You are on page 1of 22

FUNGSI SEKRESI SISTEM PENCERNAAN

Cavitas Oral & Glandula Saliva


 Pencernaan mekanik
 Rongga mulut dan bibir à menampung makanan, artikulasi bicara.
 Palatum & uvula à bernafas dan mengunyah bersamaan.
 Lidah à memandu makanan dan berbicara.
 Faring à penghubung mulut dan esofagus.
 Gigi à pemotongan, perobekan, penggilingan dan pencampuran makanan.
 Pencernaan kimiawi à saliva

Salivary Gland

 Merupakan campuran sekret dari semua kelenjar saliva.


 Mengandung amilase, lisozim, IgA, air, serus/ musin, kalium, dan ion bikarbonat
 pH 6,0-7,4
 Fungsi:
a. Membantu membuang bakteri patogen juga partikel–partikel makanan yang
memberi dukungan metabolik bagi bakteri.
b. Saliva mengandung beberapa faktor yang dapat menghancurkan bakteri seperti
ion tiosianat, enzim proteolitik (lisozim => menyerang bakteri, membantu ion
tiosianat memasuki bakteri, mencerna partikel–partikel makanan).
c. Mengandung sejumlah besar antibody protein yang dapat menghancurkan
bakteri rongga mulut dan karies gigi.

 Komposisi : 97-99 % air


 Komposisi lain :
 Amilase à enzim untuk pencernaan KH
 Lipase à enzim untuk pencernaan lemak
 Lisozim à membunuh bakteri
 Mukus à membasahi makanan à mudah dikunyah
 Immunoglobulin A à menghambat pertumbuhan bakteri
 Elektrolit à K, Bikarbonat, Na, Cl, Phosfat.

Saliva memiliki dua tipe sekresi protein yang utama yakni :

1. Sekresi serus : mengandung ptyalin yang berfungsi sebagai enzim untuk mencerna
serat dan mengubah amilum menjadi glukosa. Serus ini dihasilkan terutama oleh glandula
parotis. Sedangkan glandula sublingualis dan submandibularis menghasilkan serus dan
mucus.
2. Sekresi mucus : mengandung musin yang berguna untuk tujuan pelumasan dan
perlindungan permukaan mulut.

Glandula saliva atau kelenjar ludah berfungsi sebagai penghasil saliva. Terdapat 2 jenis
glandula saliva, yakni mayor dan minor. Glandula saliva minor tedapat di lingua sedangkan
glandula saliva mayor, diantaranya glandula parotis, glandula submandibularis, dan glandula
sublingualis.

Esofagus
 Berperan dalam proses menelan.
 Proses berjalan secara aktif tanpa terpengaruh gravitasi.
 Terdapat sfingter gastroesofagus à mencegah refluks isi lambung.
 Sekresi à mukus à lubrikasi/pelumasan dan melindungi dinding esofagus dari asam
dan enzim gaster (bila terjadi refluks).

Gaster
Fungsi motorik lambung :

a. Penyimpanan sejumlah besar makanan sampai makanan dapat diproses. Fungsi


penyimpanan ini terutama pada regio cardia, fundus, dan corpus.
b. Pencampuran makanan dengan sekresi lambung sampai membentuk campuran
setengah cair yang disebut kimus. Kimus ini serupa atau mirip dengan pasta dengan
derajat keenceran bergantung dari jumlah relatif makanan, air, sekresi lambung, dan
derajat pencernaan yang telah terjadi.
c. Pengosongan kimus dengan lambat dari lambung ke dalam usus halus pada
kecepatan yang sesuai untuk pencernaan dan absorpsi yang tepat oleh usus halus.

Di dalam lambung makanan dicerna secara mekanis dan kimiawi. Pencernaan


mekanis dilakukan oleh otot-otot dinding lambung yang tersusun atas otot melingkar,
memanjang, dan menyerong. Kontraksi dari ketiga otot itu menyebabkan gerakan peristaltis
yang berupa gerakan bergelombang sehingga makanan diaduk-aduk. Pada gerakan ini,
bentuk makanan yang tadinya bolus (makanan yang dihaluskan oleh gigi yang bercampur
dengan saliva) berubah menjadi chyme atau kimus (campuran antara bolus makanan dengan
cairan lambung yang berbentuk seperti susu setengah cair atau pasta).

Pencernaan kimiawi dilakukan oleh enzim-enzim yang terdapat pada lambung. Enzim-
enzim itu dihasilkan oleh kelenjar-kelenjar tubular yang terdapat pada lambung, antara lain :

1. Kelenjar Oksintik (Gastric) sebagai pembentuk asam, berfungsi mensekresikan


asam hidroklorida, pepsinogen, factor intrinsik, dan mucus. Kelenjar ini memiliki 3 tipe sel
:
1. Sel leher mucus => mensekresi mukus, namun juga beberapa pepsinogen.
2. Sel peptik => mensekresi sejumlah besar pepsinogen (pH optimal pepsin = 1,8-3,5).
3. Sel parietal => mensekresi asam hidroklorida (pH = 0,8) dan faktor intrinsik.
Bagian korpus dan fundus gaster memiliki ketiga sel pada kelenjar oksintik ini, sedangkan
bagian pilorus memilki hanya sel mukus dan sel peptik saja.

2. Kelenjar Pilorik bekerja mensekresi mucus untuk melindungi mukosa pylorus dan
beberapa pepsinogen juga hormon gastrin yang nantinya berperan dalam mengatur
sekresi gastrik.
Adapun karakteristik sel mucus antara lain :

1. Sel ini mensekresikan mucus kental yang tidak larut dan melapisi mukosa dengan
selapis mucus gel dengan tebal ≥ 1 mm sehingga menyediakan rangka proteksi utama
bagi dinding lambung.
2. Mucus bersifat alkalis karenanya dinding normal lambung tidak pernah terpapar
secara langsung dengan sekresi lambung yang sangat asam dan proteolitik.

Getah lambung itu sendiri terdiri dari asam hidroklorida, pepsinogen, musin (mukosa
protein untuk melicinkan makanan), air, ion-ion, garam anorganik, dan renin. Pengeluaran
getah lambung dipengaruhi oleh aroma, bentuk, warna, dan selera terhadap suatu makanan.
Oleh karena itu, ketika tiba waktunya makan, akan terjadi produksi getah lambung dan
apabila kita terlambat makan, getah lambung inilah yang akan menimbulkan rasa nyeri pada
dinding otot lambung, terkait dengan sifatnya yang sangat asam dan menyebabkan apa
yang kita sebut maag.

Perangsangan Sekresi Asam Lambung

Ketika makanan yang mengandung protein mencapai lambung, beberapa protein


dari makanan tersebut tersebut dapat merangsang sel “G” melepaskan gastrin ke dalam
getah pencernaan lambung. Proses pencampuran getah pencernaan membawa gastrin
dengan cepat ke sel ECL yang berada di dalam korpus lambung, sehingga menyebabkan
pelepasan histamine. Histamine lalu bekerja cepat merangsang sekresi HCl oleh sel parietal.

Pengaturan Sekresi Pepsinogen

Sekresi pepsinogen terjadi sebagai respon terhadap :

 Perangsangan sel-sel peptik oleh asetilkolin.


 Perangsangan sekresi sel peptik sebagai respon terhadap adanya asam di dalam
lambung.

Peranan Hormon

 Gastrin  merangsang sekresi lambung.


 Secretin, Cholecystokinin, dan Gastric Inhibitory Polypeptide  menghambat sekresi
lambung.

Fase Sekresi Lambung

1. Fase Sefalik
Berlangsung bahkan sebelum makanan masuk ke dalam lambung, terutama sewaktu
makanan sedang dikonsumsi. Sinyal neurogenik yang menyebabkan fase sefalik dari
sekresi lambung berasal dari korteks serebri dan pada pusat nafsu makan di amigdala
dan hipotalamus. Sinyal ditransmisikan melalui nervus vagus ke lambung. Fase ini
normalnya menghasilkan sekitar 20 % sekresi lambung yang berkaitan dengan
konsumsi makanan.

2. Fase Gastrik
Ketika makanan nasuk ke lambung, maka akan membangkitkan refleks vasofagal,
reflelks enteric setempat, dan sekresi gastrin. Semuanya kemudian akan menyebabkan
sekresi getah lambung yang mencapai sekitar 70 % dari total sekresi lambung yang
berkaitan dengan konsumsi makanan.

3. Fase Intestinal
Keberadaan makanan di bagian atas usus halus akan terus mengakibatkan lambung
mensekresi sejumlah kecil getah pencernaan. Hal ini mungkin terjadi akibat sejumlah
kecil gastrin yang dilepaskan oleh mukosa duodenum.

PENYIMPANAN LAMBUNG

Makanan yang masuk ke dalam lambung akan meregangkan dinding lambung,


kemudian akan timbul refleks vasovagal ke batang otak. Refleks ini nantinya akan
dikembalikan ke lambung sehingga mengurangi tonus otot corpus. Hal ini akan
menyebabkan dinding lambung menonjol keluar dan dapat menampung makanan dalam
jumlah yang lebih banyak (batas maksimal saat lambung relaksasi sempurna adalah mampu
menampung makanan hingga 0,8 – 1,5 liter).

Saat masuk ke dalam lambung, makanan yang bersentuhan dengan mukosa lambung
akan menyebabkan sekresi getah pencernaan oleh kelenjar gastrik. Di sini adalah peran
hormon gastrin (disekresi oleh sel G bagian antrum lambung) yang akan merangsang sekresi
asam lambung yang akan bercampur dengan makanan. Adanya makanan di dalam lambung
ini juga akan menimbulkan gelombang pencampur (gelombang peristaltik). Gelombang ini
berjalan dari bagian korpus ke antrum dengan besar gelombang yang semakin kuat menuju
ke antrum. Gelombang yang kuat ini akan menimbulkan cincin konstriktor yang digerakkan
oleh potensial aksi peristaltik yang kuat yang mendorong makanan ke arah pilorus.

PENGOSONGAN LAMBUNG

Pengosongan isi lambung (berlanjut setelah makanan mencapai daerah pilorus)


ditimbulkan oleh kontraksi peristaltik yang kuat di bagian antrum lambung. Pengosongan
lambung juga dipengaruhi oleh suatu kerja pemompaan yang disebut pompa pilorus.
Pengosongan lambung dipengaruhi oleh sinyal – sinyal dari lambung dan duodenum.
Faktor – faktor pada lambung yang dapat menyebabkan pengosongan lambung yaitu :

a. Peningkatan volume makanan yang menyebabkan peregangan dinding lambung


sehingga timbul refleks – refleks yang memperkuat aktivitas pompa pilorus.
b. Efek hormon gastrin yang juga dapat meningkatkan aktivitas pompa pilorus untuk
mendorong makanan ke duodenum dengan melewati sfingter pilorus.

Sedangkan, faktor – faktor pada duodenum untuk pengosongan lambung yaitu


timbulnya refleks – refleks saraf dari dinding duodenum yang melewati lambung untuk
melambatkan atau menghentikan pengosongan lambung bila kimus di duodenum masih
banyak. Refleks ini diperantarai melalui tiga jalur, yaitu :

a. Langsung dari duodenum ke lambung melalui sistem saraf enterik pada dinding
lambung.
b. Melalui saraf-saraf ekstrinsik yang berjalan ke ganglia simpatis prevertebra dan
kembali ke lambung melalui serabut saraf simpatis penghambat.
c. Melalui nervus vagus ke batang otak sehingga menghambat sinyal eksitatorik normal
yang ditransmisikan ke lambung melalui nervus vagus.

Intestinum Tenue
Usus halus adalah tempat berlangsungnya sebagian besar pencernaan dan
penyerapan. Setelah isi lumen meninggalkan usus halus tidak terjadi lagi pencernaan
walaupun usus besar dapat menyerap sejumlah kecil garam dan air. Usus halus adalah suatu
saluran dengan panjang sekitar 6,3 m (21 kaki) dengan diameter kecil 2,5 cm (1 inci). Usus ini
berada dalam keadaan bergulung di dalam rongga abdomen dan terentang dari lambung
sampai usus besar. Usus halus dibagi menjadi tiga segmen yakni duodenum (20 cm), jejunum
(2,5 m), dan ileum (3,6 m).

Segmentasi yaitu metode motilitas utama usus halus, mencampur dan mendorong
secara perlahan kimus. Segmentasi terdiri dari kontraksi berbentuk cincin yang berosilasi
otot polos sirkuler di sepanjang usus halus; diantara segmen-segmen yang berkontraksi
terdapat daerah-daerah yang berisi bolus kecil kimus. Segmentasi tidak hanya menyebabkan
pencampuran kimus, tetapi juga merupakan faktor utama yang mendorong kimus secara
perlahan melewati usus halus.

Jika sebagian besar makanan sudah diserap, kontraksi segmental berhenti dan
digantikan oleh migrating motility complex yang berlangsung diantara waktu makan.
Motilitas diantara waktu makan ini berupa gelombang-gelombang peristaltic repetitive
lambat yang berjalan singkat ke arah hulu usus sebelum lenyap. Diperkirakan bahwa
hormon motilin, yang keberadaannya belum dapat dipastikan, mungkin mengatur kompleks
motilitas migratif. Sewaktu makanan berikutnya datang, aktivitas segmental kembali
dicetuskan dan kompleks motilitas migratif berhenti.

Di pertemuan antara usus halus dan usus besar, bagian terakhir ileum mengosongkan
isinya ke dalam sekum. Ada dua faktor yang menyebabkan bagian ini dapat berfungsi
sebagai sawar antara usus halus dan usus besar. Pertama, susunan anatomisnya menyerupai
lipatan-lipatan tonjolan jaringan mirip katup dari ileum ke dalam lumen sekum. Apabila isi
ileum terdorong ke depan, katup ileosekum ini mudah terbuka, tetapi lipatan jaringan
tersebut akan terdorong menutup jika isi sekum mencoba bergerak mundur ke ileum.
Kedua, otot polos di dalam beberapa sentimeter terakhir dinding ileum menebal,
membentuk suatu spingter yang berada di bawah control saraf dan hormon. Sfingter
ileosekum ini umumnya berada dalam keadaan sedikit berkonstriksi. Tekanan di sisi sekum
sfingter menyebabkannya semakin kuat berkontraksi; peregangan di sisi ileum
menyebabkan sfingter melemas, suatu reaksi yang diperntarai oleh pleksus-pleksus saraf
intrinsik di daerah tersebut. Dengan cara ini, sfingter ileosekum mencegah isi usus besar
yang penuh bakteri mencemari usus halus dan pada saat yang bersamaan memungkinkan isi
ileum masuk ke kolon. Relaksasi sfingter dapat ditingkatkan oleh pengeluaran gastrin pada
awal saat makan, pada saat terjadi peningkatan aktivitas lambung.

Setiap hari kelenjar-kelenjar eksokrin yang beada di mukosa usus halus mengeluarkan
sekitar 1,5 L larutan garam dan mucus cair (yang dikenal sebagai sukus enterikus) ke dalam
lumen. Tidak ada enzim pencernaan yang disekresikan ke dalam getah usus ini. Usus halus
tidak mensintesis enzim pencernaan, tetapi enzim-enzim pencernaan bekerja di dalam sel di
batas sel-sel epitel yang melapisi bagian dalam lumen dan tidak disekresikan secara langsung
ke dalam lumen. Mucus dalam sekresi menghasilkan proteksi dan lubrikasi. Selain itu, sekresi
encer ini menghasilkan banyak H2O untuk ikut serta dalam pencernaan makanan secara
enzimatik.

Pencernaan di dalam lumen usus halus dilaksanakan oleh enzim-enzim pancreas,


pencernaan lemak ditingkatkan oleh sekresi empedu. Akibat aktivitas enzim pancreas,
direduksi secara sempurna menjadi satuan-satuan monogliserida dan asam lemak bebas
yang dapat diserap, protein diuraikan menjadi fragmen-fragmen peptide kecil dan beberapa
asam amino, dan karbohdrat direduksi menjadi disakarida dan beberapa monosakarida.

Intestinum Crassum
Usus besar terdiri dari kolon, sekum, appendix, dan rectum. Sekum membentuk
kantung buntu di bawah taut antara usus halus dan usus besar di katup ileosekum. Tonjolan
kecil mirip jari di dasar sekum adalah appendix, jaringan limfoid yang mengandung limfosit.
Kolon yang membentuk sebagian besar usus besar, tidak bergelung-gelung seperti usus
halus, tetapi terdiri dari tiga bagian yang relatif lurus (kolon asendens), kolon transversus,
dan kolon desendens. Bagian akhir kolon desendens berbentuk huruf S, yaitu kolon sigmoid,
dan kemudian berbentuk lurus yang disebut rectum.

Lapisan otot polos longitudinal di sebelah luar tidak menutupi usus besar secara
penuh. Lapisan ini hanya terdiri dari tiga pita otot yang longitudinal, jelas, dan terpisah, yaitu
taenia coli, yang berjalan di sepanjang usus besar. Taenia koli ini lebih pendek dari otot polos
sirkuler dan lapisan mukosa di bawahnya apabila yang terakhir ini dijadikan mendatar. Oleh
karena itu, lapisan-lapisan di bawahnya berkumpul dalam kantung atau sakus yang disebut
haustra, mirip seperti bahan rok yang berkumpul di pinggang yang lebih sempit. Namun,
haustra bukan hanya sebagai tempat berkumpul permanen yang pasif; lokasi haustra secara
aktif berubah-ubah akibat kontraksi lapisan otot polos sirkuler.

Dalam keadaan normal kolon menerima sekitar 500 ml kimus dari usus halus setiap
hari. Karena sebagian besar pencernaan dan penyerapan telah selesai di usus halus, isi usus
yang disalurkan ke kolon terdiri dari residu makanan yang tidak dapat dicerna (misalnya
selulosa), komponen empedu yang tidak diserap, dan sisa cairan. Kolon mengekstraksi H2O
dan garam dari isi lumennya. Apa yang tersisa untuk dieliminasi dikenal sebagai feses (tinja).
Fungsi utama usus besar adalah untuk menyimpan bahan ini sebelum defekasi. Selulosa dan
bahan makanan yang tidak dapat dicerna membentuk sebagian besar feses dan membantu
mempertahankan pengeluaran tinja secara teratur karena menentukan volume isi kolon.

Umumnya gerakan usus besar berlangsung lambat dan tidak propulsif, sesuai dengan
fungsi kolon sebagai tempat absorpsi dan penyimpanan. Metode motilitas utama yang
digunakan kolon adalah kontraksi haustra yang dimulai oleh ritmisitas otonom sel-sel otot
polos kolon. Kontraksi-kontraksi ini, yang menyebabkan usus besar membentuk haustra,
serupa dengan segmentasi usus halus. Sementara segentasi usus halus terjadi dengan
kecepatan antara sembilan sampai dua belas kontraksi per menit, interval antara dua
kontraksi haustra mungkin mencapai tiga puluh menit. Letak kantung haustra secara
bertahap berubah sewaktu segmen-segmen yang semula melemas untuk membentuk
kantung secara perlahan berkontraksi sementara bagian yang semula berkontraksi melemas
untuk membentuk kantung baru. Gerakan ini bersifat nonpropulsif; gerakan haustra secara
perlahan mengaduk isi kolon melalui gerakan maju mundur yang menyebabkan isi kolon
terpajan ke mukosa absortif. Kontraksi haustra umumnya dikontrol oleh refleks-refleks lokal
yang melibatkan pleksus intrinsik.

Tiga sampai empat kali sehari, umumnya setelah makan, terjadi kontraksi simultan
segmen-segmen besar di kolon asendens dan transversus, sehingga dalam beberapa detik
feses terdorong sepertiga sampai tiga perempat dari panjang kolon. Kontraksi-kontraksi
masif yang diberi nama gerakan massa ini mendorong isi kolon ke bagian distal usus besar,
tempat isi tersebut disimpan sampai terjadi defekasi.

Sewaktu makanan masuk ke lambung, terjadi gerakan massa di kolon yang terutama
disebabkan oleh refleks gastrokolon, yang diperantarai oleh gastrin dari lambung ke kolon
dan oleh saraf otonom ekstrinsik. Sewaktu makanan baru memasuki saluran pencernaan,
akan terpicu refleks-refleks untuk memindahkan isi yang sudah ada ke bagian saluran cerna
yang lebih distal dan memberi jalan bagi makanan baru tersebut. Refleks gastroileum
memindahkan isi usus halus yang tersisa ke dalam usus besar; dan refleks gastrokolon
mondorong isi kolon ke dalam rectum yang memicu refleks defekasi.

Apabila terjadi, defekasi biasanya dibantu oleh gerakan mengejan volunter yang
melibatkan kontraksi simultan otot-otot abdomen dan ekspirasi paksa dengan glottis dalam
posisi tertutup. Manuver ini menyebabkan peningkatan tekanan intra-abdomen yang
membantu pengeluaran feses.

Hepar & Vesica Felea


Hepar
 Merupakan organ metabolic terbesar dan terpenting ditubuh. Sistem pencernaan
berfungsi untuk sekresi garam empedu, tapi melakukan fungsi lain, antara lain:
 Pengolahan metabolic nutrient utama (karbohidrat, protein, lemak) setelah
penyerapan dari saluran pencernaan.
 Detoksifikasi atau degradasi zat-zat sisa dan hormon serta obat dan senyawa
asing lainnya.
 Sintesis berbagai protein plasma, mencakup protein yang penting untuk
pembekuan darah serta untuk mengangkut hormon tiroid, steroid, dan
kolesterol dalam darah.
 Penyimpanan lemak, glikogen, besi, tembaga, dan banyak vitamin.
 Pengaktifan vitamin D, yang dilaksanakan oleh hati bersama dengan ginjal.
 Mengeluarkan bakteri dan sel darah merah yang asing, berkat adanya
makrofag yang residen.
 Ekskresi kolesterol dan bilirubin, yang terakhir adalah produk penguraian yang
berasal dari destruksi sel darah merah yang telah asing.
 Hati tersusun menjadi unit yang fungsional yang dikenal sebagai lobulus, yaitu
susunan heksagonal jaringan yang mengelilingi sebuah vena sentral. Di tepi luar
setiap “potongan” lobulus terdapat tiga pembuluh: cabang arteri hepatica, cabang
vena porta, dan duktus biliaris.
 Darah dari cabang-cabang arteri hepatica dan vena porta mengalir dari perifer lobulus
ke dalam ruang kapiler yang melebar yang disebut sinusoid. Sel-sel kupffer melapisi
bagian dalam sinusoid dan menghancurkan sel darah merah yang asing serta bakteri
yang lewat bersama darah.
 Vena sentral dari semua lobulus hati menyatu membentuk vena hepatica, yang
mengeluarkan darah yang keluar dari hati.
 Terdapat sebuah saluran tipis penyalur empedu (kanalikulus biliaris), ke duktus
biliaris di perifer lobulus lalu menyatu membentuk duktus biliaris komunis, yang
menyalurkan empedu dari hati ke duodenum.
 Sfingter Oddi, mencegah empedu memasuki duodenum, kecuali selama ingesti
makanan. Bila sfingter tertutup, sebagian garam empedu dibelokkan ke dalam
kandung empedu.

Komposisi Empedu
Zat yang paling banyak disekresikan dalam empedu adalah garam empedu, kira-kira
sebanyak setengah dari total zat-zat terlarut dalam empedu. Selain garam empedu, empedu
juga mensekresikan zat-zat dalam jumlah besar, seperti bilirubin, kolesterol, lesitin, dan
elektrolit plasma yang biasa. Dalam proses pemekatan di kantong empedu, air, dan sebagian
elektrolit (kecuali ion kalsium) direabsorbi oleh mukosa kandung empedu, tetapi pada
pokoknya semua unsur lain, terutama meliputi garam empedu dan zat lipid seperti
kolesterol, tidak direabsorbi sehingga menjadi sangat terkosentrasikan dalam empedu di
kantong empedu.

Fungsi Sistem Empedu

Empedu melakukan dua fungsi penting, yaitu :

1. Empedu memainkan peranan penting dalam pencernaan dan absorbsi lemak,


bukan akibat enzim apapun dalam empedu yang menyebabkan pencernaan lemak
tetapi karena asam empedu dalam empedu melakukan dua hal :
a. Asam empedu membantu mengelmusikan partikel lemak yang besar
dalam makanan menjadi partikel kecil yang dapat diserang enzim lipase getah
pankreas.
b. Asam empedu mentranspor dan absorbsi produk akhir lemak yang dicerna
menuju dan melalui membran mukosa intestinal.
2. Empedu adalah alat untuk mengeluarkan beberapa produk buangan penting dari
darah. Hal ini terutama meliputi bilirubin, suatu produk akhir dari penghancuran
hemoglobin, dan kelebihan kolesterol yang dibentuk oleh sel-sel hati.

Penyimpanan dan Pemekatan Empedu di Kandung Empedu

Empedu disekresikan terus-menerus oleh sel-sel hati, disimpan dalam kandung


empedu sampai diperlukan di dalam duodenum. Volume maksimal kandung empedu 30-60
ml, sekresi total sekitar 450 ml/hari, selama 12 jam, dapat disimpan dalam kandung empedu
karena natrium, klorida, dan elektrolit kecil lainnya terus-menerus diabsorbsi oleh mukosa
kandung empedu, memekatkan zat-zat empedu lainnya, termasuk garam empedu,
kolesterol, lesitin, dan bilirubin. Kebanyakan absorbsi disebabkan oleh transpor aktif natrium
melalui epitel kandung empedu, dan diikuti oleh absorbsi sekunder ion klorida, air, dan
kebanyakan zat terlarut lainnya. Empedu secara normal dipekatkan sebanyak 5 kali lipat
dengan cara ini, tapi dapat dipekatkan lagi hingga maksimal 20 kali lipat.

Pengosongan Kandung Empedu

Kandung empedu mulai dikosongkan, terutama setelah makanan berlemak masuk ke


duodenum sekitar 30 menit setelah makan. Dua keadaan dasar yang diperlukan untuk
pengosongannya, yaitu:

1. Sfingter oddi harus relaksasi untuk mengizinkan empedu mengalir dari duktus
biliaris komunis ke dalam duodenum.
2. Kandung empedu harus berkontraksi untuk memberikan tenaga untuk
menggerakkan empedu.

Sejauh ini rangsangan yang paling poten untuk mengkontraksikan kandung empedu
adalah hormon kolesistokinin, yang menyebabkan peningkatan sekresi enzim oleh sel-sel
asinar pankreas, sedang rangsangan untuk melepaskan hormon kolesitokinin adalah
makanan berlemak. Selain kolesistokinin, kandung empedu juga dirangsang oleh oleh serat-
serat saraf yang mensekresikan asetilkolin dari sistem saraf vagus dan enterik.

Paling sedikit ada tiga faktor yang membantu pengosongan ini :

1. Kolesistokinin menyebabkan efek kontraksi otot kandung empedu. Tapi efek ini
belum cukup untuk pengosongan yang bermakna.
2. Kontraksi kandung empedu menghantarkan gelombang peristaltik melalui duktus
biliaris komunis menuju sfingter Oddi, dan menyebabkan sfingter ini menjadi
terhambat. Ini juga, biasanya belum cukup untuk mengosongkan dalam jumlah besar.
3. Ketika gelombang peristaltik usus berjalan pada dinding duodenum, fase relaksasi
dari setiap gelombang dengan kuat merelaksasi otot dinding usus. Ini adalah efek yang
paling kuat. Akibatnya empedu biasanya masuk ke duodenum dalam bentuk pancaran
yang sinkron dengan fase relaksasi peristaltik duodenum.

Ringkasnya, kandung empedu mengosongkan simpanan empedu pekatnya ke dalam


duodenum terutama sebagai respon terhadap perangsangan kolesistokinin. Saat lemak
tidak ada, pengosongan kandung empedu berlangsung buruk, normalnya kandung empedu
kosong dalam waktu sekitar 1 jam.

Garam-Garam Empedu dan Fungsinya

Sel hati membentuk sekitar 0,6 gr/hari garam empedu. Prekursor dari garam empedu
adalah kolesterol, kemudian diubah menjadi asam kolik atau asam kenodeoksikolik dalam
jumlah yang sama. Asam-asam ini kemudian berkombinasi dengan glisin dan taurinum
membentuk gliko- dan tauro terkonjugasi-asam empedu. Garam-garam dari asam ini akan
disekresikan dalam empedu. Garam-garam empedu ini memiliki fungsi :

1. Bekerja seperti deterjen pada partikel lemak dalam makanan, yang mengurangi
tegangan permukaan partikel dan mengizinkan gejolak mekanik/agitasi dalam traktus
intestinal untuk memecah lemak menjadi ukuran kecil. Proses ini disebut emulsifikasi
lemak.
2. Membantu absorbsi asam lemak, monogliserida, kolesterol, dan lipid lain dalam
traktus intestinal. Garam empedu melakukan fungsi ini dengan membentuk kompleks-
kompleks kecil dengan lemak (micelus), dan sangat mudah larut akibat muatan listrik
dari garam empedu.
Tanpa adanya garam-garam empedu di dalam traktus intestinal, 40% lemak yang
dicerna akan keluar bersama tinja, dan pasien seringkali mengalami defisit metabolisme
akibat hilangnya nutrien ini.

Sekresi Kolesterol (Pembentukan Batu Empedu)

Garam-garam empedu dibentuk dari kolesterol di dalam sel-sel hepatik, dan sekitar 1-
2 gr/hari kolesterol juga disekresikan ke dalam empedu.

Kolesterol hampir tidak larut dalam air murni, tapi garam empedu dan lesitin empedu
dapat berkombinasi dengan kolesterol, membentuk micelus ultra-mikroskopis yang larut.
Jika empedu sudah pekat, garam-garam empedu dan lesitin akan menjadi pekat bersama
kolesterol, yang membuat kolesterol tetap dalam bentuk larutan.

Bila abnormal, kolesterol dapat mengendap (terpresipitasi), menyebabkan batu


empedu. Berbagai kondisi yang dapat mengendapkan kolesterol antara lain:

1. Terlalu banyak absorbsi air dari empedu.


2. Terlalu banyak absorbsi garam empedu dan lesitin dari empedu.
3. Terlalu banyak sekresi kolesterol dalam empedu.
4. Peradangan epitel kandung empedu.

Peradangan epitel ini seringkali berasal dari infeksi kronis rendah, yang mengubah
karekteristik absorbsi mukosa kandung empedu, kadang-kadang memungkinkan absorbsi
air, garam-garam empedu atau zat-zat lain yang terlalu besar, yang dibutuhkan untuk
menjaga kolesterol agar tetap larut.

Akibatnya kolesterol mulai mengendap, biasanya membentuk banyak kristal-kristal


kecil di permukaan mukosa yang radang atau pada partikel-partikel endapan bilirubin kecil,
dimana bilirubin kecil itu adalah hasil dekonjugasi bilirubin glukoronida terlarut oleh enzim
bakteri. Kemudian partikel-partikel bilirubin bekerja sebagai nodus untuk pengendapan
kolesterol lebih lanjut sehingga kristal membesar. Kadang-kadang terbentuk banyak batu
seperti pasir, dan sering terjadi penggabungan membentuk beberapa batu empedu yang
besar, atau satu batu yang mengisi seluruh kandung empedu.

Vesica Felea
 Merupakan dibertikulum dari duktus hepatikus komunis yang dihubungkan dengan
duktus sistikus.
 Kandung empedu penjangnya kurang lebih 8 cm dan garis tengahnya 4 cm. Tetapi
dapat sangat membesar. Dindingnya terdiri dari tiga lapisan:
1. membran mukosa
2. muskularis
3. adventitia (serosa)
 Kandung empedu sendiri berfungsi sebagai tempat penampungan empedu yang
dihasilkan terus-menerus oleh hati, tetapi dikeluarkan sedikit demi sedikit ke dalam
usus. Di dalam kandung empedu, empedu dikentalkan karena cairannya diarbsorbsi
oleh epitel.
 Kandung empedu mengosongkan simpanan empedu pekatnya ke dalam duodenum
terutama sebagai respon terhadap perangsangan kolesistokinin yang terutama
dicetuskan oleh makanan berlemak.
 Selain itu kandung empedu juga dirangsang secara kurang kuat oleh serabut-serabut
saraf yang mensekresi asetilkolin dari sistem saraf vagus dan enterik usus.
 Empedu disekresikan dalam 2 tahap oleh hati:
1. Bagian awal disekrsi oleh sel-sel fungsional utama hati (sel hepatosit),
mengandung asam empedu, kolesterol, dan zat organik lain. Kemudian empedu
disekresikan ke dalam kanalikuli biliaris kecil yang terletak antara sel-sel hati.
2. Empedu mengalir dalam kanalikuli menuju septa interlobularis. Tempat kanalikuli
mengeluarkan empedu ke dalam duktus biliaris terminal  duktus lebih besar 
duktus hepatika dan duktus biliaris komunis  duodenum.
 Fungsi garam empedu
1. Bekerja sebagai detergen pada partikel lemak pada makanan (emulsifikasi).
2. Membantu absorbsi dari asam lemak, monogliserida, kolesterol, lemak lain dalam
traktus intestinal.
 Melakukan fungsi dengan cara membentuk kompleks-kompleks fisik yang sangat
kecil dengan lemak (micel), bersifat semi larut dalam kimus akibat muatan listrik dari
garam-garam empedu. Tanpa garam-garam empedu dalam traktus intestinal, 40%
lemak dkeluarkan bersama tinja, sehingga menyebabkan defisit metabolisme.
Pacreas
Pankreas merupakan organ panjang dan besar, terletak pada bagian cekung
duodenum dan meluas ke belakang peritoneum dari dinding posterior perut, menuju ke arah
kiri mencapai hilus limpa.

Pankreas merupakan alah satu dari organ tambahan yang sangat berperan dalam
proses makanan. Ada beberapa hal penting yang dilaksanakan oleh pankreas antara lain :

a. Sekresi Enzim-Enzim Pankreas


Ada dua fungsi utama yang paling penting dari sekresi pankreas adalah sekresi
enzim-enzim untuk pencernaan dan sekresi ion-ion bikarbonat yang berkaitan erat
dengan proses penetralan kimus yang berasal dari gaster di dalam duodenum yang
nantinya mengubah susasana asam menjadi basa.
Enzim pencernaan pankreas untuk karbohidrat adalah amilase pankreas yang
akan menghidrolisis serat, glikogen, dan sebagian besar karbohidrat lain (kecuali
selulose) untuk membentuk disakarida dan beberapa trisakarida. Sedangkan enzim
untuk pencernaan lemak adalah lipase pankreas yang mampu menghidolisis lemak
netral menjadi asam lemak dan monogliserida, kolesterol esterase yang
menyebabkan hidrolisis ester kolesterol dan fosfolipase yang memecah asam lemak
dari fosfolipid. Enzim-enzim tersebut dalam keadaan tidak aktif dalam bentuk
tripsinogen, kimotripsinogen dan prokarboksipolipeptidase dan aktif apabila telah
disekresikan ke dalam traktus intestinal.

b. Rangsangan Dasar Sekresi Pankreatrik


Ada tiga rangsangan dasar yang penting dalam menyebabkan sekresi
pankreatik :
1. Asetilkolin, yang dilepaskan dari ujung-ujung nervus vagus parasimpatis b
demikian juga dari saraf-saraf kolinergik di dalam sistem saraf enterik.
2. Kolesistokinin, yang disekresikan oleh mukosa duodenum dan jejunum
bagian atas ketika makanan masuk ke dalam usus halus.
3. Sekretin, yang disekresikan oleh mukosa duodenum dan jejunum bagian
atas ketika makanan masuk ke dalam usus halus.

c. Fase-Fase Sekresi Pankreatik

1. Fase Sefalik dan Gastrik


Selama fase sefalik sekresi pankreas, sinyal-sinyal saraf yang sama dari
otak yang menyebabkan sekresi dalam lambung juga menyebabkan asetilkolin
dilepaskan oleh ujung-ujung nervus vagus dalam pankreas. Hal ini
disekresikannya sejumlah enzim pankreas, kurang lebih 20 % dari total enzim
pankreas.
Sedangkan selama fase gastrik, rangsangan saraf terhadap sekresi enzim
berlanjut terus, dan menghasilkan lagi sebanyak 5-10 % dari enzim pankreas
yang disekresikan.

2. Fase Intestinal
Setelah kimus meninggalkan lambung dan masuk ke dalam usus halus,
sekresi pankreas menjadi sangat banyak, terutama sebagai respon terhadap
hormon sekretin.

You might also like