Professional Documents
Culture Documents
SKRIPSI
Disusun Oleh :
SKRIPSI
Oleh :
i
PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME
“ Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang
pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan
sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah
ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam
naskah ini dan disebutkan dalam referensi. Dan apabila dikemudian hari terbukti
bahwa pernyataan ini tidak benar maka saya sanggup menerima hukuman / sangsi
Penulis,
ii
PENGESAHAN
Diana Wijayanti,,SE.,M.S
iii
PENGESAHAN UJIAN
Disahkan Oleh,
Penguji I : ………
Penguji II : ………
Mengetahui
iv
HALAMAN MOTTO
v
HALAMAN PERSEMBAHAN
vi
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur bagi Allah Rabb alam semesta. Shalawat dan salam
semoga senantiasa tercurah kepada junjungan dan tauladan, Muhammad Rasulullah,
keluarga dan para sahabatnya.
Alhamdulillah, Puji dan Syukur atas rahmat dan karunia kekuatan yang
diberikan Allah padaku, hingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan
berjudul ANALISIS FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
INFLASI DI INDONESIA TAHUN 1990.1 – 2005.4. Skripsi ini tersusun sebagai
salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan program Sarjana Strata Satu (S1)
pada Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna karena
keterbatasan yang penulis miliki, karenanya penulis mengucapkan terima kasih untuk
saran dan kritik yang penulis telah terima maupun yang akan diterima. Penulis juga
menyadari bahwasanya penyusunan skripsi ini tidak akan berjalan dengan baik tanpa
bantuan berbagai pihak, untuk itu penulis ingin mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Drs. Asmai Ishak, M.Bus, Ph.D selaku Dekan Fakultas Ekonomi
2. Yth. Bapak Jaka Sriyana, Drs., M. Si. Selaku Ka-Prodi Ilmu Ekonomi
vii
3. Yth. Ibu Diana Wijayanti,,SE.,M.Si. selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang
yang juga selalu meluangkan waktu ditengah kesibukannya, ketika aku ingin
5. Ayahanda (Alm) Drg Sukarsono dan ketiga orangtua hamba Drg Endang
Rachmiyati, Bpk Achmad Daud dan Ibu Marini yang selalu memberikan
semangat, doa dan kasih sayang mereka. Kalian adalah pembawa cahaya
dalam hidupku.
6. Adikku Anissa yang secara tidak langsung kujadikan motivator dalam setiap
langkahku.
8. Sahabatku Erdi dan Wisnu yang selalu ada dalam susah maupun senang dan
friendship forever.
9. Putri Suci Wulandari, kucingnya chelsea yang nakal dan keluarga yang
nemenin main bowling dan nonton film sewaktu aku baru suntuk ngerjain
viii
skripsi sering banget tuh hehe... Terimakasih buat doa, semangat, serta semua
10. Wiwit, Desty dan Hero, yang selalu mau meluangkan waktunya untuk
11. Teman-teman kuliah ( Dika, Andre, Mumun, Helmy, Udin, Kupret, Yocky,
Fadli, Vanda, Arip, Hendra, Bagus, Nino, Aan ) dan teman main ( Bolu,
Helmi, Nana ) yang gila-gila tapi selalu menjadi teman berbagi suka dan
12. Semua pihak yang telah membantu baik selama penulis menjalani kuliah
maupun saat menulis skripsi, yang tidak dapat kusebutkan satu persatu, terima
kasih.
Penulis,
04313022
ix
DAFTAR ISI
Halaman Judul....................................................................................................... i
Halaman Pernyataan Bebas Plagiarisme ............................................................... ii
Halaman Pengesahan Skripsi ................................................................................ iii
Halaman Pengesahan Ujian................................................................................... iv
Halaman Motto ..................................................................................................... v
Halaman Persembahan .......................................................................................... vi
Halaman Kata Pengantar ....................................................................................... vii
Halaman Daftar Isi ................................................................................................ x
Halaman Daftar Tabel ........................................................................................... xiii
Halaman Daftar Gambar ....................................................................................... xiv
Halaman Abstraksi ................................................................................................xv
x
2.2.1.3 Efek Inflasi................................................................................................ 23
2.2.2 Permintaan Uang (JUB) ............................................................................... 25
2.2.3 Tingkat Suku Bunga..................................................................................... 26
2.2.4 Teori Produk Domestik Bruto...................................................................... 27
2.2.5 Nilai Tukar Rupiah....................................................................................... 28
2.2.6 Penjelasan Teoritis Variabel Penelitian........................................................ 29
2.2.6.1 Pengaruh Permintaan Uang Terhadap Inflasi............................................ 29
2.2.6.2 Pengaruh Produk Domestik Bruto Terhadap Inflasi................................. 29
2.2.6.3 Pengaruh Tingkat Suku Bunga Terhadap Inflasi...................................... 29
2.2.6.4 Pengaruh Kurs Dollar Terhadap Inflasi.................................................... 30
2.3.7 Hipotesis Penelitian...................................................................................... 31
xi
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN.......................................................42
4.1 Analisis Deskriptif .......................................................................................... 42
4.2 Uji MWD ........................................................................................................ 43
4.3 Analisis Kuantitatif ......................................................................................... 44
4.3.1 Pengujian Hipotesis ..................................................................................... 46
4.3.2 Interprestasi Hasil Penelitian........................................................................ 48
4.4 Uji Penyimpangan Asumsi Klasik .................................................................. 52
Daftar Pustaka
Lampiran
xii
DAFTAR TABEL
TABEL Halaman
4.1 Hasil Uji MWD .................................................................................................. 43
4.2 Hasil Regresi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Variabel Bebas Terhadap
Inflasi.................................................................................................................. 45
4.3 Hasil Uji t ........................................................................................................... 46
4.4 Hasil Uji F .......................................................................................................... 47
4.5 Hasil Uji Heterokedasitas ................................................................................... 53
4.6 Hasil regresi dan penyembuhan Heterokedastisitas ........................................... 53
4.7 Hasil Uji Autokorelasi dengan metode LM ....................................................... 54
4.8 Hasil Uji Multikolinieritas ................................................................................. 55
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
xiv
ABSTRAKSI
xv
1
BAB I
PENDAHULUAN
Inflasi merupakan penyakit ekonomi yang tidak bisa diabaikan, karena dapat
menimbulkan dampak yang sangat luas. Oleh karena itu inflasi sering menjadi target
setiap perekonomian. Sampai di mana buruknya masalah ini berbeda di antara satu
waktu ke waktu yang lain, dan berbeda pula dari satu negara ke negara lain. Tingkat
inflasi yaitu persentasi kenaikan harga – harga dalam suatu tahun tertentu, biasanya
ekonomi yang dihadapi. Dalam perekonomian yang pesat berkembang inflasi yang
rendah tingkatnya dinamakan inflasi merayap yaitu inflasi yang mencapai 2 sampai 4
persen.. Sering sekali inflasi yang lebih serius, yaitu yang tingkatnya mencapai 5
sampai 10 persen atau sedikit lebih tinggi, akan berlaku. Pada waktu peperangan atau
ketidakstabilan politik, inflasi dapat mencapai tingkat yang lebih tinggi yang
Akibat buruk inflasi pada perekonomian yang oleh sebagian ahli ekonomi
diikuti oleh kenaikan upah pekerja, maka keuntungan akan bertambah. Pertambahan
keuntungan akan menggalakkan investasi di masa akan datang dan ini akan
bahwa inflasi yang buruk akan menimbulkan ketidakstabilan social dan politik, dan
Baru – baru ini pada Agustus 2007 tingkat inflasi di indonesia mencapai 0,75
persen telah melampaui ekspektasi atau kenaikan harga – harga. Tingkat inflasi
Agustus 2007 dibanding bulan juli yang sama tahun lalu hanya 0,33 persen.
Sedangkan inflasi year on year (Agustus 2007 terhadap Agustus 2006) mencapai 6,51
persen. Inflasi year on year tersebut juga lebih tinggi dari bulan lalu yang mencapai
Inflasi merupakan salah satu peristiwa moneter yang sangat penting dan
dijumpai di hampir semua Negara di dunia. Inflasi adalah kecenderungan dari harga –
harga untuk menaik secara umum dan terus menerus. , Kenaikan harga dari satu atau
dua barang saja tidak dapat disebut inflasi, kecuali bila kenaikan tersebut meluas
kepada atau mengakibatkan kenaikan sebagian besar dari barang – barang lain
(Boediono, 1995).
3
Menurut A.P. Lehner inflasi adalah keadaan dimana terjadi kelebihan permintaan
suatu kenaikan harga yang terus menerus dari barang dan jasa secara umum (bukan
satu macam barang saja dan sesaat). Menurut definisi ini, kenaikan harga yang
sporadis bukan dikatakan sebagai inflasi (Iswardono, 1990). Besar dari barang-barang
lain.
nasional, Namun dalam perjalanannya kebijakan Bank Indonesia yang dibuat atau
kebijakan yang diambil Bank Indonesia menjadi tidak efektif dan bahkan tidak efisien
sebagaimana yang dinginkan oleh bank Indonesia terhadap kebijakan tersebut untuk
perekonomian.
Bank Indonesia harus dapat mengukur peredaran uang, antara lain dengan
menentukan tingkat suku bunga SBI, selain itu pemerintah juga memegang peranan
penting dalam mengendalikan laju inlasi untuk itu salah satu kebijakannya adalah
pihak sektor luar negeri juga cukup memegang peranan dalam mengendalikan inflasi
Oleh sebab itu dapat mencapai dan menjaga tingkat inflasi yang rendah dan
stabil diperlukan adanya kerjasama dan kemitraan dari seluruh pelaku ekonomi baik
4
bank indonesia, pemerintah maupun swasta inflasi tidak boleh diabaikan begitu saja,
karena dapat menimbulkan dampak yang sangat luas. Inflasi yang sangat tinggi
yang meningkat. Dengan hal tersebut, upaya mengendalikan inflasi agar stabil sangat
Dengan adanya permasalahan yang cukup rumit ini dan adanya perubahan
inflasi di Indonesia, sehingga dalam hal ini penulis tertarik melakukan penelitian
untuk menyelesaikan permasalahan ini secara ilmiah, untuk mewujudkan hal tersebut
maka penulis tertarik untuk mengangkat masalah ini menjadi sebuah penelitian dalam
4. Dan apakah nilai tukar kurs dollar US terhadap kurs rupiah berpengaruh
terhadap inflasi?
5
terhadap inflasi.
1. Bagi Penulis
Sebagai salah satu syarat mendapat gelar sarjana pada Fakultas Ekonomi
penulis dapat membandingkan antara teori dan praktek yang terjadi di lapangan.
studi, maka penulis mengadakan penelitian ini dan hasilnya diharapkan mampu
dengan tepat.
6
Penelitian ini dapat dijadikan sumbangan pemikiran atau studi banding bagi
mahasiswa atau pihak yang melakukan penelitian yang sejenis. Di samping itu, guna
variable penelitian ini akan dibatasi menggunakan hal – hal berikut dibawah ini :
yaitu jumlah uang beredar (M2), produk domestik bruto, tingkat suku bunga
SBI, dan nilai tukar kurs rupiah terhadap kurs dollar US.
BAB I PENDAHULUAN
yang diteliti.
BAB II
Dalam kajian pustaka ini memuat berbagai penelitian yang telah di lakukan
peneliti lain, dan permasalahan yang di angkat juga pernah dilakukan oleh beberapa
peneliti lain, baik itu melalui penelitian biasa ataupun skripsi. Yang mana mendasari
pemikiran penulis dalam penyusunan skripsi ini, seperti oleh beberapa penelitian
Penelitian dari Jaka Sriyana (2001) yang berjudul “Dampak Ekspansi Fiskal
terhadap inflasi. Variabel yang digunakan antara lain jumlah uang beredar (Mt), nilai
kurs dollar US terhadap rupiah (Kt), dan pengeluaran pemerintah (Gt) terhadap inflasi
(F). Model analisis yang digunakan adalah Pendekatan Error Correction Model.
Penelitian tersebut menggunakan data runtut waktu dari tahun 1973 sampai dengan
tahun 1998. berdasarkan analisis hasil empiris diperoleh kesimpulan bahwa ekspansi
fiskal yang dilakukan oleh pemerintah selama ini telah membawa dampak pada
peningkatan laju inflasi. Oleh karena itu perlu dilakukan cara-cara untuk melakukan
fiscal deepening agar ekspansi fiskal tidak memiliki dampak yang signifikan terhadap
fiskal untuk mengendalikan laju inflasi antara lain dilakukan dengan efisiensi alokasi
10
anggaran dan memberikan bobot yang lebih besar pada pengeluaran pembangunan.
Artinya belanja barang yang bersifat konsumtif perlu ditinjau kembali. Pengelolaan
pengeluaran pemerintah ini juga harus diimbangi oleh kebijakan moneter yang
kontradiktif untuk mengurangi jumlah uang yang beredar serta deregulasi di sektor
masyarakat harus berjalan dengan baik agar pengeluaran pemerintah efektif dan
dan kolusi merupakan masalah utama di lingkungan birokrat kita untuk mengurangi
kebocoran anggaran, sehingga bisa lebih menghemat anggran belanja negara. Hal ini
perlu ditekankan karena akan menyebabkan high cost economy (ekonomi biaya
tinggi).
Penelitian dari T.B Rully Ferdian (2001) yang berjudul ”Independensi Bank
Indonesia (BI) Dalam Mengendalikan inflasi”, penelitian ini menelaah tujuan Bank
Indonesia secara lebih terfokus dan spesifik, hal itu memberikan suatu implikasi dan
tantangan baru bagi Bank Indonesia. Tugas mencapai dan memelihara kestabilan nilai
rupiah terhadap barang dan jasa serta mata uang negara lain memberi implikasi
bahwa Bank Indonesia harus menjaga internal balance agar inflasi tetap rendah dan
pada saat yang bersamaan juga menjaga eksternal balance agar nilai tukar rupiah
cukup kuat dan stabil. Hal ini bukanlah merupakan suatu yang mudah. Pengendalian
jumlah uang yang beredar dan suku bunga memang akan mempengaruhi laju inflasi
11
dan nilai tukar rupiah tapi masih banyak faktor lain yang mempengaruhinya. Metode
yang digunakan adalah analisis regresi berganda dengan data runtut waktu dari bulan
Februari 1998– bulan Agustus 2000. Variabel yang digunakan antara lain inflasi (Y),
Net International Reserve (X1), Tingkat suku bunga SBI 1 bulan (X2), Bantuan
yang terdiri dari tingkat suku bunga, NIR , BLBI, dan Dummy, menunjukkan bahwa
variabel penjelas cukup mampu untuk menjelaskan pengaruh yang terjadi pada
tingkat inflasi. Kedua pengaruh tingkat suku bunga terhadap variabel inflasi dari hasil
estimasi menunjukkan bahwa variabel tingkat suku bunga berpengaruh secara positif
artinya, jika tingkat suku bunga berubah satu satuan maka variabel inflasi akan
meningkat sebesar 0,26 %. Ketiga pengaruh variabel NIR terhadap variabel inflasi
dari hasil estimasi menunjukkan bahwa variabel NIR berpengaruh secara negatif
artinya, jika NIR naik 1% maka variabel inflasi akan turun sebesar 0,52%. Keempat
pengaruh variabel BLBI terhadap variabel inflasi dari hasil estimasi menunjukkan
bahwa variabel BLBI berpengaruh secara negatif artinya, jika variabel BLBI naik 1%
maka variabel inflasi akan turun 0,01%. Kelima Pengaruh variabel Dummy terhadap
menggunakan data runtut waktu bulanan dari tahun 1996 sampai 2003. Adapun
variabel yang digunakan dalam penelitian tersebut antara lain inflasi (Y), tingkat suku
bunga SBI 1 bulan (SBI), Money Supply (M2), kredit likuiditas BI (KLBI), dan
Dummy (UU no 23 tahun 1999) tentang BI. Berdasarkan analisis hasil empiris
diperoleh kesimpulan yang pertama variabel penjelas terdiri dari money supply
(JUB), tingkat suku bunga SBI (sertifikat BI), kredit likuiditas BI (KLBI) dan dummy
untuk menjelaskan pengaruh yang terjadi pada tingkat inflasi antara tahun 1996
sampai dengan tahun 2003. hal ini dapat dilihat dari besarnya R2, berdasarkan hasil
mampu mempengaruhi sebesar 90% dari variabel dependen sedangkan 10% adalah
pengaruh variabel money supply (JUB) terhadap variabel inflasi dari hasil estimasi
13
menunjukkan bahwa variabel money supply (JUB) berpengaruh positif. Artinya jika
money supply (JUB) berubah satu satuan, maka variabel inflasi akan meningkat
sebesar 7,03%. Ketiga pengaruh variabel tingkat suku bunga terhadap variabel inflasi
dari hasil estimasi menunjukkan bahwa variabel suku bunga Bank Indonesia (suku
bunga SBI) berpengaruh positif. Artinya jika tingkat suku bunga Bank Indonesia
berubah satu satuan, maka variabel inflasi akan meningkat sebesar 1,004%. Keempat
pengaruh variabel kredit dari hasil estimasi menunjukkan bahwa variabel KLBI
berpengaruh positif. Artinya jika KLBI satu milyar rupiah, maka variabel inflasi akan
turun 0,297277%. Kelima pengaruh variabel dummy, terhadap variabel inflasi dari
Model)”. Penelitian tersebut menggunakan data runtut waktu dari tahun 1990
kuartalan I sampai 2001 kuartalan IV. Variabel yang digunakan antara lain inflasi
(INFt), jumlah uang beredar (M1t), produk domestik bruto (PDBt), nilai tukar (ERt),
dan tingkat suku bunga (Rt). Adapun hasil kesimpulan dari penelitian tersebut yang
pertama adalah jumlah uang beredar ternyata mempunyai hubungan yang positif
jangka panjang maupun dalam jangka pendek. Koefisien regresi sebesar 0.4476
dalam persamaan jangka pendek menunjukkan bahwa dengan naiknya jumlah uang
yang beredar sebesar 1%, akan menaikkan tingkat inflasi 0.4476 persen. Sedangkan
14
dalam jangka panjang dimana koefisien regresi sebesar 0.9026 berarti kenaikan
jumlah uang beredar sebesar 1% akan menaikkan tingkat inflasi sebesar 0.9026
persen. Kedua PDB riil ternyata mempunyai hubungan negatif dan berpengaruh
secara signifikan terhadap tingkat inflasi di Indonesia baik dalam jangka pendek
maupun jangka panjang. Koefisien regresi variabel PDB sebesar -1.1933 dalam
jangka pendek, hal ini menunjukkan bahwa dengan naiknya PDB Indonesia sebesar
koefisien regresi sebesar -2.124. hal ini menunjukkan bahwa dengan naiknya PDB
sebesar 1% akan menurunkan tingkat inflasi sebesar 2.124%. ketiga nilai tukar
tingkat inflasi dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang. Koefisien regresi
nilai tukar rupiah sebesar 2.2366 dalam jangka pendek menunjukkan bahwa dengan
naiknya nilai tukar dollar terhadap rupiah sebesar 1% dalam jangka pendek, akan
menaikkan tingkat inflasi sebesar 2.2366%. Sedangkan koefisien regresi nilai tukar
dollar terhadap rupiah dalam jangka panjang sebesar 1.776, berarti bahwa jika nilai
tukar dollar mengalami kenaikan (apresiasi) sebesar 1% dalam jangka panjang, maka
inflasi akan naik pula sebesar 1.776%. Keempat hasil penelitian menunjukkan bahwa
dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang terdapat hubungan negatif dan
signifikan antara tingkat suku bunga terhadap inflasi di Indonesia. Dalam jangka
pendek nilai koefisien tingkat suku bunga sebesar -0.2566. Hal ini berarti apabila
dalam jangka pendek tingkat suku bunga naik sebesar 1%, maka tingkat inflasi
Indonesia turun sebesar 0.2566%. Nilai koefisien regresi tingkat suku bunga
15
Indonesia dalam jangka panjang sebesar -0.233. Hal tersebut berarti bahwa apabila
dalam jangka panjang tingkat suku bunga naik 1%, maka inflasi Indonesia akan turun
sebesar 0.233%. suku bunga merupakan variabel yang paling kecil pengaruhnya
terhadap laju inflasi di Indonesia. Oleh karena itu, bagi otoritas moneter kebijakan
sangat hati-hati mengingat efek samping yang kurang baik terhadap iklim investasi.
2.2.1. Inflasi
Merupakan salah satu resiko yang pasti dihadapi oleh manusia yang hidup
dalam ekonomi uang, dimana daya beli yang ada dalam uang dengan berjalannya
Inflasi adalah kecenderungan dari harga-harga untuk naik secara umum dan
terus menerus. Akan tetapi bila kenaikan harga hanya dari satu atau dua barang saja
tidak disebut inflasi, kecuali bila kenaikan tersebut meluas atau menyebabkan
Kenaikan harga-harga barang itu tidaklah harus dengan persentase yang sama.
Bahkan mungkin dapat terjadi kenaikan tersebut tidak bersamaan. Yang penting
kenaikan harga umum barang secara terus menerus selama suatu periode tertentu.
Kenaikan harga barang yang terjadi hanya sekali saja, meskipun dalam persentase
yang cukup besar, bukanlah merupakan inflasi. (Nopirin, 1987: 25). Atau dapat
dikatakan, kenaikan harga barang yang hanya sementara dan sporadis tidak dapat
16
dikatakan akan menyebabkan inflasi. Menurut A.P. Lehner inflasi adalah keadaan
mendefinisikan inflasi sebagai suatu kenaikan harga yang terus menerus dari barang
dan jasa secara umum ( bukan satu macam barang saja dan sesaat ). Menurut definisi
ini, kenaikan harga yang sporadis bukan dikatakan sebagai Inflasi (Iswardono, 1990).
31), yaitu :
a. Inflasi Merayap
Kenaikan harga terjadi secara lambat, dengan persentase yang kecil dan
dalam jangka waktu yang relatif lama (di bawah 10% per tahun).
b. Inflasi Menengah
Kenaikan harga yang cukup besar dan kadang-kadang berjalan dalam waktu
c. Inflasi Tinggi
Kenaikan harga yang besar bisa sampai 5 atau 6 kali. Masyarakat tidak lagi
berkeinginan menyimpan uang. Nilai uang merosot dengan tajam sehingga ingin
17
ditukar dengan barang. Perputaran uang makin cepat, sehingga harga naik secara
akselerasi.
2) Menurut Sebabnya
demand). Sedangkan produksi telah berada pada keadaan kesempatan kerja penuh
atau hampir mendekati kesempatan kerja penuh. Apabila kesempatan kerja penuh
menaikkan harga saja (sering disebut dengan Inflasi murni). Apabila kenaikan
kesempatan kerja penuh maka akan terdapat adanya inflationary gap. Inflationary gap
inilah yang akan menyebabkan inflasi. Secara grafik digambarkan sebagai berikut.
Gambar 2.1.
Inflationary Gap
C+I Inflationary
Gap C’+I’
A B C+I
YFE Y1 Y
18
keseimbangan pada titik B berada di atas GNP full employment (YFE). Jarak A – B
Gambar 2.2.
Demand-pull Inflation
P AS
Inflationary
P4 Gap
P3 AD4
P2 AD3
P1
AD2
AD1
Q1 QFE Q
Bermula dengan harga P1 dan output Q1, kenaikan permintaan total dari AD1
ke AD2 menyebabkan ada sebagian permintaan yang tidak dapat dipenuhi oleh
penawaran yang ada. Akibatnya, harga naik menjadi P2 dan output naik menjadi QFE.
Kenaikan AD2 selanjutnya menjadi AD3 menyebabkan harga naik menjadi P3, sedang
output tetap pada QFE. Kenaikan harga ini disebabkan oleh adanya inflationary gap.
19
Proses kenaikan harga ini akan berjalan terus sepanjang permintaan total terus naik
Cost pust inflation ditandai dengan kenaikan harga serta turunnya produksi.
Jadi inflasi yang dibarengi dengan resesi. Keadaan ini timbul dimulai dengan adanya
penurunan dalam penawaran total (agregat supply) sebagai akibat kenaikan biaya
produksi. Kenaikan produksi akan menaikkan harga dan turunnya produksi. Serikat
buruh yang menuntut kenaikan upah, manajer dalam pasar monopolistis yang dapat
menentukan harga (yang lebih tinggi), atau kenaikan harga bahan baku, misalnya
krisis minyak adalah faktor yang dapat menaikkan biaya produksi, atau terjadi
penawaran total (aggregate supply) sebagai akibat kenaikan biaya produksi. Jika
proses ini berlangsung terus maka timbul cost push inflation. Gambar 2.3
Gambar 2.3.
P
AS3
AS2
AS1
P3
P2
P1
AD
Q2 Q1 QFE Q
Bermula pada harga P1 dan QFE. Kenaikan biaya produksi (disebabkan baik
karena berhasilnya tuntutan kenaikan upah oleh serikat buruh ataupun kenaikan harga
bahan baku untuk industri) akan menggeser kurva penawaran total dari AS1 menjadi
AS2. konsekuensinya harga naik menjadi P2 dan produksi turun menjadi Q1. kenaikan
harga selanjutnya akan menggeser kurva AS menjadi AS3, harga naik dan produksi
Proses ini akan berhenti apabila AS tidak lagi bergeser ke atas. Proses
kenaikan harga ini (yang sering dibarengi dengan turunnya produksi) disebut dengan
cost-push inflation.
21
4) Menurut Asalnya
a. Domestic Inflation
Inflasi yang berasal dari dalam negeri sendiri ini timbul antara lain karena
defisit anggaran belanja yang dibiayai dengan percetakan uang baru, atau bisa
b. Imported Inflation
Inflasi yang berasal dari luar negeri ini timbul karena kenaikan harga-harga di
luar negeri ke dalam negeri ini jelas lebih mudah terjadi pada negara-negara
Secara garis besar ada 3 kelompok teori mengenai inflasi yang masing-
1. Teori Kuantitas
Teori kuantitas ini menyatakan bahwa proses inflasi itu terjadi karena 2 hal,
yaitu jumlah uang beredar dan psikologi (harapan) masyarakat mengenai kenaikan
22
harga-harga (expectations). Ada 2 hal penting dari teori Kuantitas ini, adalah bahwa,
pertama, laju inflasi terjadi jika ada penambahan volume uang beredar. Kedua, laju
inflasi oleh harapan masyarakat mengenai kenaikan harga di masa yang akan datang
(Boediono, 1985).
2. Teori Keynes
Hal ini yang disebut juga dengan inflationary gap. Inflationary gap terjadi apabila
jumlah dari permintaan-permintaan efektif dari semua golongan tersebut, pada tingkat
harga yang berlaku melebihi jumlah maksimum dari barang-barang yang dihasilkan
oleh masyarakat. Harga-harga akan naik, karena permintaan total melebihi jumlah
mereka akan berusaha untuk memperoleh dana yang lebih besar lagi, baik golongan
pemerintah melalui pencetakan uang baru, atau para pengusaha swasta melalui kredit
dari bank, atau pekerja kenaikan tingkat upah yang lebih besar. Proses inflasi akan
terus berlangsung selama jumlah permintaan efektif dari semua golongan masyarakat
melebihi jumlah output yang bisa dihasilkan pada tingkat harga yang berlaku.
3. Teori Strukturalis.
perekonomian yang menyebabkan terjadinya inflasi, teori ini disebut juga teori inflasi
23
jangka panjang karena yang dimaksud dengan faktor-faktor struktural di sini adalah
faktor-faktor yang hanya bisa berubah secara gradual dan dalam jangka yang panjang.
Teori ini memberi tekanan pada ketegaran dari struktur perekonomian negara-negara
sedang berkembang. Ada dua ketegaran yang menyebabkan inflasi, yaitu ketegaran
dari penawaran bahan makanan dalam negeri. Kedua proses di atas pada umumnya
adalah ketegaran di mana nilai dari ekspor tumbuh secara lamban dibanding dengan
pertumbuhan sektor-sektor lain. Dasar penukaran yang makin memburuk dan supply
barang-barang ekspor yang tidak elastis ini akan menyebabkan terjadinya kelambanan
substitusi impor ini makin meluas, sehingga menaikkan biaya produksi ke berbagai
serta produk nasional. Efek terhadap distribusi pendapatan disebut dengan equity
effect, sedangkan efek terhadap alokasi faktor produksi dan pendapatan nasional
masing-masing disebut dengan efficiency dan output effects (Nopirin, 1987 : 32-34).
24
Efek terhadap pendapatan sifatnya tidak merata, ada yang dirugikan tetapi ada
pendapatan tetap akan dirugikan oleh adanya inflasi. Demikian juga orang
pendapatan dengan prosentase yang lebih besar dari laju inflasi, atau mereka
prosentase lebih besar dari pada laju inflasi. Dengan demikian inflasi dapat
kekayaan masyarakat.
ini dapat terjadi melalui kenaikan permintaan akan berbagai macam barang
tertentu mengalami kenaikan yang lebih besar dari barang lain, yang
mendorong kenaikan produksi. Namun apabila laju inflasi ini cukup tinggi
Dalam keadaan inflasi yang tinggi, nilai uang riil turun dengan drastis,
inflasi dan output. Inflasi bisa dibarengi dengan kenaikan output, tetapi bisa
MV = PT
Dimana :
T = jumlah barang dan jasa yang diperjual belikan dalam suatu tahun tertentu.
Teori kuantitas uang Teori ini, yang dikembangkan oleh Irving Fisher
uang beredar akan menimbulkan perubahan yang sama cepatnya ke atas harga-
harga”. Perubahan ini maksudnya jika uang yang beredar bertambah sebanyak lima
persen, maka tingkat harga-harga juga akan bertambah sebanyak lima persen atau
sebaliknya. Pandangan teori kuantitas yang demikian timbul sebagai akibat dari dua
permisalan penting teori itu mengenai kenyatan yang wujud dalam perekonomian.
Menurut Noprin (1996) suku bunga adalah biaya yang harus di bayar oleh
pemimjam atas pinjaman yang diterima dan merupakan imbalan bagi pembari
pilihan membelanjakan uang lebih banyak atau menyimpan uangnya dalam bentuk
tabungan. Suku bunga juga merupakan sebuah harga yang menghubungkan masa kini
dengan masa depan, sebagaimana harga lainnya maka tingkat suku bunga ditentukan
Suku bunga riil adalah konsep yang mengukur tingkat bunga yang
sesungguhnya setelah suku bunga nominal dikurangi dengan laju inflasi yang
diharapkan.
27
harga. Ketika tingkat harga tinggi dimana jumlah uang yang beredar di masyarakat
dengan menetapkan tingkat suku bunga yang tinggi. Dengan tingkat suku bunga
tinggi yang diharapkan kemudian adalah berkurangnya jumlah uang beredar sehingga
permintaan agregat pun akan berkurang dan kenaikan harga bisa diatasi.
nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh berbagai unit produksi di wilayah
suatu Negara dalam jangka waktu setahun (Dumairy,1990). Atau bisa dikatakan
produk domestik bruto (PDB) adalah konsep pengukuran tingkat kegiatan produksi
dan ekonomi aktual suatu negara. Transaksi dan output sangat berkaitan karena
semakin banyak barang yang dibeli dan dijual. Gross Domestic Product menilai
barang dan jasa pada harga berlaku, sedangkan Gross Domestic Product riil menilai
barang dan jasa pada harga konstan. Gross Domestic Product riil meningkat hanya
jika jumlah barang dan jasa meningkat sedangkan Gross Domestic Product nominal
bisa meningkat karena output naik atau karena dibeli oleh konsumen, seperti deflator
Gross Domestic Product yang nerupakan rasio Gross Domestic Product nominal atas
Gross Domestic Product riil, Consumer price indeks atau (CPI) mengukur seluruh
tingkat harga.
28
Nilai tukar Rupiah atau disebut juga kurs Rupiah adalah perbandingan nilai
atau harga mata uang Rupiah dengan mata uang lain. Perdagangan antar negara
adanya angka perbandingan nilai suatu mata uang dengan mata uang lainnya, yang
dalam perdagangan valuta asing pada suatu negara ataupun antar negara, sebab valuta
asing juga merupakan komoditas yang dapat diperdagangkan. Bagi negara yang
“kurang kuat” nilai mata uangnya, maka valuta asing merupakan salah satu alternatif
dan penawaran valuta asing. Permintaan valuta asing diperlukan guna melakukan
pembayaran ke luar negeri (impor), diturunkan dari transaksi debit dalam neraca
autonomous kredit lebih besar dari transaksi autonomous debit (surplus neraca
defisit, atau bisa dikatakan jika permintaan valuta asing melebihi penawaran dari
uang beredar yang berlebihan dapat mendorong peningkatan harga melebihi tingkat
ekonomi. Ini berarti terdapat korelasi positif antara pertumbuhan uang (JUB) dan
inflasi, yang dapat dijadikan prediksi teori kuantitas bahwa pertumbuhan uang yang
tinggi mengarah pada inflasi yang tinggi sehingga pertumbuhan dalam money supply
Produk domestik bruto (PDB) adalah jumlah nilai barang dan jasa akhir yang
dihasilkan oleh berbagai unit produksi di wilayah suatu Negara dalam jangka waktu
satuan uang, namun nilai mata satuan uang berubah sepanjang waktu. Perubahan
yang terjadi pada umumnya berupa penurunan nilai uang akibat inflasi.
Indonesia menaikkan tingkat suku bunga SBI, yang mana kenaikan tingkat suku
bunga SBI tersebut akan mempengaruhi tingkat bunga tabungan dan kredit pada bank
umum (suku bunga kredit meningkat diatas tingkat suku bunga SBI), sehingga
investasi pada sektor riil akan mengalami penurunan yang akan berdampak pada
tingkat harga semakin tinggi (inflasi semakin tinggi). Sehingga tingkat suku bunga
mempunyai hubungan yang positif dengan tingkat inflasi. Inflasi yang terjadi karena
cost-push inflation.
positif terhadap inflasi di Indonesia. Melemahnya nilai rupiah terhadap mata uang
asing yang disebabkan oleh hutang luar negeri pemerintah maupun sektor swasta
yang membengkak maka berakibat pada penurunnya harga barang-barang ekspor kita
diluar negeri, sehingga barang ekspor kita menjadi lebih murah dibandingkan dengan
pada penjualan (hukum permintaan ”apabila harga barang menurun maka jumlah
barang yang diminta akan bertambah”), sehingga penerimaan ekspor kita meningkat
serta kemampuan untuk mengimpor barang juga meningkat maka supply barang di
dalam negeri akan meningkat yang akan berdampak pada penurunan harga barang
Berarti setiap terjadi depresiasi rupiah terhadap Dollar Amerika Serikat maka
akan meningkatkan permintaan uang di Indonesia, demikian juga sebaliknya. Hal ini
disebabkan ketika nilai rupiah terdepresiasi maka harga barang-barang impor menjadi
lebih mahal sehingga diperlukan rupiah yang lebih banyak guna untuk membeli
a. Diduga Jumlah uang beredar (M2) berpengaruh secara positif dan signifikan
terhadap Inflasi.
terhadap Inflasi.
c. Diduga tingkat Suku Bunga Bank umum berjangka rupiah 3 bulan akan
d. Diduga nilai tukar kurs Dollar Amerika terhadap Rupiah akan berpengaruh
BAB III
METODE PENELITIAN
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang
e. Data nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika Serikat tahun 1990.1-
2005.4.
Data inflasi yang dipergunakan adalah data laju inflasi tahunan yang
telah dihitung dengan kuartalan yang dikeluarkan oleh Biro Pusat Statistik
Data Jumlah uang beredar (M2) untuk Indonesia. Data operasional yang
digunakan dalam penelitian ini diambil dari data yang dikeluarkan oleh Badan
Data Produk Domestik Bruto untuk Indonesia atas dasar harga belaku
2000. Data operasional yang digunakan dalam penelitian ini diambil dari data
kemudian diolah menjadi kuartalan dan dinyatakan dalam bentuk satuan juta
rupiah.
simpanan. Tingkat suku bunga yang dimaksud disini adalah rata-rata tertimbang
tingkat bunga deposito dari seluruh simpanan deposito pada berbagai waktu jatuh
Merupakan nilai tukar rupiah terhadap Dollar AS yang berarti nilai yang
mencerminkan harga mata uang Dollar AS dalam satuan Rupiah pertahun. Data
yaitu mendiskripsikan suatu permasalahan dan menganalisis data dan hal-hal yang
waktu (time series). Dalam analisis ini, sebelum menentukan akan menggunakan
persamaan linier atau log linier maka harus mengetahui apakah prilaku data
menunjukkan hubungan linier atau log linier dengan metode Mackinnon, white dan
Davidson (uji MWD). Secara umum model persamaan linear dan log linier ditulis
sebagai berikut :
Linier ÎY = β0 + β1 X1 + β2 X2 - β3 X3 + β4 X4
1. Estimasi model linier dan dapatkan nilai prediksinya (fitted value) dan
2. Estimasi model log linier dan dapatkan nilai prediksinya, dan selanjutnya
dinamai F2.
Y = β0 + β1 X1 + β2 X2 - β3 X3 + β4 X4
Jika Z1 signifikan secara statistik melalui uji t maka kita menolak hipotesis nol
bahwa model yang benar adalah model linier dan sebaliknya jika tidak signifikan
maka kita menerima hipotesis nol bahwa model yang benar adalah model linier
Jika Z2 signifikan secara statistik melalui uji t maka kita menolak hipotesis
alternatif dan model yang benar adalah model log linier dan sebaliknya jika tidak
signifikan maka kita menerima hipotesis alternatif dan model yang benar adalah
Untuk menguji bisa atau tidak model regresi tersebut di gunakan dan untuk
antara lain.
36
3.3.2.1 Uji t
t-hitung = βi
SE (βi)
dimana:
Gambar 3.1
Ho ditolak
Ho diterima
t -kritis t -hitung
df=n-k (df=degree of freedom). Apabila nilai t hitung > t tabel, maka Ho ditolak,
37
dependent.
signifikan.
3.3.2.2 Uji F
F-hitung = R2 / (K – 1)
(1 – R2 )/(n – K)
dimana :
GAMBAR 3.2
Ho diterima
Ho ditolak
F-tabel
Dengan tingkat keyakinan α tertentu df (n-k, k-1), jika F hitung > F tabel, maka
Ho ditolak, yang berarti bahwa uji secara serempak semua variabel independen yang
dependen.
dikatakan signifikan.
probabilitas.
39
Semakin besar nila R2, maka semakin besar variasi variabel dependent yang dapat
R2, maka semakin kecil variasi variabel dependent yang dapat di jelaskan oleh variasi
variabel independent.
independent dengan variabel dependent. Semakin besar nilai R2 maka semakin tepat
Pada prakteknya, beberapa masalah sering muncul pada saat analisis regresi
digunakan untuk mengestimasi suatu model dengan sejumlah data. Masalah tersebut
dalam buku ekonometrika termasuk dalam pengujian asumsi klasik yaitu ada
penyimpangan terhadap asumsi klasik tersebut diatas akan menyebabkan uji statistik
40
(uji t-stat dan f-stat) yang dilakukan menjadi tidak valid dan secara statistik akan
independent dalam suatu model regresi. Suatu model regresi dikatakan terkena
multikolinearitas bila terjadi hubungan linear yang sempurna atau pasti di antara
beberapa atau semua varibel bebas dari suatu model regresi. Akibatnya akan kesulitan
nilai koefisien determinasi parsial (r2) dengan nilai koefisien determinasi majemuk
(R2), jika r2 lebih kecil dari nilai R2 maka tidak terdapat multikolinearitas. Cara lain
antar variabel dimana apabila kurang dari 0.85 maka tidak terdapat multikolinearitas
multikolinieritas.
diurutkan menurut waktu (seperti dalam data runtut waktu atau time series) atau
uji LM Test bisa dikatakan sebagai uji autokorelasi yang paling akurat, apalagi jika
sampel yang digunakan dalam jumlah yang besar (misalnya diatas 100). Uji ini
dilakukan dengan memasukkan lagnya, dari hasil uji autokorelasi Serial Correlation
LM Test Lag.
Dalam penelitian ini pengujian autokorelasi dilakukan dengan uji hipotesis nol
autokorelasi.
dengan melakukan White Test, yaitu dengan cara meregresi residual kuadrat ( Ui2 )
dengan variabel bebas, variabel bebas kuadrat dan perkalian variabel bebas.
Pedoman dalam penggunaan model white test adalah jika nilai Chi-Square
hitung (n. R2) lebih besar dari nilai X2 kritis dengan derajat kepercayaan tertentu (α)
maka ada heteroskedasitisitas dan sebaliknya jika Chi-Square hitung lebih kecil dari
BAB IV
Dalam bab ini penulis akan menganalisis data yang telah terkumpul. Data
yang telah dikumpulkan tersebut berupa data sekunder dari Badan Pusat Statistik
penelitian ini. Hasil pengolahan data berupa informasi untuk mengetahui apakah
Inflasi dipengaruhi oleh faktor jumlah uang beredar, PDB, Tingkat suku bunga SBI,
serta kepentingan pengujian hipotesis, maka teknik analisis yang digunakan dalam
penelitian ini meliputi analisis deskriptif dan analisis statistik. Analisis statistik
merupakan analisis yang mengacu pada perhitungan data penelitian yang berupa
statistik.
digunakan untuk melihat kebenaran hipotesis, maka regresi yang digunakan adalah
Keterangan :
Y = inflasi (%)
atau log linier maka harus mengetahui apakah prilaku data menunjukkan hubungan
linier atau log linier dengan uji sketergram. Hasil uji Mackinnon, white dan Davidson
Tabel 4.1
Uji MWD
Variabel t-hitung Probabilitas
Z1 6.907595 0.0000
Z2 -6.650895 0.0000
Sumber : Hasil Eviews
6.907 dan p value sebesar 0,000. Dengan demikian variabel Z1 signifikan pada tingkat
α < 0,05. Dan menerima hipotesis alternative bahwa model yang benar adalah log
linier.
6.650895 dan p value sebesar 0,000. Dengan demikian variabel Z2 signifikan pada
tingkat α < 0,05. Dan menerima hipotesis nol bahwa model yang benar adalah linier.
Berdasarkan hasil uji MWD di atas, maka dapat disimpulkan bahwa model yag
kita gunakan adalah dapat menggunakan model linier dan dapat pula menggunakan
model log linier. Dan dari sini peneliti memilih untuk menggunakan model linier.
Untuk mempermudah perhitungan dari data yang cukup banyak maka dalam
penelitian ini diselesaikan dengan bantuan perangkat lunak (soft were) komputer
program Eviews 3.
Analisis linier, alat ini digunakan untuk menguji kekuatan pengaruh jumlah
uang beredar (X1), PDB (X2), Tingkat suku bunga (X3) dan kurs dollar terhadap
rupiah (X4) terhadap Inflasi (Y) yang terjadi selama periode tahun 1990 sampai 2005,
Tabel 4.2
Hasil Regresi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Variabel Bebas Terhadap
Inflasi
Dependent Variable: Y
Method: Least Squares
Date: 03/19/08 Time: 12:41
Sample: 1990:1 2005:4
Included observations: 64
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
X1 -1.27E-05 6.17E-06 -2.051499 0.0447
X2 -0.000104 9.73E-05 -1.068984 0.2894
X3 0.709524 0.127225 5.576932 0.0000
X4 0.227519 0.052646 4.321715 0.0001
C -1032.409 287.6585 -3.589008 0.0007
R-squared 0.627100 Mean dependent var 597.3125
Pada penelitian ini digunakan model persamaan regresi linear sebagai berikut :
Dengan memperhatikan model regresi dan hasil regresi linear berganda maka
Seperti telah dijelaskan dalam bab sebelumnya, hasil dari perbandingan antara
thitung dengan ttabel akan dijadikan dasar untuk pengambilan keputusan. Tabel 4.2 yang
hasil dari thitung yang dikeluarkan oleh output olah data dengan menggunakan Eviews
3. Dari tabel tersebut terlihat nilai thitung untuk masing-masing variabel bebasnya
telah diketahui dan dapat dijadikan sebagai dasar pengambilan keputusan dengan cara
Tabel 4.3
Hasil uji t
Variabel t-hitung Probabolitas
X1 -2.051499 0.0447
X2 -1.068984 0.2894
X3 5.576932 0.0000
X4 4.321715 0.0001
Sumber : hasil Eviews
• Variabel X1 jumlah uang beredar, signifikan pada tingkat α < 0.05 yang
• Variabel X2 Gross Domestik Bruto, tidak signifikan pada tingkat α < 0.05
• Variabel X3 tingkat suku bunga, signifikan pada tingkat α < 0.05 yang berarti
• Variabel X4 kurs rupiah, signifikan pada tingkat α < 0.05 yang berarti kurs
Tabel 4.4
Hasil Uji F
F hitung Probabilitas
24.80485 0.000000
Sumber : hasil Eviews
Dari hasil analisa menunjukkan bahwa F hitung sebesar 24.80485 dan dengan
lebih besar dari α yaitu 0,000000 < 0,05 , dengan demikian variabel independent
terhadap variabel dependen makin kecil dan sebaliknya nilai makin R2 mendekati 1
maka pengaruh semua variabel independent terhadap variabel dependent makin besar.
Nilai R2 adalah 0.627100, yang berarti variasi variabel jumlah uang beredar,
48
gross domestic produc, tingkat suku bunga, dan nilai kurs mempengaruhi variabel
inflasi sebesar 62,7%. Sedangkan sisanya 37,3% dijelaskan oleh variabel lain yang
faktor yang mempengaruhi Inflasi, maka dapat diberikan interpretasi sebagai berikut:
Jumlah uang beredar (X1) mempunyai pengaruh yang positif terhadap inflasi,
dengan koefisien regresi sebesar -1.27 yang artinya jika perubahan jumlah uang
beredar naik sebesar satu milyar, maka perubahan variabel inflasi akan meningkat
sebesar -1.27 persen (ceteris paribus)., Ini berarti terdapat korelasi positif antara
pertumbuhan uang (JUB) dan inflasi, yang dapat dijadikan prediksi teori kuantitas
bahwa pertumbuhan uang yang tinggi mengarah pada inflasi yang tinggi sehingga
meningkatnya inflasi, JUB harus sesuai dengan kebutuhan (permintaan) agregat. Jika
terjadi kelebihan penawaran uang terhadap kebutuhan uang, maka uang akan jatuh
dan pada kondisi demikian akan terjadi inflasi. Sebaliknya, jika penawaran uang
(JUB) lebih kecil dari pada kebutuhan uang (permintaan) agregat, nilai uang akan
naik, yang disebut apresiasi. Untuk menstabilkan nilai uang, secara konvensional
instrumen yang digunakan dalam ekonomi moneter adalah dengan pengaturan tingkat
suku bunga. Jika tingkat suku bunga naik, maka JUB akan berkurang karena orang
49
akan lebih senang menabung dari pada memutarkan uangnya pada sektor-sektor yang
dinilai produktif. Sebaliknya, jika tingkat suku bunga terlalu rendah, JUB di
masyarakat akan bertambah karena orang lebih senang memutarkan uangnya pada
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Jaka Sriyana
(2001) yang berjudul “Dampak Ekspansi Fiskal Terhadap Inflasi”. Penelitian ini
bahwa jumlah uang beredar berpengaruh secara signifikan terhadap laju pertumbuhan
inflasi. Penelitian juga mendukung penelitian yang dilakukan oleh TB. Rully Ferdian
Inflasi, yang menyatakan bahwa pengendalian jumlah uang beredar dan atau suku
PDB (X2) tidak signifikan terhadap inflasi, hal ini karena dalam periode 1998 –
1999 ekspektasi masyarakat sangat tinggi dan mengakibatkan kenaikan jumlah uang
beredar. Besarnya produk domestik bruto dinyatakan dalam satuan uang namun nilai
satuan berubah sepanjang waktu. Perubahan nilai produksi total dipengaruhi kuantitas
output yang diproduksi maupun tingkat harga. Nilai produk domestik bruto tidak
sesungguhnya bila terjadi perubahan tingkat harga secara umum maka efeknya akan
Tingkat Suku Bunga (X3) mempunyai pengaruh yang negatif dan signifikan
terhadap Inflasi, dengan koefisien regresi sebesar 0.709 yang artinya apabila tingkat
suku bunga meningkat sebesar 1 %, maka Inflasi akan menurun sebesar 70.9%
dengan asumsi bahwa variabel Jumlah uang beredar, PDB, dan Kurs dalam kondisi
umlah uangberedar akan bertambah konstan. Berarti bahwa antara tingkat suku bunga
dan Inflasi menunjukkan hubungan yang berbanding terbalik. Bank Sentral dapat
membuat perubahan ke atas jumlah uang beredar dengan cara melakukan jual beli
surat-surat berharga. Bentuk langkah yang akan dijalani tergantung pada masalah
ditambah. Bank Sentral dapat menciptakan keadaan seperti itu dengan membeli surat-
surat berharga, dengan itu jumlah uang beredar akan bertambah karena apabila Bank
Sentral melakukan pembayaran atas pembeliannya itu cadangan yang ada pada Bank-
bank umum telah menjadi bertambah tinggi. Dengan danya kelebihan cadangan
tersebut mereka dapat memberikan pinjaman yang lebih banyak. Begitu pula
sebaliknya apabila terjadi inflasi maka untuk mengurangi kegiatan ekonomi yang
berlebih-lebihan,jumlah uang berdar harus dikurangi. Tujuan ini dapat dicapai oleh
51
Bank Sentral dengan membeli surat-surat berharga , karena dengan penjualan itu
tabungan giral masyarakat dan cadangan yang dipegang bank-bank umum akan
berkurang.
Kurs Valuta Asing (X4) mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan
terhadap Inflasi, dengan koefisien regresi sebesar 0.227 yang artinya apabila nilai
diperkirakan karena pada saat rupiah terdepresiasi terhadap dollar berdampak pada
kenaikan harga barang, hal ini dikarenakan oleh pergerakan antara dua mata uang
antar dua Negara bersumber dari tingkat harga masing-masing Negara. Ketika harga-
harga barang di luar negeri naik menyebabkan inflasi di indonesia semakin tinggi.
Hal ini dikaranakan barang-barang impor yang ada di indonesia. Kenaikan harga di
dalam negeri terjadi karena dipengaruhi oleh kenaikan harga dari luar negeri,
terutama barang-barang impor atau kenaikan bahan baku industri yang masih belum
dapat diproduksi di dalam negeri. Atau dapat disebut dengan imported inflation yaitu
inflasi yang terjadi di dalam negeri karena adanya pengaruh kenaikan harga dari luar
negeri.
Penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Hadi Sasana
Indonesia dan Filipina (pendekatan Error Correction Model)” . Penelitian ini juga
mendukung penelitian dari Jaka Sriyana (2001) yang berjudul “Dampak Ekspansi
52
Fiskal Terhadap Inflasi”. Penelitian ini menyatakan bahwa terdapat pengaruh positif
dan signifikan antara nilai tukar terhadap inflasi. Untuk menjaga kestabilan harga di
dalam negeri maka otoritas moneter melalui kebijakannya diharapkan dapat menjaga
kestabilan rupiah terhadap dollar dalam batas wajar dan aman. Depresiasi nilai
rupiah sangat rentan dampaknya terhadap laju inflasi di Indonesia baik dalam jangka
Selain dengan menggunakan pengujian secara statistik yaitu uji t dan uij F juga
dilakukan uji terhadap penyimpangan asumsi klasik. Pengujian ini dilakukan untuk
menguji validitas dari hasil analisis regresi linier berganda. Adapun pengujian yang
a. Uji Heteroskedastisitas
dengan melakukan White Test, yaitu dengan cara meregresi residual kuadrat ( Ui2 )
dengan variabel bebas, variabel bebas kuadrat dan perkalian variabel bebas. Hasil
Tabel 4.5
Hasil uji heteroskedastisitas dengan menggunakan uji white test (cross term)
menunjukkan nilai probabilitas chi squares hitung adalah 0.000001 dan lebih kecil
Untuk itu agar model tidak lagi terdapat masalah heterokesdatisitas, maka perlu
Tabel 4.6
Hasil Regresi dan Penyembuhan Heterokedastisitas.
C X1 X2 X3 X4
OLS se 287.6585 6.17E-06 9.73E-05 0.127225 0.052646
t -3.589008 -2.051499 -1.068984 5.576932 4.321715
White se 541.6426 6.56E-06 8.74E-05 0.300837 0.045259
t -1.906070 -1.930207 -1.190410 2.358497 5.027096
Newey- se 491.5821 4.83E-06 8.73E-05 0.264130 0.034743
West
t -2.100175 -2.623004 -1.192196 2.686271 6.548690
Sumber : hasil eviews
Berdasarkan metode White dan Newey-Test, standar error yang dihasilkan akan
semakin besar dari metode OLS sehingga nilai t hitungnya juga semakin kecil dari
statistik t hitung yang diperoleh dari metode OLS. Dengan demikian masalah
b. Uji Autokorelasi
Asumsi ini terjadi apabila ada kesalahan pengganggu periode korelasi dengan
kesalahan penggangu pada periode sebelumnya, untuk menguji ada atau tidaknya
• Jika nilai hitung Obs*R-square (χ) > nilai tabel Obs*R-square (χ) atau
probability < 0,05 pada derajat kepercayaaan tertentu (α), maka hasil dari
model tersebut adalah menolak hipotesis nol. Hal ini menunjukkan adanya
• Jika nilai hitung Obs*R-square (χ) < nilai kritis Obs*R-square (χ) atau
probability > 0,05 pada derajat kepercayaaan tertentu (α ), maka hasil dari
model tersebut menerima hipotesis nol. Hal ini menunjukkan tidak adanya
masalah autokorelasi.
Tabel 4.7
dengan menggunakan lag 2, maka dapat disimpulkan nilai probabilitas chi squares
hitung adalah 0.881227 (88,1%) dan lebih besar dari α=5% yang berarti tidak
c. Uji Multikolinieritas
kurang dari 0.85 maka tidak terdapat multikolinearitas dan sebaliknya apabila
Tabel 4.8
Uji Multikolinieritas
X1 X2 X3 X4
X1 1.000000 0.741908 -0.361395 0.792954
X2 0.741908 1.000000 -0.180040 0.713666
X3 -0.361395 -0.180040 1.000000 -0.003320
X4 0.792954 0.713666 -0.003320 1.000000
Sumber : Hasil Eviews
Berdasarkan Tabel 4.8 di atas nilai koefisien korelasi untuk masing – masing
variabel bebas memiliki nilai koefisien korelasi dibawah 0,85, sehingga model regresi
BAB V
5.1 Kesimpulan
1. Variabel penjelas yang terdiri Jumlah uang beredar, Tingkat suku bunga, Kurs US
dependen dan cukup mampu untuk menjelaskan pengaruh yang terjadi pada
tingkat inflasi antara tahun 1990.1 sampai tahun 2005.4. Sedangkan produk
2. Variabel PDB tidak berpengaruh signifikan karena dalam periode 1998 – 1999
beredar. Besarnya produk domestik bruto dinyatakan dalam satuan uang namun
nilai satuan berubah sepanjang waktu. Perubahan nilai produksi total dipengaruhi
kuantitas output yang diproduksi maupun tingkat harga. Nilai produk domestik
terdapat korelasi positif antara pertumbuhan uang (JUB) dan inflasi, yang dapat
dijadikan prediksi teori kuantitas bahwa pertumbuhan uang yang tinggi mengarah
pada inflasi yang tinggi sehingga pertumbuhan dalam money supply menentukan
tingkat inflasi.
57
4. Variabel tingkat suku bunga berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Inflasi.
menurun, begitu juga sebaliknya dengan Tingkat suku bunga yang semakin
5. Variabel Nilai tukar mempunyai hubungan yang positif dan signifikan terhadap
terhadap dollar maka akan berdampak pada kenaikan harga-harga barang, hal ini
dikarenakan oleh pergerakan antara dua mata uang antar dua Negara bersumber
5.2 Implikasi
kebijakan yang harus diperhatikan dalam rangka menekan laju inflasi di Indonesia
menentukan tingkat suku bunga SBI, melalui instrumen politik pasar terbuka,
pemerintah harus lebih mengontrol volume uang yang beredar sesuai dengan
2. Dengan naiknya tingkat suku bunga SBI merupakan implikasi dari tingginya
laju inflasi, karena jika inflasi tinggi maka akan diikuti pula oleh
58
tingkat suku bunga SBI tetap stabil, sejalan dengan kondisi makro ekonomi
3. Untuk meningkatkan PDB sehingga laju inflasi menjadi rendah kebijakan yang
diambil dengan efisiensi alokasi anggaran dan memberikan bobot yang lebih
Samuelson, Paul dan William Nordhaus, 1994, Makro Ekonomi, edisi 14, Alih
Bahasa Drs Haris Munandar, Erlangga, Jakarta.
Sriyana, Jaka, 2001, Dampak Ekspansi Fiskal Terhadap Inflasi : Studi Empiris
Dengan Pendekatan ECM, JEP, vol 6, no 2, 203-212.
Sugiono, FX, 2005, Instrumen Pengendalian Moneter Operasi Pasar Terbuka, PPSK
Bank Indonesia : Jakarta
Sukirno, Sadono, 2004, Makro Ekonomi Teori Pengantar, edisi 3, PT Raja Grafindo
Persada : Jakarta.
Warjiyo, Perry, 2004, Bank Indonesia : Sebuah Pengantar, Pusat Pendidikan dan
Studi Kebanksentralan : Jakarta.
Yuwono, Prapto, dkk, 2000, Kausalitas Uang Beredar dan Inflasi, Dian Ekonomi,
vol VI, no 2, 319-321
Test Equation:
Dependent Variable: RESID^2
Method: Least Squares
Date: 03/19/08 Time: 13:30
Sample: 1990:1 2005:4
Included observations: 64
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 1587024. 596383.0 2.661082 0.0105
X1 -0.024117 0.026743 -0.901814 0.3716
X1^2 -1.26E-09 3.70E-10 -3.410333 0.0013
X1*X2 1.83E-08 7.90E-09 2.312613 0.0250
X1*X3 1.44E-05 7.98E-06 1.803437 0.0775
X1*X4 1.61E-05 4.55E-06 3.525516 0.0009
X2 -0.618508 0.504955 -1.224877 0.2265
X2^2 -1.16E-08 1.17E-07 -0.099696 0.9210
X2*X3 0.000271 0.000226 1.197185 0.2370
X2*X4 -0.000155 6.31E-05 -2.459181 0.0175
X3 -1963.062 333.3560 -5.888783 0.0000
X3^2 0.712658 0.073087 9.750868 0.0000
X3*X4 -0.155658 0.085065 -1.829869 0.0734
X4 217.4286 314.6230 0.691077 0.4928
X4^2 -0.024143 0.023603 -1.022884 0.3114
R-squared 0.874917 Mean dependent var 563799.5
Adjusted R-squared 0.839179 S.D. dependent var 1489700.
S.E. of regression 597406.1 Akaike info criterion 29.64027
Sum squared resid 1.75E+13 Schwarz criterion 30.14626
Log likelihood -933.4886 F-statistic 24.48148
Durbin-Watson stat 2.139796 Prob(F-statistic) 0.000000
Penyembuhan:
whiite
Dependent Variable: Y
Method: Least Squares
Date: 03/19/08 Time: 13:39
Sample: 1990:1 2005:4
Included observations: 64
White Heteroskedasticity-Consistent Standard Errors & Covariance
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C -1032.409 541.6426 -1.906070 0.0615
X1 -1.27E-05 6.56E-06 -1.930207 0.0584
X2 -0.000104 8.74E-05 -1.190410 0.2387
X3 0.709524 0.300837 2.358497 0.0217
X4 0.227519 0.045259 5.027096 0.0000
R-squared 0.627100 Mean dependent var 597.3125
Adjusted R-squared 0.601819 S.D. dependent var 1239.327
S.E. of regression 782.0353 Akaike info criterion 16.23658
Sum squared resid 36083170 Schwarz criterion 16.40524
Log likelihood -514.5706 F-statistic 24.80485
Durbin-Watson stat 1.885328 Prob(F-statistic) 0.000000
Newey
Dependent Variable: Y
Method: Least Squares
Date: 03/19/08 Time: 13:42
Sample: 1990:1 2005:4
Included observations: 64
Newey-West HAC Standard Errors & Covariance (lag truncation=3)
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C -1032.409 491.5821 -2.100175 0.0400
X1 -1.27E-05 4.83E-06 -2.623004 0.0111
X2 -0.000104 8.73E-05 -1.192196 0.2380
X3 0.709524 0.264130 2.686271 0.0094
X4 0.227519 0.034743 6.548690 0.0000
R-squared 0.627100 Mean dependent var 597.3125
Adjusted R-squared 0.601819 S.D. dependent var 1239.327
S.E. of regression 782.0353 Akaike info criterion 16.23658
Sum squared resid 36083170 Schwarz criterion 16.40524
Log likelihood -514.5706 F-statistic 24.80485
Durbin-Watson stat 1.885328 Prob(F-statistic) 0.000000
Multiko
X1 X2 X3 X4
1.000000 0.741908 -0.361395 0.792954
0.741908 1.000000 -0.180040 0.713666
-0.361395 -0.180040 1.000000 -0.003320
0.792954 0.713666 -0.003320 1.000000
autokorelasi
Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:
F-statistic 0.113058 Probability 0.893299
Obs*R-squared 0.252881 Probability 0.881227
Test Equation:
Dependent Variable: RESID
Method: Least Squares
Date: 03/19/08 Time: 15:02
Presample missing value lagged residuals set to zero.
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
X1 5.93E-08 6.27E-06 0.009451 0.9925
X2 5.13E-06 9.96E-05 0.051461 0.9591
X3 -0.000710 0.131009 -0.005416 0.9957
X4 -0.002535 0.053781 -0.047128 0.9626
C 2.559101 294.5709 0.008688 0.9931
RESID(-1) 0.057744 0.134091 0.430635 0.6684
RESID(-2) -0.029979 0.134742 -0.222492 0.8247
R-squared 0.003951 Mean dependent var 1.21E-13
Adjusted R-squared -0.100896 S.D. dependent var 756.8016
S.E. of regression 794.0635 Akaike info criterion 16.29512
Sum squared resid 35940596 Schwarz criterion 16.53125
Log likelihood -514.4439 F-statistic 0.037686
Durbin-Watson stat 1.988238 Prob(F-statistic) 0.999757
LINIER
Dependent Variable: Y
Method: Least Squares
Date: 03/19/08 Time: 12:41
Sample: 1990:1 2005:4
Included observations: 64
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
X1 -1.27E-05 6.17E-06 -2.051499 0.0447
X2 -0.000104 9.73E-05 -1.068984 0.2894
X3 0.709524 0.127225 5.576932 0.0000
X4 0.227519 0.052646 4.321715 0.0001
C -1032.409 287.6585 -3.589008 0.0007
R-squared 0.627100 Mean dependent var 597.3125