Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
2
karena output yang dihasilkan lebih tinggi dan sistem pertanian terpadu ini
tidak merusak lingkungan karena sistem ini ramah terhadap lingkungan.
Output dari pertanian terpadu juga bisa digunakan Selain itu limbah pertanian
juga dapat dimanfaatkan dengan mengolahnya menjadi biomassa. Bekas
jerami, batang jagung dan tebu memiliki potensi biomas yang besar.
Maksud dan tujuan dari pratikum Sistem Pertanian Terpadu ini adalah :
3
4
Jerami dibiarkan(pupuk)
Pakan ternak = kotoran (pupuk)
2. Sistem Tegal
Sistem pertanian tegal merupakan sistem pertanian yang paling primitif.
Suatu sistem peralihan dari tahap budaya pengumpul ke tahap budaya
penanam. Pengolahan tanahnya sangat minimum, produktivitas bergantung
kepada ketersediaan lapisan humus yang ada, yang terjadi karena sistem
hutan. Sistem ini pada umumnya terdapat di daerah yang berpenduduk sedikit
dengan ketersediaan lahan tak terbatas. Tanaman yang diusahakan
umumnya tanaman pangan, seperti padi darat, jagung, atau umbi-umbian
(Anonim, 2001).
Selain sawah, daerah pertanian yang telah diamati di Kecamatan
Nogosari juga merupakan pusat penghasil sayuran. Berdasarkan pengamatan
di lokasi pertanian tersebut berada pada tanah kering atau tidak tergenang dan
ditanami dengan bermacam-macam jenis tanaman musiman. Sebagian besar
tanaman yang dibudidayakan adalah tanaman sayuran seperti kenikir, cabai,
bayam, kangkung dan jagung.
7
dengan akar yang dalam akan mengambil hara kemudian diangkut ke atas
permukaan sehingga dapat dimanfaatkan juga oleh tanaman yang akarnya
tidak terlalu dalam.
Jenis tanamannya lebih lengkap mulai dari tanaman tahunan,
tanaman semusim, sayur-sayuran, buah-buahan, serta tanaman obat. Jarak
tanamnya tidak teratur karena ditanam sendiri dan hasilnya juga untuk
kebutuhan sendiri (subsisten). Pengolahan tanahnya tidak memerlukan
perlakuan khusus artinya seadanya saja. Misalnya pada pemberian pupuk,
tidak diberi pupuk secara langsung. Penambahan pupuk sangat minim,
bahkan tanpa pupuk. Pupuk berasal dari tanaman itu sendiri, daun-daun
yang sudah gugur jatuh ke tanah kemudian mengalami pelapukan sehingga
secara tidak langsung seresah-seresah tersebut menjadi pupuk bagi
tanaman. Kebutuhan air didapat dari air hujan, sehingga tergantung dari air
hujan.
Siklus haranya siklik, tertutup artinya hasil dari pekarangan
digunakan untuk keperluan sendiri. Misalnya pada tanaman juar daunnya
untuk pupuk dan kayunya digunakan untuk bahan bangunan. Siklus hara
umum misal N juga dapat tambahan dari air hujan, ada tambahan dari air
permukaan. Jika musim seperti ini, tanaman lebih bervariasi, namun jika
musim kemarau lebih terdominasi oleh tanaman tahunan.tanaman di sini
sering dikonsumsi sendiri karena hasilnya juga tidak begitu banyak.
4. Sistem Perkebunan
Lokasi pengamatan sistem perkebunan berada di daerah perkebunan
teh, tepatnya di daerah Kemuning. Pada lahan perkebunan ini tanaman yang
ditanam berupa tanaman semusim. Sebenarnya lahan ini kurang cocok bila
ditanami tanaman semusim. Namun karena terdesak kebutuhan ekonomi,
selain teh, warga juga menanam wortel meskipun hasilnya tidak terlalu bagus.
Pengolahan tanah yang dilakukan di perkebunan teh Kemuning
menggunakan sistem terasering dan memiliki pola tanam monokultur.
Artinya, lahan ini hanya ditanami oleh satu jenis tanaman saja yaitu teh. Para
petani di daerah ini juga menanam cengkeh, pisang, jagung, dan wortel.
11
produksi
tanaman
17 ekor. Dari ke 17 ekor sapi itu terdiri dari jenis Simental, Limousin dan
Berangus. Dari jumlah tersebut sapi dapat dijual sebagian untuk membantu
pemasukan petani. Sisanya berjumlah 8 ekor sapi tetap dipertahankan untuk
pemenuhan kebutuhan hara dan investasi petani ke depan. Keunggulan
lainnya adalah sapi dapat berkembang biak dalam waktu yang singkat.
Pemeliharaan sapi dengan penggemukan hanya dengan waktu pemeliharaan
8-12 bulan.
Hasil pupuk kandang dari peternakan yaitu dalam satu hektar lahan
pertanian tersebut dapat dicukupi kebtutuhan haranya oleh lima ekor sapi.
Satu ekor sapi dapat memproduksi 15 kilogram kotoran tiap hari sehingga
dalam setahun dapat mencapai 5, 4 ton kotoran yang dimanfaatkan sebagai
pupuk.
Sistem pertanian dalam sistem pertanian terpadu berupa penanaman
secara multiple cropping. Jenis pertanian yang diusahakan adalah penanaman
tanaman musiman jagung, ketela pohon, cabai, kacang tanah dan sawi serta
tanaman keras berupa jati dan sengon.
Telah dijelaskan sebelumnya bahwa lahan pertanian ini merupakan
lahan dengan jenis tanah litosol. Unsur hara makro dan mikro akan sulit
diserap oleh tanaman dalam pH yang tinggi. pH tinggi juga menyebabkan
pengendapan logam-logam berbahaya seperti besi, mangan, tembaga dan
sebaginya. Unsur-unsur tersebut sukar larur dalam pH yang tinggi. Dari
keadaan lahan yang seperti itu maka peran bahan organik baik dari pupuk
kandang atau seresah sangat diperlukan. Bahan organik berangsur-angsur
memperbaiki dan menyangga tanah dengan menghasilkan asam – asam
organik. Asam- asam organik ini dapat menetralkan pH tanah.
Berhubungan dengan hal tersebut input yang diberikan pada pertanian
ini adalah bahan organik yang berasal dari seresah daun, jerami, atau hasil
sampingan peternakan sapi yang telah terdekomposisi. Pengolahan feses dan
urin sapi masih dengan bantuan petani, biasanya dilakukan penambahan
Stardek, EM4 atau Bio Fit yang berfungsi sebagai akselerator pematangan
feses dan urin agar dapat dijadikan pupuk bagi tanaman.
18
memutar uang yang ada agar dapat memproduksi kembali. Hasil jagung yang
didapatkan selama tiga tahun sebesar 4-5 ton dengan harga jual Rp 2.000/kg.
Jadi, pendapatan yang diperoleh dari usaha tani jagung sebesar 4.000 kg× Rp
2.000,00 = Rp 8.000.000,00. Sawi dengan luas lahan 1m2 menghasilkan 3kg
dengan harga jual Rp 1.000,00/kg selama masa tanam 40 hari. Jadi, 8.000
m2×3 kg×Rp 1.000,00= Rp 24.000.000,00/Ha. Ubi kayu dapat menghasilkan
3kg/batang yang biasanya ditanam tumpang sari dengan jagung, kacang tanah
dan juga cabai.
Berdasarkan BEP kita dapat mengetahui bagaimana seharusnya batas
minimal hasil yang kita peroleh untuk mendapatkan titik impas agar tidak
rugi. Setelah kita mengetahui titik impas tersebut setidaknya kita berusaha
untuk melewati batasan titik impas baik dalam unit maupun rupiah agar kita
mendapatkan laba/keuntungan dalam mengelolah usaha tani dan usaha ternak.
Serta membuktikan bahwa sistem pertanian terpadu memberikan laba yang
lebih tinggi di masa yang akan datang. Hal ini dikarenakan, input yang
dipakai diperoleh dari dalam juga dengan menggunakan output yang
dihasilkan.
Kebun Pengembangan Pertanian Terpadu di Pilang Rejo, Geneng
Duwur, Gemolong Sragen memiliki pengolahan tanah yang terpadu, karena
dalam pengolahan hanya menggunakan cangkul untuk menggemburkan tanah
dan di bantu oleh pupuk kandang dalam menyuburkan tanahnya. Pola
penanaman digunakan dengan pola tumpang sari yang di dalamnya di tanam
lebih dari satu tanaman atau multiple cropping. Unsur hara yang pada
awalnya sedikit menjadi tersedia dalam jumlah yang cukup semenjak
dilaksanakan kegiatan pertanian terpadu karena bahan organik yang diperoleh
dari pupuk kandang membantu dalam menurunkan pH tanah dan menambah
hara essensial mikro. Pengembangan pertanian terpadu di kebun ini
meminimalkan penggunaan pestisida. Apabila organisme pengganggu
tanaman belum melewati ambang ekonomi maka masih dapat dipergunakan
pengendalian hama terpadu dengan menggunakan musuh alami dan
perangkap untuk menangkap hama. Pemasaran untuk hasil-hasil pertanian
22
III. KESIMPULAN
23
24
LAMPIRAN
Pekarangan di Jumantono
28
Tegal di Boyolali
Perkebunan di Kemuning
29
KATA PENGANTAR
Penyusun
31
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................ i
KATA PENGANTAR...................................................................................... ii
DAFTAR ISI.................................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR........................................................................................ iv
A. PENDAHULUAN..................................................................................... 1
1. Latar Belakang........................................................... 1
2. Maksud dan Tujuan praktikum.................................. 2
B. HASIL DAN PEMBAHASAN............................................................ 3
1. Sistem Sawah Lahan Basah dan Lahan Kering.................................. 3
2. Sistem Tegal 6
3. Sistem Talun dan Pekarangan............................................................. 8
4. Sistem Perkebunan............................................................................. 10
5. Sistem Pertanian Terpadu................................................................... 12
C. KESIMPULAN................................................................................................. 23
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
32
DAFTAR GAMBAR