You are on page 1of 28

1.

PENGERTIAN KOPERASI, GOTONG ROYONG, DAN


PERUSAHAAN

Koperasi adalah perkumpulan orang yang secara sukarela mempersatukan diri


untuk memperjuangkan peningkatan kesejahteraan ekonomi mereka, melalui
pembentukan sebuah perusahaan yang dikelola secara demokratis.

Berikut ini adalah dua pengertian Koperasi sebagai pegangan untuk mengenal
Koperasi lebih jauh : Koperasi didirikan sebagai persekutuan kaum yang lemah untuk
membela keperluan hidupnya. mencapai keperluan hidupnya dengan ongkos yang
semurah-murahnya, itulah yang dituju. Pada Koperasi didahulukan keperluan bersama,
bukan keuntungan (Hatta, 1954). Koperasi adalah suatu perkumpulan orang, biasanya
yang memiliki kemampuan ekonomi terbatas, yang melalui suatu bentuk organisasi
perusahaan yang diawasi secara demokratis, masing-masing memberikan sumbangan
yang setara terhadap modal yang diperlukan, dan bersedia menanggung resiko serta
menerima imbalan yang sesuai dengan usaha yang mereka lakukan (ILO, 1966 dikutip
dari Edilius dan Sudarsono, 1993).

Berdasarkan kedua definisi tersebut dapat diketahui bahwa Koperasi setidak-


tidaknya terdapat dua unsur yang saling berkaitan satu sama lain. Unsur pertama adalah
unsur ekonomi, sedangkan unsur kedua adalah unsur sosial. Keuntungan bukanlah
tujuan utama Koperasi, yang lebih diutamakan dalam Koperasi adalah peningkatan
kesejahteraan ekonomi para anggotanya.

Perbedaan Koperasi dengan Gotong-royong

Berdasarkan pokok-pokok pikiran tersebut dapat disaksikan bahwa Koperasi


pada dasarnya adalah perkumpulan orang. Walaupun demikian, ia bukanlah sebuah
perkumpulan yang semata-mata didasarkan atas hobby atau kegemaran seperti
perkumpulan olah raga atau perkumpulan pramuka. Koperasi juga bukan perkumpulan
modal yang semata-mata bertujuan mengejar keuntungan seperti Perseroan Terbatas,
Firma, atau Perusahaan Komanditer (CV).

Selain itu, Koperasi tidak dapat pula disamakan dengan lembaga gotong-
royong. Dalam memperjuangkan pemenuhan kebutuhan ekonomi para anggotanya,
Koperasi bertindak berdasarkan prinsip-prinsip berusaha yang jelas, yaitu dengan
mempertimbangkan asas biaya-manfaat dengan sebaik-baiknya (Efisien), guna
mencapai tujuan secara optimal (Efektif). Dengan kata lain, sebagai suatu bentuk
perusahaan, kegiatan Koperasi bersifat lebih rasional daripada gotong-royong.

Pengertian Koperasi Di Indonesia

Dasar hukum keberadaan Koperasi di Indonesia adalah pasal 33 UUD 1945 dan
Undang-undang No. 25 tahun 1992 tentang perkoperasian. Dalam penjelasan pasal 33
UUD 1945 antara lain dikemukakan: “…perekonomian disusun sebagai usaha bersama
berdasar atas asas kekeluargaan. Bangun perusahaan yang sesuai dngan itu ialah
Koperasi.” Sedangkan menurut pasal 1 UU No. 25/1992, yang dimaksud dengan
Koperasi di Indonesia adalah :

...badan usaha yang beranggotakan orang-seorang atau badan hukum Koperasi


dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip Koperasi sekaligus sebagai
gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas asas kekeluargaan.

Berdasarkan kutipan penjelasan pasal 33 Undang-undang Dasar 1945 dan pasal


1 UU No. 25/1992 tersebut, dapat diketahui bahwa Koperasi di Indonesia tidak semata-
mata dipandang sebagai bentuk perusahaan sebagaimana halnya Perseroan Terbatas,
Firma atau Perusahaan Komanditer (CV). Selain dipandang sebagai bentuk perusahaan
yang memiliki asas dan prinsip tersendiri, Koperasi di Indonesia juga dipandang
sebagai alat untuk membangun system perekonomian. Hal itu sejalan dengan tujuan
Koperasi sebagaimana dikemukakan di dalam pasal 3 UU No. 25/1992 berikut:
Koperasi bertujuan memajukan kesejahteraan anggota pada khususnya dan
masyarakat pada umumnya serta ikut membangun tatanan perekonomian nasional
dalam rangka mewujudkan masyarakat yang maju, adil dan makmur berlandaskan
Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945.

Pengertian Gotong Royong

Adalah bekerja bersama-sama dalam menyelesaikan pekerjaan dan secara bersama-


sama menikmati hasil pekerjaan tersebut secara adil. Atau suatu usaha atau pekerjaan
yang dilakukan tanpa pamrih dan secara sukarela oleh semua warga menurut batas
kemampuannya masing-masing.

Pengertian atau definisi Perusahaan


ialah suatu tempat untuk melakukan kegiatan proses produksi barang atau jasa. Hal ini
disebabkan karena ‘ kebutuhan ‘ manusia tidak bisa digunakan secara langsung dan
harus melewati sebuah ‘ proses ‘ di suatu tempat, sehingga inti dari perusahaan ialah
‘tempat melakukan proses ‘ sampai bisa langsung digunakan oleh manusia.

Untuk menghasilkan barang siap konsumsi, perusahaan memerlukan bahan – bahan


dan faktor pendukung lainnya, seperti bahan baku, bahan pembantu, peralatan dan
tenaga kerja. Untuk memperoleh bahan baku dan bahan pembantu serta tenaga kerja
dikeluarkan sejumlah biaya yang disebut biaya produksi.

Hasil dari kegiatan produksi adalah barang atau jasa, barang atau jasa inilah yang akan
dijual untuk memperoleh kembali biaya yang dikeluarkan. Jika hasil penjualan barang
atau jasa lebih besar dari biaya yang dikeluarkan maka perusahaan tersebut
memperoleh keuntungan dan sebalik jika hasil jumlah hasil penjualan barang atau jasa
lebih kecil dari jumlah biaya yang dikeluarkan maka perusaahaan tersebut akan
mengalami kerugian. Dengan demikian dalam menghasilkan barang perusahaan
menggabungkan beberapa faktor produksi untuk mencapi tujuan yaitu keuntungan.

Perusahaan merupakan kesatuan teknis yang bertujuan menghasilkan barang atau jasa.
Perusahaan juga disebut tempat berlangsungnya proses produksi yang menggabungkan
faktor – faktor produksi untuk menghasilkan barang dan jasa. Perusahaan merupakan
alat dari badan usaha untuk mencapai tujuan yaitu mencari keuntungan. Orang atau
lembaga yang melakukan usaha pada perusahaan disebut pengusaha, para pengusaha
berusaha dibidang usaha yang beragam.

2. SEJARAH KOPERASI DI INDONESIA


Pertumbuhan koperasi di Indonesia dimulai sejak tahun 1896 yang selanjutnya
berkembang dari waktu ke waktu sampai sekarang. Perkembangan koperasi di
Indonesia mengalami pasang naik dan turun dengan titik berat lingkup kegiatan usaha
secara menyeluruh yang berbeda-beda dari waktu ke waktu sesuai dengan iklim
lingkungannya.

Pertumbuhan koperasi di Indonesia dipelopori oleh R. Aria Wiriatmadja patih


di Purwokerto Tahun 1896, mendirikan koperasi yang bergerak dibidang simpan
pinjam. Untuk memodali koperasi simpan- pinjam tersebut di samping banyak
menggunakan uangnya sendiri, beliau juga menggunakan kas mesjid yang
dipegangnya. Setelah beliau mengetahui bahwa hal tersebut tidak boleh, maka uang kas
mesjid telah dikembalikan secara utuh pada posisi yang sebenarnya. Kegiatan R Aria
Wiriatmadja dikembangkan lebih lanjut oleh De Wolf Van Westerrode asisten Residen
Wilayah Purwokerto di Banyumas. Ketika ia cuti ke Eropa dipelajarinya cara kerja
wolksbank secara Raiffeisen (koperasi simpan-pinjam untuk kaum tani) dan Schulze-
Delitzsch (koperasi simpan-pinjam untuk kaum buruh di kota) di Jerman. Setelah ia
kembali dari cuti memulai ia mengembangkan koperasi simpan-pinjam sebagaimana
telah dirintis oleh R. Aria Wiriatmadja . Dalam hubungan ini kegiatan simpan pinjam
yang dapat berkembang ialah model koperasi simpan-pinjam lumbung dan modal
untuk itu diambil dari zakat.

Selanjutnya Boedi Oetomo yang didirikan pada tahun 1908 menganjurkan


berdirinya koperasi untuk keperluan rumah tangga. Demikian pula Sarikat Islam yang
didirikan tahun 1911 juga mengembangkan koperasi yang bergerak di bidang
keperluan sehari-hari dengan cara membuka tokotoko koperasi. Perkembangan yang
pesat dibidang perkoperasian di Indonesia yang menyatu dengan kekuatan social dan
politik menimbulkan kecurigaan Pemerintah Hindia Belanda. DR. J.H. Boeke yang
dulunya memimpin “Komisi Koperasi” 1920 ditunjuk sebagai Kepala Jawatan
Koperasi yang pertama. Atas dasar catatan sejarah, terjadilah perkembangan koperasi.
Selanjutnya pada tahun 1933 diterbitkan Peraturan Perkoperasian dalam berntuk
Gouvernmentsbesluit no.21 yang termuat di dalam Staatsblad no. 108/1933 yang
menggantikan Koninklijke Besluit no. 431 tahun 1915. Peraturan Perkoperasian 1933
ini diperuntukkan bagi orang-orang Eropa dan golongan Timur Asing. Dengan
demikian di Indonesia pada waktu itu, berlaku 2 Peraturan Perkopersian, yakni
Peraturan Perkoperasian tahun 1927 yang diperuntukan bagi golongan Bumi Putera
dan Peraturan Perkoperasian tahun 1933 yang berlaku bagi golongan Eropa dan Timur
Asing.

Kongres Muhamadiyah pada tahun 1935 dan 1938 memutuskan tekadnya untuk
mengembangkan koperasi di seluruh wilayah Indonesia, terutama di lingkungan
warganya. Diharapkan para warga Muhammadiyah dapat memelopori dan bersama-
sama anggota masyarakat yang lain untuk mendirikan dan mengembangkan koperasi.
Berbagai koperasi dibidang produksi mulai tumbuh dan berkembang antara lain
koperasi batik yang diperlopori oleh H. Zarkasi, H. Samanhudi dan K.H. Idris.
Perkembangan koperasi semenjak berdirinya Jawatan Koperasi tahun 1930
menunjukkan suatu tingkat perkembangan yang terus meningkat.

Perkembangan Pemerintahan pendudukan bala tentara Jepang dikarenakan


masalah ekonomi yang semakin sulit memerlukan peran “Kumiai” (koperasi).
Pemerintah pada waktu itu melalui kebijaksanaan dari atas menganjurkan berdirinya
“Kumiai” di desa-desa yang tujuannya untuk melakukan kegiatan distribusi barang
yang jumlahnya semakin hari semakin kurang karena situasi perang dan tekanan
ekonomi Internasional (misalnya gula pasir, minyak tanah, beras, rokok dan
sebagainya). Di lain pihak Pemerintah pendudukan bala tentara Jepang memerlukan
barang-barang yang dinilai penting untuk dikirim ke Jepang (misalnya biji jarak, hasil-
hasil bumi yang lain, besi tua dan sebagainya) yang untuk itu masyarakat agar
menyetorkannya melalui “Kumiai”. Kumiai (koperasi) dijadikan alat kebijaksanaan
dari Pemerintah bala tentara Jepang sejalan dengan kepentingannya. Peranan koperasi
sebagaimana dilaksanakan pada zaman Pemerintahan pendudukan bala tentara Jepang
tersebut sangat merugikan bagi para anggota dan masyarakat pada umumnya.

Gerakan koperasi di Indonesia yang lahir pada akhir abad 19 dalam suasana
sebagai Negara jajahan tidak memiliki suatu iklim yang menguntungkan bagi
pertumbuhannya. Baru kemudian setelah Indonesia memproklamasikan
kemerdekaannya, dengan tegas perkoperasian ditulis di dalam UUD 1945. DR. H. Moh
Hatta sebagai salah seorang “Founding Father” Republik Indonesia, berusaha
memasukkan rumusan perkoperasian di dalam “konstitusi”. Sejak kemerdekaan itu
pula koperasi di Indonesia mengalami suatu perkembangan yang lebih baik. Pasal 33
UUD 1945 ayat 1 beserta penjelasannya menyatakan bahwa perekonomian disusun
sebagai usaha bersama berdasarkan azas kekeluargaan. Dalam penjelasannya
disebutkan bahwa bangun perekonomian yang sesuai dengan azas kekeluargaan
tersebut adalah koperasi. Di dalam pasal 33 UUd 1945 tersebut diatur pula di samping
koperasi, juga peranan daripada Badan Usaha Milik Negara dan Badan Usaha Milik
Swasta.

Selanjutnya pada tanggal 15 sampai dengan 17 Juli 1953 dilangsungkan


kongres koperasi Indonesia yang ke II di Bandung. Keputusannya antara lain merubah
Sentral Organisasi Koperasi Rakyat Indonesia (SOKRI) menjadi Dewan Koperasi
Indonesia (DKI). Di samping itu mewajibkan DKI membentuk Lembaga Pendidikan
Koperasi dan mendirikan Sekolah Menengah Koperasi di Provinsi-provinsi. Keputusan
yang lain ialah penyampaian saran-saran kepada Pemerintah untuk segera
diterbitkannya Undang-Undang Koperasi yang baru serta mengangkat Bung Hatta
sebagai Bapak Koperasi Indonesia. Pada tahun 1956 tanggal 1 sampai 5 September
diselenggarakan Kongres Koperasi yang ke III di Jakarta. Keputusan Kongres di
samping hal-hal yang berkaitan dengan kehidupan perkoperasian di Indonesia, juga
mengenai hubungan Dewan Koperasi Indonesia dengan International Cooperative
Alliance (ICA). Pada tahun 1958 diterbitkan Undang-Undang tentang Perkumpulan
Koperasi No. 79 Tahun 1958 yang dimuat di dalam Tambahan Lembar Negara RI No.
1669. Undang-Undang ini disusun dalam suasana Undang-Undang Dasar Sementara
1950 dan mulai berlaku pada tanggal 27 Oktober 1958. Isinya lebih biak dan lebih
lengkap jika dibandingkan dengan peraturan-peraturan koperasi sebelumnya dan
merupakan Undang-Undang yang pertama tentang perkoperasian yang disusun oleh
Bangsa Indonesia sendiri dalam suasana kemerdekaan. Perlu dipahami bersama
perbedaan sikap Pemerintah terhadap pengembangan perkoperasian atas dasar
perkembangan sejarah

Pembangunan koperasi dalam sistem demokrasi terpimpin

Dalam tahun 1959 terjadi suatu peristiwa yang sangat penting dalam sejarah
bangsa Indonesia. Setelah Konstituante tidak dapat menyelesaikan tugas menyusun
Undang-Undang Dasar Baru pada waktunya, maka pada tanggal 15 Juli 1959 Presiden
Soekarno yang juga selaku Panglima Tertinggi Angkatan Perang mengucapkan Dekrit
Presiden yang memuat keputusan dan salahsatu daripadanya ialah menetapkan
Undang-Undang Dasar 1945 berlaku bagi segenap bangsa Indonesia dan seluruh Tanah
Tumpah Darah Indonesia, terhitung mulai dari tanggal penetapan dekrit dan tidak
berlakunya kembali Undang-Undang Dasar Sementara. Pada tanggal 17 Agustus 1959
Presiden Soekarno mengucapkan pidato kenegaraan yang berjudul “Penemuan
Kembali Revolusi Kita”, atau lebih dikenal dengan Manifesto politik (Manipol). Dalam
pidato itu diuraikan berbagai persoalan pokok dan program umum Revolusi Indonesia
yang bersifat menyeluruh. Berdasarkan Ketetapan MPRS No. 1/MPRS/1960 pidato itu
ditetapkan sebagai Garis-garisBesar Haluan Negara RI dan pedoman resmi dalam
perjuangan menyelesaikan revolusi. Dampak Dekrit Presiden dan Manipol terhadap
Undang-Undang No. 79 Tahun 1958 tentang Perkumpulan Koperasi adalah undang-
undang yang belum berumur panjang itu telah kehilangan dasar dan tidak sesuai lagi
dengan jiwa dan semangat UUD 1945 dan Manipol. Karenanya untuk mengatasi
keadaan itu maka di samping Undang-Undang No. 79 Tahun 1958 tentang
Perkumpulan Koperasi dikeluarkan pula Peraturan Pemerintah No. 60 Tahun 1959
tentang Perkembangan Gerakan Koperasi (dimuat dalam Tambahan aLembaran Negara
No. 1907). Peratuarn ini dibuat sebagai peraturan pelaksanaan dari Undang- Undang
No. 79 Tahun 1958 tentang Perkumpulan Koperasi dan merupakan penyempurnaan
dari hal-hal yang belum diatur dalam Undang-Undang tersebut.

3. LANDASAN AZAS DAN TUJUAN KOPERASI


Landasan Azas Koperasi :
(1) Koperasi berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.
(2) Koperasi berdasar atas asas kekeluargaan.

Tujuan Koperasi
(1) Membangun dan mengembangkan potensi dan kemampuan ekonomi anggota
khususnya, masyarakat pada umumnya serta untuk meningkatkan kesejahteraan
kesejahteraan ekonomi dan sosial.
(2) Berperan serta secara aktif dalam upaya mempertinggi kulitas kehidupan anggota
dan,masyarakat.
(3) Memperkokoh perekonomian rakyat sebagai dasar kekuatan dan ketahanan
perekonomian nasonal dengan koperasi sebagai soko gurunya.
(4) Berusaha untuk mewujudkan dan mengembangkan perekonomian nasional yang
merupakan usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan dan demokrasi
ekonomi.

Koperasi bertujuan
Memajukan kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya
serta ikut membangun tatanan perekonomian nasional dalam rangka mewujudkan
masyarakat yang maju, adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang
Dasar tahun 1945.

4. PENGGOLONGAN KOPERASI
Pengelompokan koperasi kedalam kelompok-kelompok tertentu berdasarkan
kriteria penggolongannya,. Dalam pekembangannya jenis koperasi yang berkembang
cenderung bervariasi. Koperasi dapat digolongkan kedalam kelompok besar
berdasarkan pendekatan, dan dalam kelompok besar dapat digolongkan kedalam
kelompok kecil yang lebih khusus.
1. Pengelompokan Koperasi berdasarkan bidang usaha yaitu :
 Koperasi Asumsi adalah Koperasi yang berusaha dalam bidan penyediaan
barang-barang konsumsi yang dibutuhkan oleh para anggotanya. Jenis koperasi
yang dilayani oleh koperasi konsumsi sangat tergantung pada ragam anggota
dan daerah kerja tempat koperasi didirikan
 Koperasi Produksi adalah
Memproses bahan baku menjadi barang jadi. Untuk menyatukan kemampuan
dan modal para anggotanya guna meningk atkan barang-barang tertentu melalui
proses yang meratakan pengelolaan dan memiliki sendiri.
 Koperasi Pemasaran adalah Koperasi yang terutama membantu para anggota
dalam memasarkan barang-barangyang dihasilkannya. Untuk menyederhanakan
rantai tata niaga, dan mengurangi keterlibatan perantara di dalam memasarkan
produk.
 Koperasi Kredit (Simpan pinjam) adalah Koperasi yang bergerak dalam simpan
dari para anggotanya untuk dipinjamkan kembali kepada anggotanya yang
membutuhkan bantuan modal untuk usahanya. Koperasi ini bersifat hemat,
mendidik anggotanya untuk menabung.
2. Koperasi berdasarkan jenis komoditi yaitu :
 Koperasi Ekstraktif adalah koperasi yang melakukan usaha dengan
memanfaatkan sumber alam secara langsung.
 Koperasi Pertanian dan Perternakan adalah Koperasi yang melakukan usaha
tertentu. Koperasi ini beranggotakan petani, dan buruh tani.
 Koperasi Jasa-jasa adalah Usahanya dalam memproduksi dan memasukan
kegiatan tertentu. Contohnya koperasi audit, koperasi jasa angkutan.
Demikian macam-macam penggolongan koperasi yang dapat digunakan untuk
kepentingan bersama untuk membangun kesejahteraan rakyat dalam
berkembangnya prekonomian nasional akan menjadi kuat dan stabil.

5. PENDIRIAN KOPERASI
Tata Cara Pendirian Koperasi

A. Persiapan Mendirikan Koperasi

1. Anggota masyarakat yang akan mendirikan koperasi harus mengerti maksud


dan tujuan berkoperasi serta kegiatan usaha yang akan dilaksanakan oleh
koperasi untuk meningkatkan pendapatan dan manfaat yang sebesar-besarnya
bagi anggota. Pada dasarnya koperasi dibentuk dan didirikan berdasarkan
kesamaan kepentingan ekonomi.

2. Agar orang-orang yang akan mendirikan koperasi memperoleh pengertian,


maksud, tujuan, struktur organisasi, manajemen, prinsip-prinsip koperasi, dan
prospek pengembangan koperasinya, maka mereka dapat meminta penyuluhan
dan pendidikan serta latihan dari Kantor Departemen Koperasi, Pengusaha
Kecil dan Menengah setempat.

B. Rapat Pembentukan Koperasi

1. Proses pendirian sebuah koperasi diawali dengan penyelenggaraan Rapat


Pendirian Koperasi oleh anggota masyarakat yang menjadi pendirinya. Pada
saat itu mereka harus menyusun anggaran dasar, menentukan jenis koperasi dan
keanggotaannya sesuai dengan kegiatan usaha koperasi yang akan dibentuknya,
menyusun rencana kegiatan usaha, dan neraca awal koperasi. Dasar penentuan
jenis koperasi adalah kesamaan aktivitas, kepentingan dan kebutuhan ekonomi
anggotanya. Misalnya, Koperasi Simpan Pinjam (KSP), Koperasi Konsumen,
Koperasi Produsen, Koperasi Pemasaran dan Koperasi Jasa.

2. Pelaksanaan rapat pendirian yang dihadiri oleh para pendiri ini dituangkan
dalam Berita Acara Rapat Pembentukan dan Akta Pendirian yang memuat
Anggaran Dasar Koperasi.

3. Apabila diperlukan, dan atas permohonan para pendiri, maka Pejabat


Departemen Koperasi, Pengusaha Kecil dan Menengah dalam wilayah domisili
para pendiri dapat diminta hadir untuk membantu kelancaran jalannya rapat dan
memberikan petunjuk-petunjuk seperlunya.

C. Pengesahan Badan Hukum


1. Para pendiri koperasi mengajukan permohonan pengesahan akta pendirian
secara tertulis kepada Pejabat, dengan melampirkan:

 2 (dua) rangkap akta pendirian koperasi satu di antaranya bermaterai


cukup (dilampiri Anggaran Dasar Koperasi).

 Berita Acara Rapat Pembentukan.

 Surat bukti penyetoran modal.

 Rencana awal kegiatan usaha.

2. Permohonan pengesahan Akta Pendirian kepada pejabat, tergantung pada


bentuk koperasi yang didirikan dan luasnya wilayah keanggotaan koperasi yang
bersangkutan, dengan ketentuan sebagai berikut:

 Kepala Kantor Departemen Koperasi Pengusaha Kecil dan Menengah


Kab/Kodya mengesahkan akta pendirian koperasi yang anggotanya
berdomisili dalam wilayah Kabupaten/Kodya.

 Kepala Kantor Wilayah Departemen Koperasi Pengusaha Kecil dan


Menengah Propinsi/DI mengesahkan akta pendirian koperasi Primer dan
Sekunder yang anggotanya berdomisili dalam wilayah Propinsi/DI yang
bersangkutan dan Koperasi Primer yang anggotanya berdomisili di
beberapa Propinsi/DI, namun koperasinya berdomisili di wilayah kerja
Kanwil yang bersangkutan.

 Sekretaris Jenderal Departemen Koperasi Pengusaha Kecil dan


Menengah (Pusat) mengesahkan akta pendirian Koperasi Sekunder yang
anggotanya berdomisili di beberapa propinsi/DI.

3. Dalam hal permintaan pengesahan akta pendirian ditolak, alasan penolakan


diberitahukan oleh Pejabat kepada para pendiri secara tertulis dalam waktu
paling lambat 3 (tiga) bulan setelah diterimanya permintaan.

4. Terhadap penolakan pengesahan akta pendirian para pendiri dapat mengajukan


permintaan ulang dalam waktu paling lama 1 (satu) bulan sejak diterimanya
penolakan.
5. Keputusan terhadap pengajuan permintaan ulang diberikan dalam jangka waktu
paling lama 1 (satu) bulan sejak diterimanya pengajuan permintaan ulang.

6. Pengesahan akta pendirian diberikan dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga)
bulan setelah diterimanya permintaan pengesahan.

7. Pengesahan akta pendirian diumumkan dalam Berita Negara Republik


Indonesia.

6. PEMBUBARAN KOPERASI

Pembubaran koperasi dapat dilakukan berdasarkan kepada :


Keputusan Rapat Anggota.
1. Keputusan Pemerintah
2. Pembubaran koperasi atas kehendak anggota harus diadakan Rapat Anggota
khusus mengenai pembubaran koperasi yang persyaratannya sebagaimana diatur
dalam Pasal 16 ayat (2).
3. Pembubaran koperasi atas kehendak anggota didasarkan kepada
a. Jangka waktu berdirinya koperasi telah berakhir.
b. Koperasi telah tidak ada kegiatan usahanya lagi serta tidak akan melanjutkan
kegiatan usahanya lagi.
c. Keputusan pembubaran koperasi oleh Rapat Anggota diberitahukan secara
tertulis oleh kuasa Rapat Anggota kepada semua kreditor dan
pemberitahuan/pejabat.
d. Pembubaran koperasi oleh pemerintah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41
huruf b, dilakukan apabila :
a . Terdapat bukti-bukti bahwa kopeasi tidak memenuhi ketentuan undang-
undang perkoperasian yang berlaku.
b. Kegiatannya bertentangan dengan ketertiban umum atau kesusilaan.
c . Kelangsungan hidup koperasi tidak dapat lagi diharapkan.

7. PENGURUS KOPERASI

a. Persyaratan sebagai pengurus

Pengurus koperasi adalah orang-orang yang dipilih untuk masa jabatan paling lama
lima tahun sesuai dengan anggaran koperasi. Sepertiga anggota pengurus koperasi
dapat dipilih dari orang-orang yang bukan anggota koperasi, sedangkan sisanya sebesar
dua pertiga adalah harus benar-benar berasal dari anggota koprasi.

Persyaratan :
(1) a. Pengurus Koperasi dipilih dari dan oleh anggota dalam Rapat Anggota
b. Pemilihan Pengurus diatur secara demokratis dan tata cara pemilihannya diatur
dalam Anggaran Rumah Tangga.
2) Pengurus merupakan pemegang Kuasa Rapat Anggota.
3) Yang dapat dipilih menjadi Pengurus adalah anggota yang memenuhi syarat-syarat
sebagai berikut:
a. Mempunyai sifat kejujuran dan keterampilan kerja serta perilaku yang baik di
dalam maupun di luar koperasi.
b. Mempunyai wawasan dan pengetahuan yang luas tentang perkoperasian
c. Sudah menjadi anggota koperasi minimal 3 (tiga) tahun dan memperlihatkan
kedisiplinan dan loyalitas yang tinggi dalam mengembangkan koperasi serta
pernah mengikuti pendidikan perkoperasian.
d. Tidak menjadi anggota organisasi yang dilarang larang oleh pemerintah (G 30 S
PKI) dan tidak pernah dihukum akibat perbuatan tercela
e. Tidak pernah melakukan perbuatan yang tercela.
(4) Pengurus dipilih untuk masa jabatan : 3 (tiga) tahun.
(5) Anggota Pengurus yang masa jabatannya telah lampau dapat dipilih kembali.
(6) Bilamana seorang anggota Pengurus meninggal dunia atau berhenti sebelum masa
jabatannya habis, maka Rapat Pengurus dapat mengangkat penggantinya dari
Pengurus lainnya atau dari kalangan anggota dengan persyaratan sesuai Pasal 19
ayat 3 (tiga) diatas. Untuk menduduki jabatan Pengurus sampai batas waktu
jabatannya berakhir, akan tetapi pengangkatan itu harus disampaikan pada Rapat
Anggota berikutnya untuk mendapat pengesahan.
(5) Pengurus setiap waktu dapat diberhentikan oleh Rapat Anggota apabila :
a. Pengurus melakukan kecurangan dan merugikan koperasi.
b. Pengurus tidak mentaati Undang-Undang Perkoperasian serta
peraturan/ketentuan pelaksanaannya dan Anggaran Dasar koperasi dan
keputusan Rapat Anggota.
c. Pengurus, baik dalam sikap dan tindakannya menimbulkan pertentangan dalam
gerakan koperasi.
d. Pengurus tidak loyal lagi kepada Koperasi dan Anggota.
b. Tugas dan wewenang pengurus koperasi
Pengurus bertugas dan berkewajiban untuk :
(1) Memimpin organisasi dan usaha koperasi, melakukan segala perbuatan
hukum untuk dan atas nama koperasi serta mewakili koperasi di hadapan
dan di luar Pengadilan.
(2) Menyelenggarakan Rapat Anggota dan Rapat Penurus serta
mempertanggungjawabkan kepada Rapat Anggota mengenai
Pelaksanaan tugas kepengurusannya.
(3) Menyelenggarakan administrasi organisasi antara lain :
a. Melakukan pencatatan dan memelihara buku Daftar Anggota, Daftar
Pengurus, Daftar Pengawas, Notulen Rapat Anggota dan Rapat Pengurus
dan buku-buku lainnya yang diperlukan.
b. Menyelenggarakan pembukuan keuangan dan inventaris secara tertib dan
teratur.
c. Menyusun rencana kerja dan rencana anggaran pendapatan dan belanja
koperasi.
(4) Memutuskan penerimaan dan penolakan anggota baru serta pemberhentian
anggota.
(5) Membantu Pengawas dalam melakukan pengawasan dengan memberikan
keterangan, memperlihatkan segala buku, warkat, persediaan barang alat-alat
perlengkapan dan sebagainya yang diperlukan.
(6) Memberikan penjelasan kepada Anggota agar supaya segala ketentuan rumah
tangga, peraturan khusus dan keputusan rapat anggota dan lain-lain diketahui
dan dimengerti oleh segenap anggota.
(7) Memelihara kerukunan antar anggota dan mencegah segala hal-hal yang
menyebabkan timbulnya perselisihan paham.
(8) Menanggung segala kerugian yang diderita oleh koperasi sebagaimana akibat
karena,kelalaiannya :

a. Jika kerugian yang timbul akibat kelalaian seorang atau beberapa


orang anggota Pengurus, maka kerugian ditanggung oleh anggota
Pengurus yang bersangkutan.
b.Jika kerugian yang timbul akibat kebijaksanaan yang telah diputuskan
oleh Rapat Pengurus, maka semua anggota Pengurus tanpa kecuali
menanggung kerugian yang diderita koperasi.
c. Wewenang pengurus
Mewakili koperasi di dalam maupun diluar pengadilan
 Memutuskan penerimaan atau penolakan anggota baru serta pemberhentian
anggota sesuai dengan ketentuan dalam anggaran dasar
 Melakukan tindakan dan upaya bagi kepentingan dan kemanfaatan koperasi

d. Tata tertib pengurus


1. Menetapkan tata tertib Rapat Pendirian Koperasi Oi
2. Menetapkan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Koperasi Oi
3. Menetapkan Garis Besar Haluan Koperasi Oi dan program kerja Koperasi Oi
selama 3 tahun.
4. Membuat Administrasi keuangan dan Administrasi keanggotaan.
5. Menetapkan Anggaran Belanja Koperasi Oi.
6. Menetapkan Rekomendasi.

8. PENGAWAS KOPERASI

Pengawas :

(1) Pengawas dipilih dari dan oleh anggota dalam Rapat Anggota.
(2) Pengawas bertanggung jawab kepada Rapat Anggota.
(3) Yang dapat dipilih menjadi anggota Pengawas adalah anggota koperasi yang
memenuhi syarat sebagai berikut :
a. Mempunyai sifat kejujuran dan peilaku yang baik, di dalam maupun di luar
koperasi .
b. Mempunyai wawasan, pengetahuan, keterampilan kerja di bidang
perkoperasian, terutama di bidang pengawasan
c. Sudah menjadi Anggota koperasi minimal 3 (tiga) tahun dan memperlihatkan
kedisiplinan dan loyalitas yang tinggi dalam mengembangkan koperasi serta
pernah mengikuti pendidikan perkoperasian.
d. Tidak menjadi anggota organisasi yang dilarang oleh Pemerintah (G 30 S PKI)
dan tidak pernah dihukum akibat perbuatan tercela.
e. Tidak pernah melakukan perbuatan yaang tercela.
(4) Pengawas dipilih untuk masa jabatan : 3 (tiga) tahun.

Tugas Pengawas :
Pengawas bertugas untuk :
1. Melakukan pengawasan terhadap kebijaksanaan dan pengelolaan koperasi
sekurang-kurangnya 3 (tiga) bulan sekali.
2. Membuat laporan tertulis tentang hasil pengawasannya dan disampaikan kepada
Pengurus dan dilaporkan kepada Rapat Anggota.

Wewenang Pengawas
1. Meneliti catatan dan pembukuan yang ada pada koperasi.
2. Mendapatkan segala keterangan yang diperlukan.
3. Memberikan koreksi, saran dan peringatan kepada Pengurus.

Pemilihan Pengawas
(1) Pemilihan Pengawas diatur secara demokratis dan tata cara pemilihannya diatur
dalam Anggaran Rumah Tangga.
(2) Sebelum memangku jabatannya Pengawas dapat mengucapkan sumpah/janji
Pengawas di hadapan Rapat Anggota.
(3) Janji/sumpah Pengawas diatur dalam Anggaran Rumah Tangga.

Masa Tugas pengawas


(1) Pengawas yang telah habis masa jabatannya dapat dipilih kembali oleh Rapat
Anggota.
(2) Pengawas sebanyak-banyaknya 3 (tiga) orang, terdiri dari :
a. Seorang ketua.
b. Dua orang anggota.

Tata Tertib Pengawas


(1) Pengawas tidak menerima gaji, akan tetapi dapat diberikan uang jasa sesuai dengan
keputusan Rapat Anggota.
(2) Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya Pengawas berwenang menggunakan
fasilitas sarana yang tersedia sesuai dengan keputusan Rapat Anggota.
(3) Dalam melaksanakan tugasnya Pengawas berwenang untuk meneliti segala catatan,
berkas, barang-barang, uang, serta bukti lainnya yang diperlukan yang ada pada
koperasi.
(4) Dalam hal-hal tertentu Pengawas bisa meminta bantuan Kantor Akuntan
Publik/Koperasi Jasa Audit dengan persetujuan Pengurus.
(5) Biaya Jasa Audit ditanggung oleh koperasi dan dianggarkan dalam Rencana
Anggaran Pendapatan Belanja (RAPB) Koperasi.
(6) Terhadap pihak ke 3 (tiga) diharuskan merahasiakan hasil pemeriksaannya.

9. Kebijakan Pemerintah Dalam Pembangunan Koperasi

Selama era pembangunan jangka panjang tahap pertama, pembangunan


kopersi di Indonesia telah menunjukkan hasil-hasil yang cukup memuaskan. Selain
mengalami pertumbuhan secara kuantitatif, secara kualitatif juga berhasil mendirikan
pilar-pilar utama untuk menopang perkembangan koperasi secara mandiri. Pilar-pilar
itu meliputi antara lain: Bank Bukopin, Koperasi Asuransi Indonesia, Kopersi Jasa
Audit, dan Institut Koperasi Indonesia.
Walaupun demikian, pembangunan koperasi selama PJP I masih jauh dari
sempurna. Berbagai kelemahan mendasar masih tetap mewarnai wajah koperasi.
Kelemahan-kelemahan mendasar itu misalnya adalah: kelemahan manajerial,
kelemahan sumber daya manusia, kelemahan modal, dan kelemahan pemasaran. Selain
itu, iklim usaha yang ada juga terasa masih kurang kondusif bagi perkembangan
koperasi. Akibatnya, walaupun secara kuantitatif an kualitatif koperasi telah
mengalami perkembangan, namun perkembangannya tergolong masih sangat lambat.
Bertolak dari pengalaman pembagunan koperasi dalam era PJP I itu, maka pelaksanaan
pembangunan koperasi dalam era PJP II diharapkan lebih ditingkatkan, sehingga selain
koperasi tumbuh menjadi bangun perusahaan yabg sehat dan kuat, peranannya dalam
berbaai aspek kehidupan bangsa dapat lebih ditingkatkan pula. Hal itu sejalan dengan
salah satu sasaran pembangunan ekonomi era PJP II, yaitu pertumbuhan koperasi yang
sehat dan kuat.
Untuk mencapai sasaran itu, maka sebagaimana dikemukakan dalam GBHN,
kebijakan umum pembangunan koperasi yang dijalankan oleh pemerintah dalam Pelita
VI ini diarahkan untuk mengembangkan koperasi menjadi makin maju, makin mandiri,
dan makin berakar dalam masyarakat, serta menjadi badan usaha yang sehat dan
mampu berperan di semua bidang usaha, terutama dalam kehidupan ekonomi rakyat,
dalam upaya mewujudkan demokrasi ekonomi berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
Untuk itu, maka pembangunan koperasi diselenggarakan melalui peningkatan
kemampuan organisasi, manajemen, kewiraswastaan, dan permodalan dengan di
dukung oleh peningkatan jiwa dan semangat berkoperasi menuju pemantapan perannya
sebagai sokoguru perekonomian nasional.

2.2. Sasaran Pembangunan Koperasi


Agar dapat bersikap proaktif, koperasi tentu dituntut untuk memiliki rumusan strategi
yang jelas, artinya selain harus memiliki tujuan dan sasaran usaha yang berorientasi ke
depan, koperasi juga dituntut untuk merumuskan strategi yang tepat dalam mencapai
tujuan dan sasaran tersebut. Sebagaimana misal, guna mendukung peningkatan
profesionalitas usahanya, maka setiap koperasi harus secara tegas menentukan misi
usahanya. Kecenderungan koperasi untuk melakukan diversifikasi usaha semata-mata
untuk melayani kebutuhan anggota sebagaimana berlangsung selama ini, tentu perlu
dikaji ulang secara sungguh-sungguh. Selain itu agar masing-masing unit usaha
koperasi benar-benar memiliki keunggulan kompetitif terhadap pelaku-pelaku ekonomi
yang lain, maka setiap unit usaha koperasi tidak bisa tidak harus memilih apakah akan
bersaing dengan menonjolkan aspek keunikan produk, harga murah, atau focus pada
sasaran pasar tertentu.
Sehubungan dengan itu, maka beberapa sasaran utama pengembangan koperasi yang
hendak ditempuh pemerintah dalam era PJP II ini adalah sebagai berikut:
a) Pengembangan Usaha
b) Pengembangan Sumber Daya Manusia
c) Peran Pemerintah
d) Kerja sama Internasional

2.3. Pola Pembangunan Koperasi


Peran koperasi dalam era PJP I setidak-tidaknya meliputi tiga hal sebagai berikut:
• Pertama, koperasi diharapkan mampu mengakomodasi dan menggerakan
potensi masyarakat golongan ekonomi lemah.
• Kedua, koperasi adalah lembaga yang keberadaannya sangat diperlukan oleh
sebagian besar bangsa Indonesia.
• Ketiga, koperasai adalah lembaga ekonomi yang diharapkan dapat berperan
utama sebagai agen pemerataan pertumbuhan ekonomi nasional.
Beberapa kriteria kualitatif tentang pola pembangunan koperasi dalam era PJP II, yaitu
sebagaimana diusulkan oleh Lembaga Manajemen UI (1994), adalah sebagai berikut:
a) Koperasi harus memiliki kemampuan untuk mengantisipasi kecenderungan
perubahan lingkungan.
b) Koperasi harus mampu bersaing dengan kekuatan ekonomi bukan koperasi.
c) Pengurus dan manager koperasi harus berjiwa wiraswasta.
d) Koperasi harus mampu mengembangkan sumber daya manusia
10. Bagan Organisasi Koperasi

a. Bagan Organisasi Koperasi Kecil

Rapat Anggota
Pembina Pengurus Pengawas

Unit Usaha

Anggota

b. Bagan Organisasi Koperasi Menengah

RAT

DEWAN PENGURUS DEWAN PENGAWAS


MANAJER

UNIT USAHA

ANGGOTA

C. Bagan Organisasi Koperasi Besar


KATA PENGANTAR
Bismillahirrohmanirohim
Segala puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan karunia Nya , sehingga saya dapat menyelesaikan tugas
pembuatan rangkuman ini.
Tujuan menyusun makalah ini adalah memenuhi tugas Ekonomi Koperasi, dan
dalam penyelesaian tugas ini kami ucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang
telah membantu dalam penyusunan rangkuman ini.
Akhirnya kami menyadari bahwa rangkuman ini masih jauh dari
kesempurnaan, untuk itu kami mengharapkan saran dan kritik yang bersifat
membangun untuk kesempurnaan rangj ini.

Brebes, Mei 2010


Penyusun

DAFTAR ISI

Kata Pengantar i
Daftar Isi ii

1. Pengertian Koperasi , Gotong Royong, dan Perusahaan 1


2. Sejarah Koperasi di Indonesia 4
3. Landasan Azas dan Tujuan Koperasi 8
4. Penggolongan Koperasi 9
5. Pendirian Koperasi 10
6. Pembubaran Koperasi 13
7. Pengurus Koperasi 14
a. Persyaratan sebagai pengurus 14
b. Tugas, fungsi pengurus 15
c. Wewenang pengurus 16
d. Tata tertib pengurus 16
8. Pengawas Koperasi 17
9. Kebijakan Pemerintah dalam Pembangunan Koperasi 19
10. Buatlah Bagan Organisasi 21
a. Bagan koperasi yang masih kecil 21
b. Bagan koperasi yang sedang 22
c. Bagan koperasi yang besar 23

DAFTAR PUSTAKA 24

DAFTAR PUSTAKA
Chapra, M.Umer, 2000, Masa Depan Ekonomi Islam, ter. Ikhwan Abidin Bisri,
Yogyakarta: Dana Bhakti Wakaf.

Hill, Hal, 2001, Ekonomi Indonesia, ter. Tri Wibowo Budi Santoso, Jakarta :
Rajagrafindo Persada.

Aminudin, 1999, Ekonomi Koperasi, Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

RANGKUMAN
MATA KULIAH EKONOMI KOPERASI

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah

EKONOMI KOPERASI
Dosen : Dra. Lely Mulyani, M.Pd.

Oleh :

Petty Oktavianti
NIM

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI ( STIE )


WIDYA MANGGALIA BREBES

You might also like