You are on page 1of 12

Bank Sentral

Pada dasarnya, bila dilihat dari istilah/namanya, bank sentral tidak dapat diartikan sebagai
"bank" seperti pada bank umum. Dalam hal ini bank sentral memiliki konsepsi yang berbeda.
Bank umum cenderung untuk berusaha menginvestasikan asset-nya dengan tujuan
memaksimumkan profit. Di sisi lain, bank sentral sebagai bank milik pemerintah, adalah
lembaga keuangan yang tidak bertujuan untuk memaksimumkan profit melainkan untuk men-
capai tujuan tertentu seperti mencegah kegagalan yang dialami perbankan maupun bukan
bank, kestabilan tingkat harga, kesempatan kerja dan akhimya pada pertumbuhan ekonomi.
Dengan kata lain, bank sentral bertugas untuk melaksanakan fungsi-fungsi pemerintah karena,
bank sentral adalah juga bagian dari pemerintah.

Perkembangan Bank Sentral

Berdasarkan sejarahnya, bank sentral bukanlah suatu lembaga yang sejak awal didirikan
dengan tujuan untuk menjalankan fungsinya sebagai bank sentral. Sampai dengan awal abad
ke-20 tidak ada konsepsi yang jelas mengenai central banking. Konsepsi tersebut baru terlihat
kemudian setelah mengalami proses panjang dan hal tersebut bukan merupakan suatu proses
yang sengaja diarahkan pada terbentuknya konsep central banking, sehingga tidak terdapat
teknik yang sistematis dan konsisten ke arah terbentuknya bank sentral.

Di banyak negara yang lebih tua, perkembangan ke arah bank sentral tersebut dimulai dari
adanya suatu bank yang secara bertahap, melaksanakan berbagai macam posisi, baik bersifat
lembaga pemerintah, maupun non-pemerintah yang kemudian dikenal dengan nama bank
sentral. Beberapa posisi/wewenang yang dimiliki lembaga tersebut antara lain: hak untuk
mengeluarkan uang (partial monopoly), dapat bertindak sebagai banker dan agen pemerintah..
Bank yang memiliki posisi tersebut dikenal sebagai "bank of issue" atau "national bank". Dalam
perkembangan selanjutnya, bank tersebut memperoleh kekuasaan yang lebih luas, sehingga
muncul istilah: "central bank".

Dari bank-bank sentral yang ada, the Riskbank of Sweden adalah yang pertama kali
didirikan (yang tertua), tetapi Bank of England adalah bank of issue pertama yang memperoleh
posisi sebagai bank sentral dan mangembangkan dasar-dasar "the art of central banking".
Dengan demikian sejarah Bank of England secara umum diterima sebagai gambaran evolusi
dasar-dasar dan teknik central banking.

Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya “Bank Sentral” 1


Pada tahun 1920 diselenggarakan International Financial Conference di Brussel. Hasil
konferensi tersebut adalah menyetujui resolusi yang menghendaki agar negara-negara yang
belum mendirikan bank sentral diharapkan secepatnya untuk mendirikan bank sentral. Di
samping untuk membantu pemulihan dan pemeliharaan stabilitas sistim moneter dan
perbankan tetapi juga untuk kepentingan kerjasama dunia. Dimulai dengan berdirinya South
African Reserve Bank di tahun 1921, bank-bank sentral didirikan di negara-negara yang sudah
merdeka dan di negara-negara yang baru merdeka.

Di Indonesia, fungsi bank sentral pada masa penjajahan dilakukan oleh De Javasche Bank
yang bertindak sebagai bank sirkulasi dan menjalankan beberapa fungsi bank sentral lainnya.
De Javasche Bank didirikan pada tanggal 24 Januari 1828. Di samping menjalankan fungsinya
sebagai bank sentral, bank tersebut juga melakukan kegiatan bank umum. Pada masa
perjuangan kemerdekaan, Bank Negara Indonesia didirikan berdasarkan Undang-Undang
Nomor 2 tanggal 5 Juli 1946 sebagai bank sentral pemerintah RI dengan tugas utama sebagai
berikut :
1. memberikan pinjaman kepada pemerintah,
2. menarik uang tentara pendudukan Jepang untuk diganti dengan ORI (Oeang, Repoeblik
Indonesia),
3. menyediakan fasilitas kredit untuk, perusahaan-perusahaan industri dan perdagangan yang
beroperasi di daerah kekuasaan pemerintah RI,
4. membantu pembiayaan misi-misi pemerintah ke luar negeri.

Pada saat tentara Belanda menduduki Yogyakarta pada bulan Desember 1948, Bank
Negara Indonesia terpaksa ditutup dan dibuka kembali tahun 1949 dengan lapangan usaha
yang berbeda. Hal ini berkaitan dengan keputusan Konperensi Meja Bundar (KMB) yang
memutuskan bahwa hanya De Javasche Bank yang diberi hak untuk melaksanakan fungsi bank
sentral. De Javasche Bank kemudian dinasionalisasi berdasarkan Undang-Undang Nomor 24
tahun 1951. Pada tahun 1953 De Javasche Bank dibubarkan bersamaan dengan
dikeluarkannya Undang-Undang Pokok Bank Indonesia (UU No.11 Tahun 1953).

Berdasarkan Ketetapan Presiden No.17 tahun 1965, Bank Indonesia bersama-sama


dengan Bank Koperasi Tani & Nelayan, Bank Negara Indonesia, Bank Umum Negara dan Bank
Tabungan Negara dilebur ke dalam Bank Tunggal dengan nama Bank Negara Indonesia (BNI).
Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Urusan Bank Sentral nomor KEP.65/UBS/65, bank-bank
tersebut di atas menjalankan usahanya masing-masing dengan nama BNI unit I, unit II, unit III,
unit IV, dan unit V. Bank Negara Indonesia unit I berfungsi sebagai bank sirkulasi, bank sentral
dan bank umum.

Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya “Bank Sentral” 2


Setelah masa Orde Baru, dilakukan penataan kembali sistem perbankan di Indonesia
dengan maksud untuk membentuk satu kesatuan sistem yang menjamin adanya kesatuan
pimpinan dalam mengatur seluruh perbankan di Indonesia serta mengawasi pelaksanaan
kebijaksanaan pemerintah di bidang moneter. Untuk keperluan tersebut, dikeluarkan Undang-
Undang Nomor 14 tahun 1967 tentang Pokok-Pokok Perbankan dan UU Nomor 13 tahun 1968
tentang Bank Sentral.

Berdasarkan UU No. 13 tahun 1968, BNI unit I dipisahkan kembali dari Bank Tunggal dan
didirikan sebuah bank sentral di Indonesia dengan nama Bank Indoesia. Di sisi lain,
berdasarkan UU Nomor 14 tahun 1967 dan UU Nomor 13 tahun 1968, bank-bank negara yang
dilebur ke dalam BNI dipisahkan kembali dan kemudian didirikan bank-bank negara baru,
masing-masing dengan Undang-Undang tersendiri.

Fungsi dan Peran Bank Sentral

Bank Sentral adalah bank yang merupakan pusat struktur moneter dan perbankan di negara
yang bersangkutan dan yang melaksanakan (sejauh dapat dilaksanakan dan untuk kepentingan
ekonomi nasional) fungsi-fungsi sebagai berikut:

1. Memperlancar lalu lintas pembayaran


a. menciptakan uang kartal
b. menyelenggarakan kliring antar bank umum.

2. Sebagai bankir, agen dan penasehat pemerintah.


Bank Sentral sebagai bankir :
a. memelihara rekening pemerintah
b. memberikan pinjaman sementara
c. memberikan pinjaman khusus
d. melaksanakan transaksi yang menyangkut jual beli valuta asing (valas)
e. menerima pembayaran pajak
f. membantu pembayaran pemerintah dari pusat ke daerah,
g. membantu pengedaran surat berharga pemerintah
h. mengumpulkan dan menganalisis data ekonomi

Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya “Bank Sentral” 3


Bank sentral sebagai agen dan penasehat pemerintah :
a. mengadministrasi dan mengelola hutang nasional
b. memberikan jasa pembayaran bunga atas hutang
c. memberikan saran dan informasi mengenai keadaan pasar uang dan modal.

3. Memelihara cadangan/cash reserve bank umum


4. Memelihara cadangan devisa negara :
a. internal reserve, untuk keperluan jumlah uang beredar
b. eksternal reserve, untuk alat pernbayaran internasional
5. Sebagai bankers bank dan lender of last resort,
6. Mengawasi kredit
7. Mengawasi bank (bank supervision):
a. Prudential Supervision: pengawasan bank yang diarahkan agar individual bank dapat
dijaga kelangsungan hidupnya sehingga kepentingan masyarakat dapat dilindungi.
b. Monetary Supervision: menjaga nilai mata uang negara yang bersangkutan sehingga
bank tersebut dapat menjadi penyangga kebijakan moneter maupun kebijakan ekonomi
pemerintah lainnya.

Neraca Bank Sentral

Kegiatan bank sentral di dalam perumusan dan pelaksanaan kebijakan moneter tercermin pada
bentuk umum neraca yang disusun. Secara singkat pos-pos atau rekening utama pada neraca
bank sentral adalah sebagai berikut :

1. Kekayaan (Assets)
a. Cadangan, yang meliputi :
- Sertifikat Emas
- Special Drawing Rights (SDR)
- Valuta Asing
b. Pinjaman yang diberikan (loans), terutama kepada bank umum.
c. Surat berharga (sebagian besar adalah surat berharga milik pemerintah).
d. Kekayaan lain-lain, dapat berupa tanah, gedung atau peralatan-peralatan,

2. Hutang (Liabilities)
a. Uang kertas
b. Deposito merupakan bagian terbesar adalah deposito bank umum.

Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya “Bank Sentral” 4


c. Surplus diperoleh dari : bunga surat berharga yang ditahan, bunga pinjaman yang
diberikan dan dari kegiatan lain.
d. Lain-lain (misalnya: pengeluaran yang belum dibayar).

Dari uraian di atas jelas tampak bahwa pada dasarnya kekayaan bank sentral diperoleh
dengan menciptakan hutang terhadap dirinya sendiri. Seperti pada contoh pembelian surat
berharga, kekayaan yang berupa surat berharga ini dapat diperoleh dengan menciptakan
hutang berupa deposito bank umum.

Alat (instrumen) Kebijakan Moneter

Peranan kebijakan moneter biasanya tampak jelas pada saat suatu perekonomian
berusaha untuk menciptakan dan memelihara tingkat kestabilan ekonomi. Kebijakan ini sangat
besar pengaruhnya bagi kemajuan perdagangan, industri, keuangan, kesempatan kerja dan
hal-hal lain yang berkaitan dengan pola kebijakan ekonomi pada umumnya. Untuk mendorong
pertumbuhan dan perkembangan ekonomi, kebijakan moneter amat diperlukan dalam
pembentukan tabungan sebagai sumber pembiayaan pembangunan.

Kebijakan moneter merupakan tindakan yang dilakukan oleh penguasa moneter untuk
mempengaruhi jumlah uang beredar dan tingkat kredit, yang nantinya akan mempengaruhi
kegiatan ekonomi masyarakat. Bank sentral sebagai salah satu otoritas moneter dapat
melaksanakan kebijakan moneter yang dapat diklasifikasikan , ke dalam bentuk :

1. Instrumen umum :
a. Politik Pasar Terbuka (Open Market Operation)
b. Politik Cadangan Minimum (Reserve Requirement Policy)
c. Politik Diskonto (Rediscount Rate Policy)

2. Instrumen selektif :
a. Margin Requirements
b. Penentuan Tingkat Bunga

3. Instrumen Moral Suasion (Open Mouth Policy).

Bank Indonesia sebagai Bank Sentral

Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya “Bank Sentral” 5


Setelah diuraikan mengenai tugas/fungsi serta kebijakan moneter bank sentral, berikut
akan dibicarakan mengenai Bank Indonesia sebagai bank sentral di Indonesia. Undang-undang
yang mengatur tentang Bank Indonesia adalah UU Nomor 13 tahun 1968. Ada beberapa hal
yang penting untuk dibicarakan, berkaitan dengan Undang-undang Bank Indonesia, yang
antara lain:

A. Tugas Pokok Bank Indonesia (bab IV pasal 7)

Disebutkan bahwa tugas pokok Bank Indonesia adalah membantu pemerintah dalam:
1. Mengatur, menjaga dan memelihara kestabilan nilai rupiah.
2. Mendorong kelancaran produksi dan pembangunan serta mempesluas kesempatan
kerja, guna meningkatkan taraf hidup rakyat.

Kedua tugas pokok Bank Indonesia dapat dirinci menjadi :


1. Pengedaran uang (pasal 26-28)
a. Bank Indonesia mempunyai hak tunggal untuk mengeluarkan uang kertas dan
logam.
b. Bank Indonesia dapat mencabut kembali uang yang telah dikeluarkan serta menarik
kembali dari masyarakat.

2. Perbankan dan Perkreditan (pasal 29-33)


Di bidang perbankan, pembinaan dilakukan dengan :
a. Merperluas, memperlancar, dan mengatur lalu lintas pembayaran giral dan kliring.
b. Menetapkan ketentuan-ketentuan umum tentang solvabiltas dan likuiditas bank
umum
c. Membimbing bank umum.
d. Meminta laporan dan memeriksa aktivitas bank.

Di bidang perkreditan :
a. Menyusun rencana kredit.
b. Menetapkan tingkat dan struktur bunga.
c. Menetapkan batasan pemberian kredit.
d. Memberikan kredit likuiditas kepada bank.
e. Sebagai lender of last resort.

Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya “Bank Sentral” 6


3. Berkaitan dengan pemerintah/APBN (pasal 34-36)
a. Sebagai pemegang kas pemerintah,
b. Menyelenggarakan pemindahan uang pemerintah ke seluruh wilayah Republik
Indonesia,
c. Membantu penempatan surat hutang negara, penatausahaan serta pembayaran
kupon, dan pelunasannya,
d. Memberikan kredit dalam bentuk rekening koran untuk memperkuat kas negara..

4. Bidang pengerahan dana masyarakat (pasal 37)


Bank Indonesia mendorong pengerahan dana masyarakat oleh perbankan umum
dengan tujuan untuk usaha pernbangunan yang produktif dan berencana.

5. Bidang hubungan internasional (pasal 38-40)


a. Menyusun rencana devisa guna menjaga dan memelihara kestabilan nilai rupiah
terhadap valuta asing
b. Melaporkan dan menjaga keseimbangan neraca pembayaran.

B. Dewan Moneter (bab VI pasal 9 s/d 14)

Dalam menjalankan togas pokok tersebut harus bertitik tolak pada kebijakan yang telah
ditetapkan oleh pemerintah dengan bantuan dewan moneter. Hal ini berkaitan dengan
tugas/fungsi dewan moneter untuk membantu Pemerintah dalam merencanakan dan
menetapkan kebijakan moneter dengan mengajukan patokan-patokan dalam usaha
menjaga kestabilan moneter, pemenuhan kesempatan kerja, dan peningkatan taraf hidup
rakyat. Di samping itu, dewan moneter juga bertugas memimpin dan mengkoordinir
pelaksanaan kebijakan moneter yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Keputusan Dewan
Moneter diambil dengan hikmah musyawarah untuk mufakat. Apabila Gubernur Bank
Indonesia tidak dapat memufakati hasil musyawarah Dewan Moneter, maka ia dapat
mengajukan pendapatnya kepada pemerintah. Dewan Moneter ini terdiri atas 3 orang
anggota yaitu menteri-menteri yang membidangi keuangan dan perekonomian serta
Gubemur Bank Indonesia. Ketua Dewan moneter dipegang oleh Menteri Keuangan.

C. Usaha-usaha Bank Indonesia (pasal 41-43)


Dalam melaksanakan tugas sebagai bank sentral maka Bank Indonesia :
a. Memindahkan uang dan penarikan saldo.
b. Menerima dan membayarkan kembali uang dalam rekening koran.

Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya “Bank Sentral” 7


c. Membeli dan menjual wesel kertas perbendaharaan atas beban negara, dan surat
hutang negara.
d. Membeli dan menjuat cek, surat berharga. Membeli jaminan bank (bank garansi).
e. Menyediakan tempat penyimpanan barang-barang berharga.

Instrumen Moneter Bank Indonesia

Dalam menjalankan fungsinya untuk mengendalikan sektor moneter. Bank Indonesia meng-
gunakan beberapa instrumen moneter berupa kebijakan :

1. Cash Ratio (minimum reserve requirement ratio)


2. Discount rate (kebijaksanaan suku bunga)
3. Open market operation (operasi pasar terbuka)
4. Refinancing facility
5. Credit Allocation
6. Foreign exchange rate

Cash ratio adalah perbandingan antara alat-alat likuid yang dikuasai dengan kewajiban-
kewajiban yang segera dapat dibayar (current liabilities). Perbandingan tersebut harus
menghasilkan minimal 2%, sesuai dengan ketentuan Pakto (Paket Oktober) 1988 yang
menyebutkan bahwa Bank Indonesia menurunkan cash ratio dari 15% menjadi 2%, sehingga
kemampuan loanable funds perbankan menjadi bertambah besar. Komponen alat-alat likuid
yang dikuasai pada dasarnya adalah primary reserve yang terdiri dari uang kas dan saldo
rekening di Bank Indonesia. Di sisi lain, secondary reserve tidak diperhitungkan di dalam cash
ratio tetapi digunakan untuk menyangga primary reserve atau usaha-usaha lain yang
memperoleh earning assets.

Kebijakan suku bunga yang dimaksud, baik dalam bentuk simpanan maupun kredit,
lebih bersifat tidak langsung dalam arti Bank Indonesia hanya memberikan pedoman saja
kepada perbankan. Beberapa ciri penting kebijakan suku bunga selama masa perbangunan
adalah bersifat aktif, realistik, fleksibel, dan selektif.

Kebijakan yang terakhir tersebut merupakan operasi moneter bank sentral yang amat
populer. Operasi pasar terbuka yang dilakukan bank sentral adalah erat kaitannya dengan

Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya “Bank Sentral” 8


pengaturan jumlah uang yang beredar, khususnya total uang (uang kartal dan uang giral).
Artinya, Bank Indonesia terjun dalam perdagangan surat berharga di pasar uang. Bila Bank
Indonesia ingin menambah jumlah uang beredar, maka Bank Indonesia menjual surat berharga.
Dengan policy ini, uang masyarakat akan tersedot ketangan Bank Indonesia, dan sebaliknya.

Instrumen fasilitas pembiayaan dimaksudkan sebagai fasilitas yang diberikan oleh


Bank Indonesia bagi bank-bank umum dalam bentuk kredit likuiditas. Tujuan utama instrumen
ini adalah untuk memperlancar pemberian kredit oleh bank bagi kegiatan investasi, pengadaan
barang kebutuhan masyarakat dan kelancaran distribusi. Kredit likuiditas dapat dibagi menjadi
kredit likuiditas biasa, kredit likuiditas gadai ulang dan kredit likuiditas darurat. Semenjak
deregulasi perbankan 1 Juni 1988, kebijakan ini lebih dikenal sebagai fasilitas diskonto
(discount window) dan dibagi menjadi dua macam yaitu fasilitas diskonto I dan II.

Instrumen credit allocation atau dikenal juga sebagai selective credit control,
merupakan pengaturan Bank Indonesia terhadap arah pemberian kredit sesuai dengan prioritas
pembangunan maupun jumlah total pemberian kredit menurut sektor ekonomi yang perlu
dibantu oleh perkreditan Bank Indonesia.

Perbandingan nilai mata uang rupiah dengan seperangkat mata uang asing yang
beredar di pasaran dunia merupakan suatu kebijakan yang amat penting. Sebagai bank sentral
yang diberi tugas untuk mengatur neraca pembayaran Indonesia, penetapan kurs mata uang
asing harus dilakukan dengan pertimbangan-pertimbangan yang matang. Penyesuaian kurs
mata uang rupiah terhadap mata uang asing harus dilakukan secara terus menerus, agar tidak
terjadi penilaian yang terlalu rendah atau pun yang terlalu tinggi, karena kedua kondisi tersebut
akan merugikan perekonomian Indonesia.

Sistem Moneter di Indonesia

Di dalam pasar uang terdapat dua pelaku utama yaitu kelompok kreditur (yang menawarkan
dana) dan kelompok debitur (yang membutuhkan dana). Pelaku: pasar uang juga dapat
dilakukan dalam bentuk pengelompokan sesuai dengan perannya dalam proses penciptaan
uang. Atas dasar ini, maka terdapat tiga pelaku utama dalam pasar uang yaitu :

1. Otoritas moneter (bank sentral dan pemerintah)


2. Lembaga keuangan (bank dan bukan bank)
3. Masyarakat (rumah tangga dan produsen)

Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya “Bank Sentral” 9


Otoritas moneter mempunyai peran utama sebagai sumber awal terciptanya uang
beredar. Kelompok ini merupakan sumber penawaran uang kartal yang menjadi sumber untuk
memenuhi permintaan masyarakat akan uang, di sisi lain juga merupakan sumber penawaran
uang (dikenal sebagai reserve bank) yang dibutuhkan oleh lembaga-lembaga keuangan.
Dengan demkian, uang kartal (currency) dan cadangan bank adalah uang inti atau uang primer.

Lembaga keuangan dapat berbentuk bank atau bukan bank. Peran utama kelompok ini
adalah sebagai sumber penawaran uang giral (demand deposit, deposito berjangka (time
deposit), simpanan tabungan (saving deposio), serta aktiva aktiva keuangan lain yang
dibutuhkan masyarakat. Seluruh jenis penawaran tersebut dikenal juga sebagai uang sekunder.
Berdasarkan peran yang dipegang oleh kedua kelompok di atas, yakni sebagai supplier seluruh
kebutuhan uang yang diinginkan masyarakat maka kedua kelompok ini (otoritas moneter dan
lembaga keuangan). Disebut dengan sistim moneter (monetary system).

Masyarakat sebagai pelaku pasar uang ketiga, dapat diartikan sebagai konsumen akhir
uang yang tercipta. Uang yang diperoleh dalam hal ini dapat digunakan untuk memperlancar
kegiatan-kegaitan produksi, konsumsi, dan pertukaran.

Kliring

Salah satu fungsi, yang dimiliki oleh bank umum adalah melakukan transaksi lalu lintas
pembayaran. Mekanisme pembayaran bagi bank umum dari satu pihak ke pihak lain, akan
lebih mudah bila kedua pihak mempunyai rekening di bank yang sama. Tetapi akan lebih
sukar untuk menyelesaikan pembayaran antara pihak-pihak yang memiliki rekening, di bank
yang berbeda dan lebih sukar lagi kalau bank tersebut tidak berada disatu daerah.
Konsekuensinya, satu bank umum akan berhubungan langsung dengan bank umum lain
dalam menyelesaikan utang piutangnya. Ini pun masih banyak dijumpai kesulitan-kesulitan
antara lain jam pertemuan, tempat pertemuan, dan sebagainya. Sebagai contoh, apabila bank
akan menyelesaikan utang piutangnya dengan bank B, C, D dan E; maka bank A harus
berhubungan langsung dengan bank-bank tersebut. Demikian pula apabila bank B akan
menyelesaikan utang-piutangnya kepada bank A, C, D, F dan G, maka bank B akan
berhubungan langsung dengan bank-bank tersebut. Mekanisme penyelesaian utang-piutang
ini akan menyangkut banyak bank, memerlukan waktu yang cukup lama, biaya yang besar,
serta tenaga yang kurang efisien. Keadaan demikian ini dirasa dapat menghambat kegiatan
operasional perbankan. Oleh karena itu, muncul suatu gagasan untuk membentuk lembaga
kliring yang kemudian diselenggarakan oleh Bank Indonesia sebagai bank sentral (pada
tanggal 7 Maret 1967). Dengan adanya lembaga kliring, masalah seperti waktu pertemuan,

Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya “Bank Sentral” 10


tempat, siapa yang hadir, besarnya dana yang dibutuhkan untuk penyelesaian utang piutang
dan sebagainya, telah ditentukan dan diorganisir. Tujuan yang diinginkan dari terbentuknya
lembaga kliring adalah untuk memajukan atau memperlancar lalu lintas pembayaran giral
serta layanan kepada masyarakat yang menjadi nasabah bank. Dengan demikian,
perhitungan utang piutang diharapkan dapat dilakukan secara mudah, cepat, aman, dan
efisien.

Kata kliring berasal dari kata clear (bahasa Inggris). Kamus The New Grolier Webster
International Dictionary of the English Language, memberikan definisi clearing sebagai berikut

“The act of exchanging drafts on each other and settling the differences."

(Kegiatan mengadakan tukar menukar warkat antara satu bank dengan bank lainnya dan
menetapkan perbedaan-perbedaannya)

Menurut kamus perbankan yang disusun oleh Tim Penyusun Kamus Perbankan Indonesia
1980, kliring adalah perhitungan utang-piutang antara para peserta secara terpusat di satu
tempat dengan cara saling menyerahkan surat-surat berharga dan surat-surat dagang yang
telah ditetapkan untuk dapat diperhitungkan.

Syarat-syarat yang ditetapkan oleh bank Indonesia bagi suatu bank untuk dapat ikut serta
dalam kliring adalah :

1. Bank-bank yang telah mendapat ijin dari bank Indonesia terlebih dahulu.
2. Bank tersebut telah menjalankan usahanya minimal 3 bulan atas ijin Menteri Keuangan.
3. Bank tersebut telah memenuhi penilaian sebagai bank yang sehat, ditinjau dari bidang
administrasi, pimpinan, maupun keuangan.
4. Jumlah simpanan giro milik masyarakat di bank yang besangkutan telah mencapai jumlah
minimal 20% dari modal yang disetor.
5. Bank.peserta kliring wajib membuka rekening koran di Bank Indonesia.
6. Bank peserta kliring wajib menyetor saldo jaminan kliring.
7. Bank yang tidak tercatat sebagai peserta dapat ikut serta secara tidak langsung melalui
pengikut sertaannya dengan bank lain (peserta).

Bank peserta kliring pada suatu saat dapat dihentikan kegiatannya oleh bank Indonesia
jika bank tersebut tidak dapat memenuhi kewajibannya dalam kliring serta keadaan keuangan
bank yang bersangkutan tidak memungkinkan untuk memenuhi kewajiban dalam kliring.

Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya “Bank Sentral” 11


Di dalam lembaga kliring, semua peserta kliring bertemu untuk mengadakan perhitungan/
penyelesaian dokumen-dokumen yang diterima dari masing-masing nasabah. Dokumen-
dokumen yang diselesaikan di dalam lembaga kliring disebut warkat kliring. Dengan kata lain,
warkat adalah alat lalu lintas pembayaran giral yang diperhitungkan dalam kliring. Warkat-
warkat yang dapat diperhitungkan.dalam kliring antara lain harus memenuhi syarat-syarat
sebagai berikut :

1. Warkat dinyatakan dalam mata uang rupiah dan bernilai nominal penuh (face value).
2. Warkat-warkat tersebut dikeluarkan oleh bank peserta kliring
3. Warkat telah jatuh tempo pada waktu diperhitungkan dalam kliring.

Pada dasamya warkat-warkat tersebut dapat dikelompokkan menjadi :

1. Warkat debit. Adalah warkat bank peserta lain yang diterima di loket sendiri atau yang
dapat menimbulkan tagihan bank pada peserta lain. Di dalam praktiknya, warkat debit
dapat berupa cak, bilyet giro, wesel, nota kiriman uang dari kota lain untuk keuntungan
nasabah.
2. Warkat kredit. Adalah warkat bank peserta sendiri yang diterima di loket, dengan maksud
untuk dipindahbukukan ke rekening lain di bank peserta lain. Dengan demikian, warkat
semacarn ini merupakan utang pada bank peserta lain. Warkat kredit dapat berupa surat
perintah pemindahbukuan dan nasabah giro ke rekrning giro di bank peserta lain.

Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya “Bank Sentral” 12

You might also like