kecepatan aliran turbulensinya dipengaruhi oleh kondensasi oleh uap
air seperti pada pembentukan maar.
c. Endapan awan debu (Ash cloud surge deposits). Terbentuk di bagian atas dari
sekuen endapan aliran piroklastik. Keberadaan endapan awan debu pada urutan
endapan aliran piroklastik belum dapat dipastikan, tergantung pada proses yang
terjadi pada aliran tersebut.

Penuntun Field Trip 33


Vulkanologi
Endapan gelombangan piroklastik ini tersusun oleh fragmen gelasan dan kristal,
sortasi dari buruk – bagus (tergantung dari jenis endapannya), struktur sedimen yang
khas dijumpai adalah antidune, lapisan bersusun dan laminasi.

Gambar 5.1. Proses pengendapan dari pada erupsi piroklastik

Gambar 5.2. Subaqueos tephra from subaerial volcanoes

Penuntun Field Trip 34


Vulkanologi

You might also like