Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1
Dengan kata lain, penambahan volume atau konsentrasi zat adiktif pada pentanahan
elektroda batang diharapkan dapat mengurangi nilai resitivitas tanah dan memperbaiki
kualitas pentanahan.
Dalam skripsi ini akan dilakukan pengkondisian tanah dengan menggunakan
larutan garam di sekitar elektroda jenis batang untuk mendapatkan nilai resistansi
pentanahan yang lebih kecil dan diharapkan dengan penambahan konsentrasi pada jenis
larutan garam tertentu sebagai media pengkondisian tahanan jenis (resitivitas) tanah
dapat memperbaiki kualitas pentanahan.
2
12. Resitivitas tanah dalam satu area (lapangan yang digunakan untuk penelitian)
sebelum pengkondisian tanah diasumsikan sama.
1.6. MANFAAT
Adapun manfaat dari penulisan skripsi adalah sebagai berikut:
1. Bagi penulis, mampu memberikan pembelajaran tentang pengaruh penggunaan
larutan garam pada elektroda pentanahan jenis batang.
2. Bagi pembaca, mampu memberikan wawasan tentang sistem pentanahan yang
bisa memberikan nilai resistansi pentanahan yang lebih rendah.
3. Bagi dunia industri, memberikan suatu bentuk alternatif atau pertimbangan
dalam perencanaan pembuatan sistem pentanahan yang efektif menggunakan
elektroda batang dengan memanfaatkan larutan garam sebagai media
pengkondisian tanah pada konsentrasi tertentu.
3
BAB III Berisi metode penelitian yang akan dilakukan, meliputi obyek
penelitian dan teknik pengumpulan data.
BAB IV Berisi pembahasan, analisa terhadap masalah yang diajukan
dalam skripsi dengan memperhatikan hasil pengujian dan data
yang diperoleh
BAB V Berisi kesimpulan dari tujuan skripsi yang akan dibuat serta saran
dari penulis.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
Penelitian mengenai pentingnya sistem pentanahan telah dilakukan beberapa
penelitian, diantaranya T.S. Hutauruk (1991), dalam bukunya menerangkan bagaimana
pentingnya sistem pentanahan yang bertujuan untuk memadamkan terjadinya busur
tanah pada sistem yang besar yang tidak diketanahkan sehingga arus gangguan yang
terjadi relatif besar (lebih besar dari 5A) dan untuk membatasi tegangan-tegangan fasa
sehat yang sehat agar tidak ikut terjadi gangguan.
Roy B. Carpenter (1997), melakukan penelitian mengenai cara untuk
memperkecil resistansi pentanahan. Apabila pelebaran diameter batang dan pembuatan
jaring pentanahan yang lebih besar di daerah yang luas sudah tidak bisa memperkecil
nilai resistansi pentanahan, maka dapat dilakukan dengan cara mengubah resistansi
tanah di suatu lokasi tertentu dengan mengubah sifat-sifat kimia dari tanah dengan
treatment khusus, membuat jaring pentanahan tipis yang dihubungkan ke sistem
pentanahan, menanam elektroda batang pentanahan hingga menyentuh bagian dalam
tanah dengan resistansi rendah atau yang mengandung air serta melakukan pengendalian
kondisi tanah agar memiliki resistansi tetap seperti yang telah direncanakan.
I G N Janardana (2005), melakukan penelitian tentang pengaruh umur pada
beberapa volume zat aditif bentonit terhadap nilai tahanan pentanahan. Dari penelitian
selama 24 minggu dihasilkan bahwa nilai tahanan pentanahan pada sistem pentanahan
ditambah zat aditif bentonit terjadi peningkatan. Peningkatan nilai tahanan pentanahan
selama 24 minggu dari masing-masing volume zat aditif pada sistem pentanahan yang
diteliti memiliki peningkatan nilai yang berbeda-beda. Selama 24 minggu tersebut,
pentanahan dengan penambahan zat aditif berupa bentonit seberat 5 kg terjadi
peningkatan 38,46%, pentanahan dengan penambahan zat aditif berupa benonit seberat
10 kg terjadi peningkatan 31,82%, pentanahan dengan penambahan zat aditif berupa
bentonit seberat 15 kg terjadi peningkatan 11,11%. Peningkatan nilai tahanan
pentanahan terebut berarti terjadinya penurunan kualitas pentanahan selama 24 minggu.
Yudistiro Yanuarianto (2008), melakukan penelitian pemanfaatan arang kayu
sebagai media pentanahan elektroda jenis batang. Dalam penelitian yang mengkaji
mengenai faktor yang mempengaruhi sistem pentanahan dengan memanfaatkan arang
kayu, diantaranya adalah pengaruh peletakan arang kayu disekitar elektroda batang,
pengaruh volume arang kayu yang ditanam konsentris elektroda batang, dan pengaruh
konsentrasi air dalam arang memperoleh kesimpulan bahwa posisi peletakan arang kayu
dalam tanah sangat berpengaruh terhadap besarnya nilai resistansi pentanahan. Volume
arang kayu yang dicampurkan dalam tanah sangat berpengaruh terhadap nilai resistansi
pentanahan. Semakin besar volume arang kayu yang ditambahkan dalam suatu medium
5
tanah dapat memperkecil nilai resistansi pentanahan. Pemberian air pada arang kayu
dapat memperbesar kerapatan partikel arang kayu dan memperkecil nilai resistivitasnya
sehingga arang kayu bersifat lebih konduktif. Resistansi pentanahan yang dicampurkan
dengan arang setelah pemberian air menjadi jauh lebih kecil jika dibandingkan dengan
resistansi pentanahan dengan arang sebelum pemberian air.
Made Budi Ugiantara (2010), telah melakukan treatment terhadap tanah dengan
menggunakan semen konduktif sebagai lapisan elektroda batang. Penelitiannya
bertujuan untuk mencari karakteristik pengaruh penggunaan semen konduktif pada
elektroda pentanahan jenis batang terhadap perubahan nilai resistansi pentanahan. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa elektroda batang yang dilapisi semen konduktif
menghasilkan nilai resistansi pentanahan yang lebih kecil dibandingkan dengan
menggunakan elektroda batang biasa. Elektroda batang yang dilapisi semen konduktif
secara menyeluruh memiliki nilai resistansi pentanahan yang lebih rendah dibandingkan
dengan elektroda batang yang diberikan jarak ujung terhadap lapisan semen konduktif.
Penambahan ketebalan lapisan semen konduktif sebesar 0,9 cm memberikan penurunan
nilai resistansi pentanahan sebesar 85%. Kedalaman penanaman elektroda batang
memiliki pengaruh terhadap nilai resistansi pentanahan. Dari segi biaya, dengan selisih
biaya yang tidak begitu jauh elektroda batang yang dilapisi semen konduktif memiliki
keunggulan untuk menghasilkan nilai resistansi pentanahan yang lebih kecil.
6
M = mol : liter = mmol : ml (2.3)
4. Kemolalan (m) : jumlah mol zat terlarut dalam tiap 1000 gram pelarut.
m = (1000 : p) X (gram : BM) (2.4)
7
- menghantarkan arus listrik
- lampu menyala terang
- terdapat gelembung gas
Larutan elektrolit kuat dapat berupa :
1. Asam Kuat : HCl, H2SO4, HNO3, HClO4
2. Basa Kuat : NaOH, KOH, Ca(OH)2
3. Garam : NaCl, K2SO4, CaCl2, dll.
Garam adalah senyawa yang terbentuk dari sisa asam dan basa dengan
reaksi sebagai berikut :
Asam + Basa Garam + H2O
misal,
2HCl + Ca(OH)2 CaCl2 + 2H2O
Dari reaksi di atas terlihat garam tersusun dari gabungan Cl- sebagai ion
negatif (anion) dan Ca2+ sebagai ion positif (kation), contoh ion-ion lain yang
dapat membentuk garam yakni :
Kation : Na+, L+, K+, Mg2+, Ca2+, Sr2+, Ba2+, NH4+
Anion : Cl-, Br-, I-, SO42-, NO3-, ClO4-, HSO-, CO32-, HCO32-
b) Elektrolit Lemah
Larutan elektrolit lemah adalah larutan yang daya hantar listriknya lemah
dengan harga derajat ionisasi sebesar 0 < α < 1.
Karakteristik elektrolit lemah adalah :
- terionisasi sebagian
- menghantarkan arus listrik
- lampu menyala redup
- terdapat gelembung gas
Daya hantar larutan elektrolit lemah buruk dan memiliki derajat ionisasi
(kemampuan mengurai menjadi ion-ionnya) kecil. Makin sedikit yang terionisasi,
makin lemah elektrolit tersebut. Contoh larutan elektrolit lemah adalah semua
asam lemah dan basa lemah. Kekuatan elektrolit lemah ditentukan oleh derajad
dissosiasinya yang dirumuskan :
(2.5)
Elektrolit kuat : α = 1
Elektrolit lemah : 0 < α < 1
8
Non Elektrolit : α = 0
Semakin besar harga derajat dissosiasinya maka semakin banyak
konsentrasi larutan yang terurai menjadi ion-ionya (mengion).
c) Non Elektrolit
Larutan non elektrolit adalah larutan yang tidak dapat menghantarkan arus
listrik, karena zat terlarutnya di dalam pelarut tidak dapat menghasilkan ion-ion
(tidak mengion).
Karakteristik non elektrolit adalah :
- tidak terionisasi.
- tidak menghantarkan arus listrik.
- lampu tidak menyala.
Tergolong ke dalam jenis larutan non elektrolit diantaranya : larutan urea,
Larutan sukrosa, larutan glukosa, larutan alcohol, dan lain-lain.
9
Gambar 2.3. Larutan elektrolit
Sumber : http://mediabelajaronline.blogspot.com/2010/03/larutan-elektrolit-dan-non-
elektrolit.html
10
Gambar 2.4. Proses pelarutan padatan Kristal
Sumber : Modul 4 Kimia “Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit”
• Jumlah ion yang terbentuk per molekul, konsentrasi larutan bukan satu-
satunya faktor yang mempengaruhi kekuatan larutan elektrolit. Jumlah ion yang
terbentuk permolekul pun juga berpengaruh. Sebagai contoh reaksi penguraian
KCl dan CaCl2. Dalam reaksi tersebut tiap satu molekul KCl menghasilkan 2 ion
yaitu satu ion K+ dan satu ion Cl- sedangkan dalam reaksi penguraian
CaCl2 menghasilkan satu ion Ca+ dan dua ion Cl- sehingga total KCl
menghasilkan 2 ion dan CaCl menghasilkan 3 ion.
2.3. Garam
Dalam ilmu kimia, garam adalah senyawa ionik yang terdiri dari ion positif
(kation) dan ion negatif (anion), sehingga membentuk senyawa netral (tanpa
11
bermuatan). Garam terbentuk dari hasil reaksi asam dan basa. Natrium klorida (NaCl),
bahan utama garam dapur adalah salah satu contoh garam.
Larutan garam dalam air merupakan larutan elektrolit, yaitu larutan yang dapat
menghantarkan arus listrik. Cairan dalam tubuh makhluk hidup mengandung larutan
garam, misalnya sitoplasma dan darah.
Reaksi kimia untuk menghasilkan garam antara lain :
1. Reaksi antara asam dan basa, misalnya HCl + NH3 → NH4Cl.
2. Reaksi antara logam dan asam kuat encer, misalnya Mg + 2HCl → MgCl2 + H2
Keterangan: logam mulia umumnya tidak bereaksi dengan cara ini.
2.4 Garam Natrium Klorida (NaCl), Magnesium Sulfate (MgSO4) dan Calsium
Chloride (CaCl2)
2.4.1. Garam Natrium Klorida (NaCl)
Natrium klorida juga dikenal dengan istilah sodium klorida, garam dapur, garam
meja, atau garam karang. NaCl merupakan senyawa ionik dengan rumus NaCl. Natrium
klorida adalah garam yang paling bertanggung jawab atas salinitas dari laut dan
dari cairan ekstraselular dari multisel banyak organisme.
Natrium klorida membentuk kristal dengan wajah berpusat kubik simetri. Dalam
hal ini, semakin besar klorida ion, ditunjukkan di sebelah kanan sebagai bola berwarna
hijau, disusun dalam kubik close-packing , sementara yang lebih kecil natrium ion,
ditunjukkan di sebelah kanan sebagai bola perak, mengisi semua celah kubik di antara
mereka. Setiap ion dikelilingi oleh enam ion dari jenis lainnya dan ion sekitarnya
terletak pada titik dari reguler segi delapan.
Struktur dasar yang sama ditemukan dalam banyak mineral dan umumnya
dikenal sebagai garam karang atau struktur kristal garam batu. Hal ini dapat
digambarkan sebagai wajah berpusat kubik (fcc) kisi dengan dasar atom dua. Atom
pertama terletak pada setiap titik kisi, dan atom kedua terletak setengah jalan antara titik
kisi di sepanjang tepi sel satuan fcc. Hal ini diselenggarakan bersama oleh ikatan
ion yang dihasilkan oleh gaya elektrostatik timbul dari perbedaan muatan antara ion-ion.
12
Gambar
Sumber : http://en.wikipedia.org/wiki/Sodium_chloride
2.4.2. Garam Magnesium Sulfate (MgSO4)
Magnesium sulfat (atau magnesium sulfat) adalah merupakan salah satu jenis
garam dan juga merupakan senyawa kimia yang mengandung magnesium, sulfur dan
oksigen, dengan rumus MgSO4. Dalam bentuk terhidrasi, pH-nya adalah 6,0 (5,5-6,5).
Hal ini sering dijumpai sebagai heptahydrate, MgSO4·7H2O, yang biasa disebut garam
Epsom. Anhidrat magnesium sulfat digunakan sebagai bahan pengeringan. Oleh karena
bentuk anhidrat adalah higroskopis (mudah menyerap air dari udara). Dalam pertanian
dan berkebun, magnesium sulfat digunakan untuk memperbaiki kekurangan magnesium
dalam tanah, karena magnesium merupakan elemen penting dalam klorofil molekul.
Keuntungan dari magnesium sulfat magnesium lainnya atas perubahan tanah (seperti
dolomitic kapur ) adalah kelarutan yang tinggi.
13
Garam Epsom adalah Salah satu jenis Magnesium Sulfat yang dianggap
potensial . Garam ini dikenal sebagai salah satu jenis garam yang sangat penting dan
dapat digunakan dalam industri-industri, seperti: dalam pewarnaan anilin, untuk
produksi pakaian dari bahan katun. Seiring dengan perkembangan industri terutama
dalam bidang farmakologi, aplikasi lain yang ditemukan dalam kegunaan garam Epsom
ini adalah sebagai obat pencahar (pengobatan konstipasi fungsional dan tidak dapat
mengatasi konstipasi yang disebabkan keadaan patologis usus sebelum pemeriksaan
radiologi, pemeriksaan rektum dan opersai usus dan untuk menghilangkan racun pada
penderita keracunan). Dalam proses pembuatannya, Magnesium Sulfat dibuat dari
bahan baku Magnesium Karbonat dan Asam Sulfat. (Asril dkk, 1986). Reaksinya
sebagai berikut : MgCO3 + H2SO4 → MgSO4 + CO2 + H2O
Secara umum pemakaian atau kegunaan dari Magnesium Sulfat Heptahydrate
yang dikenal dengan garan Epsom (MgSO4.7H2O) dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Dalam skala besar digunakan dalam industri tekstil yaitu sebagai bahan celupan
dengan warna anilin, pada pakaian dari bahan katun.
2. Digunakan sebagai koagulan dan bahan pengendap pada proses pengolahan air,
baik air minum maupun air buangan.
3. Digunakan sebagai bahan analgesik yaitu suatu obat yang dapat menghilangkan
rasa nyeri.
4. Dalam pertanian garam Epsom dapat digunakan sebagai pupuk. (Nurhaida, 1997).
5. Sebagai bahan purgatif yaitu dapat digunakan sebagai obat pencahar atau obat
pencuci perut.
14
Gambar
15
Tabel 2.3 Karakteristik Calsium Chloride
Gambar
16
Ilmu tanah dipelajari oleh berbagai bidang ilmu pengetahuan, seperti ilmu-ilmu
keteknikan(rekayasa),agronomi/pertanian, kimia, geologi, geografi, ekologi, biologi (ter
masuk cabang-cabangnya), ilmusanitasi, arkeologi, dan perencanaan wilayah. Akibat
banyaknya pendekatan untuk mengkaji tanah, ilmu tanah bersifat multidisiplin dan
memiliki sisi ilmu murni maupun ilmu terapan.
17
Gambar 2.5 Grafik fungsi resistivitas terhadap kadar air dalam tanah
Sumber: G.F. Tagg, 1964: 5
Sifat listrik tanah sangat penting dan menarik khususnya resistansi spesifik atau
resistivitas. Resistivitas merupakan suatu faktor yang menentukan resistansi elektroda
pentanahan. Sebagian besar tanah dan batu ketika sangat kering bukan merupakan
konduktor listrik. Namun jika tanah dan batu mengandung mineral tertentu, maka
manjadi bersifat konduktor listrik karena kandungan metaliknya. Pasir dan batu
memiliki resistivitas yang tinggi, sehingga bukan merupakan suatu konduktor yang
baik. Ketika mengandung air, resistivitasnya akan sangat turun sehingga tanah bersifat
18
konduktor, meskipun merupakan konduktor yang buruk bila dibandingkan dengan
bahan metal. Sebagai contoh, resistivitas baja sepuhan tembaga adalah 1,6 mikroohm-
cm, sedangkan tanah pada umumnya mempunyai resistivitas sekitar 10000 ohm-cm.
Gambar 3 menunjukkan hubungan resistivitas tanah dengan kadar air yang
dikandungnya untuk beberapa jenis tanah. Pada persentase air yang besar, kelembaban
tinggi, maka resistivitasnya kecil. Dari gambar dapat dilihat bahwa resistivitas akan
turun dengan cepat ketika terjadi penambahan kelembaban/kadar air. Dan untuk
mengkondisikan tanah menjadi lebih konduktif perlu dilakukan treatment khusus
terhadap tanah, treatment khusus tersebut bertujuan untuk memeperbaiki sifat-sifat
kimia dasar dari tanah [Roy, 1997]. Resistivitas tanah ditentukan oleh kadar air dalam
tanah serta perlakuan terhadap tanah.
19
Gambar 2.6. Sel-Sel Tanah Sebagai Elektroda Pentanahan
Sumber: Mil-HDBK-419A, 1987
Arus yang mengalir dari pentanahan tersebut akan melintasi sel-sel ini ke semua
arah. Sel tanah yang terdekat dengan batang pentanahan mempunyai permukaan paling
kecil sehingga memberikan resistansi paling besar. Bila jarak dari elektroda bertambah,
maka luasan ini juga akan membesar. Pada beberapa titik yang menentukan jarak
tertentu, penambahan sel secara signifikan tidak menambah resistansi tanah sekitar
elektroda batang pentanahan. Hal ini diketahui sebagai daerah resistansi efektif dan
jarak ini ditentukan oleh kedalaman penanaman dan diameter elektroda batang
pentanahan yang dipakai. Agar pengukuran sifat resistansi elektroda pentanahan
sederhana maka elektroda tanah dianggap berbentuk hemisphere (setengah bola) seperti
diperlihatkan pada Gambar 2.6.
r
+
dx
20
Pada Gambar 2.7 mengandaikan arus I mengalir ke tanah melalui elektroda
hemisphere. Arus I mengalir ke semua arah dan jika elektroda kembali sepanjang jalur
yang jauh, maka arus akan mengalir secara seragam pada semua arah. Semua
permukaannnya tersusun secara seri. Jarak dari elektroda bertambah sehingga
elemennya juga bertambah, sedangkan nilai resistansinya perlahan berkurang. Kurva
resistansi terhadap jarak diperlihatkan pada Gambar 2.8.
R
rResistansi
Jarak
efektif
21
Gambar 2.8. Grafik fungsi resistansi terhadap jarak
Sumber: G.F Tagg, 1964: 91
Jika sel individual pada radius x, mempunyai lapisan tipis setebal dx,
mempunyai resistansi dR yang dinyatakan:
(2.6)
ρdx
dR =
2πx 2
Bila r1 berada dijauh tak berhingga (r1 = ), maka rumusan di atas menjadi :
∞
(2.8)
ρ
R =
2π r
22
∇ 2 V = 0 di semua titik pada medium
Pada saat yang sama, pertimbangkan pula masalah analogi pada elektrostatis.
Medium homogen akan digantikan oleh udara, sedangkan elektroda-elektroda akan
tetap sebagai konduktor. Dengan membiarkan kedua elektroda tersebut mencapai
keseimbangan dan perubahan berlawan dari listrik pada suatu besaran, maka perbedaan
potensial antara kedua elektroda adalah V1 - V2. Sekarang biarkan ψ menjadi potensial
elektrostatis pada titik manapun di lapangan dan ψ 1, ψ 2 menjadi nilai-nilai dari ψ
pada kedua elektroda, sehingga ψ 1 - ψ 2 = V1 - V2. Akan ada suatu konstanta C
sedemikian hingga ψ + C mengasumsikan nilai-nilai V1 dan V2 di sepanjang kedua
elektroda. Sangat penting bahwa ∇ 2 ψ = 0 di seluruh lapangan, sehingga ∇ 2 (ψ + C) =
0 dan ψ = 0 pada jarak tak hingga.
Konsekuensinya ψ + C memenuhi persyaratan yang harus dipenuhi oleh
potensial V pada kasus sekarang dan hal ini cukup untuk menentukan V. V dan ψ + C
harus sama. Oleh karena itu, jalur aliran arus pada permasalahan saat ini identik dengan
jalur tekanan ketika kedua elektroda diubah perbedaan potensialnya di udara.
Aliran arus normal pada permukaan di titik manapun dari permukaan elektroda
adalah:
1ρ.∂V∂n (2-9)
Sehingga aliran total yang keluar dari elektroda adalah:
-1ρ∂V∂n.dS=-1ρ∂ψ∂n.dS (2-10)
dimana dS adalah suatu bagian pada permukaan elektroda.
Jika Q adalah perubahan pada elektroda dalam permasalahan analogi elektrostatis,
maka menurut teorema Gauss:
-∂ψ∂ndS=4πQ (2-11)
Sehingga aliran total arus adalah:
I=4πQρ (2-12)
Sekali lagi, jika kapasitas diantara elektroda di udara pada kasus elektrostatis
adalah C, maka:
ψ1-ψ2=V1-V2=QC (2-13)
Jika R adalah resistansi diantara elektroda, maka:
R=V1-V2I=QC.ρ4πQ=ρ4πC (2-
14)
23
Gambar 2.9. Bidang bola (Sphere)
Sumber: G.F Tagg, 1964: 93
Pada kasus untuk elektroda tunggal, misalnya kembalinya elektroda yang berada
pada jarak yang jauh bernilai R dan C, maka diaplikasikan menjadi elektroda tunggal.
Andaikan elektroda adalah bidang bola (sphere) seperti yang ditunjukkan pada Gambar
2.5, maka kapasitas bidang bulat di udara sebanding dengan jari-jarinya. Sehingga
resistansi dari elektroda bidang bulat pada media tak hingga dapat dinyatakan sebagai
berikut:
R= ρ4πr (2-15)
Pada prakteknya elektroda merupakan setengah bola (hemisphere) yang dipendam
pada permukaan ab (Gambar 2.7) dan terbukti bahwa pada kasus ini nilai resistansi akan
menjadi dua kali lipat, seperti Persamaan (2-8). Persamaan (2-8) merupakan persamaan
umum yang dapat digunakan untuk bentuk elektroda, seperti persamaan berikut:
R= ρ2πC (2-16)
dengan
R = tahanan satu batang elektroda (ohm)
ρ = resistivitas tanah (ohm-cm)
C = kapasitansi elektroda (farad)
Salah satu bentuk elektroda yang paling sederhana adalah elektroda batang (rod)
seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.10. Pada Gambar 2.10 menunjukkan
penanaman elektroda batang dengan bayangannya. Tidak ada rumusan kapasitansi
silinder di udara.
24
Sumber: G.F Tagg, 1964: 94
Dimana a adalah panjang sumbu mayor dan b adalah panjang sumbu minor dari ellips
Jika Persamaan (2-12) diterapkan untuk elektroda batang, maka:
(2-18)
2l l
C= =
4l 4l
2 log loge
e d d
dengan
R = tahanan satu batang elektroda (ohm)
= tahanan jenis elektroda batang (ohm-cm)
ρ
○ Tahan Korosi
25
○ Cukup Kuat
4. Temperatur tanah
26
Jenis tanah sangat menentukan resistivitas tanah tersebut. Terkait dengan
pentanahan tanah dibagi dalam beberapa jenis. Tanah liat dapat terdiri dari beberapa
jenis. Karena alasan ini sungguh mustahil untuk menyatakan bahwa tanah liat, atau
tanah lain sebetulnya mempunyai suatu resistivitas yang sangat tinggi. Lagipula jenis
tanah yang sama terdapat dalam berbagai tempat berbeda dari tempat lain.
Nilai resistivitas dalam Tabel 2.4 adalah suatu perkiraan untuk resistivitas yang
diharapkan. Sejumlah peneliti dari waktu ke waktu mengukur resistivitas berbagai jenis
tanah baik melalui pengambilan contoh dan mengukurnya dalam piranti khusus maupun
dengan pengukuran yang tak terpengaruh massa tanah. Keduanya bukan pengukuran
gampang tetapi lebih memungkinkan untuk memberi hasil akurat. Sangat sulit untuk
memastikan bahwa contoh yang diambil dari tanah dalam kondisi yang sama ketika
diukur sebagaimana ia ditempatkan.
Jenis tanah merupakan faktor utama yang menentukan tahanan jenis tanah.
Bahan dasar dari pada tanah relatif bersifat bukan penghantar. Tanah liat umumnya
mempunyai tahanan jenis terendah, sedang batu-batuan dan quartz bersifat sebagai
insulator. Tabel di bawah ini menunjukkan harga-harga ( ρ ) dari berbagai jenis tanah.
27
Sumber : http://surindoelektra.com/tahanan-pentanahan/
28
2.15. Elektroda Pentanahan
Pada dasarnya ada tiga jenis elektroda yang digunakan pada sistem pentanahan:
a. Elektroda Batang
Elektroda batang terbuat dari batang atau pipa logam yang ditanam vertikal
di dalam tanah. Biasanya dibuat dari bahan tembaga, stainless steel atau
galvanised steel. Perlu diperhatikan pula dalam pemilihan bahan agar terhindar
dari galvanic couple yang dapat menyebabkan korosi. Elektroda batang ini
mampu menyalurkan arus discharge petir maupun pemakaian pentanahan yang
lainnya.
29
Dimensi standar elektroda batang yang umum dipakai tersebut dapat dilihat di
dalam Tabel 2.6.
30
Elektroda Pipa baja berdiameter 1 Baja bulat: Pipa tembaga:
batang inchi: Berdiameter 15 Luas penampang:
Baja profil: mm dilapisi 50 mm2
L 65x65x7 tembaga setebal Tebal : 2 mm
U6½ 2,5 mm Hantaran pilin:
T6 (bukan kawat
X 50x3 halus)
atau batang profil lain yang Luas
setara penampangnya: 35
mm2
31
a. Elektroda Pelat
Bentuk elektroda pelat biasanya empat perseguí atau empat persegi panjang
yang tebuat dari tembaga, timah atau pelat baja yang ditanam didalam tanah. Cara
penanaman biasanya secara vertical, sebab dengan menanam secara horizontal
hasilnya tidak berbeda jauh dengan vertical. Penanaman secara vertical adalah
lebih praktis dan ekonomis.
b. Elektroda Pita
Elektroda pita jenis ini terbuat dari bahan metal berbentuk pita atau juga
kawat BCC yang ditanam di dalam tanah secara horizontal sedalam ±2 kaki.
Elektroda pita dapat dipasang pada struktur tanah yang mempunyai tahanan jenis
rendah pada permukaan dan pada daerah yang tidak mengalami kekeringan. Hal
ini cocok untuk daerah-daerah pegunungan dimana harga tahanan jenis tanah
makin tinggi dengan kedalaman.
32
diperoleh. Ada tiga cara untuk mengkondisikan tanah agar pada lokasi elektroda
ditanam tahanan jenis tanah menjadi rendah, yaitu :
1. Dengan membuat lubang penanaman elektroda yang lebar dan dimasukkan
mengelilingi elektroda tersebut bahan – bahan seperti tanah liat atau cokas.
2. Mengelilingi elektroda pada statu jarak tertentu diberi zat-zat kimia yang mana
akan memperkecil tahanan jenis tanah di sekitarnya. Zat-zat kimia yang biasa
dipakai adalah sodium chloride, calsium chloride, magnesium sulfat, dan coper
sulfat.
3. Dengan bentonite. Bubuk bentonite bersifat menyerap air, karena itu dengan
mencampur bubuk bentonite, garam dapur dan air maka campuran bentonite
tersebut dapat menghasilkan tahanan jenis tanah yang rendah. Dengan
menanamkan campuran bentonite tersebut disekeliling elektroda maka tahanan
pentanahan dapat diperkecil 1/10-1/15 kali. Komposisi campuran bentonite
menurut perbandingan Bentonite : garam dapur : air = 1 : 0,2 : 2.
33
Pembumian peralatan
Pembumian titik netral, dll.
ρ2 ρ1
l1 l2
r1 r2
34
Distribusi arus ke tanah adalah tegak lurus terhadap tanah, sehingga nilai
resistansi tanah untuk setiap lapisan tanah yang heterogen dapat dirumuskan dengan
Persamaan (2-20) dan (2-21).
(2-20)
ρ1 . l1 ρ1 . l1
R1 = =
A1 (2π r1 h + 2π r12 )
(2-21)
ρ 2 . l2 ρ 2 . l2
R2 = =
A2 (2π r2 h + 2π r22 )
(2-22)
ρ n . ln ρ n . ln
Rn = =
An (2π rn h + 2π rn2 )
dengan,
Re = resistansi pentanahan (ohm)
R = resistansi tanah (ohm)
= resistivitas tanah (ohm-cm)
ρ
35
Resistivitas tanah dapat diketahui dengan menggunakan metode empat titik, yaitu
menyusun empat buah elektroda batang pada satu garis dengan jarak yang sama antara
elektroda batang yang satu dengan elektroda batang yang lainnya. Dengan syarat bahwa
diameter dari elektroda batang yang dimasukkan ke tanah tidak boleh lebih dari 10
persen dari jarak antara elektroda, dan semua elektroda batang yang dimasukkan ke
tanah harus memiliki kedalaman yang sama, seperti yang ditunjukkan Gambar 2.15.
Arus I dapat mengalir dan dapat terbaca pada Ampermeter karena adanya lebih
dari satu buah elektroda batang yang dimasukkan ke tanah sehingga membentuk loop
tertutup, arus masuk ke tanah melalui salah satu elektroda batang dan kembali melalui
elektroda batang yang lain. Pengukuran resistivitas tanah dengan menggunakan metode
empat titik tidak dipengaruhi oleh diameter dari elektroda batang dan komponen
penghantarnya, tetapi sangat dipengaruhi oleh jarak antara elektroda batang yang
dimasukkan ke tanah. Mengacu pada gambar 2.15 maka dapat dihitung nilai efektif dari
resistivitas tanah, yang ditunjukkan pada Persamaan (2-17) [G.F Tagg, 1964:14]:
(2-17)
4π a U 4π a U
ρ= =
2a 2a nI
1 + − I
(a + 4b )
2 2 2
(4a + 4b )
2
dengan,
a = jarak antara elektroda batang yang dimasukkan ke tanah (cm)
b = kedalaman penanaman elektroda batang (cm)
36
= resistivitas tanah (ohm-cm)
ρ
apabila nilai b jauh lebih besar jika dibandingkan dengan a, maka nilai resistivitas tanah
menjadi:
(2-19)
4 π aU
ρ=
I
37
Gambar 2.16. Pengukuran resistansi tanah dengan menggunakan metode
tiga titik (Sumber: T.S Hutauruk, 1987:144)
Pada gambar 2.16, a adalah jarak antara elektroda batang utama dengan
elektroda batang bantu 2, dan elektroda batang bantu 1 dimasukkan ke tanah dengan
jarak minimal ½ a dari elektroda batang utama.
Setelah menetapkan besar arus yang dialirkan ke tanah dan didapatkan hasil
pengukuran pada Voltmeter, lalu untuk mendapatkan nilai resistansi tanahnya dapat
dihitung dengan memakai Persamaan (2-20):
U = R.I
(2-20)
U
R=
I
dengan,
U = tegangan yang terukur oleh Voltmeter (volt)
I = besar arus yang diinjeksikan oleh sumber arus (ampere)
R = resistansi tanah (ohm)
38
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
39
3.3.1. Variabel Penelitian
Variabel yang diamati dan dikaji adalah resistansi pentanahan elektroda batang
bersama larutan garam dengan dua variabel penentunya. Mengacu pada Gambar 3.4,
variabel pertama adalah jenis larutan garam yang digunakan sebagai zat kimia
pengkondisi tahanan pentanahan. Variabel kedua adalah konsentrasi larutan garam yang
berbeda-beda yaitu larutan garam dengan konsentrasi 10%, 20%, 30%, 40%, dan 50%.
.
3.3.2. Objek Uji
Obyek uji untuk mengamati dan mengkaji pengaruh jenis dan konsentrasi larutan
garam terhadap tahanan pentanahan elektroda batang adalah elektroda batang (rod)
dengan siraman larutan garam di sekitarnya seperti yang ditunjukkan pada Gambar 3.1.
Elektroda
0.5
130
10
Tanah
mcm
m lempung
batang
treatment
+ siraman
larutan
garam
40
300.5
1010cm
Tanah
Penampang
cm
Penampang
Lempung
treatment
Samping
Atas
yang disiram larutan
garam Elektroda
m
2130m
0.5Penampang
cm
m Samping Penanaman 5 Elektroda
1m
0.5 m
41
0.5
210mcm
m
Penyiraman
0.5
210
Larutan
m Penampang
cm
m MgSO
NaCl
dengan
Atas Penanaman
: 15 Elektroda (1 sampel)
4
CaCl2
42
Pengkondisian tanah dengan 10 % konsentrasi larutan garam
Pengkondisian tanah dengan 20 % konsentrasi larutan garam
Pengkondisian tanah dengan 30 % konsentrasi larutan garam
Pengkondisian tanah dengan 40 % konsentrasi larutan garam
Pengkondisian tanah dengan 50 % konsentrasi larutan garam
r r
Larutan l Larutan l
Ohmmete Ohmmete
MgSO4 CaCl2
Larutan
Ohmmete
r
NaCl
l r
43
Sumber : Perencanaan
Dari rangkaian pada Gambar 3.5. maka diperoleh nilai resistansinya dengan
ohmmeter. Resistansi Garam Natrium Klorida (NaCl), Magnesium Sulfat (MgSO4) dan
Calcium Cloride (CaCl2) yang terukur selanjutnya digunakan untuk menghitung
resistivitas garam Natrium Klorida (NaCl), Magnesium Sulfat (MgSO4), dan Calcium
Cloride (CaCl2) yang ditunjukkan dengan menggunakan Persamaan (3-1) [G.F.
Tagg.1964: 16] :
(3-1)
ρ. l
R= ohm
A
(3-2)
A. R
ρ=
l
π r2 .R
ρ= ohm − cm
l
dengan :
R = nilai resistansi semen konduktif hasil pengukuran (ohm)
l = tinggi semen konduktif yang terisi dalam pipa (cm)
A = luas penampang pipa (cm2)
r = jari-jari pipa (cm)
ρ = nilai resistivitas semen konduktif (ohm-cm)
44
Gambar 3.6. Pengukuran resistivitas tanah menggunakan metode empat titik
dengan Analog Earth Resistance Tester
Sumber : Perencanaan
45
1x
Tanah
Elektroda
Y
r m lempung
Bantu 21
46
0.5mcm
130
10
Tanah
Elektroda
m lempung
treatment
Bantu 21
47
Y
0.5
130
10
Tanah
Elektroda
xr mcm
m lempung
treatment
Bantu 21+ siraman larutan
garam
48
Pengukuran resistivitas tanah menggunakan metode 4 titik dengan menggunakan
”Analog Earth Resistance Tester” yang rangkaiannya ditunjukkan pada Gambar 3.6.
Pengukuran resitivitas tanah dilakukan pada setiap pengujian sampel elektroda.
49
sebuah elektroda batang yang lain digunakan sebagai referensi tanpa pengkondisian
resitivitas tanahnya. Setelah parit digali dilakukan suatu perlakuan khusus (treatment)
pada tanah galian parit tersebut dengan menyaringnya untuk mendapatkan porositas
tanah yang lebih baik sebelum dikembalikan ke asalnya (parit).
50
Pengolahan data pengujian, dilakukan dengan menganalisis hasil pengujian
berdasarkan metode yang diperoleh dari literatur yang ada untuk mengetahui
karakteristik pengaruh penggunaan larutan garam terhadap perubahan nilai resistansi
pentanahan elektroda jenis batang. Sehingga dari pengujian tersebut dapat diketahui dan
dikaji tentang :
1. Pengaruh jenis larutan garam pada pentanahan elektroda batang.
2. Pengaruh konsentrasi larutan garam pada pentanahan elektroda batang.
3. Jari-jari efektif elektrik dari penanaman elektroda batang.
3.4. Diagram Alir Penelitian
MULAI
m : Natrium Klorida (NaCl), Magnesium Sulfat (MgSO4) dan Calcium Cloride(CaCl2); konsentrasi larutan garam : 10%
Data keluaran :
Karakteristik jenis dan konsentrasi larutan garam terhadap nilai resistansi pentanahan elektroda batang.
51
SELESAI
52