You are on page 1of 3

MENELADANI PENGORBANAN NABI IBRAHIM ALAIHISSALAM

Oleh: Feri Firmansyah, Lc.

Menurut fitrahnya, manusia selalu identik dengan keinginan dan cita-cita


yang luhur. Keinginan ingin memiliki jabatan tinggi, pendidikan tinggi,
serta kekayaan yang melimpah, merupakan hal yang sangat wajar
adanya. Namun ternyata tidak semua orang melakukan usaha dan
pengorbanan yang seirama dengan kadar cita-citanya. Ada orang yang
hanya memiliki cita-cita yang tinggi, namun usahanya hanya sebatas
khayalan saja. Tapi, tidak sedikit pula orang yang memiliki cita-cita yang
tinggi, kemudian ia melakukan usaha dan pengorbanan yang tinggi pula.
Bak para pelajar yang sedang diuji oleh gurunya. Ia bisa dikatakan lulus
dari ujian, apabila pelajar tadi telah melakukan pengorbanan berupa
persiapan-persiapan untuk menghadapi ujian yang akan diberikan oleh
gurunya.

Begitu juga dalam kehidupan bergama. Untuk bisa meraih derajat yang
mulia disisi Allah, maka hamba tersebut harus melalui berbagi ujian yang
Allah akan berikan kepadanya. Tidak terkecuali dengan para nabi. Mereka
mendapatkan kemuliaan disisi Allah, setelah mereka uji dengan berbagai
ujian yang menimpanya. Dalam catatan sejarah yang bersumber kepada
Al-Quran dan As-Sunnah, ada dua orang nabi yang memiliki posisi yang
sangat mulia dihadapan Allah Swt. Mereka adalah Nabi Ibrahim
alaihissalam (Al-Mumtahanah [40]: 4) dan Nabi Muhammad Saw. (Al-Ahzab
[33]: 21).

Diantara bukti kemuliaan tersebut adalah dengan menjadikan kedunya


menjadi kekasih Allah Swt (khalilullah), begitu juga dengan shalawat yang
diajarkan Rasulullah kepada umatnya, hanya ditujukan kepada kedua nabi
tersebut dan keluarganya. Bahkan Nabi Ibrahim memiliki gelar sebagai
bapaknya para nabi (Abul Anbiya) dan pemimpin umat manusia (Imamun
Linnas).

Sejarah dan keteladanan Rasulullah sudah banyak dibahas. Pada


kesempatan ini, seiring dengan datangnya bulan pengorbanan, yang
didalamnya ada syariat melaksanakan ibadah haji bagi yang sudah
mampu, serta melaksanakan ibadah qurban, maka alangkah baiknya
apabila kita menyingkap kembali sejarah dan pengorbanan yang telah
dilakukan oleh Nabi Ibarahim Alaihissalam. Sehingga kita mengetahui
ternyata derajat kemuliaan disisi Allah yang disandang oleh Nabi Ibrahim
seiring dengan pengorbanan yang dilakukan.

Allah Stw telah berfirman, “Dan (ingatlah), ketika Ibrahim diuji Tuhannya
dengan beberapa kalimat (perintah dan larangan), lalu Ibrahim
menunaikannya. Allah berfirman, ‘Sesungguhnya Aku akan menjadikanmu
imam bagi seluruh manusia.’ Ibrahim berkata, ‘(Dan saya mohon juga)
dari keturunanku.’ Allah berfirman, ‘Janji-Ku (ini) tidak mengenai orang-
orang yang zalim.'” (Al-Baqarah [2]: 124)
Ayat ini menegaskan kepada kita, bahwa ternyata Nabi Ibrahim
Alaihissalam tidak pernah luput dari berbagai ujian. Diantara ujian-ujian
yang diberikan kepada Nabi Ibrahim alaihissalam adalah perintah untuk
membantah keyakinan Raja Namrud, bersabar ketika dilemparkan ke
dalam api yang sangat panas, hijrah meninggalkan tanah airnya, menjamu
tamunya dengan baik, bersabar ketika diperintah menyembelih putranya
dan ujian yang lainya.

Apabila kita telusuri ujian demi ujian yang menimpa Nabi Ibrahim
alaihissalam, maka akan kita dapatkan, betapa keyakinan dan kesabaran
Nabi Ibrahim dalam menghadapi berbagai ujian memiliki kualitas yang
sangat tinggi.

Ketika Nabi Ibrahim mulai meyakini ajaran tauhid, ia merasa cemas


dengan masyarakatnya yang beribadah kepada berhala-berhala buatan
ayahandanya. Melihat kondisi tersebut, ia tidak lantas berpangku tangan,
membiarkan masyarakatnya terus menerus dalam kemusyrikan. Ia mulai
berdakwah, mengajak mereka kepada ajaran tauhid. Sementara, dibalik
dakwah yang ia lakukan, ternyata ada konsekwensi yang harus ia terima.
Nabi Ibrahim mendapatkan cemoohan serta teror dari masyarakat dan
penguasa zalim waktu itu (Raja Namrudz).

Puncak ujian Nabi Ibrahim dalam menghadapi kaumnya adalah ketika ia


harus dilemparkan kedalam api yang sangat panas. Secara naluri
manusia, tentu saja Nabi Ibrahim merasa takut dan cemas. Namun dengan
keyakinannya kepada Allah, ia bertawakal dan menyerahkan urusannya
hanya kepada Allah Swt. Dan akhirnya, dengan pertolongan Allah Swt, ia
diselamatkan dengan menjadikan api yang sangat panas tersebut menjadi
dingin (Ash-Shaffat [37]: 97-98).

Setelah selamat dari upaya pembunuhan kaumnya dan terbebas dari


kezaliman Raja Namrudz, Nabi Ibrahim terus diuji oleh Allah Swt dengan
rasa cemas lain, yaitu ia menginginkan keturunan yang shaleh. Meskipun
demikian, ia tetap berdoa, memohon kepada Allah Swt, agar Dia
memberikan keturunan yang shaleh kepadanya. Akhirnya, Allah pun
mengabulkan doanya dengan memberikan kabar gembira tentang
kelahiran putranya yang bernama Ismail dari rahim Hajar, yang kelak akan
menjadi seorang nabi.

Tidak lama setelah itu, Nabi Ibrahim pun mendapatkan kabar gembira lagi
tentang kelahiran Ishak dari rahim Sarah, yang kelak juga akan menjadi
nabi. Betapa gembiranya Nabi Ibrahim dengan kelahiran dua orang
putranya. Namun, kegembiraan tersebut tidak berlangsung lama. Karena
Allah Swt langsung mengujinya lagi dengan perintah meninggalkan Ismail
dan Hajar di padang yang sangat tandus. Suatu tempat yang tidak
mungkin adanya tanda-tanda kehidupan. Tetapi perintah Allah tersebut ia
tunaikan dengan ikhlas karena Allah swt. (Ibrahim [14]: 37-40)
Dari waktu ke waktu, Nabi Ibrahim terus mendapatkan ujian dari Allah
Swt. Ujian yang paling berat dan tidak masuk akal bagi Nabi Ibrahim
adalah perintah untuk menyembelih Ismail. Kisah ini diabadikan oleh Allah
dalam surat Ash-shaffat ayat 102-109. Meskipun perasaan sedih, cemas,
gundah gulana serta godaan syetan yang terus menghampiri Nabi
Ibrahim, namun akhirnya ia dapat menunaikan perintah Allah tersebut
dengan penuh keikhlasan.

Semua ujian-ujian yang diberikan kepada Nabi Ibrahim alaihissalam, tidak


pernah ada yang ditentangnya. Semuanya ia laksanakan dengan segera,
penuh keikhlasan dan kesempurnaan. Makna inilah yang ditunjukan pada
kalimat "fa atammahunna" (lalu Ibrahim menunaikannya) pada surat Al-
Baqarah ayat 124.

Pada kisah dan keteladanan Ibrahim alaihissalam dalam hal pengorbanan,


memberikan pelajaran yang sangat dalam kepada kita bahwa
pengorbanan akan melahirkan keberkahan. Dengan pengorbanan yang
telah dilakukan, Ibrahim menjadi orang yang paling dicintai Allah,
khalilullah (kekasih Allah), imam (pemimpin), abul anbiya (bapak para
nabi), hanif, sebutan yang baik, kekayaan harta yang melimpah ruah, dan
banyak lagi.

Dari pengorbanan Ibrahim dan keluarganya, Kota Makkah dan sekitarnya


menjadi pusat ibadah umat manusia sedunia. Sumur Zamzam yang penuh
berkah mengalir di tengah padang pasir dan tidak pernah kering hingga
sekarang. Dan puncak keberkahan dari itu semua adalah dari
keturunannya lahir seorang manusia pilihan; Muhammad saw., nabi yang
menjadi rahmatan lil’alamiin.

Ujian-ujian yang Allah berikan tidak hanya kepada para nabi. Semua umat
manusia termasuk kita semua pasti akan mendapatkan ujian-ujian dari
Allah Swt, berupa rasa takut, cemas, rasa lapar, kekurangan harta,
ancaman kematian dan kekurangan buah-buahan. Allah Swt telah
berfirman, "Dan kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan,
kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan sampaikanlah
kabar gembira kepada orang-orang yang sabar." (Al-Baqarah [2]: 155)

Setiap ujian yang menimpa kita semua tiada lain adalah untuk
mengetahui sejauhmana ketangguhan iman kita kepada Allah Swt. Tidak
bisa dikatakan tangguh keimanan kita, apabila dari setiap ujian yang
menimpa, kita tidak melakukan pengorbanan-pengorbanan untuk Allah
Swt.

Dengan pengorbanan yang kita lakukan akan memberikan keberkahan


bagi hidup kita, keluarga, dan keturunan kita. Pengorbanan akan
melahirkan peradaban besar. Pengorbanan yang kita lakukan akan
menjadi parameter sejauhmana kualiatas keimanan dan ketakwaan kita
kepada Allah Swt. Wallahu'alam bishawab.

You might also like