You are on page 1of 42

ETIKA PROFESI

PEKERJAAN SOSIAL

ABRAHAM FANGGIDAE
WIDYAISWARA
PUSDIKLAT KESOS
JUNI 2010
All of this material special
prepared to Sakti Peksos in
their related services to street
children
RELATIONSHIP/RELASI

• Relasi antara pekerja sosial dan


klien amat menentukan, dan
merupakan konsepsi awal dari
kegiatan pekerjaan sosial
RELATIONSHIP/RELASI
• Felix Biestek (1975): Relasi
pekerja sosial dan klien sebgai
saluran dari seluruh proses
pekerjaan sosial, melalui proses
mana mengalir keterampilan
dalam intervensi, studi,
diagnosa dan terapi
• Relasi pekerjaan sosial merupakan
interaksi emosi dan perilaku yang
dinamis antara pekerja sosial dan
klien dengan maksud menolong klien
mencapai penyesuaian di antara
mereka/pemecahan masalah klien
yang terbaik, termasuk juga
penyesuaian antara klien dengan
lingkungannya
PERATURAN NILAI
PEKERJAAN SOSIAL
TERKAIT:
• Meningkatkan kesejahteraan dan martabat
klien
• Hak Menentukan sendiri/Self determination
• Hak memperoleh kebutuhan dasar
• Hak mengaktualisasi potensi diri secara
penuh
• Pemberdayaan klien
• Setiap manusia unik/Human diversity
• Meningkatkan keadilan sosial dan ekonomi
VALUE/NILAI

• Levy (1973): Value is tenets of


faith that guide social worker
practice. (Nilai sebagai ajaran
iman yang membimbing praktik
pekerja sosial)
• Dalam Al Baqarah 213: “mankind is
one”, (Manusia adalah satu).
• Alkitab Perjanjian Baru mengatakan
hukum yang terutama: 1) Kasihilah
Tuhan Allahmu…2) Kasihilah
sesamamu manusia seperti dirimu
sendiri. (Matius: 22:37-38)
• Nilai merupakan konsepsi yang
istimewa dari masyarakat.
Instrumen istimewa yang
berhubungan dengan
masyarakat, dengan hasil yang
juga istimewa untuk
masyarakat
MENGAPA ISTIMEWA?

• Konsepsi istimewa masyarakat


sebab rakyat selama ini
berpartisipasi dan mengambil
keputusan. Rakyat juga yang
menghargai keunikan manusia.
Rakyat juga yang memilih
alternatif keputusan terbaik
bagi mereka.
KODE ETIK

• Baker (1988) menyimpulkan


semua kode etika sulit/tidak
dapat dibedakan, karena
pertimbangan-pertimbangannya
sama.
• NASW & CASW berbeda secara
struktural dan organsisasi
tetapi pertimbangan-
pertimbangan substansi dalam
kode etiknya sama.
• Semua peraturan (kodes)
menyiapkan profesional,
bertugas dgn etika bekerja
sesuai dengan harapan terbaik
dari klien
• Harapan klien harus
menggantikan harapan pribadi,
nilia pribadi peksos.
• Tugas peksos profesional pada
saat tertentu bisa menimbulkan
konflik, ada dilema etis.
• Rencana aksi peksos mungkin
kurang sejalan dengan maksud
lembaga ( batasan biaya )
• Tanggungjawab etis peksos
adalah Melayani yang terbaik
bagi klien, syaratnya:
• Harus mengetahui dengan baik
siapa klien kita
• Konsep etika profesional terkait
dengan konsep tentang nilai-
nilai yang hidup dalam
masyarakat.
• Etika profesional terkait dengan
merancang dan melaksanakan
tugas profesional dalam
hubungan pekerja sosial dengan
orang lain, profesi lain,
lembaga, dan masyarakat pada
umumnya
PRINSIP ETIKA

• Terkait dengan baik (good) dan


buruk (bad)
• Menjelaskan tentang “apa yang
boleh dilakukan” dan “apa yang
tidak boleh dilakukan”
HUBUNGAN ETIKA DAN
NILAI
(Loewenberg & Dolgoff)
• Etika dan nilai berhubungan,
walaupun tidak sama
• Etika bersumber dari Nilai
• Etika dan Nilai saling
memerlukan
• Nilai berhubungan dengan
anutan kepercayaan (beliefs)
• Etika berhubungan dengan
“melakukan apa” atau
“bagaimana melakukan sesuai
kepercayaan”
PERBEDAAN ETIKA &
NILAI
• Nilai berhubungan dengan yang
“baik” dan yang “diinginkan”
• Etika berhubungan dengan yang
“benar” dan “tepat”
SIKAP PEKERJA SOSIAL
TENTANG ETIKA
• Setiap aspek praktik, setiap
keputusan, setiap asesmen, setiap
intervensi, dan setiap tindakan
yang Anda lakukan sebagai
Pekerja Sosial harus
mempertimbangkan dari perspektif
KEWAJIBAN (obligations) dan
etika profesional. Ini PENTING
PERTANGGUNGJAWABA
N ETIS
• Tanggungjawab etis/etika harus
berada di atas ilmu pengetahuan
teoritis, hasil penelitian,
kebijakan praktik, kebijakan
lembaga, dan tentu di atas
nilai/kepentingan pribadi, pilihan
istimewa, anutan kepercayaan
dari pekerja sosial itu sendiri
TANGGUNGJAWAB ETIS
PEKSOS TERHADAP KLIEN
• Komitmen pada klien: Peksos
yang terlibat dengan klien harus
memiliki komitmen, dedikasi,
dan mengutamakan
kepentingan klien.
• Peksos harus loyal kepada
klien.
• Self determination: Sebagai
praktisi, pengasuh klien, peksos
harus mengarahkan serta
mendukung klien menentukan
sendiri apa yang diinginkan. Barker:
”biarkan klien mempertimbangkan
hak dan kebutuhannya secara
bebas sesuai keputusan dan
pilihannya”
Informed Consent: peksos hrs
jelas menginformasikan kepada
klien tentang maksud, resiko,
keterbatasan, perkiraan biaya
layanan, pilihan lain, hak
rujukan, dan waktu layanan
yang berhubungan dengan
pelayanan yang tersedia.
• Cultural competence and Social
Divercity: Peksos perlu
memahami dengan baik budaya
dan keragaman sosial klien.
Mengetahui konsep budaya,
menghargai keragaman budaya,
mengerti budaya klien, dan
menggunakan konsep budaya
sebagai dasar membantu klien
• Conflicts of Interest: Peksos
perlu menghindari konflik
kepentingan antara kepentingan
pribadi dan tanggungjawab
profesional. Kondisi ini bisa
terjadi ketika peksos
menangani beberapa klien
dengan kepentingan masing-
masing yang berbeda.
• Privacy and Confidentiality: Peksos
harus memegang teguh urusan
pribadi dan kerahasiaan klien yang
diketahuinya. Privasi: kondisi di
mana klien terbebas campurtangan,
pengamatan, gangguan.
• Kerahasiaan adalah prinsip etika,
peksos jangan membagi informasi
tentang kelebihan dan kekurangan
klien yang diperoleh dari klien
kepada pihak lain tanpa ijin klin
• Access to Records: Peksos
perlu menyiapkan akses
memadai untuk pencatatan
mengenai klien. Pencatatan
dapat dibatasi hanya dengan
pengecualian jika kondisi
tertentu memaksa kalau dicatat
akan berdampak serius, dan
bisa merusak nama baik klien.
• Sexual Relationship: Peksos dilarang
keras melakukan hubungan seks
dengan klien yang sedang ditangani,
klien lainnya, atau sahabat/keluarga
klien, bahkan mantan klien. Bahaya
besar bagi klien yang dieksploitasi
orang kepercayaannya (terutama
klien sakit mental), karena
kerahasiaan, kepercayaan, integritas
kepada peksos hilang
• Physical contact: peksos tidak
boleh melakukan kontak fisik
dengan klien sebab berpotensi
merusak psikologis klien.
• Sexual harassment: peksos
dilarang melakukan godaan-
godaan seks kepada klien,
melalui ucapan atau gerakan
tubuh.
• Payment for services: peksos tidak
diperkenankan menerima apalagi
meminta “fee” atau imbalan dari
klien dalam pelayanannya, karena
menimbulkan potensi konflik
kepentingan. Pembayaran hanya
dilakukan dengan atau melalui
lembaga tempat peksos bekerja.
• Client who lack decision making
capacity: Peksos perlu mengambil
langkah tepat menyelamatkan
kenginan dan hak klien, termasuk
mereka yang tidak mampu membuat
keputusan tepat. Ketika klien
diketahui “Legally incompetent”
peksos perlu bertindak, memastikan
bahwa hak klien terlindungi atau
tidak akan hilang.
• Interruption of services: peksos
perlu bertindak dengan sebaik-
baiknya agar pelayanan kepada
klien tidak terputus karena
alasan/faktor tertentu (dana
habis, relokasi, sakit, cacat
atau kematian) maka pelayanan
tertunda
• Termination of services: Jika
pelayanan klien mencapai tujuan,
atau tidak perlu dilanjutkan. Peksos
meyiapkan seluruh daya upaya
melanjutkan pelayanan yang
dibutuhkan, jika karena alasan
tertentu relasi peksos-klien
terhentik, tetapi pelayanan masih
dapat berlanjut. Jangan melihat
terminasi dari apa yang dicapai,
tetapi dari kondisi klien.
SEKIAN
&
TERIMA KASIH

You might also like