You are on page 1of 34

1

By: f.oka

Penelitian deskriptif adalah suatu bentuk penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan fenomena-
fenomena yang ada, baik fenomena alamiah maupun fenomena buatan manusia. Fenomena itu bisa
berupa bentuk, aktivitas, karakteristik, perubahan, hubungan, kesamaan, dan perbedaan antara
fenomena yang satu dengan fenomena lainnya (Sukmadinata, 2006:72)

Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang berusaha mendeskripsikan dan menginterpretasikan


sesuatu, misalnya kondisi atau hubungan yang ada, pendapat yang berkembang, proses yang sedang
berlangsung, akibat atau efek yang terjadi, atau tentang kecendrungan yang tengah berlangsung.

Penelitian deskriptif pada umumnya dilakukan dengan tujuan utama, yaitu menggambarkan secara
sistematis fakta dan karakteristik objek dan subjek yang diteliti secara tepat. Dalam perkembangan
akhir-akhir ini, metode penelitian deskriptif juga banyak di lakukan oleh para peneliti karena dua alasan.
Pertama, dari pengamatan empiris didapat bahwa sebagian besar laporan penelitian di lakukan dalam
bentuk deskriptif. Kedua, metode deskriptif sangat berguna untuk mendapatkan variasi permasalahan
yang berkaitan dengan bidang pendidikan maupun tingkah laku manusia.

penelitian deskriptif pada umumnya menarik para peneliti muda, karena bentuknya sangat sedarhana
dengan mudah di pahami tanpa perlu memerlukan teknik statistika yang kompleks. Walaupun
sebenarnya tidak demikian kenyataannya. Karena penelitian ini sebenarnya juga dapat ditampilkan
dalam bentuk yang lebih kompleks, misalnya dalam penelitian penggambaran secara faktual
perkembangan sekolah, kelompok anak, maupun perkembangan individual. Penelitian deskriptif juga
dapat dikembangkan ke arah penelitian naturalistic yang menggunakan kasus yang spesifik malalui
deskriptif mendalam atau dengan penelitian setting alami fenomenologis dan dilaporkan secara thick
description (deskripsi mendalam) atau dalam penelitian ex-postfacto dengan hubungan antarvariabel
yang lebih kompleks.

Ciri-ciri penelitian deskriptif

1. Penelitian deskriptif merupakan penelitian kuantitatif dengan tujuan untuk mendeskripsikan variabel-
variabel utama subjek studi, misalnya; umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, status marital, sosial
ekonomi, dan lain-lain disesuaikan dengan tujuan penelitian.

2. Pada penelitian deskriptif murni tidak dibutuhkan kelompok kontrol sebagai pembanding karena yang
dicari adalah prevalensi penyakit atau fenomena tertentu, atau untuk memperoleh gambaran tentang
hal-hal yang berkaitan dengan masalah kesehatan.
2

3. Terdapatnya hubungan sebab-akibat hanya merupakan perkiraan yang didasarkan atas tabel silang
yang disajikan.

4. Hasil penelitian hanya disajikan sesuai dengan data yang diperoleh tanpa dilakukan analisis yang
mendalam. Penyajian data hasil penelitian dapat berupa tabel distribusi frekuensi, tabel silang dan
grafik. Perhitungan yang dilakukan hanya berupa persentase, proporsi, rata-rata, rate, rasio, simpangan
baku, dan sesuai dengan skala ukuran data yang diperoleh.

5. Penelitian deskriptif merupakan penelitian pendahuluan dan digunakan bersama-sama dengan


hampir semua jenis penelitian, misalnya untuk menentukan kriteria subjek studi.

6. Pengumpulan data dilakukan dalam satu saat atau satu periode tertentu dan setiap subjek studi
selama penelitian hanya diamati satu kali.

7. Pengumpulan data dilakukan dengan pendekatan cross sectional berupa sampling survay atau data
sekunder dari rekam medis.

8. Penelitian deskriptif dapat dilakukan pada wilayah terbatas seperti desa atau kecamatan atau meliputi
wilayah yang besar seperti negara, misalnya survey demografi dan kesehatan Indonesia (SDKI).

Langkah dalam melaksanakan penelitian deskriptif

Penelitian dengan metode deskriptif mempunyai langkah penting seperti berikut.

1. Mengidentifikasi adanya permasalahan yang signifikan untuk dipecahkan melalui metode deskriptif.

2. Membatasi dan merumuskan permasalahan secara jelas.

3. Menentukan tujuan dan manfaat penelitian.

4. Melakukan studi pustaka yang berkaitan dengan permasalahan.

5. Menentukan kerangka berpikir, dan pertanyaan penelitian dan atau hipotesis penelitian.

6. Mendesain metode penelitian yang hendak digunakan termasuk dalam hal ini menentukan populasi,
sampel, teknik sampling, menentukan instrumen, mengumpulkan data, dan menganalisis data.

7. Mengumpulkan, mengorganisasikan, dan menganalisis data dengan menggunakan teknik statistika


yang relevan.

8. Membuat laporan penelitian

Manfaat penelitian deskriptif dalam bidang kesehatan


3

Hasil penelitian dapat dimanfaatkan oleh peneliti atau pengelola pelayanan kesehatan untuk
memperoleh informasi yang cepat dan relevan tentang ciri-ciri subjek studi dan klasifikasi penyakit.

Secara garis besar, informasi yang diperoleh dari studi deskriptif dapat digunakan untuk hal-hal sebagai
berikut:

1. Menyusun rencana pelayanan kepada masyarakat. Misalnya, dari penelitian deskriptif dihasilkan
prevalensi penyakit tuberkulosa yang cukup tinggi atau ditemukannya prevalensi infeksi saluran
pernafasan bagian atas (ISPA) yang tinggi pada anak-anak. Informasi tersebut dapat digunakan untuk
membuat usulan dalam perencanaan pelayanan kesehatan.

2. Hasil penelitian deskriptif dapat pula digunakan untuk mengadakan evaluasi program pelayanan
kesehatan yang telah dilakukan. Misalnya, setelah dilaksanakan program pelayanan kesehatan terhadap
ISPA pada anak-anak dan kita ingin mengetahui hasil program tersebut, seperti ; apakah telah terjadi
penurunan prevalensi ISPA di daerah tersebut. Untuk itu dilakukan penelitian deskriptif dan bila ternyata
hasilnya belum memuaskan maka dapat ditelusuri faktor penyebabnya dari hasil penelitian deskriptif
tersebut dan dapat digunakan untuk perencanaan ulang (re-planning) pada program pelayanan
terhadap ISPA tersebut.

3. Usulan untuk penelitian lanjutan.

4. Penelitian deskriptif dapat juga digunakan untuk membandingkan prevalensi penyakit tertentu
antardaerah atau satu daerah dalam waktu yang berbeda.

Keuntungan penelitian deskriptif

1. Relatif mudah dilaksanakan

2. Tidak membutuhkan kelompok kontrol sebagai pembanding.

3. Diperoleh banyak informasi penting yang dapat digunakan untuk perencanaan program pelayanan
kesehatan pada masyarakat, memberi informasi kepada masyarakat tentang kesehatan, mengadakan
perbandingan status kesehatan, penelitian deskriptif dapat pula digunakan sebagai penelitian
pendahuluan untuk penelitian analitik atau penelitian eksperimental.

Jenis-jenis Penelitian Deskriptif :

1. Studi Kasus
4

Studi kasus berkenaan dengan segala sesuatu yang bermakna dalam sejarah atau perkembangan kasus
yang bertujuan untuk memahami siklus kehidupan atau bagian dari siklus kehidupan suatu unit individu
(perorangan, keluarga, kelompok, pranata sosial atau masyarakat).

Suatu penyelidikan intensif tentang individu, dan atau unit sosial yang dilakukan secara mendalam
dengan menemukan semua variabel penting tentang perkembangan individu atau unit sosial yang
diteliti. Dalam penelitian ini dimungkinkan ditemukannya hal-hal tak terduga kemudian dapat digunakan
untuk membuat hipotesis.

Ciri-ciri penelitian kasus:

a. Menggambarkan subyek penelitian di dalam keseluruhan tingkah laku itu sendiri dan hal-hal yang
melingkunginya.

b. Dilakukan dengan mencermati kasus secara mendalam dan berhati-hati.

c. Dilakukan cenderung didorong untuk keperluan pemecahan masalah.

d. Menekankan pendekatan longitudinal atau pendekatan genetika, yang menunjukkan perkembangan


selama kurun waktu tertentu.

2. Survei

Penelitian survei merupakan penelitian dengan mengumpulkan informasi dari suatu sampel dengan
menanyakannya melalui angket atau interview supaya nantinya menggambarkan berbagai aspek dari
populasi (Frankel dan Wallen, 1990).

Studi pengumpulan data yang relatif terbatas dari kasus-kasus yang relatif besar jumlahnya. Tujuannya
adalah untuk mengumpulkan informasi tentang variabel dan bukan tentang individu. Berdasarkan ruang
lingkupnya (sensus atau survai sampel) dan subyeknya (hal nyata atau tidak nyata), sensus dapat
dikelompokkan menjadi beberapa kategori, yaitu: sensus tentang hal-hal yang nyata, sensus tentang hal-
hal yang tidak nyata, survei sampel tentang hal-hal yang nyata, dan survei sampel tentang hal-hal yang
tidak nyata.

Ciri-ciri penelitian survei


5

a. Data survei dapat dikumpulkan dari seluruh populasi, dapat pula dari hanya sebagian saja dari
populasi.

b. Untuk suatu hal data yang sifatnya nyata.

c. Hasil survei dapat dimanfaatkan untuk kepentingan yang sifatnya terbatas, karena data yang
dikumpulkan dibatasi oleh waktu, dan saat itu data dikumpulkan.

d. Biasanya untuk memecahkan masalah yang sifatnya insidental.

e. Cenderung mengandalkan data kuantitatif.

f. Mengandalkan tekhnik pengumpulan data yang berupa kuesioner dan wawancara terstruktur.

3. Studi perkembangan

Penelitian perkembangan adalah penelitian yang memusatkan pada variabel-variabel dan


perkembangannya selama kurun waktu. Penelitian ini menyelidiki pola-pola dan perurutan
perkembangan dan pertumbuhan, dan bagaimana variabel berhubungan satu sama lain dan
mempengaruhi sifat-sifat pertumbuhan dan perkembangan itu.

Ciri-ciri penelitian perkembangan

a. mengetahui perkembangan subyek penelitian dalam kurun waktu tertentu.

b. Dapat mengetahui metode alur panjang (longitudinal method) dan metode potong silang (cross
sectional method)

4. Studi tindak lanjut

Studi yang menyelidiki perkembangan subyek setelah diberi perlakukan atau kondisi tertentu atau
mengalami kondisi tertentu. Ciri penelitian ini adalah; (1) penelitian tindak lanjut tidak berhenti pada
suatu seri urutan pengukuran, tetapi peneliti masih terus melakukan pelacakan untuk kejadian yang
menjadi tindak lanjutnya.

5. Analisis dokumenter

Studi ini sering juga disebut analisi isi adalah penelitian yang dilakukan secara sistematis terhadap
catatan-catatan atau dokumen sebagai sumber data.
6

Ciri-ciri dari penelitian ini adalah:

a. penelitian dilakukan terhadap informasi yang didokumentasikan dalam bentuk gambar, rekaman dll.

b. Subyek penelitiannya adalah sesuatu barang, buku, majalah dan lainnya.

c. Dokumen sebagai data pokok. Misalnya studi tentang dokumen keaslian teks Proklamasi
Kemerdekaan RI

6. Analisis kecenderungan

Analisis yang dugunakan untuk meramalkan keadaan di masa yang akan datang dengan memperhatikan
kecenderungan-kecenderungan yang terjadi.

Ciri-ciri penelitian kecenderungan

a. Cenderung menggunakan pendekatan logitudinal.

b. Prediktif

c. Karakteristik datanya mengenai apa yang terjadi di masa lampau, situasi sekarang dan masa yang akan
datang.

7. Studi korelasi

Jenis penelitian deskriptif yang bertujuan menetapkan besarnya hubungan antar variabel yang diteliti.

Sumber

Budiarto E. Metodologi penelitian kedokteran. EGC; Jakarta;2004.

Riyanto Y. Metodologi penelitian pendidikan. SIC; Surabaya; 2001

http://bidanshop.blogspot.com/2010/01/penelitian-deskriptif-lengkap.html

. Pendahuluan

Pada hakekatnya sebuah penelitian adalah pencarian jawaban dari pertanyaan yang ingin diketahui
jawabannya oleh peneliti. Selanjutnya hasil penelitian akan berupa jawaban atas pertanyaan yang
diajukan pada saat dimulainya penelitian. Untuk menghasilkan jawaban tersebut dilakukan
pengumpulan, pengolahan dan analisis data dengan menggunakan metode tertentu. Dengan demikian
7

dapat dikatakan bahwa satu ciri khas penelitian adalah bahwa penelitian merupakan proses yang
berjalan secara terus-menerus hal tersebut sesuai dengan kata aslinya dalam bahasa inggris yaitu
research, yang berasal dari kata re dan search yang berarti pencarian kembali.

Biasanya, begitu seorang peneliti mendapatkan ide adanya masalah atau pertanyaan tertentu, maka
pada saat itu juga seorang peneliti mungkin sudah mempunyai jawaban sementara atas masalah itu.
Dengan demikian seorang peneliti harus berfikir: Apakah masalah yang sedang terjadi, apakah
pertanyaan yang ingin dicari jawabnya, atau apakah hipotesis yang akan diuji. Dalam melakukan
penelitian, berbagai macam metode digunakan seiring dengan rancangan penelitian yang digunakan.
Beberapa pertanyaan yang perlu dijawab dalam menyusun rancangan penelitian diantaranya adalah:
Pendekatan apa yang akan digunakan, metode penelitian dan cara pengumpulan data apa yang dapat
digunakan dan bagaimana cara menganalisis data yang diperoleh.

Yang perlu diperhatikan bahwa sifat masalah akan menentukan cara-cara pendekatan yang sesuai, dan
akhirnya akan menentukan rancangan penelitiannya. Saat ini berbagai macam rancangan penelitian
telah dikembangkan dan salah satu jenis rancangan penelitian adalah Penelitian Deskriptif. Berbagai
macam definisi tentang penelitian deskriptif, di antaranya adalah penelitian yang dilakukan untuk
mengetahui nilai variabel mandiri, baik satu variabel atau lebih (independen) tanpa membuat
perbandingan, atau menghubungkan antara variabel satu dengan variabel yang lain (Sugiyono: 2003).
Pendapat lain mengatakan bahwa, penelitian deskriptif merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk
mengumpulkan informasi mengenai status suatu gejala yang ada, yaitu keadaan gejala menurut apa
adanya pada saat penelitian dilakukan (Suharsimi Arikunto: 2005). Jadi tujuan penelitian deskriptif
adalah untuk membuat penjelasan secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-
sifat populasi atau daerah tertentu. Dalam arti ini pada penelitian deskriptif sebenarnya tidak perlu
mencari atau menerangkan saling hubungan atau komparasi, sehingga juga tidak memerlukan hipotesis.
Namun demikian, dalam perkembangannya selain menjelaskan tentang situasi atau kejadian yang
sudahberlangsung sebuah penelitian deskriptif juga dirancang untuk membuat komparasi maupun
untuk mengetahui hubungan atas satu variabel kepada variabel lain. Karena itu pula penelitian
komparasi dan korelasi juga dimasukkan dalam kelompok penelitian deskriptif (Suharsimi Arikunto:
2005). Secara lebih mendalam tujuan penelitian korelasi adalah untuk mengetahui sejauh mana
hubungan antar variabel yang diteliti. Penelitian jenis ini memungkinkan pengukuran beberapa variabel
dan saling hubungannya. Hasil yang diperoleh adalah taraf atau tinggi rendahnya saling hubungan dan
bukan ada atau tidak ada saling hubungan tersebut. Dalam penelitian komparatif akan dihasilkan
informasi mengenai sifat-sifat gejala yang dipersoalan, diantaranya apa sejalan dengan apa, dalam
kondisi apa, pada urutan dan pola yang bagaimana, dan yang sejenis dengan itu.

Dalam kaitannya dengan tugas mengajar guru maka jenis penelitian yang diharapkan adalah penelitian
yang memiliki dampak terhadap pengembangan profesi guru dan peningkatan mutu pembelajaran.
Untuk itu walaupun penelitian yang dilakukan merupakan penelitian deskriptif yang bersifat ex post
facto, namun tetap harus mendeskripsikan upaya yang telah dilakukan guru untuk memecahkan
masalah dalam pembelajaran (Suhardjono: 2005). Upaya tersebut dapat berupa penggunaan metode
pembelajaran yang baru, metode penilaian atau upaya lain dalam rangka memecahkan masalah yang
8

dihadapi guru atau dalam rangka meningkatkan mutu pembelajaran. Dilihat dari syarat penelitian
deskriptif yang sesuai dengan kegiatan pengembangan profesi tersebut (mendeskripsikan upaya yang
telah dilakukuan), sebenarnya penelitian seperti itu dapat dikategorikan sebagai jenis penelitian Pre
Experimental Design One Shot Case Study atau One-Group Pretest-Posttest Design (Sugiyono: 2003).
Namun demikian, karena pelaksanaan penelitian dilakukan setelah kejadian berlangsung maka tetap
dapat dikatakan sebagai penelitian deskriptif. Lebih tepatnya, rancangan penelitian seperti itu dapat
disebut penelitian deskriptif analitis yang berorientasi pemecahan masalah, karena sesuai dengan
aplikasi tugas guru dalam memecahkan masalah pembelajaran atau dalam upaya meningkatkan mutu
pembelajaran.

B. Ilustrasi

Sebagai ilustrasi dapat digambarkan sebagai berikut. Pak Sahid seorang guru Fisika SMP kelas IX. Dia
mempunyai masalah di kelas IX-A karena siswanya sering gaduh dan malas dalam mengikuti pelajaran.
Berkali-kali pak Sahid sudah memperingatkan siswanya agar mengikuti pelajaran dengan baik, tetapi
masih belum berhasil juga. Untuk itu dia berfikir untuk menemukan cara bagaimana menarik perhatian
siswa agar mau mengikuti pelajaran dengan baik dan aktif dalam belajar. Untuk itu pak Sahid mencoba
menerapkan metoda pembelajaran dengan metode penemuan/inkuiri ditambah penggunaan berbagai
media pembelajaran. Mulailah dirancang langkah-langkah pembelajaran tersebut dan dituangkannya
dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran. Selanjutnya pak Sahid mulai menerapkan metode tersebut
yang ternyata mampu menarik siswanya sehingga mau mengikuti pelajaran dengan baik dan lebih aktif
dari sebelumnya. Selama pelajaran berlangsung pak Sahid mencatat segala tingkah laku siswa, mana hal-
hal yang membuat siswa senang dan termotivasi, dan mana yang kurang menarik siswa. Dia juga
merekam nilai yang diperoleh siswa sebelum dan setelah metode tersebut diterapkan. Karena
keberhasilannya tersebut pak Sahid ingin mengetahui lebih mendalam tentang sebab-sebab siswa tidak
tertarik dan kemudian menjadi tertarik untuk mengikuti pelajaran. Dia mulai menanyai (wawancara)
siswanya tentang apa yang membuat menarik dan mana yang tidak menarik, mana yang perlu dilakukan
dan mana yang tidak perlu dan sebagainya. Selain itu dia juga membuat angket yang dimaksudkan untuk
mengetahui lebih dalam pendapat siswa terhadap metode pembelajaran yang diterapkannya. Dari hasil
wawancara, angket maupun hasil penilaian, kemudian dilakukan analisis dan pembahasan tentang
penyebab ketidaktertarikan dan penyebab ketertarikan siswa, hal-hal yang membuat siswa bergairah
dan sebagainya. Selanjutnya pak Sahid menuliskan segala pengalamannya dalam bentuk laporan
penelitian, dituliskannya upaya yang telah dilakukan tersebut secara sistematis mulai dari latar belakang
mengapa dia menerapkan metode Sebagai ilustrasi dapat digambarkan sebagai berikut. Pak Sahid
seorang guru Fisika SMP kelas IX. Dia mempunyai masalah di kelas IX-A karena siswanya sering gaduh
dan malas dalam mengikuti pelajaran. Berkali-kali pak Sahid sudah memperingatkan siswanya agar
mengikuti pelajaran dengan baik, tetapi masih belum berhasil juga. Untuk itu dia berfikir untuk
menemukan cara bagaimana menarik perhatian siswa agar mau mengikuti pelajaran dengan baik dan
aktif dalam belajar. Untuk itu pak Sahid mencoba menerapkan metoda pembelajaran dengan metode
penemuan/inkuiri ditambah penggunaan berbagai media pembelajaran. Mulailah dirancang langkah-
langkah pembelajaran tersebut dan dituangkannya dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran.
Selanjutnya pak Sahid mulai menerapkan metode tersebut yang ternyata mampu menarik siswanya
9

sehingga mau mengikuti pelajaran dengan baik dan lebih aktif dari sebelumnya. Selama pelajaran
berlangsung pak Sahid mencatat segala tingkah laku siswa, mana hal-hal yang membuat siswa senang
dan termotivasi, dan mana yang kurang menarik siswa. Dia juga merekam nilai yang diperoleh siswa
sebelum dan setelah metode tersebut diterapkan.

Karena keberhasilannya tersebut pak Sahid ingin mengetahui lebih mendalam tentang sebab-sebab
siswa tidak tertarik dan kemudian menjadi tertarik untuk mengikuti pelajaran. Dia mulai menanyai
(wawancara) siswanya tentang apa yang membuat menarik dan mana yang tidak menarik, mana yang
perlu dilakukan dan mana yang tidak perlu dan sebagainya. Selain itu dia juga membuat angket yang
dimaksudkan untuk mengetahui lebih dalam pendapat siswa terhadap metode pembelajaran yang
diterapkannya. Dari hasil wawancara, angket maupun hasil penilaian, kemudian dilakukan analisis dan
pembahasan tentang penyebab ketidaktertarikan dan penyebab ketertarikan siswa, hal-hal yang
membuat siswa bergairah dan sebagainya. Selanjutnya pak Sahid menuliskan segala pengalamannya
dalam bentuk laporan penelitian, dituliskannya upaya yang telah dilakukan tersebut secara sistematis
mulai dari latar belakang mengapa dia menerapkan metode pembelajaran baru, rumusan masalahnya,
landasan teori dan metode penelitian yang digunakan serta teknik analisis/pembahasan dan akhirnya
menyusun kesimpulanhasil penelitiannya. Demikian tadi, pak Sahid sudah melakukan penelitian
deskriptif analitis tentang upaya yang telah dilakukan untuk memecahkan masalah dalam proses
pembelajaran di kelasnya.

C. Persiapan Penelitian

Sebuah penelitian beranjak dari masalah yang ditemukan atau dirasakan. Yang dimaksud masalah
adalah setiap hambatan atau kesulitan yang membuat seseorang ingin memecahkannya. Jadi sebuah
masalah harus dapat dirasakan sebagai satu hambatan yang harus diatasi apabila kita ingin melakukan
sesuatu. Dalam arti lain sebuah masalah terjadi karena adanya kesenjangan (gap) antara kenyataan
dengan yang seharusnya. Penelitian diharapkan dapat memecahkan masalah itu, atau dengan kata lain
dapat menutup atau setidak-tidaknya memperkecil kesenjangan itu.

Setelah masalah diidentifikasi, dipilih, maka lalu perlu dirumuskan. Perumusan ini penting, karena
berdasarkan rumusan tersebut akan ditentukan metode pengumpulan data, pengolahan data maupun
analisis dan peyimpulan hasil penelitian. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam merumuskan
masalah, yaitu: Sebaiknya dirumuskan dalam bentuk kalimat tanya, padat dan jelas, memberi petunjuk
tentang memungkinkannya pengumpulan data, dan cara menganalisisnya.

Setelah masalah dirumuskan, maka langkah selanjutnya adalah mencari teoriteori, konsep-konsep yang
dapat dijadikan landasan teoritis penelitian yang akan dilakukan itu. Hal lain yang lebih penting makna
dari penelaahan kepustakaan adalah untuk memperluas wawasan keilmuan bagi para calon peneliti,
karena kita sadari bahwa semua informasi yang berkaitan dengan keilmuan dalam hal ini teori ataupun
hasil penelitian para ahli semua sudah tertuang dalam kepustakaan.

Secara garis besar, sumber bacaan itu dapat dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu (a) sumber acuan
10

umum, dan (b) sumber acuan khusus. Teori-teori dan konsepkonsep pada umumnya dapat diketemukan
dalam sumber acuan umum, yaitu kepustakaan yang berwujud buku-buku teks, ensiklopedia, dan
sejenisnya. Generalisasi-generalisasi dapat ditarik dari laporan hasil-hasil penelitian terdahulu itu pada
umumnya seperti jurnal, tesis, disertasi dan lain-lain sumber bacaan yang memuat laporan hasil
penelitian. Dua kriteria yang biasa digunakan untuk memilih sumber bacaan itu ialah (a) prinsip
kemutakhiran dan (b) prinsip relevansi.

Setelah peneliti menjelaskan permasalahan secara jelas maka diperkirakan selanjutnya adalah suatu
gagasan tentang letak persoalan atau masalahnya dalam hubungan yang letak-letak persoalan atau
masalahnya dalam hubungan yang lebih luas. Dalam hal ini peneliti harus dapat memberikan sederetan
asumsi dasar atau anggapan dasar. Anggapan dasar ini merupakan landasan teori di dalam melaporkan
hasil penelitian nanti. Untuk sebuah penelitian deskriptif yang bertujuan mendeskripsikan gejala yang
ada maka setelah ditetapkan anggapan dasar maka dapat langsung melangkah pada identifikasi variabel.
Namun untuk penelitian deskriptif yang akan dilanjutkan dengan tujuan untuk mengetahui hubungan
antar variabel, maka langkah berikutnya adalah merumuskan hipotesis.

Hipotesis dapat diartikan sebagai suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan
penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul.Konsep penting lain mengenai hipotesis adalah
mengenai hipotesis nol. Hipotesis nol, yang biasa dilambangkan dengan Ho, adalah hipotesis yang
menyatakan tidak adanya saling hubungan antara dua variabel atau lebih, atau hipotesis yang
menyatakan tidak adanya perbedaan antara kelompok yang satu dan kelompok yang lainnya. Di dalam
analisis statistik, uji statistik biasanya mempunyai sasaran untuk menolak kebenaran hipotesis nol itu.
Hipotesis lain yang bukan hipotesis nol disebut hipotesis alternatif, yang biasa dilambangkan dengan Ha,
yang menyatakan adanya saling hubungan antara dua variabel atau lebih, atau menyatakan adanya
perbedaan dalam hal tertentu pada kelompok-kelompok yang berbeda. Pada umumnya, kesimpulan uji
statistik berupa penerimaan hipotesis alternatif sebagai hal yang benar.

Selanjutnya perlu dilakukan identifikasi variabel dan variabel-variabel tersebut perlu didefinisikan secara
operasional. Penyusunan definisi operasional ini perlu, karena definisi operasional itu akan menunjuk
alat pengambil data mana yang cocok untuk digunakan.Variabel dapat dibedakan atas kuantitatif dan
kualitatif. Contoh variabel kuantitatif misalnya banyaknya siswa dalam kelas, jumlah alat praktikum yang
disediakan dan sejenisnya. Contoh variabel kualitatif misalnya kedisiplinan siswa, keseriusan guru dalam
mengajar, dan sejenisnya. Berkaitan dengan kuantifikasi, data biasa digolongkan menjadi empat jenis,
yaitu (1) data nominal; (2) data ordinal; (3) data interval; dan (4) data ratio. Demikian pula variabel,
kalau dilihat dari segi ini biasa dibedakan cara yang sama. Variabel nominal, yaitu variabel yang
ditetapkan berdasar atas proses penggolongan, contoh: jenis kelamin, status perkawinan, dan
sejenisnya. Variabel ordinal, yaitu variabel yang disusun berdasarkan atas jenjang dalam atribut
tertentu. Jenjang tertinggi biasa diberi angka 1, jenjang di bawahnya diberi angka 2, lalu dibawahnya
diberi angka 3, dan dibawahnya lagi diberi angka 4, dan seterusnya. Contoh: hasil lomba cerdas cermat,
peringkat siswa di kelas, dan sejenisnya. Variabel interval, yaitu variabel yang dihasilkan dari
pengukuran, yang di dalam pengukuran itu diasumsikan terdapat satuan (unit) pengukuran yang sama.
Contoh: variabel interval misalnya prestasi belajar, sikap terhadap metode pembelajaran, dan
11

sejenisnya. Variabel ratio, adalahvariabel yang dalam kuantifikasinya memiliki angka nol mutlak.

Dalam hal subyek peneltian, maka peneliti dapat memilih apakah akan meneliti populasi atau sampel.
Apabila seseorang ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka penelitiannya
merupakan penelitian populasi. Studi atau penelitiannya juga disebut studi populasi atau studi sensus.
Jika kita hanya akan meneliti sebagian dari populasi, maka disebut penelitian sampel. Sampel adalah
sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Dinamakan penelitian sampel apabila kita bermaksud untuk
menggeneralisasikan hasil penelitian sampel. Untuk penelitian yang dilakukan guru di kelasnya, maka
yang dilakukan adalah meneliti populasi, kesahihan menunjukan sampai sejauh mana kesesuaian atau
keakuratan alat ukur tersebut untuk mengukur obyek yang dimaksudkan untuk diukur.

D. Pelaksanaan Pengumpulan dan Pengolahan Data

Setelah peneliti melakukan persiapan seperti dijelaskan di atas, maka selanjutnya dilakukan
pengumpulan data. Untuk seorang guru, pengumpulan data dapat dilakukan di kelasnya sendiri. Dalam
hal rancangan penelitian deskriptif aplikatif, maka pengumpulan data dapat dilakukan dengan
menggunakan angket (bagi siswa SMP, SMA, SMK) atau wawancara (bagi siswa TK atau SD) dan data
yang dikumpulkan misalnya tentang tanggapan siswa atas metode pembelajaran baru yang telah
dilakukan guru atau hasil observasi atas sikap siswa pada saat guru menyajikan pembelajaran dengan
metode baru. Data lain yang perlu dikumpulkan misalnya adalah nilai hasil belajar siswa, yang diperoleh
dari metode dokumentasi, dan keaktifan siswa, yang diperoleh dari hasil pengamatan. Setelah data
terkumpul dari hasil pengumpulan data, perlu segera dilakukan pengolahan data. Pertama-tama data itu
diseleksi atas dasar reliabilitas dan validitasnya. Data yang rendah reliabilitas dan validitasnya serta data
yang kurang lengkap digugurkan atau dilengkapi sesuai aturan. Selanjutnya data yang lolos seleksi
tersebut disajikan dalam bentuk tabel, diagram, dan lain-lain agar memudahkan dalam pengolahan serta
analisis selanjutnya.

E. Analisis dan Penarikan Kesimpulan

Data hasil olahan tersebut kemudian harus dianalisis, untuk data kuantitatif (data dalam bentuk
bilangan) dianalisis secara statistik, untuk data yang bersifat kualitatif (deskriptif kualitatif) dilakukan
analisis non statistik. Data deskriptif kualitatif sering hanya dianalisis menurut isinya dan karenanya
analisis seperti ini juga disebut analisis isi (content analysis). Dalam analisis deskriptif, data disajikan
dalam bentuk tabel data yang berisi frekuensi, dan kemudian dihitung mean, median, modus,
persentase, standar deviasi atau lainnya. Untuk analisis statistik, model analisis yang digunakan harus
sesuai dengan rancangan penelitiannya.

Apabila penelitian yang dilakukan guru hanya berhenti pada penjelasan masalah dan upaya pemecahan
masalah yang telah dilakukan (untuk meningkatkan mutu pembelajaran), maka setelah disajikan data
hasil wawancara, angket, pengamatan atau dokumentasi, maka selanjutnya dianalisis atau dibahas dan
diberi makna atas data yang disajikan tersebut. Tetapi apabila penelitian juga dimaksudkan untuk
12

mengetahui tingkat hubungan maka harus dilakukan pengujian hipotesis sebagaimana hipotesis yang
telah ditetapkan untuk diuji. Misalnya uji statistik yang dilakukan adalah uji hubungan, maka akan
diperoleh hasil uji dalam dua kemungkinan, yaitu hubungan antar variabel-variabel penelitian atau
perbedaan antara sampel-sampel yang diteliti, dengan taraf signifikansi tertentu, misalnya 5% atau
10%., atau dapat terjadi hubungan antar variabel penelitian atau perbedaan antara sampel yang diteliti
tidak signifikan. Apabila ternyata dari hasil pengujian diketahui bahwa hipotesis alternatif diterima
(hipotesis nol ditolak) berarti menyatakan bahwa dugaan tentang adanya saling hubungan atau adanya
perbedaan diterima sebagai hal yang benar, karena telah terbukti demikian. Sebaliknya dalam
kemungkinan hasil yang kedua dinyatakan hipotesis alternatif tidak terbukti kebenarannya, maka berati
hipotesis nol yang diterima. Dengan telah diambilnya hasil pengujian mengenai penerimaan atau
penolakan hipotesis maka berati analisis statistik telah selesai, tetapi perlu diingat bahwa pelaksanaan
penelitian masih belum selesai, karena hasil keputusan tersebut masih harus diberi interprestasi atau
pemaknaan.

Hasil analisis dari pengujian hipotesis dapat dikatakan masih bersifat faktual, untuk itu selanjutnya perlu
diberi arti atau makna oleh peneliti. Dalam pemaknaan sering kali hasil pengujian hipotesis penelitian
didiskusikan atau dibahas dan kemudian ditarik kesimpulan. Dalam penelitian dipastikan seorang
peneliti mengharapkan hipotesis penelitiannya akan terbukti kebenarannya. Jika memang demikian
yang terjadi, maka kemungkinan pembahasan menjadi tidak terlalu berperan walaupun tetap harus
dijelaskan arti atau maknanya. Tetapi jika hipotesis penelitian itu ternyata tidak tahan uji, yaitu ditolak,
maka peranan pembahasan menjadi sangat penting, karena peneliti harus mengekplorasi dan
mengidentifikasi sumber masalah yang mungkin menjadi penyebab tidak terbuktinya hipotesis
penelitian. Akhirnya dalam kesimpulan harus mencerminkan jawaban dari pertanyaan yang diajukan.
Jangan sampai antara masalah penelitian, tujuan peneltian, landasan teori, data, analisis data dan
kesimpulan tidak ada runtutan yang jelas. Apabila penelitian mengikuti alur atau sistematika berpikir
yang runut seperti itu maka penelitian akan dapat dikatakan telah memiliki konsistensi dalam alur
penelitiannya.

F. Kriteria Karya Ilmiah Dalam Penilaian Angka Kredit Guru

Sebagaimana dijelaskan di atas bahwa program bimbingan difokuskan pada tiga jenis karya ilmiah, yaitu
penelitian deskriptif, penelitian eksperimen dan penelitian tindakan kelas. Dalam kaitannya dengan
penilaian angka kredit guru terhadap penulisan karya ilmiah, maka salah satu kriteria karya tulis ilmiah
adalah Asli, Perlu, Ilmiah, dan Konsisten (Suharjono, 2006). Jadi yang perlu diperhatikan bahwa karya
tulis ilmiah tersebut harus asli buatan sendiri (bukan dibuat orang lain), perlu atau bermanfaat untuk
pengembangan profesi guru, ilmiah dalam arti sesuai kaidah keilmuan dan penulisan ilmiah, serta
konsisten dalam hal bidang yang diteliti, yang diantaranya meliputi kesesuaian dengan tugas guru yaitu
bidang pendidikan khususnya pembelajaran, dan sesuai dengan latar belakang guru yang bersangkutan.

Sehubungan dengan kriteria di atas, maka yang berkaitan dengan nilai kemanfaatan adalah keharusan
adanya tindakan yang bermanfaat atau upaya yang dilakukan oleh guru untuk meningkatkan mutu
pembelajaran. Dengan demikian, jenis karya tulis ilmiah yang sesuai dengan kriteria tersebut adalah
13

jenis penelitian tindakan kelas dan penelitian eksperimen. Dengan demikian meskipun jenis penelitian
deskriptif diperbolehkan, namun tetap harus memiliki nilai manfaat untuk pengembangan profesinya.
Jadi tidak boleh hanya penelitian yang sifatnya mendeskripsikan kejadian yang ”biasa” terjadi, misalnya
(yang banyak ditulis dan ditolak/tidak diberikan angka kredit): Hubungan Antara Kondisi Ekonomi Orang
Tua dengan Prestasi Belajar Siswa, Kaitan antara Kurikulum dengan Motivasi Belajar Siswa, Peranan
Perpustakaan Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa, dan sejenisnya. Penelitian tentang hal itu
memang termasuk penelitian yang bersifat ilmiah, tetapi kurang bermanfaat dalam hal pengembangan
profesi guru. Agar penelitian deskriptif tetap memiliki nilai manfaat yang tinggi maka materi yang
diangkat sebaiknya tetap berupa deskripsi atau telaah tentang tindakan yang dilakukan atau upaya yang
telah dilakukan oleh guru (si penulis sendiri) untuk meningkatkan mutu pembelajaran. Supaya lebih jelas
di sini dikutip pendapat Suhardjono (2006) dalam hal karya tulis ilmiah yang tidak memenuhi
persyaratan dalam hal kemanfaatan: ”(a) Masalah yang dikaji terlalu luas, tidak langsung berhubungan
dengan permasalahan yang berkaitan dengan upaya pengembangan profesi si penulis. (b) Masalah yang
ditulis tidak menunjukan adanya kegiatan nyata penulis dalam peningkatan/pengembangan profesinya.
(c) Masalah yang ditulis sangat mirip dengan KTI yang telah ada sebelumnya, telah jelas jawabannya,
kurang jelas manfaatnya, dan merupakan hal yang mengulang-ulang.” Selain hal di atas, agar sebuah
karya tulis ilmiah benar-benar meyakinkan bahwa penelitian tersebut benar-benar dilakukan, maka
harus dilampirkan beberapa hal yang berkaitan dengan penelitan seperti instrumen (pedoman
wawancara, pedoman observasi, angket, test hasil relajar dll), contoh hasil kerja siswa, data hasil
penelitian, print-out analisis, daftar hadir, ijin penelitian, serta bukti lain yang dipandang perlu.

. Pendahuluan

Pada hakekatnya sebuah penelitian adalah pencarian jawaban dari pertanyaan yang ingin diketahui
jawabannya oleh peneliti. Selanjutnya hasil penelitian akan berupa jawaban atas pertanyaan yang
diajukan pada saat dimulainya penelitian. Untuk menghasilkan jawaban tersebut dilakukan
pengumpulan, pengolahan dan analisis data dengan menggunakan metode tertentu. Dengan demikian
dapat dikatakan bahwa satu ciri khas penelitian adalah bahwa penelitian merupakan proses yang
berjalan secara terus-menerus hal tersebut sesuai dengan kata aslinya dalam bahasa inggris yaitu
research, yang berasal dari kata re dan search yang berarti pencarian kembali.

Biasanya, begitu seorang peneliti mendapatkan ide adanya masalah atau pertanyaan tertentu, maka
pada saat itu juga seorang peneliti mungkin sudah mempunyai jawaban sementara atas masalah itu.
Dengan demikian seorang peneliti harus berfikir: Apakah masalah yang sedang terjadi, apakah
pertanyaan yang ingin dicari jawabnya, atau apakah hipotesis yang akan diuji. Dalam melakukan
penelitian, berbagai macam metode digunakan seiring dengan rancangan penelitian yang digunakan.
Beberapa pertanyaan yang perlu dijawab dalam menyusun rancangan penelitian diantaranya adalah:
Pendekatan apa yang akan digunakan, metode penelitian dan cara pengumpulan data apa yang dapat
digunakan dan bagaimana cara menganalisis data yang diperoleh.
14

Yang perlu diperhatikan bahwa sifat masalah akan menentukan cara-cara pendekatan yang sesuai, dan
akhirnya akan menentukan rancangan penelitiannya. Saat ini berbagai macam rancangan penelitian
telah dikembangkan dan salah satu jenis rancangan penelitian adalah Penelitian Deskriptif. Berbagai
macam definisi tentang penelitian deskriptif, di antaranya adalah penelitian yang dilakukan untuk
mengetahui nilai variabel mandiri, baik satu variabel atau lebih (independen) tanpa membuat
perbandingan, atau menghubungkan antara variabel satu dengan variabel yang lain (Sugiyono: 2003).
Pendapat lain mengatakan bahwa, penelitian deskriptif merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk
mengumpulkan informasi mengenai status suatu gejala yang ada, yaitu keadaan gejala menurut apa
adanya pada saat penelitian dilakukan (Suharsimi Arikunto: 2005). Jadi tujuan penelitian deskriptif
adalah untuk membuat penjelasan secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-
sifat populasi atau daerah tertentu. Dalam arti ini pada penelitian deskriptif sebenarnya tidak perlu
mencari atau menerangkan saling hubungan atau komparasi, sehingga juga tidak memerlukan hipotesis.
Namun demikian, dalam perkembangannya selain menjelaskan tentang situasi atau kejadian yang
sudahberlangsung sebuah penelitian deskriptif juga dirancang untuk membuat komparasi maupun
untuk mengetahui hubungan atas satu variabel kepada variabel lain. Karena itu pula penelitian
komparasi dan korelasi juga dimasukkan dalam kelompok penelitian deskriptif (Suharsimi Arikunto:
2005). Secara lebih mendalam tujuan penelitian korelasi adalah untuk mengetahui sejauh mana
hubungan antar variabel yang diteliti. Penelitian jenis ini memungkinkan pengukuran beberapa variabel
dan saling hubungannya. Hasil yang diperoleh adalah taraf atau tinggi rendahnya saling hubungan dan
bukan ada atau tidak ada saling hubungan tersebut. Dalam penelitian komparatif akan dihasilkan
informasi mengenai sifat-sifat gejala yang dipersoalan, diantaranya apa sejalan dengan apa, dalam
kondisi apa, pada urutan dan pola yang bagaimana, dan yang sejenis dengan itu.

Dalam kaitannya dengan tugas mengajar guru maka jenis penelitian yang diharapkan adalah penelitian
yang memiliki dampak terhadap pengembangan profesi guru dan peningkatan mutu pembelajaran.
Untuk itu walaupun penelitian yang dilakukan merupakan penelitian deskriptif yang bersifat ex post
facto, namun tetap harus mendeskripsikan upaya yang telah dilakukan guru untuk memecahkan
masalah dalam pembelajaran (Suhardjono: 2005). Upaya tersebut dapat berupa penggunaan metode
pembelajaran yang baru, metode penilaian atau upaya lain dalam rangka memecahkan masalah yang
dihadapi guru atau dalam rangka meningkatkan mutu pembelajaran. Dilihat dari syarat penelitian
deskriptif yang sesuai dengan kegiatan pengembangan profesi tersebut (mendeskripsikan upaya yang
telah dilakukuan), sebenarnya penelitian seperti itu dapat dikategorikan sebagai jenis penelitian Pre
Experimental Design One Shot Case Study atau One-Group Pretest-Posttest Design (Sugiyono: 2003).
Namun demikian, karena pelaksanaan penelitian dilakukan setelah kejadian berlangsung maka tetap
dapat dikatakan sebagai penelitian deskriptif. Lebih tepatnya, rancangan penelitian seperti itu dapat
disebut penelitian deskriptif analitis yang berorientasi pemecahan masalah, karena sesuai dengan
aplikasi tugas guru dalam memecahkan masalah pembelajaran atau dalam upaya meningkatkan mutu
pembelajaran.

B. Ilustrasi

Sebagai ilustrasi dapat digambarkan sebagai berikut. Pak Sahid seorang guru Fisika SMP kelas IX. Dia
15

mempunyai masalah di kelas IX-A karena siswanya sering gaduh dan malas dalam mengikuti pelajaran.
Berkali-kali pak Sahid sudah memperingatkan siswanya agar mengikuti pelajaran dengan baik, tetapi
masih belum berhasil juga. Untuk itu dia berfikir untuk menemukan cara bagaimana menarik perhatian
siswa agar mau mengikuti pelajaran dengan baik dan aktif dalam belajar. Untuk itu pak Sahid mencoba
menerapkan metoda pembelajaran dengan metode penemuan/inkuiri ditambah penggunaan berbagai
media pembelajaran. Mulailah dirancang langkah-langkah pembelajaran tersebut dan dituangkannya
dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran. Selanjutnya pak Sahid mulai menerapkan metode tersebut
yang ternyata mampu menarik siswanya sehingga mau mengikuti pelajaran dengan baik dan lebih aktif
dari sebelumnya. Selama pelajaran berlangsung pak Sahid mencatat segala tingkah laku siswa, mana hal-
hal yang membuat siswa senang dan termotivasi, dan mana yang kurang menarik siswa. Dia juga
merekam nilai yang diperoleh siswa sebelum dan setelah metode tersebut diterapkan. Karena
keberhasilannya tersebut pak Sahid ingin mengetahui lebih mendalam tentang sebab-sebab siswa tidak
tertarik dan kemudian menjadi tertarik untuk mengikuti pelajaran. Dia mulai menanyai (wawancara)
siswanya tentang apa yang membuat menarik dan mana yang tidak menarik, mana yang perlu dilakukan
dan mana yang tidak perlu dan sebagainya. Selain itu dia juga membuat angket yang dimaksudkan untuk
mengetahui lebih dalam pendapat siswa terhadap metode pembelajaran yang diterapkannya. Dari hasil
wawancara, angket maupun hasil penilaian, kemudian dilakukan analisis dan pembahasan tentang
penyebab ketidaktertarikan dan penyebab ketertarikan siswa, hal-hal yang membuat siswa bergairah
dan sebagainya. Selanjutnya pak Sahid menuliskan segala pengalamannya dalam bentuk laporan
penelitian, dituliskannya upaya yang telah dilakukan tersebut secara sistematis mulai dari latar belakang
mengapa dia menerapkan metode Sebagai ilustrasi dapat digambarkan sebagai berikut. Pak Sahid
seorang guru Fisika SMP kelas IX. Dia mempunyai masalah di kelas IX-A karena siswanya sering gaduh
dan malas dalam mengikuti pelajaran. Berkali-kali pak Sahid sudah memperingatkan siswanya agar
mengikuti pelajaran dengan baik, tetapi masih belum berhasil juga. Untuk itu dia berfikir untuk
menemukan cara bagaimana menarik perhatian siswa agar mau mengikuti pelajaran dengan baik dan
aktif dalam belajar. Untuk itu pak Sahid mencoba menerapkan metoda pembelajaran dengan metode
penemuan/inkuiri ditambah penggunaan berbagai media pembelajaran. Mulailah dirancang langkah-
langkah pembelajaran tersebut dan dituangkannya dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran.
Selanjutnya pak Sahid mulai menerapkan metode tersebut yang ternyata mampu menarik siswanya
sehingga mau mengikuti pelajaran dengan baik dan lebih aktif dari sebelumnya. Selama pelajaran
berlangsung pak Sahid mencatat segala tingkah laku siswa, mana hal-hal yang membuat siswa senang
dan termotivasi, dan mana yang kurang menarik siswa. Dia juga merekam nilai yang diperoleh siswa
sebelum dan setelah metode tersebut diterapkan.

Karena keberhasilannya tersebut pak Sahid ingin mengetahui lebih mendalam tentang sebab-sebab
siswa tidak tertarik dan kemudian menjadi tertarik untuk mengikuti pelajaran. Dia mulai menanyai
(wawancara) siswanya tentang apa yang membuat menarik dan mana yang tidak menarik, mana yang
perlu dilakukan dan mana yang tidak perlu dan sebagainya. Selain itu dia juga membuat angket yang
dimaksudkan untuk mengetahui lebih dalam pendapat siswa terhadap metode pembelajaran yang
diterapkannya. Dari hasil wawancara, angket maupun hasil penilaian, kemudian dilakukan analisis dan
pembahasan tentang penyebab ketidaktertarikan dan penyebab ketertarikan siswa, hal-hal yang
membuat siswa bergairah dan sebagainya. Selanjutnya pak Sahid menuliskan segala pengalamannya
16

dalam bentuk laporan penelitian, dituliskannya upaya yang telah dilakukan tersebut secara sistematis
mulai dari latar belakang mengapa dia menerapkan metode pembelajaran baru, rumusan masalahnya,
landasan teori dan metode penelitian yang digunakan serta teknik analisis/pembahasan dan akhirnya
menyusun kesimpulanhasil penelitiannya. Demikian tadi, pak Sahid sudah melakukan penelitian
deskriptif analitis tentang upaya yang telah dilakukan untuk memecahkan masalah dalam proses
pembelajaran di kelasnya.

C. Persiapan Penelitian

Sebuah penelitian beranjak dari masalah yang ditemukan atau dirasakan. Yang dimaksud masalah
adalah setiap hambatan atau kesulitan yang membuat seseorang ingin memecahkannya. Jadi sebuah
masalah harus dapat dirasakan sebagai satu hambatan yang harus diatasi apabila kita ingin melakukan
sesuatu. Dalam arti lain sebuah masalah terjadi karena adanya kesenjangan (gap) antara kenyataan
dengan yang seharusnya. Penelitian diharapkan dapat memecahkan masalah itu, atau dengan kata lain
dapat menutup atau setidak-tidaknya memperkecil kesenjangan itu.

Setelah masalah diidentifikasi, dipilih, maka lalu perlu dirumuskan. Perumusan ini penting, karena
berdasarkan rumusan tersebut akan ditentukan metode pengumpulan data, pengolahan data maupun
analisis dan peyimpulan hasil penelitian. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam merumuskan
masalah, yaitu: Sebaiknya dirumuskan dalam bentuk kalimat tanya, padat dan jelas, memberi petunjuk
tentang memungkinkannya pengumpulan data, dan cara menganalisisnya.

Setelah masalah dirumuskan, maka langkah selanjutnya adalah mencari teoriteori, konsep-konsep yang
dapat dijadikan landasan teoritis penelitian yang akan dilakukan itu. Hal lain yang lebih penting makna
dari penelaahan kepustakaan adalah untuk memperluas wawasan keilmuan bagi para calon peneliti,
karena kita sadari bahwa semua informasi yang berkaitan dengan keilmuan dalam hal ini teori ataupun
hasil penelitian para ahli semua sudah tertuang dalam kepustakaan.

Secara garis besar, sumber bacaan itu dapat dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu (a) sumber acuan
umum, dan (b) sumber acuan khusus. Teori-teori dan konsepkonsep pada umumnya dapat diketemukan
dalam sumber acuan umum, yaitu kepustakaan yang berwujud buku-buku teks, ensiklopedia, dan
sejenisnya. Generalisasi-generalisasi dapat ditarik dari laporan hasil-hasil penelitian terdahulu itu pada
umumnya seperti jurnal, tesis, disertasi dan lain-lain sumber bacaan yang memuat laporan hasil
penelitian. Dua kriteria yang biasa digunakan untuk memilih sumber bacaan itu ialah (a) prinsip
kemutakhiran dan (b) prinsip relevansi.

Setelah peneliti menjelaskan permasalahan secara jelas maka diperkirakan selanjutnya adalah suatu
gagasan tentang letak persoalan atau masalahnya dalam hubungan yang letak-letak persoalan atau
masalahnya dalam hubungan yang lebih luas. Dalam hal ini peneliti harus dapat memberikan sederetan
asumsi dasar atau anggapan dasar. Anggapan dasar ini merupakan landasan teori di dalam melaporkan
hasil penelitian nanti. Untuk sebuah penelitian deskriptif yang bertujuan mendeskripsikan gejala yang
ada maka setelah ditetapkan anggapan dasar maka dapat langsung melangkah pada identifikasi variabel.
17

Namun untuk penelitian deskriptif yang akan dilanjutkan dengan tujuan untuk mengetahui hubungan
antar variabel, maka langkah berikutnya adalah merumuskan hipotesis.

Hipotesis dapat diartikan sebagai suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan
penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul.Konsep penting lain mengenai hipotesis adalah
mengenai hipotesis nol. Hipotesis nol, yang biasa dilambangkan dengan Ho, adalah hipotesis yang
menyatakan tidak adanya saling hubungan antara dua variabel atau lebih, atau hipotesis yang
menyatakan tidak adanya perbedaan antara kelompok yang satu dan kelompok yang lainnya. Di dalam
analisis statistik, uji statistik biasanya mempunyai sasaran untuk menolak kebenaran hipotesis nol itu.
Hipotesis lain yang bukan hipotesis nol disebut hipotesis alternatif, yang biasa dilambangkan dengan Ha,
yang menyatakan adanya saling hubungan antara dua variabel atau lebih, atau menyatakan adanya
perbedaan dalam hal tertentu pada kelompok-kelompok yang berbeda. Pada umumnya, kesimpulan uji
statistik berupa penerimaan hipotesis alternatif sebagai hal yang benar.

Selanjutnya perlu dilakukan identifikasi variabel dan variabel-variabel tersebut perlu didefinisikan secara
operasional. Penyusunan definisi operasional ini perlu, karena definisi operasional itu akan menunjuk
alat pengambil data mana yang cocok untuk digunakan.Variabel dapat dibedakan atas kuantitatif dan
kualitatif. Contoh variabel kuantitatif misalnya banyaknya siswa dalam kelas, jumlah alat praktikum yang
disediakan dan sejenisnya. Contoh variabel kualitatif misalnya kedisiplinan siswa, keseriusan guru dalam
mengajar, dan sejenisnya. Berkaitan dengan kuantifikasi, data biasa digolongkan menjadi empat jenis,
yaitu (1) data nominal; (2) data ordinal; (3) data interval; dan (4) data ratio. Demikian pula variabel,
kalau dilihat dari segi ini biasa dibedakan cara yang sama. Variabel nominal, yaitu variabel yang
ditetapkan berdasar atas proses penggolongan, contoh: jenis kelamin, status perkawinan, dan
sejenisnya. Variabel ordinal, yaitu variabel yang disusun berdasarkan atas jenjang dalam atribut
tertentu. Jenjang tertinggi biasa diberi angka 1, jenjang di bawahnya diberi angka 2, lalu dibawahnya
diberi angka 3, dan dibawahnya lagi diberi angka 4, dan seterusnya. Contoh: hasil lomba cerdas cermat,
peringkat siswa di kelas, dan sejenisnya. Variabel interval, yaitu variabel yang dihasilkan dari
pengukuran, yang di dalam pengukuran itu diasumsikan terdapat satuan (unit) pengukuran yang sama.
Contoh: variabel interval misalnya prestasi belajar, sikap terhadap metode pembelajaran, dan
sejenisnya. Variabel ratio, adalahvariabel yang dalam kuantifikasinya memiliki angka nol mutlak.

Dalam hal subyek peneltian, maka peneliti dapat memilih apakah akan meneliti populasi atau sampel.
Apabila seseorang ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka penelitiannya
merupakan penelitian populasi. Studi atau penelitiannya juga disebut studi populasi atau studi sensus.
Jika kita hanya akan meneliti sebagian dari populasi, maka disebut penelitian sampel. Sampel adalah
sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Dinamakan penelitian sampel apabila kita bermaksud untuk
menggeneralisasikan hasil penelitian sampel. Untuk penelitian yang dilakukan guru di kelasnya, maka
yang dilakukan adalah meneliti populasi, kesahihan menunjukan sampai sejauh mana kesesuaian atau
keakuratan alat ukur tersebut untuk mengukur obyek yang dimaksudkan untuk diukur.

D. Pelaksanaan Pengumpulan dan Pengolahan Data


18

Setelah peneliti melakukan persiapan seperti dijelaskan di atas, maka selanjutnya dilakukan
pengumpulan data. Untuk seorang guru, pengumpulan data dapat dilakukan di kelasnya sendiri. Dalam
hal rancangan penelitian deskriptif aplikatif, maka pengumpulan data dapat dilakukan dengan
menggunakan angket (bagi siswa SMP, SMA, SMK) atau wawancara (bagi siswa TK atau SD) dan data
yang dikumpulkan misalnya tentang tanggapan siswa atas metode pembelajaran baru yang telah
dilakukan guru atau hasil observasi atas sikap siswa pada saat guru menyajikan pembelajaran dengan
metode baru. Data lain yang perlu dikumpulkan misalnya adalah nilai hasil belajar siswa, yang diperoleh
dari metode dokumentasi, dan keaktifan siswa, yang diperoleh dari hasil pengamatan. Setelah data
terkumpul dari hasil pengumpulan data, perlu segera dilakukan pengolahan data. Pertama-tama data itu
diseleksi atas dasar reliabilitas dan validitasnya. Data yang rendah reliabilitas dan validitasnya serta data
yang kurang lengkap digugurkan atau dilengkapi sesuai aturan. Selanjutnya data yang lolos seleksi
tersebut disajikan dalam bentuk tabel, diagram, dan lain-lain agar memudahkan dalam pengolahan serta
analisis selanjutnya.

E. Analisis dan Penarikan Kesimpulan

Data hasil olahan tersebut kemudian harus dianalisis, untuk data kuantitatif (data dalam bentuk
bilangan) dianalisis secara statistik, untuk data yang bersifat kualitatif (deskriptif kualitatif) dilakukan
analisis non statistik. Data deskriptif kualitatif sering hanya dianalisis menurut isinya dan karenanya
analisis seperti ini juga disebut analisis isi (content analysis). Dalam analisis deskriptif, data disajikan
dalam bentuk tabel data yang berisi frekuensi, dan kemudian dihitung mean, median, modus,
persentase, standar deviasi atau lainnya. Untuk analisis statistik, model analisis yang digunakan harus
sesuai dengan rancangan penelitiannya.

Apabila penelitian yang dilakukan guru hanya berhenti pada penjelasan masalah dan upaya pemecahan
masalah yang telah dilakukan (untuk meningkatkan mutu pembelajaran), maka setelah disajikan data
hasil wawancara, angket, pengamatan atau dokumentasi, maka selanjutnya dianalisis atau dibahas dan
diberi makna atas data yang disajikan tersebut. Tetapi apabila penelitian juga dimaksudkan untuk
mengetahui tingkat hubungan maka harus dilakukan pengujian hipotesis sebagaimana hipotesis yang
telah ditetapkan untuk diuji. Misalnya uji statistik yang dilakukan adalah uji hubungan, maka akan
diperoleh hasil uji dalam dua kemungkinan, yaitu hubungan antar variabel-variabel penelitian atau
perbedaan antara sampel-sampel yang diteliti, dengan taraf signifikansi tertentu, misalnya 5% atau
10%., atau dapat terjadi hubungan antar variabel penelitian atau perbedaan antara sampel yang diteliti
tidak signifikan. Apabila ternyata dari hasil pengujian diketahui bahwa hipotesis alternatif diterima
(hipotesis nol ditolak) berarti menyatakan bahwa dugaan tentang adanya saling hubungan atau adanya
perbedaan diterima sebagai hal yang benar, karena telah terbukti demikian. Sebaliknya dalam
kemungkinan hasil yang kedua dinyatakan hipotesis alternatif tidak terbukti kebenarannya, maka berati
hipotesis nol yang diterima. Dengan telah diambilnya hasil pengujian mengenai penerimaan atau
penolakan hipotesis maka berati analisis statistik telah selesai, tetapi perlu diingat bahwa pelaksanaan
penelitian masih belum selesai, karena hasil keputusan tersebut masih harus diberi interprestasi atau
pemaknaan.
19

Hasil analisis dari pengujian hipotesis dapat dikatakan masih bersifat faktual, untuk itu selanjutnya perlu
diberi arti atau makna oleh peneliti. Dalam pemaknaan sering kali hasil pengujian hipotesis penelitian
didiskusikan atau dibahas dan kemudian ditarik kesimpulan. Dalam penelitian dipastikan seorang
peneliti mengharapkan hipotesis penelitiannya akan terbukti kebenarannya. Jika memang demikian
yang terjadi, maka kemungkinan pembahasan menjadi tidak terlalu berperan walaupun tetap harus
dijelaskan arti atau maknanya. Tetapi jika hipotesis penelitian itu ternyata tidak tahan uji, yaitu ditolak,
maka peranan pembahasan menjadi sangat penting, karena peneliti harus mengekplorasi dan
mengidentifikasi sumber masalah yang mungkin menjadi penyebab tidak terbuktinya hipotesis
penelitian. Akhirnya dalam kesimpulan harus mencerminkan jawaban dari pertanyaan yang diajukan.
Jangan sampai antara masalah penelitian, tujuan peneltian, landasan teori, data, analisis data dan
kesimpulan tidak ada runtutan yang jelas. Apabila penelitian mengikuti alur atau sistematika berpikir
yang runut seperti itu maka penelitian akan dapat dikatakan telah memiliki konsistensi dalam alur
penelitiannya.

F. Kriteria Karya Ilmiah Dalam Penilaian Angka Kredit Guru

Sebagaimana dijelaskan di atas bahwa program bimbingan difokuskan pada tiga jenis karya ilmiah, yaitu
penelitian deskriptif, penelitian eksperimen dan penelitian tindakan kelas. Dalam kaitannya dengan
penilaian angka kredit guru terhadap penulisan karya ilmiah, maka salah satu kriteria karya tulis ilmiah
adalah Asli, Perlu, Ilmiah, dan Konsisten (Suharjono, 2006). Jadi yang perlu diperhatikan bahwa karya
tulis ilmiah tersebut harus asli buatan sendiri (bukan dibuat orang lain), perlu atau bermanfaat untuk
pengembangan profesi guru, ilmiah dalam arti sesuai kaidah keilmuan dan penulisan ilmiah, serta
konsisten dalam hal bidang yang diteliti, yang diantaranya meliputi kesesuaian dengan tugas guru yaitu
bidang pendidikan khususnya pembelajaran, dan sesuai dengan latar belakang guru yang bersangkutan.

Sehubungan dengan kriteria di atas, maka yang berkaitan dengan nilai kemanfaatan adalah keharusan
adanya tindakan yang bermanfaat atau upaya yang dilakukan oleh guru untuk meningkatkan mutu
pembelajaran. Dengan demikian, jenis karya tulis ilmiah yang sesuai dengan kriteria tersebut adalah
jenis penelitian tindakan kelas dan penelitian eksperimen. Dengan demikian meskipun jenis penelitian
deskriptif diperbolehkan, namun tetap harus memiliki nilai manfaat untuk pengembangan profesinya.
Jadi tidak boleh hanya penelitian yang sifatnya mendeskripsikan kejadian yang ”biasa” terjadi, misalnya
(yang banyak ditulis dan ditolak/tidak diberikan angka kredit): Hubungan Antara Kondisi Ekonomi Orang
Tua dengan Prestasi Belajar Siswa, Kaitan antara Kurikulum dengan Motivasi Belajar Siswa, Peranan
Perpustakaan Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa, dan sejenisnya. Penelitian tentang hal itu
memang termasuk penelitian yang bersifat ilmiah, tetapi kurang bermanfaat dalam hal pengembangan
profesi guru. Agar penelitian deskriptif tetap memiliki nilai manfaat yang tinggi maka materi yang
diangkat sebaiknya tetap berupa deskripsi atau telaah tentang tindakan yang dilakukan atau upaya yang
telah dilakukan oleh guru (si penulis sendiri) untuk meningkatkan mutu pembelajaran. Supaya lebih jelas
di sini dikutip pendapat Suhardjono (2006) dalam hal karya tulis ilmiah yang tidak memenuhi
persyaratan dalam hal kemanfaatan: ”(a) Masalah yang dikaji terlalu luas, tidak langsung berhubungan
dengan permasalahan yang berkaitan dengan upaya pengembangan profesi si penulis. (b) Masalah yang
20

ditulis tidak menunjukan adanya kegiatan nyata penulis dalam peningkatan/pengembangan profesinya.
(c) Masalah yang ditulis sangat mirip dengan KTI yang telah ada sebelumnya, telah jelas jawabannya,
kurang jelas manfaatnya, dan merupakan hal yang mengulang-ulang.” Selain hal di atas, agar sebuah
karya tulis ilmiah benar-benar meyakinkan bahwa penelitian tersebut benar-benar dilakukan, maka
harus dilampirkan beberapa hal yang berkaitan dengan penelitan seperti instrumen (pedoman
wawancara, pedoman observasi, angket, test hasil relajar dll), contoh hasil kerja siswa, data hasil
penelitian, print-out analisis, daftar hadir, ijin pe. Pendahuluan

Pada hakekatnya sebuah penelitian adalah pencarian jawaban dari pertanyaan yang ingin diketahui
jawabannya oleh peneliti. Selanjutnya hasil penelitian akan berupa jawaban atas pertanyaan yang
diajukan pada saat dimulainya penelitian. Untuk menghasilkan jawaban tersebut dilakukan
pengumpulan, pengolahan dan analisis data dengan menggunakan metode tertentu. Dengan demikian
dapat dikatakan bahwa satu ciri khas penelitian adalah bahwa penelitian merupakan proses yang
berjalan secara terus-menerus hal tersebut sesuai dengan kata aslinya dalam bahasa inggris yaitu
research, yang berasal dari kata re dan search yang berarti pencarian kembali.

Biasanya, begitu seorang peneliti mendapatkan ide adanya masalah atau pertanyaan tertentu, maka
pada saat itu juga seorang peneliti mungkin sudah mempunyai jawaban sementara atas masalah itu.
Dengan demikian seorang peneliti harus berfikir: Apakah masalah yang sedang terjadi, apakah
pertanyaan yang ingin dicari jawabnya, atau apakah hipotesis yang akan diuji. Dalam melakukan
penelitian, berbagai macam metode digunakan seiring dengan rancangan penelitian yang digunakan.
Beberapa pertanyaan yang perlu dijawab dalam menyusun rancangan penelitian diantaranya adalah:
Pendekatan apa yang akan digunakan, metode penelitian dan cara pengumpulan data apa yang dapat
digunakan dan bagaimana cara menganalisis data yang diperoleh.

Yang perlu diperhatikan bahwa sifat masalah akan menentukan cara-cara pendekatan yang sesuai, dan
akhirnya akan menentukan rancangan penelitiannya. Saat ini berbagai macam rancangan penelitian
telah dikembangkan dan salah satu jenis rancangan penelitian adalah Penelitian Deskriptif. Berbagai
macam definisi tentang penelitian deskriptif, di antaranya adalah penelitian yang dilakukan untuk
mengetahui nilai variabel mandiri, baik satu variabel atau lebih (independen) tanpa membuat
perbandingan, atau menghubungkan antara variabel satu dengan variabel yang lain (Sugiyono: 2003).
Pendapat lain mengatakan bahwa, penelitian deskriptif merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk
mengumpulkan informasi mengenai status suatu gejala yang ada, yaitu keadaan gejala menurut apa
adanya pada saat penelitian dilakukan (Suharsimi Arikunto: 2005). Jadi tujuan penelitian deskriptif
adalah untuk membuat penjelasan secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-
sifat populasi atau daerah tertentu. Dalam arti ini pada penelitian deskriptif sebenarnya tidak perlu
mencari atau menerangkan saling hubungan atau komparasi, sehingga juga tidak memerlukan hipotesis.
Namun demikian, dalam perkembangannya selain menjelaskan tentang situasi atau kejadian yang
sudahberlangsung sebuah penelitian deskriptif juga dirancang untuk membuat komparasi maupun
untuk mengetahui hubungan atas satu variabel kepada variabel lain. Karena itu pula penelitian
komparasi dan korelasi juga dimasukkan dalam kelompok penelitian deskriptif (Suharsimi Arikunto:
2005). Secara lebih mendalam tujuan penelitian korelasi adalah untuk mengetahui sejauh mana
21

hubungan antar variabel yang diteliti. Penelitian jenis ini memungkinkan pengukuran beberapa variabel
dan saling hubungannya. Hasil yang diperoleh adalah taraf atau tinggi rendahnya saling hubungan dan
bukan ada atau tidak ada saling hubungan tersebut. Dalam penelitian komparatif akan dihasilkan
informasi mengenai sifat-sifat gejala yang dipersoalan, diantaranya apa sejalan dengan apa, dalam
kondisi apa, pada urutan dan pola yang bagaimana, dan yang sejenis dengan itu.

Dalam kaitannya dengan tugas mengajar guru maka jenis penelitian yang diharapkan adalah penelitian
yang memiliki dampak terhadap pengembangan profesi guru dan peningkatan mutu pembelajaran.
Untuk itu walaupun penelitian yang dilakukan merupakan penelitian deskriptif yang bersifat ex post
facto, namun tetap harus mendeskripsikan upaya yang telah dilakukan guru untuk memecahkan
masalah dalam pembelajaran (Suhardjono: 2005). Upaya tersebut dapat berupa penggunaan metode
pembelajaran yang baru, metode penilaian atau upaya lain dalam rangka memecahkan masalah yang
dihadapi guru atau dalam rangka meningkatkan mutu pembelajaran. Dilihat dari syarat penelitian
deskriptif yang sesuai dengan kegiatan pengembangan profesi tersebut (mendeskripsikan upaya yang
telah dilakukuan), sebenarnya penelitian seperti itu dapat dikategorikan sebagai jenis penelitian Pre
Experimental Design One Shot Case Study atau One-Group Pretest-Posttest Design (Sugiyono: 2003).
Namun demikian, karena pelaksanaan penelitian dilakukan setelah kejadian berlangsung maka tetap
dapat dikatakan sebagai penelitian deskriptif. Lebih tepatnya, rancangan penelitian seperti itu dapat
disebut penelitian deskriptif analitis yang berorientasi pemecahan masalah, karena sesuai dengan
aplikasi tugas guru dalam memecahkan masalah pembelajaran atau dalam upaya meningkatkan mutu
pembelajaran.

B. Ilustrasi

Sebagai ilustrasi dapat digambarkan sebagai berikut. Pak Sahid seorang guru Fisika SMP kelas IX. Dia
mempunyai masalah di kelas IX-A karena siswanya sering gaduh dan malas dalam mengikuti pelajaran.
Berkali-kali pak Sahid sudah memperingatkan siswanya agar mengikuti pelajaran dengan baik, tetapi
masih belum berhasil juga. Untuk itu dia berfikir untuk menemukan cara bagaimana menarik perhatian
siswa agar mau mengikuti pelajaran dengan baik dan aktif dalam belajar. Untuk itu pak Sahid mencoba
menerapkan metoda pembelajaran dengan metode penemuan/inkuiri ditambah penggunaan berbagai
media pembelajaran. Mulailah dirancang langkah-langkah pembelajaran tersebut dan dituangkannya
dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran. Selanjutnya pak Sahid mulai menerapkan metode tersebut
yang ternyata mampu menarik siswanya sehingga mau mengikuti pelajaran dengan baik dan lebih aktif
dari sebelumnya. Selama pelajaran berlangsung pak Sahid mencatat segala tingkah laku siswa, mana hal-
hal yang membuat siswa senang dan termotivasi, dan mana yang kurang menarik siswa. Dia juga
merekam nilai yang diperoleh siswa sebelum dan setelah metode tersebut diterapkan. Karena
keberhasilannya tersebut pak Sahid ingin mengetahui lebih mendalam tentang sebab-sebab siswa tidak
tertarik dan kemudian menjadi tertarik untuk mengikuti pelajaran. Dia mulai menanyai (wawancara)
siswanya tentang apa yang membuat menarik dan mana yang tidak menarik, mana yang perlu dilakukan
dan mana yang tidak perlu dan sebagainya. Selain itu dia juga membuat angket yang dimaksudkan untuk
mengetahui lebih dalam pendapat siswa terhadap metode pembelajaran yang diterapkannya. Dari hasil
wawancara, angket maupun hasil penilaian, kemudian dilakukan analisis dan pembahasan tentang
22

penyebab ketidaktertarikan dan penyebab ketertarikan siswa, hal-hal yang membuat siswa bergairah
dan sebagainya. Selanjutnya pak Sahid menuliskan segala pengalamannya dalam bentuk laporan
penelitian, dituliskannya upaya yang telah dilakukan tersebut secara sistematis mulai dari latar belakang
mengapa dia menerapkan metode Sebagai ilustrasi dapat digambarkan sebagai berikut. Pak Sahid
seorang guru Fisika SMP kelas IX. Dia mempunyai masalah di kelas IX-A karena siswanya sering gaduh
dan malas dalam mengikuti pelajaran. Berkali-kali pak Sahid sudah memperingatkan siswanya agar
mengikuti pelajaran dengan baik, tetapi masih belum berhasil juga. Untuk itu dia berfikir untuk
menemukan cara bagaimana menarik perhatian siswa agar mau mengikuti pelajaran dengan baik dan
aktif dalam belajar. Untuk itu pak Sahid mencoba menerapkan metoda pembelajaran dengan metode
penemuan/inkuiri ditambah penggunaan berbagai media pembelajaran. Mulailah dirancang langkah-
langkah pembelajaran tersebut dan dituangkannya dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran.
Selanjutnya pak Sahid mulai menerapkan metode tersebut yang ternyata mampu menarik siswanya
sehingga mau mengikuti pelajaran dengan baik dan lebih aktif dari sebelumnya. Selama pelajaran
berlangsung pak Sahid mencatat segala tingkah laku siswa, mana hal-hal yang membuat siswa senang
dan termotivasi, dan mana yang kurang menarik siswa. Dia juga merekam nilai yang diperoleh siswa
sebelum dan setelah metode tersebut diterapkan.

Karena keberhasilannya tersebut pak Sahid ingin mengetahui lebih mendalam tentang sebab-sebab
siswa tidak tertarik dan kemudian menjadi tertarik untuk mengikuti pelajaran. Dia mulai menanyai
(wawancara) siswanya tentang apa yang membuat menarik dan mana yang tidak menarik, mana yang
perlu dilakukan dan mana yang tidak perlu dan sebagainya. Selain itu dia juga membuat angket yang
dimaksudkan untuk mengetahui lebih dalam pendapat siswa terhadap metode pembelajaran yang
diterapkannya. Dari hasil wawancara, angket maupun hasil penilaian, kemudian dilakukan analisis dan
pembahasan tentang penyebab ketidaktertarikan dan penyebab ketertarikan siswa, hal-hal yang
membuat siswa bergairah dan sebagainya. Selanjutnya pak Sahid menuliskan segala pengalamannya
dalam bentuk laporan penelitian, dituliskannya upaya yang telah dilakukan tersebut secara sistematis
mulai dari latar belakang mengapa dia menerapkan metode pembelajaran baru, rumusan masalahnya,
landasan teori dan metode penelitian yang digunakan serta teknik analisis/pembahasan dan akhirnya
menyusun kesimpulanhasil penelitiannya. Demikian tadi, pak Sahid sudah melakukan penelitian
deskriptif analitis tentang upaya yang telah dilakukan untuk memecahkan masalah dalam proses
pembelajaran di kelasnya.

C. Persiapan Penelitian

Sebuah penelitian beranjak dari masalah yang ditemukan atau dirasakan. Yang dimaksud masalah
adalah setiap hambatan atau kesulitan yang membuat seseorang ingin memecahkannya. Jadi sebuah
masalah harus dapat dirasakan sebagai satu hambatan yang harus diatasi apabila kita ingin melakukan
sesuatu. Dalam arti lain sebuah masalah terjadi karena adanya kesenjangan (gap) antara kenyataan
dengan yang seharusnya. Penelitian diharapkan dapat memecahkan masalah itu, atau dengan kata lain
dapat menutup atau setidak-tidaknya memperkecil kesenjangan itu.

Setelah masalah diidentifikasi, dipilih, maka lalu perlu dirumuskan. Perumusan ini penting, karena
23

berdasarkan rumusan tersebut akan ditentukan metode pengumpulan data, pengolahan data maupun
analisis dan peyimpulan hasil penelitian. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam merumuskan
masalah, yaitu: Sebaiknya dirumuskan dalam bentuk kalimat tanya, padat dan jelas, memberi petunjuk
tentang memungkinkannya pengumpulan data, dan cara menganalisisnya.

Setelah masalah dirumuskan, maka langkah selanjutnya adalah mencari teoriteori, konsep-konsep yang
dapat dijadikan landasan teoritis penelitian yang akan dilakukan itu. Hal lain yang lebih penting makna
dari penelaahan kepustakaan adalah untuk memperluas wawasan keilmuan bagi para calon peneliti,
karena kita sadari bahwa semua informasi yang berkaitan dengan keilmuan dalam hal ini teori ataupun
hasil penelitian para ahli semua sudah tertuang dalam kepustakaan.

Secara garis besar, sumber bacaan itu dapat dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu (a) sumber acuan
umum, dan (b) sumber acuan khusus. Teori-teori dan konsepkonsep pada umumnya dapat diketemukan
dalam sumber acuan umum, yaitu kepustakaan yang berwujud buku-buku teks, ensiklopedia, dan
sejenisnya. Generalisasi-generalisasi dapat ditarik dari laporan hasil-hasil penelitian terdahulu itu pada
umumnya seperti jurnal, tesis, disertasi dan lain-lain sumber bacaan yang memuat laporan hasil
penelitian. Dua kriteria yang biasa digunakan untuk memilih sumber bacaan itu ialah (a) prinsip
kemutakhiran dan (b) prinsip relevansi.

Setelah peneliti menjelaskan permasalahan secara jelas maka diperkirakan selanjutnya adalah suatu
gagasan tentang letak persoalan atau masalahnya dalam hubungan yang letak-letak persoalan atau
masalahnya dalam hubungan yang lebih luas. Dalam hal ini peneliti harus dapat memberikan sederetan
asumsi dasar atau anggapan dasar. Anggapan dasar ini merupakan landasan teori di dalam melaporkan
hasil penelitian nanti. Untuk sebuah penelitian deskriptif yang bertujuan mendeskripsikan gejala yang
ada maka setelah ditetapkan anggapan dasar maka dapat langsung melangkah pada identifikasi variabel.
Namun untuk penelitian deskriptif yang akan dilanjutkan dengan tujuan untuk mengetahui hubungan
antar variabel, maka langkah berikutnya adalah merumuskan hipotesis.

Hipotesis dapat diartikan sebagai suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan
penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul.Konsep penting lain mengenai hipotesis adalah
mengenai hipotesis nol. Hipotesis nol, yang biasa dilambangkan dengan Ho, adalah hipotesis yang
menyatakan tidak adanya saling hubungan antara dua variabel atau lebih, atau hipotesis yang
menyatakan tidak adanya perbedaan antara kelompok yang satu dan kelompok yang lainnya. Di dalam
analisis statistik, uji statistik biasanya mempunyai sasaran untuk menolak kebenaran hipotesis nol itu.
Hipotesis lain yang bukan hipotesis nol disebut hipotesis alternatif, yang biasa dilambangkan dengan Ha,
yang menyatakan adanya saling hubungan antara dua variabel atau lebih, atau menyatakan adanya
perbedaan dalam hal tertentu pada kelompok-kelompok yang berbeda. Pada umumnya, kesimpulan uji
statistik berupa penerimaan hipotesis alternatif sebagai hal yang benar.

Selanjutnya perlu dilakukan identifikasi variabel dan variabel-variabel tersebut perlu didefinisikan secara
operasional. Penyusunan definisi operasional ini perlu, karena definisi operasional itu akan menunjuk
alat pengambil data mana yang cocok untuk digunakan.Variabel dapat dibedakan atas kuantitatif dan
24

kualitatif. Contoh variabel kuantitatif misalnya banyaknya siswa dalam kelas, jumlah alat praktikum yang
disediakan dan sejenisnya. Contoh variabel kualitatif misalnya kedisiplinan siswa, keseriusan guru dalam
mengajar, dan sejenisnya. Berkaitan dengan kuantifikasi, data biasa digolongkan menjadi empat jenis,
yaitu (1) data nominal; (2) data ordinal; (3) data interval; dan (4) data ratio. Demikian pula variabel,
kalau dilihat dari segi ini biasa dibedakan cara yang sama. Variabel nominal, yaitu variabel yang
ditetapkan berdasar atas proses penggolongan, contoh: jenis kelamin, status perkawinan, dan
sejenisnya. Variabel ordinal, yaitu variabel yang disusun berdasarkan atas jenjang dalam atribut
tertentu. Jenjang tertinggi biasa diberi angka 1, jenjang di bawahnya diberi angka 2, lalu dibawahnya
diberi angka 3, dan dibawahnya lagi diberi angka 4, dan seterusnya. Contoh: hasil lomba cerdas cermat,
peringkat siswa di kelas, dan sejenisnya. Variabel interval, yaitu variabel yang dihasilkan dari
pengukuran, yang di dalam pengukuran itu diasumsikan terdapat satuan (unit) pengukuran yang sama.
Contoh: variabel interval misalnya prestasi belajar, sikap terhadap metode pembelajaran, dan
sejenisnya. Variabel ratio, adalahvariabel yang dalam kuantifikasinya memiliki angka nol mutlak.

Dalam hal subyek peneltian, maka peneliti dapat memilih apakah akan meneliti populasi atau sampel.
Apabila seseorang ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka penelitiannya
merupakan penelitian populasi. Studi atau penelitiannya juga disebut studi populasi atau studi sensus.
Jika kita hanya akan meneliti sebagian dari populasi, maka disebut penelitian sampel. Sampel adalah
sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Dinamakan penelitian sampel apabila kita bermaksud untuk
menggeneralisasikan hasil penelitian sampel. Untuk penelitian yang dilakukan guru di kelasnya, maka
yang dilakukan adalah meneliti populasi, kesahihan menunjukan sampai sejauh mana kesesuaian atau
keakuratan alat ukur tersebut untuk mengukur obyek yang dimaksudkan untuk diukur.

D. Pelaksanaan Pengumpulan dan Pengolahan Data

Setelah peneliti melakukan persiapan seperti dijelaskan di atas, maka selanjutnya dilakukan
pengumpulan data. Untuk seorang guru, pengumpulan data dapat dilakukan di kelasnya sendiri. Dalam
hal rancangan penelitian deskriptif aplikatif, maka pengumpulan data dapat dilakukan dengan
menggunakan angket (bagi siswa SMP, SMA, SMK) atau wawancara (bagi siswa TK atau SD) dan data
yang dikumpulkan misalnya tentang tanggapan siswa atas metode pembelajaran baru yang telah
dilakukan guru atau hasil observasi atas sikap siswa pada saat guru menyajikan pembelajaran dengan
metode baru. Data lain yang perlu dikumpulkan misalnya adalah nilai hasil belajar siswa, yang diperoleh
dari metode dokumentasi, dan keaktifan siswa, yang diperoleh dari hasil pengamatan. Setelah data
terkumpul dari hasil pengumpulan data, perlu segera dilakukan pengolahan data. Pertama-tama data itu
diseleksi atas dasar reliabilitas dan validitasnya. Data yang rendah reliabilitas dan validitasnya serta data
yang kurang lengkap digugurkan atau dilengkapi sesuai aturan. Selanjutnya data yang lolos seleksi
tersebut disajikan dalam bentuk tabel, diagram, dan lain-lain agar memudahkan dalam pengolahan serta
analisis selanjutnya.

E. Analisis dan Penarikan Kesimpulan


25

Data hasil olahan tersebut kemudian harus dianalisis, untuk data kuantitatif (data dalam bentuk
bilangan) dianalisis secara statistik, untuk data yang bersifat kualitatif (deskriptif kualitatif) dilakukan
analisis non statistik. Data deskriptif kualitatif sering hanya dianalisis menurut isinya dan karenanya
analisis seperti ini juga disebut analisis isi (content analysis). Dalam analisis deskriptif, data disajikan
dalam bentuk tabel data yang berisi frekuensi, dan kemudian dihitung mean, median, modus,
persentase, standar deviasi atau lainnya. Untuk analisis statistik, model analisis yang digunakan harus
sesuai dengan rancangan penelitiannya.

Apabila penelitian yang dilakukan guru hanya berhenti pada penjelasan masalah dan upaya pemecahan
masalah yang telah dilakukan (untuk meningkatkan mutu pembelajaran), maka setelah disajikan data
hasil wawancara, angket, pengamatan atau dokumentasi, maka selanjutnya dianalisis atau dibahas dan
diberi makna atas data yang disajikan tersebut. Tetapi apabila penelitian juga dimaksudkan untuk
mengetahui tingkat hubungan maka harus dilakukan pengujian hipotesis sebagaimana hipotesis yang
telah ditetapkan untuk diuji. Misalnya uji statistik yang dilakukan adalah uji hubungan, maka akan
diperoleh hasil uji dalam dua kemungkinan, yaitu hubungan antar variabel-variabel penelitian atau
perbedaan antara sampel-sampel yang diteliti, dengan taraf signifikansi tertentu, misalnya 5% atau
10%., atau dapat terjadi hubungan antar variabel penelitian atau perbedaan antara sampel yang diteliti
tidak signifikan. Apabila ternyata dari hasil pengujian diketahui bahwa hipotesis alternatif diterima
(hipotesis nol ditolak) berarti menyatakan bahwa dugaan tentang adanya saling hubungan atau adanya
perbedaan diterima sebagai hal yang benar, karena telah terbukti demikian. Sebaliknya dalam
kemungkinan hasil yang kedua dinyatakan hipotesis alternatif tidak terbukti kebenarannya, maka berati
hipotesis nol yang diterima. Dengan telah diambilnya hasil pengujian mengenai penerimaan atau
penolakan hipotesis maka berati analisis statistik telah selesai, tetapi perlu diingat bahwa pelaksanaan
penelitian masih belum selesai, karena hasil keputusan tersebut masih harus diberi interprestasi atau
pemaknaan.

Hasil analisis dari pengujian hipotesis dapat dikatakan masih bersifat faktual, untuk itu selanjutnya perlu
diberi arti atau makna oleh peneliti. Dalam pemaknaan sering kali hasil pengujian hipotesis penelitian
didiskusikan atau dibahas dan kemudian ditarik kesimpulan. Dalam penelitian dipastikan seorang
peneliti mengharapkan hipotesis penelitiannya akan terbukti kebenarannya. Jika memang demikian
yang terjadi, maka kemungkinan pembahasan menjadi tidak terlalu berperan walaupun tetap harus
dijelaskan arti atau maknanya. Tetapi jika hipotesis penelitian itu ternyata tidak tahan uji, yaitu ditolak,
maka peranan pembahasan menjadi sangat penting, karena peneliti harus mengekplorasi dan
mengidentifikasi sumber masalah yang mungkin menjadi penyebab tidak terbuktinya hipotesis
penelitian. Akhirnya dalam kesimpulan harus mencerminkan jawaban dari pertanyaan yang diajukan.
Jangan sampai antara masalah penelitian, tujuan peneltian, landasan teori, data, analisis data dan
kesimpulan tidak ada runtutan yang jelas. Apabila penelitian mengikuti alur atau sistematika berpikir
yang runut seperti itu maka penelitian akan dapat dikatakan telah memiliki konsistensi dalam alur
penelitiannya.

F. Kriteria Karya Ilmiah Dalam Penilaian Angka Kredit Guru


26

Sebagaimana dijelaskan di atas bahwa program bimbingan difokuskan pada tiga jenis karya ilmiah, yaitu
penelitian deskriptif, penelitian eksperimen dan penelitian tindakan kelas. Dalam kaitannya dengan
penilaian angka kredit guru terhadap penulisan karya ilmiah, maka salah satu kriteria karya tulis ilmiah
adalah Asli, Perlu, Ilmiah, dan Konsisten (Suharjono, 2006). Jadi yang perlu diperhatikan bahwa karya
tulis ilmiah tersebut harus asli buatan sendiri (bukan dibuat orang lain), perlu atau bermanfaat untuk
pengembangan profesi guru, ilmiah dalam arti sesuai kaidah keilmuan dan penulisan ilmiah, serta
konsisten dalam hal bidang yang diteliti, yang diantaranya meliputi kesesuaian dengan tugas guru yaitu
bidang pendidikan khususnya pembelajaran, dan sesuai dengan latar belakang guru yang bersangkutan.

Sehubungan dengan kriteria di atas, maka yang berkaitan dengan nilai kemanfaatan adalah keharusan
adanya tindakan yang bermanfaat atau upaya yang dilakukan oleh guru untuk meningkatkan mutu
pembelajaran. Dengan demikian, jenis karya tulis ilmiah yang sesuai dengan kriteria tersebut adalah
jenis penelitian tindakan kelas dan penelitian eksperimen. Dengan demikian meskipun jenis penelitian
deskriptif diperbolehkan, namun tetap harus memiliki nilai manfaat untuk pengembangan profesinya.
Jadi tidak boleh hanya penelitian yang sifatnya mendeskripsikan kejadian yang ”biasa” terjadi, misalnya
(yang banyak ditulis dan ditolak/tidak diberikan angka kredit): Hubungan Antara Kondisi Ekonomi Orang
Tua dengan Prestasi Belajar Siswa, Kaitan antara Kurikulum dengan Motivasi Belajar Siswa, Peranan
Perpustakaan Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa, dan sejenisnya. Penelitian tentang hal itu
memang termasuk penelitian yang bersifat ilmiah, tetapi kurang bermanfaat dalam hal pengembangan
profesi guru. Agar penelitian deskriptif tetap memiliki nilai manfaat yang tinggi maka materi yang
diangkat sebaiknya tetap berupa deskripsi atau telaah tentang tindakan yang dilakukan atau upaya yang
telah dilakukan oleh guru (si penulis sendiri) untuk meningkatkan mutu pembelajaran. Supaya lebih jelas
di sini dikutip pendapat Suhardjono (2006) dalam hal karya tulis ilmiah yang tidak memenuhi
persyaratan dalam hal kemanfaatan: ”(a) Masalah yang dikaji terlalu luas, tidak langsung berhubungan
dengan permasalahan yang berkaitan dengan upaya pengembangan profesi si penulis. (b) Masalah yang
ditulis tidak menunjukan adanya kegiatan nyata penulis dalam peningkatan/pengembangan profesinya.
(c) Masalah yang ditulis sangat mirip dengan KTI yang telah ada sebelumnya, telah jelas jawabannya,
kurang jelas manfaatnya, dan merupakan hal yang mengulang-ulang.” Selain hal di atas, agar sebuah
karya tulis ilmiah benar-benar meyakinkan bahwa penelitian tersebut benar-benar dilakukan, maka
harus dilampirkan beberapa hal yang berkaitan dengan penelitan seperti instrumen (pedoman
wawancara, pedoman observasi, angket, test hasil relajar dll), contoh hasil kerja siswa, data hasil
penelitian, print-out analisis, daftar hadir, ijin penelitian, serta bukti lain yang dipandang perlu.nelitian,
serta bukti lain yang dipandang perlu.
27

Pengertian Penelitian

Pengertian Penelitian atau Riset adalah penyelidikan atau pencarian yang seksama untuk
memperoleh fakta baru dalam cabang ilmu pengetahuan.

Macam-macam Penelitian :

PENELITIAN DESKRIPTIF adalah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai variabel
mandiri, baik satu variabel atau lebih (independen) tanpa membuat perbandingan atau
menghubungkan dengan variabel lain.

Contoh judul penelitian Deskriptif

1. Kinerja Karyawan Yang Tidak Berpendidikan

Rumusan Masalah:

a) Seberapa tinggi produktivitas kerja karyawan di Perusahaan A?

b) Seberapa baik interaksi kerja di Perusahaan A?

c) Bagaimana kinerja karyawan di perusahaan A?

Tujuan:

Untuk mengetahui kinerja karyawan yang tidak berpendidikan di Perusahaan A yang dapat
mempengaruhi tinggi rendahnya produktivitas kerja karyawan.

2. Kerugian Masyarakat di Porong Akibat Lumpur Lapindo

Rumusan Masalah:

a) Seberapa besar kerugian masyarakat di Porong akibat Lumpur Lapindo?

b) Seberapa besar masyarakat porong kehilangan lapangan pekerjaan?

c) Bagaimana sikap masyarakat Porong akibat Lumpur Lapindo?

Tujuan:

Untuk mengetahui seberapa besar kerugian masyarakat porong akibat Lumpur lapindo.
28

PENELITIAN KOMPARATIF adalah suatu penelitian yang bersifat membandingkan disini.


Variabelnya masih sama dengan penelitian variable mandiri tetapi untuk sample yang lebih dari
satu atau dalam waktu yang berbeda.

Contoh judul Komparatif:

1. Perbandingan Kerugian Petani di daerah Pedesaan dengan daerah Perkotaan

Rumusan masalah:

a) Adakah perbandingan kualitas hasilnya di daerah pedesaan dengan daerah perkotaan?

b) Adakah perbedaan factor alamnya ?

c) Adakah perbedaan biaya yang di keluarkan oleh petani didaerah pedesaan dengan perkotaan?

d) Adakah perbedaan jumlah penjualan yang ada di desa dan di kota?

Tujuan:

Untuk mengetahui sejauh mana kerugian para petani di desa dan di kota dalam menghasilkan
laba.

2. Perbandingan Menggunakan mesin dengan Manual di Perusahaan (Z)

Rumusan masalah:

a) Adakah perbedaan kecepatan menghasilkan produk antara menggunakan mesin dengan


menggunakan secara manual?

b) Adakah perbedaan bentuk dan ketepatan dalam menghasilkan produk?

c) Adakah perbedaan dalam mengeluarkan biaya yang di keluarkan?

d) Adakah perbedaan kenyamanan menggunakan mesin dengan manual?

Tujuan :
29

Untuk membandingkan apakah perusahaan lebih efektif dan efesien dengan menggunakan mesin
dengan secara manual sehingga dapat menghasilkan produk yang bagus, tepat, cepat dan
berkualitas,

PENELITIAN ASOSIATIF adalah suatu pertanyaan penelitian yang bersifat antara dua variabel
atau lebih.

Contoh judul Asosiatif:

1. Pengaruh Iklan dalam Nilai Jual

Rumusan Masalah:

a) Apa pengaruh iklan dalam nilai jual?

b) Seberapah besar pengaruh iklan dalam meningkatkan penjualan?

c) Iklan yang bagaimana yang dapat mempengarui nilai jual?

Tujuan:

Untuk mengetahui sejauh mana pengaruh iklan dalam nilai jual

2. Pengaruh Pelayanan Toko Terhadap nilai Penjualan

Rumusan Masalah :

a) Apa pengaruh pelayanan terhadap nilai jual suatu produk?

b) Bagaimana pelayanan yang dapat mempengaruinilai jual?

c) Apa akibat pelayanan yang kurang baik terhadap nilai jual?

Tujuan:

Untuk mengetahui pelayanan yang bagaimana yang dapat mempengarui nilai jual suatu produk.
30

Penelitian Kausal Komparatif


Saturday, 11 April 2009 06:56 Hartoto
Print PDF
Penelitian Kausal Komparatif. Tujuan dari penelitian kausal-komparatif adalah untuk menyelidiki
kemungkinan hubungan sebab-akibat dengan cara berdasar atas pengamatan terhadap akibat yang ada
dan mencari kembali faktor yang mungkin menjadi penyebab melalui data tertentu.

A. Tujuan
Tujuan dari penelitian kausal-komparatif adalah untuk menyelidiki kemungkinan hubungan sebab-akibat
dengan cara berdasar atas pengamatan terhadap akibat yang ada dan mencari kembali faktor yang
mungkin menjadi penyebab melalui data tertentu.

B. Kelebihan

* Studi kausal-komparatif menghasilkan informasi yang sangat berguna mengenai sifat-sifat gejala
yang dipersoalkan: apa sejalan dengan apa, dalam kondisi apa, pada perurutan dan pola yang
bagaimana, dan yang sejenis dengan itu.
* Perbaikan-perbaikan dalam hal teknik, metode statistik, dan rancangan dengan kontrol parsial, pada
akhir-akhir ini telah membuat studi kausal-komparatif itu lebih dapat dipertanggungjawabkan.

C. Kelemahan

1. Tidak adanya kontrol terhadap variabel bebas.


2. Faktor penyebab bukanlah faktor tunggal, yang menyebabkan masalah menjadi sangat kompleks.
3. Suatu gejala mungkin tidak hanya merupakan akibat dari sebab-sebab ganda.
4. Karena variabel bebas telah terjadi , maka kontrol variabel tidak dapat dilakukan.
5. Tidak terlalu berorientasi terhadap hubungan sebab akibat.
6. Menggolong-golongkan subjek ke dalam kategori dikotomi seringkali penelitian yang demikian tidak
menghasilkan penemuan yang berguna.

D. Langkah-langkah
Penelitian kausal komparatif juga di awali dengan

1. Permasalahan penelitian.
2. Menentukan tujuan dan manfaat penelitian
3. Melakukan kajian pustaka
4. Mengidentifikasi variabel bebas dan variabel terikat
5. Menentukan metode penelitian dengan teknik statistik yang relevan.
31

Penelitian Kausal-Komparatif

Tujuan

Tujuan dari penelitian kausal-komparatif adalah untuk menyelidiki kemungkinan hubungan sebab-akibat
dengan cara berdasar atas pengamatan terhadap akibat yang ada dan mencari kembali faktor yang
mungkin menjadi penyebab melalui data tertentu. Hal ini berlainan dengan metode eksperimental yang
mengumpulkan datanya pada waktu kini dalam kondisi yang dikontrol.

Contoh-contoh

Penelitian mengenai faktor-faktor yang menjadi ciri-ciri pribadi yang gampang dan tidak gampang
mendapat kecelakaan dengan menggunakan data yang berwujud catatan-catatan yang ada pada
perusahaan asuransi.

Mencari pola tingkah laku dan prestasi belajar yang berkaitan dengan perbedaan umur pada waktu
masuk sekolah, dengan cara menggunakan data deskriptif mengenai tingkah laku dan skor test prestasi
belajar yang terkumpul sampai anak-anak yang bersangkutan berada di kelas VI SD.

Penelitian untuk menentukan ciri-ciri guru yang efektif dengan mempergunakan data yang berupa
catatan mengenai sejarah pekerjaan selengkap mungkin.

Ciri-ciri pokok

Penelitian kausal-komparatif bersifat ex post facto, artinya data dikumpulkan setelah semua kejadian
yang dipersoalkan berlangsung (telah lalu). Penelitian mengambil satu atau lebih akibat (sebagai
“dependent variables”) dan menguji data itu dengan menelusur kembali ke masa lampau untuk mencari
sebab-sebab, saling hubungan dan maknanya.

Keunggulan-keunggulan
32

Metode kausal-komparatif adalah baik untuk berbagai keadaan kalau metode yang lebih kuat, yaitu
metode eksperimental, tak dapat digunakan ketika:

- Apabila tidak selalu mungkin untuk memilih, mengontrol dan memanipulasikan faktor-faktor yang
perlu untuk menyelidiki hubungan sebab-akibat secara langsung.

- Apabila pengontrolan terhadap semua variabel kecuali variabel bebas sangat tidak realistis dan
dibuat-buat, yang mencegah interaksi normal dengan lain-lain variabel yang berpengaruh.

- Apabila kontrol di laboratorium untuk berbagai tujuan penelitian adalah tidak praktis, terlalu
mahal, atau dipandang dari segi etika diragukan/ dipertanyakan.

Studi kausal-komparatif menghasilkan informasi yang sangat berguna mengenai sifat-sifat gejala yang
dipersoalkan: apa sejalan dengan apa, dalam kondisi apa, pada perurutan dan pola yang bagaimana, dan
yang sejenis dengan itu.

Perbaikan-perbaikan dalam hal teknik, metode statistik, dan rancangan dengan kontrol parsial, pada
akhir-akhir ini telah membuat studi kausal-komparatif itu lebih dapat dipertanggungjawabkan.

Kelemahan-kelemahan

Kelemahan utama setiap rancangan ex post facto adalah tidak adanya kontrol terhadap variabel bebas.
Dalam batas-batas pemilihan yang dapat dilakukan, peneliti harus mengambil fakta-fakta yang
dijumpainya tanpa kesempatan untuk mengatur kondisi-kondisinya atau memanipulasikan variabel-
variabel yang mempengaruhi fakta-fakta yang dijumpainya itu. Untuk dapat mencapai kesimpulan yang
sehat, peneliti harus mempertimbangkan segala alasan yang mungkin ada atau hipotesis-hipotesis
saingan yang mungkin diajukan yang dimungkinkan mempengaruhi hasil-hasil yang dicapai. Sejauh
peneliti dapat dengan sukses membuat justifikasi kesimpulannya terhadap alternatif-alternatif lain itu,
dia ada dalam posisi yang secara relatif kuat.

Adalah sulit untuk memperoleh kepastian bahwa faktor-faktor penyebab yang relevan telah benar-
benar tercakup dalam kelompok faktor-faktor yang sedang diselidiki.

Kenyataan bahwa faktor penyebab bukanlah faktor tunggal, melainkan kombinasi dan interaksi antara
berbagai faktor dalam kondisi tertentu untuk menghasilkan efek yang disaksikan, menyebabkan masalah
menjadi sangat kompleks.

Suatu gejala mungkin tidak hanya merupakan akibat dari sebab-sebab ganda, tetapi dapat pula
disebabkan oleh sesuatu sebab pada kejadian tertentu dan oleh lain sebab pada kejadian lain.
33

Apabila saling hubungan antara dua variabel telah diketemukan, mungkin sulit untuk menentukan mana
yang sebab dan mana yang akibat.

Kenyataan bahwa dua atau lebih faktor saling berhubungan tidaklah selalu memberi implikasi adanya
hubungan sebab-akibat. Kenyataan itu mungkin hanyalah karena faktor-faktor tersebut berkaitan
dengan faktor lain yang tidak diketahui atau tidak terobservasi.

Menggolong-golongkan subjek ke dalam kategori dikotomi (misalnya: golongan pandai dan golongan
bodoh) untuk tujuan pembandingan, menimbulkan persoalan-persoalan, karena kategori-kategori
seperti itu bersifat kabur , bervariasi dan tidak mantap. Seringkali penelitian yang demikian itu tidak
menghasilkan penemuan yang berguna.

Studi komparatif dalam situasi alami tidak memungkinkan pemilihan subjek secara terkontrol.
Menempatkan kelompok yang telah ada yang mempunyai kesamaan dalam berbagai hal kecuali dalam
hal dihadapkannya pada kepada variabel bebas adalah sangat sulit.

Langkah-langkah pokok

- Mendefinisikan masalah

- Melakukan penelaahan kepustakaan

- Merumuskan hipotesis-hipotesis

- Merumuskan asumsi-asumsi yang mendasari hipotesis-hipotesis itu serta prosedur-prosedur yang


akan digunakan

- Merancang cara pendekatannya, antara lain :

- Pilihlah subjek-subjek yang akan digunakan serta sumber-sumber yang relevan

- Pilihlah atau susunlah teknik yang akan digunakan untuk mengumpulkan data

- Tentukan kategori-kategori untuk mengklasifikasikan data yang jelas, sesuai dengan tujuan studi,
dan dapat menunjukkan kesamaan atau saling hubungan

- Memvalidasikan teknik untuk mengumpulkan data itu dan menginterpretasi kan hasilnya dalam
cara yang jelas dan cermat.

- Mengumpulkan dan menganalisis data


34

- Menyusun laporannya

You might also like