You are on page 1of 6

SKIZOAFEKTIF

Seperti yang diartikan oleh istilahnya, gangguan skizoafektif memiliki cirri baik
skizofrenia dan gangguan afektif (sekarang disebut gangguan mood). Kriteria diagnostic untuk
gangguan skizoafektif telah berubah seiring dengan berjalannya waktu, sebagian besar karena
perubahan kriteria untuk skizofrenia dan gangguan mood. Terlepas dari sifat diagnosis yang
dapat berubah, diagnosis ini tetap merupakan diagnosis yang terbaik bagi pasien yang sindroma
klinisnya akan terdistorsi jika hanya dianggap skizofrenia atau hanya suatu gangguan mood saja.

EPIDEMIOLOGI

Prevalensi seumur hidup dari gangguan skizoafektif adalah kurang dari 1 persen,
kemungkinan dalam rentang 0,5 sampai 0,8 persen. Tetapi angka tersebut adalah angka pekiraan,
karena berbagai penelitian terhadap gangguan skizoafektif telah menggunakan kriteria diagnostic
yang bervariasi. Prevalensi gangguan telah dilaporkan lebih rendah pada laki-laki dibandingkan
wanita, khususnya wanita yang menikah. Usia onset untuk wanita adalah lebih lanjut daripada
usia untuk laki-laki. Laki-laki dengan skizoafektif kemungkinan menunjukkan perilaku antisocial
dan memiliki pendataran atau ketidaksesuaian afek yang nyata.

ETIOLOGI

Penyebab gangguan skizoafektif adalah tidak diketahui, tetapi empat model konseptual
telah diajukan :

1. Gangguan skizoafektif mungkin merupakan suatu tipe skizofrenia atau suatu tipe
gangguan mood
2. Gangguan skizoafektif mungkin merupakan ekspresi bersama-sama dari skizofrenia dan
gangguan mood
3. Gangguan skizoafektif mungkin merupakan suatu tipe psikosis ketiga yang berbeda, tipe
yang tidak berhubungan dengan skizofrenia maupun suatu gangguan mood
4. Kemungkinan terbesar adalah bahwa gangguan skizoafektif adalah kelompok gangguan
yang heterogen yang meliputi semua tiga kemungkinan yang pertama.

Penelitian yang dilakukan untuk menggali kemungkinan-kemungkinan tersebut telah


memeriksa riwayat keluarga, petanda biologis, respon pengobatan jangka pendek, dan hasil akhir
jangka panjang.

Walaupun banyak pemeriksaan terhadap keluarga dan genetika yang dilakukan untuk
mempelajari gangguan skizoafektif didasarkan pada anggapan bahwa skizofrenia dan gangguan
mood adalah keadaan yang terpisah sama sekali, namun beberapa data menyatakan bahwa
skizofrenia dan gangguan mood mungkin berhubungan secara genetic. Beberapa kebingungan
yang timbul dalam penelitian keluarga pada pasien dengan gangguan skizoafektif dapat
mencerminkan perbedaan yang tidak absolute antara dua gangguan primer. Dengan demikian
tidak mengejutkan bahwa penelitian terhadap sanak saudara pasien dengan gangguan
skizoafektif telah melaporkan hasil yang tidak konsisten. Peningkatan prevalensi skizofrenia
tidak ditemukan diantara sank saudara pasien yang pasien dengan skizoafektif, tipe bipolar;
tetapi, sanak saudara pasien dengan gangguan skizoafektif, tipe depresif, mungkin berada dalam
resiko yang lebih tinggi menderita skizofrenia daripada suatu gangguan mood.

GAMBAAN KLINIS

Tanda dan gejala kinis gangguan skizoafektif adalah termasuk semua tanda dan gejala
skizofrenia, episode manic, dan gangguan depresif. Gejala skizofrenik dan gangguan mood dapat
ditemukan bersama-sama atau dalam cara yang bergantian. Perjalanan penyakit dapat bervariasi
dari satu eksaserbasi dan remisi sampai satu perjalanan jangka panjang yang memburuk.

Banyak peneliti dan klinisi berspekulais tentang cirri psikotik yang tidak sesuai dengan
mood (mood-incongruent); isi psikotik (yaitu halusinasi atau waham) adalah tidak konsisten
dengan mood yang lebih kuat. Pada umumnya adanya cirri psikotik yang tidak sesuai dengan
mood pada suatu gangguan mood kemungkinan merupakan indicator dari prognosis yang buruk.
Hubungan tersebut kemungkinan berlaku untuk gangguan skizoafektif, walaupun data-datanya
terbatas.
KRITERIA DIAGNOSIS

F25 Gangguan Skizoafektif

Pedoman Diagnostik

 Diagnosis gangguan skizoafektif hanya dibuat apabila gejala-gejala definitive adanya


skizofrenia dan gangguan afektif sama-sama menonjol pada saat yang bersamaan
(simultaneously), atau dalam beberapa hari yang satu sesudah yang lain, dalam satu
episode penyakit yang sama, dan bilamana, sebagai konsekuensi dari ini, episode
penyakit tidak memenuhi kriteria baik skizofrenia maupun episode manik atau depresif.

 Tidak dapat digunakan untuk pasien yang menampilkan gejala skizofrenia dan gangguan
afektif tetapi dalam episode penyakit yang berbeda.

 Bila seorang pasien skizofrenik menunjukkan gejala depresif setelah mengalami suatu
episode psikotik, diberi kode diagnosis F20.4 (Depresi Pasca-skizofrenia). Beberapa
pasien dapat mengalami episode skizoafektif berulang, baik berjenis manik (F25.0)
maupundepresif (F25.1) atau campuran dari keduanya (F25.2). Pasien lain mengalami
satu atau dua episode skizoafektif terselip diantara episode manic dan depresif (F30-F33)

F25.0 Gangguan skizoafektif tipe manic

Pedoman Diagnostik

 Kategori ini digunakan baik untuk episode skizoafektif tipe manic yang tunggal maupun
untuk gangguan berulang dengan sebagian besar episode skizoafektif tipe manic.
 Afek harus meningkat secara menonjol atau ada peningkatan afek yang tak begitu
menonjol dikombinasi dengan iritabilitas atau kegelisahan yang memuncak.
 Dalam episode yang sama harus jelas ada sedikitnya satu, atau lebih baik lagi dua, gejala
skizofrenia yang khas (sebagaimana ditetapkan untuk skizofrenia, F20.-pedoman
diagnostic (a) sampai (d).
F 25.1 Skizoafektif tipe depresif

Pedoman diagnostik

 Kategori ini harus dipakai baik untuk episode skizoafektif tipe depresif yang tunggal, dan
untuk gangguan berulang dimana sebagian besar di dominasi oleh skizoafektif tipe
depresif.

 Afek depresif harus menonjol, disertai oleh sedikitnya 2 gejala khas, baik depresif
maupun kelainan prilaku terkait seperti tercantum dalam uraian untuk episode depresif (F
32)

 Dalam episode yang sama harus jelas ada sedikitnya satu, atau lebih baik lagi dua, gejala
skizofrenia yang khas (sebagaimana ditetapkan untuk skizofrenia, F20.-pedoman
diagnostic (a) sampai (d).

F25.2 Gangguan Skizoafektif Tipe Campuran

 Gangguan dengan gejala-gejala skizofrenia (F20.-) berada secara bersama-sama dengan


gejala-gejala afektif bipolar campuran (F31.6)

F25.8 Gangguan Skizoafektif Lainnya

F25.9 Gangguan Skizoafektif YTT

PERJALANAN PENYAKIT DAN PROGNOSIS

Sebagai suatu kelompok, pasien dengan gangguan skizoafektif mempunyai prognosis di


pertengahan antara prognosis pasien dengan skizofrenia dan pasien dengan gangguan mood.
Sebagai suatu kelompok, pasien dengan gangguan skizoafektif mempunyai prognosis yang jauh
lebih buruk dibandingkan pasien dengan gangguan depresif, memiliki prognosis yang lebih
buruk dari pasien dengan gangguan bipolar, dan memiliki prognosis yang lebih baik daripada
pasien dengan skizofrenia. Generalitas tersebut telah didukung oleh beberapa penelitian yang
mngikuti pasien selama dua sampai lima tahun setelah episode yang ditunjuk dan yang menilai
fungsi sosial dan pekerjaan, dan juga perjalanan gangguan itu sendiri.

Data menunjukkan bahwa pasien dengan gangguan skizoafektif, tipe bipolar,


mempunyai prognosis yang mirip dengan pasien dengan gangguan bipolar I dan bahwa pasien
dengan gangguan pramorbid yang buruk; onset yang perlahan-perlahan; tidak ada factor
pencetus; menonjolnya gejala psikotik, khususnya gejala deficit atau gejala negative; onset yang
awal; perjalanan yang tidak mengalami remisi; dan riwayat keluarga adanya skizofrenia. Lawan
dari masing-masing karakteristik tersebut mengarah pada hasil akhir yang baik. Adanya atau
tidak adanya gejala urutan pertama dari Scheneider tampaknya tidak meramalkan perjalanan
penyakit.

TERAPI

Modalitas terapi yang utama untuk gangguan skizoafektif adalah perawatan di rumah
sakit, medikasi, dan intervensi psikososial. Prinsip dasar yang mendasari farmakoterapi untuk
gangguan skizoafektif adalah bahwa protocol antidepresan dan antimanik diikuti jika semuanya
diindikasikan dan bahwa antipsikotik digunakan hanya jika diperlukan untuk pengendalian
jangka pendek. Jika protocol thymoleptic tidak efektif dalam mengendalikan gejala atas dasar
berkelanjutan, medikasi antipsikotik dapat diindikasikan. Pasien dengan gangguan skizoafektif,
tipe bipolar, harus mendapatkan percobaan lithium, carbamazepine (Tegretol), valporate
(Depakene), atau suatu kombinasi obat-obat tersebut jika satu obat saja tidak efektif. Pasien
dengan gangguan skizoafektif, tipe depresif, harus diberikan percobaan antidepresan dan terapi
elektrokonvulsan (ACT) sebelum mereka diputuskan tidak responsive terhadap terapi
antidepresan.
SUMBER:

Maslim, R. 2001. Diagnosis Gangguan Jiwa : Rujukan Ringkas dari PPDGJ-III. Bagian Ilmu
Kedokteran Jiwa FK-Unika Atmajaya : Jakarta

Sadock BJ, Kaplan HI, Grebb JA. Kaplan & Sadock’s Synopsis of Psychiatri. 9th ed. Philadelpia:
Lippincott William & Wilkins. 2003

You might also like