Professional Documents
Culture Documents
Luka bakar (combustio/burn) adalah cedera (injuri) sebagai akibat kontak langsung atau
terpapar dengan sumber-sumber panas (thermal), listrik (electrict), zat kimia (chemycal), atau
radiasi (radiation) .
Insiden
Perawatan luka bakar mengalami perbaikan/kemajuan dalam dekade terakhir ini, yang
mengakibatkan menurunnya angka kematian akibat luka bakar. Pusat-pusat perawatan luka
bakar telah tersedia cukup baik, dengan anggota team yang menangani luka bakar terdiri dari
berbagai disiplin yang saling bekerja sama untuk melakukan perawatan pada klien dan
keluarganya.
Luka bakar merupakan penyebab kematian ketiga akibat kecelakaan pada semua kelompok
umur. Laki-laki cenderung lebih sering mengalami luka bakar dari pada wanita, terutama
pada orang tua atau lanjut usia ( diatas 70 th).
Etiologi
Luka bakar thermal (panas) disebabkan oleh karena terpapar atau kontak dengan api, cairan
panas atau objek-objek panas lainnya.
Luka bakar chemical (kimia) disebabkan oleh kontaknya jaringan kulit dengan asam atau
basa kuat. Konsentrasi zat kimia, lamanya kontak dan banyaknya jaringan yang terpapar
menentukan luasnya injuri karena zat kimia ini. Luka bakar kimia dapat terjadi misalnya
karena kontak dengan zat-zat pembersih yang sering dipergunakan untuk keperluan rumah
tangga dan berbagai zat kimia yang digunakan dalam bidang industri, pertanian dan militer.
Lebih dari 25.000 produk zat kimia diketahui dapat menyebabkan luka bakar kimia.
Luka bakar electric (listrik) disebabkan oleh panas yang digerakan dari energi listrik yang
dihantarkan melalui tubuh. Berat ringannya luka dipengaruhi oleh lamanya kontak, tingginya
voltage dan cara gelombang elektrik itu sampai mengenai tubuh.
Luka bakar radiasi disebabkan oleh terpapar dengan sumber radioaktif. Tipe injuri ini
seringkali berhubungan dengan penggunaan radiasi ion pada industri atau dari sumber radiasi
untuk keperluan terapeutik pada dunia kedokteran. Terbakar oleh sinar matahari akibat
terpapar yang terlalu lama juga merupakan salah satu tipe luka bakar radiasi.
Faktor Resiko
Data yang berhasil dikumpulkan oleh Natinal Burn Information Exchange menyatakan 75 %
semua kasus injuri luka bakar, terjadi didalam lingkungan rumah. Klien dengan usia lebih
dari 70 tahun beresiko tinggi untuk terjadinya luka bakar.
1. Pada Kulit
Perubahan patofisiologik yang terjadi pada kulit segera setelah luka bakar
tergantung pada luas dan ukuran luka bakar. Untuk luka bakar yang kecil (smaller burns),
respon tubuh bersifat lokal yaitu terbatas pada area yang mengalami injuri. Sedangkan
pada luka bakar yang lebih luas misalnya 25 % dari total permukaan tubuh (TBSA : total
body surface area) atau lebih besar, maka respon tubuh terhadap injuri dapat bersifat
sistemik dan sesuai dengan luasnya injuri. Injuri luka bakar yang luas dapat
mempengaruhi semua sistem utama dari tubuh, seperti :
2. Sistem kardiovaskuler
Segera setelah injuri luka bakar, dilepaskan substansi vasoaktif (catecholamine, histamin,
serotonin, leukotrienes, dan prostaglandin) dari jaringan yang mengalmi injuri. Substansi-
substansi ini menyebabkan meningkatnya permeabilitas kapiler sehingga plasma merembes
(to seep) kedalam sekitar jaringan. Injuri panas yang secara langsung mengenai pembuluh
akan lebih meningkatkan permeabilitas kapiler. Injuri yang langsung mengenai memberan sel
menyebabkan sodium masuk dan potassium keluar dari sel. Secara keseluruhan akan
menimbulkan tingginya tekanan osmotik yang menyebabkan meningkatnya cairan
intracellular dan interstitial dan yang dalam keadaan lebih lanjut menyebabkan kekurangan
volume cairan intravaskuler. Luka bakar yang luas menyebabkan edema tubuh general baik
pada area yang mengalami luka maupun jaringan yang tidak mengalami luka bakar dan
terjadi penurunan sirkulasi volume darah intravaskuler. Denyut jantung meningkat sebagai
respon terhadap pelepasan catecholamine dan terjadinya hipovolemia relatif, yang mengawali
turunnya kardiac output. Kadar hematokrit meningkat yang menunjukan hemokonsentrasi
dari pengeluaran cairan intravaskuler. Disamping itu pengeluaran cairan secara evaporasi
melalui luka terjadi 4-20 kali lebih besar dari normal. Sedangkan pengeluaran cairan yang
normal pada orang dewasa dengan suhu tubuh normal perhari adalah 350 ml. (lihat tabel 1)
Paru 350
Kulit 100
Keringat 100
Feces
Total : 2300
Sumber : Adapted form A.C. Guyton, Textbook of medical physiology, 7th ed. (Philadelphia: WB. Saunder Co., 1986)
p. 383
Keadaan ini dapat mengakibatkan penurunan pada perfusi organ. Jika ruang
intravaskuler tidak diisi kembali dengan cairan intravena maka shock hipovolemik dan
ancaman kematian bagi penderita luka bakar yang luas dapat terjadi.
Kurang lebih 18-36 jam setelah luka bakar, permeabilitas kapiler menurun, tetapi
tidak mencapai keadaan normal sampai 2 atau 3 minggu setelah injuri. Kardiac outuput
kembali normal dan kemudian meningkat untuk memenuhi kebutuhan hipermetabolik
tubuh kira-kira 24 jam setelah luka bakar. Perubahan pada kardiak output ini terjadi
sebelum kadar volume sirkulasi intravena kembali menjadi normal. Pada awalnya terjadi
kenaikan hematokrit yang kemudian menurun sampai di bawah normal dalam 3-4 hari
setelah luka bakar karena kehilangan sel darah merah dan kerusakan yang terjadi pada
waktu injuri. Tubuh kemudian mereabsorbsi cairan edema dan diuresis cairan dalam 2-3
minggu berikutnya.
Respon tubuh pada mulanya adalah berkurangnya darah ke ginjal dan menurunnya
GFR (glomerular filtration rate), yang menyebabkan oliguri. Aliran darah menuju usus
juga berkurang, yang pada akhirnya dapat terjadi ileus intestinal dan disfungsi
gastrointestia pada klien dengan luka bakar yang lebih dari 25 %.
4. Sistem Imun
5. Sistem Respiratori
a. Smoke Inhalation.
Patofisiologi pulmoner yang dapat terjadi pada injuri inhalasi berkaitan dengan
berat dan tipe asap atau gas yang dihirup.
11 – 20 Nyeri kepala
41 – 50 Tachypnea, tachicardia
Diambil dari Cioffi W.G., Rue L.W. (1991). Diagnosis and treatment of inhalation injuries. Critical Care Clinics of
North America, 3(2), 195.
Beberapa faktor yang mempengaruhi berat-ringannya injuri luka bakar antara lain
kedalaman luka bakar, luas luka bakar, lokasi luka bakar, kesehatan umum, mekanisme
injuri dan usia
Luka tampak pink cerah sampai merah (eritema ringan sampai berat).
Edema minimal.
Kulit hangat/kering.
Nyeri / hyperethetic
Terbentuk blister
Edema
Nyeri
Penyembuhan luka :
(Namun demikian penyembuhannya bervariasi tergantung dari kedalaman dan ada tidaknya
infeksi).
Mengenai semua lapisan kulit, lemak subcutan dan dapat juga mengenai permukaan
otot, dan persarafan dan pembuluh darah.
Luka tampak bervariasi dari berwarna putih, merah sampai dengan coklat atau
hitam.
Edema.
Dapat terjadi scar hipertropik dan kontraktur jika tidak dilakukan tindakan
preventif.
Terdapat beberapa metode untuk menentukan luas luka bakar meliputi (1) rule of
nine, (2) Lund and Browder, dan (3) hand palm. Ukuran luka bakar dapat ditentukan
dengan menggunakan salah satu dari metode tersebut. Ukuran luka bakar ditentukan
dengan prosentase dari permukaan tubuh yang terkena luka bakar. Akurasi dari
perhitungan bervariasi menurut metode yang digunakan dan pengalaman seseorang
dalam menentukan luas luka bakar.
Metode rule of nine mulai diperkenalkan sejak tahun 1940-an sebagai suatu alat
pengkajian yang cepat untuk menentukan perkiraan ukuran / luas luka bakar. Dasar dari
metode ini adalah bahwa tubuh di bagi kedalam bagian-bagian anatomic, dimana setiap
bagian mewakili 9 % kecuali daerah genitalia 1 % (lihat gambar 1).
Pada metode Lund and Browder merupakan modifikasi dari persentasi bagian-
bagian tubuh menurut usia, yang dapat memberikan perhitungan yang lebih akurat
tentang luas luka bakar (lihat gambar 2 atau tabel 2).
Selain dari kedua metode tersebut di atas, dapat juga digunakan cara lainnya yaitu
mengunakan metode hand palm. Metode ini adalah cara menentukan luas atau persentasi
luka bakar dengan menggunakan telapak tangan. Satu telapak tangan mewakili 1 % dari
permukaan tubuh yang mengalami luka bakar.
Berat ringannya luka bakar dipengaruhi pula oleh lokasi luka bakar. Luka bakar
yang mengenai kepala, leher dan dada seringkali berkaitan dengan komplikasi pulmoner.
Luka bakar yang menganai wajah seringkali menyebabkan abrasi kornea. Luka bakar
yang mengenai lengan dan persendian seringkali membutuhkan terapi fisik dan occupasi
dan dapat menimbulkan implikasi terhadap kehilangan waktu bekerja dan atau
ketidakmampuan untuk bekerja secara permanen. Luka bakar yang mengenai daerah
perineal dapat terkontaminasi oleh urine atau feces. Sedangkan luka bakar yang
mengenai daerah torak dapat menyebabkan tidak adekwatnya ekspansi dinding dada dan
terjadinya insufisiensi pulmoner.
ASUHAN KEPERAWATAN LUKA BAKAR (COMBUSTIO)
Definisi
Luka bakar adalah suatu trauma yang disebabkan oleh panas, arus listrik, bahan kimia dan petir yang
mengenai kulit, mukosa dan jaringan yang lebih dalam (Irna Bedah RSUD Dr.Soetomo, 2001).
Etiologi
1.Luka Bakar Suhu Tinggi(Thermal Burn)
a.Gas
b.Cairan
c.Bahan padat (Solid)
2.Luka Bakar Bahan Kimia (hemical Burn)
3.Luka Bakar Sengatan Listrik (Electrical Burn)
4.Luka Bakar Radiasi (Radiasi Injury)
C. Fase lanjut.
Fase lanjut akan berlangsung hingga terjadinya maturasi parut akibat luka dan pemulihan fungsi
organ-organ fungsional. Problem yang muncul pada fase ini adalah penyulit berupa parut yang
hipertropik, kleoid, gangguan pigmentasi, deformitas dan kontraktur.
B. Sedang – moderate:
a) Tingkat II : 15 – 30%
b) Tingkat III : 1 – 10%
C. Ringan – minor:
a) Tingkat II : kurang 15%
b) Tingkat III : kurang 1%
PATOFISIOLOGIS
Perubahan Fisiologis Pada Luka Bakar
Perubahan
( s/d 48-72 jam pertama) (12 jam – 18/24 jam pertama)
Mekanisme Dampak dari Mekanisme Dampak dari
Pergeseran Vaskuler ke Hemokonsentras Interstitial ke Hemodilusi.
cairan insterstitial. i oedem pada vaskuler.
ekstraseluler. lokasi luka bakar.
Fungsi renal. Aliran darah Oliguri. Peningkatan Diuresis.
renal aliran darah renal
berkurang karena desakan
karena darah meningkat.
desakan darah
turun dan CO
berkurang.
Kadar Na+ Defisit sodium. Kehilangan Na+ Defisit sodium.
sodium/natrium direabsorbsi melalui diuresis
. oleh ginjal, (normal kembali
tapi setelah 1
kehilangan minggu).
Na+ melalui
eksudat dan
tertahan
dalam cairan
oedem.
Kadar K+ dilepas Hiperkalemi K+ bergerak Hipokalemi.
potassium. sebagai akibat kembali ke dalam
cidera jarinagn sel, K+ terbuang
sel-sel darah melalui diuresis
merah, K+ (mulai 4-5 hari
berkurang setelah luka
ekskresi bakar).
karena fungsi
renal
berkurang.
Kadar protein. Kehilangan Hipoproteinemia Kehilangan Hipoproteinemia.
protein ke . protein waktu
dalam jaringan berlangsung terus
akibat katabolisme.
kenaikan
permeabilitas.
Keseimbangan Katabolisme Keseimbangan Katabolisme Keseimbangan
nitrogen. jaringan, nitrogen negatif. jaringan, nitrogen negatif.
kehilangan kehilangan
protein dalam protein,
jaringan, lebih immobilitas.
banyak
kehilangan
dari masukan.
Keseimbnagan Metabolisme Asidosis Kehilangan Asidosis
asam basa. anaerob metabolik. sodium metabolik.
karena perfusi bicarbonas
jarinagn melalui diuresis,
berkurang hipermetabolism
peningkatan e disertai
asam dari peningkatan
produk akhir, produk akhir
fungsi renal metabolisme.
berkurang
(menyebabka
n retensi
produk akhir
tertahan),
kehilangan
bikarbonas
serum.
Respon stres. Terjadi karena Aliran darah Terjadi karena Stres karena luka.
trauma, renal berkurang. sifat cidera
peningkatan berlangsung lama
produksi dan terancam
cortison. psikologi pribadi.
Eritrosit Terjadi karena Luka bakar Tidak terjadi pada Hemokonsentrasi
panas, pecah termal. hari-hari .
menjadi fragil. pertama.
Lambung. Curling ulcer Rangsangan Akut dilatasi dan Peningkatan
(ulkus pada central di paralise usus. jumlah cortison.
gaster), hipotalamus dan
perdarahan peingkatan
lambung, jumlah cortison.
nyeri.
Jantung. MDF Disfungsi Peningkatan zat CO menurun.
meningkat 2x jantung. MDF (miokard
lipat, depresant factor)
merupakan sampai 26 unit,
glikoprotein bertanggung
yang toxic jawab terhadap
yang syok spetic.
dihasilkan
oleh kulit yang
terbakar.
Indikasi Rawat Inap Luka Bakar
A. Luka bakar grade II:
1) Dewasa > 20%
2) Anak/orang tua > 15%
B. Luka bakar grade III.
C. Luka bakar dengan komplikasi: jantung, otak dll.
Penatalaksanaan
A. Resusitasi A, B, C.
1) Pernafasan:
a) Udara panas à mukosa rusak à oedem à obstruksi.
b) Efek toksik dari asap: HCN, NO2, HCL, Bensin à iritasi à Bronkhokontriksi à obstruksi à gagal nafas.
2) Sirkulasi:
gangguan permeabilitas kapiler: cairan dari intra vaskuler pindah ke ekstra vaskuler à hipovolemi
relatif à syok à ATN à gagal ginjal.
B. Infus, kateter, CVP, oksigen, Laboratorium, kultur luka.
C. Resusitasi cairan à Baxter.
Dewasa : Baxter.
RL 4 cc x BB x % LB/24 jam.
Kebutuhan faal:
<
href="http://1.bp.blogspot.com/_DmGFMv8zAeg/TN8mcDWbtoI/AAAAAAAAADU/Q58UJijDhWQ/s1
600/cairan.jpg">
(Albumin 25% = gram x 4 cc) à 1 cc/mnt.
Anak : Diberi sesuai kebutuhan faal.
KumpulBlogger.com
Rencana Intervensi
Rencana Keperawatan
Diagnosa
Tujuan dan
Keperawatan Intervensi Rasional
Kriteria Hasil
Resiko bersihan Bersihan jalan Kaji refleks Dugaan cedera inhalasi
jalan nafas tidak nafas tetap efektif. gangguan/menelan;
efektif perhatikan pengaliran air Takipnea, penggunaan
Meningkatkan ekspansi
Tingkatkan istirahat suara
paru, memobilisasi dan
tetapi kaji kemampuan
drainase sekret.
untuk bicara dan/atau
menelan sekret oral secara Membantu
periodik. mempertahankan jalan
nafas bersih, tetapi
Selidiki perubahan
harus dilakukan
perilaku/mental contoh
kewaspadaan karena
gelisah, agitasi, kacau
edema mukosa dan
mental.
inflamasi. Teknik steril
menurunkan risiko
Awasi 24 jam keseimbngan
infeksi.
cairan, perhatikan
variasi/perubahan.
Peningkatan
sekret/penurunan
Lakukan program
kemampuan untuk
kolaborasi meliputi :
menelan menunjukkan
Berikan pelembab O2 peningkatan edema
melalui cara yang tepat, trakeal dan dapat
contoh masker wajah mengindikasikan
kebutuhan untuk
Awasi/gambaran seri GDA intubasi.
Perpindahan cairan
atau kelebihan
penggantian cairan
meningkatkan risiko
edema paru. Catatan :
Cedera inhalasi
meningkatkan
kebutuhan cairan
sebanyak 35% atau
lebih karena edema.
O2 memperbaiki
hipoksemia/asidosis.
Pelembaban
menurunkan
pengeringan saluran
pernafasan dan
menurunkan viskositas
sputum.
Perubahan
menunjukkan
atelektasis/edema paru
tak dapat terjadi selama
2 – 3 hari setelah
terbakar
Fisioterapi dada
mengalirkan area
dependen paru,
sementara spirometri
intensif dilakukan untuk
memperbaiki ekspansi
paru, sehingga
meningkatkan fungsi
pernafasan dan
menurunkan
atelektasis.
Intubasi/dukungan
mekanikal dibutuhkan
bila jalan nafas edema
atau luka bakar
mempengaruhi fungsi
paru/oksegenasi.
Resiko tinggi Pasien dapat Awasi tanda vital, CVP. Memberikan pedoman
kekurangan mendemostrasikan Perhatikan kapiler dan untuk penggantian
volume cairan status cairan dan kekuatan nadi perifer. cairan dan mengkaji
berhubungan biokimia membaik. respon kardiovaskuler.
dengan Kehilangan Awasi pengeluaran urine
cairan melalui rute Kriteria evaluasi: dan berat jenisnya. Penggantian cairan
abnormal. tak ada manifestasi Observasi warna urine dan dititrasi untuk
Lakukan program
Penggantian cairan
kolaborasi meliputi :
tergantung pada berat
badan pertama dan
Pasang / pertahankan
perubahan selanjutnya
kateter urine
Memperkirakan luasnya
Pasang/ pertahankan
oedema/perpindahan
ukuran kateter IV.
cairan yang
Berikan penggantian cairan mempengaruhi volume
IV yang dihitung, elektrolit, sirkulasi dan
plasma, albumin. pengeluaran urine.
rehabilitasi.
Resusitasi cairan
menggantikan
- Warna urine.
kehilangan
Temuan-temuan ini
mennadakan
hipovolemia dan
perlunya peningkatan
cairan. Pada lka bakar
luas, perpindahan
cairan dari ruang
intravaskular ke ruang
interstitial menimbukan
hipovolemi.
Temuan-temuan guaiak
positif ennandakan
adanya perdarahan GI.
Perdarahan GI
menandakan adaya
stres ulkus (Curling’s).
Mencegah perdarahan
GI. Luka bakar luas
mencetuskan pasien
pada ulkus stres yang
disebabkan
peningkatan sekresi
hormon-hormon
adrenal dan asam HCl
oleh lambung.
Resiko kerusakan Pasien dapat Pantau laporan GDA dan Mengidentifikasi
pertukaran gas mendemonstrasika kadar karbon monoksida kemajuan dan
berhubungan n oksigenasi serum. penyimpangan dari
dengan cedera adekuat. hasil yang diharapkan.
inhalasi asap atau Inhalasi asap dapat
sindrom merusak alveoli,
kompartemen Kriteroia evaluasi: mempengaruhi
torakal sekunder RR 12-24 x/mnt, pertukaran gas pada
warna kulit Beriakan suplemen oksigen
terhadap luka membran kapiler
normal, GDA pada tingkat yang
bakar sirkumfisial alveoli.
dalam renatng ditentukan. Pasang atau
dari dada atau
normal, bunyi bantu dengan selang Suplemen oksigen
leher.
nafas bersih, tak endotrakeal dan temaptkan meningkatkan jumlah
ada kesulitan pasien pada ventilator oksigen yang tersedia
bernafas. mekanis sesuai pesanan untuk jaringan. Ventilasi
bila terjadi insufisiensi mekanik diperlukan
pernafasan (dibuktikan untuk pernafasan
dnegna hipoksia, dukungan sampai pasie
hiperkapnia, rales, takipnea dapat dilakukan secara
dan perubahan sensorium). mandiri.
pasien untuk
menghilangkan kebosanan.
DAFTAR PUSTAKA
Brunner and suddart. (1988). Textbook of Medical Surgical Nursing. Sixth Edition. J.B. Lippincott
Campany. Philadelpia. Hal. 1293 – 1328.
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN DENGAN LUKA BAKAR (COMBUSTIO)
Definisi
Luka bakar adalah suatu trauma yang disebabkan oleh panas, arus listrik, bahan kimia dan
petir yang mengenai kulit, mukosa dan jaringan yang lebih dalam
Etiologi
1. Luka Bakar Suhu Tinggi(Thermal Burn)
a. Gas
b. Cairan
c. Bahan padat (Solid)
2. Luka Bakar Bahan Kimia (hemical Burn)
3. Luka Bakar Sengatan Listrik (Electrical Burn)
4. Luka Bakar Radiasi (Radiasi Injury)
C. Fase lanjut.
Fase lanjut akan berlangsung hingga terjadinya maturasi parut akibat luka dan pemulihan
fungsi organ-organ fungsional. Problem yang muncul pada fase ini adalah penyulit berupa
parut yang hipertropik, kleoid, gangguan pigmentasi, deformitas dan kontraktur.
askep Luka bakar
By hanikamioji
Definisi
Luka bakar adalah suatu trauma yang disebabkan oleh panas, arus listrik, bahan kimia dan
petir yang mengenai kulit, mukosa dan jaringan yang lebih dalam (Irna Bedah RSUD
Dr.Soetomo, 2001).
Etiologi
a. Gas
b. Cairan
c. Bahan padat (Solid)
1.
A. Fase akut.
Disebut sebagai fase awal atau fase syok. Dalam fase awal penderita akan mengalami
ancaman gangguan airway (jalan nafas), brething (mekanisme bernafas), dan circulation
(sirkulasi). Gnagguan airway tidak hanya dapat terjadi segera atau beberapa saat setelah
terbakar, namun masih dapat terjadi obstruksi saluran pernafasan akibat cedera inhalasi
dalam 48-72 jam pasca trauma. Cedera inhalasi adalah penyebab kematian utama penderiat
pada fase akut.
Pada fase akut sering terjadi gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit akibat cedera
termal yang berdampak sistemik.
1.
A. Fase sub akut.
Berlangsung setelah fase syok teratasi. Masalah yang terjadi adalah kerusakan atau
kehilangan jaringan akibat kontak denga sumber panas. Luka yang terjadi menyebabkan:
1.
A. Fase lanjut.
Fase lanjut akan berlangsung hingga terjadinya maturasi parut akibat luka dan pemulihan
fungsi organ-organ fungsional. Problem yang muncul pada fase ini adalah penyulit berupa
parut yang hipertropik, kleoid, gangguan pigmentasi, deformitas dan kontraktur.
Ketebalan partial Jilatan api, sinar Kering tidak ada Bertambah Nyeri
superfisial(tingkat I) ultra violet gelembung.Oedem minimal merah.
(terbakar oleh atau tidak ada.
matahari).
Pucat bila ditekan dengan
ujung jari, berisi kembali
bila tekanan dilepas.
Lebih dalam dari Kontak dengan Blister besar dan lembab Berbintik- Sangat nyeri
ketebalan bahan air atau yang ukurannya bertambah bintik yang
partial(tingkat II) bahan besar.Pucat bial ditekan kurang jelas,
padat.Jilatan dengan ujung jari, bila putih, coklat,
Superfisial api kepada tekanan dilepas berisi pink, daerah
Dalam pakaian. kembali. merah coklat.
Jilatan
langsung
kimiawi.
Sinar ultra
violet.
Ketebalan Kontak dengan Kering disertai kulit Putih, kering, Tidak sakit,
sepenuhnya(tingkat III) bahan cair atau mengelupas.Pembuluh darah hitam, coklat sedikit
padat.Nyala api. seperti arang terlihat tua.Hitam. sakit.Rambut
dibawah kulit yang mudah lepas
Kimia. mengelupas. Merah. bila dicabut.
Wallace membagi tubuh atas bagian 9% atau kelipatan 9 yang terkenal dengan nama rule of
nine atua rule of wallace yaitu:
1) Kepala dan leher : 9%
2) Lengan masing-masing 9% : 18%
5) Genetalia/perineum : 1%
o
Total : 100%
Untuk mengkaji beratnya luka bakar harus dipertimbangkan beberapa faktor antara lain :
1. Persentasi area (Luasnya) luka bakar pada permukaan tubuh.
2. Kedalaman luka bakar.
3. Anatomi lokasi luka bakar.
4. Umur klien.
5. Riwayat pengobatan yang lalu.
6. Trauma yang menyertai atau bersamaan.
A. Parah – critical:
a. Tingkat II : 30% atau lebih.
b. Tingkat III : 10% atau lebih.
c. Tingkat III pada tangan, kaki dan wajah.
d. Dengan adanya komplikasi penafasan, jantung, fractura, soft tissue yang luas.
B. Sedang – moderate:
o a) Tingkat II : 15 – 30%
o b) Tingkat III : 1 – 10%
A. Ringan – minor:
o a) Tingkat II : kurang 15%
o b) Tingkat III : kurang 1%
Perubahan Tingkatan hipovolemik( s/d 48-72 jam Tingkatan diuretik(12 jam – 18/24 jam
pertama) pertama)
Respon stres. Terjadi karena Aliran darah renal Terjadi karena sifat Stres karena luka.
trauma, berkurang. cidera berlangsung
peningkatan lama dan terancam
produksi cortison. psikologi pribadi.
Eritrosit Terjadi karena Luka bakar termal. Tidak terjadi pada Hemokonsentrasi.
panas, pecah hari-hari pertama.
menjadi fragil.
Penatalaksanaan
A. Resusitasi A, B, C.
1. Pernafasan:
1.
1.
1.
1.
a. Udara panas à mukosa rusak à oedem à obstruksi.
b. Efek toksik dari asap: HCN, NO2, HCL, Bensin à iritasi à
Bronkhokontriksi à obstruksi à gagal nafas.
1. Sirkulasi:
gangguan permeabilitas kapiler: cairan dari intra vaskuler pindah ke ekstra vaskuler à
hipovolemi relatif à syok à ATN à gagal ginjal.
Dewasa : Baxter.
RL 4 cc x BB x % LB/24 jam.
RL : Dextran = 17 : 3
2 cc x BB x % LB.
Kebutuhan faal:
1 – 3 tahun : BB x 75 cc
3 – 5 tahun : BB x 50 cc
Hari kedua:
Dewasa : Dextran 500 – 2000 + D5% / albumin.
( 3-x) x 80 x BB gr/hr
o 100
Tulle.
Silver sulfa diazin tebal.
Tutup kassa tebal.
Evaluasi 5 – 7 hari, kecuali balutan kotor.
A. Obat – obatan:
Antibiotika : tidak diberikan bila pasien datang < 6 jam sejak kejadian.
Bila perlu berikan antibiotika sesuai dengan pola kuman dan sesuai hasil kultur.
Analgetik : kuat (morfin, petidine)
Antasida : kalau perlu
1. Pengkajian
a. Aktifitas/istirahat:
Tanda: Penurunan kekuatan, tahanan; keterbatasan rentang gerak pada area yang sakit;
gangguan massa otot, perubahan tonus.
a. Sirkulasi:
Tanda (dengan cedera luka bakar lebih dari 20% APTT): hipotensi (syok); penurunan nadi
perifer distal pada ekstremitas yang cedera; vasokontriksi perifer umum dengan kehilangan
nadi, kulit putih dan dingin (syok listrik); takikardia (syok/ansietas/nyeri); disritmia (syok
listrik); pembentukan oedema jaringan (semua luka bakar).
a. Integritas ego:
a. Eliminasi:
Tanda: haluaran urine menurun/tak ada selama fase darurat; warna mungkin hitam
kemerahan bila terjadi mioglobin, mengindikasikan kerusakan otot dalam; diuresis (setelah
kebocoran kapiler dan mobilisasi cairan ke dalam sirkulasi); penurunan bising usus/tak ada;
khususnya pada luka bakar kutaneus lebih besar dari 20% sebagai stres penurunan
motilitas/peristaltik gastrik.
a. Makanan/cairan:
a. Neurosensori:
a. Nyeri/kenyamanan:
Gejala: Berbagai nyeri; contoh luka bakar derajat pertama secara eksteren sensitif untuk
disentuh; ditekan; gerakan udara dan perubahan suhu; luka bakar ketebalan sedang derajat
kedua sangat nyeri; smentara respon pada luka bakar ketebalan derajat kedua tergantung
pada keutuhan ujung saraf; luka bakar derajat tiga tidak nyeri.
a. Pernafasan:
Gejala: terkurung dalam ruang tertutup; terpajan lama (kemungkinan cedera inhalasi).
Tanda: serak; batuk mengii; partikel karbon dalam sputum; ketidakmampuan menelan
sekresi oral dan sianosis; indikasi cedera inhalasi.
Pengembangan torak mungkin terbatas pada adanya luka bakar lingkar dada; jalan nafas
atau stridor/mengii (obstruksi sehubungan dengan laringospasme, oedema laringeal); bunyi
nafas: gemericik (oedema paru); stridor (oedema laringeal); sekret jalan nafas dalam
(ronkhi).
a. Keamanan:
Tanda:
Kulit umum: destruksi jaringan dalam mungkin tidak terbukti selama 3-5 hari sehubungan
dengan proses trobus mikrovaskuler pada beberapa luka.
Area kulit tak terbakar mungkin dingin/lembab, pucat, dengan pengisian kapiler lambat pada
adanya penurunan curah jantung sehubungan dengan kehilangan cairan/status syok.
Cedera api: terdapat area cedera campuran dalam sehubunagn dengan variase intensitas
panas yang dihasilkan bekuan terbakar. Bulu hidung gosong; mukosa hidung dan mulut
kering; merah; lepuh pada faring posterior;oedema lingkar mulut dan atau lingkar nasal.
Kulit mungkin coklat kekuningan dengan tekstur seprti kulit samak halus; lepuh; ulkus;
nekrosis; atau jarinagn parut tebal. Cedera secara mum ebih dalam dari tampaknya secara
perkutan dan kerusakan jaringan dapat berlanjut sampai 72 jam setelah cedera.
Cedera listrik: cedera kutaneus eksternal biasanya lebih sedikit di bawah nekrosis.
Penampilan luka bervariasi dapat meliputi luka aliran masuk/keluar (eksplosif), luka bakar
dari gerakan aliran pada proksimal tubuh tertutup dan luka bakar termal sehubungan
dengan pakaian terbakar.
a. Pemeriksaan diagnostik:
1. LED: mengkaji hemokonsentrasi.
2. Elektrolit serum mendeteksi ketidakseimbangan cairan dan biokimia. Ini terutama
penting untuk memeriksa kalium terdapat peningkatan dalam 24 jam pertama
karena peningkatan kalium dapat menyebabkan henti jantung.
3. Gas-gas darah arteri (GDA) dan sinar X dada mengkaji fungsi pulmonal, khususnya
pada cedera inhalasi asap.
4. BUN dan kreatinin mengkaji fungsi ginjal.
5. Urinalisis menunjukkan mioglobin dan hemokromogen menandakan kerusakan otot
pada luka bakar ketebalan penuh luas.
6. Bronkoskopi membantu memastikan cedera inhalasi asap.
7. Koagulasi memeriksa faktor-faktor pembekuan yang dapat menurun pada luka bakar
masif.
8. Kadar karbon monoksida serum meningkat pada cedera inhalasi asap.
1. Diagnosa Keperawatan
Marilynn E. Doenges dalam Nursing care plans, Guidelines for planning and documenting
patient care mengemukakan beberapa Diagnosa keperawatan sebagai berikut :
1.
1. Resiko tinggi bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan obtruksi
trakeabronkial;edema mukosa dan hilangnya kerja silia. Luka bakar daerah leher;
kompresi jalan nafas thorak dan dada atau keterdatasan pengembangan dada.
2. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan Kehilangan cairan
melalui rute abnormal. Peningkatan kebutuhan : status hypermetabolik, ketidak
cukupan pemasukan. Kehilangan perdarahan.
3. Resiko kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan cedera inhalasi asap atau
sindrom kompartemen torakal sekunder terhadap luka bakar sirkumfisial dari dada
atau leher.
4. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan Pertahanan primer tidak adekuat;
kerusakan perlinduingan kulit; jaringan traumatik. Pertahanan sekunder tidak
adekuat; penurunan Hb, penekanan respons inflamasi.
5. Nyeri berhubungan dengan Kerusakan kulit/jaringan; pembentukan edema.
Manifulasi jaringan cidera contoh debridemen luka.
6. Resiko tinggi kerusakan perfusi jaringan, perubahan/disfungsi neurovaskuler perifer
berhubungan dengan Penurunan/interupsi aliran darah arterial/vena, contoh luka
bakar seputar ekstremitas dengan edema.
7. Perubahan nutrisi : Kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan status
hipermetabolik (sebanyak 50 % – 60% lebih besar dari proporsi normal pada cedera
berat) atau katabolisme protein.
8. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan neuromuskuler, nyeri/tak
nyaman, penurunan kekuatan dan tahanan.
9. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan Trauma : kerusakan permukaan kulit
karena destruksi lapisan kulit (parsial/luka bakar dalam).
10. Gangguan citra tubuh (penampilan peran) berhubungan dengan krisis situasi;
kejadian traumatik peran klien tergantung, kecacatan dan nyeri.
11. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan
berhubungan dengan Salah interpretasi informasi Tidak mengenal sumber informasi.
Rencana Intervensi
O2 memperbaiki
hipoksemia/asidosis.
Pelembaban
menurunkan
pengeringan saluran
pernafasan dan
menurunkan
viskositas sputum.
Perubahan
menunjukkan
atelektasis/edema
paru tak dapat terjadi
selama 2 – 3 hari
setelah terbakar
Fisioterapi dada
mengalirkan area
dependen paru,
sementara spirometri
intensif dilakukan
untuk memperbaiki
ekspansi paru,
sehingga
meningkatkan fungsi
pernafasan dan
menurunkan
atelektasis.
Intubasi/dukungan
mekanikal dibutuhkan
bila jalan nafas edema
atau luka bakar
mempengaruhi fungsi
paru/oksegenasi.
Resiko tinggi Pasien dapat Awasi tanda vital, CVP. Memberikan pedoman
kekurangan mendemostrasikan Perhatikan kapiler dan untuk penggantian
volume cairan status cairan dan kekuatan nadi cairan dan mengkaji
berhubungan biokimia perifer.Awasi pengeluaran respon
dengan membaik.Kriteria urine dan berat jenisnya. kardiovaskuler.Penggan
Kehilangan cairan evaluasi: tak ada Observasi warna urine tian cairan dititrasi
melalui rute manifestasi dehidrasi, dan hemates sesuai untuk meyakinkan rata-
abnormal. resolusi oedema, indikasi. 2 pengeluaran urine
Peningkatan elektrolit serum 30-50 cc/jam pada
kebutuhan : dalam batas normal, Perkirakan drainase luka orang dewasa. Urine
status haluaran urine di atas dan kehilangan yang berwarna merah pada
hypermetabolik, 30 ml/jam. tampak kerusakan otot masif
ketidak cukupan karena adanyadarah
Timbang berat badan
pemasukan. dan keluarnya
setiap hari
Kehilangan mioglobin.
perdarahan. Ukur lingkar
ekstremitas yang Peningkatan
terbakar tiap hari sesuai permeabilitas kapiler,
indikasi perpindahan protein,
proses inflamasi dan
Selidiki perubahan kehilangan cairan
mental melalui evaporasi
mempengaruhi
Observasi distensi volume sirkulasi dan
abdomen,hematomesis,f pengeluaran urine.
eces hitam.
Penggantian cairan
Hemates drainase NG tergantung pada berat
dan feces secara badan pertama dan
periodik. perubahan
selanjutnya
Lakukan program
kolaborasi meliputi : Memperkirakan
luasnya
Pasang / pertahankan oedema/perpindahan
kateter urine cairan yang
mempengaruhi
Pasang/ pertahankan volume sirkulasi dan
ukuran kateter IV. pengeluaran urine.
Temuan-temuan
guaiak positif
ennandakan adanya
perdarahan GI.
Perdarahan GI
menandakan adaya
stres ulkus
(Curling’s).
Mencegah perdarahan
GI. Luka bakar luas
mencetuskan pasien
pada ulkus stres yang
disebabkan
peningkatan sekresi
hormon-hormon
adrenal dan asam HCl
oleh lambung.
Resiko kerusakan Pasien dapat Pantau laporan GDA dan Mengidentifikasi
pertukaran gas mendemonstrasikan kadar karbon monoksida kemajuan dan
berhubungan oksigenasi serum.Beriakan suplemen penyimpangan dari
dengan cedera adekuat.Kriteroia oksigen pada tingkat yang hasil yang diharapkan.
inhalasi asap atau evaluasi: RR 12-24 ditentukan. Pasang atau
Inhalasi asap dapat
sindrom x/mnt, warna kulit bantu dengan selang merusak alveoli,
kompartemen normal, GDA dalam endotrakeal dan mempengaruhi
torakal sekunder renatng normal, bunyi temaptkan pasien pada pertukaran gas pada
terhadap luka nafas bersih, tak ada ventilator mekanis sesuai
membran kapiler
bakar sirkumfisial kesulitan bernafas. pesanan bila terjadi alveoli.Suplemen
dari dada atau insufisiensi pernafasan
oksigen meningkatkan
leher. (dibuktikan dnegna jumlah oksigen yang
hipoksia, hiperkapnia,tersedia untuk jaringan.
rales, takipnea dan Ventilasi mekanik
perubahan sensorium). diperlukan untuk
pernafasan dukungan
Anjurkan pernafasan sampai pasie dapat
dalam dengan dilakukan secara
penggunaan spirometri mandiri.
insentif setiap 2 jam
selama tirah baring.
Pernafasan dalam
mengembangkan
Pertahankan posisi semi
alveoli, menurunkan
fowler, bila hipotensi
resiko atelektasis.
tak ada.
Memudahkan
Untuk luka bakar sekitar
ventilasi dengan
torakal, beritahu dokter
menurunkan tekanan
bila terjadi dispnea
abdomen terhadap
disertai dengan
diafragma.
takipnea. Siapkan
pasien untuk
Luka bakar sekitar
pembedahan eskarotomi
torakal dapat
sesuai pesanan.
membatasi ekspansi
adda. Mengupas kulit
(eskarotomi)
memungkinkan
ekspansi dada.
Resiko tinggi Pasien bebas dari Pantau: Mengidentifikasi
infeksi infeksi.Kriteria indikasi-indikasi
berhubungan evaluasi: tak ada Penampilan luka kemajuan atau
dengan demam, bakar (area luka penyimapngan dari
Pertahanan pembentukan bakar, sisi donor hasil yang
dan status
primer tidak jaringan granulasi diharapkan.Pembersiha
balutan di atas sisi
adekuat; baik. tandur bial tandur n dan pelepasan
kerusakan kulit dilakukan) jaringan nekrotik
perlinduingan setiap 8 jam. meningkatkan
kulit; jaringan Suhu setiap 4 jam. pembentukan
traumatik. Jumlah makanan granulasi.
yang dikonsumsi
Pertahanan
sekunder tidak setiap kali makan.
adekuat; Antimikroba topikal
penurunan Hb, Bersihkan area luka membantu mencegah
penekanan bakar setiap hari dan infeksi. Mengikuti
lepaskan jarinagn prinsip aseptik
respons inflamasi
nekrotik (debridemen) melindungi pasien
sesuai pesanan. Berikan dari infeksi. Kulit
mandi kolam sesuai yang gundul menjadi
pesanan, media yang baik
implementasikan untuk kultur
perawatan yang pertumbuhan baketri.
ditentukan untuk sisi
donor, yang dapat Temuan-temuan ini
ditutup dengan balutan mennadakan infeksi.
vaseline atau op site. Kultur membantu
mengidentifikasi
Lepaskan krim lama patogen penyebab
dari luka sebelum sehingga terapi
pemberian krim baru. antibiotika yang tepat
Gunakan sarung tangan dapat diresepkan.
steril dan beriakn krim Karena balutan siis
antibiotika topikal yang tandur hanya diganti
diresepkan pada area setiap 5-10 hari, sisi
luka bakar dengan ujung ini memberiakn
jari. Berikan krim secara media kultur untuk
menyeluruh di atas luka. pertumbuhan bakteri.
Menghilangkan
tekanan pada tonjolan
tulang dependen.
Dukungan adekuat
pada luka bakar
selama gerakan
membantu
meinimalkan
ketidaknyamanan.
Resiko tinggi Pasien menunjukkan Untuk luka bakar yang Mengidentifikasi
kerusakan perfusi sirkulasi tetap mengitari ekstermitas indikasi-indikasi
jaringan, adekuat.Kriteria atau luka bakar listrik, kemajuan atau
perubahan/disfun evaluasi: warna kulit pantau status penyimpangan dari
gsi neurovaskuler normal, menyangkal neurovaskular dari hasil yang
perifer kebas dan ekstermitas setaip 2 diharapkan.Meningkatk
berhubungan kesemutan, nadi jam.Pertahankan an aliran balik vena dan
dengan perifer dapat diraba. ekstermitas bengkak menurunkan
Penurunan/interu ditinggikan. pembengkakan.
psi aliran darah
arterial/vena, Beritahu dokter dengan Temuan-temuan ini
contoh luka bakar segera bila terjadi nadi menandakan
seputar berkurang, pengisian keruskana sirkualsi
ekstremitas
kapiler buruk, atau distal. Dokter dapat
penurunan sensasi. mengkaji tekanan
dengan edema.
Siapkan untuk jaringan untuk
pembedahan eskarotomi emnentukan
sesuai pesanan. kebutuhan terhadap
intervensi bedah.
Eskarotomi (mengikis
pada eskar) atau
fasiotomi mungkin
diperlukan untuk
memperbaiki sirkulasi
adekuat.
Kerusakan Memumjukkan Kaji/catat ukuran, warna, Memberikan informasi
integritas kulit regenerasi kedalaman luka, dasar tentang
b/d kerusakan jaringanKriteria hasil: perhatikan jaringan kebutuhan penanaman
permukaan kulit Mencapai nekrotik dan kondisi kulit dan kemungkinan
sekunder penyembuhan tepat sekitar luka.Lakukan petunjuk tentang
destruksi lapisan waktu pada area luka perawatan luka bakar sirkulasi pada aera
kulit. bakar. yang tepat dan tindakan
graft.Menyiapkan
kontrol infeksi. jaringan untuk
penanaman dan
Pertahankan penutupan menurunkan resiko
luka sesuai indikasi. infeksi/kegagalan kulit.