Professional Documents
Culture Documents
Disusun Oleh :
NIM : K7110517
Kelas : 1A
TAHUN 2010
Kata Pengantar
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala nikmat yang telah
diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya
Dr. H. Y. Padmono selaku dosen mata kuliah Perkembangan Peserta Didik yang telah
memberikan ilmu dan bimbingan sebelum pembuatan makalah ini
Rekan-rekan mahasiswa seperjuangan yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu yang
sudah sangat membantu dalam terselesaikannya makalah ini
Semua pihak yang secara langsung maupun tidak langsung juga membantu dalam
pembuatan makalah ini
Harapan penulis semoga dengan adanya pembuatan makalah ini dapat membuat bakat dan
kreativitas kita sebagai calon guru sekolah dasar dalam bidang tulis menulis semakin
bertambah
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh sempurna, untuk itu penulis harapkan kritik
dan saran yang membangun dari pembaca agar menjadi lebih baik dimasa yang akan dating.
Apabila terjadi kesalahan dalam penulisan makalah ini penulis mohon maaf yang setulus-
tulusnya.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembuatan makalah ini didasarkan karena adanya mata kuliah Pendidikan Peserta Didik yang
mengharuskan setiap mahasisiwa S1 program studi PGSD Universitas Sebelas Maret untuk
dapat menyumbangkan karyanya minimal 1 artikel ataupun makalah disetiap akhir penutupan
Kompetensi Dasar.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
1. Anak adalah makhluk hidup yang merupakan suatu kesatuan dari keseluruhan
aspek yang terdapat dalam dirinya.
Sebagai suatu totalitas, anak dipandang sebagai makhluk hidup yang utuh, yakni
sebagai suatu kesatuan dari keseluruhan aspek fisik dan psikis yang terdapat dalam
dirinya. Keseluruhan aspek fisik dan psikis anak tersebut tidak dapat dapat
dipisahkan satu sama lain. Karena itu anak dipandang sebagai suatu individu.
Dalam hal ini kita tidak akan memandang anak sebagai kumpulan organ-organ
misalnya ada kepala, kaki, tangan, dan bagian tubuh
yang terpisah satu sama lain.
Keseluruhan aspek yang terdapat dalam diri anak tersebut secara terintegrasi saling
terjalin dan memberikan dukungan satu sama lain. Sebagai misal, anak yang
dimarahi orang tuanya bisa tidak berselera makan, anak yang sedang sakit nafsu
makannya berkurang dan lain-lain. Contoh tersebut mengilustrasikan adanya
keterkaitan dan perpaduan dalam proses kehidupan dan aktivitas anak. Reaksi-
reaksi psikis anak selalu disertai dengan reaksi fisiknya, begitu pula sebaliknya.
3. Anak berbeda dari orang dewasa bukan sekedar fisik, tetapi secara keseluruhan.
Anak bukan miniature orang dewasa, tetapi anak adalah anak yang dalam
keseluruhan aspek dirinya bisa berbeda dengan orang dewasa, baik dalam segi
fisik, cara berfikir, rasionalitas, daya pikir maupun pola pikirnya. Jadi jangan
memaksa anak sesuai dengan yang kita inginkan karena anak itu juga mempunyai
dunianya sendiri. Biarlah mereka menjadi diri mereka sendiri, suatu saat dengan
kematangan dan pengalaman mereka akan menjadi dewasa.
C. Perkembangan sebagai Proses Holistik dari aspek biologis, kognitif, dan psikososial.
Sesuai dengan konsep anak sebagai suati totalitas atau sebagai individu, perkembangan
juga merupakan suatu proses yang sifatnya menyeluruh (holistik). Artinya perkembangan
terjadi tidak hanya dalam aspek tertentu, melainkan melibatkan keseluruhan aspek yang
saling terjalin satu sama lain. Secara garis besar, proses perkembangan individu dapat
dikelompokkan ke dalam 3 domain, yaitu :
1. Proses Biologis
2. Proses Kognitif
3. Proses Psikososial
Kematangan atau masa peka menunjukkan kepada suatu masa tertentu yang merupakan
titik kulminasi dari suatu fase pertumbuhan sebagai titik tolak kesiapan (readiness) dari
suatu fungsi (psikofisis) untuk menjalankan fungsinya.Pengalaman adalah peristiwa-
peristiwa yang dialami individu dalam interaksi dengan lingkungan. Kematangan
ditentukan oleh beberapa faktor antara lain pengalaman, pola asuh dan kesempatan yang
diberikan. Secara usia anak yang berusia 7tahun harusnya memiliki pengalaman yang
lebih banyak dibandingkan usia 6tahun. Namun pengalaman menjadi berbeda ketika pola
asuh yan diberikan berbeda
1. Perkembangan Fisik
Pertumbuhan fisik pada usia SD cenderung lebih lambat dan relatif konsisten.
Laju perkembangan seperti ini berlangsung sampai terjadinya perubahan-
perubahan besar pada awal masa pubertas. Kaki anak lazimnya menjadi lebih
panjang dan tubuhnya menjadi lebih kurus. Massa dan kekuatan otot anak secara
bertahap terus meningkat di saat semakin menurunnya kadar ‘lemak bayi’.
Selama usia SD ini, kekuatan fisik anak lazimnya meningkat dua kali lipat.
Gerakan-gerakan lepas pada masa sebelumnya sangat menbantu pertumbuhan
otot ini.
Anak SD kelas awal umumnya masih memiliki proporsi tubuh yang kurang
seimbang. Kekurangseimbangan ini sedikit demi sedikit berkurang sampai
terlihat perbedaannya ketika anak mencapai kelas 5 atau 6. Pada kelas-kelas
akhir SD, lazimnya proporsi tubuh anak sudah mendekati keseimbangan.
Berdasarkan tipologi Sheldon ada tiga kemungkinan bentuk primer tubuh anak
SD. Tiga bentuk primer tubuh tersebut adalah :
1) Endomorph, yakni yang tampak dari luar berbentuk gemuk dan berbadan
besar
3) Ectomorph, yakni yang tampak jangkung, dada pipih, lemah, dan seperti
tak berotot
2. Perkembangan Perseptual
a. Persepsi Visual
4) Persepsi Kedalaman
Kemampuan seseorang untuk mengukur jarak dari posisi tubuh ke suatu
objek.persepsi ini memerlukan ketajaman visual yang baik
6) Persepsi Gerakan
b. Persepsi Pendengaran
2) Persepsi Perbedaan
Setiap manusia mempunyai pola pertumbuhan dan perkembangan yang berbeda. Hal ini
dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:
a. Faktor Hereditas
Faktor hereditas ada dalam diri manusia itu sendiri. Disini terjadi totalitas
karakter dari orang tua kepada anak, dari sini pula kepribadian anak mulai
terbentuk karena didikan orang tua.
b. Faktor Lingkungan
Faktor ini juga dapat disebut dengan faktor luar. Dalam lingkungan anak
diajarkan tentang nilai-nilai budaya setempat.
Dengan faktor tertentu dan faktor lingkungan tertentu pula maka akan menghasilkan pola
pertumbuhan dan perkembangan tertentu pula. Setiap individu lahir dengan hereditas
tertentu. Namun individu itu tumbuh dan berkembang tidak lepas dari lingkungannya baik
lingkungan fisik, lingkungan psikologi, maupun lingkungan social. Setiap pertumbuhan
dan perkembangan yang kompleks merupakan hasil interaksi dari hereditas dan
lingkungan.
Hubungan antara faktor hereditas dan lingkungan, faktor hereditas beroperasi dengan cara
yang berbeda-beda menurut kondisi dan keadaan lingkungan yang berbeda-beda pula.
Selain dengan interaksi hubungan antara hereditas dan lingkungan dapat pula
digambarkan sebagai additive contribution (sama-sama menyumbang bagi pertumbuhan
dan perkembangan fisiologi dan juga tingkah laku.
Diantara kedua faktor tersebut tidak ada faktor yang lebih dominan karena keduanya
saling mengisi dan mempengaruhi satu sama lain. Tidak selamanya yang diinginkan
lingkungan kepada seorang anak akan menjadi kenyataan, begitu pula sebaliknya.