You are on page 1of 12

ASKEP GANGGUAN SISTEM KARDIOVASKULER

PENGKAJIAN

RIWAYAT KESEHATAN/KEPERAWATAN

Keluhan Utama :
• Nyeri dada
• Sesak nafas
• Edema

Riwayat Kesehatan :
Digunakan untuk mengumpulkan data tentang kebiasaan yang mencerminkan refleksi perubahan
dan sirkulasi oksigen.
• Nyeri ---- lokasi, durasi, awal pencetus, kwalitas, kuantitas, factor yang
memperberat/memperingan, tipe nyeri.
• Integritas neurovaskuler ---- mengalami panas, mati rasa, dan perasaan geli.
• Status pernafasan ---- sukar bernafas, nafas pendek, orthopnoe, paroxysmal nocturnal dyspnoe
dan efek latihan pada pernafasan.
• Ganngguan sirkulasi ---- peningkatan berat badan, perdarahan, pasien sudah lelah.
• Riwayat kesehatan sebelumnya ---- penyekit yang pernah diderita, obat-obat yang digunakan
dan potensial penyakit keturunan.
• Kebiasaan pasien ---- diet, latihan, merokok dan minuman.

Riwayat Perkembangan :
Struktur system kardiovaskuler berubah sesuai usia.
• Efek perkembangan fisik denyut jantung.
• Produksi zat dalam darah.
• Tekanan darah.

Riwayat Sosial :
• Cara hidup pasien.
• Latar belakang pendidikan
• Sumber-sumber ekonomi.
• Agama.
• Kebudayaan dan etnik.

Riwayat Psikologis :
Informasi tentang status psikologis penting untuk mengembangkan rencana asuhan keperawatan.
• Mengidentifikasi stress/sumber stress.
• Mengidentifikasi cara koping, mekanisme dan sumber-sumber coping.

PENGKAJIAN FISIK

JANTUNG
Pemeriksaan fisik meliputi pemeriksaan fisik umum dan khusus pada jantung. Sebelum
melakukan pemeriksaan fisik khusus pada jantung, maka penting terlebih dahulu melihat pasien
secara keseluruhan/keadaan umum termasuk mengukur tekanan darah, denyut nadi, suhu badan
dan frekuensi pernafasan.
Keadaan umum secara keseluruhan yang perlu dilihat adalah :
• Bentuk tubuh gemuk/kurus
• Anemis
• Sianosis
• Sesak nafas
• Keringat dingin
• Muka sembab
• Oedem kelopak mata
• Asites
• Bengkak tungkai/pergelangan kaki
• Clubbing ujung jari-jari tangan
Pada pasien khususnya penyakit jantung amat penting melakukan pemeriksaan nadi adalah :
• Kecepatan/menit
• Kuat/lemah (besar/kecil)
• Teratur atau tidak
• Isi setiap denyut sama kuat atau tidak.

INSPEKSI
Lihat dan perhatikan impuls dari iktus kordis
Mudah terlihat pada pasien yang kurus dan tidak terlihat pada pasien yang gemuk atau emfisema
pulmonum. Yang perlu diperhatikan adalah Titik Impuls Maksimum (Point of Maximum
Impulse). Normalnya berada pada ruang intercostals V pada garis midklavikular kiri. Apabila
impuls maksimum ini bergeser ke kiri berarti ada pembesaran jantung kiri atau jantung terdorong
atau tertarik kekiri.
Toraks/dada
Pasien berbaring dengan dasar yang rata. Pada bentuk dada “Veussure Cardiac” dinding totaks di
bagian jantung menonjolm menandakan penyekit jantung congenital. Benjolan ini dapat
dipastikan dengan perabaan.
Vena Jugularis Eksterna (dileher kiri dan kanan)
Teknik :
• Posisi pasien setengah duduk dengan kemiringan ± 45º
• Leher diluruskan dan kepala menoleh sedikit kekiri pemeriksa di kanan pasien
• Perhatikan vena jugularis eksterna yang terletak di leher ; apakah terisi penuh/sebagian, di
mana batas atasnya bergerak naik turun.
• Dalam keadaan normal vena jugularis eksterna tersebut kosong/kolaps.
• Vena jugularis yang terisi dapat disebabkan oleh :
- Payah jantung kanan (dengan atau tanpa jantung kiri).
- Tekanan intra toraks yang meninggi.
- Tamponade jantung.
- Tumor mediastinum yang menekan vena cava superior.

PALPASI
Palpasi dapat mengetahui dan mengenal ukuran jantung dan denyut jantung. Point of Maximum
Impuls dipalpasi untuk mengetahui getaran yang terjadi ketika darah mengalir melalui katup
yang menyempit atau mengalami gangguan.
Dengan posisi pasien tetap terlentang kita raba iktus kordis yang kita amati pada inspeksi.
Perabaan dilakukan dengan 2 jari (telunjuk dan jari tengah) atau dengan telapak tangan.
Yang perlu dinilai adalah :
• Lebar impuls iktus kordis
• Kekuatan angkatnya
Normal lebar iktus kordis tidak melebihi 2 jari. Selain itu perlu pula dirasakan (dengan telapak
tangan) :
• Bising jantung yang keras (thrill)
• Apakah bising sistolik atau diastolic
• Bunyi murmur
• Friction rub (gesekan pericardium dengan pleura)
Iktus kordis yang kuat dan melebar tanda dari pembesaran/hipertropi otot jantung akibat
latihan/atlit, hipertensi, hipertiroid atau kelainan katup jantung.

PERKUSI

Dengan posisi pasien tetap berbaring/terlentang kita lakukan pemeriksaan perkusi. Tujuannya
adalah untuk menentukan batas jantung (batas atas kanan kiri). Teknik perkusi menuntut
penguasaan teknik dan pengalaman, diperlukan keterampilan khusus. Pemeriksa harus
mengetahui tentang apa yang disebut sonor, redup dan timpani.

AUSKULTASI

Pemeriksaan auskultasi untuk menentukan denyut jantung, irama jantung, bunyi jantung,
murmur dan gesekan (rub).

Bunyi jantung perlu dinilai kualitas dan frekuensinya. Bunyi jantung merupakan refleksi dari
membuka dan menutupnya katup dan terdengar di titik spesifik dari dinding dada.
Bunyi jantung I (S1) dihasilkan oleh penutupan katup atrioventrikuler (mitral dan trikuspidalis).
Bunyi jantung II (S2) disebabkan oleh penutupan katup semilunar (aorta dan pulmonal).
Bunyi jantung III (S3) merupakan pantulan vibrasi ventrikuler dihasilkan oleh pengisian
ventrikel ketika diastole dan mengikuti S2.
Bunyi jantung IV (S4) disebabkan oleh tahanan untuk mengisi ventrikel pada diastole yang
lambat karena meningkatnya tekanan diastole ventrikel atau lemahnya penggelembungan
ventrikel.
Bunyi bising jantung disebabkan oleh pembukaan dan penutupan katup jantung yang tidak
sempurna. Yang perlu diperhatikan pada setiap bising jantung adalah :
• Apakah bising sistolik atau diastolic atau kedua-duanya.
• Kenyaringan (keras-lemah) bising.
• Lokasi bising (yang maksimal).
• Penyebaran bising.
Adapun derajat kenyaringan bising jantung dipengaruhi oleh :
• Kecepatan aliran darah yang melalui katup.
• Derajat kelainan/gangguan katup.
• Tebal tipisnya dinding toraks.
• Ada tidaknya emfisema paru.
Tingkat kenyaringan bising jantung meliputi :
• Tingkat I : sangat lemah, terdengar pada ruangan amat sunyi.
• Tingkat II : lemah, dapat didengar dengan ketelitian.
• Tingkat III : nyaring, segera dapat terdengar/mudah didengar.
• Tingkat IV : amat nyaring tanpa thrill.
• Tingkat V : amat nyaring dengan thrill (getaran teraba)
• Tingkat VI : dapat didengar tanpa stetoskop.

Murmur adalah bunyi hasil vibrasi dalam jantung dan pembuluh darah besar disebabkan oleh
bertambahnya turbulensi aliran. Pada murmur dapat ditentukan :
• Lokasi : daerah tertentu/menyebar
• Waktu : setiap saat, ketika sistolik/diastolic.
• Intensitas :
Tingkat 1 : sangat redup.
Tingkat 2 : redup
Tingkat 3 : agak keras
Tingkat 4 : keras
Tingkat 5 : sangat keras
Tingkat 6 : kemungkinan paling keras.
• Puncak : kecepatan aliran darah melalui katup dapat berupa rendah, medium dan tinggi.
• Kualitas : mengalir, bersiul, keras/kasar, musical, gaduh atau serak.

Gesekan (rub) adalah bunyi yang dihasilkan oleh parietal dan visceral oleh perikarditis. Bunyi
kasar, intensitas, durasi dan lokasi tergantung posisi klien.

PEMBULUH DARAH

INSPEKSI
Pada pemeriksaan ini untuk mengobservasi warna, ukuran dan sirkulasi perifer.

PALPASI
Untuk mengetahui suhu, edema dan denyutan. Pemeriksa dapat menekan tempat tersebut dengan
ketentuan :
+ 1 = cekung sedikit yang cepat hilang.
+ 2 = cekung menghilang dalam waktu 10-15 detik.
+ 3 = cekung dalam yang menghilang dalam waktu 1-2 menit.
+ 4 = bebas cekungan hilang dalam waktu 5 menit atau lebih.

AUSKULTASI
Pada pemeriksaan ini dapat digunakan untuk mendengar bunyi arteri.
ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN
TETRALOGI FALLOT

I.      Pendahuluan

Tetralogi fallot (TF) merupakan penyakit jantung sianotik yang paling banyak ditemukan dimana
tetralogi fallot menempati urutan keempat penyakit jantung bawaan pada anak setelah defek
septum ventrikel,defek septum atrium dan duktus arteriosus persisten,atau lebih kurang 10-15 %
dari seluruh penyakit jantung bawaan, diantara penyakit jantung bawaan sianotik Tetralogi fallot
merupakan 2/3 nya. Tetralogi fallot merupakan penyakit jantung bawaan yang paling sering
ditemukan yang ditandai dengan sianosis sentral  akibat adanya pirau kanan ke kiri.

sDari banyaknya kasus kelainan jantung  serta kegawatan yang ditimbulkan akibat kelainan
jantung bawaan ini, maka sebagai seorang perawat dituntut untuk mampu mengenali tanda
kegawatan dan mampu memberikan asuhan keperawatan  yang tepat.

II. Pengertian

Tetralogi fallot (TF) adalah kelainan jantung dengan gangguan sianosis yang ditandai dengan
kombinasi 4 hal yang abnormal meliputi defek septum ventrikel, stenosis pulmonal, overriding
aorta, dan hipertrofi ventrikel kanan.

Komponen yang paling penting dalam menentukan derajat beratnya penyakit adalah stenosis 
pulmonal dari sangat ringan sampai berat. Stenosis pulmonal bersifat progresif , makin lama
makin berat.

III.      Etiologi

Pada sebagian besar kasus, penyebab penyakit jantung bawaa tidak diketahui secara pasti. diduga
karena adanya faktor endogen dan eksogen. Faktor –faktor tersebut antara lain :

Faktor endogen
 Berbagai jenis penyakit genetik : kelainan kromosom
 Anak yang lahir sebelumnya menderita  penyakit jantung bawaan
 Adanya  penyakit tertentu dalam keluarga seperti  diabetes melitus, hipertensi, penyakit
jantung  atau kelainan bawaan

Faktor eksogen

 Riwayat  kehamilan  ibu  : sebelumnya  ikut program KB oral atau suntik,minum obat-obatan
tanpa resep dokter, (thalidmide,dextroamphetamine.aminopterin,amethopterin, jamu)
 Ibu menderita penyakit infeksi :  rubella
 Pajanan terhadap sinar -X

Para ahli berpendapat bahwa penyebab endogen dan eksogen  tersebut jarang terpisah
menyebabkan penyakit jantung bawaan. Diperkirakan lebih dari 90% kasus penyebab adaah 
multifaktor. Apapun sebabnya, pajanan terhadap faktor penyebab harus ada sebelum akhir bulan
kedua kehamilan , oleh karena pada minggu ke delapan kehamilan pembentukan jantung janin
sudah selesai.

IV. Pemeriksaan diagnostik

a.    Pemeriksaan laboratorium


Ditemukan  adanya peningkatan hemoglobin dan hematokrit (Ht)  akibat saturasi oksigen yang
rendah. Pada umumnya hemoglobin dipertahankan 16-18 gr/dl dan hematokrit antara 50-65 %.
Nilai BGA  menunjukkan peningkatan tekanan partial karbondioksida (PCO2), penurunan
tekanan parsial oksigen (PO2) dan penurunan PH.pasien dengan Hn dan Ht normal atau rendah 
mungkin menderita defisiensi besi.

b. Radiologis
Sinar  X pada thoraks menunjukkan penurunan aliran darah pulmonal, tidak ada pembesaran
jantung . gambaran khas jantung tampak apeks jantung terangkat sehingga seperti sepatu.

c. Elektrokardiogram
Pada EKG sumbu QRS hampir selalu berdeviasi ke kanan. Tampak pula hipertrofi ventrikel
kanan. Pada anak besar dijumpai P pulmonal

d. Ekokardiografi
Memperlihatkan  dilatasi aorta, overriding aorta dengan dilatasi ventrikel kanan,penurunan
ukuran arteri pulmonalis & penurunan aliran darah ke paru-paru
e. Kateterisasi
Diperlukan sebelum tindakan pembedahan  untuk mengetahui defek septum ventrikel multiple,
mendeteksi kelainan arteri koronari dan mendeteksi stenosis pulmonal perifer. Mendeteksi
adanya penurunan saturasi oksigen, peningkatan tekanan ventrikel kanan, dengan tekanan
pulmonalis normal atau rendah.

V.      Web of causation/hubungan sebab akibat

Untuk melihatnya SILAKAN CLIK DISINI

VI. Komplikasi

1. Trombosis pulmonal
2. CVA trombosis
3. Abses otak
4. Perdarahan
5. Anemia relatif

VII. Proses keperawatan

1.

1. a. Pengkajian keperawatan
1. Riwayat kehamilan : ditanyakan sesuai dengan yang terdapat pada etiologi
(faktor endogen dan eksogen yang mempengaruhi).
2. Riwayat  tumbuh

Biasanya anak cendrung mengalami keterlambatan pertumbuhan karena fatiq selama makan dan
peningkatan kebutuhan kalori sebagai akibat dari kondisi penyakit.

1. Riwayat psikososial/ perkembangan

a. Kemungkinan mengalami masalah perkembangan


b. Mekanisme koping anak/ keluarga
c. Pengalaman hospitalisasi sebelumnya

2. Pemeriksaan fisik

a. Pada awal bayi baru lahir biasanya belum ditemukan sianotik,bayi tampak biru setelah
tumbuh.
b. Clubbing finger tampak setelah usia 6 bulan.

c. Serang sianotik mendadak (blue spells/cyanotic spells/paroxysmal hiperpnea,hypoxic spells)


ditandai dengan dyspnea, napas cepat dan dalam,lemas,kejang,sinkop bahkan sampai koma dan
kematian.

d. Anak akan sering Squatting (jongkok) setelah anak dapat berjalan, setelah berjalan beberapa
lama anak akan berjongkok dalam beberapa waktu sebelum ia berjalan kembali

e. Pada auskultasi terdengar bising sistolik yang keras didaerah pulmonal yang semakin melemah
dengan bertambahnya derajat obstruksi

f. Bunyi jantung  I normal. Sedang bunyi jantung II tunggal dan keras.

g. Bentuk dada bayi masih normal, namun pada anak yang lebih besar tampak menonjol akibat
pelebaran ventrikel kanan

h. Ginggiva hipertrofi,gigi sianotik

3. Pengetahuan  anak dan keluarga :

a. Pemahaman  tentang diagnosis.

b. Pengetahuan/penerimaan terhadap prognosis

c. Regimen pengobatan

d. Rencana perawatan ke depan

e. Kesiapan dan kemauan untuk belajar

Tatalaksana  pasien tetralogi fallot


Pada penderita yang mengalami serangan sianosis maka  terapi ditujukan untuk memutus
patofisiologi serangan tersebut, antara lain dengan cara :

1. Posisi lutut ke dada agar aliran darah ke paru bertambah


2. Morphine  sulfat 0,1-0,2 mg/kg SC, IM atau Iv untuk menekan pusat pernafasan dan mengatasi
takipneu.
3. Bikarbonas natrikus 1 Meq/kg BB  IV untuk mengatasi asidosis
4. Oksigen dapat diberikan, walaupun pemberian disini tidak begitu tepat karena permasalahan
bukan karena kekuranganoksigen, tetapi karena aliran darah ke paru menurun. Dengan usaha
diatas diharapkan anak tidak lagi takipnea, sianosis berkurang dan anak menjadi tenang. Bila hal
ini tidak terjadi dapat dilanjutkan dengan pemberian :
5. Propanolo l 0,01-0,25 mg/kg IV perlahan-lahan untuk menurunkan denyut jantung sehingga
seranga dapat diatasi. Dosis total dilarutkan dengan 10 ml cairan dalam spuit, dosis awal/bolus
diberikan separohnya, bila serangan belum teratasi sisanya diberikan perlahan dalam 5-10 menit
berikutnya.
6. Ketamin 1-3 mg/kg (rata-rata 2,2 mg/kg) IV perlahan. Obat ini bekerja meningkatkan resistensi
vaskuler sistemik dan juga sedatif
7. penambahan volume cairan tubuh dengan infus cairan dapat efektif dalam penganan serangan
sianotik. Penambahan volume darah juga dapat meningkatkan curah jantung, sehingga aliran
darah ke paru  bertambah dan aliran darah sistemik membawa oksigen ke seluruh tubuh juga
meningkat.

Lakukan selanjutnya
1. Propanolol oral 2-4 mg/kg/hari dapat digunakan untuk serangan sianotik
2. Bila ada defisiensi zat besi segera diatasi
3. Hindari dehidrasi

b. Diagnosa keperawatan
Setelah pengumpulan data, menganalisa data  dan menentukan diagnosa keperawatan  yang tepat
sesuai dengan data yang ditemukan, kemudian direncanakan membuat prioritas diagnosa
keperawatan, membuat kriteria hasil, dan intervensi keperawatan.

1. Gangguan pertukaran gas  b.d penurunan alian darah ke pulmonal


2. Penurunan kardiak output b.d sirkulasi yang tidak efektif sekunder dengan adanya malformasi
jantung
3. Gangguan perfusi jaringan b.d penurunan sirkulasi (anoxia kronis , serangan sianotik akut)
4. Gangguan  nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d fatiq selama makan dan peningkatan
kebutuhan kalori,penurunan nafsu makan
5. Gangguan  pertumbuhan dan perkembangan b.d tidak adekuatnya suplai oksigen dan zat nutrisi
ke jaringan
6. Intoleransi  aktifitas b.d ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen
7. Koping keluarga  tidak efektif b.d kurang pengetahuan klg tentang diagnosis/prognosis penyakit
anak
8. Risti gangguan perfusi jaringan serebral b.d peningkatan tekanan intrakranial sekunder abses
otak, CVA trombosis

Contoh rencana keperawatan

1. Penurunan kardiac output b.d sirkulasi yang tidak efektif sekunder dengan adanya malformasi
jantung

Tujuan

Anak dapat mempertahankan kardiak output yang adekuat.

Kriteria hasil
Tanda-tanda vital normal sesuai umur

Tidak ada : dyspnea, napas cepat dan dalam,sianosis, gelisah/letargi , takikardi,mur-mur

Pasien komposmentis

Akral hangat

Pulsasi perifer kuat dan sama pada kedua ekstremitas

Capilary refill time < 3 detik

Urin output 1-2 ml/kgBB/jam

Intervensi

1)           Monitor tanda vital,pulsasi perifer,kapilari refill dengan membandingkan pengukuran


pada kedua ekstremitas dengan posisi berdiri, duduk dan tiduran jika memungkinkan

2)           Kaji dan catat denyut apikal  selama 1 menit  penuh

3)           Observasi adanya serangan sianotik

4)           Berikan posisi knee-chest pada anak

5)           Observasi adanya tanda-tanda  penurunan sensori : letargi,bingung dan disorientasi

6)           Monitor intake dan  output secara adekuat

7)           Sediakan waktu istirahat yang cukup bagi anak dan dampingi anak pada saat melakukan
aktivitas

8)           Sajikan makanan yang mudah di cerna dan kurangi konsumsi kafeine.

9)           Kolaborasi dalam: pemeriksaan serial ECG, foto thorax, pemberian obat-obatan anti
disritmia

10)      Kolaborasi pemberian oksigen

11)      Kolaborasi pemberian cairan tubuh melalui infus

2. Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen

Tujuan:
Anak menunjukan peningkatan kemampuan dalam melakukan aktivitas (tekanan darah, nadi,
irama dalam batas normal) tidak adanya angina.

Kriteria hasil :

 Tanda vital normal sesuai umur


 Anak mau berpartisipasi dalam setiap kegiatan yang dijadwalkan
 Anak mencapai peningkatan toleransi aktivitas sesuai umur
 Fatiq dan kelemahan berkurang
 Anak dapat tidur dengan lelap

Intervensi

1. Catat irama jantung, tekanan darah dan nadi sebelum, selama dan sesudah melakukan
aktivitas.

2.  Anjurkan pada pasien agar lebih banyak beristirahat terlebih dahulu.

3.  Anjurkan pada pasien agar tidak “ngeden” pada saat buang air besar.

4.  Jelaskan pada pasien tentang tahap- tahap aktivitas yang boleh dilakukan oleh pasien.

5.  Tunjukan pada pasien tentang tanda-tanda fisik bahwa aktivitas melebihi batas

6.  Bantu anak dalam memenuhi kebutuhan ADL dan dukung kearah kemandirian anak sesui
dengan indikasi

7.  Jadwalkan aktivitas  sesuai dengan usia, kondisi dan kemampuan anak.

2. Gangguan  nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d fatiq selama makan dan peningkatan
kebutuhan kalori,penurunan nafsu makan

Tujuan : anak dapat makan secara adekuat dan cairan dapat dipertahankan sesuai dengan berat
badan normal dan pertumbuhan normal.

Kriteria hasil :

 Anak menunjukkan penambahan BB sesuai dengan umur


 Peningkatan toleransi makan.
 Anak dapat menghabiskan porsi makan yang disediakan
 Hasil lab tidak menunjukkan tanda malnutrisi. Albumin,Hb
 Mual muntah tidak ada
 Anemia tidak ada.

Intervensi :
1. Timbang berat badan anak setiap pagi tanpa diaper pada alat ukur yang sama, pada waktu yang
sama dan dokumentasikan.
2. Catat intake dan output secara akurat
3. Berikan makan sedikit tapi sering untuk mengurangi kelemahan disesuaikan dengan aktivitas
selama makan ( menggunakan terapi bermain)
4. Berikan perawatan  mulut untuk meningktakan nafsu makan anak
5. Berikan posisi jongkok bila terjadi sianosis pada saat makan
6. gunakan dot yang lembut bagi bayi dan berikan waktu istirahat di sela makan dan sendawakan
7. gunakan aliran oksigen untuk menurunkan distress pernafasan yang dapat disebabkan karena
tersedak
8. berikan formula yang mangandung kalori tinggi yang sesuaikan dengan kebutuhan
9. Batasi pemberian sodium jika memungkinkan
10. Bila ditemukan tanda anemia kolaborasi pemeriksaan laboratorium

VIII. Penutup

Tepatnya penganan dan pemberian asuhan keperawatan pada anak dengan kelainan jantung
bawaan sianotik :  tetralogi fallot sangat menentukan untuk kelansungan hidup anak mengingat
masalah yang komplit yang dapat terjadi pada anak TF bahkan dapat menimbulkan kematian
yang diakibatkan karena hipoksia , syok maupun gagal. Oleh karena itu perawat harus memiliki
keterampilan dan pengetahuan konsep dasar perjalanan penyakit TF yang baik agar dapat
menentukan diagnosa yang tepat bagi anak yang mengalami tetralogi fallot sehingga angka
kesakitan dan kematian dapat ditekan.

IX. Daftar Pustaka

1. A.H Markum,1991,Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak,jilid 1,Jakarta,Fakultas kedokteran UI


2. Bambang  M,Sri endah R,Rubian S,2005,Penanganan Penyakit Jantung pada Bayi dan Anak
3. Carpenito J.Lynda,2001,Diagnosa Keperawatan,edisi 8,Jakarta,EGC
4. Colombro Geraldin C,1998,Pediatric Core Content At-A- Glance,Lippincott-Philladelphia,New
York
5. Doengoes, Marylin E. (2000). Rencana Asuhan Dan Dokumentasi Keperawatan. Edisi 3 EGC.
Jakarta
6. Ngastiah.1997.Perawatan  Anak Sakit, Jakarta,EGC
7. Nelson, 1992. Ilmu Kesehatan anak,Jakarta, EGC
8. Sacharin,Rosa M, 1996. Prinsip Keperawatan Pediatrik Edisi II, Jakarta,EGC
9. Samik  Wahab, 1996. Kardiologi anak Nadas, Gadjah Mada Ununiversity Press,
yogyakarta,Indonesia
10. Sudigdo & Bambang.1994,Buku Ajar kardiologi Anak,Jakarta,IDAI
11. Sharon,Ennis Axton (1993), Pediatric care plans,Cumming Publishig Company,California
12. Whaley and Wong, 1995, Essential of Pediatric Nursing,Cv.Mosby Company,Toronto

You might also like