You are on page 1of 15

ALAT KESENIAN DALAM KEBUDAYAAN ISLAM

D
I
S
U
S
U
N

OLEH:
SYARIFAH WAHDAH AL-JAMALULLAIL
NIM: 510801823

JURUSAN ADAB SEJARAH KEBUDAYAAN


FAKULTAS ADAB
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
DARUSSALAM-BANDA ACEH
2009
BAB I
PENDAHULUAN

Kesenian merupakan salah satu dari tujuh unsur kebudayaan universal.


Kebudayaan merupakan keseluruhan gagasan dan karya manusia yang harus
dibiasakannya dengan belajar beserta keseluruhan dari hasil budi dan karyanya
itu. Itu berarti bahwa kesenian juga merupakan hasil budi dan karya.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia kesenian berarti perihal seni atau
keindahan. Kesenian berasal dari kata dasar seni. Kata seni merupakan terjemahan
bahasa asing “ART” (bahasa Inggris) istilah “ART” sendiri sumbernya
berpangkal dari bahasa Itali, yaitu “arti”. Perkataan “arti” ini dipergunakan pada
zamannya untuk menunjukkannya nama sesuatu benda hasil kerajinan manusia
pada masa perkembangan kebudayaan Eropa klasik, yaitu pada zaman yang
dinamakan orang dengan sebutan Renaissance di Italia. Dari “ARTI” menjadi
“ART” yang kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia menjadi seni.
Selalu dihubungkan dengan perasaan keindahan.
Seni adalah suatu yang indah yang dihasilkan manusia, penghayatan
manusia melalui penglihatan, pendengaran, dan perasaan. Seni merupakan
penjelmaan rasa indah yang terkandung jiwa seseorang dilahirkan dengan
perantara alat-alat komunikasi ke dalam bentuk yang dapat ditangkap oleh indera
pendengar (seni suara), penglihatan (seni lukis), atau dilahirkan dengan perantara
gerak (seni tari, drama). Namun yang dibahas lebih lanjut yaitu berhubungan
dengan seni suara khusus “seni musik”.
Pengertian musik
Istilah Musik berasal dari kata Mousal dari bahasa Yunani, yaitu Sembilan
dewi yang menguasai seni, seni murni dan seni pengetahuan. Tetapi, umumnya
musik selalu dikaitkan dengan sejumlah nada yang terbagi dalam jarak tertentu.
Dalam istilah masa kini ada dua jarak yaitu Diantoni dan Pentagonis.
Dalam tulisan ini mencoba menjelaskan dan memakai alat musik dari nada
dengan jarak Pentagonis yaitu: yang memiliki nada lima jenis bunyi yang
kedengarannya seolah-olah alamiah, maka ia menjadi salah satu cirri khas bunyi
instrument tradisional, yang alatnya terbuat dan terbentuk dari bahan yang
tersedia di alam sekitarnya, seperti kayu, bamboo, logam, tanduk, kulit hewan dan
lain sebagainya.

A. Alat-alat musik Penunjang Perkembangan Musik Indonesia


Sejarah Musik Indonesia dalam percaturan Internasional dimulai dari
masuknya agama Kristen di Indonesia sekitar 450 tahun yang lalu di mana
penyebarannya dimulai dari Sumatra Utara. Jauh setelah itu barulah agama
Kristen masuk dan berkembang dengan kukuh, justru dari Halmahera. Tidaklah
mengherankan apabila musik-musik gerejani tumbuh dengan baik di sekitar
daerah perintis tersebut.
Bangsa Portugis, bangsa Inggris dan bangsa Belanda telah pula membawa
pengaruh kebudayaan, termasuk di dalamnya pengetahuan dan peralatan musik.
Alat Musik dari bangsa dan kebudayaan pendatang:
1. Gitar, Ukulele, Hawaian-Gitar
2. Violine, Viola, Violoncello, Contra-Bass
3. Trumpet dan alat tiup logam lainnya
4. Flute (Querflote) dan Ficcolo
5. Clarine dan alat tiup kayu lainnya
6. Hatong (Cirebon) sejenis Pan-Pipe dari Tiongkok
7. Keladi (Kalimantan) sejenis alat musik Sheng dari Tiongkok
8. Terbang, Tambourine, Rebana dari pengaruh Islam

B. Sejarah Lahirnya Hadrah Tha’thu’


Bagi sebagian masyarakat Madura. Hadrah sering dipergunakan sebagai
pengiring dalam acara pernikahan. Seni budaya yang bernafaskan Islam ini,
sebenarnya sudah lama ada dan berkembang di tengah-tengah masyarakat. Apa
yang melatarbelakangi dirinya?
Setiap tahun sekali, bertepatan dengan malam tanggal 12 Rabiul Awal,
kelompok jam’iyah Hadrah NS ini mengadakan pagelaran seni bersama dalam
rangka memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW di Masjid Agung Sampang.
Masing-masing jam’iyah berusaha menampilkan kekompakan dan keserasian
permainan timnya.
Kesenian Hadrah ini, biasanya dimainkan oleh 23 sampai 45 orang. Terdiri
dari, seorang pemfidha’ (penyanyi, Red), pemukul sayap kanan dan kiri, serta
tengah yang berfungsi untuk memulai rudhad (menari, Red) dan ngedrad (tepuk
tangan, Red). Sedangakn yang lainnya, diposisikan sebagai perudhad (penari,
Red) mengiringi lantunan lagu dan musik yang dimainkan.
Perkembangan saat ini, selain digelar dalam acara Maulid Nabi
Muhammad SAW dan pernikahan, kesenian ini juga mulai ditampilkan di setiap
acara-acara hari besar nasional dan hari besar Islam yang lain. Malah, sering kali
dalam acara khitanan dan walimatul haji, kesenian Hadrah ini selalu ditampilkan.

C. Sejarah Lahirnya Gambus Jaffin


Berbeda dengan Hadrah Tha’thu’. Kesenian Gambus Jaffin ini, pertama
kali hanya dimainkan oleh sekitar empat orang. Saat itu, alat musik yang
digunakan, sangat sederhana. Awalnya, kesenian ini bertujuan untuk
membangunkan kaum muslimin bersantap sahur.
Setelah kesenian ini mulai berkembang pesat di tengah-tengah masyarakat,
alat musik yang digunakan dilengkapi dengan peralatan yang lebih modern.
Seperti, gitar gambus, hajir (kendang), biola, taplak (marawis), dan dremmer
(seng-seng). Baru setelah itu, kesenian ini dirubah namanya menjadi kesenian
Gambus Jaffin.
Selain Hadrah dan Gambus Jaffin, budaya Islam yang masih bertahan
sampai sekarang adalah Dal Kombo. Kerap kali, kesenian ini dimainkan di saat
bulan Ramadhan. Bagaimanakah latar belakang berdirinya?
Budaya daun kombo merupakan salah satu budaya Islam yang masih
bertahan di Kabupaten Sampang. Biasanya, setiap tahun sekali khususnya
menjelang atau setelah bulan suci Ramadhan, kesenian ini sering diombakan.
Namun setelah kesenian ini berkembang pesat dan diminati oleh
masyarakat, akhirnya setiap satu tahun sekali dilombakan. Waktu yang dipilih
biasnya bertepatan dengan hari raya ketupat. Sedangkan alat musik yang
dipergunakan adalah, gendang, seruling, ketipung, dan seng-sengan.

D. Jenis-jenis alat musik di NAD


- Arbab
Instrument satu ini terdiri dari 2 bagian, yaitu Arabnya sendiri dan
penggesekannya dalam bahasa Arab daerah disebut: Go Arab. Musik
arbab ini pernah berkembang di daerah Pidie, Aceh Besar dan Aceh Barat.
Arbab ini ditunjukkan pada acara-acara keramaian rakyat pasar malam
dsb. Sekarang ini tidak pernah dijumpai kesenian ini diperkirakan sudah
mulai punah. Terakhir kesenian ini dapat dilihat pada zaman pemerintahan
Belanda dan penduduk Jepang.
- Bangsa Alas
Bangsa Alas adalah sejenis instrument tiup dari bamboo yang dijumpai di
daerah Alas, Kabupaten Aceh Tenggara.
- Serune Kalee (Serunai)
Serune Kalee merupakan instrument tradisional Aceh yang telah lama
berkembang dan dihayati oleh masyarakat Aceh. Musik ini popular di
daerah Pidie, Aceh Utara, Aceh Besar dan Banda Aceh.
- Rapai
Rapai terbuat dari bahan dasar berupa kayu dan kulit binatang. Bentuknya
seperti rebana dengan warna dasar hitam dan kuning muda. Sejenis
instrument musik pukul (perkusi) yang berfungsi pengiring kesenian
tradisional
- Geundrang (Gendang)
Gendrang merupakan unit instrument dari perangkatan Serune Kalee.
Gendrang dijumpai di Aceh Besar dan juga dijumpai di pesisir Aceh
seperti Pidie dan Aceh Utara. Fungsi gendrang adalah merupakan alat
pelengkap tempo dari musik tradisional etnik Aceh.
- Tambo
Sejenis tambur yang termasuk alat pukul. Tambo ini di masa lalu berfungsi
sebagai alat komunikasi untuk menentukan waktu shalat dan untuk
mengumpulkan masyarakat ke Meunasah guna membicarakan masalah-
masalah kampung.
- Bereguh
Bereguh nama sejenis alat tiup terbuat dari tanduk kerbau. Bereguh pada
masa silam dijumpai di daerah Pidie, Aceh Besar, Aceh Utara dan terdapat
juga beberapa tempat di Aceh.
- Celempong
Celempong adalah alat kesenian tradisional yang terdapat di daerah
Kabupaten Tamiang. Alat ini terdiri dari beberapa potongan kayu dan cara
memainkannya di susun di antara kedua kaki pemainnya.
- Canang
Canang secara pintas lalu ditafsirkan sebagai alat musik yang dipukul,
terbuat dari kuningan menyerupai gong. Fungsi canang secara umum
sebagai pengiring tarian tradisional serta Canang juga sebagai hiburan bagi
anak-anak gadis yang sedang berkumpul

A. Sejarah Perkembangan Seni


Seperti telah diuraikan pada pengertian seni, terdapat kalimat yang
mengatakan bahwa keindahan adalah seni karena menyentuh kedalaman rasa pada
seorang manusia.
Sejarah seni dimulai dari saat manusia mulai berpikir akan nilai tambah
bagi kehidupan spiritualnya. Selangkah demi selangkah budaya mulai
menampakkan kakinya dalam kehidupan yang akan berupaya terus menguasai
seluruh kehidupan alam semesta dan manusia menjadi pemain utama dalam drama
budaya ini sehingga akhirnya timbul perbedaan sudut pandang yang disusul oleh
aneka ragam kehidupan membuat peradaban menjadi semakin kaya dan semakin
indah.
B. Sejarah Perkembangan Kebudayaan
Kebudayaan adalah asal kata dari budaya yang dapat kita artikan sebagai
hasil rasa, cipta, dan karsa manusia. Melihat perkembangan kalau ditilik dari
proses berfikir manusia yang mempengaruhi berkembang kebudayaan itu, Van
Peursen dalam hal ini berpendapat bahwa ada tiga tahap bagi manusia untuk
mendapatkan kebudayaan itu. Dari tiga tahap itu adalah Mitologis, Ontologis, dan
Fungsional.

C. Unsur Islam Dalam Seni Dan Budaya Aceh


Kesenian Aceh pada dasarnya mempunyai ciri yang amat nyata, yaitu
Islam di dalamnya. Hal ini disebabkan karena pengaruh Islam yang sangat besar
dalam kehidupan masyarakat Aceh, terutama dalam kehidupan masyarakat Aceh
masa lampau.

Seudati
Seudati merupakan perpaduan antara seni tari, seni suara, seni sastra,
karena selain dari menari, para pelaku juga sekaligus meyakinkan kisah yang
tersusun secara bersajak dan dilagukan dengan berbagai lagu, pada permulaan
sejarah, Seudati itu berfungsi sebagai tari pahlawan yang dilaksanakan untuk
melepaskan pasukan tentara yang akan berangkat ke medan juang dalam
peperangan melawan musuh.

Laweut
Perkataan laweut berasal dari perkataan “seulaweut” ini juga merupakan
antara seni tari, seni suara, dan seni sastra. Tari ini lebih mirip dengan tari seudati,
hanya pelakunya terdiri dari gadis, oleh karena itu dinamakan dengan nama
“seudati inong” tarian seudati ini berasal dari Aceh Pidie.

Seni Arsitektur
Tercermin dari rumah Aceh yang sekarang masih ada sisanya, bentuk dari
rumah tradisional Aceh ini memanjang dari arah timur ke barat yang maksudnya
dibuat demikian adalah untuk memudahkan menentukan arah kiblat.
Anyaman
Anyaman berkembang di Aceh sampai dengan sekarang, akan tetapi yang
masih maju di daerah pedalaman, akan tetapi di daerah perkotaan anyaman
tersebut sudah minim, anyaman tersebut di buat dari daun lontar dan pandan
dalam bahasa Aceh dinamakan sikee, anyaman yang biasa dibuat adalah tikar, di
antaranya adalah tikar sembahyang dan tikar orang mati, tikar sembahyang khusus
dibuat untuk maksud itu dan di samping itu bentuk juga memperlihatkan unsure
Islam.

Rencong
Timbul Rencong di Aceh juga karena pengaruh Islam. Banyak symbol
pada rencong yang memperlihatkan unsur Islam di dalamnya.

SENI DALAM ISLAM

Pandangan Islam Tentang Seni


Seni merupakan ekspresi keindahan. Kesenian Islam baru berkembang dan
mencapai kejayaan pada saat Islam sampai di daerah-daerah Afrika Utara, Asia
Kecil, dan Eropa. Daerah tersebut di definisikan sebagai tersebut, Islam membaur
dengan kebudayaan setempat. Terjadilah pertukaran nilai Islam dengan dan seni
yang menghasilkan ragam seni yang baru, berbeda dengan karakter seni tempat
asalnya.

Kehati-hatian dalam seni


Atas dasar kehati-hatian ini pulalah hendaknya dipahami hadits yang
melarang menggambar atau melukis dan memahat makhluk-makhluk hidup.

Dasar-dasar seni Islam


Seni yang didasarkan pada nilai-nilai Islam menjadi pembeda antara seni
Islam dengan ragam seni yang lain. Seni Islam memperoleh hakikat dan
estetikanya dari suatu filosofi yang transendental.
SEJARAH KESENIAN ACEH
Corak Kesenian Aceh memang banyak dipengaruhi oleh kebudayaan
Islam, namun telah diolah dan disesuaikan dengan nilai-nilai budaya yang
berlaku. Seni tari yang terkenal di Aceh antara lain adalah Seudati, Seudati inong,
dan Seudati tuning. Seni lain yang dikembangkan adalah seni kaligrafi Arab,
seperti yang banyak terlihat pada berbagai ukiran mesjid, rumah adat, alat
upacara, perhiasan, dan sebagainya.
Bentuk-bentuk Kesenian Aneuk Jamoe berasal dari dua budaya yang
berasimilasi. Suatu unsur budaya yang tidak pernah lesu di kalangan masyarakat
Gayo adalah kesenian yang hamper tidak pernah mengalami kemandegan bahkan
cenderung berkembang.

A. Tari saman
Saman atau tari tangan seribu adalah tarian tradisional Melayu Masyarakat
Gayo yang berasal dari Blangkeujeren kabupaten Gayo lues. Nama “saman”
diambil dari orang yang menciptakan dan mengembangkan tarian ini, Syaikh
Saman, yaitu salah seorang ulama yang menyebarkan agama Islam di Nanggroe
Aceh Darussalam, Sumatra, Indonesia. Bahasa syair atau lagu yang digunakan
adalah bahasa Arab dan Gayo yang memuat pesan dakwah, sindiran, pantun, dan
nasehat. Tarian ini dikenal dengan beberapa jenis nama yaitu:
1. Saman Gayo
2. Saman Lokop
Tarian Saman menggunakan dua unsur gerak yang menjadi unsur dasar
dalam tarian Saman: tepuk tangan dan tepuk dada.

B. Tari Seudati
Kata Seudati berasal dari bahasa Arab syahadati atau syahadatain, yang
berarti kesaksian atau pengakuan. Selain itu pula, ada yang mengatakan bahwa
kata Seudati berasal dari kata seurasi yang berarti harmonis atau kompak. Seudati
dikembangkan sejak agama Islam masuk ke Aceh.
Asal usul tari Seudati pada mulanya tumbuh di desa Gigieng, Kecamatan
simpang tiga, Kabupaten Pidie, yang dipimpin oleh Syeh Tam. Tari Seudati
berasal dari kabupaten Pidie. Seudati termasuk salah satu tari tradisional Aceh
yang dilestarikan dan kini menjadi kesenian pembinaan hingga ke tingkat Sekolah
Dasar.
Pada umumnya, tarian ini diperagakan di atas pentas dan dibagi menjadi
beberapa babak, antara lain: Babak pertama, diawali dengan saleum perkenalan
yang diucapkan oleh aneuk syahi saja.

C. Dabus
Dabus adalah kesenian yang mempertunjukan kemampuan manusia luar
biasa, seperti kebal terhadap senjata tajam, api, atau minum air keras dan lain-lain.
Menurut catatan sejarah, dabus ini sebenarnya ada hubungan dengan tarikat
Rifaiah yang dibawa oleh Nuruddin ar-Raniry ke Aceh pada tahun 1637 M. Dabus
ini pada awalnya bukanlah sebuah tarian, melainkan salah satu jenis seni bela diri.
Tarian ini hingga sekarang masih berkembang di daerah yang berkebudayaan
Melayu.

D. Didong
Didong merupakan salah satu kesenian tradisional yang terdapat pada
masyarakat Gayo. Didong dimainkan dengan perpaduan seni sastra, seni suara dan
seni tari, yang merupakan hasil olah piker dan rasa daripada Aceh yang ada dalam
kelompok Didong. Dalam Didong, terdapat seorang Aceh, apit, dan penunung
yang terdiri dari 10 sampai 15 orang.

E. Ratoh
Kesenian ratoh berkembang di Aceh Selatan dan kabupaten Aceh Barat, di
Aceh Barat masih dinamakan Saman. Di kabupaten Aceh Selatan kesenian ini
berpusat di Manggamat kecamatan Kluet Utara Aceh Selatan. Para pemain pria,
dalam satu kelompok berjumlah 8 sampai 20 orang, yang dipimpin oleh seorang
Syekh, dan 2 orang syahi duduk di belakang peserta lainnya.
A. Seni budaya islami
Seiring dengan kian maraknya produk Nasyid dan lagu local maupun
impor yang dikategorikan sebagai representasi seni bernafaskan Islam, baik dalam
berbagai bentuk media antara lain kaset, CD, pentas seni, album group Nasyid,
kreativitas seni yang bernafaskan Islam dipertanyakan.
Berbicara masalah seni sebagai manifestasi dari sebuah apresiasi, kreasi
dan ekspresi gagasan, emosi dan ide tidak bisa terlepas dari nilai, norma, dan
etika. Sebab tiada satu pun aktivitas dinamika kehidupan manusia yang bebas
nilai dan norma, termasuk kegiatan dunia seni yang tidak dapat dihindarkan dari
muatan motivasi, pesan ajaran, dan idealism yang melatarbelakangi semua itu dari
lingkungan sosio kulturalnya.
Seni secara umum merupakan penjelmaan rasa indah yang terkandung
dalam jiwa manusia, dilahirkan dengan perantara alat komunikasi ke dalam
bentuk yang dapat ditangkap oleh indra pendengar (seni suara) penglihatan (seni
tulis/lukis) atau dilahirkan dengan perantara gerak (seni tari, drama).
Seni menurut Islam hakikatnya sebuah refleksi dan ekspresi dari berbagai
cita rasa, gagasan, dan ide sebagai media komunikasi yang bergaya estetis untuk
menggugah citarasa inderawi dan kesadaran manusiawi dalam memahami secara
benar berbagai fenomena, panorama dan aksioma yang menyangkut dimensi
alam, kehidupan, manusia dan keesaan rabbani berdasarkan konsepsi ilahi dan
nilai fitri yang tertuang dan tersajikan dalam bentuk suara/ucapan.
Menurut Islam seni bukan sekedar untuk seni yang absurd dan hampa nilai
(laghwun), keindahan bukan berhenti pada kehidupan dan kepuasan estetis.

B. Seni Lukis
Al-Quran menjelaskan tentang melukis atau menggambar, bahwa itu
merupakan salah satu perbuatan ALLAH SWT.

Seni Lukis Dalam Sejarah Islam


Salah satu perwujudan estetika Islam yang sering dikesampingkan ialah
seni lukis. Sebabnya mungkin karena seni lukis dalam tradisi Islam berkembang
pesat di luar kebudayaan Arab, seperti Persia, Asia Tengah, Turki, India Mughal,
dan Nusantara. Sedangkan apa yang disebut kebudayaan Islam kerap diidentikan
dengan kebudayaan Arab.
Pada mulanya seni lukis dalam Islam muncul dalam wilayah yang sebelum
datangnya sebelum Islam telah memiliki tradisi seni lukis yang telah maju.
Khususnya di Persia, Iraq, dan Asia Tengah.
Benda estetik Islam lain juga dijumpai di Nisyapur, Iran Utara, berupa
gambar berelung pada gip yang menampilkan motif vas bunga dan bunga. Selain
itu juga terdapat gambar figur berupa orang sedang memegang gelas minuman.
Dalam tradisi mana pun perkembangan seni dan alirannya selalu
dipengaruhi oleh penerimaan dan penghargaan masyarakatnya. Namun pengaruh
yang lebih besar lagi bagi kecenderungannya ialah perkembangan wawasan dan
gagasan yang sedang tumbuh pada zamannya. Perkembangan paling pesat
mengambil tempat di Persia pada abad ke-13 dan 14 M, sehingga tidak heran
apabila lukisan Islam diidentikan dengan lukisan Persia. Di sini pelukis selalu
dikaitkan dengan Manu, seorang penganjur agama sinkretik pada abad ke-3 M
yang juga seorang pelukis terkenal.
KESIMPULAN

Istilah musik berasal dari kata Mousal dari bahasa Yunani, yaitu Sembilan
Dewi yang menguasai seni, seni murni dan seni pengetahuan. Tetapi, umumnya
musik selalu dikaitkan dengan sejumlah nada yang terbagi dalam jarak tertentu.
Dalam istilah masa kini ada 2 jarak yaitu Pentagonis dan Diantoni.
Inilah sekilas tentang seni budaya Aceh yang penuh dengan nilai religious
dan heroic, selama ini banyak dari pada generasi Aceh yang tidak mengenal akan
budaya nenek moyang mereka.
PENUTUP

Demikianlah makalah yang Saya buat ini, Saya mohon kritikan dan saran
dari dosen atau teman-teman atas kesalahan atau kekurangan dalam makalah
Saya. Dan Saya mohon maaf apabila terdapat banyak kesalahan dan kekurangan
dalam makalah ini, semoga ilmu yang ada dalam makalah ini bermanfaat bagi kita
semua.
DAFTAR PUSTAKA

Eka Janur ketua komunitas budaya negeri kota Lhokseumawe, Dr Misri A.


Muchsin M. Ag. Apresiasi seni budaya Aceh. IAIN Ar-Raniry. Banda Aceh 2004

You might also like